Anda di halaman 1dari 28

TUGAS MAKALAH

SISTEM PERKEMIHAN
STRIKTUR URETRA

​Disusun Oleh :
Kelompok 6
1.OKTAVIA EKA (10215013)
2.IIT RETNANING (10215023)
3.RIZKY IRMAWATI (10215035)
4.FATIN AFIZAH (10215034)
5.RINDA D (10215044)
6.M. ANJAS ADI (10215053)

PROGRAM STUDI S1-KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN

1
BHAKTI WIYATA KEDIRI
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas izin dan
kuasanya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Sistem Perkemihan dengan
judul “striktur uretra”. Kami sadar bahwa dalam penulisan ini tidak sedikit
masalah yang dihadapi, namun berkat kerja keras serta bantuan dari pihak, semua
masalah tadi bisa teratasi dengan baik. Oleh karena itu, kami banyak terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis sadar bahwa ini jauh dari kesempurnaan, sehingga kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga
dapat bermanfaat bagi pembaca, baik mahasiswa maupun masyarakat sebagai
tambahan wawasan pengetahuan.

Penyusun

Kelompok 6

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................. i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan masalah................................................................................. 2
C. Tujuan penulisan.................................................................................. 2
D. Manfaat penulisan................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Penyakit................................................................................... 4
B. Manifestasi Klinis 4
C. Etiologi................... 4
D. Patofisiologi 5
E. Pemeriksaan Penunjang 5
F. Penatalaksanaan 6
G. Komplikasi 7
H. WOC 8
I. Asuhan Keperawatan 10
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 23
B. Saran 23
DAFTAR PUSTAKA 24

3
4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Uretra merupakan saluran urin dari vesika urinaria ke meatus
uretra, untuk dikeluarkan ke luar tubuh. Uretra pada pria memiliki fungsi
ganda, yaitu sebagai saluran urin dan saluran untuk semen dari organ
reproduksi. Panjang uretra pria kira-kira 23cm & melengkung dari
kandung kemih ke luar tubuh, melewati prostate dan penis. Sedangkan
uretra pada wanita lurus dan pendek,berjalan secara langsung dari leher
kandung kemih ke luar tubuh (Taufik abidin, 2009).
Striktur uretra lebih sering terjadi pada pria dari pada wanita
terutama karena perbedaan panjangnya uretra. Penyebab lainnya ialah
tekanan dari luar uretra seperti tumor pada hipertrofi prostat benigna, atau
pun juga bisa diakibatkan oleh kelainan congenital, namun jarang terjadi.
Resiko striktur uretra meningkat pada orang yang memiliki riwayat
penyakit menular seksual,episode uretritis berulang, atau hipertrofi prostat
benigna (Taufik abidin,2009).
Kejadian striktur uretra telah didokumentasikan sejak 600 tahun
sebelum masehi. Menurut pendapat para ahli, pada abad ke-19 sekitar
15-20% pria dewasapernah mengalami striktur. Pada abad ke-21 ini
diperkirakan di Inggris 16.000 pria dirawat di rumah sakit karena striktur
uretra dan lebih dari 12.000 dari mereka memerlukan operasi dengan biaya
10 juta euro. Estimasi prevalensi di inggris sendiri adalah 10/100.000 pada
masa dewasa awal dan meningkat 20/100.000 pada umur 55 sedangkan
pada umur 65 tahun menjadi 40/100.000. Angka ini meningkat terus untuk
pasien tua sampai 100/100.000.
Striktur uretra dapat dari berbagai sebab, dan dapat tanpa gejala
atau muncul dengan ketidak nyamanan yang berat sebagai efek sekunder
dari retensi urin. Striktur urtra dapat disebabkan oleh setiap peradangan

5
kronik atau cedera. Radang karena gonnorhea merupankan penyebab
penting, tetapi radang lain yang kebanyakan disebabkan penyakit kelamin
lain, juga merupakan penyebab uretritis dan periuretritis (Taufik abidin,
2009).
Pengobatan dari striktur uretra tujuannnya mencegah tumbuhnya
jaringan abnormal dan memacu tumbuhnya jaringan normal. Terapi
pengobatan terhadap striktur uretra tergantung pada lokasi struktur,
panjang/ pendeknya striktur, dan kedaruratannya. Striktur uretra sapat
diobati dengan melakukan dilatasi uretra secara periodik (Taufik
abidin,2009).

B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi dari Striktur Uretra ?
2. Apa Klasifikasi dari Striktur Uretra ?
3. Apa Manifistasi Klinis dari Striktur Uretra ?
4. Apa Etiologi dari Striktur Uretra ?
5. Bagaimana Patofisiologi dari Striktur Uretra ?
6. Bagaimana WOC dariStriktur Uretra ?
7. Apa Pemeriksaan Penunjang dari Striktur Uretra ?
8. Bagaimana Penatalaksanaan dari Striktur Uretra ?
9. Apa Komplikasi dari Striktur Uretra ?
10. Bagaimana Asuhan Keperawatan dari Striktur Uretra ?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas
Perkemihan yang berjudul “Striktur Uretra” meliputi pengkajian,
analisa data, diagnosa keperawatan, dan intervensi.
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetaui konsep teori dari Striktur Uretra.

6
b) Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan dari Striktur
Uretra.

D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Umum :
Untuk menyelesaikan tugas Sistem Perkemihan

2. Manfaat Khusus :
a) Untuk memahami bagaimana tanda gejala dari Striktur Uretra
serta penangannya.
b) Untuk memahami bagaimana asuhan keperawatan dari Striktur
Uretra.

7
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Striktur uretra adalah suatu kondisi penyempitan ​lumen uretra​.
Striktur uretra menyebabkan gangguan dalam berkemih, mulai dari
aliran berkemih yang kecil sampai tidak dapat mengeluarkan urine keluar
dari tubuh (Muttaqin.A, 2011).
Striktur uretra ​adalah penyempitan atau penyumbatan dari ​lumen
uretra ​sebagai akibat dari pembentukan jaringan ​fibrotic ​(jaringan parut
pada ​uretra ​dan / atau pada daerah ​peri uretra​) (Nursalam, 2008).
B. Etiologi
Striktur uretra dapat terjadi secara :
1. Kongenital
Striktur uretra dapat terjadi secara terpisah ataupun bersamaan dengan
anomali saluran kemih yang lain.
2. Di dapat adanya:
a) Cedera uretral ( akibat insersi peralatan bedah selama operasi
transuretral kateter indwelling, atau prosedur sitoskopi).
b) Cedera akibat peregangan
c) Cedera akibat kecelakaan
d) Uretritis gonorheal yang tidak ditangani
e) Infeksi
f) Spasme otot

8
g) Tekanan dari luar misalnya tumbuhan tumor

C. Patofisiologi
Lesi pada epitel uretra atau putusnya kontinuitas, baik oleh proses
infeksi maupun akibat trauma, akan menimbulkan terjadinya reaksi
peradangan dan ​fibroblastic​. Iritasi dan urine pada uretra akan
mengundang reaksi ​fibroblastic yang berkelanjutan dan proses ​fibrosis
makin menghebat sehingga terjadilah penyempitan bahkan penyumbatan
dari ​lumen uretra serta aliran urine mengalami hambatan dengan segala
akibatnya. ​Ekstravasasi urine ​pada uretra yang mengalami lesi akan
mengundang terjadinya peradangan periuretra yang dapat berkembang
menjadi ​abses periuretra dan terbentuk ​fistula uretrokutan ​(lokalisasi
pada ​penis, perineum ​dan / atau ​skrotum​) (Nursalam, 2008).

D. Manifestasi Klinis
Keluhan kesulitan dalam berkemih, harus mengejan, pancaran
mengecil, pancaran bercabang dan menetes sampai retensi urine.
Pembengkakan dan getah / nanah di daerah ​perineum, skrotum dan
terkadang timbul bercak darah di celana dalam. Bila terjadi infeksi
sistemik penderita ​febris​, warna urine bisa keruh (Nursalam, 2008).
Gejala dan tanda ​striktur biasanya mulai dengan hambatan arus
kemih dan kemudian timbul sindrom lengkap obstruksi leher kandung
kemih seperti digambarkan pada ​hipertrofia prostat​. ​Striktur akibat
radang uretra sering agak luas dan mungkin multiple
(Smeltzer.C,2002).
Manifestasi klinis yang lain :
1. Kekuatan pancaran dan dengan jumlah urin sedikit
2. Gejala infeksi
3. Retensi urin
4. Adanya aliran balik dan pencetus sistitis, prostatitis,pielonefritis

9
5. Frekuensi
6. Urgensi
7. Disuria
8. Kadang-kadang disertai dengan infiltrat, abses dan fistel
(C. Smeltzer, Suzanne, 2002)

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratoriun
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk pelengkap pelaksanaan
pembedahan. Selain itu, beberapa dilakukan untuk mengetahui
adanya tanda –tanda infeksi melalui pemeriksaan ​urinalisis dan
kultur urine
2. Uroflowmetri
Uroflowmetri adalah pemeriksaan untuk menentukan kecepatan
pancaran urine. Volume urine yang dikeluarkan pada waktu miksi
dibagi dengan lamanya proses miksi. Kecepatan pancaran urine
normal pada pria adalah 20 ml/detik dan pada wanita 25 ml/detik.
Bila kecepatan pancaran kurang dari harga normal menandakan
adanya ​obstruksi.
3. Radiologi
Diagnosis pasti dibuat dengan ​uretrografi sehingga dapat melihat
letak penyempitan dan besarnya penyempitan uretra. Untuk
mengetahui lebih lengkap mengenai panjang striktur adalah dengan
sistouretrografi yaitu memasukkan bahan kontras secara antegrad
dari buli-buli dan secara retrograd dari uretra. Dengan pemeriksaan
ini, panjang striktur dapat diketahui sehingga penting untuk
perencanaan terapi atau operasi (Muttaqin.A, 2011).
4. Urinalis : warna kuning, coklat gelap, merah gelap/terang,
penampilan keruh, PH : 7 atau lebih besar, bakteria.

10
5. Kltur urin : adanya ulkus staphylokokus aureus,. Proteus,
klebsiellla, pseudomonas, E. Colli
6. BUN kreatin : meningkat
7. Uretrografi : adanya penyempitan atau pembuntuan uretra. Untuk
mengetahui panjangnyapenyempitan uretra, di buat foto iolar
(sisto) uretrografi.
8. Uretroskopi : untuk mengetahui pembuntuan lumen uretra
(Basuki B. Purnama, 2000).

F. Komplikasi Striktur Uretra


1. Infeksi
2. Sepsis
3. Abses pada lokasi striktur
4. Batu kandung kemih
5. Sulit ejakulasi
6. Fistula uretrokutaneus
7. Gagl hinjal
(Taufik Abidin, 2002).

G. Penatalaksanaan Medis
1. Bila panjang striktur uretra lebih dari 2cm atau terdapat fistula
uretrokutan atau seditif, dapat dilakukan uretroplasty. Uretroplasty
atau rekontruksi uretra terbuka, ada dua jenis uretroplasti yaitu
uretroplasti anastomis (daerah yang menyempit dibedah lalu uretra
diperbaiki dengan mencangkok jaringan atau flap dari jaringan
disekitarnya) & uretroplasti substitusi (mencangkok jaringan
striktur uretra yang dibedah dengan jaringan mukosa bibir/ buccal
mukosa graft, jaringan mukosa kelamin atau jaringan preputium/
vascularized preputial or genital skin flap).

11
2. Bila striktur uretra kurang dari 2 cm dan tidak ada fistelmaka dapat
dilakukan bedah endoskopi dengan Lat Sachse.
3. Untuk striktur uretra anterior dapat dilakukan otis uretromi
Uretrotomi (Endoscopict internal urethrotomy or incision) teknik
bedah dengan derajat invasif yang minim, dimana dilakukan
tindakan insisi pada jaringan radang untuk membuka striktur.
Tindakan ini dikerjakan dengan menggunakan kamera fiberoptik
dengan pengaruh dibawah anastesi.
4. Pada wanita dilakukan dilatasi, balon kateter (plastik atau metal)
dimasukkan kedalam uretra untuk membuka daerah yang
menyempit, jika cara tersebut gagal bisa dilakukan otis uretrotomi
(Kapita Selekta Kedokteran, 2001).
H. Patway
Terlampir

I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian dibagi menjadi 2 tahap, yaitu pengkajian pre operasi
Sachse dan pengkajian post operasi Sachse.
a) Pengkajian pre operasi Sachse
Pengkajian ini dilakukan sejak klien MRS sampai saat
operasinya, yang meliputi;
1. Pengkajian fokus :
a. Palpasi :
1) Abdomen

12
Bagaimana bentuk abdomen. Pada klien dengan
keluhan retensi umumnya ada penonjolan kandung
kemih pada supra pubik. Apakah ada nyeri tekan,
turgornya bagaimana. Pada klien biasanya terdapat
hernia atau hemoroid. Hepar, lien, ginjal teraba
atau tidak. Peristaklit usus menurun atau
meningkat.
2) Genitalia dan anus
Pada klien biasanya terdapat hernia. Pembesaran
prostat dapat teraba pada saat rectal touché. Pada
klien yang terjadi retensi urine, apakah trpasang
kateter, Bagaimana bentuk scrotum dan testisnya.
Pada anus biasanya ada haemorhoid.
b. Inspeksi
1) Memeriksa uretra dari bagian meatus dan
jaringan sekitarnya
2) Observasi adanya penyempitan, perdarahan,
mukus atau cairan purulent (nanah)
3) Observasi kulit dan mukosa membran disekitar
jaringan
4) Perhatikan adanya lesi hiperemi atau keadaan
abnormal lainnya pada penis, scrotom, labia dan
orifisium Vagina.
5) Iritasi pada uretra ditunjukan pada klien dengan
keluhan ketidak nyamanan pada saat akan mixi.

2. Pengkajian Psikososial
a. Respon emosional pada penderita sistim
perkemihan, yaitu : menarik diri, cemas,
kelemahan, gelisah, dan kesakitan.

13
b. Respon emosi pada pada perubahan masalah pada
gambaran diri, takut dan kemampuan seks menurun
dan takut akan kematian. Riwayat psikososial
terdiri dari :
1) Intra Personal
Kebanyakan klien yang akan menjalani operasi
akan muncul kecemasan. Kecemasan ini
muncul karena ketidaktahuan tentang prosedur
pembedahan. Tingkat kecemasan dapat dilihat
dari perilaku klien, tanggapan klien tentang
sakitnya.
2) Inter Personal
Meliputi peran klien dalam keluarga dan peran
klien dalam masyarakat.
3) Pengkajian Diagnostik
Sedimen urine untuk mengetahui
partikel-partikel urin yaitu sel, eritrosit,
leukosit, bakteria, kristal, dan protein.

3 Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, agama /
kepercayaan, status perkawinan, pendidikan,
pekerjaan, suku/ Bangsa, alamat, no. rigester dan
diagnosa medis.
4 Riwayat Penyakit Sekarang
Pada klien striktur urethra keluhan-keluhan yang ada
adalah frekuensi , nokturia, urgensi, disuria, pancaran

14
melemah, rasa tidak lampias/ puas sehabis miksi,
hesistensi, intermitency, dan waktu miksi memenjang
dan akirnya menjadi retensio urine.
5 Riwayat penyakit dahulu
Adanya penyakit yang berhubungan dengan saluran
perkemihan, misalnya ISK (Infeksi Saluran Kencing )
yang berulang. Penyakit kronis yang pernah di derita.
Operasi yang pernah di jalani kecelakaan yang pernah
dialami adanya riwayat penyakit DM dan hipertensi.
6 Riwayat penyakit keluarga
Adanya riwayat keturunan dari salah satu anggota
keluarga yang menderita penyakit striktur urethra
Anggota keluarga yang menderita DM, asma, atau
hipertensi.
7 Pola Fungsi kesehatan
Pola nutrisi dan metabolisme Klien ditanya frekuensi
makan, jenis makanan, makanan pantangan, jumlah
minum tiap hari, jenis minuman, kesulitan menelan
atau keadaan yang mengganggu nutrisi seperti nause,
stomatitis, anoreksia dan vomiting. Pada pola ini
umumnya tidak mengalami gangguan atau masalah.

8. Pola eliminasi
Klien ditanya tentang pola berkemih, termasuk
frekuensinya, ragu ragu, jumlah kecil dan tidak lancar
menetes netes, kekuatan system perkemihan. Klien
juga ditanya apakah mengedan untuk mulai atau
mempertahankan aliran kemih. Klien ditanya tentang

15
defikasi, apakah ada kesulitan seperti konstipasi akibat
dari penyempitan urethra kedalam rectum.
9. Pola tidur dan istirahat
Klien ditanya lamanya tidur, adanya waktu tidur yang
berkurang karena frekuensi miksi yang sering pada
malam hari ( nokturia ). Kebiasaan tidur memekai
bantal atau situasi lingkungan waktu tidur juga perlu
ditanyakan. Upaya mengatasi kesulitan tidur.
10. Pola Aktifitas
Klien ditanya aktifitasnya sehari hari, aktifitas
penggunaan waktu senggang, kebiasaan berolah raga.
Apakah ada perubahan sebelum sakit dan selama sakit.
Pada umumnya aktifitas sebelum operasi tidak
mengalami gangguan, dimana klien masih mampu
memenuhi kebutuhan sehari hari sendiri.
11. Pola hubungan dan peran
Klien ditanya bagaimana hubungannya dengan anggota
keluarga, pasien lain, perawat atau dokter. Bagai mana
peran klien dalam keluarga. Apakah klien dapat
berperan sebagai mana seharusnya.
12. Pola persepsi dan konsep diri
Meliputi informasi tentang perasaan atau emosi yang
dialami atau dirasakan klien sebelum pembedahan .
Biasanya muncul kecemasan dalam menunggu acara
operasinya. Tanggapan klien tentang sakitnya dan
dampaknya pada dirinya. Koping klien dalam
menghadapi sakitnya, apakah ada perasaan malu dan
merasa tidak berdaya.
13. Pola sensori dan kognitif

16
Pola sensori meliputi daya penciuman, rasa, raba, lihat
dan pendengaran dari klien. Pola kognitif berisi tentang
proses berpikir, isi pikiran, daya ingat dan waham. Pada
klien biasanya tidak terdapat gangguan atau masalah
pada pola ini.

b) Pengkajian Post Operasi Sachse


Pengkajian ini dilakukan setelah klien menjalani operasi, yang
meliputi:
1. Keluhan utama
Keluhan pada klien berbeda beda antara klien yang satu
dengan yang lain. Kemungkinan keluhan yang bisa timbul
pada klien post operasi Sachse adalah keluhan rasa tidak
nyaman, nyeri karena spasme kandung kemih atau karena
adanya bekas insisi pada waktu pembedahan. Hal ini
ditunjukkan dari ekspresi klien dan ungkapan dari klien
sendiri.
2. Keadaan umum
Kesadaran, GCS, ekspresi wajah klien, suara bicara.
3. Sistem respirasi
Bagaimana pernafasan klien, apa ada sumbatan pada jalan
nafas atau tidak. Apakah perlu dipasang O2. Frekuensi
nafas , irama nafas, suara nafas. Ada wheezing dan ronchi
atau tidak. Gerakan otot Bantu nafas seperti gerakan cuping
hidung, gerakan dada dan perut. Tanda tanda cyanosis ada
atau tidak.
4. Sistem sirkulasi
Yang dikaji: nadi ( takikardi/bradikardi, irama ), tekanan
darah, suhu tubuh, monitor jantung ( EKG ).
5. Sistem gastrointestinal

17
Hal yang dikaji: Frekuensi defekasi, inkontinensia alvi,
konstipasi / obstipasi, bagaimana dengan bising usus, sudah
flatus apa belum, apakah ada mual dan muntah.

2. Analisa Data

DATA KEMUNGKINAN MASALAH


PENYEBAB KEPERAWATAN
DS : Gangguan eliminasi
-Klien menyatakan urin b.d penyempitan
kurang minum lumen uretra
-Klien menyatakan
sakit saat miksi
DO :
-Warna urine klien
jernih dan
kekuning-kuningan

18
DS : Gangguan rasa
-Klien menyatakan nyaman nyeri b.d
kurang minum obstruksi saluran
-Klien menyatakan kemih
sakit saat miksi
DO :
-Warna urine klien
jernih dan
kekuning-kuningan

DO: Retensi urine b.d


- Pengeluaran Kekuatan pancaran
urin sedikit dan jumlah urine
- Distensi visuka berkurang
urinaria
- Pengeluaran
urine lebih dari
1500/hari

DS:
- Klien mengeluh
kandungkemih
terasa penuh
- Klien
mengeluhkan

19
tidak dapat
berkemih
- Klien
mengeluhkan
urinnya keluar
sedikit

DO: Resiko infeksi b.d


-terpasang IV line masuknya
- insisi laparatomy mikroorganisme
- Hb 10 gr%

DS:-

DS: Asientas berhubungan


-Klien menyatakan
dengan defesit
tidak tahu tentang
penyakitnya pengetahuan

DO:-

20
3. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan eliminasi urin b.d penyempitan
lumen uretra
b. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d obstruksi saluran kemih
c. Retensi urine b.d Kekuatan pancaran dan jumlah urine
berkurang
d. Resiko infeksi b.d masuknya mikroorganisme
e. Asientas berhubungan dengan defesit pengetahuan
4. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan & kriteria Intervensi Rasional


keperawatan hasil
1. Gangguan Tujuan : 1. Mengajarkan 1. Membantu
eliminasi urin 1. Diharapkan blader training merangsang
b.d penyempitan setelah dilakukan pada klien. keinginan untuk
lumen uretra intervensi, 2. Memasang buang air kecil.
gangguan eliminasi kateter bila ada 2. Membantu klien
urin teratasi. indikasi. untuk
3. Memberikan mengeluarkan
Kriteria hasil :
obat sesuai urin.
1. Klien mengatakan
program terapi. 3. Membantu
dapat buang air
mempelancar
kecil secara
sirkulasi dan
mandiri.
merangsang
syaraf.

21
2. Gangguan rasa Tujuan : 1. Kaji skala, 1. Mengidentifikasi
nyaman (nyeri) 1. Diharapkan karakteristik nyeri akibat
b.d obstruksi setelah dilakukan dan lokasi nyeri gangguan lain.
saluran kemih. intervensi, rasa yang dialami 2. Mendeskripsikan
tidak nyaman klien sesuai tingkat nyeri.
berkurang bahkan dengan PQRST. 3. Mengurangi
hilang. 2. Catat petunjuk sensasi nyeri.
nonverbal 4. Menjadi acuan
Kriteria hasil :
seperti gelisah, dalam
1. Saluran kemih
menolak untuk perkembangan
kembali membaik
bergerak, terapi yang sudah
2. Klien merasa
berhati-hati saat diberikan.
nyaman, nyeri
beraktifitas dan
klien berkurang
meringis.
bahkan hilang.
3. Ajarkan pasien
3. Skala nyeri 0-3.
untuk memulai
posisi yang
nyaman atau
tekhnik
relaksasi
misalnya duduk
dengan kaki
agak dibuka dan
nafas dalam.
4. Observasi dan
catat
pembesaran
skrotum ( bila
perlu ukur tiap
hari), cek

22
adanya keluhan
nyeri.
3. Retensi urine b.d Symptom severity 1. dorong pasien  1. meminimalkan
Kekuatan  ​Urinary elimination untuk  retensi urine,
pancaran dan Kriteriahasil : berkemih tiap  disertai berlebihan
jumlah urine    1​
​ .  Pengosongan 
​ 2-4 jam dan  pada kandung
berkurang bladder bila tiba-tiba  kemih
2. Secara  dirasakan  2. berguna untuk
sempurna 2. observasi mengevaluasi
aliran urin, obstruksi dan
     3.​ ​Warna urin dbn
perhatikan pilihan intervensi
ukuran dan 3. retensi urin
      4.  U
​ rin  terbebas 
kekuatan meningkatkan
dari partikel
3. awasi dan tekanan dalam
5. Balance  cairan 
catat waktu dan saluran
selama 24 jam
jumlah tiap perkemihan atas
6. Urin  dapat 
berkemih yang dapat
keluar  tanpa 
mempengaruhi
kesakitan
fungsi ginjal

4. Resiko infeksi Tujuan : 1. Cuci tangan 1. Mengurangi


b.d masuknya 7. Diharapkan resiko sebelum dan kontaminasi
microorganisme terjadinya infeksi sesudah silang.
sekunder tidak terjadi. melakukan 2. Mengurangi
aktivitas jumlah lokasi
Kriteria hasil :
walupun yang dapat
1. Berkurangnya
menggunakan menjadi tempat
tanda-tanda
sarung tangan masuk organisme.
peradangan seperti
steril. 3. Mencegah
kemeraha-merahan
masuknya bakteri,

23
, gatal,panas, 2. Batasi mengurangi risiko
perubahan fungsi. penggunaan alat infeksi
atau prosedur nosokomial.
invasive jika 4. Mencegah
memungkinkan. penyebaran
3. Gunakan teknik infeksi/kontaminsi
steril pada silang.
waktu
penggatian
balutan/penghis
apan/berikan
lokasi
perawatan,
misalnya Jalur
invasive.
4. Gunakan sarung
tangan/pakaian
pada waktu
merawat luka
yang
terbuka/antisipa
sidari kontak
langsung
dengan sekresi
ataupun ekskrsi.
5. Asientas Tujuan : Bina hubungan
berhubungan 1. Klien dapat saling percaya :
dengan defesit menjalin dan 1. Beri salam setiap
pengetahuan mempertahankan interaksi

24
hubungan saling 2.Perkenalkan
percaya. nama, nama
2. Klien dapat panggilan perawat
mengenal ansietasnya dan tujuan perawat
3. Klien dapat berkenalan
menggunakan teknik. 3. Tanyakan dan
panggil nama
kesukaan anak
Kritera Hasil : 4. Tunjukkan sikap
Klien menunjukkan jujur dan
tanda-tanda percaya menepati janji
terhadap perawat setiap
1. ​Wajah cerah, berinteraksi
tersenyum dengan anak
2. ​Ada kontak mata 5.Tanyakan
3. ​Bersedia perasaan anak.
menceritakan 6. Buat kontrak
perasaannya interaksi yang
Klien jelas
mengungkapkan 7. Dengarkan
perasaan ansietas, dengan penuh
penyebab ansietas, perhatian
dan perilaku akibat ekspresi
ansietas perasaan anak
Klien mampu 8 Pe
mendemonstrasikn nu
cara mengatasi hi
ansietas
kebutuhan dasar
anak

25
9. Jadilah
pendengar yang
hangat dan
responsif
10. Beri waktu
yang cukup
pada klien untuk
berespons
11. Beri dukungan
pada anak dan
keluarga klien
untuk
mengekspresika
n perasaannya
12. Identifikasi
situasi yang
membuat klien
ansietas

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Uretra merupaka saluran urin dari vesika urinariake meatus
uretra, untuk dikeluarkan ke luar tubuh. Striktur uretra lebih sering
terjadi pada pria daripada wanita terutama karena perbedaaan
panjangnya uretra. Striktur uretra dapat terjadi karena beberapa
sebab dan dapat tanpa gejala atau muncul dengan ketidaknyamanan
yang berat sebagai efek sekunder dari retensi urin. Striktur uretra

26
dapat terjadi karena akibat peradangan kronik atau cedera.
Pengobatan dari striktur uretra tujuannya mencegah tumbuhnya
jaringan abnormal dan memacu tumbuhnya jaringan normal. Terapi
pengobatan terhadap striktur uretra tergantung pada lokasi striktur,
panjang atau pendeknya striktur dan kedaruratannya.

B. Saran
Semoga makalah ini dapat dijadikan salah satu referensi
untuk dapat memperoleh informasi mengenai asuhan keperawatan
pada pasien dengan striktur uretra. Selain itu saran dan kritik yang
membangun kami nantikan untuk perbaikan makalah kami.

DAFTAR PUSTAKA

Anonoim, ​Askep pada klien dengan striktur uretra, 2009.


http;//nursingbegin.com/askep-pada-klien-dengan-striktur-uretra/

Jong, Wim de, R. Sjamsuhidayat. 2004, ​Striktur Uretra. Dalam; Saluran Kemih
Dan Alat Kelamin Lelaki, Buku Ajar Ilmu Bedah hal,752​, EGC, Jakarta

27
Long C, Barbara, 1996, ​Perawatan Medikal Bedah, Volume 3, ​Bandung, Yayasan
IAPK pajajaran.

Sabiston, David C, 1994, ​Uretra Dalam; Sistem Urogenital, Buku Ajar Bedah
Bagian 2,​ hal 463. EGC, Jakarta.

Tucker, S,M, et all . 1998, ​Standar Perawatan Pasien ; Proses Keperawatan,


diagnosis dan evaluasi , Edisi V​, Penerbit Buku Kedokteran; EGC. Jakarta

28

Anda mungkin juga menyukai