Anda di halaman 1dari 40

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah mahluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam
kehidupan mereka harus membina hubungan interpersonal yang positif.
Hubungan interpersonal yang sehat terjadi jika individu yang terlihat saling
merasakan kedekatan. Sementara identitas pribadi masih tetap dipertahankan,
juga perlu untuk membina perasaan saling tergantung yang merupakan
keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam suatu hubungan.
Menarik diri adalah suatu tindakan melepaskan diri, baik perhatian
maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri).
Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak
aman dalam berhubungan dengan orang lain.
Pada klien dengan menarik diri diperlukan rangsangan/stimulus yang
adekuat untuk memulihkan keadaan yang stabil. Stimulus yang positif dan
terus menerus dapat dilakukan oleh perawat. Apabila stimulus tidak dilakukan
/ diberikan kepada klien tetap menarik diri yang akhirnya dapat mengalami
halusinasi, kebersihan diri kurang dan kegiatan hidup sehari-hari kurang
adekuat.
Kapasitas hubungan interpersonal berkembang sepanjang siklus
kehidupan perilaku menarik diri (isolasi sosial) adalah suatu keadaan kesepian
yang dialami oleh seseorang karena orang lain menyatakan sikap negatif dan
mengancam.
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk
meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang kontribusi pada fungsi
yang terintegrasi. Keperawatan pasien dengan menarik diri mulai berkembang
lebih maju dibanding dahulu. Pada hakekatnya pelayanan keperawatan lebih
dititik beratkan dengan memandang manusia seutuhnya, yaitu bio-psiko-sos-
spiritual.
Keperawatan pasien dengan menarik diri, tujuan akhir pasien dapat
secara suka rela meluangkan waktu bersama pasien lain dan perawat dalam

1
aktivitas kelompok di unit rawat inap dan untuk mencapainya melalui
pendekatan perawatan secara komunikasi merupakan dasar dari segala macam
penilaian dan membantu hubungan terapiutik untuk mengatasi dampak akibat
gangguan menarik diri (isolasi sosial)
Berhubungan dengan pertanyaan di atas, maka peran perawat dalam
memberikan perwatan terhadap pasien dengan gangguan jiwa diharapkan
dapat dilaksanakan secara optimal, sebagai suatu komponen di bidang
kesehatan.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada Tn. M yang mengalami “Isolasi
Sosial : Menarik Diri”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat melaksanakan asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan
Isolasi Sosial : Menarik Diri
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik pasien yang mengalami Isolasi Sosial :
Menarik Diri
b. Mengidentifikasi intervensi yang dapat dilakukan pada pasien yang
mengalami masalah Isolasi Sosial : Menarik Diri.
c. Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan kepada pasien dengan
masalah Isolasi Sosial : Menarik Diri

BAB II

2
KAJIAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan
orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993).
Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan
kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain
(Townsend, M.C, 1998 :52).
Penarikan diri atau withdrawal merupakan suatu tindakan melepaska diri
baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara lengsung
yang bersifat sementara atau menetap (Depkes RI, 2000).
Isolasi sosial adalah keadaan seorang individu yang mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain di sekitarnya. Pasin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain disekitarnya
(Keliat, 2011).
Menarik diri adalah keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan
dalam membina hubungan dan menghindari interaksi dengan orang lain secara
langsung yang dapat bersifat sementara atau menetap.

B. Rentang Respon Sosial


Menurut Stuart (2009). Gangguan kepribadian biasanya dapat dikenali
pada masa remaja atau lebih awal dan berlanjut sepanjang masa dewasa.
Gangguan tersebut merupakan pola respon maladaptive, tidak fleksibel, dan
menetap yang cukup berat menyababkan disfungsi prilaku atau distress yang
nyata.

Respon Adatif Respon Maladatif

Menyendiri Kesepian Manipulasi

3
Otonomi Menarik Diri Impulsif

Kebersamaan Ketergantungan Narsisisme

Saling Ketergantungan Isolasi sosial

Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan dengan


cara yang dapat diterima oleh norma-norma masyarakat. Menurut Riyardi S dan
Purwanto T. (2013) respon ini meliputi:
1. Menyendiri
Merupakan respon yang dilakukan individu untuk merenungkan apa yang
telah terjadi atau dilakukan dan suatu cara mengevaluasi diri dalam
menentukan rencana-rencana.
2. Otonomi
Merupakan kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan
ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial, individu mamapu menetapkan
untuk interdependen dan pengaturan diri.
3. Kebersamaan
Merupakan kemampuan individu untuk saling pengertian, saling member,
dan menerima dalam hubungan interpersonal.
4. Saling ketergantungan
Merupakan suatu hubungan saling ketergantungan saling tergantung antar
individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal. Respon
maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah dengan
cara-cara yang bertentangan dengan norma-norma agama dan masyarakat.
Menurut Riyardi S dan Purwanto T. (2013) respon maladaptive
tersebut adalah:
1. Manipulasi
Merupakan gangguan sosial dimana individu memperlakukan orang lain
sebagai objek, hubungan terpusat pada masalah mengendalikan orang
lain dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri. Tingkah laku
mengontrol digunakan sebagai pertahanan terhadap kegagalan atau
frustasi dan dapat menjadi alat untuk berkuasa pada orang lain.
2. Impulsif
merupakan respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai subyek
yang tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak mampu

4
merencanakan tidak mampu untuk belajar dari pengalaman dan miskin
penilaian.
3. Narsisme
Respon sosial ditandai dengan individu memiliki tingkah laku
ogosentris,harga diri yang rapuh, terus menerus berusaha mendapatkan
penghargaan dan mudah marah jika tidak mendapat dukungan dari orang
lain.
4. Isolasi sosial
Isolasi adalah Adalah keadaan dimana seorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima,
kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan
orang lain.
C. Etiologi
Menurun Stuart & Sundeen (2007), perilaku pasien dengan menarik diri
ditunjukkan dengan tanda-tanda berikut ini :
1. Kurang spontan
2. Apatis / acuh tak acuh terhadap lingkungan
3. Ekspresi wajah kurang berseri
4. Efek tumpul
5. Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri
6. Selalu menyendiri
7. Tidak sadar dengan lingkungan sekitar
8. Aktivitas menurun
9. Kurang energi
10. Harga diri rendah (Stuart & Sundeen, 2007)

D. Proses Terjadinya Masalah


Penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah yaitu perasaan
negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai
keinginan yang ditandai dengan adanya perasaan malu terhadap diri sendiri,
rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan
martabat, percaya diri kurang dan juga dapat menciderai diri (Carpenito L.J,
2007)
1. Faktor predisposisi
Beberapa faktor predisposisi (pendukung) terjadi gangguan hubunga sosial
yaitu :
a. Faktor perkembangan
Kemepuan membina hubumgan yang sehat tergantung dari
pengalaman selama proses tumbuh kembang. Setiap tahap tumbuh

5
kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan sukses,
karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi akan
menghambat masa perkembangan selanjutnya. Kurangnya stimulasi,
kasih sayang, perhatian, dan kehangatan dari orang tua atau pengasuh
akan memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya
rasa tidak percaya diri.
b. Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.
Kelainan struktur otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan
verat badan dan volume otak serta perubahan limbik diduga dapat
menyebabkan skizofrenia.
c. Faktor sosial budaya
Faktor sosial budaya dapat menjadi pendukung terjadinya
gangguan dalam membina hubungan dengan orang lain, misalnya
anggota keluarga yang tidak produktif diasingkan dari orang lain atau
lingkunan sosialnya ( Keliat, B.A, 1996)
2. Stressor presipitasi
a. Stressor sosial budaya
Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan
dalam membina hubungan dengan orang lain, misalnya anggota
keluarga yang labil yang dirawat dirumah sakit.
b. Stressor psikologis
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intensitas
kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya
kemampuan individu untuk mengatasi masalah diyakini akan
menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan (menarik diri).
(Stuart & Sundeen, 1998). karena itu, bila sistem pendukungnya tidak
baik (koping keluarga tidak efektif) maka akan mendukung seseorang
memiliki harga diri rendah.
E. Pohon Masalah

Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Perubahan sensori persepsi: halusinasi

Defisit perawatan diri


Isolasi sosial

6
Harga diri rendah kronis

Koping individu tidak efektif Koping keluarga tidak efektif

Gambar 1.1
Sumber : Fitria (2009)

F. Batasan Karakteristik Isolasi Sosial

Batasan karakteristik pasien dengan isolasi sosial menurut Nanda - I,


(2012), dibagi menjadi dua, yaitu Objektif dan Subjektif :
1. Objektif
a. Tidak ada dukungan orang yang dianggap penting
b. Perilaku yang tidak sesuai dengan perkembangan
c. Efek tumpul
d. Bukti kecacatan
e. Ada di dalam subkultur
f. Sakit
g. Tindakan tidak berarti
h. Tidak ada kontak mata
i. Dipenuhi dengan pikiran sendiri
j. Menunjukkan permusuhan
k. Tindakan berulang
l. Efek sedih
m. Ingin sendirian
n. Tidak komunikatif
o. Menarik diri
2. Subjektif
a. Minat yang tidak sesuai dengan perkembangan
b. Mengalami perasan berbeda dari orang lain
c. Ketidak mampuan memenuhi harapan orang lain
d. Tidak percaya diri saat berhadapan dengan publik
e. Mengungkapkan perasaan yang didorong oleh orang lain
f. Mengungkapkan perasaan penolakan
g. Mengungkapkan tujuan hidup yang tidak adekuat
h. Mengungkapkan nilai yang tidak dapat diterima oleh kelompok kultural
yang dominan

G. Penatalaksanaan
1. Therapy Farmakologi

7
Electri Convulsive Therapi, (ECT) atau yang lebih dikenal dengan
elektroshock adalah suatu terapi psikiatri yang menggunakan energi
shock listrik dalam usaha pengobatannya. Biasanya ECT ditujukan untuk
terapi pasien gangguan jiwa yang tidak berespon kepada obat psikiatri
pada dosis terapinya.
2. Therapy Kelompok
Therapy kelompok merupakan suatu psikotherapy yang dilakukan
sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain
yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas
kesehatan jiwa. Therapy ini bertujuan memberi stimulasi bagi pasien
dengan gangguan interpersonal.
3. Therapy Lingkungan
Manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan sehingga aspek
lingkungan harus mendapatkan perhatian khusus dalam kaitannya untuk
menjaga dan memelihara kesehatan manusia. Lingkungan berkaitan erat
dengan stimulus psikologi seseorang yang akan berdampak pada
kesembuhan, karena lingkungan tersebut akan memberikan dampak baik
pada kondisi fisik maupun kondisi psikologis seseorang (Dermawan,
Deden 2013)

H. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan untuk pasien ini dirumuskan menjadi:
1. Isolasi sossial : menarik diri
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
3. Resiko gangguan sensorik persepsi : halusinasi (Towsend, 1998)

I. Rencana Tindakan Keperawatan

8
DIAGNOSA PERENCANAAN
KEPERAWATAN
TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI
ISOLASI SOSIAL TUM : 1. pasien mau menjawab 1. Membina
: Pasien dapat salam. hubungan saling
MENARIK DIRI bersosialisasi dengan 2. ada kontak mata. percaya.
orang lain 3. pasien mau berjabat tangan. 2. Membantu pasien
TUK : 4. pasien mau berkenalan mengenal
1. pasien dapat 5. pasien mau menjawab penyebab isolasi
membina pertanyaan perawat. sosial.
hubungan saling 6. pasien mau duduk 3. Membantu pasien
percaya. berdampingan dengan mengenal
2. pasien dapat perawat. manfaat
mengenal 7. pasien mau mengungkapkan berhubungan
penyebab isolasi perasaannya` dengan orang
sosial. lain.
3. pasien dapat 4. Membantu pasien
mengenal mengenal
manfaat kerugian tidak
berhubungan. berhubungan
4. pasien dapat dengan orang
mengenal lain.
kerugian tidak 5. Mengajarkan
berubungan pasien untuk
dengan orang berkenalan.
lain.
5. pasien dapat
berkenalan
dengan orang
lain.

J. STRATEGI PELAKSANAAN (SP) BERDASARKAN PERTEMUAN


a. SP 1 Pasien :
1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
pasien
2. Menilai kemampuan yang dapat dilakukan saat ini
3. Memilih kemampuan yang akan dilatih
4. Melatih kemampuan pertama yang dipilih
5. Memasukan jadwal kegiatan pasien
b. SP 2 Pasien :
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien (SP 1)
2. Melatih kemampuan kedua yang dipilih pasien
3. Melatih kemampan yang dipilih
4. Memasukan jadwal kegiatan pasien
c. SP 3 Pasien :
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien (SP 1 dan SP 2)
2. Melatih kemampuan ketiga yang dipilih pasien

9
3. Melatih kemampuan ketiga yang dipilih
4. Memasukan jadwal kegiatan pasien
d. SP 1 Keluarga :
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah
serta proses terjadinya
3. Menjelaskan cara merawat pasien dengan harga diri rendah
4. Bermain peran dalam merawat pasien HDR
5. Menyunsun RTL keluarga atau jadawal keluarga untuk
merawat pasien
e. SP 2 Keluarga :
1. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1)
2. Melatih keluarga merawat langsung pasien dengan harga diri
rendah
3. Menyunsun RTL keluarga atau jadawal keluarga untuk
merawat pasien
f. SP 3 Keluarga :
1. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1)
2. Evaluasi kemampuan pasien
3. Rencana tindak lanjut keluarga dengan follow up dan rujukan
4.

BAB III
ASUHANKEPERAWATAN
PADA Tn. M DENGAN ISOLASI SOSIAL MENARIK DIRI DI RUANG
KENARI RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG

1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. M
Umur : 29 Tahun
Alamat : Mojokerto
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Status : Lajang
Pekerjaan : Buruh
No.RM : 117586
Tanggal MRS : 22-07-2017
Tanggal Pengkajian : 07-08-2017
II. ALASAN MASUK
a. Data Primer :

10
“ Berbicara terus menerus, marah-marah tanpa sebab, ada bisikan
laki-laki.
b. Data Sekunder :
Perawat mengatakan Pasien dibawa ke Rumah Sakit karena alasan
marah, teriak, sulit tidur bicara sendiri, tertawa sendiri
c. Keluhan utama saat pengkajian :
“malas berbicar dengan orang lain”

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (FAKTOR PRESIPITASI)


Pasien dibawa ke Rumah Sakit karena alasan marah-teriak, sulit
tidur bicara sendiri, tertawa sendiri dari pernyataan perawat
pencetusnya diketahui karena mendengar bisikan laki-laki

IV. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU (FAKTOR PREDISPOSISI)


1. Gangguan jiwa di masa lalu :
Menurut peryataan perawat pasien mulai sakit sejak 10 tahun lalu
(2007) awalnya pasien terlihat berbicara sendiri dan banyak
melamun, pasien sakit setelah pulang dari pondok.
2. Faktor penyebab / pendukung
a. Riwayat trauma
No Usia Pelaku Korban Saksi
1. Aniaya Fisik 29 V - -
2. Aniaya Seksual - - - -
3. Penolakan - - - -
Kekerasan
4. - - - -
Dalam Keluarga
Tindakan
5. - - - -
Kriminal

Jelaskan :
“ pernah mengamuk tanpa alasan yang jelas”
Diagnosa Keperawatan : RPK
Diagnosa Keperawatan : Isolasi sosial, halusinasi
b. Percobaan bunuh diri :
-
Diagnosa Keperawatan : -
c. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan:
“Pernah meminta di belikan montor pada kakaknya namun
kakaknya menolak dan membuat sakit hati“
Diagnosa Keperawatan: Koping individu Tidak Efektif

11
d. Pernah mengalami penyakit fisik
YA
Jelaskan :
Dari pernyataan Perawat pasien memiliki riwayat epilepsi
Diagnosa Keperawatan: Resiko cedera
e. Riwayat penggunaan NAPZA
-
Diagnosa Keperawatan: -
3. Upaya yang dilakukan terkait kondisi diatas dan hasilnya:
pasien 2x masuk RSJ Lawang, mulai bulan maret 2017, pulang 7
April 2017 atas izin dokter, selama dirumah pasien tidak kontrol
karena saat pasien kontrol ke dokter saraf kondisi pasien tidak
membaik (robot). semenjak itu pasien dibawa berobat kealternatif.
Diagnosa Keperawatan: penatalaksanaan terapi
Kurang pengetahuan keluarga
4. Riwayat penyakit keluarga
Anggota keluarga yang gangguan jiwa ?
-
Hubungan dengan pasien : -
Riwayat pengobatan : -
Diagnosa Keperawatan: -

V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

29

Jelaskan :
Pasien merupakan anak ke– 2 dari 3 bersaudara, pasien dekat dengan
ayahnya, pasien tinggal dengan ibu dan adiknya, ayahnya merupakan
pengambil keputusan di keluarga, sebagai anak tertua di rumah Tn. M
yang paling di andalkan untuk membantu kegiatan di rumah maupun
membantu menjaga bisnis dagang orang tua, pasien jarang
berkomunikasi dengan keluarganya, pola asuh orang tua sabar
Diagnosa Keperawatan: -
2. Konsep Diri
a. Citra Tubuh
Pasien mengatakan bangga terhadap dirinya,puas terlahir sebagai
laki-laki , dan dari bentuk tubuh dan ukuran menurut pasien sesuai

12
dengan yang di inginkan. Fungsi anggota tubuh berfungsi secara
normal semuanya, potensi yang dimiliki pasien dapat mengabdikan
diri di pondok pesantren
b. Identitas Diri
Pasien merupakan anak kedua dari 3 bersaudara. Di lingkungan
tidak pernah mengikuti kegiatan masyarakat. Di pekerjaan tidak
terkaji
c. Peran
Pasien menjadi seorang anak dan kakak dari adiknya. Dan
membantu ibunya menjaga warung
d. Ideal Diri
“ saya ingin sembuh dari sakitnya dan bisa membantu ibunya
menjaga warung” pekerjaan : “saya ingin kembali mengajar
mengaji di pondo “, Lingkung : “ Saya berharap saat pulang bisa di
terima seperti orang normal”
e. Harga Diri
“Saya Malu bergaul dengan teman-temannya di RS”
Diagnosa Keperawatan : Harga Diri Rendah
3.Hubungan Sosial
a. Orang Pasien yang berarti/terdekat :
Dirumah : “ bapak saya”
Di Rumah Sakit : “tidak Ada”
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat dan hubungan
sosial
Di Rumah : “di rumah saya jarang keluar rumah”
Di RS :
pasien hanya tidur di kamar, jarang berinteraksi, dan banyak tidur.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Di rumah :“Saya malas berbicara dengan orang lain, enakkan di
kamar”
Di RS : “Lebih suka tidur dari pada bercakap-cakap dan tidak tahu
membicarakn apa setiap kali ingin berkumpul dengan teman-
temanya “
Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial : Menarik Diri
5. Spiritual
a. Agama
Sebelum Sakit : “selalu sholat 5 waktu, beerdzikir dan mengaji

13
Selama sakit : “ tidak pernah sholat “
b. Pandangan terhadap Gangguan Jiwa
Tidak tahu
Diagnosa Keperawatan : Kurangnya pengetahuan

VI. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan Umum: Baik ( Head to Toe )
2. Kesadaran (kuantitas)
Composmentis (4-5-6)
3. Tanda Vital:
TD :120/70 mmHg,
Nadi : 82x/menit,
Suhu : 36 ,8ºC.
RR : 20 x/menit.
4. Ukur :
BB : 60 kg
TB : 166 cm
6. Keluhan Fisik :
Tidak ada
Diagnosa Keperawatan :-
VII. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Penampilan pasien rapi, cara berpakaian sesuai, rambut terlihat
berantakan tanpa disisir , pasien terlihat berjalan secara normal,
ekspresi wajah datar, adanya kontak mata.
Diagnosa Keperawatan : defisit perawatan diri (Berhias)
2. Pembicaraan
Frekkuensi : lambat
Volume : Lembut
Jumlah : Sedikit
Karakter : Gagap
3. Aktivitas motorik/psikomotor
Hipokinesia,hipoaktivitas :
sering menyendiri, pasien terlihat lesu (tidak bersemangat)
Diagnosa Keperawatan: Intoleransi aktifitas
4. Mood dan Afek
a. Mood : Depresi
“saya kurang suka bergaul dan tidak tahu harus berbicara apa bila
bergaul”
“tidak memiliki teman dekat dan hanya mengenal beberapa orang
saja”
b. Afek : tidak sesuai

14
saat pengkajian klien mengatakan senang berkenalan, namun
ekspresi pasien datar.
Diagnosa Keperawatan: -
5. Interaksi selama wawancara :
kontak mata kurang
- pasien sering menunduk, pasien menjawab dengan singkat dan leoh
focus melihat yang lainnya
Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial

6. Persepsi sensori
a. Halusinasi
-
b. Ilusi
-
Diagnosa Keperawatan: -
7. Proses pikir
a. Arus pikir : Koheren
klien mampu menjawab pertanyaan perawat meski dalam kalimat
pendek
b. Isi pikir : -
c. Bentuk pikir
Realistik : -
Diagnosa Keperawatan: -
8. Kesadaran
Orientasi (waktu, tempat, orang) :
Waktu : mampu menyebutkan jam dan hari
Tempat : mampu mengetahui sekarang berada di RSJ dan diruang
Kenari
Orang : mampu menyebutkan ada dirinya dan perawat ruangan.
Menurun :
Kesadaran berubah yaitu gangguan pada relasi (hubungan), pasien
ketika diajak bercakap – cakap pasien terkadang focus klien msih bisa
beralih.
9. Memori : - (Tidak ada masalah dalam memori pasien)
10. Tingkat konsentrasi dan berhitung
a. Konsentrasi : Mudah Beralih

15
Jika pasien diajak ngobrol, apabila ada orang lewat pasien beralih
ke orang tersebut
b. Berhitung
Pasien mampu berhitung mulai mengkalkulasi penjumlahan
maupun pengurangan
15 X 20 = 300
Diagnosa Keperawatan : -
11. Kemampuan penilaian
-
Diagnosa Keperawatan : -
12. Daya tilik diri
-
Diagnosa Keperawatan : -
VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Kemampuan pasien memenuhi kebutuhan
- Perawatan kesehatan : ‘’pemenuhan perawatan kesehatan dibantu
oleh orang tua”
- Transportasi : “transpotasi difasilititasi oleh kedua orang tua”
- Tempat tinggal : “tinggal bersama orang tua dan adik”
- Keuangan dan kebutuhan lainnya : “dipenuhi oleh orang tua”

2. Kegiatan hidup sehari-hari


a. Perawatan diri
Mandi : mandi sehari 2 kali memakai sabun dan gosok gigi
Berpakaian : px mampu memakai pakaian sendiri dengan laya dan
cukup baik, pasien jarang menyisir rambut sehingga rambutnya
berantakkan dan setiap kali mandi pasien jarang mengganti
bajunya.
Makan : px makan 3x sehari, porsi makan di tentukan oleh perawat
dan pasien tidak memiliki pantangan makanan dan makanan selalu
habis.
Toileting : pasien mampu BAK dab BAB pada tempatnya dan
dibersihkan setelahnya.
Diagnosa Keperawatan : -
b. Nutrisi:
- Frekwensi makan dan frekwensi kudapan dalam sehari :
Pasien makan 3x sehari dengan nasi, lauk dan sayur
- Bagaimana nafsu makannya :
Nafsu makan baik
- Bagaimana berat badannya :
BB sebelum di rumah : 60 kg
BB saat di RS : 59.4 kg
Diagnosa keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

16
c. Tidur
1) Istirahat dan tidur
- Tidur siang, lama : 13.00 WIB s/d 15.00 WIB
- Tidur malam, lama : 19.00 WIB s/d 04.00
- Aktivitas sebelum / sesudah tidur : sesudah tidur mandi
Jelaskan :
Kegiatan sehari-harinya dihabiskan untuk tidur, Pagi hanya
senam dan melanjutkan istrirahat dan tida banyak kegiatan
selama di dalam kamar.
2) Gangguan tidur
-
Diagnosa Keperawatan : -
3.Kemampuan lain:
- Mengantisipasi kebutuhan hidup
Pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan hanya bisa membantu
orang tua.
- Membuat keputusan berdasarkan keinginannya
Pasien belum mampu mengambil keputusan dari pernyataan
perwat atau orang tua.
- Penggunaan obat
Pasien dibantu oleh keluarga bila tidak pasien tidak akan patuh
minum obat dan kontrol.
Diagnosa keperawatan : ketidakefektifan penatalaksanaan regimen
terapeutik

4. Sistem pendukung :
 Keluarga
Ya
 Terapis
Ya
 Teman Sejawat
-
 Kelompok Sosial
-
Jelaskan :
Pasien pernah menjenguk pasien di Rsj, pasien pernah di bawa ke
terapis (pengoibatan alternatif)

IX. Mekanisme koping:

17
“pernah meminta dibelikan montor namun tidak dibelikan namun tidak
di belikan sehingga pasien sakit hati”.
“saya jarang berbicara dengan orang lain hanya berdiam diri di kamar”
Diagnosa Keperawatan : koping individu inefektif

X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


 Masalah dengan dukungan kelompok
-
 Masalah berhubungan lingkungan
-
 Masalah dengan pendidikan
-
 Masalah dengan pekerjaan
;
 Masalah dengan perumahan
-
 Masalah dengan ekonomi
-
 Masalah dengan pelayanan kesehatan
Pelayan kesehatan Jauh dari rumah.
Diagnosa Keperawatan : -
XI. ASPEK PENGETAHUAN
“saya Tidak tahu”
Diagnosa Keperawatan: Kurangnya pengetahuan

XII. ASPEK MEDIS


 Diagnosa Medis
- Axis 1 : Schizophrenia Hebephrenic (F20.1)
- Axis 2 :-
- Axis 3 :-
- Axis 4 : Masalah Primary Suporrt
- Axis 5 : 40-31
 Terapi medik:
- Risperdal 2 mg(Resperidon) 1 0 1 (Per Oral)
- Ativan 2 mg (Lorazepam) 0 0 1 (Per Oral)
- Klobazam 10 mg tab 0 0 1 (Per Oral)

XIII. ANALISA DATA


NO. DATA DIAGNOSA
KEPERAWATAN

18
1. DS Isolasi Sosial : Menarik
Orang yang berarti/terdekat : Diri
Di Rumah Sakit : “tidak Ada”
“di rumah saya jarang keluar rumah”
“Saya malas berbicara dengan orang lain,
enakkan di kamar”
“Lebih suka tidur dari pada bercakap-
cakap dan tidak tahu membicarakn apa
setiap kali ingin berkumpul dengan teman-
temanya “

DO : “pasien hanya tidur di kamar” jarang


berinteraksi,dan banyak tidur.
kontak mata kurang, pasien
sering menunduk, pasien
menjawab dengan singkat
2. DS : Koping individu Tidak
“ pernah meminta motor tidak di Efektif
belikan montor namun tidak di
belikan sehingga pasien sakit
hati”. Kalau : “ saya hanya
berdiam diri di kamar”

DO : -
3. DS : Resiko cedera
Dari pernyataan Perawat pasien memiliki
riwayat epilepsi
Do:
4. DS : Pasien dibantu oleh keluarga bila tidak Ketidakefektifan
Penatalaksanaan
pasien tidak akan patuh minum obat dan
Regimen Terapeutik
kontrol.
5. DS : Harga Diri Rendah
“Saya Malu bergaul dengan teman-temannya
di RS”
DO :
6. DS : Kurangnya Pengetahuan
“ Saya tidak tahu akan penyakitnya dan
pengobatan “
DO: -
7. DS : “jarang menyisir rambut Defisit perawatan diri
DO : (berhias)

19
Rambut pasien acak-acakan
8. DS : RPK
“ pernah mengamuk tanpa alasan yang jelas”
Do:-

XIV. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Isolasi Sosial : Menarik Diri
2. Koping individu Tidak Efektif
3. Resiko Cedera
4. Ketidakefektifan Penatalaksanaan Regimen Terapeutik
5. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
6. Kurangnya Pengetahuan
7. Defisit perawatan diri (berhias)
8. RPK
XV. POHON MASALAH

Defisit Perawatan Diri: Berhias

Effect Intoleransi aktifitas

Core Problem Isolasi Sosial

Clausa Harga Diri Rendah Resiko Perilaku


Kekerasan

Koping Individu Penatalaksanaan


Tidak Efektif Terapi Tidak Efektif

Kurangnya Pengetahuan Kurangnya Pengetahuan


XVI. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN Keluarga
1. Isolasi Sosial : Menarik Diri
2. HDR
3. DPD

20
21
XVII. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
Nama : Tn. M
No. RM : 117586
Jenis kelamin : Laki-laki
Ruang : Kenari
Perencanaan
Tanggal Dx. keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Isolasi sosial : TUM : klien Setealah .....x 1.1 Bina hubungan salinng percaya Hubungan saling percaya
menarik diri dapat pertemnuan klien dengan : merupakan langkah awal
berinteraksi dapat menerima a. Sapa klien dengan ramah,
baik verbal maupun non untuk melakukan interaksi
dengan orang kehadiran perawat.
lain. Klien dapat verbal
mengungkapkan b. Perkenalakan diri dengan
TUK 1 : perasaan dan sopan
klien dapat c. Tanyakan nama lengkap
keberadaaannya
membina klien dan nama panggilan
saat ini secara
hubungan yang disukai klien
verbal:
saling percaya d. Jelaskan tujuan pertemuan
- Klien mau e. Buat kontrak intraksi yang
menjawab salam jelas
- Ada kontak mata f. Jujr dan tepati janji
- Klien mau g. Tunjukan sikap empati dan
berjabat tangan menerima klien apa adanya
- Klien mau h. Beri perhatian pada klien dan
berkenalan perhatikan keutuhan dasar

22
- Klien mau klien
menjawah
pertanyaan
- Klien mau
duduk
berdamping
dengan perawat
- Mau
mengungkapkan
perasaannya
TUK 2 : Setelah ....x 1.1 Tanyakan pada klienn tentang : Dengan mengetahui tanda-
Klien mampu interaksi klien a. orang yang tinggal serumah
tanda dan gejala, kiata
menyebutkan dapat menyebutkan atau teman sekamar klien
penyebab b. orang yang paling dekat dapat menentukan langkah
minimal satu
menarik diri penyebab menarik dengan klien di ruamah atau intervensi selanjutnya
diri dari yang di ruang keperawatan
c. Apa yang membuat klien
berasal dari :
- Diri sendiri dekat dengan orang tersebut
- Orang lain d. Orang yang tidak dekat
- Lingkungan dengan klien di rumah atau
di ruang keperawatann
e. Apa yang membuat klien
tidak dekat dengan orang
tersebut
f. Upaya yang sudah di
lakukan agar dekat dengan
orang lain

23
1.2 Kaji pengetahuan klien tentang
perilaku menarik diri dan tanda-
tandanya.
1.3 Diskusikan dengan klien
penyebab menarik diri atau tidak
mau bergaul dengan orang lain
1.4 Beri pujian terahadap
kemampuan klien
mengungkapkan perasaannya
TUK 3 : Setelah ....x intraksi 1.1 Kaji pengetahuan klien tentang Reinforcement dapat
klien mampu klien dapat manfaat dan keuntungan bergaul meningkatkan harga diri
menyebutkan menyebutkan dengan orang lain
keuntungan 1.2 Beri kesempatan pada klien klien
keuntungan
berhubungan berhubungan sosial, untuk mengungkapaka
sosial dan misalnya : perasaanya tentang keuntungan
kerugian - Banyak teman berhubungan dengan orang lain
menarik diri - Tidak kesepian 1.3 Diskusikan bersama klien
- Bisa diskusi tentang manfaat berhubungan
- Saling menolong dengan orang lain
1.4 Beri reincorforcement psoitif
terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaan
Setelah ... x intraksi
teantang keuntungan
klien dapat
berhubungan dengan orang lain
menyebutkan
1.5 Beri keempatan pada klien untuk
kerugian tidak
mengungkapakan perasaan
berhubungan
tentang kergian bila tidak

24
dengan orang lain berhubungan dengan orang lain
misal : 1.6 Diskusikan berama klien tentang
- Tidak punya kerugian tidak berhubungan
teman dengan orang lain
- Kesepian 1.7 Beri reinforcement positif
- Tidak ada terhadap keamampuan
temanya untuk mnegungkapkan perasaan
ngobrol tentang kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain

TUK 4 : Setelah ... x intraksi 1.1 Observasi perilaku klien saat Mengetahui sejauh mana
klien dapat klien dapat berhubungan dengan orang lain pengetahuan klien tentang
melaksanakan melaksanakan 1.2 Beri motivasi dan bantu klien
hubungan untuk berkenalan atau berhubnungan dengan
hubungn sosial
sosial secara secara bertahap : berkomunikasi dengan : orang lain
bertahap - Klien / perawat a. Klien – perawat
- Klien / perawat / b. Klien – perawat – perawat
perawat lain lain
- Klien / perawat / c. Klien – perawat – perawat
perawat lain / lain – klien lain
klien lain d. Klien – kelompok kecil
- Klien / e. Klien – keluarga/ kelompok /
kelompok kecil mbakyarakat
- Klien / 1.3 Beri reinforcement terhadap
keluarga / keberhasilan yang tealh dicapai
1.4 Bantu klien mengevaluasi
kelompok /
manfaat berhubungan dengan
mbakyarakat

25
orang lain
1.5 Motivasi dan libatkan klien
untuk mengikuti kehiatan terapi
aktivitas kelompok sosialisasi
1.6 Diskusikan jadwal kegiatan haria
yang dapat dilakukan klien
besosialisasi
1.7 Beri motivasi klien untul
melkukan kegiatan sesuai
dengan jadwal yang tealh
dMbakat
1.8 Beri pujian terhadap
kemampuan klien memperluas
pergauannya melalui aktivitas
yang dilaksanakan
TUK 5 : Setealah ...x 1.1 Dorong klien untuk Agar klien lebih percya diri
klien mampu inbtraksi klien mengungkapkan perasaannya untuk berhungungan
menjelaskan dapat setealahberhubungan dengan
perasaannya intraksi dengan orang lain
mengungkapakan orang lain / kelompok
setelah perasaan setelah 1.2 Diskusikan dengan klien
berhubungan berhubungna manfaat berhubungan dengan
sosial dengan orang lain orang lain
untuk : 1.3 Beri reinforcement positif atas
- diri sendiri kemampuann klien
- orang lain mengungkapkan perasaan
- kelompok manfaat berhubungan dengan
orang lain

26
TUK 6 : Setelah 2X kali 6.1 Diskusikan pentingya peran serta Agar klien leboh percaya
Klien mendapat pertemuan, keluarganay sebagai pendukung diri dan tau akibat tidak
dukungan keluarga dapat untuk mengatasi perilaku
berhubungan dengan orang
keluarga dalam menjelaskan : menarik diri
memperluas - pengertian 6.2 Diskusikan dengan anggota lain
hubyngan menarik diri keluarga tentang :
sosial - tanda dan gejala a. Perilaku menarik diri
menarik diri b. Tanda dan gejala menarik diri
- penyebab dan c. Penyebab perilaku meanrik
akibat menarik diri
diri d. Cara keluarga menghadapi
- cara merawat klien yang sedang menarik
klien menarik diri
diri 6.3 Diskusikan potensi keluarga
untuk membantu klien mengatasi
perilaku menarik diri
Setelah 2X 6.4 Latih keluarga cara merawat
pertemuan, klien menarik diri
keluarga dapat 6.5 Tanyakan perasaan keluarga
mempraktekkan setelah mencoba cara yang
cara merawat klien dilatihkan
menarik diri 6.6 Dorong anggota keluarga untuk
memberikan dukungan jepada
klien berkomunikasi dengan
orang lain
6.7 Anjurkan anggota keluarga untuk

27
secara rutin dan bergantian
mengunjungi klien minimal 1x
seminggu
6.8 Beri reinforcement atas hal-hal
yang tealah dicapai dan
keterlibatan keluarga merawat
klien di rumah sakit
TUK 7 : Setelah ...x 7.1 Diskusikan dengan klien tentang Minum obat dapat
Klien dapat interaksi klien manfaaat dan kerugian tidak menyembuhkan penyakit
memanfaatkan menyebutkan : minum obat, nama, warna, dosis,
klien
obat dengan - manfaat minum cara, efek terapi, dan efek
baik obat samping penggunaan obat.
- kerugian tidak 7.2 Pantau klien saat penggunaan
meminum obat obat
- nama, warna, 7.3 Anjurkan klien minta sendiri
dosis, efek obat pada perawat agar dapat
terapi, efek merasakan manfaatnya
samping obat 7.4 Beri pujian jika klien
menggunakan obat dengan benar
7.5 Diskusikan berhenti minum obat
Setelah...x tanpa konsultasi dengan dokter
interaksi klien 7.6 Anjurkan klien untuk konsultasi
mendemonstrasikan kepada dokter atau perawat jika
penggunaan obat terjadi hal-hal yang tidak
dengan benar diinginkan

28
Setelah ...x
interaksi klien dapt
menyebutkan
akibat berhenti
minum obat tanpa
konsultasi dokter

29
DOKUMENTASI HASIL ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

Nama : Tn. M
Jenis kelamin : Laki-laki
Ruang : Kenari
No. RM : 076886
Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial
TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI

Tanggal : 08 Agustus Jam : 10.00 WIB


2017

Kondisi Pasien :
Data Subjektif :
-pasien mengatakan tidak suka bergaul
-pasien mengatakan tidak suka banyak
berbicara

Data Objektif :
-pasien apatis
-ekspresi wajah kurang berseri
-selalu menyendiri
-aktifitas menurun
-kurang energi
-kurang spontan

Data / Keluhan :
-

Kemampuan :
-

Diagnosa :
Isolasi Sosial

Tindakan :
S (Subjective) :
1. Bina hubungan saling percaya “Pagi. Nama saya M. Biasa dipanggil L.”

2. Membantu pasien mengidentifikasikan “Karena saya malas berbicara terlalu


penyebab dan tanda isolasi sosial. banyak”

3. Membantu pasien mengidentifikasikan

30
manfaat berhubungan dengan orang “kita bisa berbagi cerita, berbagi ilmu,
lain. banyak teman, bercanda dengan teman”

4. Membantu pasien mengidentifikasikan “Tidak ada teman berbagi cerita, tidak


kerugian bila tidak berhubungan bisa berbagi ilmu, tidak punya teman,
dengan orang lain. jadinya makin stres”.

5. Melatih pasien berkenalan dengan “Nama saya M, panggilan L, asal


menyebutkan nama lengkap, nama Mojokerto, hobi main bola.
panggian,asal dan, hobi.

6. Membuat jadwal kegiatan harian O (Objective) :


pasien. - Kontak mata kurang
- Pasien menunduk selama interaksi
- Fokus perhatian kurang
- Pasien lesu dan kurang bergairah

A (Analyze) :
- Pasien mampu mengenali tanda
dan penyebab isolasi sosial.
- Pasien mampu menyebutkan
manfaat berhubungan dengan
orang lain
- Pasien mampu menyebutkan
kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain.
- Pasien memahami lebih banyak
keuntungaan yang didapat dari
berhubungan dengan orang lain
- Pasien mampu berkenalan dengan
perawat

P (Planning) :
Perawat :
- Perawat mengevaluasi Sp 1
- Membantu pasien untuk
berkenalan dengan perawat lain
(orang ke-2)
- Membuat jadwal kegiatan harian.
Pasien :
- Mendemonstrasikan cara
berkenalan dengan menyebutkan
nama lengkap, nama panggilan,

31
asal, hobi dengan orang ke-2
- Melakukan kegiatan harian yang
sudah dibuat jadwalnya oleh
perawat
Tanggal : 09 Agustus
Jam : 11.00 WIB
2017

Kondisi Pasien :
Pasien mengenali perilaku isolasi sosial
(tanda, penyebab, keuntungan
berinteraksi dan kerugian tidak
berinteraksi)

Data / Keluhan :
Pasien masih harus dibimbing perawat
saat berkenalan.

Kemampuan :
Pasien mampu mendemonstrasikan cara
berkenalan dengan perawat (orang
pertama)

Diagnosa :
Isolasi Sosial

Tindakan :
1. Memotivasi pasien untuk
mendemonstrasikan cara S (Subjective) :
berkenalan dengan menyebutkan “Pagi..”
nama lengkap, nama panggilan, “Saya M M, dipanggilnya L..”
asal dan hobi kepada perawat “Asalnya Mojokerto..”
(orang ke-2) “Hobi saya main bola”

2. Memberi pujian positif setelah O (Objective) :


pasien mendemonstrasikan - Kontak mata sudah ada
berkenalan dengan perawat - Pasien lebih bersemangat
(orang ke-2) - Pasien kooperatif
3. Memasukkan latihan berkenalan - Fokus perhatian ada
ke dalam jadwal kegiatan harian
pasien
A (Analyze) :
- Pasien mampu
mendemonstrasikan cara

32
berkenalan dengan perawat lain
(orang ke-2)

P (Planning) :
Perawat :
- Mengevaluasi SP2
- Memotivasi pasien untuk
berkenalan dengan perawat lain
dan pasien lain (2 orang atau
lebih)
- Memasukkan latihan berkenalan
ke dalam jadwal harian pasien

Pasien :
- Mendemonstrasikan cara
berkenalan secara langsung
dengan perawat (orang ke-2)

Tanggal : 10 Agustus Jam : 11.00WIB


2017

Kondisi Pasien :
- Kontak mata sudah ada
- Pasien lebih bersemangat
- Pasien kooperatif
- Fokus perhatian ada

Data / Keluhan :
Pasien masih harus diingatkan untuk
latihan berkenalan sesuai dengan jadwal
yang sudah dibuat

Kemampuan :

33
Pasien mampu mendemonstrasikan cara
berkenalan dengan perawat lain (orang
ke-2)

Diagnosa :
Isolasi Sosial

Tindakan :
1. Memotivasi pasien untuk S (Subjective) :
mendemonstrasikan cara “Pagi..”
berkenalan dengan perawat lain “Saya M M, dipanggilnya L..”
dan pasien lain (orang ke-2 dan “Asalnya Mojokerto..”
orang ke-3) “Hobi saya main bola”
2. Beri pujian positif setelah pasien
mendemonstrasikan berkenalan
3. Masukkan dalam jadwal kegiatan
harian pasien “senang sudah berinteraksi..”
4. Motivasi pasien untuk
mengungkapkan perasaannya O (Objective) :
setelah berinteraksi - Pasien kooperatif
- Pasien sudah berfokus pada
perawat
- Pasien sudah mau berinteraksi

A (Analyze) :
- Pasien mampu berinteraksi
dengan lebih baik
- Pasien mampu
mendemonstrasikan berkenalan
dengan perawat (orang ke-2) dan
pasien lain (orang ke-3) secara
mandiri
- Pasien mampu mengungkapkan
perasaannya setelah berinteraksi

P (Planning) :
Perawat :
- Mengevaluasi SP3
- Memotivasi pasien untuk
mendemonstrasikan berkenalan
dengan teman lainnya dalam
kelompok kecil
- Memasukkan latihan berkenalan

34
dalam jadwal kegiatan harian

Pasien :
- Mendemonstrasikan berkenalan
dengan teman lainnya dalam
kelompok kecil
- Melakukan latihan berkenalan
sesuai dengan kegiatan jadwal
kegiatan harian

BAB IV

35
PEMBAHASAN

Berdasarkan teori Isolasi Sosial : Menarik Diri yang telah dijelaskan didalam
tinjauan pustaka dan studi kasus pada Tn. M dengan Isolasi Sosial yang berada
diruangan Kenari di dapatkan data sebagai berikut:

Aspek Teori Kasus kelolaan


Definisi Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang Pasien mengatakan
menemukan kesulitan dalam membina tidak ingin
hubungan dan menghindari interaksi dengan bersosialisasi dengan
orang lain secara langsung yang dapat bersifat orang lain
sementara atau menetap.

Pasien memiliki ciri-ciri isolasi sesuai dengan definisi Isolasi sosial yaitu
pasien mengalami kesulitan dalam membina hubungan dan menghindari
interaksi dengan orang lain secara langsung yang dapat bersifat sementara
atau menetap.
Tanda dan  Menyendiri di ruangan Pasien sering
 Tidak berkomunikasi, menarik diri, tidak
gejala menyendiri, melamun,
ada kontak mata
kontak mata tidak ada
 Sedih, efek datar
 Perhatian dan tindakan yang tidak sesuai
dengan perkembangan usianya
 Mengekspresikan penolakan atau kesepian
kepada orang lain
 Kontak mata kurang/tidak mau menatap
lawan bicara
 Pasien cenderung menarik diri dari
lingkungan pergaulan, suka melamun,
berdiam diri

36
Berdasarkan tanda dan gejala dari teori yang ditemukan di atas, pasien
memiliki tanda gejala Isolasi sosial. Hal ini membuktikan pasien
mengalami Isolasi sosial.
Faktor Factor predisposisi adalah factor resiko yang Faktor pasien
predisposisi mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang mengalami isolasi sosial
dapat dibangkitkan oleh individu untuk adalah karena pasien
mengatasi stress. Factor predisposisi dapat mengalami gangguan
meliputi: pada perkembangan
 Faktor perkembangan hubungan sosial yang
 Faktor sosio kultur biokimia buruk (koping
 Faktor psikologis, dan
 Faktor genetic maladaptif)
Berdasarkan faktor predisposisi yang ada. Hal ini sudah membuktikan
pasien memiliki faktor yang memang dimiliki oleh pasien dengan Isolasi
sosial
Sumber Suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan Kemampuan personal
koping strategi seseorang. Individu dapat mengatasi : jika ada masalah
stress dan ansietas dengan menggunakan pasien tidak mau
sumber koping yang ada di lingkungan. bercerita kepada
Dukungan social dan keyakinan budaya dapat siapapun dan lebih
membantu seseorang dapat mengintegrasikan banyak di pendam
pengalaman yang menimbulkan stress dan sendiri.
mengadopsi strategi koping yang efektif Dukungan sosial :
pasien tidak pernah
bercerita tentang
masalahnya kepada
pasien lain tetapi
kadang temannya
kadang bertanya tetapi
tidak di jawab.
Keyakinan positif :
Pasien memiliki

37
kemauan untuk sembuh
dan cepat pulang.
Dapat disimpulkan bahwa pasien memiliki keyakinan positif yang dapat
memotivasi pasien untuk melakukan usaha untuk sembuh
Mekanisme Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang Mekanisme koping
koping diharapkan pada pengendalian stress, upaya yang di gunakan Tn. M
penyelesaian masalah secara langsung dan adalah maladaptive
mekanisme pertahanan lain yang digunakan terbukti pasien tidak
untuk melindungi diri. pernah bersosialisasi
dengan orang lain dan
marah serta mengamuk
jika ada yang
mengganggunya

Mekanisme koping pasien adalah maladaptive

Dari pengkajian yang telah di lakukan, gangguan yang paling menonjol adalah Isolasi
Sosial

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

38
Setelah membandingkan teori dan pelaksanaan asuhan keperawatan
pada Tn. M dengan Isolasi Sosial. Dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat persamaan antara teori dasar Isolasi Sosial dengan pasien
kelolaan Isolasi Sosial baik secara definisi, tanda dan gejala, factor
predisposisi, sumber koping, maupun mekanisme koping.
2. Membina hubungan saling percaya dengan pasien Isolasi Sosial
merupakan tindakan utama yang harus dilakukan oleh perawat dalam
melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan Isolasi Sosial
3. Terapi aktifitas kelompok Sosialisasi dapat membantu pasien dalam
bersosialisasi dengan orang lain selama di rumah sakit
4. Melatih pasien berkenalan dan berinteraksi dengan orang lain secara terus
menerus penting dilakukan untuk mengatasi Isolasi Sosial

B. Saran
Dari kesimpulan diatas kami menyarankan sebagai berikut:
1. Dalam memberikan asuhan keperawatan Isolasi Sosial hendaknya
hubungan saling percaya dilakukan secara bertahap, mulai dari perawat
kemudian perawat lain serta pada pasien lainnya
2. Kontrak yang dibuat bersama pasien hendaknya dilakukan secara
konsisten
3. Terapi aktivitas kelompok Sosialisasi hendaknya dilakukan secara teratur
4. Memberikan reinforcement positif setiap melakukan kegiatan

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 6.Alih
Bahasa: Yasmin Asih. Jakarta: EGC

Keliat, B. A.1999.Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta: EGC

Keliat, Budi Anna, dkk. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN
(Basic Course). Jakarta : EGC

Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba
Medika

39
Nita Fitria. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan untuk 7 Diagnosis Keperawatan
Jiwa Berat. Jakarta: Salemba Medika.

Rawlins, R.P. & Patricia Evans Heacock. 1993.Clinical Manual of Psychiatric


Nursing.2 nd Edition.Mosby Year Book, St. Louis.

Stuart dan Sundeen . 2005 . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC .

Stuart, G.W. & Michele T. Laraia. 1998.Principles and Practice of Psychiatric


Nursing.6 th Edition. Mosby Company, St. Louis.

Stuart, Gail W & Lararia. 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta EGC

Towsend, Mary C., 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Psikiatri Untuk
Pembuatan Rencana Keperawatan. Alih Bahasa: Novy Helena C.D., Edisi 3.
Jakarta: EGC

Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Diagnosis NANDA,


Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC

40

Anda mungkin juga menyukai