Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Konsep Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
a. Pengertian Berpikir Kritis
Berpikir merupakan sebuah aktivitas yang selalu dilakukan manusia,
bahkan ketika sedang tertidur. Bagi otak, berpikir dan menyelesaikan masalah
merupakan pekerjaan paling penting, bahkan dengan kemampuan yang tidak
terbatas. Berpikir merupakan salah satu daya paling utama dan menjadi ciri khas
yang membedakan manusia dari hewan.
Ngalim Purwanto berpendapat bahwa berpikir adalah satu keaktifan pribadi
manusia yang mengakibatkan penemuan terarah kepada suatu tujuan. Manusia
berpikir untuk menemukan pemahaman/pengertian yang dikehendakinya.1
John W. Santrock, juga mengemukakan pendapatnya bahwa berpikir
adalah memanipulasi atau mengelola dan mentransformasi informasi dalam
memori. Berpikir sering dilakukan untuk membentuk konsep, bernalar dan bepikir
secara kritis, membuat keputusan, berpikir kreatif, dan memecahkan masalah.2
Jika berpikir merupakan bagian dari kegiatan yang selalu dilakukan otak
untuk mengorganisasi informasi guna mencapai suatu tujuan, maka berpikir kritis
merupakan bagian dari kegiatan berpikir yang juga dilakukan otak. Menurut John
W. Santrock, pemikiran kritis adalah pemikiran reflektif dan produktif, serta
melibatkan evaluasi bukti.3
Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut, dapat diambil kesimpulan
mengenai pengertian kemampuan berpikir kritis yaitu sebuah kemampuan yang
dimiliki setiap orang untuk menganalisis ide atau gagasan ke arah yang lebih
spesifik untuk mengejar pengetahuan yang relevan tentang dunia dengan
melibatkan evaluasi bukti. Kemampuan berpikir kritis sangat diperlukan untuk

1
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Raya Rosdakarya, 2007), h. 43
2
John W. Santrock, Masa Perkembangan Anak, (Jakarta: Salemba Humanika, 2011), h. 357
3
Ibid., h. 359

7
8

menganalisis suatu permasalahan hingga pada tahap pencarian solusi untuk


menyelesaikan permasalahan tersebut.
Orang-orang yang memiliki kemampuan berpikir kritis tidak hanya
mengenal sebuah jawaban. Mereka akan mencoba mengembangkan kemungkinan-
kemungkinan jawaban lain berdasarkan analisis dan informasi yang telah didapat
dari suatu permasalahan. Berpikir kritis berarti melakukan proses penalaran
terhadap suatu masalah sampai pada tahap kompleks tentang “mengapa” dan
“bagaimana” proses pemecahannya.

b. Tujuan Berpikir Kritis


Menurut Sapriya, tujuan berpikir kritis ialah untuk menguji suatu pendapat
atau ide, termasuk di dalamnya melakukan pertimbangan atau pemikiran yang
didasarkan pada pendapat yang diajukan. Pertimbangan-pertimbangan tersebut
biasanya didukung oleh kriteria yang dapat dipertanggungjawabkan.4
Kemampuan berpikir kritis dapat mendorong siswa memunculkan ide-ide
atau pemikiran baru mengenai permasalahan tentang dunia. Siswa akan dilatih
bagaimana menyeleksi berbagai pendapat, sehingga dapat membedakan mana
pendapat yang relevan dan tidak relevan, mana pendapat yang benar dan tidak
benar. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa dapat membantu siswa
membuat kesimpulan dengan mempertimbangkan data dan fakta yang terjadi di
lapangan.

c. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis


Jensen dalam bukunya yang berjudul “pemelajaran berbasis otak”,
berpendapat bahwa pemikiran intelejen tidak hanya dapat diajarkan, melainkan
juga merupakan bagian fundamental dari paket keterampilan esensial yang
diperlukan bagi kesuksesan dalam dunia. Fokus primer pada kreativitas,

4
Sapriya, Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran, Rosda, 2011, h. 87
9

keterampilan hidup, dan pemecahan masalah membuat pengajaran tentang


pemikiran menjadi sangat berarti dan produktif bagi siswa.5
Berikut ini beberapa keterampilan yang harus ditekankan pada level
pengembangan abstraksi dalam mengajarkan pemecahan masalah dan berpikir
kritis menurut Jensen :
“1) Mengumpulkan informasi dan memanfaatkan sumber daya; 2)
Mengembangkan fleksibilitas dalam bentuk dan gaya; 3) Meramalkan; 4)
Mengajukan pertanyaan bermutu tinggi; 5) Mempertimbangkan bukti
sebelum menarik kesimpulan; 6) Menggunakan metafor dan model; 7)
Menganalisis dan meramalkan informasi; 8) Mengkonseptualisasikan
strategi (misalnya pemetaan pikiran, mendaftarkan pro dan kontra,
membuat bagan); 9) Bertransaksi secara produktif dengan ambiguitas,
perbedaan, dan kebaruan; 10) Menghasilkan kemungkinan dan probabilitas
(misalnya brainstroming, formula, survei, sebab dan akibat); 11)
Mengembangkan keterampilan debat dan diskusi; 12) Mengidentifikasi
kesalahan, kesenjangan, dan ketidak-logisan; 13) Memeriksa pendekatan
alternatif (misalnya, pergeseran bingkai rujukan, pemikiran luar kotak); 14)
Mengembangkan strategi pengujian-hipotesis; 15) Menganalisis risiko; 16)
Mengembangkan objektivitas; 17) Mendeteksi generalisasi dan pola
(misalnya, mengidentifikasi dan mengorganisasikan informasi,
menterjemahkan informasi, melintasi aplikasi); 18) Mengurutkan
peristiwa”.6

d. Ciri-ciri Berpikir Kritis


Kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu kemampuan yang sangat
diperlukan dalam pemecahan masalah. Terdapat ciri-ciri tertentu yang dapat
diamati untuk mengetahui bagaiamana tingkat kemampuan berpikir kritis
seseorang. Berikut ini ciri-ciri berpikir kritis menurut Cece Wijaya :

5
Nurhayati, “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam Pembelajaran Ips Melalui
Pendekatan Savi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Kelas Viii Smp Negeri 3 Godean”, 2014,
h. 6.
6
Ibid., h. 6-7.
10

“1) Mengenal secara rinci bagian-bagian dari keseluruhan; 2) Pandai


mendeteksi permasalahan; 3) Mampu membedakan ide yang relevan
dengan yang tidak relevan; 4) Mampu membedakan fakta dengan diksi atau
pendapat; 5) Mampu mengidentifikasi perbedaan-perbedaan atau
kesenjangan-kesenjangan informasi; 6) Dapat membedakan argumentasi
logis dan tidak logis; 7) Mampu mengembangkan kriteria atau standar
penilaian data; 8) Suka mengumpulkan data untuk pembuktian faktual; 9)
Dapat membedakan diantara kritik membangun dan merusak; 10) Mampu
mengidentifikasi pandangan perspektif yang bersifat ganda yang berkaitan
dengan data; 11) Mampu mengetes asumsi dengan cerrmat; 12) Mampu
mengkaji ide yang bertentangan dengan peristiwa dalam lingkungan; 13)
Mampu mengidentifikasi atribut-atribut manusia, tempat dan benda, seperti
dalam sifat, bentuk, wujud, dan lain-lain; 14) Mampu mendaftar segala
akibat yang mungkin terjadi atau alternatif pemecahan terhadap masalah,
ide, dan situasi; 15) Mampu membuat hubungan yang berurutan antara satu
masalah dengan masalah lainnya; 16) Mampu menarik kesimpulan
generalisasi dari data yang telah tersedia dengan data yang diperoleh dari
lapangan; 17) Mampu menggambarkan konklusi dengan cermat dari data
yang tersedia; 18) Mampu membuat prediksi dari informasi yang tersedia;
19) Dapat membedakan konklusi yang salah dan tepat terhadap informasi
yang diterimanya; 20) Mampu menarik kesimpulan dari data yang telah ada
dan terseleksi”.7

2. Konsep Model Pembelajaran Inkuiri


a. Pengertian Model Inkuiri
Inkuiri merupakan model pembelajaran yang membimbing siswa untuk
memperoleh dan mendapatkan informasi serta mencari jawaban atau memecahkan
masalah terhadap pertanyaan yang dirumuskan. Dalam model pembelajaran inkuiri

7
Ibid., h. 7
11

siswa terlibat secara mental dan fisik untuk memecahkan suatu permasalahan yang
diberikan guru.
Model inkuiri menekankan pada proses mencari dan menemukan, peran
siswa dalam model ini adalah mencari dan menemukan sendiri pemecahan masalah
dalam suatu materi pelajaran sedangkan guru sebagai fasilitator dan pembimbing
siswa untuk belajar.

Secara bahasa, inkuiri berasal dara kata inquiry yang merupakan kata dalam
bahasa inggris yang berarti; penyelidikan meminta keterangan; terjemaahan
bebas untuk konsep ini adalah “siswa diminta untuk mencari dan
menemukan sendiri”.8

Dari beberapa pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa model inkuiri


adalah model pembelajaran yang menekankan kepada siswa untuk lebih aktif dalam
pembelajaran, dimana siswa dapat menemukan atau meneliti masalah berdasarkan
fakta untuk memperoleh data, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan
pembimbing siswa dalam belajar.

b. Langkah-Langkah Model Inkuiri


Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran inkuiri, siswa hendaknya memperhatikan langkah-langkah kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri agar pembelajaran dapat berjalan
dengan maksimal dan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Menurut Sanjaya mengemukakan secara umum bahwa proses pembelajaran
yang menggunakan model inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang responsif sehingga dapat merangsang dan mengajak untuk
berpikir memecahkan masalah.
2. Merumuskan masalah

8
Khoirul Anam, Pembelajaran Berbasis Inkuiri, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016, h. 7
12

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu


persoalan yang mengandung teka teki.
3. Mengajukan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang di
kaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu di uji kebenarannya.
4. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan
untuk menguji hipotesis yang diajukan. Kegiatan mengumpulkan data meliputi
percodaan atau eksperimen.
5. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima
sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan
data.
6. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.9

c. Kelebihan-kelebihan Model Inkuiri


Setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan-kelebihannnya masing-
masing. Dengan adanya kelebihan tersebut dapat menjadi acuan guru untuk
menyampaikan materi pembelajaran. Adapun kelebihan model pembelajaran
inkuiri adalah sebagai berikut:
Menurut Khoirul Anam, kelebihan-kelebihan medel pembelajaran inkuiri
adalah ;
7. Real life skill: siswa belajara tentang hal-hal penting namun mudah dilakukan,
siswa didorong untuk melakukan, bukan hanya duduk, diam, dan
mendengarkan.

9
Sanjaya, “Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan”, Jakarta: Kencana,
2011, h. 201
13

8. Open-ended topic: tema yang dipelajari tidak terbatas, bias bersumber dari
mana saja; buku pelajaran, pengalaman siswa/guru, internet, televise, radio dan
seterusnya. Siswa akan belajar lebih banyak.
9. Intuitif, imajinatif, inovatif: siswa belajar dengan mengerahkan seluruh potensi
yang mereka miliki, mulai dari kreatifitas hingga imajinasi.
10. Peluang melakukan penemuan: observasi dan eksperimen, siswa memiliki
peluang besar untuk melakukan penemuan.10

d. Langkah Pengajaran
1. Tahap pendahuluan
Pada tahapan ini penulis melakukan kegiatan sebagai berikut:
1) Mengkondisikan siswa pada situasi belajar yang lebih baik, kegiatannnya
berupa:
a) Siswa berbaris
b) Siswa berdo’a sebelum belajar dimulai
c) Penulis mengabsen tentang kehadiran siswa
d) Siswa melakukan pemanasan
2) Menjelaskan tujuan-tujuan pembelajaran yang akan dicapai, misalnya
setelah pembelajaran ini selesai diharapkan siswa dapat menjelaskan
gerakan apa saja yang sudah dilakukan.
3) Melakukan apersepsi atau motivasi:
Pada tahapan ini penulis melakukan tahapan orientasi atau lebih umum
dikenal dengan sebutan apersepsi atau motivasi. Kegiatan yang dilakukan
penulis dengan cara mengingat pelajaran pelajaran yang sudah di berikan
oleh guru sehingga nanti diberikan sebuah topic untuk melakukan gerakan
tidak bingung.
.

10
Khoirul Anam, op.cit., h. 15
14

2. Kegiatan Inti pembelajaran


1) Tahap eksplorasi
Pada tahap ini penulis memberikan pertanyaan-pertanyaan sederhana,
misalnya: siapa yang pernah bermain futsal ? Apa yang kamu lakukan di
saat bermain futsal? Sehingga diharapkan siswa memunculkan
permasalahan dari konsep futsal tersebut. Adapun permasalahan yang akan
dibahas pada pelajaran ini yaitu:
a) Dalam bermain futsal teknik apa saja yang digunakan ?
b) Teknik apa saja yang sulit dilakukan ?
Selanjutnya siswa ditugaskan untuk menjawab permasalahan yang
dimunculkan sehingga diperoleh hipotesis sederhana sebagai berikut:
“Bahwa semua teknik yang dipelajari sebelumnya ada satu teknik yang sulit
dilakukan oleh siswa seperti menggiring bola menggunakan sol sepatu”.
2) Tahap elaborasi
Pada tahap ini penulis lakukan sebagai berikut:
a) Membagikan lembar kerja siswa (LKS) serta memberikan bahan-bahan
yang akan digunakan siswa untuk melakukan percobaan. Penulis
memberikan petunjuk yang sederhana agar pelaksanaan perobaan dapat
berjalan lancar.
b) Siswa secara berkelompok melakukan percobaan dan menuangkan
hasilnya pada LKS yang telah disediakan
c) Masing-masing kelompok melakukan gerakan yang diperintahkan oleh
gurunya
d) Guru bersama-sama siswa menyimpulkan hasil percobaan yang telah
dilakukan siswa.
e) Guru bertanya kembali tentang permasalahan yang muncul saat
pembelajaran dimulai. Apakah kesimpulan yang diperoleh bisa
menjawab permasalahan yang dimunculkan. Pada tahapan ini dikenal
dengan istilah pengujian hipotesis berdasarkan data yang diperoleh
siswa saat melakukan percobaan.
3) Tahap konfirmasi
15

a) Guru memberikan kesempatan yang seluas-lusanya kepada siswa untuk


bertanya, menyampaikan pendapatnya atau pengalaman-pengalaman
siswa selama bermain futsal
b) Guru menjelaskan bahwa semua teknik dasar bermain futsal tidak ada
yang sulit, kalau kita berlatih dengan giat.
c. Kegiatan akhir
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Guru memberikan penilaian dengan alat tes berupa tes uraian singkat
2) Memberikan umpan balik dengan cara tugas sederhana
3) Ucapan terima kasih dan salam

4) Konsep Penjasorkes
a. Pengertian Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani sebagai komponen secara keseluruhan dari pendidikan
telah disadari manfaatnya oleh banyak kalangan. Tetapi mereka mempunyai
perbedaan pendapat dalam memahami pengertian tentang Penjas. Perbedaan
pendapat itu wajar, yang terpenting sesorang harus melakukan pembatasan
pengertian yang dianut secara jelas dan konsisten.
Menurut Subagiyo dkk dalam Sunarno Basuki dkk Pendidikan jasmani
adalah latihan jasmani yang dimanfaatkan, dikembangkan, dan didayagunakan
dalam pendidikan. Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pendidikan jasmani adalah usaha sadar yang dilakukan guru untuk mengembangkan
dan meningkatkan kebugaran jasmani, kemampuan motorik, kemampuan berpikir
dan sikap positif melalui berbagai bentuk aktivitas permainan, olahraga, dan
pendidikan kesehatan sehingga anak. dapat menjalani pola hidup sehat sepanjang
hayatnya.11
Bucher dalam Sukintaka dalam Kubu mengungkapkan bahwa Pendidikan
jasmani olahraga dan kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan
keseluruhan yang mencoba mencapai tujuan untuk mengembangkan

11
Sunarno Basuki, dkk, Kontribusi Pelaksanaan Supervisi Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja
Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar Di Kota Banjarmasin, (Banjarmasin: UNLAM FKIP
2015), h. 20-21.
16

kebugaran jasmani, mental, sosial dan emosional yang serasi, selaras dan
seimbang bagi masyarakat, dengan wahana aktivitas jasmani.12

Oleh sebab itu pendidikan jasmani adalah salah satu mata pelajaran yang
sangat dibutuhkan siswa untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan variasi gerak
yang bermakna juga akan membantu proses pertumbuhan. Dari teori diatas juga
didapati bahwa pendidikan jasmani menjadi bagian penting untuk membentuk
pribadi siswa agar terus membentuk gaya hidup sehat dan aktif, ini sesuai dengan
teori dari:
Suherman dalam Kubu Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dapat
memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat langsung dalam aneka
pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain, dan berolahraga
yang dilakukan secara sistematis, terarah dan terencana, pembekalan
pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina, sekaligus membentuk
gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat.13

Teori diatas sejalan dengan pemahaman bahwa pendidikan jasmani tidak


hanya menekankan pada aktivitas jasmani saja namun juga menekankan
pada pembelajaran yang mengandung aspek sosial, emosional, intelektual.
Ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh James A. Baley dan David A.
Field dalam bambang abdul jabar yang mengungkapkan bahwa “pendidikan
jasmani adalah suatu proses terjadinya adaptasi dan pembelajaran secara
organik, neuromuscular, intelektual, sosial, kultural, emosional dan estetika
yang dihasilkan dari proses pemilihan sebagai aktivitas jasmani”.14

b. Tujuan Pendidikan Jasmani


Dalam kurikulum Penjasorkes di sekolah dasar dijelaskan bahwa tujuan
pendidikan jasmani , olahraga, dan kesehatan adalah membantu siswa untuk
mempunyai tujuan menurut Samsudin tujuan pendidikan jasmani adalah:
b) Meletakkan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai dalam
pendidikan jasmani.

12
Kubu Pratiknyo dan Anung Priambodo, Penerapan Pemberian Reward Terhadap Minat Belajar
Siswa Dalam Mengikuti Pembelajaran Pendidikan Jasmani, (Jurnal Pendidikan Olahraga dan
kesehatan vol. 01 No. 03, 2013), h. 642.
13
Ibid.
14
Bambang abduljabar, Pedagogi Olahraga, Bandung: FPOK UPI, 2011, h. 7
17

c) Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial,
dan toleransi.
d) Menumbuhkan kemampuan berpikir kritis melalui tugas pembelajaran
pendidikan jasmani.
e) Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama,
percaya diri, dan demokratis melalui aktivitas jasmani.
f) Mengembangkan ketrampilan gerak dan ketrampilan teknik.
g) Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan
dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat.
h) Mengembangkan ketrampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan
orang lain.
i) Mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani sebagai informasi untuk
mencapai kesehatan, kebugaran dan pola hidup sehat.
j) Mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat rekreatif.15
Tujuan Penjas harus sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Salah satu
tujuan pendidikan nasional seperti yang tertuang dalam UUD 1945 adalah untuk
membentuk manusia. Indonesia yang sehat jasmani dan rohani. Sehingga mata
pelajaran Penjasorkes adalah salah satu mata pelajaran mempunyai peran utama
untuk membentuk dan meningkatkan kesegaran jasmani peserta didiknya dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

c. Materi Pendidikan Jasmani


Dalam pembelajaran Penjasorkes, seorang guru Penjasorkes harus milihan
materi yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan individual sehingga pembelajaran
dapat berjalan dengan lancar. Materi pelajaran merupakan bahan yang digunakan
untuk mencapai atau untuk mewujudkan terselenggaranya tujuan yang telah
dirumuskan.
Materi pendidikan jasmani sangat beragam dan semuanya saling berkaitan.
Menurut Samsudin materi mata pelajaran Penjasorkes meliputi pengalaman

15
Samsudin, Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (SD/MI), 2008, h. 3
18

mempraktikan keterampilan dasar permainan dan olahraga, aktivitas


pengembangan, uji diri atau senam, aktivitas ritmis, akuatik (aktivitas air), dan
pendidikan luar kelas. Sehingga seorang guru harus menetapkan tujuan yang
bersifat umum menjadi yang bersifat khusus, serta memilih materi pelajaran yang
sesuai dan paling baik untuk mencapai tujaun yang telah ditetapkan.16

B. Hasil Penelitian yang Relevan


1. Hasil penelitian relevan sebelumnya hampir sesui dengan penelitian ini adalah
penelitian yang dilakukan oleh Mesa Rahmi Stephan, Adang Suherman, dan R
Boyke Mulyana tentang Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis Dan Keterampilan Bermain Bola Basket. Metode
yang digunakan penelitian ini adalah menggunakan metode eksperimen dengan
desain randomize pretest-posttest control group design.
2. Penelitian relevan yang kedua oleh Irma Indrisah tentang Pengaruh Model
Pembelajaran Inkuiri terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Namun ada
perbedaan di variabel bebas yaitu kemampuan berpikir kritis oleh peneliti dan
kemampuan berpikir kreatif oleh irma indrisah. Metode yang digunakan adalah
metode kuasi eksperimen dengan design penelitian non-equivalent control
group design.

C. Kerangka Teoretik
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk
mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar
mengajar.17
Metode mengajar inquiry mengandung proses mental yang tingkatannya
cukup tinggi. Proses mental yang ada pada inquiry diantaranya: merumuskan
masalah, membuat hipotesis, mendesain eksperimen, melakukan eksperimen,

16
Ibid., h. 5
17
Indrawati dan Wanwan Setiawan, op.cit.
19

mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Dalam


pembelajaran inquiry, kegiatan belajar mengajar harus direncanakan agar siswa
memperoleh pengalaman, sehingga berkesempatan untuk mengalami proses
inquiry.18
Menurut R. H. Enis, “berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan
reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan”. Berpikir kritis dapat dicapai dengan lebih mudah
apabila seseorang itu mempunyai disposisi dan kemampuan yang dapat dianggap
sebagai sifat dan karakteristik pemikir yang kritis”.19
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) merupakan
salah satu bidang studi yang diberikan sekolah mulai dari SD, SMP, hingga SMA.
Pembinaan Penjasorkes diusahakan untuk membentuk jasmani yang sehat mental
yang baik, supaya menghasilkan manusia yang produktif. Sedangkan pembinaan
olahraga disarankan untuk memupuk minat dan bakat siswa agar dapat mencapai
prestasi olahraga yang optimal.20

D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara dari masalah yg akan diteliti. Yang
dimaksud dengan jawaban sementara disini, adalah dugaan akan hasil penelitian
yang akan dilakukan oleh penulis sebelum dibuktikan oleh penelitian. Berdasarkan
penjelasan pada kerangka teoritik diatas , maka penulis mengajukan hipotesis
sebagai berikut:
Model pembelajaran inkuiri memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa.

18
Ibid, h. 1
19
Ika Susilawati, Loc.cit.
20
Naim Bey Khaqi Asmara Putra, Loc.cit., h. 761 – 764.

Anda mungkin juga menyukai