Anda di halaman 1dari 34

Mengakomodasikan 16 kanal) dan dimungkinkan jika teknologi half-rate speech codec

telah tersedia

Gambar 5.2 Struktur Frame GSM

Seperti diperlihatkan pada gambar 5.2 satu multiframe TDMA terdiri dari 26 frame
TDMA yang mana 24 frama dialokasikan untuk informasi/trafik dan 2 frame (frame ke
13 dan ke 26) digunakan kontrol dan supervisi yang terkait dengan kanal trafik. Kanal-
kanal kontrol yang terdapat pada sistem GSM adalah sebagai berikut :

 Slow Associated Control Channel (SACCH), digunakan untuk mengirimkan


informasi hasil pengukuran dari MS (pada arah uplink) dan mengatur level daya
pemancar serta timing advance Ms (pada arah downlink).
 Fast Associated Control Channel (FACCH), yang mencuri/menggunakan sesaat
time slot yang dialokasikan untuk trafikdan digunakan untuk keperluan kontrol
yang tidak teratur seperti untuk keperluan handover.

DIKLAT PT TELKOM
 Stand Alone Dedicated Control Channel (SDCCH), digunakan untuk keperluan
call setup, autentikasi, updeting lokasi.
 Broadcast Control Channel (BCCH), hanya terdapat pada arah downlink,
menyediakan informasi ke MS yaitu identitas BTS dan informasi-informasi lainnya
yang terkait dengan cell.
 Random Access Channel (RACH), hanya terdapat pada uplink saja, digunakan
oleh MS untuk meng-akses network.
 Access Grant Channel (AGCH), hanya terdapat pada arah downlink saja,
digunakan untuk menanggapi RACH dan menentukan satu kanal SDCCH untuk
keperluan call setup lebih lanjut.
 Paging Channel (PCH), hanya terdapat pada arah downlink saja, yang
memberikan informasi ke MS bahwa terdapat panggilan untuknya.

Durasi satu time slot TDMA GSM adalah 0,557 ms dan terdiri dari 148 bit dengan sela
waktu (guard period) antar time slot sebesar 8,25 bit. Informasi/trafik yang dibawa oleh
satu time slot dibagi menjadi dua blok 57 bit, setiap blok berisi data yang berasal dari
frame-frame speech coding yang berbeda. Sehingga diperlukan empat time slot untuk
membawa dara suara 20 ms dengan lengkap (456 bit data atau 8x57 bit selama durasi
waktu 18,5 ms), durasi 1,5 ms tambahan diterapkan pada 26 frame untuk menyediakan
alokasi waktu untuk dua frame kontrol dalam strucktur satu multiframe.

Satu bit kontrol yang terdapat pada time slot TDMA digunakan sebagai tanda (Flag)
untuk menunjukan apakah blok 57 bit tersebut berisi informasi trafik atau digantikan
oleh FACCH. Pada bagian tengah dari setiap time slot terdapat 26 bit training sequence
yang digunakan oleh penerima untuk melakukan setting parameter equalizer, equalizer
sangatpenting sekali untuk mengatasi masalah multipath.

5.4.4 Timing Advance

Pada titik TDMA dipersyaratkan bahwa semua sinyal yang berasal dari semua MS yang
menggunakan satu kanal radio tunggal harus sampai di BTS pada waktu yang benar-
benartepat, dengan kata lain sinyal-sinyal tersebut tidak boleh tumpang tindih (overlap)
satu dengan yang lainnya. Jika BTS menyediakan satu sinyal referensi, maka MS-MS

DIKLAT PT TELKOM
yang berada jarak yang paling dekat akan memberikan tanggapan lebih awal
dibandingkan MS-MS yang berada dibatas cakupan cell. Spesifikasi teknis GSM
memungkinkan cakupan terjauh dari satu cell sampai dengan jarak 35 Km dan BTS.
Waktu yang diperlukan untuk rambatan sinyal radio dari BTS ke MS (yang berada di
jarak terjauh dari BTS) kembali ke BTS lagi (round trip propagation) sepanjang 70 Km
adalah 0,23 ms (230 nano detik). dan durasi tersebut merupakan panjang guard period
yang harus disediakan untuk setiap time slotnya, jika hal ini diterapkan akan
menjadikan sistem GSM tidak efisien. GSM mengatasi hal tersebut dengan
menginformasikan ke MS seberapa besar MS tersebut harus mendahului (advance)
referensi untuk transmisinya sehingga sinyal yang dikirimkan akan sampai ke BTS pada
waktu yang tepat, dengan mekanisme ini maka panjang guard period dapat dikurangi
sampai dengan 0,03 (setara alokasi waktu untuk 8,25 bit).

5.4.5 Modulasi

Modulasi yang digunakan oleh GSM adalah Gaussian Minimum-shift Keying


(GMSK) perkalian bandwith durasi bit rate (BT/Bandwidth-Time product) 0,3.
Modulasi GMSK memberikan efisiensi spektral yang lebih baiik dibandingkan FSK.

5.4.6 Multipath dan Equalisasi

Pada GSM antara lokasi BTS dan MS biasanya tidak selalu berada dalam kondisi line of
sight (LOS) karena terdapat sejumlah penghalang (obstacle) berupa gedung atau
bukit/gunung.hhal ini sangat memungkinkan terjadinya daerah-daerah bayangan
(shadow area). Adanya daerah bayangan akan menimbulkan turunnya level sinyal yang
diterima atau bahkan mengakibatkan hubungan komunikasi anatra BTS dan MS terputus
sama sekali.

DIKLAT PT TELKOM
Gambar 5.3 Problem Multipath

Fenomena daerah bayangna tersebut dapat dikompensasi dengan refleksi sinyal ke


gedung atau bukit sekitarnya. Pada satu titik penerimaan dapat diterima sejumlah sinyal
yang berasal dari refleksi yang berbeda-beda. Lintasan radio yang berasal dari refleksi
memiliki lintasan yang lebih panjang dibandingkan dengan lintasan langsung. jika sinyal
yang ditransmisikan adalah sinyal digital (dalam hal ini GSM bit ratenya 270 Kbps) maka
perbedaan panjang lintasan antara lintasan langsung dan lintasan karena refleksisetara
dengan periode waktu untuk beberapa bit. Peristiwa diterimanya sejumlah sinyal yang
berasal dari sejumlah lintasan yang berbeda (akibat refleksi) disebut multipath. efek
multipath akan menimbulkan masalah yang disebut ISI (Inter Symbol Interference). ISI
akibat dan efek multipath dapat diatasi dengan menerapkan equalizer di penerima.
Dalam kondisi yang sebenarnya efek multipath terjadi pada waktu sangat cepat. Panjang
gelombang dari 900 Mhz (frekuensi operasi GSM) adalah 30cm dan perbedaan panjang
lintasan antara dua sinyal yang diterima sekitar setengah panjang gelombang atau sekitar
15 cm saja untuk GSM akan mengakibatkan terjadinya penurunan level terima yang
cukup tajam (fading dip). GSM didesain untuk mamou mendukung pergerakan MS
dengan kecepatan sampai dengan 250 Km/jam. dengan demikian perkiraan karakteristik
lintasan transmisi yang teliti dan cepat sangat diperlukan, hal ini diimplementasikan
dengan menempatkan training squence deitengah-tengah time slot untuk mengurangi
waktu antar training sequence dengan bit-bit data yang terjauh.

DIKLAT PT TELKOM
5.5 Feature Network

5.5.1 GSM sebagai Intellegent Network (IN)

Arsitektur IN

IN merupakan sutu arsitektur network yang memindahkan database dan service spesifik
dan sentral/switch ke satu atau sejumlah titik kontrol network.
Alasan yang mendorong munculnya IN adalah ketidakmampuan arsitekture network
saat ini untuk mendukung perkembangan dan penyediaan suatu service/layanan dengan
cepat. hal ini terkait dengan waktu yang dibutuhkan untuk menspesifikasikan,
mengembangkan, dan menerapkan software didalam setiap sentral dalam jaringan
publik, dan waktu yang dibutuhkan untuk melengkapi setiap sentral dengan data service
yang diperlukan untuk setiap sevice baru yang akan digelar. Untuk dapat menjadi IN
maka dalam suatu network harus terdapat:

 Sentral/switch yang memiliki kemampuan untuk mengontrol basic service dan


bearer service, switch ini disebut dengan Service Switching Point (SSP),
 Element element network (berupa perangkat komputer) yang memiliki Service
Control Point (SCP), dan
 Element network yang mengontrol penggelaran service dan data-data yang terkait
dengan service, disebut Service Management System (SMS).

Link-link antar SSP dan link antara SSP dengan SCP yang terkait menggunkan SS7
(Signalling System No.7)

Arsitektur Network GSM

GSM didesain dengan mengacu ke model IN. hal ini dapat dilihat dari hal-hal sebagai
berikut:

DIKLAT PT TELKOM
 Menerapkanarsitektur terdistribusi yang bersifat terbuka (open),
 Pemisah fungsi-fungsi switching dan kontrol service,
 Penggunaan SS7 sebagai infrastuktur komunikasi signallingnya,
 Seluruh interface dispesifikasikandengan jelas, dan
 Struktur networknya IN.

Berkaitan dengan butir terakhir perbandingan arsitektur network GSM dengan


arsitektur IN dapat dilihat pada gambar 3.4 yang menunjukkan kemiripan strukturnya
satu dengan yang lainnya.
SSP bertanggung jawab terhadap fungsi-fungsi yang terkait dengan interfacin ke arah
pengguna service. SSP juga menyediakan fungsi kemampuan bearer (bearer
capability) untuk trafik telekomunikasi dan membangkitkan service trigger yang
menyebabkan suatu permintaan kontrol service (service control request) diteruskan ke
SCP. Pada GSM, fungsi SSP terdapat pada MSC dan subsistemradio terkait yang
bertanggung jawab menyediakan akses service ke MS.

Gambar 5.4 Perbandingan Arsitektur GSM dan IN

DIKLAT PT TELKOM
SCP akan mengatur service trigger dan mengendalikan kelangsungan suatu panggilan
berdasarkan sifat dari trigger dan program-program service yang dioperasikan di SCP.
Fungsi SCP pada GSM terdapat pada HLR dan entity database GSM yang lainnya
seperti VLR, Auc, EIR.

5.5.2 Services

GSM menyediakan service ke user/pemakai dengan ragam yang cukup banyak.


Walaupun ragam service yang diberikan cukup banyak tetapi tidak semuanya
diimplementasikan pada tahap awal. Suatu kelompok yang disebut GSM Memory of
Understanding (GSM MoU) yaitu kelompok yangdibentuk untuk mengkoordinasikan
positioning operator-operator GSM telah menentukan target untuk
introduksi/implementasi service-service yang spesifik. Tujuan utama dan penentuan
waktu implementasi suatu service adalah untuk memberikan panduan ke
vendor/pemasok sistem GSM mengenai prioritas intorduksi/implementasi service terkait
dan untuk menjaminjika pelanggan melakukan roaming maka pelanggan tersebut akan
dapat menerima fasilitas service yang sama seperti yang diperoleh di network asalnya
(home network-nya). GSM MoU telah menentukan empat katagori untuk introduksi
suatu service, tiga diantaranya terkait dengan waktu yaitu katagori E1, E2, dan Eh.
Kategori keempat yaitu A bersifat optional untuk operator GSM. Empat kategori
introduksi service tersebut adalah sebagai berikut:

 E1, service yang diintroduksi sejak awal GSM,


 E2, service yang diintroduksi akhir 1994,
 Eh, service yang diintroduksi jika half-rate coder sudah tersedia,
 A, service yang bersifat optional.

Service data asinkronus (transparan dan non-transparan) dengan kecepatan diatas 2,4
Kbps ditentukan ke kategori E2 kemudian ke Eh, sedangkan bearer services lainnya
dimasukkan ke kategori A. Kategori untuk teleservices diperlihatkan pada tabel 5.4 dan
untuk supplementary services diperlihatkan pada tabel 5.5.

Tabel 5.4 Introduksi Teleservices

Service Introduksi
Telephony E1kemudian Eh

DIKLAT PT TELKOM
Emergency Call E1 kemudian Eh
Transparan Fax E2
SMS, mobile terminated E2
SMS, mobile originated A
Non Transparant Fax A
SMS cell broadcast A

5.5.4 Subscriber Identy Module (SIM)

Salah satu inovasi penting yang diperkenalkan oleh komite GSM adalah ide untuk
menggunakan smart card dalam perangkat telepon bergerak. Smart card tersebut telah
digunakan dibanyalk bidang misalnya sebagai kartu ATM. Smart card berisi
microprocessor dan memory. Penerapan smart card untuk identitas pelanggan celluler
(pada sistem celluler sebelumnya identitas pelanggan melekat ke perangkat pelanggan)
akan menciptakan fleksibelitas untuk pelanggan, artinya pelanggan dapat menggunakan
perangkat mobile Gsm yang manapun dengan bebas untuk dapat melakukan dan
menerima panggilan sedangkan tagihannya tetap dibebankan ke rekening pelanggan
tersebut (dalam hal ini diwakili oleh SIM card). Seluruh data pribadi pelanggan seperti
short-code dialling, jenis service yang diijinkan, kunci autentikasi, dan IMSI disimpan
didalam SIM card.

Sebagai konsekuensi dari penerapan SIM card adalah perangkat MS harus memiliki
pembaca kartu (card reader) SIM didalamnya dan setiap saat pelanggan harus selalu
membawa SIM card. Untuk mengatasi kekurangan tersebut maka didesain SIM card
yang bersifat semi permanen yang dipasangkan ke perangkat MS. Module SIM card
semi permanen sama seperti SIM card standar perbedaannyan hanya terletak pada
ukuran fisik kartunya lebih kecil. Dengan adanya SIM card semi permanen akan
memberikan keleluasan ke vendor untuk mendesain perangkat MS dengan ukuran yang
lebih kecil lagi.

Pengaman yang diterapkan pada SIM card adalah disediakannya fasilitas PIN
(Personal Identity Number), sehingga orang yang tidak diberikan wewenang tidak
akan dapat menggunakan SIM card tersebut. Kede PIN harus selalu dimasukkan setiap
kali SIM card dimasukkan ke MS atau setiap kali MS diaktifkan (switch on).

DIKLAT PT TELKOM
Tabel 5.5 Introduksi Supplementary Service

Kode Supplementary Service Introduksi


CLIP Calling Line Identification Presentation A
CLIR Calling Line Identification Restriction A
CoLP Connected Line Identification Presentation A
CoLR Connected Line Identification Restriction A
CFU Call Forward Unconditional E1
CFB Call Forward on Busy E1
CFNRy Call Forward on no Reply E1
CFNRc Call Forward on not Reachable E1
CW Call Waiting E2
HOLD Call Hold E2
MPTY Multiparty E2
CUG Closed Used Group A
AoC Advice of Charge E2
BAOC Barring of all outgoing call E1
BOIC Barring of all outgoing international call E1
BOIC – exHC Barring of all outgoing international call execpt to A
home country
BAIC Barring of all incoming calls E1
BIC-Roam Barring of incoming calls when roaming A

5.5.5 Short Massage Service (SMS)

Salah satu feature yang menari dari GSM adalah kemampuan untuk mengirimkan pesan
data pendek (Short Massage Service) sampai dengan 160 karakter alphanumerik. SMS
dikirim lewat kanal signalling. Service SMS mirip seperti fungsi pager tetapi memiliki
kelebihan yaitu pelanggan dapat mengirim dan menerima pesan (pelanggan dapat
menanggapi pesan yang diterima).

Pada GSM terdapat dua jenis SMS yaitu :

 SMS cell broadcast, dan


 SMS point-to-point.

DIKLAT PT TELKOM
Pada SMS cell broadcast, pesan dipancarkan ke seluruh MS yang sedang aktif di satu
cell yang memiliki kemampuan untuk menerima SMS. Service yang diberikan SMS
cell broadcast bersifat satu arah dan informasi yang diberikan antara lain kondisi trafik,
informasi saham, dan lain-lain. Sedangkan service point-to-point memungkinkan
pelanggan untuk menerima pesan. Untuk mendapatkan service SMS pada MS harus
terdapat software khusus yang dapat mendekode dan menimpan pesan. Pesan disimpan
didalam SIM card dan isi pesan dapat ditampilkan pada display MS.

Service SMS memerlukan satu SMS service center yang akan menerima pesan yang
dikirimkan pelanggan, mengorganisasikan,dan meneruskannya ke pelanggan yang
dituju, sehingga SMS service center dalam hal ini berfungsi sebagai store and forward
system.

5.5.5 Service Data

Untuk masa yang akan datang penggunaan komunikasi data melalui sistem cellular
akan semakin banyak dan semakin dominan, karena network GSM berbasis teknologi
digital maka akan sangat mudah untuk dapat mendukung service-service data. Service
data yang dapat didukung oleh GSM meliputi komunikasi data sinkron dan
asinkron,transparan dan non-transparan, dengan kecepatan data 300 bps ,1,2 Kbps,2,4
Kbps, 4,8 Kbps, dan 9,6 Kbps. GSM juga mendukung facsimile group 3.

5.6 Perangkat Radio GSM

5.6.1 Pendahuluan

Dalam menyusun Spesifikasi komite GSM mempertimbangkan ketimbangan yang baik


antara faktor biaya, kemudahan instalasi, dan tingkat performance yang dikehendaki.

Target desain yang diharapkan oleh komite GSM untuk subsistem radio adalah;

 Keakuratan modulasi, untuk menjamin penggunaan spektral efisien dan untuk


mencegah degradasi performance penerima karena kondisi transmisi yang buruk,
maka perhatian pertama ditujukan ke faktor keakuratan frekuensi (+/- 90 Hz) dan
fase (50 RMS).
 Equalisasi multipath, masalah kritis yang mempengaruhi performance perangkat
dalam menghadapi doppler shift dan dispersi waktu (time dipertion) pada burst-

DIKLAT PT TELKOM
burst yang dikirimkan.Equalizer dirancang untuk mengatasi doppler shift yang
terjadi pada kecepatan sampai dengan 250 Km/jam dan dispersi waktu sampai
dengan 16 uS.
 Kontrol daya, dimaksudkan untuk dapat menghemat konsumsi daya di MS dan
diperlukan untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya interferensi co-cahnnel
(dengan mengukur daya pemancar). Pada mekanisme kontrol daya diterapkan
dengan mengatur daya output RF pemancar serendah mungkin untuk dapat
membentuk satu link komunikasi. Kontrol daya membutuhkan perangkat radio
yang dapat mengubah (naik/turun) daya keluaran dengan cepat tanpa menyebabkan
switching transient.
5.6.2 Pemancar

Persyaratan utama dari sistem GSM adalah sistem GSM harus dapat dioperasikan
berdampingan (coexist) dengan sistem analog yang sudah ada di Eropa (NMT dan
TACS). Untuk memungkinkan coexsistansi tersebut maka desain GSM harus
membatasi level interverensi dengan sistem celluler analog.

Mudulasi GMSK

Mudulasi yang digunakan di GSM adalah GMSK dengan BT 0,3. Pemilihan modulasi
GMSK berdasarkan kompromi antara kompleksitas dan efisien spektral. Sebagian
perbandingan terhadap GMSK adalah QPSK, modulasi QPSK akan memberikan
penggunaan spektrum frekuensi yang lebih efisien tetapi modulasi ini akan membatsi
harus menggunakan penguat kelas A diprmancar karena QPSK menghasilkan
amplitudo yang tidak konstan (non-constant evelope) sehingga memerlukan penguat
yang bersifat linear. Seperti kita ketahui bahwa kelas A merupakan kelas penguat yang
tidak efisien jika dilihat dari konsumsi daya yang dibutuhkan.

GMSK dipilih karena keluarannya memiliki amplitudo konstan sehingga dapat


menggunakan penguat non-linear, yaitu pengut kelas C yang dapat diterapkan di MS
maupun di BTS. Penguat kelals C merupakan jenis penguat dengan konversi daya yang
sangat efesien, penerapan teknik modulasi GMSK sangat berarti karena dapat
menghemat pemakaian battery di MS (waktu pemakaian battery di MS dapat lebih lama
lagi).

Kontrol Daya

DIKLAT PT TELKOM
Network GSM dirancang sedemikian rupa hingga MS selalu dikendalikan oleh BSC
(lewat BTS) untuk selalu menggunakan level daya pancar minimum untuk dapat
melakukan komunikasi dengan BTS.

GSM menentuakan delapan kelas untuk pemancar BTS untuk dapat menangani lima
kelas MS seperti yang diperlihatkan pada tabel 5.6.

Tabel 5.6 Kelas Daya Pemancar GSM

Kelas Daya Daya BTS (Watt) Daya MS (Watt) Jenis MS


1 320 20 Car mounted
2 160 8 Car mounted/transportable
3 80 5 Hand-portable
4 40 2 Hand-portable
5 20 0,8 Hand-portable (MCN)
6 10
7 5
8 2,5

Daya output BTS GSM dapat dikendalikan (naik/turun) dengan step 2 dB, hal ini dapat
dilakukan untuk mendapatkan performance co-channel interference yang lebih baik dan
memungkinkan frekuensi reuse lebih sering lagi. Range kontrol untuk daya MS dan
BTS adalah dari level maksimum dari kelas daya outputnya sampai ke nilai minimum
+13dBm dengan step 2 dB.

Perintah pengaturan daya RF MS dilakukan melalui kanal SACCH yang dipancarkan


oleh BTS. MS hanya dapat diperintahkan untuk mencegah level dayanya satu step untuk
durasi setiap timeslotnya.

Pemakaian daya pemancar MS yang minimum pada saat meng-akses network akan
meningkatkan lama pemakaian battery dan mengurangi interferensi. Lama pemakaian
battery merupakan parameter yang penting untuk MS terutama jenis hand-portable
karena kapasitas battery pada MS jenis hand-portable dibatasi oleh ukuran fisiknya.

5.6.3 Penerima

DIKLAT PT TELKOM
Penerima di BTS dan MS dipersyaratkan memiliki dynamic range performance sebesar
94 dB (kecuali MS jenis hand-portable sebesar 92 dB). Performansi tersebut
memungkinkan penerima beroperasi pada rentang dari -10 sampai dengan -104 dBm.

Equalisasi

Salah satu faktor pembatas utama dari perangkat GSM adalah di performance equalizer
penerima. Equalizer pada penerima digunakan untuk mengatasi problrm ISI (Inter
Symbol Interference) dan echo yang terjadi karena multipath.

Performance kanal GSM mampu mengatasi delay lintasan sampai dengan 16µs dan
pergeseran frekuensi untuk kecepatan sampai dengan 250 Km/jam (kecepatan tersebut
mengacu ke kereta api tercepat prancis TGV).

Equalisasi dilakukan dengan melakukan sinkronisasi terhadap fixed training sequance


(terdiri dari 26 bit) yang berada si tengah-tengah dari satu burst/time slot. Kemudian
dilakukan suatu korelasi antara training sequance yang telah diketahui polanya dengan
sinyal yang diterima. Dari proses korelasi ini dapat dilakukan prediksi yang lebih baik
terhadap karakteristik sinnyal yang diterima dan untuk selanjutnya dilakukan langkah
koreksi kesalahan bit. Sebagian vendor menggunakan Viterbi equalizer untuk
mengoreksi kesalahan ini. Proses sinkronisasi itu sendiri dapat mengkompensasi delas
sampai dengan 233µs.

Equalizer juga harus dapat mengkompensasi efek pergeseran Doppler dan frekuensu
burst yang terjadi karena perangkat MS. Untuk BTS, pengukuran ini dilakukan oleh
equalizer untuk menentuka posisi/jarak yang sebenarnya terhadap BTS, dengan
demikian BTS dapat memberikan perintah ke MS untuk mengubah timing advance-nya
agar dapat sinkron ke time slot yang dialokasikan ke BTS. Timing MS dapat diatur
dengan rentang sampai dengan periode waktu 63 bit dalam step 1 bit (setara dengan
durasi 3,7µs), dengan demikian transmisi burst dapat diatur untuk tetap berada didalam
time slot yang telah ditentukan BTS. Seperti diketahui bahwa guard space antar time
slot adalah 30µs dan jika ditambah dengan pengaturan timing (timing advance) yang
diijinkan maka nilai waktu delaynya akan sama dengan panjang lintasan 35 Km.

DIKLAT PT TELKOM
BAB 6
PERSONAL COMMUNICATIONS NETWORKS

6.1 Pendahuluan

DCS1800 merupakan turunan dari sistem GSM yang telah dioperasikan di Inggris dan
Jerman untuk meningkatkan kompetisi diantara operator-operator celluler. Pada bab ini
akan dijelaskan latar belakang muunculnya DCS1800 di Inggris,
perbandingan/perbedaannya dengan GSM900, konsep PNA (Parallel Network
Achitecture) yang diterapkan pada PCN.

6.2 PCN di Inggris

6.2.1 Latar Belakang

Pada bulan Januari 1985di Inggris dua operator celluler (Vodafone dan Cellnet) mulai
memberikan layanan, kedua operator tersebut menggunakan standar TACS (Total Access
Communications System) yang beroperasi pada band frekuensi 900 MHz. Walaupun
jumlah pelanggan yang dilayani cukup besar (1.425.510 pelanggan per 1 Februari 1993)
tetapi biaya layanannya masih cukup mahal, hal ini tentunya akan menjadi salah satu
faktpr yang akan membatasi ekspansi networ. Lebih jauh lagi dua operator cellular
tersebut mengalami kesulitan dalam menyesuaikan kapasitas networknya untuk
menghadapi demand yang meningkat sangat cepat sebagai akibat dari kondisi ini adalah
terjadinya penurunan kualitas pelayanan ke pelanggan. Untuk itu perlu suatu solusi
berupa suatu network yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan yaitu layanan yang
murah dan dengan kualitas tinggi serta mampu memberikan layanan ke pelanggan
dengan jumlah yang sangat besar (mass-market).

Dengan latar belakang tersebut maka DTI (Departemen Perdagangan dan Industri di
Inggris) memutuskan untuk membuka kompetisi lebih lebar lagi, tidak hanya untuk
network cellular saja tetapi juga menggunakan teknologi berbasis radio baru yang
diharapkan akan menjadi kompetitior yang efektif untuk layanan telekomunikasi fixed

Seperti telah diketahui British telecom (BT) merupakan operator fixed network yang
dominan munculnya operator kedua yang diberikan lisensi untuk mengoperasikan fixed-
network yaitu Mercury hanya menyebabkan kehilangan pasar yang kecil untuk BT.
Untuk itu DTI membuat suatu skenario kompetisi yang lebih terbuka lagi untuk BT

DIKLAT PT TELKOM
dengan menggunakan teknologi radio/wireless yang diharapkan akan lebih murah jika
dibandingkan dengan sistem kabel/fisik yang digunakan BT.

Pada bulan Januari 1989 DTI mengeluarkan dokumen konsultatif Phone on the move,
yang berisi suatu visi dari satu jenis layanan telepon baru dengan menggunakan satu
personil handset yang tersambung ke PCN dengan kapasitas besar dan jangkauan layanan
nasional, dapat memberikan layanan mobilitas penuh dan diharapkan dapat berkompetisi
baik terhadap layanan mobilitas penuh dan diharapkan dapat berkompetisi baik terhadap
layanan cellular yang telah adadan terhadap layanan PSTN. Untuk menjamin bahwa
network baru (PCN) yang diusulkan tidak akan mengalami problem keterbatasan
kapasitas seperti yang terjadi pada sistem TACS maka untuk PCN disediakan alokasi
band frekuensi yang lebih lebar yaitu 1710 sampai dengan 1880 MHz.

Berkaitan dengan strategi kompetisi maka DTI memutuskan yang akan mendapatkan
lisensi untuk mengoperasikan network PCN yang baru adalah bukan dari operator
cellular existing atau operator fixed network yang dominan seperti BT. Pada akhirnya
DTI memutuskan memberikan lisensi PCN kepada satu konsorsium yang dipimpin oleh
Mercury (dengan adanya lisensi tersebut diharapkan Mercury dapat lebih bersaing lagi
dengan BT). Pada bulan Desember 1989 DTI memberikan lagi dua lisensi PCN untuk
Unitel dan Microtel. Selanjutnya pada bulan Maret 1992 Mercury PCN dan Unitel
melakukan merger membentuk Mercury Personal Communications.

6.2.2 Peluang PCN di Jaringan Lokal

Sistem PCN di Inggris akan dikembangkan untuk menyediakan cakupan layanan


nasional, tetapi pada awalnya hanya memberikan cakupan layanan pada tingkat lokal atau
regional sedangkan untuk jangka menengah layanan PCN diharapkan dapat menjadi
alternatif untuk layanan fixed-wire.

Kesempatan yang sama juga dapat diterapkan dengan menggunakan sejumlah strategi
regulasi dan pemberian lisensi yang tentunya dengan mempertimbangkan aspek ekonomi
dan politik. Daerah-daerah yang belum dapat dilayani PSTN dapat memanfaatkan PCN
baik pada skala lokal, regional atau nasional.

6.2.3 Langkah-Langkah Regulasi PCN

DIKLAT PT TELKOM
Dengan mempertimbangkan biaya-biaya yang terkait dengan pembangunan network
PCN baru maka DTI melakukan langkah-langkah regulasi untuk menurunkan biaya dasar
pembangunan PCN sebagai berikut:

 Operator PCN diijinkan untuk menyediakan link radio gelombang mikro sendiri
antara BTS, BSC, dan MSC sedangkan operator cellular dibatasi untuk fasilitas
tersebut sampai dengan dau tahun setelah operator PCN memberikan layanan
komersil, dan
 Operator-operator PCN diijinkan untuk berbagi infrastruktur, hal ini sangat
bermanfaat untuk melayani daerah-daerah dengan trafik rendah atau daerah rural
dimana pertimbangan biaya menjadi sangat penting.

Untuk menjamin bahwa network PCN dapat menangani jumlah pelanggan yang cukup
besar (mass market), maka DTI memberikan alokasi spektrum frekuensi yang cukup
lebar untuk setiap operator (25 Mhz per operator PCN).

6.3 Standar PCN

DTI melihat pentingnya mengadopsi standar yang sudah disepakati secara internasional
akan menentukan keberhasilan implementasi PCN, termasuk kondisi-kondisi untuk
roaming diantara network PCN. DTI memiliki dua pilihan spesifikasi untuk PCN, yang
pertama PCN akan berbasis teknologi cordless digital DECT (Digital European Cordless
Telecommunications) atau berbasis sistem cellular digital GSM.

Akhirnya DTI memutuskan untuk menggunakan GSM sebagai basis PCN yang
dimodifikasi untuk beroperasi di band frekuensi 1710-1880 Mhz. Apa yang dilakukan DTI
sesuai dengan salah satu rekomendasi kunci yang dibuat oleh ETSI Strategic Review
Comitee untuk Mobile Communications dalam rekomendasi 8 mengenai Digital Cellular
System pada 1800 Mhz (DCS 1800).

Komite GSM akan mempersiapkan suatu peningkatan terhadap standar GSM sehingga
dapat digunakan di band frekuensi 1,8 Ghz. Standar GSM versi yang baru tersebut
terutama ditujukan memberikan layanan kepada terminal saku atau handheld di daerah
yang sangat padat dan harus dapat digunakan di seluruh Eropa.

 Network managemen, radio link management, dan mobility management


 Feature layanan dan
 Potensial untuk cakupan area yang luas secara ekonomis,

DIKLAT PT TELKOM
 Open interface, dan
 Potensial untuk aplikasi di jaringan lokal (local loop).

Rekomendasi ini telah diterima oleh ETSI Technical Assembly pada bulan Maret 1990
dan untuk selanjutnya DCS1800 dikembangkan sebagai standar eropa untuk memenuhi
persyaratan PCN.

6.4 Persyaratan dan Peluang Pasar PCN

Istilah personal communications telah diadopsi oleh sejumlah operator untuk menjelaskan
layanan yang menggunakan konsep personal. Personal communication dapat didefinisikan
sebagai layanan yang dapat memenuhi segala kebutuhan setiap orang dengan
menggabungkan sejumlah teknologi yang sudah tersedia seperti cellular, cordless, paging,
dan yang lainnya untuk memberikan layanan personal ke pelanggan dengan hanya
menggunakan satu terminal handset dimanapun didalam coverage area.

Konsep PCN ini di Inggris difokuskan untuk menyediakan layanan komunikasi dua arah
yang berkualitas tinggi termasuk voice dan data ke pelanggan dalam jumlah besar (mass
market) yang bergerak diluar gedung (out-door) dan di dalam gedung (indor). Aspek mass-
market ini ditekankan karena PCN diharapkan akan digunakan di rumah sebagai alternatif
yang kompetitif terhadap PSTN.

Persyaratan kunci yang harus dipenuhi PCN adalah harus memiliki kemampuan untuk
mendukunghandset yang berukuran kecil, ringan, harganya murah, mudah digunakan
sehingga diharapkan terminal PCN dapat dibawa oleh pelanggan kemanapun. Pemilihan
kelas daya dan parameter-parameter spesifikasi radio harus dapat mendukung kinerja
waktu bicara (talk time) dan standby lebih lama lagi. Lebih jauh lagi standar teknis PCN
harus mendukung kondisi multi-operator karena layanan PCN akan diimplementasikan
dalam pasar yang sangat kompetitif disejumlah negara.

PCN diharapkan memberikan keuntungan baik di sektor bisnis maupun di sektor


residensial, dan nantinya PCN akan menjadi bagian dari kehidupan orang sehari-hari. Studi
menunjukkan bahwa adanya perubahan yang cukup signifikan di tahun 1990-an (meliputi
pola kerja, sikap, dan gaya hidup) akan meningkat demand terhadap layanan PCN, hal ini
didukung oleh studi demand kuantitatif yang memperkirakan jumlah pelanggan layanan
mobile pada tahun 2000 akan mencapai 7 sampai 10 juta pelanggan, sedangkan untuk

DIKLAT PT TELKOM
Eropa barat jumlah pelanggan cellular/PCN diperkirakan akan mencapai 17,88 juta
pelanggan di tahun 2000 dan akan bertambah menjadi 30 juta pada tahun 2010.

6.4.1 Perbandingan Cellular dan PCN

Teknologi yang dipakai untuk network GSM maupun PCM adalah radio cellular. Layanan
sistem cellular (MPS, NMT, TACS, dan yang lainnya) terutama ditujukan untuk terminal
mobile dengan daya yang tinggi (vehicle-installed) sedangkan layanan PCN lebih
ditujukan ke terminal pelanggan berupa handheld yang berukuran kecil, ringan, dan dapat
digunakan dimanapun pelanggan berada. Karena PCN harus dapat memberikan layanan di
seluruh daerah cakupannya maka pada PCN perhatian juga harus difokuskan ke layanan
dalam gedung (in-building service).

6.5 Spesifikasi Awal DC1800

Untuk awalnya perubahan dari standar GSM ke DCS1800 hanya dibatasi pada modifikasi
didaerah RF (memerlukan adaptasi dari 900 Mhz ke 1710 - 1880 Mhz), modifikasi
signalling terkait, memberikan teknis untuk berbagi infrastruktur.

Frekuensi operasi DCS1800 adalah sebagai berikut :

 MS kirim 1710-1785 Mhz


 MS terima 1805-1880 Mhz

Carrier spacing DCS1800 adalah 200 Khz (sama seperti GSM). Frekuensi absolut untuk
setiap kanal DCS1800 adalah sebagai berikut:

Frekuensi absolute = 170,2 + (0,2) x (n-512) Mhz,

Dimana n adalah nomor kanal frekuensi radio absolut (ARFCN) yang memiliki range dari
512 sampai dengan 885.

Sistem GSM900 mendukung sampai dengan 124 carrier sedangkan DCS1800 harus
dapat mendukung 374 carrier.

Perubahan juga harus dilakukan pada SIM card karena SIM card GSM hanya menyimpan
informasi carrier BCCH sebagai 124 bit bitmap. Untuk menjamin kompabilitas antara
GSM dengan DCS1800 maka harus dibuat direktori dan aplikasi DCS1800 yang baru
seperti diperlihatkan pada gambar 6.1. Hal ini akan memungkinkan MS untuk mengenali
informasi yang terkait dengan GSM ataupun DCS1800. Struktur field data SIM dan

DIKLAT PT TELKOM
protokol-protokol aplikasi yang digunakan pada DCS1800 identik dengan yang ada di
GSM900.

Dalam satu SIM card dimungkinkan untuk diisi dengan aplikasi-aplikasi GSM dn
DCS1800, karena overhead memory tambahan yang diperlukan tidak benar yaitu hanya
berkisar 165 byte saja. Dengan adanya dual- application SIM card dimungkinkan
terjadinya layanan roaming antara network DCS1800 dengan network GSM, misalnya
pelanggan DCS1800 dapat memasukkan SIM cardnya ke perangkat mobile (ME/mobile
Equipment) GSM900 dan sebaliknya.

Root Directory

Gsm DCS1800
Directory Directory

Telkom
Directory

Gambar 6.1 Struktur Direktori SIM Card

Persyaratan kunci PCN adalah kemampuan untuk mendukung handset berukuran kecil
dan murah. Skenario target rentang operasi PCN dipilih 8 km untuk daerah rural dan 1
km untuk daerah urban, sedangkan headsetnya telah ditentukan memiliki daya pancar 1
Watt dengan satu alternatif lainnya adalah 250 mW, keduanya berada dibawah kelas daya
yang digunkan di sistem GSM900. Empat kelas daya BTS terendah di GSM masih
digunakan di DCS1800.

Metode yang digunakan untuk mengembangkan standar DCS1800 adalah dengan


mengidentifikasi sejumlah skenario yang dipertimbangkan akan relevan dengan aplikasi
yang nyta/sebenarnya. Untuk menentukan parameter-parameter spesifikasi radio yang
akan digunakan untuk mendukung layanan PCN dan persyaratan implementasinya maka
skenario berikut dilakukan dan dievalusi:

 BTS tunggal dan MS tunggal


 Multiple BTS dan multiple MS, diasumsikan keduanya pada network yang sama

DIKLAT PT TELKOM
 Multiple BTS dan Multiple MS, diasumsikan terdiri dari beberapa network PCN
yang berbeda.
 MS-MS yang collated dilayani oleh network yang berbeda
 Dua BTS atau lebih yang berasal dari network yang berbeda, dan
 MS-MS DCS1800 yang collated berada pada jarak yang cukup dekat dengan sistem
celluler digital lainnya seperti GSM, DECT, CT-2 serta sistem celluler analog
lainnya seperti TACS, NMT450/900, AMPS, C-450 dan R2000.

Dengan melakukan dan mengevaluasi skenario-skenario tersebut akan memungkinkan


untuk menentukan parameter-parameter RF dengan detail seperti karakteristik pemancar
dan penerima.

Spesifikasi DCS1800 memunculkan mekanisme national roaming, yang memungkinkan


roaming diantara network-network yang overlapping dalam satu negara, sedangkan GSM
dirancang untuk international roaming diantara daerah cakupan yang tidak overlapping.
Pada DCS1800 diberikan kemampuan teknis ke pelanggan untuk secara otomatis
mendapatkan layanan dari network PCN lainnya jika pada derah tersebut tidak dapat
ditangani oleh networknya sendiri dan akan kembali secara otomatis ke networknya
sendiri, hal ini akan sangat berguna sekali untuk melayani daerah rural dan juga untuk
mempercepat pemberian layanan ke pelanggan. Sebagai pengembangan dari national
roaming sedang dikaji Persyaratan utama untuk national roaming yang harus dipenuhi
oleh operator PCN adalah sebagai berikut.

 Layanan roaming yang diberikan lebih berbasis area lokasi (Location Area/LA)
dibandingkn berbasis untuk seluruh PLMN.
 Akan terjadi pemilihan otomatis ke PLMN lainnya pada saat MS berada diluar
cakupan home PLMN-nya (HPLMN).
 MS akan kembali secara otomatis ke HPLMN pada saat MS tersebut berada lagi di
cakupan HPLMN-nya atau setelh terjadi penolakan terhadap permintan updating
lokasi MS ditolak.
 Setiap network yang memberikan fasilitas national roaming harus mendukung
layanan international roaming ke pelanggan dari network lainnya

Faeture pemilihan PLMN secara otomatis agar dapatr memenuhi persyaratan tersebut
diatas dapat dilakukan dengan preprogramming. Feature dari national roaming
diperlihatkan pada gambar 6.2

DIKLAT PT TELKOM
Dari gambar 6.2 diperlihatkan pada zone1 MSa dilayani oleh visited network A, pada
zone 2 MSb secara otomatis kembali ke home network B, dan pada zone 3 MSb dilayani
oleh home network B.

Network A Network B
MSb
Zone 1 Zone 2 Zone 3

Gambar 6.2 Feature dari National Roaming

Standar DCS1800 telah dikeluarkan oleh ETSI dalam bentuk spesifikasi-spesifikasi yang
menjelaskan rincian perubahan dan peningkatan dari spesifikasi GSM seperti
diperlihatkan pada tabel 6.1

Tabel 6.1
Perubahan Spesifikasi DCS1800 dibandingkan dengan GSM
Spesifikasi Rincian Perubahan
02 06-DCS Definisi dua kelas daya handset DCS1800
02 11-DCS Definisi national Roaming
03 12-DCS Modifikasi prosedur registrasi lokasi untuk national
roaming
04 08-DCS Prosedur baru didalam headset untuk national roaming:
perubahan air interface message untuk mengakomodasikan
peningkatan jumlah kanal di DCS1800
05 01-DCS Definisi frekuensi dan performance DCS1800
05 05-DCS Perubahan substansi terhadap spesifikasi utama GSM untuk
menentukan perubahan di performance radio handset dan
radio base station serta untuk memungkinkan mensupport
kepadatan populasi handset yang tinggi

DIKLAT PT TELKOM
05 08-DCS Modifikasi link acces diantara handset dan base station
untuk dapat mensupport peningkatan jumlah kanal di
DCS1800 dan untuk menyediakan fasilitas national roaming
08 58-DCS Messages baru pada link BSC-BTS sebagai akibat
peningkatan jumlah kanal
09 02-DCS Perubahan pada MAP untuk mensupport national roaming
09 10-DCS Definisi konversi message antara MAP dan air interface
11 10-DCS Spesifikasi handset DCS1800
11 11-DCS Spesifikasi direktori DCS1800 pada SIM, perubahan pada
SIM untuk dapat mensupport peningkatan jumlah kanal
11 20-DCS Spesifikasi base station DCS18000
11 40-DCS Spesifikasi simulator sistem DCS1800

6.5.1 Teknik Microcell di PCN

Microcell akan memungkinkan peningkatan kapasitas network PCN untuk masa yang
akan datang tanpa memerlukan modifikasi network yang sudah ada. Istilah microcell
dapat dijelaskan sebgai cell-cell kecil yang mana pemancar base-station ditempatkan
dengan ketinggin dibawah atap sehingga propagasi RF hanya menjangkau daerah yang
kecil, dengan demikian akan memungkinkan re-use carrier RF pada jarak yang lebih
dekat lagi yang pada akhirnya akan meningktkan kapasitas network. Pada standar PCN
fase 2 akan dapat menghilangkan problem putusnya hubungan komunikasi karena
pelanggan bergerak dengan cepat yang terjadi pada saat pelanggan melintasi coverage
microcell, hal ini terjadi karena waktu pendudukan MS dalam satu microcell lebuh kecil
dibandingkan waktu yang dibutuhkan untuk proses handover. Solusi untuk problem
tersebut adalah dengan cara MS yang bergerak pelan akan disambungkan ke microcell
sedangkan MS yang bergerak cepat akan dilayani dengan macrocell. Teknik MS dalam
memilih cell tertentu dibandingkan yang lainnya disebut dengan teknik polarisasi cell.
Operator PCN melakukan teknik polarisasi cell dengan beberapa alasan. Sebagai contoh,
misalnya berupa kota kecil yang berada sepanjang jalan raya masing-masing kota
dilayani oleh cell kecil (small cell) dan cell payung (umbrella cell) yang lebih besar
dipsang untuk memberikan cakupan layanan diantara kota-kota tersebut. Karena

DIKLAT PT TELKOM
umbrella cell mencakup daerah yang lebih luas, maka digunkan pemancar dengan daya
yang lebih tinggi yang mungkin akan menyebabkan MS akan memilih cell ini walaupun
MS tersebut berda dalam cakupan cell kecil. Jika panggilan dilakukan maka network
akan melakukan proses handover terhadap MS tersebut ke cell kecil, proses handover ii
akan menyebabkan beban signaling network meningkat. Untuk mengatasi hal tersebut
maka network harus dapat memerintahkan MS untuk tidak memilih meng-akses umbrella
cell tetapi selalu memilih cell kecil pada saat berbeda dalam wilayah cakupannya
Pada situasi yang lain operator menggunakan susunan cell bertingkat (layered cells)
untuk dapat mencapai kapasitas network yang lebih tinggi lagi. Pola susunan cell yang
normal digelar untuk memberikan layanan untuk keseluruhan ckupan dan micro cell
hanya dipasang di daerah-daerah tertentu saja untuk memberikan kapasitas tambahan.
Walaupun microcell menyediakan kapasitas yang tinggi tetapi juga memiliki kekurangan
dari sisi performance handover yang disebabkan kecilnya area cakupannya, kecepatan
MS melintasi microcell mungkin lebih cepat daripada algoritma yang digunakan untuk
mendukung handover. Solusi yang diadopsi untuk problem ini adalah untuk menjami MS
yang bergerak cepat tidak akan memiilih microcell jika didaerah tersebut dapat dicakup
oleh cell yang lebih besar. Hal ini dilakukan dengan menunda pemilihan satu micracell
untuk suatu periode waktu yang besarnya ditentukan oleh operator network, jika
microcell tetap masih ada setelah periode penundaan tersebut maka cell tersebut baru
dipilih setiap operator. Operator PNA menyimpulkan bahwa penggunan teknik IN
merupakan cara yang paling efektif untuk secara individual meningkatkan layanan-
layanan dasar GSM dan dengan demikian akan memunculkan memungkinkan kompetisi
antar operator secara efektif.

Value–Added Services
Layanan nilai tambah seperti SMS dan Voice Messaging merupakan jenis layanan
memiliki banyak option/pilihan, sehingga setiap operator dapat menawarkan option yang
berbeda-beda ke pelanggan. Dengan demikian sudah jelas bahwa platform yang
digunakan untuk mendukung layanan-layanan nilai tambah harus dikeluarkan dari
kesepakatan PNA dan setiap operator harus menyediakan sendiri kemampuan untuk
memberiikan layanan tersebut.

Fungsi-Fungsi Sistem Administrasi

DIKLAT PT TELKOM
Fungsi-fungsi administrasi suatu networl merupakan suatu sumber diferensiasi yang
utama diantara operator-operator celluler. Fungsi-fungsi administrasi meliputi hal-hal
berikut:
 Billing pelanggan,
 Penangan General Customer Inqury,
 Mengizinkan pelanggan untuk mendaftar / memilih service dalam network,
 Pengoprasian core network dan value-added system.

Sumber utama dari diferensiasi adalah struktur pentarifan, hal ini mencakup tingkat
subsidi handset dan kesetimbangan antara tagihan layanan bulanan (monthly charge) dan
tagihan pemakaian (cell charge). Pada akhirnya komputer billing merupakan perangkat
yang paling menentukan fleksibilitas pentarifan yang akan diimplementasikan. Untuk
alasan tersebut, telah diputuskan bahwa sistem billing tidak dimasukkan dalam sistem
inti PNA (PNA core sytem) dan setiap operator harus mengimplementasikan sistem
billingnya masing-masing. Hubungan “customer care” antara operator dengan pelanggan
juga dapat dilihat sebagai suatu area diferensiasi diantara operator. Disini dapat dilihat
terhadap rentang yang lebar untuk layanan-layanan yang dikendalikan oleh operator yang
dapat diimplementasikan. Sebagai tambahan, unit inquiry dari satu opertor biasanya
merupakan titik kontak untuk pelanggan yang menghadapi masalah yang terkait dengan
service / layanan, dan pelanggan akan menilai operator dengan sikap dalam
memperlakukan mereka dan efisiensi penanganan komplain pelanggan. Dengan alasan
tersebut maka fungsi inquiry dikeluarkan dari PNA core system.

6.7 Isu Implementasi yang Terkait dengan PNA

Arsitektur dari PNA yang diterapkan di Inggris diperlihatkan pada gambar 6.3 dengan
memperlihatkan arsitektur PNA tersebut terdapat beberap hal yang perlu diperhatikan
dalam operasi network tersebut.

DIKLAT PT TELKOM
Gambar 6.3 Parallel Network Architecture

6.7.1 alokasi transceiver (TRX)

Setiap transceiver dalam base station sistem PNA menyediakan sampai dengan delapan
kanal full rate. Isu yang menimbulkan perdebatan di PNA adalah hal-hal yang terkait
dengan penggunaan transceiver oleh setiap operator atau dengan kata lain bagaimana
mengatur pemakaian kanal traffic dalam satu base station untuk dua operator yang saling
berkompetisi. Untuk mengatasi hal tersebut terdapat dua pilihan sebagai berikut :
 Pilihan pertama, dilakukan penjatahan kanal trffic secara dinamis dan penjatahannya
diatur berdasarkan “yang pertama meng-akses yang akan dilayani terlebih dahulu”
(first come first serve) ke pelanggan dua operator yang berkompetisi.

 Pilhan kedua, disediakan transceiver khusus untuk masing-masing operator (operator


A dan operator B) dengan demikian setiap pelanggan hanya dapat menggunakan
transceiver dari operator networknya saja. Karena pada setiap base station PNA
terdapat dua jenis transceiver maka masing-masing transceiver akan beroperasi pada
tingkat efisiensi yang lebih rendah. Total trafik yang dapat ditangani akan lebih rendah
dibandingkan pilahan yang pertama.

Keuntungan dari pilihan pertama adalah pemakaian transceiver yang lebih efisien dan
kerugiannya adalah kompetisi antar dua operator menjadi terbatas. Untuk kasus di Inggris

DIKLAT PT TELKOM
didpilih solusi kompromi anatara pilihan pertama dan kedua, yaitu untuk setiap operator
PNA dialokasikan transceiver-transceiver yang berbeda (dedicated transceiver), tetapi
untuk meningkatkan efisiensi penggunaaan transceiver maka trafik limpahan (overflow
traffic) diijinkan diantara dua transceiver tersebut, dan hal ini diatur dengan kesepakatan
komersial (commercial agreement) antara dua operator PNA tersebut.

6.7.2 Billing

Pada sistem cellular biasa sistem billing menerima input dari sistem switching dalam
bentuk call data record. Call data record merupakan file yang berisi rincian dari setiap
panggilan yang berbayar yang antara lain meliputi: siapa yang melakukan panggilan,
dimana originating dilakukan, dimana dan bagaimana panggilan tersebut diterminasi,
durasi panggilan, dan waktu absolut dari panggilan.

Setiap record panggilan dapat berukuran besar yaitu sekitar 100 sampai dengan 200 byte
informasi dan untuk network yang besar ukuran record ini terkait dengan data yang lewat
di network tersebut.

Penerapan sistem PNA akan menyebabkan kerumitan tambahan dalam call data record
karena pelanggan dari setiap operator harus diarahkan (streaming) ke sistem billing yang
benar/tepat. Untuk dapat mencapai kondisi tersebut terdapat dua pendekatan yang dapat
dilakukan yaitu:

 Dilakukan steraming langsung pada switch dan switch akan menghasilkan dua billing
stream yang masing-masing diteruskan ke system billing operator, atau
 Digunakan satu adjunct processor yang akan menerima billing stream tunggal dari
switch dan kemudian memisahkannya menjadi dua billing stream dengan
menganalisis identitas setipa pelanggan mobile.

Kedua pendekatan tersebut semuanya dapat diterima dan di Inggris digunakan


pendekatan yang kedua.

6.7.3 Roaming

Roaming adalah kemampuan mobile dari satu network untuk menjelajah ke network
lainnya dan mendapatkan layanan dari network tersebut dengan updating HLR induknya.

DIKLAT PT TELKOM
Dari penjelasan tersebut jelas bahwa roaming memerlukan kesepakatan antara network
asal (home network) dan network yang dijelajah (visited network).

Penggunaan PNA yang memungkinkan dua operator untuk berbagi core network yang
sama akan menimbulkan isu bagaimana memperlakukan satu mobile yang melakukan
roaming ke network tersebut. Layanan yang diberikan ke mobile tersebut harus
ditagihkan ke network asal mobile tersebut melalui salah satu dari dua operator PNA.
Hal ini tentunya akan menambah kerumitan algoritma call data record streaming didalam
network, yang harus mengarahkan ke operator PNA yang terkait untuk mobile station-
mobile station yang mungkin berasal dari banyak operator yang lainnya.

6.7.4 Administrasi Data Pelanggan

Data administrasi pelanggan disimpan dalam database yang dikenal sebagai HLR. Pada
network non-PNA (tidak menerapkan PNA) data-data tersebut diadministrasikan oleh
sistem administrasi pelanggan operator. Sedangkan di network PNA, setiap operator
memiliki sistem administrasi sendiri yang dapat mengakses data di HLR serta dapat
memodifikasi data tersebut. Yang perlu diperhatikan adalah harus dapat dijamin bahwa
setiap sistem administrasi operator hanya dapat mengakses ke bagian dari HLR yang
berisi informasi mengenai pelanggan dari operator tersebut saja. Jadi jelas bahwa tidak
diijinkan satu operator dapat mengakses atau mengubah data-data layana yang terkait
dengan pelanggan dari opertor kompetitornya.

6.7.5 Perencanaan dan Perancangan Network

Perencanaan dan perancangan dari elemen-elemen network yang termasuk dalam


kesepakatan PNA ditangani oleh staf dari joint venture company yang dibentuk oleh
operator-operator PNA. Sedangkan perencanaan dan perancangan elemen yang tetap
berada di perusahaan induknya (misalnya sistem billing dan sistem VAS/Value Added
Service) dilakukan oleh perusahaan induk yang terlibat dalam PNA.

6.7.6 Kesimpulan

Pendekatan PNA menyebabkan operasi network menjadi rumit karena kegiatan operasi
dibagi menjadi tiga kelompok operasional yaitu operator PNA dan dua perusahaan induk
yang langsung memiliki pelanggan, tetapi dengan pengaturan divisi fungsional yang baik
diantara ketiga kelompok tersebut maka sebagian besar pekerjaan operasional akan tetapi

DIKLAT PT TELKOM
ditangani oleh organisasi PNA.Model PNA dapat dijadikan model untuk
mengimplementasikan suatu tingkat kompetisi diantara operator celluler tanpa harus
membutuhkan biaya investasi untuk dua atau tiga network celluler yang lengkap.

DIKLAT PT TELKOM
Bab 07

USDC ( United Stated Digital Celuler )

7.1 Pendahuluan

Pertumbuhan sistem celuller yang sangat cepat di seluruh dunia diharapkan terus berlanjut
hingga menjelang tahun 2000 salah satu penyebabnya adalah mulai diterapkannya
teknologi radio digital yang menjadikan harga perangkat menjadi lebih murah dan ukuran
menjadi semakin kecil. Di Eropa yang sebelumnya memiliki berbagai standar GSM
sebagai basis sistem celuller analog telah memutuskan untuk menggunakan standar GSM
sebagai basis sistem celuller digital di seluruh Eropa. GSM akan memungkinkan
melakukan roaming di seluruh Eropa dan dengan sendirinya kuantitas fabrikasi perangkat
GSM meningkat dengan pesat. Hal yang terpenting untuk diketahui adalah standar GSM
tidak kompatibel dengan standar celuller analog yang sudah ada.

Situasi yang berbeda terjadi di Amerika Utara. Di Amerika hingga tahun 90an hanya
beroperasi satu standar celuller analog (AMPS) saja dengan demikian dapat dilakukan
roaming di seluruh Amerika Utara bahkan sampai ke Amerika Selatan dan Asia dimana
pada negara-negara tersebut AMPS dijadikan standar untuk sistem celuller. Ukuran pasar
dan skala ekonomi menjadikan AMPS sebagai standar celuller yang paling banyak
digunakan di seluruh dunia. Sayangnya tidak seperti di Eropa, di Amerika Utara tidak
disediakan band frekuensi baru yang dialokasikan untuk sistem celuler digital sehingga hal
ini menjadi hambatan utama bagi pengembangan sistem celuller digital di Amerika Utara.

7.1.1 latar Belakang Penerapan Sistem Digital

Tingkat pertumbuhan jumlah pelanggan celuller yang cukup spektakuler harus


diakomodasikan dengan peningkatan kapasitas sistem celuller yang berkelanjutan yang
biasanya dilakukan dengan memperkecil ukuran cell dan penambahan jumlah base
station. Hal ini akan menjadi masalah untuk kota-kota besar karena untuk mendirikan
base station dan sistem antenanya dalam jumlah yang banyak akan menjadi sangat mahal
dan sangat tinggi tingkat kesulitannya. Dengan demikian operator network celuller
menghendaki suatu yang dapat meningkatkan kapasitas sistem secara signifikan tanpa
harus memerlukan banyak base station FCC (Federal Communications Commitee)
adalah suatu organisasi yang ditunjuk oleh pemerintah Amerika Serikat untuk mengatur
industri telekomunikasi. Di bidang radio celuller FCC bertugas mengatur alokasi band

DIKLAT PT TELKOM
frekuensi, menentukan frekuensi untuk setiap operator dan menentukan tingkat radiasi
yang diijinkan di band-band frekuensi yang lainnya. Sehingga operator-operator celuller
dapat menggunakan segala teknologi radio sepanjang pemakaian frekuensi radio tersebut
masih berada dalam batas-batas daya pancar yang telah ditentukan. Dengan demikian
jelas bahwa transisi dari celuller analog ke celuller digital tidak memerlukan persetujuan
dari FCC.

TIA (Telecommunications Industry Association) dibentuk pada tahun 1988 sebagai hasil
merger dari asosiasi supplier telekomunikasi di Aremerika Serikat (US) dengan
kelompok teknologi informasi dari EIA. TIA dan EIA bekerjasama sangat erat dalam
menghasilkan standar-standar. Agar standar TIA dan EIA dapat menjadi standar US
maka standar tersebut sebelumnya harus disetujui terlebih dahulu oleh ANSI (American
National Standart Institute).

Organisasi CTIA mewakili operator-operator celuller di Amerika Utara. CTIA


memformulasikan persyaratan –persyaratan untuk standar celuller, yang kemudian akan
diproses untuk menjadi standar celuller yang kemudian akan diproses untuk menjadi
standar TIA. CTIA bersama dengan setiap operator celuller menghadiri pertemuan TIA
dan menyediakan informasi yang diperlukan untuk standarisasi ke TIA. Salah satu usulan
yang diajukan oleh CTIA adalah standarisasi yang terkait dengan introduksi teknologi
radio digital. Untuk pada bulan Maret 1988 TIA membentuk satu subkomite TR-45.3
yang ditugaskan untuk menghasilkan standar celuller digital. Enam bulan kemudian
CTIA telah menghasilkan satu persyaratan spesifikasi. CTIA dan TIA setuju untuk
menyusun standar-standar tersebut dalam beberapa langkah/secara bertahap. Langkah
pertama harus menjamin peningkatan kapasitas yang cukup besar dengan
mengintroduksi kanal-kanal voice digital. Langkah selanjutnya adalah untuk menentukan
feature-feature tambahan dan pengembangan kapasitas lebih lanjut. Model arsitektur
network TIA diperlihatkan pada gambar 7.1 Sub-komite TR-45.3 hanya menentukan
spesifikasi interface Um saja. Sebagian besar spesifikasi interface yang lainnya
ditentukan oleh sub-komite TR-45.2

 Mobile station berisi perangkat interface yang diperlukan untuk terminasi kanal
radio pada sisi pemakai, fungsi-fungsi untuk komunikasi voice dan interface untuk
menyambungkan terminal data.
 Base station perangkat radio yang melayani satu cell atau beberapa cell.

DIKLAT PT TELKOM
 Mobile service switching center merupakan interface untuk trafik pengguna
diantara mobile network dengan network lainnya atau dengan MSC lainnya di dalam
mobile telephone network yang sama atau yang berbeda.
 Home location register merupakan register pelanggan yang menunjukkan services
yang dapat digunakan.
 Visited location register merupakan register yang terpisah dari HLR digunakan
oleh satu MSC untuk mendapatkan informasi yang diperlukan sebagai contoh untuk
menangani panggilan ke atau berasal dari pelanggan yang sedang roaming ( secara
temporer berada dalam cakupan layanan suatu MSC)
 Equipment identify register digunakan untuk menyimpan identitas perangkat
mobile
 Authentication center satu unit yang memeriksa apakah satu pelanggan diberikan
kewenangan untuk menggunakan service yang diinginkan.

Gambar 7.1 Arsitektur Network Celuller Digital Versi TIA

Salah satu persyaratan standarisasi adalah adanya telepon (mobile station) dual mode
yaitu suatu mobile station yang dapat beroperasi pada kanal voice analog maupun
digital. Hal ini memungkinkan operator untuk mengoperasikan kanal radio digital di
pusat kota dan daerah-daerah lain yang mana batas kapasitas sistem telah terlampaui.
Mobile station secara otomatis akan beralih ke kanal analog jika kanal digital tidak
tersedia dengan demikian pelanggan akan tetap merasakan tingkat layanan yang sama
seperti pada sistem analog saja.

DIKLAT PT TELKOM
TIA meminta vendor/supplier untuk mengajukan proposal sistem celuller digital. Pada
saat proposal dari sejumlah vendor diterima terdapat dua perbedaan utama dalam hal
metode akses yang akan digunakan apakah harus menggunakan FDMA atau TDMA.

7.2 Pilihan TDMA Sebagai Metode Akses

Keputusan TIA biasanya dilakukan berdasarkan konsensus. Solusi-solusi teknis yang


berbeda didiskusikan sampai para anggota TIA dapat menyetujui salah satu solusi. Tetapi
dalam pemilihan metode akses ini pengambilan keputusan ditentukan dengan pemungutan
suara. Hasilnya adalah sebagian besar anggota memilih TDMA. Alasan utama dipilihnya
metode akses TDMA adalah karena metode tersebut memungkinkan:

 Transisi yang mudah ke sistem yang baru


 Prosedur handover dipandu (assited) oleh mobile station, dan
 Flexible user data rate

7.2.1 Transisi yang Mudah ke TDMA

Dari sisi investasi cukup tinggi yang telah dilakukan pada infrastruktur analog maka
transisi ke sistem digital dengan cara yang sesederhana mungkin menjadi sangat
penting sekali. Dengan menggunakan TDMA memungkinkan untuk mengganti satu
kanal analog 30 Khz dengan satu kanal digital dengan bandwith yang sama. Kanal
digital dapat mentransmisikan beberapa panggilan secara simultan dan ferquency
plandari sistem analog masih dapat dipertahankan. Filter-filter combiner dimana sinyal
dari sejumlah RF power amplifier dalm satu base station digabungkan dan diteruskan
ke antena juga masih dapat digunakan. Hal tersebut tidak akan mungkin dapat dilakukan
jika kanal analog 30 Khz digantikan dengan tiga kanal 10 Khz FDMA. FDMA juga
memerlukan pengaturan kembali frekuensi yang digunkan dan filter-filter yang
digunakan dalam sistem atau harus menggunakan RF power amplifier yang sangat
rumit baik di base station maupun di mobile station.

7.2.2 Mobile Assisted Handover

Pertambahan jumlah pelanggan yang cukup pesat jika dikaitkan dengan makin kecilnya
ukuran cell akan menuntut sistem yang mampu mengetahui lokasi mobile station

DIKLAT PT TELKOM
dengan lebih cepat dan lebih akurat dibandingkan sistem cellular yang telah ada.
Dengan TDMA membuat hal tersebut relatif lebih mudah bagi mobile station untuk
melakukan pengukuran signal strength dari base station-base station yang saat itu
melayaninya. Kemudian base station bersama-sama dengan mobile service swithing
center akan mengevaluasi hasil pengukuran tersebut dan akan menentukan ke base
station mana station tersebut akan dialihkan (handed over) pada saat mobile station
tersebut menjauhi cell atau karena alasan yang lainnya yang akan meningkatkan
kualitas link radio jika handover dilakukan. Jumlah handover akan meningkat jika trafik
per cell meningkat dan jika ukuran cell menjadi lebih kecil. Jika metode di sistem
analog digunakan maka cell yang melayani dan cell-cell disekitar metode station
tersebut berada harus mengukur sinyal yang dipancarkan dari satu mobile station
sehingga akan mengakibatkan beban signalling pada link antara base station-base
station dengan MS menjadi sangat tinggi, dan hal ini juga memerlukan kapasitas
processing data yang sangat tinggi di dalam MSC. Dengan adanya prosedur pengukuran
yang terdesentralisasi yang mana setiap mobile station bertindak sebagai satu titik
pengukutran akan sangat mengurangi beban network.

7.2.3 Flexible User Data Rate

Peningkatan kapasitas network dimasa yang akan datang membutuhkan standar yang
memungkinkan pengembangan di bidang speech coding, yang terus dilakukan bagi
pengurangan bit rate dengan tetap mempertahankan kualitas suara yang tinggi. Jika bit
rate dari speech codec dapat dikurangi menjadi setengahnya maka kapasitas network
akan meningkat dengan tingkat hampir dua kalinya. Dengan FDMA, bandwith dari
kanal radio harus disesuaikan dengan bandwith yang diperlukan oleh pengguna, hal ini
memerlukan filter terima yang sangat sempit (5 Khz) dan spesifikasi penerima yang
ketat jika kanal suara half-rate diterapkan menggunakan sistem FDMA. Jika harus
digunkan bit rate yang berbeda-beda maka mobile station harus dilengkapi dengan
switchable receiver. Tentunya hal ini bukan merupakan solusi yang realistis untuk
mobile station yang berukuran kecil dan harganya murah.

Dengan TDMA pengguna yang berbeda dapat menggunakan data rate yang berbeda,
pengguna hanya memerlukan periode waktu yang berbeda (misalnya untuk kanal-kanal
half rate memerlukan setengah dari jumlah time slot yang biasanya digunakan untuk

DIKLAT PT TELKOM
kanal full-rate). Hal ini tidak akan mempengaruhi bagian radio dari tranceiver dan tidak
akan meningkatkan kompleksitas mobile sattion.

7.3 Isu-Isu Spesifikasi USDC yang lain

7.3.1 Speech Codec

Salah satu faktor yang pailing pentingdalam menetukan kapasitas suatu sistem cellular
adalah dengan melihat bit rate dari speech codec-nya. Dengan speech codec yang
menghasilkan bit rate rendah maka jumlah waktu dan spektrum frekuensi yang diapakai
untuk satu sambungan pembicaraan menjadi kecil, yang tentunya memungkinkan lebih
banyak lagi sambungan simultan dalam bandwith sistem yang telah ditentukan.

Metode yang digunakan untuk memilih algoritma dari speech coder adalah dengan
melakukan pengujian terhadap hardware yang berasal dari sembilan vendor. Pengujian
tersebut meliputi sensitivitas terhadap bit error rate (BER) dan kandidat yang diuji harus
mengalokasikan sebagian bit

DIKLAT PT TELKOM

Anda mungkin juga menyukai