PENDAHULUAN
Pemilu dalam negara demokrasi Indonesia merupakan suatu proses pergantian kekuasaan
secara damai yang dilakukan secara berkala sesuai dengan prinsip-prinsip yang digariskan
konstitusi. Prinsip-prinsip dalam pemilihan umum yang sesuai dengan konstitusi antara lain prinsip
kehidupan ketatanegaraan yang berkedaulatan rakyat (demokrasi) ditandai bahwa setiap warga
negara berhak ikut aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan kenegaraan
Sebuah negara berbentuk republik memiliki sistem pemerintahan yang tidak pernah lepas
dari pengawasan rakyatnya. Adalah demokrasi, sebuah bentuk pemerintahan yang terbentuk
karena kemauan rakyat dan bertujuan untuk memenuhi kepentingan rakyat itu sendiri.
Demokrasi merupakan sebuah proses, artinya sebuah republik tidak akan berhenti di satu
bentuk pemerintahan selama rakyat negara tersebut memiliki kemauan yang terus berubah. Ada
kalanya rakyat menginginkan pengawasan yang superketat terhadap pemerintah, tetapi ada
pula saatnya rakyat bosan dengan para wakilnya yang terus bertingkah karena kekuasaan yang
seakan-akan tak ada batasnya. Berbeda dengan monarki yang menjadikan garis keturunan
sebagai landasan untuk memilih pemimpin, pada republik demokrasi diterapkan azas kesamaan
di mana setiap orang yang memiliki kemampuan untuk memimpin dapat menjadi pemimpin
apabila ia disukai oleh sebagian besar rakyat. Pemerintah telah membuat sebuah perjanjian
dengan rakyatnya yang ia sebut dengan istilah kontrak sosial. Dalam sebuah republik
demokrasi, kontrak sosial atau perjanjian masyarakat ini diwujudkan dalam sebuah pemilihan
umum. Melalui pemilihan umum, rakyat dapat memilih siapa yang menjadi wakilnya dalam
proses penyaluran aspirasi, yang selanjutnya menentukan masa depan sebuah negara.
III. PEMBAHASAN
A. Pengertian Pemilihan Umum
Pemilihan umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan
rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.[1]
Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang dasar negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD RI
1945) menentukan : “Kedaulatan adalah ditangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat.” Mana kedaulatan sama dengan makna kekuasaan
tertinggi, yaitu kekuasaan yang dalam taraf terakhir dan tertinggi wewenang membuat
keputusan. Tidak ada satu pasalpun yang menentukan bahwa negara Republik Indonesia adalah
suatu negara demokrasi. Namun, karena implementasi kedaulatan rakyat itu tidak lain adalah
demokrasi, maka secara implesit dapatlah dikatakan bahwa negara Republik Indonesia adalah
negara demokrasi.
Hal yang demikian wujudnya adalah, manakala negara atau pemerintah menghadapi masalah
besar, yang bersifat nasional, baik di bidang kenegaraan, hukum, politik, ekonomi, sosial-
budaya ekonomi, agama “ semua orang warga negara diundang untuk berkumpul disuatu
tempat guna membicarakan, merembuk, serta membuat suatu keputusan.” ini adalah
prinsipnya.[2]
IV. KESIMPULAN
Dari materi diatas setidaknya ada beberapa poin yang dapat disarikan dalam tema singkat
tentang “pemilu” ini:
a. Pemilihan umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan
rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
b. Dalam pembagian tipe demokrasi modern, saat ini Negara Republik Indonesia sedang berada
dalam tahap demokrasi dengan pengawasan langsung oleh rakyat. Pengawasan oleh rakyat
dalam hal ini, diwujudkan dalam sebuah penyelenggaraan pemilu yang demokratis.
c. Disusunnya undang-undang tentang pemilu, partai politik, serta susunan dan kedudukan
lembaga legislatif yang baru menjadikan masyarakat kita lebih mudah untuk memulai belajar
berdemokrasi.
d. Cepat atau lambat, rakyat Indonesia akan dapat memahami bagaimana caranya berdemokrasi
yang benar di dalam sebuah republik.
e. Pemahaman ini akan timbul secara bertahap seiring dengan terus dijalankannya proses
pendidikan politik, khususnya demokrasi di Indonesia, secara konsisten.
V. PENUTUP
Demikian makalah ini kami susun. Punulis menyadari dalam makalah ini masih banyak
sekali kekurangan dan jauh dari kesan “sempurna”. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
kontruktif sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah saya selanjutnya. Akhirnya
semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi siapa saja yang membcanya. Amien.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Undang-undang Politik 2003, UU No. 12 tahun 2003 tentang Pemilihan Umum, hal 35.
[2] Soehino, Hukum Tata Negara Perkembangan Pengaturan dan Pelaksanaan Pemilihan umum
di Indonesia,( Yogyakarta: UGM 2010),hlm.72
[3]Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik,(Jakarta:Ikrar Mandidrabadi,2007),hlm. 177
[4]Miriam Budiardjo, edisi revisi Dasar-dasar Ilmu Politik,(Jakarta:Gramedia Pustaka
Utama,2008),hlm.467-468
[5] Op Cit, hlm,58-64
[6] Op Cit, hlm,473
[7]UU No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilu DPR, DPD, dan DPRD. hlm.18
[8] Tim Eska Media. Edisi Lengkap UUD 1945. (Jakarta: Eska Media. 2002). Hlm.74
[9] Ibid,hlm. 36-37
[10] Ibid. hlm.51.
gudang makalah
Search
BAB I
PENDAHULUAN
B. RUMUSAN MASALAH
I. Pengertian Pemilu
II. Tujuan diadakannya pemilu di Indonesia
III. Dasar Pemikiran dilaksanakan pemilu di Indonesia
IV. Dasar hukum dan landasan pemilu di Indonesia
V. Asas-asas dan prinsip dalam pelaksanaan pemilu di Indonesia
VI. Sistem pemilu dan pelaksnaan pemilu di Indonesia
VII. Peserta pemilu dan macam-macam hak pilih
VIII. Penyelenggaraan pemilu di Indonesia
IX. Pemilu orde baru dan era reformasi
X. a. UU No. 12 Tahun 2004 tentang pemilu
b. UU No. 23 Tahun 2003 tentang pemilu
BAB II
PEMBAHASAN
I. PENGERTIAN PEMILU
Pemilihan umum adalah salah satu cara untuk memilih wakil-wakil rakyat yang sekaligus
merupakan perwujudan dari negara demokrasi atau suatu cara untuk menyalurkan aspirasi atau
kehendak rakyat. Dalam UU RI No. 12 tahun 2003 tentang pemilu anggota DPR, DPP dan DPRD pasal
1 berbunyi “Pemilihan umum yang selanjutnya disebut pemilu adalah sarana kedaulatan rakyat dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.” Dan UU NO. 23
tahun 2003 mengatur pemilu untuk presiden dan wakil presiden negara RI yang dipilih langsung oleh
rakyat. Pemilu merupakan syarat mutlak bagi negara demokrasi untuk melaksanakan kedaulatan
rakyat karena dengan banyaknya jumlah penduduk demi seorang dalam menentukan jalannya
pemerintahan oleh sebab itu kedaulatan rakyat dilaksanakan dengan cara perwakilan.
Pemilu yang demokratis merupakan suatu cara untuk menyatakan diri sebagai negara
demokrasi karena suatu negara dikatakan demokratis apabila memenuhi dua asas pokok
pemerintahan demokrasi yaitu :
1. Adanya pengakuan hak asasi manusia
2. Adanya partisipasi rakyat dalam pemerintahan yang diwujudkan dalam bentuk pemilu yang demokratis
Calon Anggota
Wilayah Penyelenggara Jumlah
Diusulkan Disetujui Ditetapkan
Nasional KPU 11 Presiden DPR Presiden
Propinsi KPU Propinsi 5 Gubernur KPU KPU
Kab/Kota KPU Kab/Kota 5 Bupati/Wakil KPU Prop KPU
Kecamatan PPK 5 Camat KPU Kab KPU Kab
Desa/Kel PPS 3 Kades/KK PPI PPK
TPS KPPS 7 - - PPS
LN PPLN 3 s/d 7 KPRI KPU KPU
TPS LN KPPSLN 7 - - PPLN
Dalam mekanisme tugasnya KPU, KPU Propinsi, KPU Kabupaten / Kota, PPK & PPS dibantu
oleh sekretariat yang dipimpin oleh sekretaris dan PNS. Anggota sekretaris diambil dari PNS di
wilayahnya.
Pemilu ke -1
Landasan operasional 1. Tap MPR no XI II / MPRS / 1968
2. UU No. 15 / 1969
3. UU No. 16 / 1969
Pemilu ke -2
Landasan operasional 1. Tap MPR No. VIII / MPR / 1973
2. UU No. 4 / 1975
3. UU No. 5 / 1975
Pemilu ke -3
Landasan operasional 1. Tap MPR No. VII / MPR / 1978
2. UU No. 2 / 1980
3. UU No. 5 / 1975
Pemilu ke -4
Landasan operasional 1. Tap MPR No. III / MPR / 1983
2. UU No. 1 / 1985
3. Kepres No. 70 / 1985
Pemilu ke -5
Landasan operasional 1. Tap MPR No. III / MPR / 1988
2. UU No. 2 / 1985
3. PP. No. 37 / 1990
Pemilu ke -6
Landasan operasional 1. Tap MPR No. III / MPR / 1988
2. UU No. 1 / 1985
3. PP No. 37 / 1995
b. UU No. 23 tahun 2003 untuk memilih presiden dan wapres. Prinsip yang harus dilaksanakan
1. Menentukan asas pemilu
2. Menentukan sistem pemilu, tujuan pemilu, peserta pemilu
3. Mengadakan pendaftaran pemilu
4. Pencalonan dan mengatur kegiatan kampanye
5. Mengatur pelaksanaan kegiatan kampanya
6. Menentukan waktu pemungutan suara dan perhitungan suara
7. Penetapan dan pengumuman hasil pemilu
8. Melaksanakan sumpah / janji calon presiden & wapres
9. Mengatur panwastu pemantau pemilu
10. Menentukan sanksi bagi pelanggar hukum
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada dasarnya jika suatu negara ingin menyatakan diri sebagai negara demokrasi Pancasila
melaksanakan pemilihan umum untuk melaksanakan kedaulatan rakyat dalam negara. Tetapi WNI
yang belum memenuhi syarat untuk dipilih / memilih dalam pemilu harus memperdalam pengetahuan
tentang pemilu dan bermoral Pancasila. Sebab dengan hal itu berarti telah berpartisipasi secara tidak
langsung dalam pelaksanaan menuju negara demokrasi.
B. SARAN
Sebagai WNI yang bermoral Pancasila hendaknya kita ikut andil dalam pelaksanaan pemilu
sesuai yang telah diamanatkan pasal 28 UUD 1945. jika kita telah memenuhi syarat maka gunakanlah
hak itu dengan sebaik-baiknya.
DAFTAR PUSTAKA
- Abubakar, H Suardi, drs, dkk. 2004. Kewarganegaraan Menuju Masyarakat Madani. Jakarta : Yudhistira
- Purwanto, Drs. 2006. GLADI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Klaten : Gading Kencana.
- Turmudi, Spd. 2004. TELADAN PPKN. Mojokerto : CV. SINAR MULIA PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kuasa
sehingga penyusunan makalah ini dapat berjalan dengan baik dan lancar. Kami juga
berterimakasih kepada setiap pihak yang telah terlibat dan membantu kami dalam penyusunan
makalah ini.
Makalah yang berjudul Pemilihan Kepala Daerah dan Upaya Demokratisasi di tingkat
Lokal ini untuk melengkapi tugas mata kuliah Hubungan Pusat dan Daerah. Makalah ini kami
susun sedemikian rupa dengan mencari dan menggabungkan sejumlah informasi yang kami
dapatkan baik melalaui buku, media cetak, elektronik maupun media lainnya. Kami berharap
dengan informasi yang kami dapat dan kemudian kami sajikan ini dapat memberikan
penjelasan yang cukup tentang Pilkada dalam hubungannya dengan demokratisasi lokal.
Demikian satu dua kata yang bisa kami sampaikan kepada seluruh pembaca makalah
ini. Jika ada kesalahan baik dalam penulisan maupun kutipan, kami terlebih dahulu memohon
maaf dan kami juga berharap semua pihak dapat memakluminya. Semoga semua pihak dapat
menikmati dan mengambil esensi dari makalah ini. Trimakasih.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN..................................................................................... 4
1.1 Latar belakang........................................................................................ 4
1.2 Rumusan masalah................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................... 6
BAB II. PEMBAHASAN....................................................................................... 7
2.1 Pemilihan Umum Kepala Daerah............................................................ 7
2.2 Perkembangan Pilkada di Idonesia....................................................... 10
2.3 Demokrasi Lokal................................................................................... 12
BAB III PENUTUP.............................................................................................. 15
3.1 Kesimpulan.......................................................................................... 15
3.2 Saran.................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah memilih Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945[5]. Sebelum diberlakukannya
undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Namun sejak Juni 2005
Indonesia menganut system pemilihan Kepala Daerah secara langsung.
Pemilihan kepala daerah (Pilkada atau Pemilukada) dilakukan secara langsung
oleh penduduk daerah administratif setempat yang memenuhi syarat. Pemilihan kepala daerah
dilakukan satu paket bersama dengan wakil kepala daerah.
Demokratisasi lokal adalah implikasi dari desentralisasi yang dijalankan di daerah-
daerah sebagai perwujudan dari proses demokrasi di Indonesia.
B. Saran
Pilkada sedagai perwujudan dari demokrasi local yang sudah selayaknya dipersiapkan
sematangnya oleh pemerintah daerah, KPUD, dan unsur terkait agar mereduksi permasalahan-
permasalahan yang akan terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Jimly Asshiddiqie, konsolidasi naskan UUD 1945 setelah perubahan keempat, puat studi
hukum tatanegara UI 2002, hlm 22.
2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007, pasal 1 ayat 4.
3. Eko Prasojo, Irfan Ridwan Maksum, dan Teguuh Kurniawan, Desentralisasi & Pemerintahan
daerah: Antara Model Demokrasi Lokal & Efisiensi Struktural, 2006, hlm 40
4. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007, pasal 1 ayat 4.
5. Rozali Abdullah, pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala Derah secara
Langsung, PT Raja Grafindo, 2005, hlm 53-55
6. Sinaga, Kastorius, 2003, Pemilihan Kepala Daerah Langsung Kota dan Kabupaten: Beberapa
catatan Awal, dalam Abdul Gaffar Karim (ed.), Kompleksitas Persoalan Otonomi di Indonesia,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta
A. Latar Belakang
Pemilu atau pemilihan umum bukanlah hal yang tabu bagi seluruh warga negara
Indonesia. Dari sekitar 190 juta warga yang memiliki hak pilih dalam pemilu, 7,4 persen di
antaranya atau sekitar 14 juta orang, adalah generasi muda yang akan memakai hak pilih untuk
pertama kalinya. Jumlah yang cukup besar tentunya.
Pemilihan umum merupakan sarana demokrasi guna mewujudkan sistem pemerintahan
negara yang berkedaulatan rakyat. Pemerintahan negara terbentuk melalui pemilu itu adalah
yang berasal dari rakyat (termasuk remaja 17 tahun keatas), dijalankan sesuai dengan kehendak
rakyat yang diabdikan untuk kesejahteraan rakyat. Karena pemerintah tidak bisa bertindak
apapun mengenai negara tanpa persetujuan rakyat. Oleh sebab itu ada DPR dan MPR yang
mewakili rakyat.
Tak sedikit pemuda yang menjadi pemilih pemula, sehingga, mereka yang berumur 17-
21 tahun sudah memiliki hak secara langsung untuk memberikan suaranya sesuai dengan
kehendak hati nurani tanpa perantara atau dorongan dari manapun, karena suara yang mereka
berikan juga sebagai penentu bagi mereka sebagai pemilih, untuk mewujudkan masa depan
yang lebih cerah.
Ikut serta dalam pemilihan merupakan pengalaman pancasila, khususnya sila
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
Sebagai warga negara yang baik, kita hendaknya dapat mengembangkan kesadaran berperan
serta dalam pemilu. Peran serta tersebut dapat dilakukan dengan mengikuti kampaye atau ikut
serta dalam pemilihan langsung.
Manfaat pemilu bagi pemilih muda yang mayoritas pelajar, remaja dan mahasiswa, juga
untuk mendidik dan mencerdaskan. Oleh karena itu, suara yang mereka berikan merupakan
wujud kerjasama untuk mensukseskan pemilu. Karena dikalangan pemilih remaja, pendidikan
politik sangat rendah. Sehingga pemilih pemula bisa menduduki posisi terpenting dalam
pemilu. Kerendahan pendidikan politik tersebut tidak setara dengan jumlah pemilih muda yang
sangat banyak. Oleh sebab itu partisipasi mereka terkadang di manfaatkan sebagai sasaran
buruan para calon.
Hubungan pemilu dengan pemilih sangatlah erat. Karena dalam pemilu membutuhkan
pemilih dan pemilih membutuhkan pemilu untuk memilih seorang pemimpin, karena negara
Indonesia menganut kedaulatan rakyat. Dalam pemmilu setiap pemilih memiliki hak
untuk memilih siapa yang kira-kira bisa dijadikan panutan yang bertanggung jawab. Karena
dikalangan masyarakat khususnya dikalangan pemilih pemula. Perlakuan sesuai dengan fungsi
dan kedudukan dalam masyarakat merupakan sebuah keadilan dalam kehidupan sosial budaya.
Oleh sebab itu, pemilu sangatlah penting dikalangan pemilih remaja.
Memahami kesadaran politik siswa sebagai pemilih pemula atau pemilih remaja dalam
pilkada perlu kiranya diaktualisasikan melalui pembelajaran yang melibatkan langsung diri
remaja terhadap fenomena sosial yang terjadi dilingkungan anggota dan aktivitas keluarga atau
masyarakat dengan pendekatan School-Based Democracy Education. Dengan demikian siswa
akan terlibat langsung dengan aktivitas masyarakat dan dirimya sebagi objek sekaligus subjek
dalam berdemokrasi. Dengn melihat latar belakang tersebut diatas, penulis dalam hal ini
terdorong untuk mengkaji lebih dalam mengenai bagaimana posisi kata pemilu dalam diri
seorang remaja ataupun pemilih pemula di Indonesia, sekaligus untuk mengetahui bagaimana
peran serta remaja dalam pemilu.
B. Pokok pembahasan
1. Pengertian pemiliu
2. Tujuan diadakannya pemilu di Indonesia
3. Dasar hukum dan landasan pemilu di Indonesia
4. Kebudayaan remaja dan siswa sebagai pemilih muda dalam pemilu
5. Pandangan anak muda tentang partai politik
6. Antusiasme generasi muda dalam pemilu
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas matakuliah
2. Supaya mahasiswa dapat lebih memahami pemilu di Indonesia
3. Agar mahasiswa mengerti bahwa mereka adalah bagian dari generasi muda untuk menciptakan
pemilihan umum yang lebih baik dari pemilu yang pernah dilaksanakan
BAB II
ISI
A. Pengertian Pemilu
Pemilihan umum atau sering disebut sebagai pemilu adalah proses memilih orang untuk
mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka ragam, mulai dari
presiden, wakil rakyat diberbagai tingkat pemerintahan, sampai kepala desa. pada konteks yang
lebih luas, pemilu dapat juga berarti proses mengisi jabatan-jabatan seperti ketua OSIS atau
ketua kelas, walaupun dalam hal ini kata pemilihan yang lebih sering digunakan.
Pemilu merupakan salah satu usaha untuk memengaruhi rakyat secara persuatif (tidak
memaksa) dengan melakuakan kegiatan retorika, hubungan publik, komunikasi massa, lobi dan
lain-lain. Meskipun agitasi dan propaganda di negara demokrasi sangat di kecam, namun dalam
kampanye pemilihan umum, teknik agitasi dan teknik propaganda banyak juga dipakai oleh
para kandidat atau politikus selaku komunikator politik.
Dalam pemilu, para pemilih dan pemilu uga di sebut konstituen, dan kepada para
merekalah para peserta pemilu menawarkan janji-janji dan program-programnya pada masa
kampanye. Kampanye dilakukan selama waktu yang telah ditentukan, menjelang hari
pengumutan suara. Setelah pengumutan suara dilakukan, proses penghitungan dimulai.
Pemenang pemilu ditentukan oleh aturan main atau sistem penentuan pemenang yang
sebelumnya telah ditetapkan dan disetujui oleh para peserta, dan disosialisasikan ke para
pemilih.
Dalam UU RI No. 12 tahun 2003 tentang pemilu anggota DPR, DPD dan DPRD pasal
1 berbunyi “pemilihan umum yang selanjutnya disebut pemilu adalah sarana kedaulatan rakyat
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.” Dan
UU No. 23 tahun 2003 mengatur pemilu untuk presiden dan wakil presiden negara RI yang di
pilih langsung oleh rakyat. Pemilu merupakan syarat mutlak bagi negara demokrasi untuk
melaksanakan kedaulatan rakyat karena dengan banyaknya jumlah penduduk demi seorang
dalam menentukan jalannya pemerintahan oleh sebab itu kedaulatan rakyat dilaksanakan
dengan cara perwakilan
B. Tujuan pemilu
Pada dasarnya ada beberapa tujuan yang mendasari pelaksanaan pemilu di Indonesia
diantaranya:
1. Untuk memilih anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD kabupaten/kota
2. Melaksanakan demokrasi pancasila
3. Untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
4. Untuk mempertahankan tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia
5. Melaksanakan hak politik warga negara Indonesia
6. Menjamin kesinambungan pembangunan
7. Memungkinkan terjadinya peralihan pemerintahan secara aman dan tertib
8. Untuk melaksanakan kedaulatan rakyat dalam negara
Masa muda merupakan saat-saat dimana mereka ingin mencoba mengikuti proses
pemilu. Pertumbuhan partai politik di Indonesia tidak di imbangi dengan kemampuan
memahami kepentingan anak muda. Program-program partai belum menjangkau remaja.
Apalagi mewakilinya. Mungkin ini merupakan salah satu kelemahan partai politik yang sering
meremehkan hal-hal kecil. Remaja merupakan generasi penerus keberlangsungan bangsa ini.
Pendidikan pilitik bagi mereka merupakan hal penting. Merekalah generasi pemilih di masa
yang akan datang.
Bila di kaji lebih dalam, remaja bis memberi keuntungan pada prti politik bila input
pendidikan politik pada mereka di berikan secara intensif. Kaum pemuda akan memiliki
kesadaran berpolitik tinggi dan semakin kritis pada proses politik yang tengah terjadi. Partai
juga diuntungkan karena dapat melakukan kaderisasi politik secara dini. Hanya saja partai
politik sepertinya belum memahami arti penting ini.
Orientasi partai politik masih pada isu-isu besar. Cara mendongkrak suara pun masih
menggunakan cara-cara yang sudah umum, misal menggunakan artis dengan cara merekrutnya.
Dengan kondisi seperti itu secara tidak langsung telah membentuk sikap tertentu dikalangan
remaja. Peran remaja pun menjadi kurang. Dan pada alkhirnya mereka akan memilih hura-hura
ketimbang memikirkan politik yang rumit dan belum tentu memberikan keuntungan bagi
mereka.
Remaja lebih sering mendapat informasi tentang politik dari media. Baik itu cetak,
elektronik, dan sekarang pada media online. Tentunya informasi yang mereka dapatkan dari
media bukanlah penegetahuan mendalam, namun sepotong-sepotong. Ketidakpedulian partai
politik akan mempersulit menyadarkan remaja pada peranan politiknya. Kalau hanya
kemengan dalam pemilu yang di kejar oleh partai politik, remaja selamanya tidak akan pernah
tertarik mempelajari politik. Faktor lainnya yang membentuk kesdaran remaja tergantung pada
orangtua. Bila tidak ada yang mengarahkan mereka tidak akan pernah memiliki kepedulian.
Indonesia ini menganut sistem demokrasi dalam tatacara pemerintahannya.
Konsekuensi logis pertama dari demokrasi kita adalah diadakannya pemilihan raya untuk
memilih pemimpin eksekutif dan legislatif (perwakilan rakyat) pada berbagai tingkatan daerah.
Pemilihan ini menggunaka sistem one-man-one-vote, rtinya tidak peduli tingkat pendidikan,
ekonomi dan sosial, satu orang memiliki satu suara. Itulah menariknya demokrasi.
Masyarakat memiliki hak untuk mengekspresikan kepuasan dan ketidakpuasan
setidaknya 5 tahun tiga kali, saat pemilu nasional, dan pilkada provinsi dan kabupaten/kota.
Bila ia puas maka ia akan memilih incumbent, bila kecewa ia akan memilih pasangan alternatif.
Kesempatan ekspresi sepeerti ini perlu kita perjuangkan dengan menggunakannya
dengan baik. Sebelum era reformasi, kebebasan ini tidak dimiliki sepenuhnya. Bila kita tidak
menggunakannya maka, bisa jadi suara kita diklaim atau di bajak oleh pihak tertentu.
Konsekuensi selanjutnya dari demokrasi adalah hak menyampaikan aspirasi. Mekanisme yang
digunakan oleh Indonesia dalam hal ini adalah perwakilan melalui sistem paratai politik.
Rasanya memang menjadi agak aneh apabila, kita menjadi anti terhadap partai politik, karena
justru merekalah corong opini kita kepemerintah.
Konsekuensi terakhir dari demokrasi adalah hak setiap warga untuk aktif dalam
berpolitik. Setiap warga negara berhak di pilih dan memilih, begitulah bunyi undang-undang
negeri ini. Artinya kita mempunyai kesempatan tidak hanya sebagai follower tetapi juga
sebagai leader. Dalam berpolitik dan bernegara, tentu ada mereka yang aktif bergerak, dan
lebih banyak yang menunggu dan mengikut. Indonesia negara hukum, dan salah satu tugas
penting dari para politisi adalah mengeluarkan produk hukum untuk kesejahteraan rakyat.
Tentu tidak semua anak muda harus aktif berpolitik, tetapi saya sangat yakin percaya
bahwa demokrasi yang berkualitas akan terwujud bila anak muda Indonesia menggunakan hak
politik mereka, yakni memilih dan menyampaikan aspirasinya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada dasarnya Pemilihan umum merupakan sarana demokrasi guna mewujudkan
sistem pemerintahan negara yang berkedaulatan rakyat. Pemerintahan negara terbentuk melalui
pemilu itu adalah yang berasal dari rakyat (termasuk remaja 17 tahun keatas), dijalankan sesuai
dengan kehendak rakyat yang diabdikan untuk kesejahteraan rakyat. Karena pemerintah tidak
bisa bertindak apapun mengenai negara tanpa persetujuan rakyat. Oleh sebab itu ada DPR dan
MPR yang mewakili rakyat.
Maka dalam hal ini untuk memenuhi keinginan tersebut peran pemuda disini adalah
sangat penting terutama untuk memahami politik dengan sebaik-baiknya. Dan tingkat
pemahaman pemuda juga didorong dari keluarga dan juga lingkungan tempat ia beradaptasi.
Lingkungan juga akan memberikan hal positif dan negatif pada diri remaja. Lingkungan yang
positif akan memberikan dampak yang baik bagi perkembangan politik remaja muda.
Misaknya dengan adanya AyoVote akan membangkitkan semangat muda dalam politik.
B. Saran
Sebagai muda mudi dalam pemilihan umum dan sebagai remaja yang masih belum
memahami penuh politik hendaknya kita ikut memahami lebih dalam tentang makna pemilihan
umum dengan lebih baik lagi dan memberikan hak pilih kita dengan adil dan tanpa pemaksaan
dari pihak orang lain.
Daftar Pustaka
www.wikipedia.com
https://ahmadmufidchomsan.wordpress.com/2013/02/23/pentingnya-pemilu-dikalangan-pemilih-pemula-2/
http://suarajakarta.co/ekstra/jurnalis-warga/peran-pemuda-dalam-pemilu/
Abubakar, H Suardi, drs, dkk. 2004. Kewarganegaraan Menuju Masyarakat Madani. Jakarta :
Yudhistira
Purwanto, Drs. 2006. GLADI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Klaten : Gading Kencana.
Turmudi, Spd. 2004. TELADAN PPKN. Mojokerto : CV. SINAR MULIA PUSTAKA.