2.2.2 Etiologi
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat menyebabkan
insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya memegang peranan penting pada
mayoritas DM. Faktor lain yang dianggap sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu :
1. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai kegagalan sel beta
melepas insulin.
2. Faktor – faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen yang dapat
menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula yang diproses secara
berlebihan, obesitas dan kehamilan.
3. Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas yang disertai
pembentukan sel – sel antibodi antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan sel - sel
penyekresi insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.
4. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan terhadap
insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada membran sel yang responsir
terhadap insulin.
2.2.4 Patofisiologis
Diabetes Tipe II
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin,
yaitu retensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan
reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor
tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi
insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intra sel ini. Dengan demikian
insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah,
harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penserita toleransi
glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan, dan kadar
glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun
demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin,
maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II.
Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas diabetes tipe II,
namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan
lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu, ketoasidosis diabetik tidak
terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat
menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler
nonketotik (HHNK).
Diabetes tipe Iipaling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari 30
tahun dan dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama
bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi.
Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat tingan dan dapat mencakup
kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang lama sembuh-sembuh, infeksi
vagina atau pandangan yang kabur (jika kadar glukosanya sangat tinggi).
Untuk sebagian besar pasien (kurang lebih 75%), penyakit diabetes tipe II yang
dideritanya ditemukan secara tidak sengaja (misalnya, pada saat pasien menjalani
pemeriksaan laboratorium yang rutin). Salah satu konsekuensi tidak terdeteksinya penyakit
diabetes selama bertahun-tahun adalah bahwa komplikasi diabetes jangka panjang
(misalnya, kelainan mata, neuropati perifer, kelainan vaskuler oerifer) mungkin sudah terjadi
sebelum diagnosis ditegakkan.
Penanganan primer diabetes tipe II adalah dengan menurunkan berat badan, karena
resistensi insulin bekaitan dengan obesitas. Latihan merupakan unsur yang penting pula
untuk meningkatkan efektifitas insulin. Obat hipoglikemia oral dapat ditambahkan jika diet
dan latihan tidak berhasil menurunkan kadar glukosa hingga tingkat yang memuaskan, maka
insulin dapat digunakan. Sebagian pasien memerlukan insulin untuk sementara waktu selama
periode stres fisiologik yang akut, seperti selama sakit atau pembedahan.
bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa
sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.
5. Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk
Skala ketergantungan :
a) Pasien mendiri
b) Pasien bergantung pada alat
c) Pasien bergantung pada orang
d) Pasien bergantung pada alat dan orang
e) Pasien total care
Aktivitas menggunakan tonus otot:
a) Tidak ada kontraksi
b) Ada kontraksi tapi tidak ada pergerakan sendi
c) Ada pergerakan sendi tapi tidak bisa menahan gaya grafitasi
d) Dapat menahan gravitasi sedang
e) Dapat menahan sekuat-kuatnya gaya gravitasi
6. Pola kognitif perceptual
Menggambarkan pola kemampuan klien untuk proses berpikir, pola
penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman dan persepsi sensasi nyeri
serta kemampuan berkomunikasi dan mengerti akan penyakitnya. Pasien dengan
gangren cenderung mengalami neuropati / mati rasa pada luka sehingga tidak
peka terhadap adanya trauma.
7. Pola persepsi dan konsep diri
Menggambarkan citra diri, identitas diri, harga diri dan ideal diri seseorang
dimana perubahan yang terjadi pasa kasus DM adanya perubahan fungsi dan
struktur tubuh akan menyebabkan penderita mengalami gangguan pada
gambaran diri. Luka yang sukar sembuh, lamanya perawatan, banyaknya biaya
perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan
gangguan peran pada keluarga ( self esteem ).
8. Pola hubungan dan peran
Menggambarkan tentang hubngan klien dengan lingkungan disekitar serta
hubungannya dengan keluarga dan orang lain. Seseorang dengan kasus DM akan
menyebabkan Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan
penderita malu dan menarik diri dari pergaulan.
9. Pola seksual dan reproduksi
Meggambarkan tentang seksual klien. Dampak angiopati dapat terjadi pada
sistem pembuluh darah di organ reproduksi sehingga menyebabkan gangguan
potensi sek, gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak pada
proses ejakulasi serta orgasme.
10. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
Menggambarkan kemampuan koping pasien terhadap masalah yang dialami
dan dapat menimbulkan ansietas. Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit
yang kronik, perasaan tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi
psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain –
lain, dapat menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan mekanisme
koping yang konstruktif / adaptif.
11. Pola tata nilai dan kepercayaan
Menggambarkan sejauh mana keyakinan pasien terhadap kepercayaan yang
dianut dan bagaimana dia menjalankannya. Adanya perubahan status kesehatan
dan penurunan fungsi tubuh serta luka pada kaki tidak menghambat penderita
dalam melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah penderita.
Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan
tanda – tanda vital.
b. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa
tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan
berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
c. Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban
dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar
luka, tekstur rambut dan kuku.
d. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah terjadi
infeksi.
e. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi,
hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
f. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase, perubahan
berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
g. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
h. Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah,
lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
i. Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek
lambat, kacau mental, disorientasi.
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl dan
dua jam post prandial > 200 mg/dl.
b. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada
urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
c. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan
jenis kuman.
Perencanaan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, maka intervensi dan aktivitas
keperawatan perlu ditetapkan untuk mengurangi, menghilangkan, dan mencegah
masalah keperawatan penderita. Tahapan ini disebut perencanaan keperawatan yang
meliputi penentuan prioritas, diagnosa keperawatan, menetapkan sasaran dan tujuan,
menetapkan kriteria evaluasi dan merumuskan intervensi dan aktivitas keperawatan.
Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah tahap pelaksananan terhadap rencana tindakan keperawatan
yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien. Implementasi dilaksanakan
sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan
ketrampilan interpersonal, intelektual, teknikal yang dilakukan dengan cermat dan efisien
pada situasi yang tepat dengan selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis.
Setelah selesai implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi intervensi yang
sudah dilakukan dan bagaimana respon pasien.
2.2. 6 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini
adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan
dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan.
Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai:
1. Berhasil : prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal yang
ditetapkan di tujuan.
2. Tercapai sebagian : pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan
dalam pernyataan tujuan.
3. Belum tercapai. : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan prilaku yang
diharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan.
2.3 PERUMUSAN DIAGNOSA NANDA, NURSING OUT COMES CLASIFICATION DAN NURSING
INTERVENSION CLASIFICATION
1. Intoleransi aktivitas
ü NANDA
v Domain 4 : Aktivitas / Istirahat
v Kelas 4 : Respon kardiovaskular / pulmonal
v Pengertian : ketidakcukupan energy secara fisiologis dalam
pemenuhan aktivatas sehari – hari yang dibutuhkan atau diperlukan.
v Batasan karakteristik
· Laporan verbal kelelahan dan kelemahan
· Respon terhadap aktivitas menujukan nadi dan tekanan darah abnormal
· Dispna dan ketidaknyamanan yang sangat
v Faktor yang berhubungan
Tirah baring atau imobilisasi, ketidakseimbangan antara kebutuhan dan
suplai oksigen , gaya hidup yang menetap
0000508 kemampuan
1 2 3 4
pernapasan dalam
melakukan aktivitas
0000509 langkah kaki
1 2 3 4
dalam berjalan
0000510 berjalan kaki
1 2 3 4
jarak jauh
0000511 kemampuan
1 2 3 4
menaik tangga
0000512 kekuatan 1 2 3 4
a. NANDA
v Domain : Nutrisi
v Kelas : 1- Ingesti
v Diagnosis : ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
v Pengertian: Intake nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
v Batasan karakteristik :
· Berat badan dibawah ideal lebih dari 20%
· Melaporkan intake makanan kurang dari kebutuhan yang dianjurkan
· Konjungtiva dan membrane mucus pucat
· Lemah otot untuk menelan atau menguyah
· Luka, inflamasi pada rongga mulut
· Mudah merasa kenyang sesaat setelah mengunyah makanan
· Melaporkan kurang makan
· Melaporkan perubahan sensasi rasa
· Tidak mampu mengunyah makanan
· Miskonsepsi
· Penurunan berat badan dengan intake makanan adekuat
· Enggan makan
· Kram abdominal
· Tonus otot buruk
· Nyeri abdomen patologi atau bukan
· Kerusakan minat terhadap makanan
· Pembuluh kapiler rapuh
· Diare atau steatorea
· Kehilangan rambut banyak
· Suara usus hiperaktif
· Kurang informasi
v Factor yang berhubungan :
Tidak mampu dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena factor
biologi, psikologi atau ekonomi.
b. Client Outcome (COC)
Klien menunjukkan status asupan gizi , makanan, cairan dan zat gizi yang cukup.
c Nursing Outcomes (NOC)
Status nutrisi (1004)
Domain – physiologic health (II)
Class – nutrition (K)
Scale – extremely compromised to not compromised (a)
Extremetly Substantially Moderately Mildly
Status nutrisi
compromised compromised compromised compromised compromised
Indicator
100401 Pemasukan nutrisi 1 2 3 4
100402Pemasukan cairan 1 2 3 4
dan makanan
100403 Energi 1 2 3 4
100404 Masa tubuh 1 2 3 4
100405 Berat badan 1 2 3 4
100406 Tekanan 1 2 3 4
biochemikal
Status nutrisi pemasukan makanan dan cairan (1008)
Domain – physiologic health (II)
Class – nutrition (K)
Scale – not adequate to totally adequate (f)
status nutrition pemasukan Not Slightly Moderately Substantially
makanan dan cairan adequate adequate adequate adequate adequate
Indicator
100801 Pemasukan makanan 1 2 3 4
orPl
100802 pemasukan makanan 1 2 3 4
tube
100803 Pemasukan cairan oral 1 2 3 4
100804 Pemasukan cairan 1 2 3 4
100805 Total pemasukan nutrisi 1 2 3 4
Status nutrisi : pemasukan nutrient (1009 )
Domain – physiologic health (II)
Class – nutrition (K)
Scale – not adequate to totally adequate (f)
Status nutrisi : pemasukan Not Slightly Moderately Substantially
nutrient adequate adequate Adequate adequate adequate
Indicator
100901 pemasukan kalori 1 2 3 4
· Kognitif :
- Bloking
- Bingung
- Keasikan
- Pelupa
- Merenung
- Kerusakan perhatian
- Penurunan lapangan persepsi
- Ketakutan terhadap hal yang tidak jelas
- Kecenderungan untuk menyalahkan orang lain
- Sulit berkosentrasi
- Penurunan kemampuan belajar menyelesaikan masalah
- Gejala kewaspadaan fisiologis
· Factor yang berhubungan :
- Terpapar racun
- Konflik yang tidak disadari mengenai nilai utama / tujuan hidup
- Berhubungan dengan herediter
- Kebutuhan yang tidak terpenuhi
- Transmisi interpersonal
- Krisis situasional /maturasi
- Ancaman kematian
- Ancaman terhadap konsep diri
- Stress
- Substance abuse
- Perubahan dalam status peran, status kesehatan, pola interaksi, fungsi peran,
lingkungan, status ekonomi
b. Client Outcomes (COC) :
Klien menunjukkan control ansietas / kecemasannya berkurang / terkontrol.
c. Nursing Outcomes (NOC)
Kontrol ansietas (1402)
Domain – Psychosocial Health (III)
Class – Immune response (H)
Scale – Never demonstrated to consistently demonstrated
Koping (1302)
Domain – Psychosocial Health (III)
Class – pshyhosocial to consistdensi demonstrated (m)
Scale – Never demonstrated to consistently demonstrated
Never Ravely Sometimes Often
Koping
demonstrated demonstrated demonstrated demonstrated demonstrated
130201 Mengidentifikasi
koping efektif yang digunakan 1 2 3 4
130202 Mengidentifikasi
ketidakefektifan koping yang 1 2 3 4
digunakan
130203 Mengontrol sensasi
verbalisasi 1 2 3 4
130204 Melaporkan stress
yang berkurang 1 2 3 4
130205 Mengungkapkan
pertahanan situasi 1 2 3 4
130206 Mencari informasi
terhadap penyakit dan 1 2 3 4
perawatannya
130207 Mengubah gaya
hidup jika dibutuhkan 1 2 3 4
130208 Menyesuaikan
perilaku control 1 2 3 4
130209 Menggunakan
dukungan social yang 1 2 3 4
berguna
130210 Menggunakan
perilaku untuk mengurangi 1 2 3 4
stress
130211 Identifikasi macam-
macam strategi koping 1 2 3 4
130212 Menggunakan
strategi koping yang efektif 1 2 3 4
Cara Cuci Tangan Yang Syarat- syarat Uji Cerita Inspirasi Belajar Contoh Soal Uji Kompetensi Contoh Soal Uji Kompetensi Contoh Soal Uji Kompetensi
Benar Kompetensi Keperawatan Pada Jerapah Keperawatan Medikal Keperawatan (IV) Tentang Keperawatan III
Bedah Dan Soal Uji Oksigenasi dan Nutrisi