Anda di halaman 1dari 2

PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM MASA FORMALISASI KEBIJAKAN PUBLIK

Pemikiran ekonomi Islam Abu Yusuf

Pemikiran Ekonomi Islam Abu Yusuf


Latar belakang pemikiran Abu Yusuf tentang ekonomi dipengaruhi beberapa faktor,
baik intern maupun ekstern. Faktor intern muncul dari pendidikannya yang dipengaruhi oleh
beberapa gurunya. Hal ini nampak dari setting social dalam penetapan kebijakan yang
dikeluarkannya, tidak keluar dari konteksnya. Ia berupaya melepaskan belenggu pemikiran
yang telah digariskan para pendahulu dengan cara mengedepankan rasionalitas. Sedangkan
faktor ekstern, adanya sistem pemerintahan yang agak labil ketika itu. Ia tumbuh dalam
keadaan politik dan ekonomi kenegaraan yang tidak stabil. Dengan setting socialseperti itulah
Abu Yusuf tampil dengan pemikiran ekonomi al-Kharaj.Kekuatan utama pemikiran Abu
Yusufadalah dalam masalah keuangan publik. Demikian juga penekanan terhadap tanggung
jawab penguasa merupakan tema pemikiran ekonomi Islam yang selalu dikaji sejak awal.
Tema ini pula yang ditekankan Abu Yusuf dalam surat panjang yang dikirimkannya kepada
penguasa Dinasti Abbasiyah, Khalifah Harun Al-Rasyid. Di kemudian hari, surat yang
membahas tentang pertanian dan perpajakan tersebut dikenal sebagai kitab al-Kharaj.
Abu Yusuf cenderung menyetujui negara mengambil bagian dari hasil pertanian dari
para penggarap daripada menarik sewa dari lahan pertanian. Dalam pandangannya, cara ini
lebih adil dan tampaknya akan memberikan hasil produksi yang lebih besar dengan
memberikan kemudahan dalam memperluas tanah garapan. Dalam hal pajak, ia telah
meletakan prinsip-prinsip yang jelas yang berabad-abad kemudian dikenal oleh para ahli
ekonomi sebagai canons of taxation. Kesanggupan membayar,pemberian waktu yang longgar
bagi pembayar pajak dan sentralisasi pembuatan keputusan dalam administrasi pajak adalah
beberapa prinsip yang ditekankannya.
Pemikiran ekonomi Islam Abu Yusuf lainnya yang terkenal adalah sentralisasi
pembuatan keputusan administrasi pajak. Dalam kitab al-Kharaj, Abu Yusuf menguraikan
kondisi-kondisi untuk perpajakan, yaitu:
a) Charging a justifiable minimum (harga minimum yang dapat dibenarkan)

b) No oppression of tax- payers (tidak menindas para pembayar pajak)

c)Maintenance of a healthy treasury, (pemeliharaan harta benda yang sehat)

d)Benefiting both government and tax-payers (manfaat yang diperoleh bagi pemerintah dan
para pembayar pajak)

e) In choosing between alternative policies having the same effects on treasury, preferring the
one that benefits tax-payers(pada pilihan antara beberapa alternatif peraturan yang memeliki
dampak yang sama pada harta benda, yang melebihi salah satu manfaat bagi para pembayar
pajak.

Pemikiran Ekonomi Islam As-Syaibani


Al-Kasb(kerja)
Dalam memproduksi, kita harus mengetahui apa produk yang akan diproduksi,
bagaimana cara memproduksi barang tersebut, apa tujuan dari produk yang diproduksikan, dan
kepada siapa produk akan dituju. Itu semua harus kita ketahui agar terhindar dari produksi yang
dilarang oleh Islam. Produksi barang atau jasa dalam ilmu ekonomi yaitu barang atau jasa yang
mempunyai utilitas (nilai guna). Dalam Islam, barang dan jasa mempunyai nilai guna jika dan
hanya mengandung kemaslahatan.

Kekayaan dan Kefakiran


Menurut As-Syaibani walaupun telah banyak dalil yang menunjukkan keutamaan sifat-
sifat kaya, sifat-sifat fakirmempunyai kedudukan yang lebih tinggi. Ia menyatakan apabila
manusia telah merasa cukup dari apa yang dibutuhkan kemudian bergegas pada kebajikan,
sehingga mencurahkan perhatian pada urusan akhiratnya, adalah lebih baik bagi mereka.
Dalam konteks ini, sifat-sifat fakir diartikan sebagai kondisi yang cukup (kifayah) bukan
kondisi meminta-minta (kafafah).

Kebutuhan-kebutuhan Ekonomi
As-Syaibani mengatakan bahwa sesungguhnya Allah menciptakan anak-anak Adam
sebagai suatu ciptaan yang tubuhnya tidak akan berdiri kecuali dengan empat perkara, yaitu
makan, minum, pakaian dan tempat tinggal. Para ekonom lain mengatakan bahwa keempat hal
ini adalah tema ilmu ekonomi. Jika keempat hal tersebut tidak pernah diusahakan untuk
dipenuhi, ia akan masuk neraka karena manusia tidak akan dapat hidup tanpa keempat hal
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai