Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

AUTIS

Konsep Dasar Medis


A. Pengertian
Autisme Spectrum Disorder (ASD, Gangguan Spektrum Autisme) adalah gangguan
perkembangan yang secara umum tampak di tiga tahun pertama kehidupan anak.
Di dalam DSM-IV, PPDs (pervasive depelopmental disorders) adalah kelompok sindrom
yang terbagi atas abnormalitas nyata pada perkembangan keterampilan social dan komunikasi
Autisme Infantil adalah Gangguan kualitatif pada komunikasi verbal dan non verbal, aktifitas
imajinatif dan interaksi sosial timbal balik yang terjadi sebelum usia 30 bulan. (Behrman, 2013:
120)
B. Etiologi
1. Genetik (80% untuk kembar monozigot dan 20% untuk kembar dizigot) terutama pada
keluarga anak austik (abnormalitas kognitif dan kemampuan bicara).
2. Kelainan kromosom (sindrom x yang mudah pecah atau fragil).
3. Neurokimia (katekolamin, serotonin, dopamin belum pasti).
4. Cidera otak, kerentanan utama, aphasia, defisit pengaktif retikulum, keadaan tidak
menguntungkan antara faktor psikogenik dan perkembangan syaraf, perubahan struktur
serebellum, lesi hipokompus otak depan.
5. Penyakit otak organik dengan adanya gangguan komunikasi dan gangguan sensori serta
kejang epilepsi.
6. Lingkungan terutama sikap orang tua, dan kepribadian anak.
Gambaran Autisme pada masa perkembangan anak dipengaruhi oleh
Pada masa bayi terdapat kegagalan mengemong atau menghibur anak, anak tidak berespon
saat diangkat dan tampak lemah. Tidak adanya kontak mata, memberikan kesan jauh atau tidak
mengenal.
D. Patofisiologi
Diperkirakan bahwa genetik merupakan penyebab utama dari autisme. Tapi selain itu juga
faktor lingkungan misal terinfeksi oleh bahan beracun yang akan merusak struktur tubuh. Selain
itu bahan-bahan kimia juga dapat menyebabkan autism, karena kita ketahui bahwa bila bahan
tersebut masuk dalam tubuh akan merusak pencernaan dan radang dinding usus karena alergi.
Bahan racun masuk melalui pembuluh darah yang bila tidak segera diatasi bisa menuju ke otak
kemudian bereaksi dengan endhorphin yang akan mengakibatkan perubahan perilaku.
Anak dengan autisme mengalami gangguan pada otaknya yang terjadi karena infeksi yang
disebabkan oleh jamur, logam berat, zat aditif, alergi berat,obat-obatan, kasein dan gluten.
Infeksi tersebut terjadi pada saat bayi dalam kandungan maupun setelah lahir. Kelainan yang
dialami anak autisme terjadi pada otak bagian lobus parietalis, otak kecil (cerebellum) dan pada
bagian sistem limbik. Kelainan ini menyebabkan anak mengalami gangguan dalam berpikir,
mengingat dan belajar berbahasa serta dalam proses atensi. Sehingga anak dengan autisme
kurang berespon terhadap berbagai rangsang sensoris dan terjadilah kesulitan dalam
menyimpan informasi baru.
D. Manisfestasi Klinis
Manifestasi klinis yang ditemui pada penderita Autisme :
a. Penarikan diri, Kemampuan komunukasi verbal (berbicara) dan non verbal yang tidak atau
kurang berkembang mereka tidak tuli karena dapat menirukan lagu-lagu dan istilah yang
didengarnya, serta kurangnya sosialisasi mempersulit estimasi potensi intelektual kelainan pola
bicara, gangguan kemampuan mempertahankan percakapan, permainan sosial abnormal, tidak
adanya empati dan ketidakmampuan berteman. Dalam tes non verbal yang memiliki kemampuan
bicara cukup bagus namun masih dipengaruhi, dapat memperagakan kapasitas intelektual yang
memadai. Anak austik mungkin terisolasi, berbakat luar biasa, analog dengan bakat orang dewasa
terpelajar yang idiot dan menghabiskan waktu untuk bermain sendiri.
b. Gerakan tubuh stereotipik, kebutuhan kesamaan yang mencolok, minat yang sempit, keasyikan
dengan bagian-bagian tubuh.
c. Anak biasa duduk pada waktu lama sibuk pada tangannya, menatap pada objek. Kesibukannya
dengan objek berlanjut dan mencolok saat dewasa dimana anak tercenggang dengan objek mekanik.
d. Perilaku ritualistik dan konvulsif tercermin pada kebutuhan anak untuk memelihara lingkungan
yang tetap (tidak menyukai perubahan), anak menjadi terikat dan tidak bisa dipisahkan dari suatu
objek, dan dapat diramalkan .
e. Ledakan marah menyertai gangguan secara rutin.
f. Kontak mata minimal atau tidak ada.
g. Pengamatan visual terhadap gerakan jari dan tangan, pengunyahan benda, dan menggosok
permukaan menunjukkan penguatan kesadaran dan sensitivitas terhadap rangsangan, sedangkan
hilangnya respon terhadap nyeri dan kurangnya respon terkejut terhadap suara keras yang
mendadak menunjukan menurunnya sensitivitas pada rangsangan lain.
h. Keterbatasan kognitif, pada tipe defisit pemrosesan kognitif tampak pada emosional.
i. Menunjukan echolalia (mengulangi suatu ungkapan atau kata secara tepat) saat berbicara,
pembalikan kata ganti pronomial, berpuisi yang tidak berujung pangkal, bentuk bahasa aneh lainnya
berbentuk menonjol. Anak umumnya mampu untuk berbicara pada sekitar umur yang biasa,
kehilangan kecakapan pada umur 2 tahun.
j. Intelegensi dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam retardasi secara fungsional.
k. Sikap dan gerakan yang tidak biasa seperti mengepakan tangan dan mengedipkan mata, wajah
yang menyeringai, melompat, berjalan berjalan berjingkat-jingkat.
Ciri yang khas pada anak yang austik :
a. Defisit keteraturan verbal.
b. Abstraksi, memori rutin dan pertukaran verbal timbal balik.
c. Kekurangan teori berfikir (defisit pemahaman yang dirasakan atau dipikirkan orang lain).

Menurut Baron dan kohen 1994 ciri utama anak autisme adalah:
a. Interaksi sosial dan perkembangan sosial yang abnormal.
b. Tidak terjadi perkembangan komunikasi yang normal.
c. Minat serta perilakunya terbatas, terpaku, diulang-ulang, tidak fleksibel dan tidak imajinatif.
Ketiga-tiganya muncul bersama sebelum usia 3 tahun.

G. Tata Laksana
Anak autis memerlukan penanganan multi disiplin yaitu terapi edukasi, terapi perilaku, terapi
bicara, terapi okupasi, sensori integasi, auditori integration training (AIT),terapi keluarga dan obat,
sehingga memerlukan kerja sama yang baik antara orang tua , keluarga dan dokter.
Orang tua perlu menyesuaikan diri dengan keadaan anaknya, orang tua harus memberikan
perawatan kepada anak temasuk perawat atau staf residen lainnya. Orang tua sadar adanaya
scottish sosiety for autistik children dan natinal sosiety for austik children yang dapat membantu dan
dapat memmberikan pelayanan pada anak autis.
Terapi medis :
Neuroleptik dapat digunakan untuk menangani perilaku mencelakkan diri sendiri yang
mengarah pada agresif, stereotipik dan menarik diri dari pergaulan sosial.
Antagonis opiat dapat mengatasi perilaku, penarikan diri dan stereotipik, selain itu terapi
kemampuan bicara dan model penanganan harian dengan menggunakan permainan latihan antar
perorangan terstruktur dapt digunakan.
Masalah perilaku yang biasa seperti bising, gelisah atau melukai diri sendiri dapat diatasi dengan
obat klorpromasin atau tioridasin.
Terapi diit pada anakurangi asupan gula tinggi / karbohidrat karena dapat merangsak autism
adalah pada malam hari ng anak untuk sulit tidur dan aktivitas bermainnya akan meningkat.
Sebaliknya pada siang hari karbohidrat atau zat gula sangat diperlukan untuk aktivitas dan
bermainnya.
Keadaan tidak dapat tidur dapat memberikan responsedatif seperti kloralhidrat, konvulsi
dikendalikan dengan obat anti konvulsan. Hiperkinesis yang jika menetap dan berat dapat
ditanggulangi dengan diit bebas aditif atau pengawet.
Dapat disimpulkan bahwa terapi pada autisme dengan mendeteksi dini dan tepat waktu serta
program terapi yang menyeluruh dan terpadu.
Penatalaksanaan anak pada autisme bertujuan untuk:
a. Mengurangi masalah perilaku.
b. Meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangan terutama bahasa.
c. Anak bisa mandiri.
d. Anak bisa bersosialisasi.
Terapi non medis :
1. Terapi musik. Lewat terapi ini, musik diharapkan memberikan getaran gelombang yang akan
berpengaruh terhadap permukaan membran otak. Secara tak langsung, itu akan turut memperbaiki
kondisi fisiologis. Harapannya, fungsi indera pendengaran menjadi hidup sekaligus merangsang
kemampuan berbicara.
2. Terapi akupunktur. Metode tusuk jarum ini diharapkan bisa menstimulasi sistem saraf pada otak
hingga dapat bekerja kembali.
3. Terapi perilaku. Tujuannya, agar sang anak memfokuskan perhatian dan bersosialisasi dengan
lingkungannya. Caranya dengan membuat si anak melakukan berbagai kegiatan seperti mengambil
benda yang ada di sekitarnya.
4. Terapi anggota keluarga. Orang tua harus mendampingi dan memberi perhatian penuh pada sang
anak hingga terbentuk ikatan emosional yang kuat. Umumnya, terapi ini merupakan terapi pendukung
yang wajib dilakukan untuk semua jenis terapi lain.
5. Terapi lumba-lumba. Telah diketahui oleh dunia medis bahwa di tubuh lumba-lumba teerkandung
potensi yang bisa menyelaraskan kerja saraf motorik dan sensorik pendeerita autis. Sebab lumba-
lumba mempunyai gelombang sonar (gelombang suara dengan frewkuensi tertentu) yang dapat
merangsang otak manusia untuk memproduksi energi yang ada dalam tulang tengkorak, dada, dan
tulang belakang pasien sehingga dapat membentuk keseimbangan antara otak kanan dan kiri. Selain
itu, gelombang suara dari lumba-lumba juga dapat meningkatkan neurotransmitter.
Terapi anak autis dengan lumba-lumba sudah terbukti 4 kali lebih efektif dan lebih cepat
dibanding terpi lainnya. Gelombang suara yang dipancarkan lumba-lumba ternyata berpengaruh pada
perkembangan otak anak autis.

H. Prognosis
Anak terutama yang mengalami bicara, dapat tumbuh pada kehidupan marjinal, dapat berdiri
sendiri, sekalipun terisolasi, hidup dalam masyarakat, namun pada beberapa anak penempatan lama
pada institusi merupakan hasil akhir. Prognosis yang lebih baik adalah tingat intelegensi lebih tinggi,
kemampuan berbicara fungsional, kurangnya gejala dan perilaku aneh. Gejala akan berubah dengan
pertumbuhan menjadi tua. Kejang-kejang dan kecelakaan diri sendiri semakin terlihat pada
perkembangan usia.

BAB III

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengertian
Asuhan Keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang
diberikan secara langsung kepada klien/ pasien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan.
Dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah Keperawatan sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu
dan kiat keperawatan, bersifat humanistic,dan berdasarkan pada kebutuhan objektif klien untuk
mengatasi masalah yang dihadapi klien.

Menurut Ali (1997) Proses Keperawatan adalah metode Asuhan Keperawatan yang ilmiah,
sistematis, dinamis dan terus-menerus serta berkesinambungan dalam rangka pemecahan masalah
kesehatan pasien/klien, dimulai dari Pengkajian (Pengumpulan Data, Analisis Data dan Penentuan
Masalah) Diagnosis Keperawatan, Pelaksanaan dan Penilaian Tindakan Keperawatan (evaluasi).

Asuhan keperawatan diberikan dalam upaya memenuhi kebutuhan klien. Menurut Abraham
Maslow ada lima kebutuhan dasar manusia yaitu:

Kebutuhan fisiologis meliputi oksigen, cairan, nutrisi

Kebutuhan rasa aman dan perlindungan

Kebutuhan rasa cinta dan saling memiliki

Kebutuhan akan harga diri

Kebutuhan aktualisasi diri

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Asuhan Keperawatan merupakan
seluruh rangkaian proses keperawatan yang diberikan kepada pasien yang berkesinambungan
dengan kiat-kiat keperawatan yang di mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi dalam usaha
memperbaiki ataupun memelihara derajat kesehatan yang optimal.

2. Tujuan Asuhan Keperawatan


Adapun tujuan dalam pemberian asuhan keperawatan antara lain:

Membantu individu untuk mandiri

Mengajak individu atau masyarakat berpartisipasi dalam bidang kesehatan

Membantu individu mengembangkan potensi untuk memelihara kesehatan secara optimal agar
tidak tergantung pada orang lain dalam memelihara kesehatannya

Membantu individu memperoleh derajat kesehatan yang optimal

3. Fungsi Proses Keperawatan


Proses Keperawatan berfungsi sebagai berikut:

Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi tenaga keperawatan dalam
memecahkan masalah klien melalui asuhan keperawatan .
Memberi ciri profesionalisasi asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah dan
pendekatan komunikasi yang efektif dan efisien.

Memberi kebebasan pada klien untuk mendapat pelayanan yang optimal sesuai dengan
kebutuhanya dalam kemandirianya di bidang kesehatan.

Tahap-Tahap Proses Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis untuk dikaji dan
dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang di hadapi pasien baik fisik, mental,
sosial maupun spiritual dapat ditentukan.tahap ini mencakup tiga kegiatan,yaitu Pengumpulan Data,
Analisis Data dan Penentuan Masalah kesehatan serta keperawatan.

A. Pengumpulan data
Tujuan :

Diperoleh data dan informasi mengenai masalah kesehatan yang ada pada pasien sehingga
dapat ditentukan tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut
aspek fisik, mental, sosial dan spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Data tersebut
harus akurat dan mudah dianalisis.

Jenis data antara lain:

 Data Objektif, yaitu data yang diperoleh melalui suatu pengukuran, pemeriksaan,
dan pengamatan, misalnya suhu tubuh, tekanan darah, serta warna kulit.
 Data subjekif, yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan pasien, atau
dari keluarga pasien/saksi lain misalnya; kepala pusing, nyeri dan mual.

Adapun focus dalam pengumpulan data meliputi :

 Status kesehatan sebelumnya dan sekarang


 Pola koping sebelumnya dan sekarang
 Fungsi status sebelumnya dan sekarang
 Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan
 Resiko untuk masalah potensial
 Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien

B. Analisa data
Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan berpikir rasional sesuai
dengan latar belakang ilmu pengetahuan.

C. Perumusan masalah

Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa masalah kesehatan. Masalah
kesehatan tersebut ada yang dapat diintervensi dengan Asuhan Keperawatan (Masalah
Keperawatan) tetapi ada juga yang tidak dan lebih memerlukan tindakan medis. Selanjutnya disusun
Diagnosis Keperawatan sesuai dengan prioritas.

Prioritas masalah ditentukan berdasarkan kriteria penting dan segera.

Penting mencakup kegawatan dan apabila tidak diatasi akan menimbulkan komplikasi,
sedangkan Segera mencakup waktu misalnya pada pasien stroke yang tidak sadar maka tindakan
harus segera dilakukan untuk mencegah komplikasi yang lebih parah atau kematian.

Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan menurut Maslow, yaitu :
Keadaan yang mengancam kehidupan, keadaan yang mengancam kesehatan, persepsi tentang
kesehatan dan keperawatan.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status
kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara
akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status
kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (Carpenito,2000).

Perumusan diagnosa keperawatan :

 Actual : Menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang
ditemukan.
 Resiko : Menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak dilakukan
intervensi.
 Kemungkinan : Menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk memastikan
masalah keperawatan kemungkinan.
 Wellness : Keputusan klinik tentang keadaan individu, keluarga atau masyarakat
dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ketingkat sejahtera yang lebih tinggi.
 Syndrom : diagnose yang terdiri dar kelompok diagnosa keperawatan actual dan
resiko tinggi yang diperkirakan muncul/timbul karena suatu kejadian atau situasi
tertentu.

3. Rencana keperawatan

Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien beralih dari status
kesehatan saat ini kestatus kesehatan yang di uraikan dalam hasil yang di harapkan (Gordon,1994).

Merupakan pedoman tertulis untuk perawatan klien. Rencana perawatan terorganisasi


sehingga setiap perawat dapat dengan cepat mengidentifikasi tindakan perawatan yang diberikan.
Rencana asuhan keperawatan yang di rumuskan dengan tepat memfasilitasi konyinuitas asuhan
perawatan dari satu perawat ke perawat lainnya. Sebagai hasil, semua perawat mempunyai
kesempatan untuk memberikan asuhan yang berkualitas tinggi dan konsisten.

Rencana asuhan keperawatan tertulis mengatur pertukaran informasi oleh perawat dalam
laporan pertukaran dinas. Rencana perawatan tertulis juga mencakup kebutuhan klien jangka
panjang(potter,1997)

4. Implementasi keperawatan

Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap
pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders
untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang
spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.

Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :

 Tahap 1 : persiapan

Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat untuk mengevaluasi yang diindentifikasi
pada tahap perencanaan.

 Tahap 2 : intervensi

Focus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan dan pelaksanaan tindakan dari
perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan keperawatan
meliputi tindakan : independen,dependen,dan interdependen.

 Tahap 3 : dokumentasi

Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap
suatu kejadian dalam proses keperawatan.

5. Evaluasi

Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan


keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara proses dengan
pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan
membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat
kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya.

Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut:

 Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/ rencana yang telah disusun.


 Hasil tindakan keperawatan ,berdasarkan criteria keberhasilan yang telah di
rumuskan dalam rencana evaluasi.
Hasil Evaluasi

Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :

1. Tujuan tercapai,apabila pasien telah menunjukan perbaikan/ kemajuan sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan.

2. Tujuan tercapai sebagian,apabila tujuan itu tidak tercapai secara maksimal, sehingga perlu di cari
penyebab dan cara mengatasinya.

3. Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan perubahan/kemajuan sama sekali bahkan
timbul masalah baru.dalam hal ini perawat perlu untuk mengkaji secara lebih mendalam apakah
terdapat data, analisis, diagnosa, tindakan, dan faktor-faktor lain yang tidak sesuai yang menjadi
penyebab tidak tercapainya tujuan.

Setelah seorang perawat melakukan seluruh proses keperawatan dari pengkajian sampai
dengan evaluasi kepada pasien ,seluruh tindakannya harus didokumentasikan dengan benar dalam
dokumentasi keperawatan.

Dokumentasi keperawatan

Dokumentasi adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat diandalkan
sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang (potter 2005).

Potter (2005) juga menjelaskan tentang tujuan dalam pendokumentasian yaitu :

1. Komunikasi

Sebagai cara bagi tim kesehatan untuk mengkomunikasikan (menjelaskan) perawatan klien
termasuk perawatan individual,edukasi klien dan penggunaan rujukan untuk rencana pemulangan.
2. Tagihan

financial Dokumentasi dapat menjelaskan sejauh mana lembaga perawatan mendapatkan ganti
rugi (reimburse) atas pelayanan yang diberikan bagi klien.

3. Edukasi

Dengan catatan ini peserta didik belajar tentang pola yang harus ditemui dalm berbagai masalah
kesehatan dan menjadi mampu untuk mengantisipasi tipe perawatan yang dibutuhkan klien.

4. Pengkajian

Catatan memberikan data yang digunakan perawat untuk mengidentifikasi dan mendukung
diagnose keperawatan dan merencanakan intervensi yang sesuai.

5. Riset

Perawat dapat menggunakan catatan klien selama studi riset untuk mengumpulkan informasi
tentang faktor-faktor tertentu

6. Audit dan pemantauan

Tinjauan teratur tentang informasi pada catatan klien memberi dasar untuk evaluasi tentang
kualitas dan ketepatan perawatan yang diberikan dalam suatu institusi.
7. Dokumentasi legal

Pendokumentasian yang akurat adalah salah satu pertahanan diri terbaik terhadap tuntutan yang
berkaitan dengan asuhan keperawatan.

DOKUMENTASI PENTING UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI DAN PERAWATAN KLIEN


SECARA INDIVIDUAL.

Ada enam penting penting dalam dokumentasi keperawatan yaitu :

1. Dasar Faktual

Informasi tentang klien dan perawatannya harus berdasarkan fakta yaitu apa yang perawat
lihat,dengar dan rasakan.

2. Keakuratan

Catatan klien harus akurat sehingga dokumentasi yang tepat dapat dipertahankan klien.

3. Kelengkapan

Informasi yang dimasukan dalam catatan harus lengkap,mengandung informasi singkat tentang
perawtan klien.

4. Keterkinian

Memasukan data secara tepat waktu penting dalam perawatan bersama klien

5. Organisasi

Perawat mengkomunikasikan informasi dalam format atau urutan yang logis. Contoh catatan secara
teratur menggambarkan nyeri klien,pengkajian dan intervensi perawat dan dokter.

6. Kerahasiaan

Informasi yang diberikan oleh seseorang ke orang lain dengan kepercayaan dan keyakinan bahwa
informasi tersebut tidak akan dibocorkan.
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. Pengkajian
1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan
Kaji dan dokumentasikan tentang pasien menyangkut hal-hal berikut ini :
a. Bahasa utama
b. Kemampuan untuk berbicara, menulis, membaca, dan memahami
c. Kemampuan untuk melakukan komunikasi dengan staf dan keluarga

2. Risiko gangguan perkembangan berhubungan dengan


a. Lakukan pengkajian kesehatan yang saksama (misalnya, riwayat anak, temperamen, budaya,
lingkungan keluarga, skrining perkembangan) untuk tingkat fungsional
b. Pantau interaksi orang tua/anak (misalnya, selama memberi makan)
c. Kaji diit yang diberikan

3. Perubahan keluarga berhubungan dengan


a. Kaji interaksi interaksi antara pasien dan keluarga, waspada terhadap potensi perilaku merusak
b. Kaji keterbatasan anak, dengan demikian dapat mengakomodasi anak untuk berpartisipasi dalam
aktivitas sehari-hari.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan komunikasi verbal
Pengertian : penurunan, keterlambatan, atau ketidakmampuan untuk menerima, memproses,
transmisi, dan menggunakn system symbol-simbol.
2. Risiko gangguan perkembangan
Pengertian: risiko keterlambatan dari 25% atau lebih dalam satu atau lebih pada area social atau
perilaku mengatur diri atau kognitif, bahasa, keterampilan motorik kasar, atau motorik halus.
3. Perubahan proses keluarga
Pengertian : kondisi disfungsi yang dialami suatu keluarga dan biasanya berfungsi efektif.

C. Intervensi keperawatan
1. Gangguan komunikasi verbal
Tujuan/kriteria evaluasi :
Menunjukkan kemampuan komunikasi yang dibuktikan dengan indicator gangguan (ekstrem, berat,
sedang, ringan, atau tidak)
a. Menggunakan bahasa tertulis, bicara, atau non verbal
b. Menggunakan bahasa isyarat
c. Menggunakan gambar dan menggambar
d. Pengakuan bahwa pesan diterima
e. Pertukaran pesan dengan orang lain
Sign Symptom :
a. Tidak ada kontak mata atau kesulitan dalam mengikuti pilihan
b. Kesulitan dalam memahami dan menggali pola komunikasi yang biasanya.
c. Kesulitan dalam dan menggali pola komunikasi yang biasanya.
d. Kesulitan dalam mengekspresikan secara verbal
e. Keinginan menolak untuk bicara

Hasil yang disarankan NOC


a. kemampuan komunikasi : kemampuan untuk menerima, mengartikan, dan mengungkapkan pesan
yang dikatakan, ditulis dan nonverbal
b. komunikasi : kemampuan ekspresif : kemampuan untuk mengungkapkan dan mengartikan pesan
verbal atau nonverbal
c. komunikasi : kemampuan resertif : kemampuan untuk menerima dan mengartikan pesan verbal atau
nonverbal

Intervensi prioritas NIC


a. Pendengar aktif : hadir secara dekat dengan dan terikat secara bermakna terhadap pesan verbal
atau nonverbal dari pasien.
b. Pencapaian komunikasi, deficit pendengaran : bantuan dalam menerima dan belajar metode
alternative untuk hidup dengan keterbatasan pendengaran.
c. Pencapaian komunikasi, deficit wicara : bantuan dalam menerima dan belajar metode alternatif
untuk hidup dengan gangguan berbicara

Intervensi atau Aktivitas Keperawatan


a. Anjurkan pasien untuk berkomunikasi secara perlahan dan mengulangi permintaan
b. Sering berikan pujian positif pada pasien yang berusaha untuk berkomunikasi
c. Anjurkan ekspresi diri dengan cara lain yang memberikan informasi pada keluarga
d. Pelihara kontak satu-satunya dengan pasien setiap-------
e. Bicara perlahan dengan jarak dan tenang, menghadap ke arah pasien
f. Berikan petunjuk dengan jelas dan sederhana: hindari banyak pilihan yang dapat menambah
konfusi pasien. Misalnya, sentuh lengan pasien dan berkata, “berjalanlah bersama saya”
g. Libatkan pasien dan keluarga dalam mengembangkan rencana komunikasi
h. Berikan perawatan dalam sifat yang rileks, tidak terburu-buru, dan tidak menghakimi
i. Pencapaian komunikasi: deficit wicara (NIC)
Tahan diri dari berteriak kepada pasien dengan gangguan komunikasi:
Bimbing pada komunikasi satu arah, dengan tepat
Dengarkan dengan penuh perhatian

2. Risiko gangguan perkembangan


Tujuan/criteria evaluasi :
a. Anak akan mencapai tahapan dalam perkembangan, yaitu tidak mengalami keterlambatan 25%
atau lebih area social atau perilaku pengaturan diri atau kognitif, bahsa, keterampilan motorik kasar,
atau motorik halus.

Intervensi atau Aktivitas Keperawatan


a. Berikan hubungan terapeutik dan saling percaya dengan pengasuh anak
b. Berikan aktivitas bermain yang sesuai, dukung beraktifitas dengan anak lain
c. Berkomunikasi dengan pasien sesuai dengan tingkat kognitif pada perkembangannya
d. Berikan penguatan yang positif atau umpan balik terhadap usaha-usaha mengekspresikan diri

3. Perubahan proses keluarga


Tujuan/criteria hasil :
Pasien keluarga akan :
a. Memahami perubahan dalam peran keluarga
b. Mengidentifikasi pola koping
c. Berpartisifasi dalam proses membuat keputusan berhubungana dengan perawatan setelah rawat inap
d. Berfungsi untuk saling memberikan dukungan kepada setiap anggota keluarga
Intervensi prioritas NIC
a. Peningkatan integritas keluarga: peningkatan terhadap keakraban dan keutuhan keluarga
b. Mempertahankan proses keluarga: meminimalkan efek gangguan proses keluarga
c. Peningkatan normalisasi: membantu orang tua dan anggota keluarga lain, dari anak dengan
penyakit kronis atau ketidaknyamanan dalam memberikan pengalaman hidup normal untuk anak dan
keluarga mereka

Intervensi atau Aktivitas Keperawatan


a. Ajari keterampilan merawat pasien yang diperlukan oleh keluarga
b. Ajari keluarga perlunya kerja sama dengan system sekolah untuk menjamin akses kesempatan
pendidikan
c. Berikan kesempatan berkelanjutan dengan mempertahankan komunikasi yang efektif
d. Tanyakan pelayanan konsultasi social untuk membantu keluarga menentukan kebutuhan pasca
hospitalisasi
e. Bantu keluarga dalam mengidentifikasi perilaku yang mingkin menghambat pengobatan yang
dianjurkan
f. Bantu keluarga dalam mengidentifikasi kekuatan personal.
g. Dukung keluarga unuk menyatakan perasaan dan masalahnya secara verbal
h. Pertahankan rutinitas keluarga
i. Berikan penguatan positif

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Autisme adalah gangguan pervasif atau kualitatif pada bayi atau anak dengan usia kurang
dari 3 tahun (30 bulan) yang mencakup bidang komunikasi verbal dan non-verbal, aktifitas imajinatif
dan interaksi sosial/ prilaku.
Autisme didapatkan pada sekitar 20 per 10.000 penduduk, dan pria lebih sering dari wanita dengan
perbandingan 4:1, namun anak perempuan yang terkena akan menunjukkan gejala yang lebih berat.
Penyebab autis belum diketahui secara pasti. Beberapa ahli menyebutkan autis disebabkan
karena multifaktorial. Beberapa peneliti mengungkapkan terdapat gangguan biokimia, gangguan
psikiatri/jiwa, dan kombinasi makanan yang salah atau lingkungan yang terkontaminasi zat-zat
beracun yang mengakibatkan kerusakan pada usus besar yang mengakibatkan masalah dalam
tingkah laku dan fisik termasuk autis.
Tanda dan gejala pada anak autisme yang sering muncul adalah Penarikan diri, Gerakan
tubuh stereotipik, Anak biasa duduk pada waktu lama sibuk pada tangannya, menatap pada objek,
Perilaku ritualistik dan konvulsif, Ledakan marah/emosional, Kontak mata minimal atau tidak ada,
Keterbatasan kognitif, echolalia (mengulangi suatu ungkapan atau kata secara tepat) saat berbicara,
dan Intelegensi minimal.
Untuk mengetahui autisme pada anak, maka orang tua harus mengetahui perkembangan dan
pertumbuhan anak normal dan dilakukannya pemeriksaan klinis. Sampai saat ini belum ada
pengobatan yang dapat menyatakan bahwa anak akan sembuh total dari autis, tapi para orang tua
bisa mencegah anak menjadi autis dengan cara pemberian terapi prilaku (terapi wicara, terapi
okupasi, dan menghilangkan prilaku yang asosial) dan terapi farmakologis sehingga diharapkan
perkembangan anak akan berjalan dengan baik.
4.2 SARAN
1. Mahasiswa
Mahasiswa dapat menambah pengetahuan tentang kelainan perkembangan perpasif pada anak
dengan autisme., sehingga dalam pelaksanaannya dapat memperlakukan anak dengan kondisi
tersebut dengan baik dan dapat memberikan pemahaman kepada orang tua yang memiliki anak
dengan kondisi tersebut.
2. Perawat
Perawat diharapkan mampu memberikan asuhan pada anak dengan autis dan mampu memberikan
penkes kepada orang tua tentang bagaimana memperlakukan anak dengan kondisi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai