Anda di halaman 1dari 66

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Sebagai mahasiswa sudah seharusnya mempersiapkan diri untuk


terjun langsung ke dalam dunia kerja, sesuai dengan bidangnya masing
masing. Dengan adanya Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dapat membentuk
pengalaman awal yang berperan untuk mengetahui implementasi dari ilmu
ilmu yang didapat selama perkuliahan dalam dunia kerja. Kuliah Kerja
Lapangan merupakan salah satu penilaian dan menjadi mata kuliah yang
wajib diikuti bagi setiap mahasiswa Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas
Teknik Universitas Sriwijaya.

Adanya kerjasama antara perguruan tinggi dan instansi/industri terkait


menjadi aspek yang sangat penting dalam mewujudkan Kuliah Kerja
Lapangan (KKL) ini, agar dapat membantu dalam menghasilkan sarjana
teknik yang bermutu dan memiliki standar yang tinggi, terutama bagi
Teknik Pertambangan.

Ada 2 perusahaan yang dikunjungi dalam kegiatan Kuliah Kerja


Lapangan pada tahun ini, yaitu : PT. Bukit Asam (Persero), Tbk Pit Air
Laya Tanjung Enim dan PT. Aneka Tambang. Adapun PT. Bukit Asam
(Persero), Tbk Unit Penambangan Tanjung Enim merupakan Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam kegiatan penambangan
batubara. Sedangkan PT. Aneka Tambang, khususnya yang bergerak di Unit
Bisnis Pertambangan Emas (UPBE) terletak di Gunung Pongkor, Desa
Bantar Karet, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa
Barat.

Kunjungan ke PT. Bukit Asam (Persero), Tbk Unit Penambangan


Tanjung Enim Sumatera Selatan dilakukan pada tanggal 16 Mei 2016.

1
I.2. Maksud dan Tujuan

Kuliah Kerja Lapangan (KKL) adalah salah satu sarana bagi


mahasiswa untuk mencari informasi dan mengenal keadaan tambang yang
sesungguhnya. Tujuan lain dari kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL)
adalah memberikan pengalaman kepada mahasiswa untuk melihat aplikasi
dari teori yang disampaikan selama masa perkuliahan. Dengan adanya
kegiatan ini mahasiswa diharapkan dapat mempersiapkan diri dalam
menghadapi kondisi lapangan dan meningkatkan kualitas diri masing -
masing individu.

I.3. Batasan Masalah

Batasan masalah dari penulisan Laporan Kuliah Kerja lapangan


(KKL) ini adalah membahas mengenai aktivitas penambangan, Pengolahan
& Pemurnian beserta CSR di PT. Bukit Asam (Persero), Tbk Pit Tambang
Air Laya Unit Tanjung Enim, Sumatera Selatan.

I.4. Metode Penulisan

Dalam penulisan dan penyusunan Laporan Kuliah Kerja Lapangan


(KKL) ini, penulis menerapkan metode wawancara, pengumpulan data
langsung di lapangan, pengarahan dari ahli, mendengar penjelasan yang
diberikan baik oleh dosen pembimbing maupun oleh pekerja yang
menyempatkan waktu mereka serta studi literatur yang terkait di internet
pada masing masing website resmi perusahaan.

2
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN PT BUKIT ASAM (PERSERO), Tbk
PIT AIR LAYA TANJUNG ENIM SUMATERA SELATAN

I.5. Gambaran Umum PT. Bukit Asam (Persero), Tbk Unit Penambangan
Tanjung Enim

Perusahaan ini bernama lengkap PT. Bukit Asam (Persero) Tbk, yang
terletak di Tanjung Enim, Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara
Enim, Provinsi Sumatera Selatan. PT. Bukit Asam (Persero) Tbk,
mempunyai visi yaitu menjadi perusahaan energi kelas dunia yang peduli
lingkungan dan mempunyai misi yaitu mengelola sumber energi dengan
mengembangkan kompetensi korporasi dan keunggulan insani untuk
memberikan nilai tambah maksimal bagi stakeholder dan lingkungan.
Arti adanya perusahaan PT. Bukit Asam (Persero) Tbk, yaitu untuk
mendedikasikan sumber daya energi untuk kehidupan yang lebih baik dari
dunia dan bumi. PT Bukit Asam (Persero) Tbk, berkomitmen untuk
mewujudkan visi, misi, dan nilai – nilai dari PTBA dan untuk mewujudkan
budaya perusahaan sebagai dasar dari keberhasilan jangka panjang. Adapun
nilai – nilai dari PTBA yaitu visioner, integritas, inovatif, professional, dan
sadar akan biaya dan lingkungan.

I.6. Lokasi Perusahaan dan Kesampaian Daerah

3
Lokasi wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) PT Bukit Asam
(Persero), Tbk, terletak di Tanjung Enim, Kecamatan Lawang Kidul,
Kabupaten Muara Enim dan sebagian terdapat di Kecamatan Merapi,
Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan. Secara geografis lokasi
pertambangan PT. Bukit Asam (Persero), Tbk Unit Penambangan Tanjung
Enim terletak pada 10313’00’’ BT – 103 36’10’’ BT dan 3 49’ 10’’ LS –
4 11’ 30’’ LS. Untuk lebih jelas, lihat gambar 2.1.

102o 103o 104o 105o 106o


Jambi
2o 2o
Propinsi Jambi
P. Bangka
Tj. Api-api

3o Api Api
Palembang 3o
KERTAPATI
Prabumulih
Muara Enim
Bengkulu
4o TJ. ENIM
Baturaja 4o
Daerah garis putih merupakan WIUP PT. Bukit Asam (Persero) Tbk Propinsi Lampung

BandarLampung 5o
5o

TARAHANJAKARTA

102o 103o 104o 105o 106o

Legenda U
Ibu Kota Provinsi
Sungai
Jalan Raya
Kereta Api
Batas Provinsi Skala

0 50 100 Km

Gambar 2.1. Kesampaian daerah PT. Bukit Asam (Persero), Tbk Unit
Penambangan Tanjung Enim (Arsip Satker Eksplorasi Rinci PT. Bukit
Asam (Persero), Tbk, 2015)

Lokasi pertambangan PT. Bukit Asam (Persero), Tbk Unit


Penambangan Tanjung Enim (UPTE) dapat dicapai melalui dua alternatif
perjalanan yaitu Rute darat menggunakan kendaraan roda empat dari kota

4
Palembang menuju Tanjung Enim dengan jarak tempuh ± 200 kilometer.
Kemudian melalui rute darat yang menggunakan kereta api dari stasiun
Kertapati, Palembang menuju Muara Enim dengan jarak tempuh ±160
kilometer, kemudian dilanjutkan perjalanan darat menggunakan kendaraan
roda empat menuju Tanjung Enim selama dua puluh menit. Lihat gambar
2.1.

I.7. Sejarah Pendirian

Dalam perkembangannya PT Bukit Asam (Persero) Tbk, memiliki


sejarah yang panjang sejak zaman penjajahan dan telah mengalami beberapa
kali pergantian nama perusahaan. Pertambangan batubara yang ada di
Tanjung Enim pertama kali dimulai pada tahun 1919 yang pada saat itu
masih dalam masa penjajahan Belanda. Pertambangan batubara pertama kali
menggunakan metode penambangan terbuka. Lokasi di Tanjung Enim yang
menjadi lokasi pertama kali ditambang yaitu lokasi Tambang Air Laya.
Pada tahun 1923 sampai 1940, metode penambangan yang dilakukan
menggunakan metode lain yaitu metode penambangan tambang bawah
tanah (underground mining). Produk batubara pertama kali dijadikan barang
komersial yaitu pada tahun 1938.
Pada tahun 1950, karena adanya desakan dari pekerja Indonesia untuk
mendesak pemerintah agar merubah status perusahaan tambang yang
semula masih dalam bentuk perusahaan swasta menjadi pertambangan
nasional, maka Pemerintah RI mengesahkan pembentukan Perusahaan
Negara Tambang Arang Bukit Asam (PN TABA). Kemudian pada tahun
1981, PN TABA berubah status menjadi Perseroan Terbatas dengan nama
PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero), Tbk., yang selanjutnya
disebut perseroan. Pada tahun 1990, untuk meningkatkan pengembangan
industri pemerintah menggabungkan Perum Tambang Batubara dengan
Perseroan yang kemudian pada tahun 1993 Pemerintah menugaskan
Perseroan untuk mengembangkan usaha briket batubara sebagai langkah
untuk mewujudkan kesadaran energy nasional. Pada 23 Desember 2002
5
Perseroan yang dalam hal ini merupakan PT. Bukit Asam (Persero), Tbk,
resmi mencatatkan diri sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia
dengan kode “PTBA”.

I.8. Visi dan Misi

a. Visi
“ Perusahaan energi kelas dunia yang peduli lingkungan”.
b. Misi
“Mengelola sumber energi dengan mengembangkan kompetensi
korporasi dan keunggulan insani untuk memberikan nilai tambah
maksimal bagi stakeholder dan lingkungan”.

I.9. Logo Korporasi

Logo Korporasi PT Bukit Asam (Persero) Tbk mengusung konsep


brand ‘Huruf B’. tanda Ikon pada logo, yaitu Huruf B yang
ditransformasikan secara abstrak menjadi simbol matahari dan Tanah, tanda
Indeks pada logo, yaitu Garis lengkung, dan tanda Simbol pada logo, yaitu,
warna kuning kemerahan, coklat kemerahan, biru, dan nama logo (teks
perusahaan), Fisik dari logo yaitu ukuran, bentuk, warna, dan tulisan pada
logo PT. Bukit Asam, Visi : untuk menjadi perusahaan energi kelas dunia
yang peduli lingkungan. Dan Misi : mengelola sumber energi dengan
mengembangkan kompetensi korporasi dan keunggulan insani untuk
memberikan nilai tambah maksimal bagi stakeholder dan lingkungan, dan
Interpretasi filosofi secara semiotic pada logo PT. Bukit Asam (Persero)
Tbk, yaitu melambangkan Perusahaan energi batubara kelas dunia yang
peduli terhadap lingkungan dan mempunyai corporate image yang
professional.
6
Gambar 2.2. Logo Perusahaan PT. Bukit Asam (Persero), Tbk.

I.10. Cadangan dan Sumberdaya

Tambang Air Laya (TAL) merupakan Tambang Batubara terbesar


yang dioperasikan di PT Bukit Asam (Persero) Tbk Unit Pertambangan
Tanjung Enim. Tambang Air Laya terbagi dalam dua wilayah yaitu
Tambang Air Laya 1 dan Tambang Air Laya 2.

Nilai kalori batubara yang terdapat di Tambang Air Laya (TAL)


berkisar antara 6.001-7.500 kkal/kg (adb). Cadangan batubara total pada
Tambang Air Laya sebesar 249,36 juta ton dengan rincian cadangan terukur
sebesar 236,74 juta ton, cadangan terunjuk 12,62 juta ton, dan untuk
cadangan tereka tidak ada. Pada bulan Juni 2015, secara umum di Tambang
Air Laya target penggalian untuk Overburden sebesar 2.900.000 BCM dan
target produksi batubara sebesar 588.000 ton dan secara khusus untuk di
lokasi Suban yang merupakan bagian dari Tambang Air Laya 1, target
penggalian Overburden sebesar 1.850.000 BCM dan target produksi
batubara sebesar 250.000 ton.

7
I.11. Produk

Komoditas utama PT. Bukit Asam (Persero), Tbk adalah batubara.


Batubara adalah bahan bakar fosil. Batubara dapat terbakar, terbentuk dari
endapan, batuan organik yang terutama terdiri dari karbon, hidrogen dan
oksigen. Batubara terbentuk dari tumbuhan yang telah terkonsolidasi antara
strata batuan lainnya dan diubah oleh kombinasi pengaruh tekanan dan
panas selama jutaan tahun sehingga membentuk lapisan batubara. Batubara
merupakan sumber energi dari bahan alam yang tidak akan membusuk,
tidak mudah terurai berbentuk padat. Oleh karenanya rekayasa pemanfaatan
batubara ke bentuk lain perlu dilakukan.

Batubara dapat dimanfaatkan dalam berbagai jenis kegunaan


diantaranya :

 Sebagai sumber energi bagi Pembangkit Listrik Tenaga Uap


Batubara.
 Sebagai bahan bakar rumah tangga (pengganti minyak tanah)
biasanya dibuat briket batubara, sebagai bahan bakar industri
kecil; misalnya industri genteng/bata, industri keramik.
 Abu dari batubara juga dimanfaatkan sebagai bahan baku
semen, penyetabil tanah yang lembek, dan juga sebagai zat
addictive penyusun beton dalam bentuk debu hasil
pembakaran (fly ash).

Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh


tekanan, panas dan waktu, batu bara umumnya dibagi dalam lima kelas
yaitu :

8
1) Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam
berkilauan (luster) metalik, mengandung antara 86% - 98%
unsurkarbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%.
2) Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar
air 8- 10% dari beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak
ditambang di Australia.
3) Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan
oleh karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien
dibandingkan dengan bituminus.
4) Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak
yang mengandung air 35-75% dari beratnya.
5) Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai
kalori yang paling rendah.

Lapisan batubara yang tersebar wilayah Tambang Air Laya terdiri dari
lapisan batubara A, lapisan batubara B, dan lapisan Batubara C. Keadaan
kondisi geologi yang kompleks menyebabkan beberapa lapisan batubara
mengalami splitting secara intensif. Batubara lapisan A membentuk lapisan
A1 dan lapisan A2. Lapisan Batubara B terbagi lagi menjadi B1 dan B2.
Gambar 2.3. dibawah ini memperlihatkan bentu dari batubara.

9
Gambar 2.3. Batubara

BAB III

DASAR TEORI

A. CSR PTBA

I.12. Definisi CSR (Corporate Social Responsibility)

Ada beberapa definisi dari para ahli, komunitas maupun lembaga yang
mengajukan mengenai pengertian CSR (Corporate Social Responsibility)
diantaranya adalah ;

Menurut Nursahid, 2006


Corporate Social Responsibility (CSR) adalah tanggung jawab moral
suatu organisasi bisnis terhadap kelompok yang menjadi stakeholder-nya yang
terkena pengaruh baik langsung maupun tidak langsung dari operasi
perusahaan.

Menurut The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) in


fox, et. al, 2002 dalam Nursahid, 2006
CSR adalah komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan
ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga

10
karyawan, dan masyarakat setempat (lokal) dalam rangka meningkatkan kualitas
kehidupan.

Menurut Robbins dan Coulter (2004)


CSR Adalah tanggung jawab sosial perusahaan adalah kewajiban
perusahaan bisnis yang dituntut oleh hukum dan pertimbangan ekonomi, untuk
mengejar berbagai sasaran jangka panjang yang baik bagi masyarakat.

Menurut World Business Council for Sustainable Development dalam


(Iriantara, 2004, p.49).
Corporate Social Responsibility sebagai komitmen berkelanjutan
kalangan bisnis untuk berperilaku etis dan memberikan sumbangan pada
pembangunan ekonomi sekaligus memperbaiki mutu hidup angkatan kerja dan
keluarganya serta komunitas lokal dan masyarakat secara keseluruhan.

Menurut Kotler & Nancy, 2005


Corporate Social Responsibility adalah komitmen perusahaan untuk
meningkatkan kesejahteraan komunitas melalui praktik bisnis yang baik dan
mengkontribusikan sebagian sumber daya perusahaan.

Menurut Trinidad and Tobaco Bureau of Standards (TTBS) dalam


(Budimanta,Prasetijo & Rudito, 2004, p.72).
Corporate Social Responsibility diartikan sebagai komitmen usaha untuk
bertindak etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan
ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan
keluarganya, komuniti lokal dan masyarakat secara lebih luas

ISO 26000 mengenai Guidance on Social Responsibility (draft 3, 2007)


Menurut ISO 26000, CSR adalah Tanggung jawab sebuah organisasi
terhadap dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatannya
pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku
transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan
kesejahteraan masyarakat; mempertimbangkan harapan pemangku
kepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku
internasional; serta terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh.

Menurut Wibisono, 2007, p.8


CSR Forum mendefinikan Corporate Social Responsibility sebagai bisnis
yang dilakukan secara transparan dan terbuka serta berdasarkan pada nilai-nilai
moral dan menjunjung tinggi rasa hormat kepada karyawan, komunitas dan
lingkungan

Menurut Philip Kotler dan Nancy Lee

11
Corporate Social Responsibility memiliki kemampuan untuk
meningkatkan citra perusahaan karena jika perusahaan menjalankan tata kelola
bisnisnya dengan baik dan mengikuti peraturan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah maka pemerintah dan masyarakat akan memberikan keleluasaan
bagi perusahaan tersebut untuk beroperasi di wilayah mereka.

Jadi, dapat kita simpulkan bahwa Corporate Social Responsibility adalah


komitmen perusahaan untuk memberikan kontribusi jangka panjang terhadap
satu issue tertentu di masyarakat atau lingkungan untuk dapat menciptakan
lingkungan yang lebih baik.

Mengenai perusahaan membangun desa setempat, hal ini terkait


dengan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan atau Corporate Social
Responsibility (“TJSL”). TJSL tidak hanya mengenai kegiatan yang dilakukan
perusahaan dimana perusahaan ikut serta dalam pembangunan ekonomi
masyarakat setempat, tetapi juga terkait kewajiban perusahaan dalam
melestarikan lingkungan.

CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu konsep atau


tindakan yang dilakukan oleh perusahaan sebagai rasa tanggung jawab
perusahaan terhadap social maupun lingkungan sekitar dimana perusahaan itu
berada, seperti melakukan suatu kegiatan yang dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat sekitar dan menjaga lingkungan, memberikan
beasiswa untuk anak tidak mampu di daerah tersebut, dana untuk pemeliharaan
fasilitas umum, sumbangan untuk membangun desa/fasilitas masyarakat yang
bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat banyak, khususnya masyarakat
yang berada di sekitar perusahaan tersebut berada. Corporate Social
Responsibility (CSR) merupakan sebuah fenomena dan strategi yang digunakan
perusahaan untuk mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan stakeholder-
nya. CSR dimulai sejak era dimana kesadaran akan sustainability perusahaan
jangka panjang adalah lebih penting daripada sekedar profitability perusahaan.

Kegiatan CSR akan menjamin keberlanjutan bisnis yang dilakukan. Hal ini
disebabkan karena :
c. Menurunnya gangguan social yang sering terjadi akibat pencemaran
lingkungan, bahkan dapat menumbuh kembangkan dukungan atau
pembelaan masyarakat setempat.
d. Terjaminnya pasokan bahan baku secara berkelanjutan untuk jangka
panjang.
e. Tambahan keuntungan dari unit bisnis baru, yang semula merupakan
kegiatan CSR yang dirancang oleh korporat.

Adapun 5 pilar yang mencakup kegiatan CSR yaitu:

12
 Pengembangan kapasitas SDM di lingkungan internal perusahaan
maupun lingkungan masyarakat sekitarnya.
 Penguatan ekonomi masyarakat sekitar kawasan wilayah kerja
perusahaan.
 Pemeliharaan hubungan relasional antara korporasi dan lingkungan
sosialnya yang tidak dikelola dengan baik sering mengundang
kerentanan konflik.
 Perbaikan tata kelola perusahaan yang baik
 Pelestarian lingkungan, baik lingkungan fisik, social serta budaya.

Sebagaimana diketahui, kode etik bisnis mewajibkan seluruh


perusahaan untuk memperhatikan lingkungan. Dalam arti memberi bantuan
bahkan memiliki tanggung jawab sosial dan bantuan lingkungan. Artinya, ini
menjadi wajib karena terkait dengan kewajiban perusahaan untuk menjamin
kelangsungan usahanya di lokasi di mana perusahaan tersebut berada. Untuk
kelancaran kode etik bisnis ini maka pemerintahan telah menetapkan program
CSR.

Tabel CSR Berdasarkan Jumlah Kegiatan & Dana Seluruh Indonesia


No Model Jumlah Kegiatan Jumlah Dana (RP)
1 Langsung 113 (40,5%) 14,2 miliar (12,2%)
2 Yayasan Perusahaan 20 (7,2%) 20,7 miliar (18%)
3 Bermitra dengan 144 (51,6%) 79,0 miliar (68,5%)
Lembaga Sosial
4 Konsorsium 2 (0,7%) 1,5 miliar (1,3%)

Jumlah 279 kegiatan 115,3 miliar

6) Dasar Hukum CSR (Corporate Social Responsibility)

Ada beberapa dasar hukum yang mengatur mengenai kegiatan CSR


(Corporate Social Responsibility) atau TJSL (Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan) dalam suatu perusahaan, yang berguna agar perusahaan yang
berwenang tidak serta merta meninggalkan tanggung jawabnya di bidang social
maupun lingkungan diantaranya :

13
1. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (“UUPT”)
serta Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab
Sosial Dan Lingkungan Perseroan Terbatas (“PP 47/2012”)

Mengenai TJSL, diatur dalam Pasal 74 UUPT dan penjelasannya.


Pengaturan ini berlaku untuk perseroan. Berdasarkan Pasal 1 angka 1
UUPT, Perseroan (Perseroan Terbatas) adalah badan hukum yang
merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian,
melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi
dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-
Undang ini serta peraturan pelaksanaannya.

Menurut Pasal 1 angka 3 UUPT, Tanggung Jawab Sosial dan


Lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam
pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas
kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri,
komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.

Pasal 74 UUPT pada dasarnya mengatur mengenai hal-hal


berikut ini:
a. TJSL ini wajib untuk perseroan yang menjalankan kegiatan
usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam.
b. Yang dimaksud dengan “perseroan yang menjalankan kegiatan
usahanya di bidang sumber daya alam” adalah perseroan yang
kegiatan usahanya mengelola dan memanfaatkan sumber daya
alam.
c. Sedangkan yang dimaksud dengan “perseroan yang menjalankan
kegiatan usahanya yang berkaitan dengan sumber daya alam”
adalah perseroan yang tidak mengelola dan tidak memanfaatkan
sumber daya alam, tetapi kegiatan usahanya berdampak pada
fungsi kemampuan sumber daya alam.
d. TJSL ini merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan
diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya
dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
e. Mengenai sanksi, dikatakan bahwa perseroan yang tidak
melaksanakan kewajiban TJSL akan dikenai sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang terkait.

Dalam Pasal 4 PP 47/2012, dikatakan bahwa TJSL dilaksanakan


oleh Direksi berdasarkan rencana kerja tahunan perseroan setelah
mendapat persetujuan Dewan Komisaris atau Rapat Umum Pemegang
Saham (“RUPS”) sesuai dengan anggaran dasar perseroan. Rencana kerja
tahunan perseroan tersebut memuat rencana kegiatan dan anggaran yang
dibutuhkan untuk pelaksanaan TJSL. Pelaksanaan TJSL tersebut dimuat

14
dalam laporan tahunan perseroan dan dipertanggungjawabkan kepada
RUPS (Pasal 6 PP 47/2012).

2. Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (“UU


25/2007”)

Dalam Pasal 15 huruf b UU 25/2007 diatur bahwa setiap


penanam modal wajib melaksanakan TJSL. Yang dimaksud dengan TJSL
menurut Penjelasan Pasal 15 huruf b UU 25/2007 adalah tanggung jawab
yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap
menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan
lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.

Sedangkan yang dimaksud dengan penanam modal adalah


perseorangan atau badan usaha yang melakukan penanaman modal yang
dapat berupa penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing
(Pasal 1 angka 4 UU 25/2007).

Selain itu dalam Pasal 16 UU 25/2007 juga diatur bahwa setiap


penanam modal bertanggung jawab untuk menjaga kelestarian lingkungan
hidup. Ini juga merupakan bagian dari TJSL. Jika penanam modal tidak
melakukan kewajibannya untuk melaksanakan TJSL, maka berdasarkan Pasal
34 UU 25/2007, penanam modal dapat dikenai sanksi adminisitatif berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pembatasan kegiatan usaha;
c. pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal;
atau
d. pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal.

Selain dikenai sanksi administratif, penanam modal juga dapat


dikenai sanksi lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
(Pasal 34 ayat (3) UU 25/2007).

3. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup (“UU 32/2009”)

Berdasarkan Pasal 68 UU 32/2009, setiap orang yang


melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban:
a. memberikan informasi yang terkait dengan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup secara benar, akurat, terbuka, dan
tepat waktu;
b. menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup; dan

15
c. menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan/atau
kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.

4. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara No. PER-


05/MBU/2007 Tahun 2007 Tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik
Negara Dengan Usaha Kecil Dan Program Bina Lingkungan sebagaimana
terakhir diubah denganPeraturan Menteri Badan Usaha Milik NegaraNo.
PER-08/MBU/2013 Tahun 2013TentangPerubahan Keempat Atas
Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara No.PER-
05/MBU/2007 Tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara
Dengan UsahaKecil Dan Program Bina Lingkungan (“Permen BUMN
5/2007”)

Dalam peraturan ini diatur mengenai kewajiban Perusahaan


Perseroan (“Persero”), Perusahaan Umum (“Perum”), dan Perusahaan
Perseroan Terbuka (“Persero Terbuka”).

Berdasarkan Pasal 2 Permen BUMN 5/2007, Persero dan Perum


wajib melaksanakan Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan
Program Bina Lingkungan. Sedangkan Persero Terbuka dapat melaksanakan
Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina
Lingkungan dengan berpedoman pada Permen BUMN 5/2007 yang
ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS.

Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil adalah program


untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan
mandiri melalui pemanfaatan dana BUMN (Pasal 1 angka 6 Permen BUMN
5/2007). Sedangkan Program Bina Lingkungan adalah program
pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN melalui pemanfaatan
dana BUMN (Pasal 1 angka 7 Permen BUMN 5/2007).

5. Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 Tentang Minyak Dan Gas Bumi (“UU
22/2001”)

Kegiatan usaha hulu yang dilaksanakan oleh Badan Usaha atau


Bentuk Usaha Tetap berdasarkan Kontrak Kerja Sama dengan Badan
Pelaksana wajib memuat ketentuan-ketentuan pokok yang salah satunya
adalah ketentuan mengenai pengembangan masyarakat sekitarnya dan
jaminan hak-hak masyarakat adat (Pasal 11 ayat (3) huruf p UU 22/2001).

Selain itu dalam Pasal 40 ayat (5) UU 22/2001 juga dikatakan


bahwa Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap yang melaksanakan kegiatan

16
usaha Minyak dan Gas Bumi (kegiatan usaha hulu dan kegiatan usaha hilir)
ikut bertanggung jawab dalam mengembangkan lingkungan dan masyarakat
setempat.

III.3 Manfaat Dan Tujuan CSR (Corporate Social Responsibility)

Dalam bisnis apapun, yang diharapkan adalah keberlanjutan dan


kestabilan usaha, karena keberlanjutan akan mendatangkan keuntungan
sebesar-besarnya bagi perusahaan. Setidaknya terdapat tiga alasan penting
mengapa kalangan dunia usaha harus merespon CSR agar sejalan dengan
jaminan keberlanjutan operasional perusahaan, sebagaimana dikemukakan
Wibisono (2007). Adapun tujuan dari CSR dijelaskan sebagai berikut ;

Pertama, perusahaan adalah bagian dari masyarakat dan oleh


karenanya wajar bila perusahaan memperhatikan kepentingan masyarakat.
Perusahaan mesti menyadari bahwa mereka beroperasi dalam satu tatanan
lingkungan masyarakat. Kegiatan sosial ini berfungsi sebagai kompensasi atau
upaya imbal balik atas penguasaan sumber daya alam atau sumber daya
ekonomi oleh perusahaan yang kadang bersifat ekspansif dan eksploratif,
disamping sebagai kompensasi sosial karena timbul ketidaknyamanan
(discomfort) pada masyarakat.

Kedua, kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya memiliki hubungan


yang bersifat simbiosis mutualisme. Untuk mendapatkan dukungan dari
masyarakat. Wajar bila perusahaan dituntut untuk memberikan kontribusi
positif kepada masyarakat, sehingga bisa tercipta harmonisasi hubungan bahkan
pendongkrakan citra dan performa perusahaan.

Ketiga, kegiatan CSR merupakan salah satu cara untuk meredam atau
bahkan menghindarkan konflik sosial. Potensi konflik itu bisa berasal akibat dari
dampak operasional perusahaan atau akibat kesenjangan struktural dan
ekonomis yang timbul antara masyarakat dengan komponen perusahaan.

Pada dasarnya CSR bukanlah entitas departemen atau divisi yang


sifatnya parsial, atau hanya berfungsi dalam pendongkrakan citra sebagi bagian
dari jurus jitu marketing perusahaan, sehingga nilai perusahaan
dimata stakeholders lain khusunya masyarakat menjadi positif.

Pada hakikatnya CSR adalah nilai atau jiwa yang melandasi aktivitas
perusahaan secara umum, dikarenakan CSR menjadi pijakan komperhensif
dalamaspek ekonomi, sosial, kesejahteraan dan lingkungan. Tidak etis jika nilai
CSR hanya diimplementasikan untuk memberdayakan masyarakat setempat,

17
disisi lain kesejahteraan karyawan yang ada di dalamnya tidak
terjamin, atau perusahaan tidak disiplin dalam membayar pajak, suburnya
praktik korupsi dan kolusi, atau mempekerjakan anak.

Dalam aspek lingkungan misalnya, terdapat perusahaan-perusahaan


yang berkontribusi dalam pencemaran terhadap alam, melakukan pemborosan
energi, danbermasalah dalam limbah. Bagaimanapun semua aspek dalam
perusahaan, baik ekonomi, sosial, kesejahteraan dan lingkungan tidak bisa lepas
dari koridor tanggungjawab sosial perusahaan. Oleh karena itu dalam CSR
tercakup didalamnya empat landasan pokok yang antara satu dengan yang
lainnya saling berkaitan (Tanari, 2009), diantaranya:

a. Landasan pokok CSR dalam aktivitas ekonomi, meliputi:


 kinerja keuangan berjalan baik
 investasi modal berjalan sehat
 kepatuhan dalam pembayaran pajak
 tidak terdapat praktik suap/korupsi
 tidak ada konflik kepentingan
 tidak dalam keadaan mendukung rezim yang korup
 menghargai hak atas kemampuan intelektual/paten
 tidak melakukan sumbangan politis/ lobi

b. Landasan pokok CSR dalam isu lingkungan hidup, meliputi:


 tidak melakukan pencemaran
 tidak berkontribusi dalam perubahan iklim
 tidak berkontribusi atas limbah
 tidak melakukan pemborosan air
 tidak melakukan praktik pemborosan energi
 tidak melakukan penyerobotan lahan
 tidak berkontribusi dalam kebisingan
 menjaga keanekaragaman hayati

c. Landasan pokok CSR dalam isu sosial, meliputi:


 menjamin kesehatan karyawan atau masyarakat yang terkena
dampak
 tidak mempekerjakan anak
 memberikan dampak positif terhadap masyarakat
 melakukan proteksi konsumen
 menjunjung keberanekaragaman
 menjaga privasi
 melakukan praktik derma sesuai dengan kebutuhan
 bertanggungjawab dalam proses outsourcing dan off-shoring
 akses untuk memperoleh barang-barang tertentu dengan harga
wajar

18
d. Landasan pokok CSR dalam isu kesejahteraan
 memberikan kompensasi terhadap karyawan
 memanfaatkan subsidi dan kemudahan yang diberikan pemerintah
 menjaga kesehatan karyawan
 menjaga keamanan kondisi tempat kerja
 menjaga keselamatan dan Kesehatan Kerja
 menjaga keseimbangan kerja/hidup

Landasan diatas memberikan sebuah gambaran bahwa CSR bukanlah hal


yang parsial, melainkan suatu urusan yang komperhensif. Tidak tepat jika
perusahaan hanya fokus pada aspek lingkungan hidup, namun abai dalam aspek
kesejahteraan karyawan dan ketidakseimbangan antar aspek lainnya. Oleh
karena itu poin-poin diatas bisa dijadikan sebagai indikator sejauhmana
keseriusan perusahaan dalam menerapkan CSR.
elain aspek diatas, kesungguhan perusahaan dalam menerapkan CSR
bisa juga diukur dengan menggunakan indikator Piramida CSR. Tujuannya adalah
untuk mengetahui berada pada tipe apa perusahaan dalam menerapkan CSR,
apakah hanya fokus pada tanggungjawab secara ekonomi lalu menegasikan
kebutuhan masyarakat lokal, baru pada tataran mematuhi aturan hukum, atau
memang sudah berada dalam tingkat tertinggi yaitu tanggungjawab etis,
mempraktekkan CSR secara komperhensif.

Ada beberapa manfaat diadakannya kegiatan CSR ini, manfaat tersebut


akan dirasakan baik pada masyarakat disekitar perusahaan maupun perusahaan
itu sendiri, Berikut ini adalah manfaat CSR bagi masyarakat:
1. Meningkatknya kesejahteraan masyarakat sekitar dan kelestarian
2. lingkungan.
3. Adanya beasiswa untuk anak tidak mampu di daerah tersebut.
4. Meningkatnya pemeliharaan fasilitas umum.
5. Adanya pembangunan desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan
berguna untuk masyarakat banyak khususnya masyarakat yang berada
di sekitar perusahaan tersebut berada.
Berikut ini adalah manfaat CSR bagi perusahaan:
1. Meningkatkan citra perusahaan.
2. Mengembangkan kerja sama dengan perusahaan lain.
3. Memperkuat brand merk perusahaan dimata masyarakat.
4. Membedakan perusahan tersebut dengan para pesaingnya.
5. Memberikan inovasi bagi perusahaan
6.

B. PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN PTBA

19
III.1. Definisi Pertambangan
Ilmu Pertambangan adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang meliputi
pekerjaan Pencarian (Prospeksi), Penyelidikan (Eksplorasi), Penambangan
(Mining), Pemurnian dan Pengolahn (Extraction Metallurgy and Mineral Dressing),
Penjualan (Marketing) terhadap mineral mineral dan batuan yang memiliki nilai
ekonomis sampai dengan proses Penutupan Tambang (Mine Closure).
Menurut Undang Undang Minerba No. 4 tahun 2009. Disebutkan bahwa,
pengertian pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam
rangka penelitian, pengelolah, dan pengusahaan mineral atau batubara yang
meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi,
penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta
kegiatan pascatambang.
Sistem Penambangan adalah suatu cara atau teknik yang dilakukan untuk
membebaskan atau mengambil endapan bahan galian yang mempunyai nilai
ekonomis dari batuan induknya untuk diolah lebih lanjut sehingga dapat
memberikan keuntungan yang besar dengan memperhatikan keamanan dan
keselamatan kerja yang terbaik serta meminimalisir dampak lingkungan yang
ditimbulkan.

III.2. Metode dan Sistem Penambangan

Metode penambangan yang digunakan pada Tambang Air Laya


menggunakan metode tambang terbuka. Penambangan dengan
metoda tambang terbuka adalah suatu kegiatan penggalian bahan galian seperti
batubara, ore (bijih), batu dan sebagainya di mana para pekerja berhubungan
langsung dengan udara luar.dan iklim. Tambang terbuka (open pit mining) juga
disebut dengan open cut mining; adalah metoda penambangan yang dipakai
untuk menggali mineral deposit yang ada pada suatu batuan yang berada atau
dekat dengan permukaan. Kegiatan penambangan yang ada di PT. Bukit Asam
(Persero) Tbk, dilaksanakan oleh pihak ketiga (kontraktor) yaitu PT.
Pamapersada Nusantara.

III.3. Aktivitas Penambangan


Tujuan utama dari aktivitas penambangan adalah pengambilan endapan
dari batuan induknya, sehingga mudah untuk diangkut dan di proses pada proses
selanjutnya.

Adapun tahapan penambangan di di PT. Bukit Asam (Persero) Tbk, pada


Tambang Air Laya adalah sebagai berikut :

20
1. Pembersihan Lahan (Land Clearing)
Kegiatan ini bertujuan untuk membersihkan area yang akan dilakukan
penambangan dari tumbuhan semak belukar, pepohonan, dan bongkahan batuan
(Thompson, RJ, 2005). Kegiatan land clearing dilakukan secara bertahap sesuai
arah kemajuan penambangan dan merupakan tahapan awal dalam kegiatan
development. Umumnya proses pekerjaan land clearing pada proyek-proyek
konstruksi dilakukan dengan memperhatikan lahan dan peralatan yang tersedia.
Dengan demikian, alat yang dipilih dapat disesuaikan untuk mengoptimalkan
kegiatan land clearing. Alat yang biasanya digunakan pada kegiatan land clearing
yaitu bulldozer tanpa dilengkapi ripper dan excavator.

2. Pengupasan Top Soil


Tanah pucuk (top soil) adalah bagian dari lapisan tanah yang letaknya paling
atas dan kaya akan unsur hara dan humus. Tanah pucuk umumnya memiliki
ketebalan + 0,5 m. Top soil yang dikupas selanjutnya dipindahkan ke tempat
penyimpanan sementara atau langsung dipindahkan ke timbunan, guna untuk
keperluan reklamasi sehingga kondisi permukaan tanah bisa dilakukan
penanaman kembali (Tenriajeng, A.T, 2003).
Kegiatan pengupasan tanah pucuk ini dilakukan pada kondisi berupa rona
awal yang asli (belum pernah digali) dengan menggunakan alat-alat mekanis
berupa bulldozer, backhoe, dan truck. Pengupasan top soil ini dilakukan sampai
pada batas lapisan sub soil, yaitu pada kedalaman dimana telah sampai di lapisan
batuan penutup. Tanah pucuk yang telah terkupas selanjutnya ditimbun dan
dikumpulkan pada lokasi tertentu yang dikenal dengan istilah top soil bank. Untuk
selanjutnya tanah pucuk yang terkumpul di top soil bank yang pada saatnya nanti
akan dipergunakan sebagai pelapis teratas pada lahan disposal. Penebaran
kembali tanah pucuk dilakukan dengan ketebalan antara 20 – 30 cm diatas lahan
yang telah di tata dan dirapikan agar bebas erosi.

3. Pengupasan Overburden
Pengupasan overburden merupakan suatu kegiatan pemindahan lapisan
material baik berupa tanah ataupun batuan yang berada di atas cadangan bahan
galian, agar bahan galian tersebut menjadi tersingkap. Tujuan pengupasan
overburden adalah untuk membuang material penutup di atas endapan bahan
galian tambang sehingga hasil bahan galian tambang dapat diambil dengan bersih
tidak tercampur tanah atau pengotor lainnya, mengurangi biaya pengolahan dan
mempermudah kegiatan penambangan.

4. Penggalian Batubara
Coal getting merupakan kegiatan penggalian batubara yang sudah
tersingkap setelah tanah penutupnya dibuang. Kegiatan coal getting dilakukan
dengan kombinasi alat gali muat berupa excavator dan alat angkut berupa
dumptruck. Sebelum dilakukan coal getting, terlebih dahulu dilakukan
kegiatan coal cleaning. Maksud dari kegiatan coal cleaning ini adalah untuk

21
membersihkan pengotor yang berasal dari permukaan batubara (coalface) yang
berupa material sisa tanah penutup yang masih tertinggal sedikit, serta pengotor
lain yang berupa agen pengendapan (air permukaan, air hujan, longsoran).
Kegiatan coal cleaning biasanya menggunakan excavator dengan kapasitas bucket
yang kecil.
Setelah coal cleaning, alat gali muat tidak langsung melakukan proses
penggalian pada lapisan batubara, namun akan dilakukan kegiatan
pembongkaran/pemberaian dari lapisan batubara untuk memudahkan alat gali
muat melakukan pekerjaannya. Kegiatan pembongkaran dapat dilakukan dengan
ripping dan blasting. Ripping atau menggaru adalah metoda untuk memecah
batubara dari kondisi insitu menjadi kondisi loose dengan menggunakan dozer
yang dilengkapi oleh ripper.
Apabila tingkat kekerasan batuan dilokasi penambangan telah melampaui
alat penggaruan (riping) maka dapat dilakukan peledakan (blasting) untuk
melakukan pemberaian material. Bieniaswski (1973) mengklasifikasi kekerasan
suatu batuan berdasarkan nilai kuat tekannya yang dimulai dari tingkat kekerasan
yang sangat lunak sampai tingkat kekerasan yang sangat keras.

5. Pemuatan (Loading) dan Pengangkutan (Hauling)


Menurut Partanto dalam Ensiklopedia Pertambangan Edisi 3 (2000),
pemuatan adalah kegiatan untuk mengambil dan memuat material ke dalam
alat angkut, atau ke suatu tempat penimbunan material (stockyard), ke
dalam suatu penampungan atau pengatur aliran material (hopper, bin,
feeder, dan sebagainya).
Proses pemuatan material hasil galian dilakukan oleh alat muat
(loading equipment) seperti powershovel, backhoe, dragline, yang
dimuatkan pada alat angkut (hauling equipment). Ukuran dan tipe alat muat
yang dipakai harus sesuai dengan kondisi lapangan dan keadaan alat
angkutnya (Indonesianto, 2005).
Hauling merupakan pekerjaan pengangkutan material hasil galian.
Untuk material lapisan tanah penutup (overburden) diangkut ke waste
dump, sedangkan untuk batubara diangkut menuju stockpile dengan
menggunakan alat angkut (hauling equipment) (Indonesianto, Y, 2005).
Pengangkutan dapat dilakukan dengan menggunakan dump truck, motor
scrapper ataupun wheel loader serta bulldozer apabila jarak angkut kurang
dari 100 meter (Tenriajeng, A.T, 2003).

22
6. Dumping
Menurut Indonesianto, Y. (2005), dumping merupakan kegiatan
penimbunan material yang dipengaruhi oleh kondisi tempat penimbunan,
mudah atau tidaknya manuver alat angkut tersebut selama melakukan
penimbunan. Untuk material overburden ditimbun di lokasi penimbunan
(waste dump), sedangkan untuk batubara ditimbun di stockpile.

III.4. Peralatan yang Digunakan pada Aktivitas Penambanga di PT. Bukit Asam
(Persero),Tbk.

Dalam kegiatan penambangan di PT. Bukit Asam (Persero),Tbk digunakan


beberapa jenis alat utama yang umum dipakai antara lain alat pemuatan
(excavator) , alat angkut (dumptruck) , dan KA Babaranjang (Kereta Api Batubara
Rangkaian Panjang) , dan alat pendukung seperti bulldozer , grader , compactor dan
bucket wheel excavator.

1. Alat Pemuatan ( Excavator)


Excavator adalah Alat berat yang terdiri dari batang, tongkat, keranjang dan
rumah rumah dalam sebuah wahana putar dan digunakan untuk penggalian
(akskavasi) . Rumah rumah diletakan diatas kereta bawah yang dilengkapi Roda
rantai atau Roda. Ekskavator pertama kali diciptakan pada tahun 1835 oleh
William Smith Otis, seorang ahli mekanik asal Amerika Serikat. Pada awalnya
ekskavator dijalankan dengan menggunakan mesin uap dan digunakan sebagai
alat penggalian untuk membangun rel kereta api. Pada tahun 1839 William Smith
Otis menerima patent atas karya ekskavator temuannya dan kemudian meninggal
dunia pada tahun yang sama (1839). Pada tahun 1840 tercatat ada 7 buah
excavator dan merupakan excavator pertama di dunia yang diciptakan oleh
William Smith Otis. Excaavator menggunakan Winch dan Tali besi untuk bergerak.
Excavator adalah perkembangan alami dari Penggaruk Uap dan sering juga
disebut Power shovel. .

Sedangkan ekskavator adalah adalah alat yang serba guna yang dapat untuk
menggali tanah, membuat parit, memuat material ke dump truck atau kayu ke
trailer. Dengan kombinasi penggatian attachment maka dapat digunakan untuk
memecah batu, mencabut tanggul, membongkar aspal dan lain-lain. Kontruksi
excavator bagian atasnya (upper structure) mampu berputar (swing) 360 derajat,
sehingga alat ini sangat lincah untuk penggalian dan pemindahan tanah pada area
yang sempit.

Bagian utama dari hydraulic excavator adalah :


 Front End Attachment

23
 Upperstructure
 Undercarriage
Untuk membandingkan kemampuan dari hydraulic excavator, dulu
berorientasi pada kapasitas bucket (bucket capacity). Sedangkan pada saat ini,
untuk membandingkannya berdasarkan berat operasi dari mesin (operating
weight). Product hydraulic excavator, bila kita lihat dari berat operasinya maka
dapat digolongkan kedalam 4 (empat) kelompok yaitu ;
 Mini ; 0,6 – 6 tons
 Medium : 10 – 30 tons
 Large : 40 – 80 tons
 Big / Giant : 80 – 800 tons
Berikut ini adalah contoh masing-masing jenis ekskavator (gambar 3.1.).

Gambar 3.1. jenis – jenis excavator

2. Alat Angkut (Dump Truck dan KA Babaranjang)

a) Dump Truck
Dump truck adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan material
pada jarak menegah sampai jarak jauh (500 m atau lebih). Muatannya diisi oleh
alat pemuat, sedangkan untuk membongkar alat ini bekerja sendiri. Ditinjau dari
besar muatannya, dump truck dapat di kelompokkan dalam 2 golongan yaitu:

24
ØOn high way dump truck muatannya < 20 m3
Ø Off high way dump truck muatanya > 20 m3.

1. Pemilihan Truck
Kapasitas truck yang dipilih harus seimbang dengan alat pemuatnya
(loader), jika perbandingan ini kurang proporsioanal, maka kemungkinan loader ini
akan banyak menunggu atau sebaliknya. Beberapa pertimbangan (keuntungan
dan kerugian) yang harus diperhatikan dalam beberapa pemilihan ukuran truck
adalah sebagai berikut:
a. Truck Kecil
Keuntungan dalam menggunakan truck berukuran kecil antara lain:
Lebih lincah dalam beroperasi dan lebih mudah mengoperasikannya
Lebih fleksibel dalam pengangkutan jarak dekat.
Pertimbangan terhadap jalan kerja lebih sederhana.
Penyesuaian terhadap kemampuan loader lebih mudah
Jika salah satu truck dalam satu unit angkutan tidak bekerja, tidak akan
bermaslah terhadap total produksi.
Sedangkan kerugiannya adalah:
Waktu hilang lebih banyak, akibat banyaknya truck yang beroperasi,
terutama waktu pemuatan (loading).
Excavator lebih sukar memuatnya karena kecilnya bak.
Biaya pemeliharaan lebih besar karena banyaknya truck, begitu pula
tenaga pemeliharaan.
b. Truck Besar
Keuntungan dengan menggunakan truck berukuran besar adalah:
Ø Untuk kapasitas yang sama dengan truck kecil, jumlah unit truck
besar lebih sedikit.
Ø Sopir dan crew yang digunakan lebih sedikit.
Ø Cocok untuk angkutan jarak jauh.
Ø Pemuatan dari loader lebiih mudah, sehingga waktu hilang lebih
sedikit.
Kerugiannya adalah:
Ø Jalan kerja harus diperhatikan karena kerusakan jalan relatif lebih
cepat akibat berat truck yang besar
Ø Pengoperasiannya lebih sulit karena ukurannya yang besar.
Ø Produksi akan sangat berkurang apabila satu truck tidak bekerja
(untuk jumlah yang relative kecil).
Ø Maintenance lebih sulit dilaksanakan.

Untuk lebih jelas, lihat gambar 3.2.a). di bawah ini.

25
Gambar 3.2.a). Dumptruck

b) KA Babaranjang
KA Babaranjang adalah nama sebuah rangkaian kereta api pengangkut
batubara di Sumatera Selatan. KA Babarajang merupakan singkatan dari kereta
api batubara rangkaian panjang. Kereta api batubara Muara Enim ± Tarahan lebih
dikenal sebagai KA Babaranjang, karena KA ini mempunyai rangkaian terpanjang
di Indonesia. KA ini disebut – sebut sebagai KA terpanjang di Indonesia sebab
dapat menarik 46 gerbong dengan kapasitas 50 ton batubara, dimana 1 gerbong
memiliki panjang hingga 15 meter, ditambah dengan panjang lokomotifnya.
Setiap harinya rata – rata KA Babaranjang pulang-pergi sebanyak 21 kali
dari Muara Enim ke Tarahan yang berjarak 410 km. Setiap satu rangkaian kereta
yang terdiri dari 46 gerbong, memerlukan dua lokomotif untuk
menggerakkanya. Hal ini dikarenakan rangakain yang terlalu panjang dan berat.
Untuk itu, digunakan lokomotif yang masing – masing lokomotif bertenaga sekitar
2450 hp untuk membawa muatan sekitar 2.300 ton batubara (Firda Rosa,
2013). Lihat gambar 3.2.b). dibawah ini:

26
Gambar 3.2.b). Babaranjang

3. Bulldozer
Bulldozer adalah suatu alat berat yang mempunyai roda rantai (track
shoe) untuk pekerjaan serbaguna yang memiliki kemampuan traksi yang tinggi.
Bisa digunakan untuk menggali (digging), mendorong (pushing), menggusur
meratakan (spreading), menarik beban, menimbun (filling), dan banyak lagi.
Mampu beroperasi di daerah yang lunak sampai daerah yang keras sekalipun.
Dengan swamp dozer untuk daerah yang sangat lunak, dan daerah yang sangat
keras perlu dibantu dengan ripper (alat garu), atau dengan blasting (peledakan
dengan tujuan pemecahan pada ukuran tertentu). Mampu beroperasi pada
daerah yang miring dengan sudut kemiringan tertentu, berbukit, apalagi
didaerah yang rata. Jarak dorong efisien berkisar antara 25-40 meter dan tidak
lebih dari 100 meter. Jarak mundur tidak boleh terlalu jauh, bila perlu gerakan
mendorong dilakukan secara estafet. Mendorong pada daerah turunan lebih
efektif dan produktif daripada di daerah tanjakan. Attachment yang biasanya
menyertainya antara lain: bermacam-macam blade, towing, winch, ripper, tree
pusher, harrow, disc plough, towed scraper, sheep foot roller, peralatan pipe
layer, dan lain - lain.
Pada dasarnya bulldozer adalah alat yang menggunakan traktor sebagai
penggerak utamanya, artinya traktor yang dilengkapi dozer attachment dalam
hal ini perlengkapannya attachment adalah blade. Sebenarnya, bulldozer adalah
nama jenis dari dozer, selain mendorong lurus ke depan, juga memungkinkan
untuk mendorong ke samping dengan sudut 250 terhadap kedudukan lurus.
Jenis pekerjaan yang biasanya menggunakan bulldozer adalah:
 Mengupas top soil dan pembersihan lahan dan pepohonan,
 Pembukaan jalan baru,

27
 Pemindahan material pada jarak pendek sampai dengan 100 m,
 Membantu mengisi material pada scraper,
 Menyebarkan material,
 Mengisi kembali saluran,
 Membersihkan quarry.

Untuk lebih jelasnya, lihat gambar 3.3. dibawah ini :

Gambar 3.3. Alat Berat Bulldozer

4. Motor Grader
Motor grader merupakan alat perata yang mempunyai bermacam-
macam kegunaan. Untuk keperluan perataan tanah, digunakan grader,
disamping untuk membentuk permukaan yang dikehendaki. Grader juga dapat
digunakan untuk mencampurkan dan menebarkan tanah dan campuran aspal.
Pada umumnya grader digunakan dalam proyek dan perawatan jalan dan
dengan kemampuannya bergerak, juga sering digunakan dalam proyeklapangan
terbang.
Dalam pengoperasiannya, motor grader menggunakan blade yang
disebut moldboard yang dapat digerakkan sesuai kebutuhan bentu permukaan.
Sebagaimana diketahui motor grader adalah tipe peralatan yang dapat dipakai
dalam berbagai variasi pekerjaan konstruksi (grading). Kemampuan ini akibat
gerakan-gerakan flexibel yang dipunyainya terhadap blade dan roda-roda ban.
Keserbagunaan ini diperbesar dengan perlengkapan-perlengkapan lainnya,
seperti:
Ø Scarifier teeth (ripper dalam bentuk penggaruk kecil) dipasang di
bagian depan blade dan dapat dikendalikan secara tersendiri.
Ø Pavement widener (untuk mengatur penghamparan)
Ø Elevating grader unit (alat pengatur grading).

28
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar 3.4. dibawah ini:

Gambar 3.4. Motor Grader


5. Compactor
Compactor digunakan untuk memadatkan tanah atau material sedemikian
hingga tercapai tingkat kepadatan yang diinginkan (Tenriajeng, A.T, 2003). Jenis
rodanya bisa terbuat dari besi seluruhnya atau ditambahkan pemberat berupa air
atau pasir, bisa terbuat dari karet (berupa roda ban) dengan bentuk sheep foot,
ada juga yang ditarik dengan alat alat penarik seperti bulldozer, atau bisa
menggunakan mesin penarik sendiri (Gambar 3.5). Compactor tergolong dalam
alat penunjang kegiatan penambangan, biasanya alat ini bekerja berpasangan
dengan grader dalam hal melakukan pembukaan ataupun kegiatan perawatan
jalan. Pada dasarnya tipe dan jenis compactor adalah sebagai berikut.
1. Smooth steel rollers (penggilas besi dengan permukaan halus).
Jenis ini dibedakan lagi menjadi beberapa macam, jika ditinjau dari cara
pengaturan rodanya, maka terdapat three whell rollers dan tandem
rollers.
2. Pneumatic tired rollers (penggilas roda ban angin).
3. Sheep foot type rollers .
4. Vibratory plate compactor (alat pemadat - getaran).
5. Vibratory rollers (penggilas getar).

29
Gambar 3.5. Compactor (Tenriajeng, A.T, 2003)

6. Bucket Wheel Excavator


Bucket wheel excavator (BWE) adalah alat gali muat yang dapat juga
merangkap sebagai alat angkut, alat ini sesuai untuk digunakan pada material
tanah penutup, baik itu berupa lapisan tipis maupun lapisan yang tebal, terutama
jika berupa tanah, lempung, pasir, maupun material serpihan yang lunak. Namun
dapat juga menggali lapisan batubara yang telah dilakukan pembongkaran
terlebih dahulu oleh alat mekanis lainnya (Indonesianto, 2005). Penggalian oleh
BWE dilakukan oleh sebuah boom yang pada ujungnya terdapat roda besar yang
sekelilingnya dipasang mangkuk-mangkuk. Boom beserta mangkuk-mangkuk yang
berputar pada roda itu ditekan ke arah material yang digali. BWE biasanya
dipasangkan dengan belt conveyor untuk mengangkut material hasil dari galian
BWE menuju ke stockpile ((Indonesianto, 2005). Pada lokasi Suban Tambang Air
Laya Selatan, BWE hanya digunakan sebagai alat transportasi batubara untuk
dibawa dari temporary stockpile menuju ke stockpile utama yang dihubungkan
dengan belt conveyor sebagai alat angkutnya.

30
Gambar 3.6. Bucket Wheel Excavator (Thompson, RJ, 2005)

C. AKTIVITAS PENAMBANGAN PTBA

III.1 Aktivitas Penambangan

III.1.1 Pembersihan Lahan (Land Clearing)

Kegiatan ini bertujuan untuk membersihkan area yang akan dilakukan


penambangan dari tumbuhan semak belukar, pepohonan, dan bongkahan
batuan (Thompson, RJ, 2005). Kegiatan land clearing dilakukan secara bertahap
sesuai arah kemajuan penambangan dan merupakan tahapan awal dalam
kegiatan development. Umumnya proses pekerjaan land clearing pada proyek-
proyek konstruksi dilakukan dengan memperhatikan lahan dan peralatan yang
tersedia. Dengan demikian, alat yang dipilih dapat disesuaikan untuk
mengoptimalkan kegiatan land clearing. Alat yang biasanya digunakan pada
kegiatan land clearing yaitu bulldozer tanpa dilengkapi ripper dan excavator.
Menurut Tenriajeng, A.T. (2003) proses pengerjaan land clearing secara
umum adalah sebagai berikut.
1. Underbrushing
Underbrushing adalah kegiatan pembabatan pepohonan yang berdiameter
maksimum 30 cm dengan tujuan untuk mempermudah pelaksanaan
penumbangan pepohonan yang lebih besar.
2. Felling /Cutting
Felling/Cutting adalah kegiatan pembabatan pada pepohonan dengan
diameter batang lebih dari 30 cm. Umumnya, pada kegiatan felling/cutting
31
pepohonan dibabat tanpa meninggalkan tunggul/akar dengan
meminimalisirkan kerusakan terhadap tanah pucuk dan batang pohon yang
produktif dimanfaatkan.

3. Pilling
Pada kegiatan ini batang-batang pohon hasil pembabatan
dikumpulkan.Batang-batang produktif disimpan untuk selanjutnya
dimanfaatkan dan batang yang tidak produktif disiapkan untuk dilakukan
kegiatan selanjutnya.
4. Burning
Pembakaran terhadap batang-batang yang telah ditumbangkan yang tidak
produktif. Kemudian abu hasil pembakaran disebarkan merata, yang
bertujuan untuk meningkatkan kesuburan tanah pucuk sebelum
dipindahkan.

III.1.2 Pengupasan Top Soil

Tanah pucuk (top soil) adalah bagian dari lapisan tanah yang letaknya
paling atas dan kaya akan unsur hara dan humus. Tanah pucuk umumnya
memiliki ketebalan + 0,5 m. Top soil yang dikupas selanjutnya dipindahkan ke
tempat penyimpanan sementara atau langsung dipindahkan ke timbunan, guna
untuk keperluan reklamasi sehingga kondisi permukaan tanah bisa dilakukan
penanaman kembali (Tenriajeng, A.T, 2003).
Kegiatan pengupasan tanah pucuk ini dilakukan pada kondisi berupa
rona awal yang asli (belum pernah digali) dengan menggunakan alat-alat
mekanis berupa bulldozer, backhoe, dan truck. Pengupasan top soil ini dilakukan
sampai pada batas lapisan sub soil, yaitu pada kedalaman dimana telah sampai
di lapisan batuan penutup. Tanah pucuk yang telah terkupas selanjutnya
ditimbun dan dikumpulkan pada lokasi tertentu yang dikenal dengan istilah top
soil bank. Untuk selanjutnya tanah pucuk yang terkumpul di top soil bank yang
pada saatnya nanti akan dipergunakan sebagai pelapis teratas pada lahan
disposal. Penebaran kembali tanah pucuk dilakukan dengan ketebalan antara 20
– 30 cm diatas lahan yang telah di tata dan dirapikan agar bebas erosi.

III.1.3 Pengupasan Overburden

Pengupasan overburden merupakan suatu kegiatan pemindahan lapisan


material baik berupa tanah ataupun batuan yang berada di atas cadangan bahan
galian, agar bahan galian tersebut menjadi tersingkap. Tujuan pengupasan
overburden adalah untuk membuang material penutup di atas endapan bahan

32
galian tambang sehingga hasil bahan galian tambang dapat diambil dengan
bersih tidak tercampur tanah atau pengotor lainnya, mengurangi biaya
pengolahan dan mempermudah kegiatan penambangan.
Tenrianjeng, A.T. (2003) mengelompokkan material yang akan digali
berdasarkan kekerasannya. Pengelompokkan tersebut bertujuan untuk
menyesuaikan alat mekanis dan metode yang akan digunakan untuk proses
pengupasan material penutup dari bahan galian tambang yang akan diambil.
Pengelompokkan tersebut yaitu sebagai berikut :
1. Lunak (soft) atau mudah digali (easy digging), misalnya: tanah atas atau top
soil, pasir (sand), lempung pasiran (sandy clay), dan pasir lempungan
(clayed sand).
2. Agak keras (medium hard digging), misalnya: tanah liat atau lempung (clay)
yang basah dan lengket dan batuan yang sudah lapuk (wheathered rock).
3. Sukar digali atau keras (hard digging) misalnya: batu sabak (slate), material
yang kompak (compacted material), batuan sedimen (sedimentary rock),
konglomerat (conglomerat), dan breksi (breccia).
4. Sangat sukar digali atau sangat keras (very hard digging) atau batuan segar
(fresh rock) yang memerlukan pemboran dan peledakan sebelum dapat
digali, misalnya: batuan beku segar (fresh igneous rock) dan batuan malihan
segar (fresh metamorfic rock).

III.1.4 Penggalian Batubara


Coal getting merupakan kegiatan penggalian batubara yang sudah
tersingkap setelah tanah penutupnya dibuang. Kegiatan coal getting dilakukan
dengan kombinasi alat gali muat berupa excavator dan alat angkut berupa
dumptruck. Sebelum dilakukan coal getting, terlebih dahulu dilakukan
kegiatan coal cleaning. Maksud dari kegiatan coal cleaning ini adalah untuk
membersihkan pengotor yang berasal dari permukaan batubara (coalface) yang
berupa material sisa tanah penutup yang masih tertinggal sedikit, serta pengotor
lain yang berupa agen pengendapan (air permukaan, air hujan, longsoran).
Kegiatan coal cleaning biasanya menggunakan excavator dengan kapasitas
bucket yang kecil.
Setelah coal cleaning, alat gali muat tidak langsung melakukan proses
penggalian pada lapisan batubara, namun akan dilakukan kegiatan
pembongkaran/pemberaian dari lapisan batubara untuk memudahkan alat gali
muat melakukan pekerjaannya. Kegiatan pembongkaran dapat dilakukan
dengan ripping dan blasting. Ripping atau menggaru adalah metoda untuk
memecah batubara dari kondisi insitu menjadi kondisi loose dengan
menggunakan dozer yang dilengkapi oleh ripper.
Apabila tingkat kekerasan batuan dilokasi penambangan telah
melampaui alat penggaruan (riping) maka dapat dilakukan peledakan (blasting)
untuk melakukan pemberaian material. Bieniaswski (1973) mengklasifikasi
kekerasan suatu batuan berdasarkan nilai kuat tekannya yang dimulai dari

33
tingkat kekerasan yang sangat lunak sampai tingkat kekerasan yang sangat keras
(Tabel 3.1).

Tabel 3.1 Klasifikasi Kuat Tekan Batuan (Bieniaswski,1973)

Klasifikasi Kuat Tekan (Mpa)


Sangat Keras 250-700
Keras 100-250
Keras Sedang 50-100
Lunak 25-50
Sangat Lunak 1-25

III.1.5 Pemuatan (Loading) dan Pengangkutan (Hauling)

Menurut Partanto dalam Ensiklopedia Pertambangan Edisi 3 (2000), pemuatan


adalah kegiatan untuk mengambil dan memuat material ke dalam alat angkut,
atau ke suatu tempat penimbunan material (stockyard), ke dalam suatu
penampungan atau pengatur aliran material (hopper, bin, feeder, dan
sebagainya),.
Proses pemuatan material hasil galian dilakukan oleh alat muat (loading
equipment) seperti powershovel, backhoe, dragline, yang dimuatkan pada alat
angkut (hauling equipment). Ukuran dan tipe alat muat yang dipakai harus
sesuai dengan kondisi lapangan dan keadaan alat angkutnya (Indonesianto,
2005).
Hauling merupakan pekerjaan pengangkutan material hasil galian. Untuk
material lapisan tanah penutup (overburden) diangkut ke waste dump,
sedangkan untuk batubara diangkut menuju stockpile dengan menggunakan alat
angkut (hauling equipment) (Indonesianto, Y, 2005). Pengangkutan dapat
dilakukan dengan menggunakan dump truck, motor scrapper ataupun wheel
loader serta bulldozer apabila jarak angkut kurang dari 100 meter (Tenriajeng,
A.T, 2003).

III.1.6 Dumping

Menurut Indonesianto, Y. (2005), dumping merupakan kegiatan


penimbunan material yang dipengaruhi oleh kondisi tempat penimbunan,
mudah atau tidaknya manuver alat angkut tersebut selama melakukan

34
penimbunan. Untuk material overburden ditimbun di lokasi penimbunan
(waste dump), sedangkan untuk batubara ditimbun di stockpile.

35
BAB IV

PEMBAHASAN

I.13. CSR PTBA

f. Program CSR PTBA

Perseroan telah melaksanakan kegiatan dibidang sosial, ekonomi dan lingkungan


agar hasil kegiatan operasional dari sisi kinerja ekonomi, sosial dan lingkungan
seimbang. Hal tersebut juga sebagai bentuk Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
terhadap masyarakat sekitar perusahaan agar meningkatkan taraf hidup masyarakat
maupun pelestarian lingkungan.
Tujuan Program Kemitraan PTBA adalah peningkatan kemampuan usaha kecil dan
koperasi di sekitar wilayah operasi Perseroan agar tangguh dan mandiri dengan
pemanfaatan dana dari sebagian laba perseroan. Kegiatan Bina Lingkungan sendiri
bertujuan untuk pemberdayaan program sosial kemasyarakatan.
Perseroan bertekad meningkatkan kuantitas dan kualitas pelaksanaan Program
Kemitraan maupun Bina Lingkungan. Untuk Program Kemitraan, Perseroan menargetkan
peningkatan kemandirian mitra binaan dan membantu perluasan penjualan produk
mitra binaan di wilayah operasional Perseroan. Kerja sama penyaluran dana PK maupun
BL dengan beberapa pihak yang kompeten dilakukan untuk peningkatan kualitas mitra
binaan.
Pada tahun 2011 Perseroan semakin aktif mengajak dan melibatkan peran-serta
masyarakat secara langsung dalam proses perencanaan, pelaksanaan maupun
monitoring program pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat di lingkar tambang,
sehingga pembangunannya tepat sasaran dan sesuai kebutuhan masyarakat. Perseroan
juga menjadikan pelaksanaan kegiatan Bina Lingkungan bidang pendidikan menjadi
prioritas. Melalui program PKBL dan Bina Wilayah, Perseroan meyakini tumbuhnya
kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat sekitar menjadi lebih berdaya dan lebih
mandiri.
Perseroan terus meningkatkan kemandirian mitra binaan sekaligus membantu
memperluas penjualan produk mitra binaan. Penyaluran Dana Kemitraan dilakukan
secara selektif dengan mempertimbangkan kondisi yang dimiliki oleh calon mitra binaan.
Program Bina Lingkungan PTBA dielaborasi dalam enam fokus kegiatan, yaitu
Program Pendidikan, Program Pengembangan Prasarana dan Sarana Umum, Program
Perbaikan Sarana Ibadah, Program Peningkatan Kesehatan, Program Pelestarian Alam
dan Program Bantuan Bencana. Tujuan dari program tersebut adalah untuk peningkatan
standar hidup dan kesejahteraan masyarakat.
Program Bina Wilayah bertujuan untuk memberdayakan potensi ekonomi
masyarakat sekaligus mewujudkan komitmen Perseroan untuk bersama-sama
menciptakan kualitas hidup yang lebih baik bagi masyarakat. Program ini merupakan
pemberian bantuan berupa bantuan fisik maupun non-fisik dengan jangkauan wilayang
yang lebih luas.

36
Beberapa kegiatan penelitian dan pengembangan bidang lingkungan yang
dilaksanakan pada tahun 2011 adalah Perseroan mengembangkan mikoriza Arbuskula
dalam kegiatan pembibitan tanaman dan telah melakukan produksi massal, Perseroan
mengembangkan teknik Kultur Jaringan, pemanfaatan Oli bekas untuk peledakan,
melakukan revegetasi dengan tanaman sawit, ujicoba revegetasi secara lansung, serta
melakukan konservasi tanaman lokal.
Perseroan melaksanakan program pembangunan Taman Hutan Raya / Tahura Enim
dengan membagi area pasca tambang menjadi 3 blok dan 12 zona, yaitu :
 Blok Perlindungan (766,40 Ha)
 Blok Koleksi Tanaman (2.973,14 Ha)
 Blok Pemanfaatan (1.655,03 Ha)

Tahun 2011, program reklamasi lahan pasca tambang sebagai Tahura Enim yang telah
dilaksanakan adalah :
7) Pembuatan laboratorium Kultur Jaringan,
8) Proses pelaksanaan relokasi penduduk dan TPU,
9) Menyelesaikan pembangunan Gedung olah raga, sarana olah raga Bowling,
jogging track dan Futsal,
10) Melanjutkan rencana pembuatan kantor terpadu untuk Satker K3 dan BWE
System,
11) Melakukan kerjasama penelitian lapangan lokal dengan Universitas Bengkulu,
12) Melakukan kerjasama penelitian jenis-jenis tanaman jarak dengan Universitas
Sriwijaya di IUP Banko Barat,
13) Melakukan pengkayaan tanaman dengan jenis tanaman lokal yang
bernilai ekonomis tinggi dan
14) Melakukan review master plan TAHURA ENIM.

Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT Bukit Asam antara lain:


3. Pengobatan Gratis PTBA 20 September 2013
Sebagai wujud kepedulian Perusahaan terhadap lingkungan sekitar , PT. BUKIT
ASAM (PERSERO)Tbk dalam program CSR telah mengadakan Kegiatan Pengobatan
gratis dan Pemberian Makanan Tambahan(PMT) Balita /Bumil untuk masyarakat
Desa Tegal Rejo Kecamatan Lawang Kidul.

4. Pelatihan Diversifikasi Olahan Tahu dan Limbahnya 27 Juni 2013


Pada tanggal 15 s/d 17 Mei 2013 lalu, Satuan Kerja CSR PTBA dan bekerja sama
dengan Universitas Negeri Yogyakarta menyelenggarakan Pelatihan Diversifikasi
Olahan Tahu dan Limbahnya. Pelatihan yang dilaksanakan di Pusat Pendidikan dan
Pelatihan (Pusdiklat) PTBA ini memiliki tujuan untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan masyarakat tentang pengolahan tahu dan limbah yang dihasilkan
dari industri tahu. Tak banyak yang mengetahui bahwa limbah tahu dapat diolah
menjadi berbagai penganan menarik dan bergizi, seperti: nuget tahu, tahu stick,
rollade tahu, tepung ampas tahu, kerupuk ampas tahu, kecap ampas tahu, dan nata
de soya. Pelatihan yang diberikan kepada masyarakat di wilayah Kecamatan

37
Lawang Kidul ini bertujuan untuk memahami nilai tambah dari tahu beserta
limbahnya, dalam bentuk makanan lain yang bermanfaat untuk meningkatkan
perekonomian. Selain itu, kegiatan CSR PTBA kali ini juga ditujukan untuk
membantu menciptakan lapangan kerja baru dalam rangka
pemberdayaan masyarakat sekitar.

5. Program Eye Clinic Goes to School di Muara Enim


Pada hari Kamis, 11 April 2013 lalu, Direktur Umum & SDM PT Bukit Asam
(Persero) Tbk, Bp. Maizal Gazali menyematkan bantuan kacamata gratis kepada
Kevin Dwi Septian, siswa kelas V SD Negeri 6 Tanjung Enim pada Launching Eye
Clinic Goes To School di Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim. Dalam
program CSR kali ini, PTBA mengulurkan bantuan berupa 5.000 kacamata gratis
kepada siswa-siswi kurang mampu di seluruh kecamatan Lawang Kidul.

6. Peresmian Jalan CSR PTBA di Sawahlunto


Pembangunan fasilitas umum ini meliputi pembangunan jalan beton sepanjang
280 meter lebar 4 meter, pembangunan riol 150 meter, serta pengedaman yang
seluruh pembiayaan bersumber dari dana CSR PT Bukit Asam (persero) Tbk.
“Pembangunan ini amat bermanfaat bagi warga di lima kelurahan, dua kecamatan
di kota Sawahlunto, sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai jalan pintas yang aman “
kata Ketua BKM Hidayah mewakili masyarakat.

No. Jenis CSR Program yang dilakukan


1. PRAKTIK BISNIS YANG MEMILIKI · Peresmian Jalan CSR PTBA di Sawahlunto
TANGGUNG JAWAB SOSIAL
(SOCIALLY RESPONSIBLE BUSINESS
PRACTICE)
2. KEGIATAN FILATROPI · Kegiatan Pengobatan gratis dan Pemberian Makanan
PERUSAHAAN (CORPORATE Tambahan(PMT) Balita /Bumil untuk masyarakat Desa Tegal
PHILANTHROPY) Rejo Kecamatan Lawang Kidul
· Program Eye Clinic Goes to School di Muara Enim
3. PRAKTIK BISNIS YANG MEMILIKI · Pelatihan Diversifikasi Olahan Tahu dan Limbahnya
TANGGUNG JAWAB SOSIAL
(SOCIALLY RESPONSIBLE BUSINESS
PRACTICE)

4. Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan

38
Tujuan Program Kemitraan PTBA adalah peningkatan
kemampuan usaha kecil dan koperasi di sekitar wilayah operasi
Perseroan agar tangguh dan mandiri dengan pemanfaatan dana dari
sebagian laba perseroan. Kegiatan Bina Lingkungan sendiri bertujuan
untuk pemberdayaan program sosial kemasyarakatan.
Perseroan bertekad meningkatkan kuantitas dan kualitas
pelaksanaan Program Kemitraan maupun Bina Lingkungan. Untuk
Program Kemitraan, Perseroan menargetkan peningkatan kemandirian
mitra binaan dan membantu perluasan penjualan produk mitra binaan
di wilayah operasional Perseroan. Kerja sama penyaluran dana PK
maupun BL dengan beberapa pihak yang kompeten dilakukan untuk
peningkatan kualitas mitra binaan.
Pada tahun 2011 Perseroan semakin aktif mengajak dan melibatkan
peran-serta masyarakat secara langsung dalam proses perencanaan,
pelaksanaan maupun monitoring program pemberdayaan sosial
ekonomi masyarakat di lingkar tambang, sehingga pembangunannya
tepat sasaran dan sesuai kebutuhan masyarakat. Perseroan juga
menjadikan pelaksanaan kegiatan Bina Lingkungan bidang pendidikan
menjadi prioritas. Melalui program PKBL dan Bina Wilayah, Perseroan
meyakini tumbuhnya kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat
sekitar menjadi lebih berdaya dan lebih mandiri. Penyaluran total dana
PKBL tahun 2011 yang dialirkan oleh Perseroan naik 55,4% dari tahun
2010, dari sebesar Rp 93,42 miliar menjadi Rp 145,20 miliar.

5. Program Kemitraan
Perseroan terus meningkatkan kemandirian mitra binaan
sekaligus membantu memperluas penjualan produk mitra binaan.
Penyaluran Dana Kemitraan dilakukan secara selektif dengan
mempertimbangkan kondisi yang dimiliki oleh calon mitra binaan.
Jenis komoditas calon mitra binaan yang diprioritaskan untuk
mendapatkan bantuan pembinaan meliputi komoditas yang menjadi
andalan daerah, komoditas tradisional yang potensial untuk
dikembangkan, komoditas yang berpeluang ekspor, komoditas yang
menyerap tenaga kerja.
Pada tahun 2011, Perseroan telah merealisasikan dana Program
Kemitraan sebesar Rp 98,95 miliar. Dana yang disalurkan tersebut
meliputi dana pinjaman lunak kepada Usaha Kecil Menengah sebesar Rp
11,62 miliar, kerjasama dengan BUMN Penyalur sebanyak 6 (enam)
perusahaan sebesar Rp 84,81 miliar, dan dana pembinaan sebesar Rp
2,51 miliar. Penyaluran dana Program Kemitraan yang direalisasikan
pada tahun 2011 meningkat 45,9% dari realisasi tahun 2010 sebesar Rp
67,63 miliar.
Dana pinjaman lunak tersebut disalurkan kepada 473 (empat ratus tujuh
puluh tiga) mitra binaan/Usaha kecil dan koperasi yang tersebar di 5

39
(lima) wilayah. Perseroan juga akan meningkatan upaya sinergi dan
profesionalitas dalam kegiatan penyaluran dan berupaya meningkatkan
tingkat kolektibilitas pengembalian pinjaman dana Program Kemitraan.

6. Program Bina Lingkungan


Program Bina Lingkungan PTBA dielaborasi dalam enam fokus
kegiatan, yaitu Program Pendidikan, Program Pengembangan Prasarana
dan Sarana Umum, Program Perbaikan Sarana Ibadah, Program
Peningkatan Kesehatan, Program Pelestarian Alam dan Program
Bantuan Bencana. Tujuan dari program tersebut adalah untuk
peningkatan standar hidup dan kesejahteraan masyarakat. Total dana
yang disalurkan melalui pelaksanaan Program Bina lingkungan
meningkat sebesar 76,9% dari Rp 25,7 miliar di tahun 2010 menjadi Rp
45,3 miliar di tahun 2011. Semua bantuan tersebut disalurkan melalui
empat wilayah kerja mencakup Unit pertambangan Tanjung Enim, Unit
Pertambangan Ombilin, Pelabuhan Tarahan dan Dermaga Kertapati.

7. Program Bina Wilayah


Program Bina Wilayah bertujuan untuk memberdayakan potensi
ekonomi masyarakat sekaligus mewujudkan komitmen Perseroan untuk
bersama-sama menciptakan kualitas hidup yang lebih baik bagi
masyarakat. Program ini merupakan pemberian bantuan berupa
bantuan fisik maupun non-fisik dengan jangkauan wilayah yang lebih
luas.

Pada tahun 2011, pelaksanaan program tersebut banyak


digunakan untuk kepentingan masyarakat. Partisipasi pembangunan
tersebut disalurkan dalam bentuk dana Peran Serta Pembangunan
Daerah. Tahun 2011 Perseroan menyalurkan dana Peran Serta kepada
Pemprov Sumsel, Lampung, Pem Kab Muara Enim dan Lahat sebesar
total Rp 38,6 miliar meningkat 125,4% dari tahun sebelumnya.
Perseroan bertasipasi dibidang olahraga melalui penyelesaian
pembangunan sarana olah raga berupa gedung tenis dalam rangka
penyelenggaraan SEA GAMES di Palembang. Selain itu Perseroan juga
berpartisipasi dalam penyaluran dana pengembangan kegiatan olahraga
ditingkat nasional maupun lokal. Di tahun 2011, total dana yang
disalurkan melalui Program Bina Wilayah mencapai Rp 74,09 miliar, naik
229,5% dari nilai sebesar Rp 22,49 miliar di tahun 2010.
Selain itu, Perseroan juga mengimplementasikan pola Green
Mining dan sosialisasi lingkungan. Pembukaan lahan dan proses
reklamasi areal tambang Perseroan telah dilaksanakan sesuai dengan
butir-butir ketentuan pada UU No. 4 Tahun 2009 dan Permen No 18
tahun 2008. Seluruh ketentuan tersebut telah dipenuhi oleh Perseroan.

40
I.14. PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN PTBA

III.4 Kegiatan Penambangan pada Pit Suban Tambang Air Laya Selatan

Untuk dapat melihat secara langsung aktivitas penambangan, kami


mengendarai kendaraan yang disediakan oleh PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. Hal
ini dikarenakan bus yang kami gunakan terlalu besar ukurannya. Sehingga dapat
memperlama waktu. Setelah kurang lebih menempuh wakt 20 menit, kami
sampai di anjungan tempat melihat kegiatan penambangan batubara. Hal ini
dikarenakan waktu kami berkunjung sudah terlalu siang, sehingga akan memakan
waktu lama untuk kami melihat dari dekat. Untuk lebih jelas, perhatikan gambar
4.1.a dan 4.1.b.

(a)

41
(b)

Gambar 4.1. (a) dan (b) Lokasi Penambangan dilihat dari anjungan

Dari penjelasan yang diberikan oleh pegawai yang menemani kami, kami
jadi mengetahui bahwa kegiatan penambangan batubara pada Pit Suban Tambang
Air Laya Selatan menggunakan sistem penambangan konvensional yaitu dengan
menggunakan kombinasi excavator sebagai alat gali-muat dan truck sebagai alat
angkut. Kegiatan penambangan batubara pada Pit Suban Tambang Air Laya
Selatan dikerjakan oleh kontraktor PT. Pamapersada Nusantara dengan beberapa
sub-kontraktornya yang diawasi oleh satuan kerja Pengawasan Penambangan
Kontraktor (Wasnamtor) PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. Aktivitas penambangan
pada Pit Suban Tambang Air Laya Selatan meliputi.

6. Coal Cleaning

Maksud dari kegiatan coal cleaning ini adalah untuk membersihkan


pengotor yang berasal dari permukaan batubara (coalface) yang berupa material
sisa tanah penutup yang masih tertinggal sedikit, serta pengotor lain yang berupa
agen pengendapan (air permukaan, air hujan, longsoran). Pada lokasi ini coal
cleaning dilakukan oleh excavator backhoe. (Gambar 4.2.).

42
Gambar 4.2. Kegiatan cleaning yang dilakukan oleh Excavator Backhoe

7. Ripping Batubara

Setelah coal cleaning, alat gali muat tidak serta merta langsung melakukan
proses penggalian pada lapisan batubara, namun akan dilakukan kegiatan
pembongkaran/pemberaian dari lapisan batubara untuk memudahkan alat gali
muat melakukan pekerjaannya. Kegiatan pembongkaran dapat dilakukan dengan
ripping dan blasting. Pada Pit Suban Tambang Air Laya Selatan, Ripping batubara
menggunakan alat bulldozer yang dilengkapi dengan point ripper (Gambar 4.3.).
Point ripper digunakan karena batubara pada pit ini tergolong material agak keras
sehingga apabila tidak dilakukan pemberaian, maka akan mempengaruhi
produktivitas dari alat gali muat, selain itu juga akan diperlukan perawatan yang
lebih pada bucket yang melakukan penggalian apabila tidak dilakukkan
pemberaian terlebih dahulu. Kedalaman penetrasi dari point ripper bulldozer yaitu
satu meter.

43
Gambar 4.3. Bulldozer me-ripping batubara

8. Penggalian dan Pemuatan Batubara (Digging and Loading)

Proses penggalian dan pemuatan batubara pada front penambangan di Pit


Suban Tambang Air Laya Selatan (Gambar 4.4.) menggunakan alat gali-muat
Excavator backhoe. Batubara yang telah di-ripping langsung digali oleh alat gali-
muat dan dimuat kedalam alat angkut Dumptruck.

Gambar 4.4. Penggalian dan pemuatan batubara

9. Pengangkutan (Hauling) dan Penimbunan Batubara (Dumping)

44
Batubara yang telah dimuat ke dalam alat angkut Dumptruck langsung
diangkut (Gambar 4.5.a) menuju temporary stock Inpit (Gambar 4.5.c) yang
berjarak 2400 meter dari front penambangan Suban.

Sebelum batubara ditimbun di temporary stock Inpit dilakukanlah kegiatan


penimbangan Dumptruck yang bermuatan batubara di jembatan timbang sebelum
pintu masuk temporary stockpile (Gambar 4.5.b). Kegiatan penimbangan ini
dilakukan secara periodik terhadap tonnase batubara terangkut oleh dumptruck
untuk mendapatkan berat batubara per unit secara terukur saat batubara yang
berasal dari front penambangan di-dumping ke temporary stock Inpit (Gambar
4.5.c).

(a) (b)

(c)
Gambar 4.5. Pengangkutan batubara (a), penimbangan dumptruck bermuatan batubara
(b) dan dumping batubara pada temporary stock inpit (c)

Kemudian dari temporary stock Inpit, batubara tersebut dikirim melalui belt
conveyor ke stockpile 1 (Gambar 4.6.a) yang berdekatan dengan TLS 1 (Train
Loading Station) (Gambar 4.6.b) untuk siap dipasarkan. Pada lokasi front
45
penambangan yang berada dekat dengan stockpile 1, pengiriman batubara
langsung menggunakan dumptruck, namun pada umumnya batubara dari front
penambangan akan ditimbun terlebih dahulu pada temporary stock inpit untuk
kemudian dikirim ke stockpile 1. Pada temporary stock inpit, terdapat alat gali
BWE (Bucket Wheel Excavator) yang dipasangkan dengan belt conveyor untuk
pengiriman ke stockpile 1. Penimbunan batubara pada temporary stock inpit
dipisahkan lokasinya berdasarkan dari nilai kalori dari batubara itu sendiri, hal
tersebut bertujuan untuk memudahkan proses pengiriman kepada konsumen
ataupun jika akan dilakukan proses selanjutnya seperti blending. Selain
menggunakan dumptruck, alat angkut lainnya yaitu : KA Babaranjang, dimana
Setiap harinya rata – rata KA Babaranjang pulang – pergi sebanyak 21 kali dari
Muara Enim ke Pelabuhan Tarahan yang berjarak 410 km. Setiap satu rangkaian
kereta yang terdiri dari 46 gerbong. Dimana 1 gerbong yang berkekuatan 2450
hp dapat membawa muatan sekitar 2.300 ton batubara.(lihat gambar 4.6.c)

d. (b)

46
(c)
Gambar 4.6. Stockpile 1 (a) dan Train Loading Station 1 (b) serta Babaranjang yang
melakukan pemuatan (c)

III.5 Kegiatan - kegiatan Pendukung

Adapun kegiatan-kegiatan lainnya yang mendukung kelancaran aktivitas


penambangan pada Pit Suban Tambang Air Laya Selatan, antara lain.

6. Land Clearing
Pada Pit Suban Tambang Air Laya Selatan ini proses land clearing-nya
menggunakan bulldozer (tanpa ripper) dan excavator backhoe. Setelah kegiatan
land clearing dilaksanakan akan ditentukan batas dari kegiatan penambangan
boleh dilakukan (boundary) dimana kegiatan penggalian hanya dilakukan di dalam
area yang telah dibatasi. Daerah boundary biasanya ditandai dengan pemasangan
bendera warna merah oleh tim survey sesuai batas boundary yang ditentukan
oleh tim perencanaan.

7. Penanganan Tanah Pucuk (Top Soil)

Setelah mendapati batas boundary, dilakukanlah penanganan tanah pucuk


yang meliputi penggalian, pemuatan, pengangkutan, dan penimbunan tanah
pucuk yang berupa tanah humus dan sebagian tanah penutup dengan
menggunakan alat gali-muat Excavator backhoe dan alat angkut Dumptruck.

Lalu tanah pucuk tersebut di-dumping dekat daerah disposal yang dianggap
sudah final. Tanah pucuk ini mengandung humus sehingga nantinya dapat

47
dimanfaatkan kembali untuk rencana reklamasi agar lahan bekas tambang dapat
ditanami lagi pepohonan atau untuk penggunaan rencana reklamasi lainnya. Pada
saat pengamatan pada lokasi Pit Suban Tambang Air Laya Selatan sudah tidak
terdapat lagi kegiatan penggalian tanah pucuk.

8. Pengupasan Tanah Penutup (Stripping Overburden)


Setelah tanah pucuk dipisahkan, kegiatan yang dilakukan selanjutnya
adalah pengupasan tanah penutup (overburden). Penggalian overburden
bertujuan untuk membuang atau membebaskan tanah dan material yang
menutupi endapan batubara yang ingin ditambang. Pada lokasi ini materialnya
berupa lempung, lempung pasiran atau pasir lempungan yang masuk ke dalam
kategori material agak keras (medium hard digging) yang juga merupakan
material PAF (Potential Acid Formation) dan ada beberapa lapisan antara A1 dan
A2 yang merupakan material NAF (Non Acid Formation).

Untuk penggalian overburden biasanya langsung menggunakan bucket pada


excavator. Namun pada kondisi pengamatan di lapangan ditemui material yang
sangat keras sehingga perlu dilakukan peledakan terlebih dahulu untuk memberai
material dan juga untuk material yang agak keras dilakukan ripping oleh bulldozer
yang bertujuan juga untuk memberai material agar ketika digali oleh excavator
akan lebih mudah dan bisa meningkatkan produktivitas alat. Setelah itu, material
yang telah digali akan dimasukkan kedalam alat angkut berupa truck (loading).
Sistem pemuatan pada lokasi ini menggunakan top loading yaitu kedudukan alat
muat berada diatas tumpukkan material atau berada diatas jenjang. Pada pit ini
posisi pemuatan materialnya menggunakan Singgle Truk Back Up yaitu truk
kedua menunggu selagi alat muat memuat ke truk pertama, setelah truk pertama
berangkat, truk kedua berputar dan mundur. Saat truk kedua dimuat, truk ketiga
datang dan melakukan manuver, dan seterusnya. Lihat gambar 4.7.a dan 4.7.b
dibawah ini.

 (b)

48
(c) (d)
Gambar 4.7. Penggalian dan pemuatan overburden

Dumptruck mengangkut material dari pit suban menuju ke disposal area


LIMOA yang berjarak 1900 meter dan 1600 meter (Gambar 4.8.a). Dumptruck
mengangkut material dari pit suban menuju ke disposal area Inside Dump Barat
yang berjarak 2400 meter dan 2200 meter.

Setelah sampai di disposal area, material tadi ditumpahkan (dumping) dan


selanjutnya akan diratakan oleh bulldozer D155A. Overburden yang ditimbun di
disposal area (Gambar 4.8.b) nantinya akan digunakan kembali untuk menutupi
lubang bekas galian tambang sebagai rencana reklamasi.

(a) (b)

Gambar 4.8. Pengangkutan overburden (a) dan penimbunan overburden di disposal area
(b)

9. Perawatan Jalan Angkut


Perawatan jalan angkut pada lokasi Suban Tambang Air Laya Selatan
dilakukan dengan menggunakan alat mekanis grader (Gambar 4.9.a) dan dibantu

49
oleh compactor (Gambar 4.9.b.) untuk melakukan pemadatan terhadap jalan
angkut. Ketika jalan angkut mulai bergelombang maka grader akan men-scrapt
daerah yang bergelombang tersebut kemudian dengan bantuan compactor akan
diratakan kembali. Kegiatan ini bertujuan agar alat angkut dan kendaraan
operasional lainnya dapat berjalan dengan lancar, dengan demikian proses
produksi bisa optimal.

5. (b)
Gambar 4.9. Grader (a) dan compactor (b) sedang merawat jalan pengangkutan

10. Penyiraman
Penyiraman pada lokasi tambang bisa dibagi atas penyiraman jalan angkut,
penyiraman front penambangan, dan penyiraman alat berat. Penyiraman jalan
angkut dilakukan pada saat polusi debu dan asap sudah mengganggu jarak
pandang dan pernafasan para pekerja. Kegiatan ini tidak dilakukan pada saat
musim hujan dikarenakan jalan sudah basah. Penyiraman pada front
penambangan dilakukan apabila pada aktivitas penggalian menghasilkan debu
yang cukup menganggu penglihatan dan pernafasan para pekerja. Dan
penyiraman alat berat bertujuan untuk melepaskan material-material yang
melekat pada alat berat yang dapat menghambat kinerja operasi alat berat itu
sendiri.

Pada kondisi pengamatan di lapangan dilakukan pada saat musim kemarau,


sehingga polusi debu memiliki instensitas yang tinggi, maka kegiatan penyiraman
jalan dan front penambangan sering dilakukan untuk mengurangi polusi debu
yang terjadi. Selain itu juga untuk penyiraman alat berat dilakukan sebanyak satu
kali sehari dan dilakukan pada kondisi alat tersebut sudah kotor. Kegiatan
penyiraman dilakukan dengan menggunakan water truck yang memiliki kapasitas
tanki 18.000 liter (Gambar 4.10.). Kegiatan penyiraman dapat mempengaruhi
produksi dari alat gali muat dan alat angkut karena pada saat kegiatan
penyiraman berlangsung maka alat gali muat akan stop produksi dan juga alat
angkut akan menunggu alat gali muat melakukan produksi kembali.

50
Gambar 4.10. Water truck yang sedang menyiram excavator

11. Kegiatan Pemboran


Kegiatan pemboran yang dilakukan bertujuan untuk membuat lubang-
lubang bor yang akan diisikan bahan peledak. Kegiatan pemboran ini dilakukan
menggunakan alat bor Sandvik (Gambar 4.11.). Kegiatan peledakan sendiri
bertujuan untuk membantu memberai overburden dan batubara sebelum digali,
kegiatan pemberaian dengan peledakan dilakukan karena berdasarkan kajian
teknis meliputi kekerasan material dan lainnya, overburden kurang efektif jika
diberai dengan kegiatan ripping.

Gambar 4.11. Alat bor Sandvik

12. Kegiatan Pemetaan Sequence Penambangan


Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk membuat peta sequence
penambangan. Rencana penambangan adalah sesuatu yang utama untuk
memulai kegiatan penambangan, maka dari itu dibutuhkan pemetaan untuk
membuat rencana operasi untuk tahap-tahap selanjutnya. Selain itu juga data dari
pemetaan akan digunakan untuk perencanaan penirisan tambang yang dilakukan
51
mengikuti tahap kemajuan sequence penambangan. Berikut merupakan kegiatan
awal pemetaan yaitu mengukur dam menentukan elevasi dengan menggunakan
alat Total Station (Gambar 4.12.).

Gambar 4.12. Pengukuran ketinggian permukaan dengan Total Station

13. Penirisan Tambang


Kegiatan penirisan tambang yang dilakukan pada Pit ini adalah
mengeluarkan air di dalam tambang dengan menggunakan pompa (gambar 4.13.).
Air pada tambang sendiri dapat menghambat operasi penambangan, maka dari
itu perencanaan penirisan tambang harus dilakukan dengan baik untuk
memperlancar proses penambangan.

Gambar 4.12. Pemompaan air yang tergenang di dalam tambang

52
I.15. AKTIVITAS PENAMBANGAN PTBA

7. Kegiatan Penambangan pada Pit Suban Tambang Air Laya Selatan

Kegiatan penambangan batubara pada Pit Suban Tambang Air Laya


Selatan menggunakan sistem penambangan konvensional yaitu dengan
menggunakan kombinasi excavator sebagai alat gali-muat dan truck sebagai alat
angkut. Berdasarkan peta sequence penambangan Pit Suban Tambang Air Laya
Selatan pada periode Juni 2015, target lapisan batubara yang akan ditambang
pada lokasi Suban Tambang Air Laya Selatan merupakan batubara lapisan A1 (TE
73 LS), A2 (TE 73 LS), B1 (TE 73 LS), B2 (TE 73 HS), dan B2 (TE ANS). Kegiatan
penambangan batubara pada Pit Suban Tambang Air Laya Selatan dikerjakan
oleh kontraktor PT. Pamapersada Nusantara dengan beberapa sub-
kontraktornya yang diawasi oleh satuan kerja Pengawasan Penambangan
Kontraktor (Wasnamtor) PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. Aktivitas penambangan
pada Pit Suban Tambang Air Laya Selatan meliputi.

e. Coal Cleaning
Maksud dari kegiatan coal cleaning ini adalah untuk membersihkan
pengotor yang berasal dari permukaan batubara (coalface) yang berupa material
sisa tanah penutup yang masih tertinggal sedikit, serta pengotor lain yang
berupa agen pengendapan (air permukaan, air hujan, longsoran). Pada lokasi ini
coal cleaning dilakukan oleh excavator backhoe Komatsu PC200 (Gambar 4.1).

53
Gambar 4.1 Kegiatan cleaning yang dilakukan oleh PC 200

f. Ripping Batubara
Setelah coal cleaning, alat gali muat tidak serta merta langsung
melakukan proses penggalian pada lapisan batubara, namun akan dilakukan
kegiatan pembongkaran/pemberaian dari lapisan batubara untuk memudahkan
alat gali muat melakukan pekerjaannya. Kegiatan pembongkaran dapat
dilakukan dengan ripping dan blasting. Pada Pit Suban Tambang Air Laya
Selatan, Ripping batubara menggunakan alat bulldozer Komatsu D375A yang
dilengkapi dengan point ripper (Gambar 4.2). Point ripper digunakan karena
batubara pada pit ini tergolong material agak keras sehingga apabila tidak
dilakukan pemberaian, maka akan mempengaruhi produktivitas dari alat gali
muat, selain itu juga akan diperlukan perawatan yang lebih pada bucket yang
melakukan penggalian apabila tidak dilakukkan pemberaian terlebih dahulu.
Kedalaman penetrasi dari point ripper bulldozer Komatsu D375A yaitu satu
meter.

54
Gambar 4.2 Bulldozer me-ripping batubara

g. Penggalian dan Pemuatan Batubara (Digging and Loading)


Proses penggalian dan pemuatan batubara pada front penambangan di
Pit Suban Tambang Air Laya Selatan (Gambar 4.3) menggunakan alat gali-muat
Excavator backhoe Komatsu PC800 dan PC400. Batubara yang telah di-ripping
langsung digali oleh alat gali-muat dan dimuat kedalam alat angkut Dumptruck
Hino FM320 TI dengan kapasitas muatan rata-rata 30 ton. Pemuatan batubara
kedalam 1 Dumptruck penuh menggunakan PC800 rata-rata sebanyak 9 kali dan
menggunakan PC400 rata-rata sebanyak 10 kali pengisian. Rencana produksi
batubara pada Pit Suban Tambang Air Laya Selatan pada bulan Juni 2015 sebesar
250.000 ton, dengan rincian batubara TE 73 LS sebesar 200.000 ton, batubara TE
73 HS 30.000 ton dan batubara ANS sebesar 20.000 ton.

Sistem pemuatan batubara ke dumptruck menggunakan top loading


yaitu kedudukan alat muat berada diatas tumpukkan material atau berada
diatas jenjang. Posisi pemuatan batubara menggunakan Singgle Truk Back Up
yaitu truk kedua menunggu selagi alat muat memuat ke truk pertama, setelah
truk pertama berangkat, truk kedua berputar dan mundur. Saat truk kedua
dimuat, truk ketiga datang dan melakukan manuver, dan seterusnya.

55
Gambar 4.3 Penggalian dan Pemuatan Batubara

h. Pengangkutan (Hauling) dan Penimbunan Batubara (Dumping)


Batubara yang telah dimuat ke dalam alat angkut Dumptruck Hino
FM320 TI langsung diangkut (Gambar 4.4 a) menuju temporary stock Inpit
(Gambar 4.4 c) yang berjarak 2400 meter dari front penambangan Suban. Alat
angkut yang digunakan sebanyak 6 unit untuk PC 800 dan 5 unit untuk PC 400.

Sebelum batubara ditimbun di temporary stock Inpit dilakukanlah


kegiatan penimbangan Dumptruck yang bermuatan batubara di jembatan
timbang sebelum pintu masuk temporary stockpile (Gambar 4.4 b). Kegiatan
penimbangan ini dilakukan secara periodik terhadap tonnase batubara
terangkut oleh dumptruck untuk mendapatkan berat batubara per unit secara
terukur saat batubara yang berasal dari front penambangan di-dumping ke
temporary stock Inpit (Gambar 4.6 c). Berdasarkan data kegiatan penimbangan
yang dilakukan pada lokasi Tambang Air Laya, didapat berat rata-rata dari satu
dumptruck yaitu 27 ton dimana kapasitas muatan dari dumptruck untuk
batubara sendiri memiliki berat muatan sebesar 30 ton.

56
(a) (b)

(c)

Gambar 4.4 Pengangkutan batubara (a), penimbangan dumptruck bermuatan batubara


(b) dan dumping batubara pada temporary stock inpit (c)

Kemudian dari temporary stock Inpit, batubara tersebut dikirim melalui


belt conveyor ke stockpile 1 (Gambar 4.5 a) yang berdekatan dengan TLS 1 (Train
Loading Station) (Gambar 4.5 b) untuk siap dipasarkan. Pada lokasi front
penambangan yang berada dekat dengan stockpile 1, pengiriman batubara
langsung menggunakan dumptruck, namun pada umumnya batubara dari front
penambangan akan ditimbun terlebih dahulu pada temporary stock inpit untuk
kemudian dikirim ke stockpile 1. Pada temporary stock inpit, terdapat alat gali
BWE (Bucket Wheel Excavator) yang dipasangkan dengan belt conveyor untuk
pengiriman ke stockpile 1. Penimbunan batubara pada temporary stock inpit
dipisahakan lokasinya berdasarkan dari nilai kalori dari batubara itu sendiri, hal
tersebut bertujuan untuk memudahkan proses pengiriman kepada konsumen
ataupun jika akan dilakukan proses selanjutnya seperti blending.

57
e. (b)

Gambar 4.5 Stockpile 1 (a) dan Train Loading Station 1 (b)

i. Kegiatan-kegiatan Pendukung
Adapun kegiatan-kegiatan lainnya yang mendukung kelancaran aktivitas
penambangan pada Pit Suban Tambang Air Laya Selatan, antara lain :

14.Land Clearing
Pada Pit Suban Tambang Air Laya Selatan ini proses land clearing-nya
menggunakan bulldozer Komatsu D85 (tanpa ripper) dan excavator backhoe
Komatsu PC200. Setelah kegiatan land clearing dilaksanakan akan ditentukan
batas dari kegiatan penambangan boleh dilakukan (boundary) dimana kegiatan
penggalian hanya dilakukan di dalam area yang telah dibatasi. Daerah boundary
biasanya ditandai dengan pemasangan bendera warna merah oleh tim survey
sesuai batas boundary yang ditentukan oleh tim perencanaan. Pada bulan Juni
2015 ini tidak terdapat lagi kegiatan land clearing pada Pit Suban Tambang Air
Laya Selatan, kegiatan yang berjalan pada Pit ini sudah masuk ke tahap
penggalian bukaan pengembangan. Tahap penggalian bukaan pengembangan
yaitu tahap mengggali lapisan batubara yang telah dibebaskan dari lapisan top
soil.

15.Penanganan Tanah Pucuk (Top Soil)

58
Setelah mendapati batas boundary, dilakukanlah penanganan tanah
pucuk yang meliputi penggalian, pemuatan, pengangkutan, dan penimbunan
tanah pucuk yang berupa tanah humus dan sebagian tanah penutup dengan
menggunakan alat gali-muat Excavator backhoe Komatsu PC800 dan alat angkut
Dumptruck UD CW33 370. Lalu tanah pucuk tersebut di-dumping dekat daerah
disposal yang dianggap sudah final. Tanah pucuk ini mengandung humus
sehingga nantinya dapat dimanfaatkan kembali untuk rencana reklamasi agar
lahan bekas tambang dapat ditanami lagi pepohonan atau untuk penggunaan
rencana reklamasi lainnya. Pada saat pengamatan pada lokasi Pit Suban
Tambang Air Laya Selatan sudah tidak terdapat lagi kegiatan penggalian tanah
pucuk.

16.Pengupasan Tanah Penutup (Stripping Overburden)


Setelah tanah pucuk dipisahkan, kegiatan yang dilakukan selanjutnya
adalah pengupasan tanah penutup (overburden). Penggalian overburden
bertujuan untuk membuang atau membebaskan tanah dan material yang
menutupi endapan batubara yang ingin ditambang. Pada lokasi ini materialnya
berupa lempung, lempung pasiran atau pasir lempungan yang masuk ke dalam
kategori material agak keras (medium hard digging) yang juga merupakan
material PAF (Potential Acid Formation) dan ada beberapa lapisan antara A1 dan
A2 yang merupakan material NAF (Non Acid Formation).

Untuk penggalian overburden biasanya langsung menggunakan bucket


pada excavator. Namun pada kondisi pengamatan di lapangan ditemui material
yang sangat keras sehingga perlu dilakukan peledakan terlebih dahulu untuk
memberai material dan juga untuk material yang agak keras dilakukan ripping
oleh bulldozer komatsu D375A yang bertujuan juga untuk memberai material
agar ketika digali oleh excavator akan lebih mudah dan bisa meningkatkan
produktivitas alat. Setelah itu, material yang telah digali akan dimasukkan
kedalam alat angkut berupa truck (loading). Sistem pemuatan pada lokasi ini
menggunakan top loading yaitu kedudukan alat muat berada diatas tumpukkan
material atau berada diatas jenjang. Pada pit ini posisi pemuatan materialnya
menggunakan Singgle Truk Back Up yaitu truk kedua menunggu selagi alat
muat memuat ke truk pertama, setelah truk pertama berangkat, truk kedua
berputar dan mundur. Saat truk kedua dimuat, truk ketiga datang dan
melakukan manuver, dan seterusnya. Setelah itu
overburden yang digali PC2000 (Gambar 4.6 a) dan PC1250 (Gambar 4.6 b)
dimuat ke dalam Dumptruck Komatsu HD785 yang memiliki kapasitas penuh 40
BCM dan overburden yang digali PC800 (Gambar 4.6 c) dan PC400 (Gambar 4.6
d) dimuat kedalam dumptruck UD CW33 370 yang memiliki kapasitas penuh 8,4
BCM yang kemudian diangkut ke tempat penimbunan (disposal area).

59
(a) (b)

(c) (d)

Gambar 4.6 Penggalian dan pemuatan overburden PC2000 (a), PC1250 (b), PC800 (c),
dan PC400 (d)

Pemuatan material ke dalam 1 HD785 penuh menggunakan PC2000


sebanyak 5 kali pengisian dan menggunakan PC1250 sebanyak 8 kali pengisian.
Pemuatan material kedalam 1 dumptruck UD CW33 370 penuh menggunakan
PC800 sebanyak 3 kali pengisian dan menggunakan PC400 sebanyak 4 kali
pengisian. Dumptruck HD785 mengangkut material dari pit suban menuju ke
disposal area LIMOA yang berjarak 1900 meter dan 1600 meter (Gambar 4.7 a).
Dumptruck UD CW33 370 mengangkut material dari pit suban menuju ke
disposal area Inside Dump Barat yang berjarak 2400 meter dan 2200 meter.

Jumlah alat angkut yang menuju ke disposal area LIMOA yang


dipasangkan dengan PC2000 adalah sebanyak 6 unit, dan jumlah alat angkut
yang dipasangkan dengan PC1250 adalah sebanyak 4 unit. Jumlah alat angkut
yang menuju disposal area Inside Dump Barat yang dipasangkan dengan PC800
sebanyak 11 unit, dan jumlah alat angkut yang dipasangkan dengan PC400
sebanyak 7 unit. Setelah sampai di disposal area, material tadi ditumpahkan
(dumping) dan selanjutnya akan diratakan oleh bulldozer D155A. Overburden
yang ditimbun di disposal area (Gambar 4.7 b) nantinya akan digunakan kembali
untuk menutupi lubang bekas galian tambang sebagai rencana reklamasi.

60
(a) (b)

Gambar 4.7 Pengangkutan overburden (a) dan penimbunan overburden di

disposal area (b)

17.Perawatan Jalan Angkut


Perawatan jalan angkut pada lokasi Suban Tambang Air Laya Selatan
dilakukan dengan menggunakan alat mekanis grader komatsu G825 (Gambar 4.8
a) dan dibantu oleh compactor Bomag (Gambar 4.8 b) untuk melakukan
pemadatan terhadap jalan angkut. Ketika jalan angkut mulai bergelombang
maka grader akan men-scrapt daerah yang bergelombang tersebut kemudian
dengan bantuan compactor akan diratakan kembali. Kegiatan ini bertujuan agar
alat angkut dan kendaraan operasional lainnya dapat berjalan dengan lancar,
dengan demikian proses produksi bisa optimal. Berdasarkan pengamatan di
lapangan, kegiatan perawatan jalan angkut dilakukan sehari 2 kali, yaitu pada
shift pagi sekitar pukul 07.00 Wib dan juga pada shift malam. Pada kondisi jalan
di lokasi pengamatan tergolong menggunakan material agak keras, yaitu
lempung pasiran yang merupakan material di antara lapisan batubara B2 dan C
sehingga kegiatan perawatan jalan dilakukan dengan frekuensi yang kecil
sehingga dapat menghemat biaya produksi dan meningkatkan produktivitas dari
alat angkut.

61
 (b)

Gambar 4.8 Grader (a) dan compactor (b) sedang merawat jalan pengangkutan

18.Penyiraman
Penyiraman pada lokasi tambang bisa dibagi atas penyiraman jalan
angkut, penyiraman front penambangan, dan penyiraman alat berat.
Penyiraman jalan angkut dilakukan pada saat polusi debu dan asap sudah
mengganggu jarak pandang dan pernafasan para pekerja. Kegiatan ini tidak
dilakukan pada saat musim hujan dikarenakan jalan sudah basah. Penyiraman
pada front penambangan dilakukan apabila pada aktivitas penggalian
menghasilkan debu yang cukup menganggu penglihatan dan pernafasan para
pekerja. Dan penyiraman alat berat bertujuan untuk melepaskan material-
material yang melekat pada alat berat yang dapat menghambat kinerja operasi
alat berat itu sendiri. Pada kondisi pengamatan di lapangan dilakukan pada saat
musim kemarau, sehingga polusi debu memiliki instensitas yang tinggi, maka
kegiatan penyiraman jalan dan front penambangan sering dilakukan untuk
mengurangi polusi debu yang terjadi. Selain itu juga untuk penyiraman alat berat
dilakukan sebanyak satu kali sehari dan dilakukan pada kondisi alat tersebut
sudah kotor. Kegiatan penyiraman dilakukan dengan menggunakan water truck
yang memiliki kapasitas tanki 18.000 liter (Gambar 4.9). Kegiatan penyiraman
dapat mempengaruhi produksi dari alat gali muat dan alat angkut karena pada
saat kegiatan penyiraman berlangsung maka alat gali muat akan stop produksi
dan juga alat angkut akan menunggu alat gali muat melakukan produksi kembali.

62
Gambar 4.9 Water truck yang sedang menyiram excavator

19.Pengisian Bahan Bakar


Kegiatan ini dilakukan oleh fuel truck dengan kapasitas 20.000 L (Gambar
4.10) yang difungsikan sebagai pembawa bahan bakar bagi peralatan mekanis
yang beroperasi di areal penambangan. Kegiatan pengisian bahan bakar untuk
alat-alat mekanis yang bekerja langsung di front penambangan dilakukan
dengan cara fuel truck mendatangi posisi dimana alat mekanis itu sedang
bekerja. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi lost time karena sebagian
besar alat mekanis memakan waktu yang lama untuk traveling. Pengisian bahan
bakar biasanya dilakukan per-shift, namun dengan masih mempertimbangkan
faktor teknis lainnya dalam frekuensi pengisian

Gambar 4.10 Fuel truck Scania360 kapasitas 20000 liter

20.Kegiatan Pemboran
63
Kegiatan pemboran yang dilakukan bertujuan untuk membuat lubang-
lubang bor yang akan diisikan bahan peledak. Kegiatan pemboran ini dilakukan
menggunakan alat bor Sandvik D245S (Gambar 4.11). Kegiatan peledakan sendiri
bertujuan untuk membantu memberai overburden dan batubara sebelum digali,
kegiatan pemberaian dengan peledakan dilakukan karena berdasarkan kajian
teknis meliputi kekerasan material dan lainnya, overburden kurang efektif jika
diberai dengan kegiatan ripping. Di Pit Suban Tambang Air Laya Selatan terdapat
kegiatan peledakan pada periode bulan Juni 2015.

Gambar 4.11 Alat bor Sandvik D245S

21.Kegiatan Pemetaan Sequence Penambangan


Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk membuat peta sequence
penambangan. Rencana penambangan adalah sesuatu yang utama untuk
memulai kegiatan penambangan, maka dari itu dibutuhkan pemetaan untuk
membuat rencana operasi untuk tahap-tahap selanjutnya. Selain itu juga data
dari pemetaan akan digunakan untuk perencanaan penirisan tambang yang
dilakukan mengikuti tahap kemajuan sequence penambangan. Berikut
merupakan kegiatan awal pemetaan yaitu mengukur dam menentukan elevasi
dengan menggunakan alat Total Station (Gambar 4.12).

64
Gambar 4.12 Pengukuran ketinggian permukaan dengan Total Station

22.Penirisan Tambang
Kegiatan penirisan tambang yang dilakukan pada Pit ini adalah
mengeluarkan air di dalam tambang dengan menggunakan pompa (4.13). Air
pada tambang sendiri dapat menghambat operasi penambangan, maka dari itu
perencanaan penirisan tambang harus dilakukan dengan baik untuk
memperlancar proses penambangan.

Gambar 4.13 Pemompaan air yang tergenang di dalam tambang

65
66

Anda mungkin juga menyukai