Anda di halaman 1dari 6

Nama: Muhammad Sazili

Nim : 03021181520112
Kelas : B

Perbandingan Peraturan Perundang-undangan


yang Lama dengan yang Baru tentang Reklamasi
Penutupan Tambang.
A. Peraturan perundang-undangan yang lama

Peraturan perundang-undangan yang lama mengenai reklamasi penutupan


tambang, adalah sebagai berikut:

UU No.11 Tahun 1967 tentang Ketentuan Ketentuan Pokok Pertambangan:

Pasal 29:
Menteri PE antara lain melakukan pengawasan terhadap kegiatan lainnya
yang menyangkut kepentingan umum.
Pasal 30:
Apabila selesai melakukan penambangan bahan galian pada suatu tempat
pekerjaan, pemegang KP diwajibkan mengembalikan tanah sedemikian
rupa sehingga tidak menimbulkan bahaya bagi masyarakat sekitarnya.

B. Peraturan perundang-undangan yang baru

Peraturan perundang-undangan yang baru mengenai reklamasi penutupan


tambang adalah berdasarkan Undang-undang No.4 Tahun 2009

Undang-undang No.4 Thn.2009:

Pasal 99:
(1) Setiap pemegang IUP dan IUPK wajib menyerahkan rencana reklamasi dan
rencana pascatambang pada saat mengajukan permohonan IUP Operasi
Produksi atau IUPK Operasi Produksi.
(2) Pelaksanaan reklamasi dan kegiatan pascatambang dilakukan sesuai dengan
peruntukan lahan pascatambang.
(3) Peruntukan lahan pascatambang sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dicantumkan dalam perjanjian penggunaan tanah antara pemegang IUP atau
IUPK dan pemegang hak atas tanah.

Pasal 100
(1) Pemegang IUP dan IUPK wajib menyediakan dana jaminan reklamasi dan
dana jaminan pascatambang.
(2) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dapat
menetapkan pihak ketiga untuk melakukan reklamasi dan pascatambang
dengan dana jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberlakukan apabila
pemegang IUP atau IUPK tidak melaksanakan reklamasi dan pascatambang
sesuai dengan rencana yang telah disetujui.

Berdasarkan peraturan-peraturan diatas, dapat disimpulkan bahwa:

1. Peraturan perundang-undangan yang lama hanya menyebutkan secara umum,


dan sedikit sekali memuat masalah lingkungan dan tidak memuat secara rinci
mengenai kebijakan reklamasi penutupan tambang.

2. Peraturan perundang-undangan yang baru mengisi kekurangan-kekurangan


yang ada pada peraturan yang lama, dengan memuat secara lebih rinci mengenai
proses reklamasi penutupan tambang dan menerapkan sistem good and green
mining practice.

Secara garis besar, perbandingan peraturan perundang-undangan yang lama (UU


Nomor 11 Tahun 1967) dengan yang baru (UU Nomor 4 Tahun 2009) dapat
dilihat pada tabel berikut:

No Materi Pokok UU Nomor 11 Tahun 1967 UU Nomor 4 Tahun 2009


1 Judul Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan Mineral dan Batubara
Pertambangan
2 Prinsip Hak Penguasaan bahan galian
Penguasaan diselenggarakan Negara; Penguasaan Minerba oleh
Negara Negara, diselenggarakan oleh
(pasal 1) Pemerintah dan/atau
Pemerintah Daerah (pasal 4);

Pemerintah dan DPR


menetapkan kebijakan
pengutamaan Minerba bagi
kepentingan nasional(pasal 5)

3 Penggolongan / Penggolongan bahan galian;


Pengelompokan Pengelompokan usaha
Strategis; pertambangan; mineral dan
batubara;
Vital;
Penggolongan tambang
Non strategis, Non vital mineral; radioakif, logam,
buka logam, batuan;(pasal 34)
(pasal 3)

4 Kewenangan
Pengelolaan Bahan galian strategis (gol. A) 21 kewenangan berada di
dan vital (gol.B) dilakukan oleh tangan pusat;
Menteri;

14 kewenangan berada di
Bahan galian non strategis non- tangan propinsi;
vital oleh Pemerintah Daerah
Tingkat I/ Propinsi; (pasal 4) 12 kewenangan berada di
tangan kabupaten / kota
(pasal 6-8)

5 Wilayah Secara terinci tidak diatur, kecuali bahwa


Pertambangan usaha pertambangan tidak berlokasi di Wilayah pertambangan adalah
tempat suci, kuburan, bangunan dll bagian dari tata ruang
nasional, ditetapkan
(pasal 16 ayat 3) pemerintah setelah koordinasi
dengan Pemda dan konsultasi
dengan DPR; (pasal 9)

Wilayah Pertambangan terdiri


dari Wilayah Usaha
Pertambangan (WUP),
Wilayah Pertambangan
Rakyat (WPR), Wilayah
Pencadangan Nasional
(WPN) (pasal 13)

6 Legalitas Usaha Rezim Kontrak berupa: Rezim Perijinan berupa:

Kontrak / Perjanjian Karya (KK); Ijin Usaha Pertambangan


(IUP);
Kuasa Pertambangan (KP);
Ijin Pertambangan Rakyat
Surat Izin Pertambangan Daerah (IPR);
(SIPD);
Ijin Usaha Pertambang
Surat Izin Pertambangan Rakyat Khusus (IUPK) (pasal 35)
(SIPR) (pasal 10-15)

7 Tahapan Usaha Enam tahapan, berkonsekuensi pada Dua tahapan, berkonsekuensi pada
adanya 6 jenis pertambangan: adanya 2 tingkat perijinan:

penyelidikan umum; Eksplorasi,


meliputi:penyelidikan umum,
eksplorasi, studi kelayakan;
eksplorasi; Operasi produksi, meliputi:
kontruksi, penambangan,
eksploitasi; pengolahan dan pemurnian,
pengangkutan, penjualan;
pengolahan dan pemurnian; (pasal 36)

pengangkutan;

penjualan; (pasal 14)

8 Klasifikasi (pasal 38);


Investor dan Investor Domestik (PMDN),
Jenis Legalitas berupa: KP, SIPD, PKP2B; IPR bagi penduduk lokal,
Usaha koperasi (pasal 67);
Investor Asing (PMA), berupa:
KK, PKP2B
IUPK bagi badan usaha
IUP bagi badan usaha berbadan hukum Indonesia,
(PMA/PMDN, koperasi, baik BUMN/BUMD/badan
perseorangan; usaha swasta; (pasal 75)

9 Kewajiban
Pelaku Usaha Kewajiban keuangan bagi Pemeliharaan lingkungan:
Negara konservasi, reklamasi; (pasal
96-100);
KP sesuai aturan berlaku: iuran
tetap dan royalti (merujuk PP No. Kepentingan nasional:
45/2003 tentang Penerimaan pengolahan dan pemurnian di
Negara Bukan Pajak Departemen dalam negeri (pasal 103-
ESDM) 104);

KK/PKP2B sesuai kontrak, yakni Pemanfaatan tenaga kerja


KK: iuran tetap dan royalti, setempat, partisipasi
PKP2B: iuran tetap dan Dana pengusaha lokal pada tahap
Hasil Penjualan Batubara (DHPB) produksi, program
merujuk Keppres No. 75/1996 pengembangan masyarakat;
tentang ketentuan PKP2B) (pasal 106-108);

Minimalnya bahkan tidak Pengunaan perusahaan jasa


diaturnya kewajiban soal pertambangan lokal dan/atau
lingkungan, kemitraan dengan nasional (pasal 124);
pelaku usaha lokal, pemanfaatan
tenaga kerja setempat, program
pengembangan masyarakat
Kewajiban keuangan bagi
Negara; pajak dan PNBP.
Tambahan untuk IUPK:
pembayaran 10% keuntungan
bersih;

10 Pembinaan dan Pengawasan terpusat di tangan


Pengawasan pemerintah atas pemegang KK, KP, Pusat, propinsi, kabupaten /
PKP2B kota sesuai kewenangan
terhadap pemegang IUP, IPR
atau IPK; (pasal 139-142)

11 Ketentuan semua hak pertambangan dan KP pada saat UU ini mulai berlaku:
Peralihan (terkait perusahaan Negara, swasta, badan lain
status hukum atau perseorangan berdasarkan peraturan KK dan PKP2B yang telah
investasi yang ada sebelum saat berlakunya UU ada sebelum berlakunya UU
existing) ini, tetap dijalankan sampai sejauh masa ini tetap diberlakukan sampai
berlakunya, kecuali ada penetapan lain jangka waktu berakhirnya
menurut PP yang dikeluarkan kontark / perjanjian;
berdasarkan UU ini. (pasal 35)

Ketentuan yang tercantum


dalam pasal KK dan PKP2B
dimaksud disesuaikan
selambat-lambatnya 1 tahun
sejak UU ini diundangkan,
kecuali mengenai penerimaan
Negara. (pasal 169)
Daftar Pustaka
Anonim. 2011. Izin Usaha Pertambangan (online).
http://www.hukumpertambangan.com/izin-usaha/izin-usaha-pertambangan/.
Diakses pada tanggal 21 Maret 2017.

Gultom, Obby Afrie. 2014. Perbandingan Peraturan Pertambangan Yang Pernah


Berlaku di Indonesia (online).
http://www.gultomlawconsultants.com/perbandingan-peraturan-
pertambangan-yang-pernah-berlaku-di-indonesia/. Diakses pada tanggal 21
Maret 2017.

Sasongko, Nikka. 2015. Review Perbandingan Undang-Undang Pertambangan


No.11 Tahun 1967 vs. Undang-Undang No.4 Tahun 2009 (online).
https://www.slideshare.net/NikkaSasongko/review-perbandingan-uu-
pertambangan-no-11-th-1967-vs-uu-no4-th-2009. Diakses pada tanggal 21
Maret 2017.

Anda mungkin juga menyukai