Anda di halaman 1dari 4

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK

SOAL UJIAN PERIODE SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2012/2013

Mata Uji : Coal Bed Methane (CBM)


Jurusan : Teknik Pertambangan
Semester : VIII Nama : Komang Suta Wibawa
Hari/Tanggal : Kamis/20 Juni 2013
Waktu : 10.20 – 12.10
Sifat Ujian : Buka Buku NIM : 03021181419023
Penguji : Prof. Dr. Ir. Eddy Ibrahim, MS
Ir. H. Maulana Yusuf, MS, MT

1. (35%). Dalam rangka melakukan produksi coal bed methane (CBM) dilakukan terlebih
dahulu pemompaan air terproduksi melalui proses dewatering. Coba saudara jelaskan
mengapa dalam produksi CBM tersebut perlu dilakukan pemompaan air terproduksi
tersebut?
2. (30%). Mengapa terjadi perbedaan emisi gas metana (CH4) antara musim hujan dan musim
kemarau serta mana yang lebih besar emisinya pada kedua musim tersebut, mengapa?
Jelaskan!
3. (35%). Eksplorasi CBM sering dilakukan dengan geofisika menggunakan metode seismik.
Mengapa metode tersebut sering dilakukan? Dan apa yang menjadi sasaran utama dalam
eksplorasi tersebut?

Keterangan:
 Jangan kerjasama!!!
 Karena buka buku maka jawaban harus selengkap lengkap mungkin!!!
 Kerjakan pada lembar soal ini dan boleh menambah kertas jawaban tambahan jika
diperlukan!!!

Ooooooooooo Selamat Bekerja Semoga Sukses oooooooooooo


Jawab :

1. Coal Bed Methane (atau disingkat CBM) adalah suatu bentuk gas alam yang berasal dari
batu bara (coal). Istilah CBM ini merujuk kepada gas metana yang teradsorbsi ke dalam
matriks padat batu bara. Di dalam lapisan batubara banyak terdapat rekahan (cleat), yang
terbentuk ketika berlangsung proses pembatubaraan. Melalui rekahan itulah air dan gas
mengalir di dalam lapisan batubara. Adapun bagian pada batubara yang dikelilingi oleh
rekahan itu disebut dengan matriks (coal matrix), tempat dimana kebanyakan CBM
menempel pada pori-pori yang terdapat di dalamnya. Dengan demikian, lapisan batubara
pada target eksplorasi CBM selain berperan sebagai reservoir, juga berperan
sebagai source rock. Coal Bed Methane (CBM) diproduksi dengan cara terlebih dahulu
merekayasa batu bara sebagai reservoir agar diperoleh cukup ruang sebagai jalan keluar
gas metana. Proses rekayasa diawali dengan memproduksi air (dewatering) agar terjadi
perubahan keseimbangan mekanika. Setelah tekanan turun, gas batu bara akan keluar dari
matrik batu bara. Gas metana kemudian mengalir melalui rekahan batu bara dan akhirnya
keluar menuju lubang sumur. Puncak produksi CBM bervariasi antara 2 minggu sampai
dengan 7 tahun. Sedangkan periode penurunan produksi lebih lambat dari gas bumi
konvensional.
Berikut adalah kurva produksi gas dan air yang terlihat pada Gambar diatas :
Phase I: dicirikan oleh laju produksi air konstan dan tekanan reservoir mulai menurun.
Selama phase ini, sumur dalam kondisi dipompakan untuk meningkatkan laju
produksi gas. Biasanya laju gas akan meningkat, tergantung permeabilitas relatif
di sekitar lobang bor.
Phase II: dicirikan oleh negative decline atau penurunan secara drastis laju produksi air.
Pada phase ini alirannya berada pada kondisi dinamis (selalu berubah-ubah)
tergantung dari:
• Penurunan permebilitas relatif air
• Kenaikan permeabilitas relatif gas

• Efek Outer boundary sudah mulai terasa (alirannya


Preudo steady state)
• Laju produksi gas berubah menjadi dinamis.

Phase III: dimulai pada saat kondisi aliran di dalam reservoir mulai stabil, sumur telah
mencapai peak gas rate, dan produksi gas menunjukkan tren penurunan (decline).
Selama phase ini produksi air rendah dan permeabilitas air dan gas berubah
menjadi kecil, alirannya tetap (Preudo steady state).
Jadi, mengapa perlu dilakukan dewatering pada tahapan produksi CBM yaitu agar
tekanan yang ada pada lapisan batubara menurun dan gas metana akan terlepas dari
batubara dan mengalir ke permukaan tanah melalui sumur produksi.

2. Untuk emisi gas metana batubara (CH4), semakin dalam muka air tanah, maka jumlahnya
akan semakin menurun. Pada musim hujan, tanah akan menampung air dan muka air tanah
akan naik. Sebaliknya pada musim kemarau akan terjadi proses trasnpirasi dari tanaman
yang mengakibatkan akan terjadinya penurunan muka air tanah. Dari fakta diatas dapat
ditarik sebuah kesimpulan, bahwa emisi gas metana batubara akan semakin besar pada
musim hujan, yang dikarenakan oleh peningkatan muka air tanah.

3. Penggunaan metoda seismik bertujuan untuk mempelajari perilakuk gelombang elastik


pada batubara yang mendekati keadaan sesungguhnya pada lapisan Coal Bed Methane di
alam serta untuk memperoleh pengetahuan tentang hubungan antara sifat fisis dan karakter
perambatan gelombang pada batubara penghasil gas metana. Dengan menggunakan
metoda seismik dapa mempelajari teknik teknik estimasi distribusi CBM, kandungan
CBM, dan peringkat batubara. Perilaku fisis yang diungkap melalui metode seismik adalah
relasi perambatan gelombang elastik dan sifat fisika batubara pada beragam kondisi
(temperatur, tekanan OB, tekanan pori, tekanan efektif) pada batuabar penghasil gas
methane.
Sasaran utama dalam eksplorasi menggunakan metoda sesimik adalah, eksplorasi metoda
seismik dapat berperan sebagai pendeteksi gas metana batubara bawah permukaan secara
tak langsung. Dengan demikian, kegiatan seismik dapat dipakai untuk mereduksi biaya
eksplorasi dan meluaskan jangkauan eksplorasi sehingga dapat menjadikan potensi CBM
menjadi potensi yang terukur yang lebih pasti dan tentunya tidak memerlukan banyak
lubang bor.

Anda mungkin juga menyukai