Anda di halaman 1dari 12

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN
Konsep Dasar Medis
A. Pengertian
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) ialah infeksi kronis di telinga tengah
dengan perforasi membran timpani dan keluarnya sekret dari telinga tengah secara
terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening, atau
berupa nanah. Biasanya disertai gangguan pendengaran (Mansjoer, 2001).
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut dengan istilah
sehari-hari congek. Dalam perjalanannya penyakit ini dapat berasal dari OMA
stadium perforasi yang berlanjut, sekret tetap keluar dari telinga tengah dalam
bentuk encer, bening ataupun mukopurulen. Proses hilang timbul atau terus
menerus lebih dari 2 minggu berturut-turut. Tetap terjadi perforasi pada membran
timpani. Perforasi yaitu membran timpani tidak intake atu terdapat lubang pada
membran timpani itu sendiri.

B. Klasifikasi
OMSK dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
1. OMSK tipe benigna (tipe mukosa = tipe aman)
Proses peradangan terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak mengenai
tulang. Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe benigna jarang
menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe benigna tidak
terdapat kolesteatom.
2. OMSK tipe maligna (tipe tulang = tipe bahaya)
OMSK tipe maligna ialah OMSK yang disertai dengan kolesteatoma. Perforasi
terletak pada marginal atau di atik, kadang-kadang terdapat juga kolesteatoma
dengan perforasi subtotal. Sebagian komplikasi yang berbahaya atau total
timbul pada atau fatal, timbul pada OMSK tipe maligna.

C. Etiologi.
Sebagian besar Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) merupakan kelanjutan dari
Otitis Media Akut (OMA) yang prosesnya sudah berjalan lebih dari 2 bulan.
Beberapa faktor penyebab adalah terapi yang terlambat, terapi tidak adekuat,
virulensi kuman tinggi, dan daya tahan tubuh rendah. Bila kurang dari 2 bulan
disebut subakut. Sebagian kecil disebabkan oleh perforasi membran timpani terjadi
akibat trauma telinga tengah. Kuman penyebab biasanya kuman gram positif aerob,

Fatmawati S.Kep
pada infeksi yang sudah berlangsung lama sering juga terdapat kuman gram negatif
dan kuman anaerob (Mansjoer, 2001).
Kuman penyebab OMSK antara lain kuman Staphylococcus aureus (26%),
Pseudomonas aeruginosa (19,3%), Streptococcus epidermidimis (10,3%), gram
positif lain (18,1%) dan kuman gram negatif lain (7,8%). Biasanya pasien mendapat
infeksi telinga ini setelah menderita saluran napas atas misalnya influenza atau sakit
tenggorokan. Melalui saluran yang menghubungkan antara hidup dan telinga (tuba
Auditorius), infeksi di saluran napas atas yang tidak diobati dengan baik dapat
menjalar sampai mengenai telinga.

D. Patofisiologi
OMSK dibagi dalam 2 jenis, yaitu benigna atau tipe mukosa, dan maligna atau
tipe tulang. Berdasarkan sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif juga
dikenal tipe aktif dan tipe tenang (Mansjoer, 2001).
Pada OMSK benigna, peradangan terbatas pada mukosa saja, tidak mengenai
tulang. Perforasi terletak di sentral. Jarang menimbulkan komplikasi berbahaya dan
tidak terdapat kolesteatom (Mansjoer, 2001).
OMSK tipe maligna disertai dengan kolesteatom. Perforasi terletak marginal,
subtotal, atau di atik. Sering menimbulkan komplikasi yang berbahaya atau fatal
(Mansjoer, 2001).
Kolesteotoma yaitu suatu kista epiterial yang berisi deskuamasi epitel (keratin).
Deskuamasi terbentuk terus, lalu menumpuk. Sehingga kolesteotoma bertambah
besar.

E. Tanda Dan Gejala


Pasien mengeluh otore, vertigo, tinitus, rasa penuh ditelinga atau gangguan
pendengaran (Mansjoer, 2001).
Nyeri telinga atau tidak nyaman biasanya ringan dan seperti merasakan
adanya tekanan ditelinga. Gejala-gejala tersebut dapat terjadi secara terus menerus
atau intermiten dan dapat terjadi pada salah satu atau pada kedua telinga (Fung,
2004).
1. Telinga berair (otorrhoe)
Sekret bersifat purulen ( kental, putih) atau mukoid ( seperti air dan encer)
tergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh aktivitas
kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe jinak, cairan
yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi
iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi.

Fatmawati S.Kep
Keluarnya sekretbiasanya hilang timbul. Meningkatnya jumlah sekret dapat
disebabkan infeksi saluran nafas atas atau kontaminasi dari liang telinga luar
setelah mandi atau berenang. Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adanya
sekret telinga. Sekret yang sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi
kesan kolesteatoma dan
produk degenerasinya. Dapat terlihat keping-keping kecil, berwarna putih,
mengkilap. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah
berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang
bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip
telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu
sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.
2. Gangguan pendengaran
Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran.
Biasanyadijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan
pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat, karena
daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat menghambat bunyi dengan efektif
ke fenestra ovalis. Bila tidak dijumpai kolesteatom, tuli konduktif kurang dari 20
db ini ditandai bahwa rantai tulang pendengaran masih baik. Kerusakan dan
fiksasi dari rantai tulang pendengaran menghasilkan penurunan pendengaran
lebih dari 30 db. Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi
membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke
telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat
karena putusnya rantai tulang pendengaran, tetapi sering kali juga kolesteatom
bertindak sebagai penghantar suara sehingga ambang pendengaran yang
didapat harus diinterpretasikan secara hati-hati. Penurunan fungsi kohlea
biasanya terjadi perlahan-lahan dengan berulangnya infeksi karena penetrasi
toksin melalui jendela bulat (foramen rotundum) atau fistel labirin tanpa terjadinya
labirinitis supuratif. Bila terjadinya labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf berat,
hantaran tulang dapat menggambarkan sisa fungsi kohlea.
3. Otalgia ( nyeri telinga)
Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada merupakan suatu
tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya
drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan
pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau
ancaman pembentukan abses otak. Nyeri telinga mungkin ada tetapi mungkin
oleh adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda berkembang

Fatmawati S.Kep
komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus
lateralis.
4. Vertigo
Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya.
Keluhanvertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat
erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat
perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif
keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani
yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu.
Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo.
Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum. Fistula merupakan temuan
yang serius, karena infeksi kemudian dapat berlanjut dari telinga tengah dan
mastoid ke telinga dalam sehingga timbul labirinitis dan dari sana mungkin
berlanj ut menjadi meningitis. Uji fistula perlu dilakukan pada kasus OMSK
dengan riwayat vertigo. Uji ini memerlukan pemberian tekanan positif dan negatif
pada membran timpani, dengan demikian dapat diteruskan melalui rongga
telinga tengah.

F. Manifestasi Klinis
Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna :
1. Adanya abses atau fistel retroaurikular
2. Jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum timpani.
3. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk (aroma kolesteatom)
4. Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom.

G. Penatalaksanaan
Menurut Arief Mansjoer, dkk. (2001) terapi OMSK sering lama dan harus
berulang-ulang karena :
1. Adanya perforasi membran timpani yang permanen
2. Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung, dan sinus paranasal,
3. Telah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga mastoid
4. Gizi dan kebersihan yang kurang.
Menurut Arief Mansjoer, dkk. (2001), prinsip terapi OMSK tipe benigna dan
maligna berbeda, yaitu :
1. Prinsip terapi OMSK tipe benigna ialah konservatif atau dengan
medikamentosa. Bila sekret yang keluar terus menerus, maka diberikan obat
pencuci telinga, berupa larutan H2O2 3% selama 3-5 hari. Setelah sekret

Fatmawati S.Kep
berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga yang
mengandung antibiotika dan kartikosteroid. Banyak ahli berpendapat bahwa
semua obat tetes yang dijual di pasaran saat ini mengandung antibiotika yang
bersifat ototoksik. Oleh sebab itu penulis menganjurkan agar obat tetes telinga
jangan diberikan secara terus menerus lebih dari 1 atau 2 minggu atau pada
OMSK yang sudah tenang. Secara oral diberikan antibiotika dari golongan
ampisilin, atau eritromisin, (bila pasien alergi terhadap penisilin), sebelum tes
resistensi diterima. Pada infeksi yang dicurigai karena penyebabnya telah
resisten terhadap ampisilin dapat diberikan ampisilin asam klavulanat.
Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama 2
bulan, maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini
bertujuan untuk menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran
timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan
pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.
Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada, atau
terjadinya infeksi berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati terlebih
dahulu, mungkin juga perlu melakukan pembedahan, misalnya adenoidektomi
dan tonsilektomi.
2. Prinsip terapi OMSK tipe maligna ialah pembedahan, yaitu mastoidektomi. Jadi,
bila terdapat OMSK tipe maligna, maka terapi yang tepat ialah dengan
melakukan mastoidektomi dengan atau tanpa timpanopplasti. Terapi konservatif
dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum
dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal retroaurikuler, maka
insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan
mastoidektomi.
Infeksi telinga tengah dan mastoid.Rongga telinga tengah dan rongga mastoid
berhubungan langsung melalui aditus adantrum. Oleh karena itu infeksi kronis
telinga tengah yang sudah berlangsung lama biasanya disertai infeksi kronis di
rongga mastoid. Infeksi rongga mastoid dikenal dengan mastoiditis. Beberapa
ahli menggolongkan mastoiditis ke dalam komplikasi OMSK.
Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan
pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, Jenis operasi
mastoid yang dilakukan tergantung pada luasnya infeksi atau koleasteatom, sarana
yang tersedia serta pengalaman operator. Sesuai dengan luasnya infeksi atau
luasnya kerusakan yang sudah terjadi, kadang-kadang dilakukan kombinasi dari jenis
operasi itu atau modifikasinya. Jenis pembedahannya yaitu :

Fatmawati S.Kep
1. Mastoidektomi sederhana.
Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe benigna yang dengan pengobatan
konservatif tidak sembuh. Dengan tindakan operasi ini dilakukan
permbersihan ruang mastoid dari jaringan patologik. Tujuannya ialah supaya
infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi. Pada operasi ini fungsi
pendengaran tidak diperbaiki.
2. Mastoidektomi Radikal.
Operasi ini dilakukan pada OMSK maligna dengan infeksi atau kolesteatom
yang sudah meluas. Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani
dibersihkan dari semua jaringan patologik. Dinding batas antara liang telinga
luar dan telinga tengah tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan,
sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi suatu ruangan.
Tujuan operasi ini ialah untuk membuang semua jaringan patologik dan
mencegah komplikasi ke intrakranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki.
Kerugian operasi ini ialah pasien tidak diperbolehkan berenang seumur
hidupnya. Pasien harus datang dengan teratur untuk kontrol, supaya tidak
terjadi infeksi kembali. Pendengaran berkurang sekali, sehingga dapat
menghambat pendidikan atau karier pasien.
Modifikasi operasi ini ialah dengan memasang tandur (graft) pada rongga
operasi serta membuat meatal plasty yang lebar, sehingga rongga operasi
kering permanen, tetapi terdapat cacat anatomi, yaitu meatus luar liang
telinga menjadi lebar.
3. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (operasi Bondy)
Operasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolesteatom di daerah atik, tetapi
belum merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan
dinding posterior liang telinga direndahkan.
Tujuan operasi ialah untuk membuang semua jaringan patologik dari rongga
mastoid, dan mempertahankan pendengaran yang masih ada.
4. Miringoplasti
Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan, dikenal juga
dengan nama timpanoplasti tipe I. Rekonstruksi hanya dilakukan pada
membran timpani.
Tujuan operasi ialah untuk mencegah berulangnya infeksi telinga tengah
pada OMSK tipe benigna dengan perforasi yang menetap.
Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe benigna yang sudah tenang dengan
ketulian ringan yang hanya disebabkan oleh perforasi membran timpani.

Fatmawati S.Kep
5. Timpanoplasti
Operasi ini dikerjakan pada OMSK tipe benigna dengan kerusakan yang
lebih berat atau OMSK tipe benigna yang tidak bisa ditenangkan dengan
pengobatan medikamentosa.
Tujuan operasi ialah untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki
pendengaran. Menurut Fung (2004), terapi difokuskan kepada penghilangan
gejala dan infeksi. Antibiotik mungkin dikesepkan untuk infeksi bakteri, terapi
antibiotik biasanya untuk jangka panjang, yaitu melalui pemberian per oral
atau tetes telinga jika ada perforasi membran tympani. Pembedahan untuk
mengangkat adenoid mungkin cocok untuk membuka tuba eustachius.
Pembedahan dengan membuka membrana tymponi (miringotomi) dengan
maksud untuk mengalirkan atau mengeluarkan cairan dari daerah ditelinga
dalam. Decangestan atau antibismin dapat digunakan untuk membantu
mengeluarkan cairan dari tuba eustachius. Pada operasi ini selain
rekonstruksi membran timpani sering kali harus dilakukan juga rekonstruksi
tulang pendengaran. Berdasarkan bentuk rekonstruksi tulang pendengaran
yang dilakukan maka dikenal istilah timpanoplasti tipe II, III, IV dan V.
Sebelum rekonstruksi dikerjakan lebih dahulu dilakukan eksplorasi kavum
timpani dengan atau tanpa mastoidektomi, untuk membersihkan jaringan
patologis. Tidak jarang pula operasi ini terpaksa dilalakukan dua tahap
dengan jarak waktu 6 s/d 12 bulan.
6. Timpanoplasti dengan pendekatan ganda (Combined Approach
Tympanoplasty)
Operasi ini merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada
kasus OMSK tipe maligna atau OMSK tipe benigna dengan jaringan
granulasi yang luas.
Tujuan operasi untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki
pendengaran tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa
meruntuhkan dinding posterior ling telinga).
Membersihkan kolesteatom dan jaringan granulasi di kavum timpani,
dikerjakan melalui dua jalan (combined approach) yaitu melalui liang telinga
dan rongga mastoid dengan melakukan timpanotomi posterior. Teknik
operasi ini pada OMSK tipe maligna belum disepakati oleh para ahli, oleh
karena sering terjadi kambuhnya kolesteatoma kembali.

Fatmawati S.Kep
H. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk melengkapi pemeriksaan, dapat dilakukan pemeriksaan klinik sebagai
berikut :
1. Pemeriksaan Audiometri
Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli
konduktif. Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya
ketulian tergantung besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan
dan mobilitas sistim penghantaran suara ditelinga tengah. Para peneliti
melaporkan pada penderita OMSK ditemukan tuli sensorineural yang
dihubungkan dengan difusi produk toksin ke dalam skala timpani melalui
membran fenstra rotundum, sehingga menyebabkan penurunan ambang
hantaran tulang secara temporer/permanen yang pada fase awal terbatas
pada lengkung basal kohlea tapi dapat meluas kebagian apek kohlea.
Gangguan pendengaran dapat dibagi dalam ketulian ringan, sedang, sedang
berat, dan ketulian total, tergantung dari hasil pemeriksaan ( audiometri atau
test berbisik). Derajat ketulian ditentukan dengan membandingkan rata-rata
kehilangan intensitas pendengaran pada frekuensi percakapan terhadap skala
ISO 1964 yang ekivalen dengan skala ANSI 1969. Derajat ketulian dan nilai
ambang pendengaran menurut ISO 1964 dan ANSI 1969.
Derajat ketulian Nilai ambang pendengaran
a. Normal : -10 dB sampai 26 dB
b. Tuli ringan : 27 dB sampai 40 dB
c. Tuli sedang : 41 dB sampai 55 dB
d. Tuli sedang berat : 56 dB sampai 70 dB
e. Tuli berat : 71 dB sampai 90 dB
f. Tuli total : lebih dari 90 dB.
Evaluasi audimetri penting untuk menentukan fungsi konduktif dan
fungsi kohlea. Dengan menggunakan audiometri nada murni pada hantaran
udara dan tulang serta penilaian tutur, biasanya kerusakan tulang-tulang
pendengaran dapat diperkirakan, dan bisa ditentukan manfaat operasi
rekonstruksi telinga tengah untuk perbaikan pendengaran. Untuk melakukan
evaluasi ini, observasi berikut bias membantu :
a. Perforasi biasa umumnya menyebabkan tuli konduktif tidak lebih dari 15-
20 dB
b. Kerusakan rangkaian tulang-tulang pendengaran menyebabkan tuli
konduktif30-50 dB apabila disertai perforasi.

Fatmawati S.Kep
c. Diskontinuitas rangkaian tulang pendengaran dibelakang membran yang
masih utuh menyebabkan tuli konduktif 55-65 dB.
d. Kelemahan diskriminasi tutur yang rendah, tidak peduli bagaimanapun
keadaan hantaran tulang, menunjukan kerusakan kohlea parah.
Pemeriksaan audiologi pada OMSK harus dimulai oleh penilaian
pendengarandengan menggunakan garpu tala dan test Barani. Audiometri
tutur dengan maskingadalah dianjurkan, terutama pada tuli konduktif bilateral
dan tuli campur.
2. Pemeriksaan Radiologi.
Pemeriksaan radiografi daerah mastoid pada penyakit telinga kronis nilai
diagnostiknya terbatas dibandingkan dengan manfaat otoskopi dan
audiometri. Pemerikasaan radiologi biasanya mengungkapkan mastoid yang
tampak sklerotik, lebih kecil dengan pneumatisasi lebih sedikit dibandingkan
mastoid yang satunya atau yang normal. Erosi tulang, terutama pada daerah
atik memberi kesan kolesteatom. Proyeksi radiografi yang sekarang biasa
digunakan adalah :
a. Proyeksi Schuller, yang memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid
dariarah lateral dan atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena
memperlihatkan posisi sinus lateral dan tegmen. Pada keadaan mastoid
yang skleritik, gambaran radiografi ini sangat membantu ahli bedah untuk
menghindari dura atau sinus lateral.
b. Proyeksi Mayer atau Owen, diambil dari arah dan anterior telinga tengah.
Akantampak gambaran tulang-tulang pendengaran dan atik sehingga
dapat diketahui apakah kerusakan tulang telah mengenai struktur-
struktur.
c. Proyeksi Stenver, memperlihatkan gambaran sepanjang piramid
petrosusdan yang lebih jelas memperlihatkan kanalis auditorius interna,
vestibulum dan kanalis semisirkularis. Proyeksi ini menempatkan antrum
dalam potongan melintang sehingga dapat menunjukan adanya
pembesaran akibatkolesteatom.
d. Proyeksi Chause III, memberi gambaran atik secara longitudinal
sehingga dapat memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik.
Politomografi dan atau CT scan dapat menggambarkan kerusakan tulang
oleh karena kolesteatom, ada atau tidak tulang-tulang pendengaran dan
beberapa kasus terlihat fistula pada kanalis semisirkularis horizontal.
Keputusan untuk melakukan operasi jarang berdasarkan hanya dengan

Fatmawati S.Kep
hasil X-ray saja. Pada keadaan tertentu seperti bila dijumpai sinus
lateralis terletak lebih anterior menunjukan adanya penyakit mastoid.

I. Prognosis
Biasanya OMC berespon terhadap terapi dapat terjadi dalam beberapa bulan.
Biasanya kerusakan bukan merupakan suatu ancaman bagi kehidupan penderita
tetapi dapat menyebabkan ketidak nyamanan dan dapat berakhir dengan komplikasi
yang serius (Fung, 2004).

J. Komplikasi
Menurut Adam dkk, komplikasi OMSK diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Komplikasi di telinga tengah :
a. Perforasi persisten
b. Erosi tulang pendengaran
c. Paralisis nervus fasial
2. Komplikasi di telinga dalam :
a. Fistel labirin
b. Labirinitis supuratif
c. Tuli saraf
3. Komplikasi di ekstrasdural :
a. Abses ekstradural
b. Trombosis sinus lateralis
c. Petrositis
4. Komplikasi ke susunan saraf pusat :
a. Meningitis
b. Abses otak
c. Hidrosefalus otitis.
5. Kerusakan yang permanen dari telinga dengan berkurangnya pandangan atau
ketulian.
6. Mastuiditis
7. Cholesteatoma
8. Abses apidural (peradangan disekitar otak)
9. Paralisis wajah
10. Labirin titis.

Fatmawati S.Kep
Menurut Arief Mansjoer, dkk. (2001), komplikasi yang dapat terjadi pada pasien
OMSK anatara lain paralisis nervus fasialis, fistula labirin, labirinitis, labirinitis
supuratif, petrositis, tromboflebitis sinus lateral, abses ekstra dural, abses subdural,
meningitis, abses otak, dan hidrosefalus otitis.

Konsep Asuhan Keperawatan


1. Fokus Pengkajian :
a. Data Subyektif :
Tanda-tanda dan gejala utama infeksi ekstrena dan media adalah neyeri
serta hilangnya pendengaran. Data harus disertai pernyataan mengenai mulai
serangan, lamanya, tingakt nyerinya. Rasa nyeri timbul karena adanya tekanan
kepada kulit dinding saluran yang sangat sensitif dan kepada membran timpani
oleh cairan getah radang yang terbentuk didalam telinga tengah. Saluran
eksterna yang penuh dan cairan di telinga tengah mengganggu lewatnya
gelombang suara, hal ini menyebabkan pendengaran berkurang. Penderita
dengan infeksi telinga perlu ditanya apakah ia mengerti tentang cara
pencegahannya.
b. Data Obyektif :
Telinga eksterna dilihat apakah ada cairan yang keluar dan bila ada
harus diterangkan. Palpasi pada telinga luar menimbulkan nyeri pada otitis
eksterna dan media. Pengkajian dari saluran luar dan gedang telinga (membran
timpani). Gendang telinga sangat penting dalam pengkajian telinga, karena
merupakan jendela untuk melihat proses penyakit pada telinga tengah.
Membran timpani yang normal memperlihatkan warna yang sangat jelas,
terlihat ke abu-abuan. Terletak pada membran atau terlihat batas-batasnya.
Untuk visulaisasi telinga luar dan gendang telinga harus digunakan otoskop.
Bagian yang masuk ke telinga disebut speculum (corong) dan dengan ini
gendang telinga dapat terlihat, untuk pengkajian yang lebih cermat perlu dipakai
kaca pembesar. Otoskop dipakai oleh orang yang terlatih, termasuk para
perawat.

Fatmawati S.Kep
2. Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
a. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
b. Kecemasan berhubungan dengan prosedur tindakan pembedahan
c. Resiko injuri berhubungan dengan ketidakseimbangan labirin: vertigo

Post operasi
a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
c. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan

Fatmawati S.Kep

Anda mungkin juga menyukai