Anda di halaman 1dari 12

Stuktur dan Mekanisme Ginjal

Ratna Silvia Septianingtyas

102012180

Universitas Kristen KridaWacana

Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11470


Email : ratnasisil@gmail.com

Pendahuluan
Didalam tubuh kita, terdapat sepasang ginjal yang berbentuk seperti kacang merah.
Ginjal berwarna merah keunguan. Kedua ginjal tersebut terletak disebelah kiri dan kanan
ruas tulang pinggang di dalam rongga perut. Ginjal kiri terletak agak lebih tinggi dari ginjal
kanan, karena hati menduduki ruang banyak di sebelah kanan. Urin yang dihasilkan dari
ginjal akan disalurkan dan diekskresikan melalui ureter, vesika urinaria, dan urethra yang
nantinya akan di buang keluar tubuh sebagai air kencing. Tujuan makalah ini dibuat adalah
untuk membahas tentang struktur makrokospik dan mikrokospik ginjal, fungsi ginjal,
mekanisme kerja ginjal, dan saluran penyalur urin hingga urin dikeluarkan dari tubuh .
Dengan harapan setelah mendapat perbekalan yang cukup para pembaca dapat mengerti
tentang ginjal.

Struktur Makrokospik Sistem Pencernaan

Gambar 1. Makroskopis Ginjal.1

1
Ginjal
Ginjal terletak pada dinding posteroir abdomen, terutama di daerah lumbal, di sebelah
kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus lapisan lemak yang tebal, dibelakang peritoneum,
dan karena itu diluar rongga peritoneum. Kedudukan ginjal dapat diperkirakan dari belakang,
mulai dari ketinggian vertebra torakalis terakhir sampai vertebra lumbalis ketiga.
Setiap ginjal panjangnya 6 sampai 7 ½ cm, dan tebalnya 1 ½ sampai 2 ½ cm. Pada
orang dewasa beratnya kira-kira 140gram. Bentuk ginjal seperti biji kacang dan sisi dalamnya
atau hilum menghadap ke tulang punggung. Sisi luarnya cembung. Pembuluh-pembuluh
ginjal semuanya masuk dan keluar pada hilum. Diatas setiap ginjal menjulang sebuah
kelenjar suprarenal. Ginjal kanan lebih pendek dan lebih tebal dari yang kiri.1
Setiap ginjal dilingkupi kapsul titips dari jaringan fibrosa yang rapat
membungkusnya, dan membentuk pembungkus yang halus. Ren mempunyai selubung
sebagai berikut:
1. Capsula fibrosa: meliputi dan melekat dengan erat pada permukaan luar ren.
2. Capsula adipose: meliputi capsula fibrosa.
3. Fascia renalis: merupakan kondensasi jaringan ikat yang terletak di luar capsula
adipose serta meliputi ren dan glandula suprarenalis. Di lateral fascia ini melanjutkan
diri sebagai fascia transversalis
4. Corpus adiposum pararenale: terletak di luar fascia renalis dan sering didapatkan
dalam jumlah besar. Corpus adiposum pararenale membentuk sebagian lemak
retroperitoneal.
Di dalamnya terdapat struktur-strukur ginjal. Warnanya ungu tua dan terdiri atas
bagian korteks di sebelah luar, dan bagian medula disebelah dalam. Bagian medula ini
tersusun atas 15-16 massa berbentuk piramid, yang disebut piramis ginjal. Puncak-pun
caknya langsung mengarah ke hilum dan berakhir di kalises. Kalises ini menghubungkannya
dengan pelvis ginjal.1

Ureter
Saluran ginjal (ureter) berbentuk seperti pipa yang sedikit memipih, dengan diameter
4-7 mm. Panjangnya bervariasi, sekitar 30cm pada pria dan 29cm pada wanita. Lumen ureter
berbentuk celah sempit dan mempunyai penampilan seperti bintang karena lapisan
mukosanya terlipat secara longitudinal. Gerak peristaltik mendorong urine melalui ureter.
Kedua ureter menembus dinding kandung kemih sepanjang 2cm di dalam kandung kemih dan
berakhir pada suatu celah sempit yang disebut ostium ureter. Jika aliran urine terhalang, otot-
2
otot ureter di atas tempat penyumbatan akan ceoat berhipertrofi. Selama proses kehamilan,
ureter dapat melebar dan memanjang. Ureter memiliki persarafan sensoris.

Vesika urinaria (kandung kemih)


Vesika urinaria pada orang dewasa terletak di panggul kecil di bawah rongga perut di
belakang tulang-tulang kemaluan. Pada bayi yang baru lahir, kandung kemih letaknya lebih
tinggi daripada tulang-tulang kemaluan. Kedua ureter memasuki kandung kemih dibagian
dasar. Jika kandung kemih mengandung urine sebanyak kira-kira 350mL atau lebih, terasa
keinginan untuk buang air kecil.

Uretra
Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urine keluar dari buli-buli melalui
proses miksi. Pada pria organ ini berfungsi juga dalam menyalurkan cairan mani. Uretra ini
diperlengkapi dengan spingter uretra interna yang terletak pada perbatasan buli-buli dan
uretra, dinding terdiri atas otot polos yang disyarafi oleh sistem otonomik dan spingter uretra
eksterna yang terletak pada perbatasan uretra anterior dan posterior, dinding terdiri atas otot
bergaris yang dapat diperintah sesuai dengan keingian seseorang. Panjang uretra dewasa ±
23-25 cm.3
Secara anatomis uetra terdiri dari dua bagian yaitu uretra posterior dan uretra anterior.
Kedua uretra ini dipisahkan oleh spingter uretra eksternal. Uretra posterior pada pria terdiri
atas uretra pars prostatika yaitu bagian uretra yang dilingkupi oleh kelenjar prostat, dan uretra
pars membranasea. Dibagian posterior lumen uretra prostatika terdapat suatu tonjolan
verumontanum, dan disebelah kranial dan kaudal dari verumontanum ini terdapat krista
uretralis. Bagian akhir dari vasdeferen yaitu kedua duktus ejakulatorius terdapat dipinggir
kanan dan kiri verumontanum, sedangkan sekresi kelenjar prostat bermuara didalam duktus
prostatiks yang tersebar di uretra prostatika.
Uretra anterior adalah bagian uretra yang dibungkus oleh korpus spongiosum penis.
Uretra anterior terdiri atas: 1. Pars bulbosa, 2. Pars pendularis, 3. Fossa navikulare, dan 4.
Meatus uretra eksterna. Didalam lumen uretra anterior terdapat beberapa muara kelenjar yang
berfungsi dalam proses reproduksi, yaitu kelenjar Cowperi berada didalam diafragma
urogenitalis bermuara diuretra pars bulbosa.3
Ginjal diperdarahi oleh a.renalis. perjalanan vaskularisai ginjal dapat diuraikan sebagai
berikut:3

3
1. Arteri Renalis ,cabang aorta abdominalis setinggi vertebra lumbal 1-2. A. renalis
kanana lebih panjang daripada a. renalis kiri karena haru menyilang v. cava
inferior di belakangnya. A. renalis mauk ke dalam ginjal melalui hillus renalis dan
mempercabangkan dua cabang besar. Cabang yang pertama berjalan ke depan
ginjal dan mendarahi ginjal bagian depan. Sedangkan cabang yang kedua berjalan
ke belakang ginjal dan mendarahi ginjal bagian belakang. Cabang yang menuju ke
bagian depan ginjal lebih panjang dari pada cabang yang menuju bagian belakang
ginjal. Kedua cabang a. renalis bagian depan dan bagian belakang akan bertemu di
lateral, pada garis tengah ginjal atau diebut garis Broedel. Pembedahan ginjal di
lakukan pada garis Broedel karena perdarahannya minimal. Arteri renalis berjalan
di antara lobu ginjal dan bercabang menjadi a. interlobari
2. A. interlobaris, pada perbatasan cortex dan medulla akan bercabang menjadi
a.arcuata yang akan mengelilingi cortex dan medulla, sehingga disebut
a.arciformis.
3. A. arcuata yang kemudian mempercabangkan a. interlobulari dan berjalan sampai
tepi ginjal (cortex) kemudian mempercabangkan vasa afferens di glomerolus, dan
dalam glomerolus membentuk anyaman/ pembuluh kapiler, sebagai vasa efferens.
4. A. interlobularis
Pembuluh balik pada ren mengikuti nadinya mulai permukaan ginjal sebagai kapiler
dan kemudian berkumpul ke dalam v. interlobaris atau vena stellatae. Dari v. interlobularis
bergabung V. arcuata, lalu menuju v. interlobaris, menuju v. renalis, dan berakhir di V. Cava
inferior.

Struktur Mikrokospik Sistem Pencernaan


Ginjal pada dasarnya dapat dibagi dua daerah, yaitu : Kortek (luar) dan Medulla
(dalam). Kortek meliputi daerah antara dasar malfigi piramid yang juga disebut piramid
medula hingga ke daerah kapsula ginjal. Daerah kortek diantara piramid tadi membentuk
suatu kolum disebut Kolum Bertini Ginjal. Pada potongan ginjal yang masih segar, daerah
kortek terlihat bercak merah yang kecil (petikhie) yang sebenarnya merupakan kumpulan
vaskuler khusus yang terpotong, kumpulan ini dinamakan renal korpuskle atau badan
malphigi.
Kortek ginjal terdiri atas nefron pada bagian glomerulus, tubulus konvulatus
proksimalis, tubulus konvulatus distalis. Sedangkan pada daerah medula dijumpai sebagian
besar nefron pada bagian loop of Henle’s dan tubulus kolektivus. Setiap ginjal mempunyai

4
satu sampai empat juta filtrasi yang fungsional dengan panjang antara 30-40 mm yang
disebut nefron.4

Gambar 1. Mikroskopik Ginjal. 4

Nefron
Struktur halus ginjal terdiri atas banyak nefron yang merupakan satuan-satuan
fungsionil ginjal, diperkirakan ada 1.000.000 nefron dalam setiap ginjal.1 Setiap nefron,
tersusun oleh badan malpighi dan saluran panjang (tubulus) yang bergulung. Badan malpighi
tersusun oleh glomerulus dan kapsula bowman. Glomerulus merupakan anyaman pembuluh
kapiler darah sebagai lanjutan dari arteri ginjal. Kapsula bowman merupakan bangunan
seperti mangkuk, yang didalamnya berkumpul darah halus glomerulus. Saluran lanjutan dari
kapsula bowman adalah tubulus.
Tubulus merupakan saluran-saluan panjang bergelendung dan dikelilingi oleh
pembuluh-pembuluh kapiler darah. Tubulus yang letaknya dekat dengan badan malpighi
disebut tubulus proksimal, sedangkan tubulus yang letakmya jauh dari badan malpighi
disebut tubulus distal. Tubulus proksimal dan tubulus distal dihubungkan oleh lengkung
henle. Lengkung henle ini berupa pembuluh menyerupai leher angsa yang turun ke arah
medula ginjal kemudian naik kembali manuju korteks ginjal. Bagian akhir dari tubulus ginjal
adalah saluran pengumpul yang terletak di medula ginjal. Medula ginjal merupakan tempat
berkumpulnya pembuluh-pembuluh halus dari kapsula bowman. Pembuluh-pembuluh halus
tersebut mengalirkan urin ke saluran yang lebih besar dan bermuara di pelvis ginjal.
Kemudian urin dialirkan melalui saluran ginjal (ureter) dan ditampung di dalam kantung
kemih (vesika urinaria). Jika kantung kemih mengandung banyak urin, dinding kantung
tertekan sehingga otot melingkar pada pangkal kantung merengang. Akibat merengangnya
otot melingkar tersebut, timbul rasa inginbuang air kecil. Selanjutnya, urin dikeluarkan
melalui saluran kemih (uretra).2

Glomerulus
5
Glomerulus adalah gulungan kapiler yang dikelilingi kapsul epitel berdindin ganda
disebut kapsula bowman.Glomerulus dan kapsula bowman bersama-sama membentuk sebuah
korpuskel ginjal.Ada 2 lapisan yaitu lapisan visceral dan lapisan parietal.Lapisan visceral
kapsula bowman adalah lapisan internal epithelium.Sel-sel lapisan visceral dimodifikasi
menajdi podosit yaitu sel-sel epitel khusus disekitar kapiler glomerulus.Lapisan parietal
kapsul bowman membentuk tepi terluar korpuskel ginjal.Ada 2 kutup yaitu kutub vascular
korpuskel ginjal dan kutub urinarius korpuskel ginjal.

Tubulus Kontortus Prokimalis


Struktur ini merupakan segmen berkelok-kelok, yang bagian awal dari tubulus ini
panjangnya dapat mencapai 14 mm dengan diameter 57-60 m. Tubulus kontortus proksimalis
biasanya ditemukan pada potongan melintang kortek yang dibatasi oleh epithel selapis kubis
atau silindris rendah, dengan banyak dijumpai mikrovilli yang panjangnya bisa mencapai 1,2
m dengan jarak satu dengan yang lainnya 0.03 m. Karakteristik dari tubulus ini ditemukan
apa yang disebut Brush Border, dengan lumen yang lebar dan sitoplasma epithel yang jernih.5

Loop of Henle’s
Loop of Henle’s banyak dijumpai di daerah medula dengan diameter bisa mencapai
15 m. Loop of henle’s berbentuk seperti huruf “U” yang mempunyai segmen tebal dan diikuti
oleh segmen tipis. Pada bagian desenden mempunyai lumen yang kecil dengan diameter 12 m
panjang 1-2 mm, sedangkan bagian asenden mempunyai lumen yang agak besar dengan
panjang 9 mm dengan diameter 30 m.
Epithel dari Loop of Henle’s merupakan peralihan dari epithel silindris rendah / kubus
sampai squomus, biasanya pergantian ini terdapat di daerah sub kortikal pada medula, tapi
bisa juga terjadi di daerah atas dari Loop of Henle’s.

Tubulus Kontortus Distalis


Perbedaan struktur histologi dengan Tubulus Kontortus proksimalis antara lain : Sel
epithelnya besar, mempunyai brush border, lebih asidofil, potongan melintang pada tempat
yang sama mempunyai epithel lebih sedikit, Tubulus Kontortus distalis : Sel epithel lebih
kecil dan rendah, tidak mempunyai brush border, kurang asidofil, lebih banyak epithel pada
potongan melintang.
Sepanjang perjalanan pada kortek, tubulus ini mengadakan hubungan dengan katup
vaskuler badan ginjal dari nefronnya sendiri yakni dekat dengan anteriole aferent dan eferent.
6
Pada tempat hubungan ini, tubulus distalis mengadakan modifikasi bersama dengan arteriola
aferens. Segmen yang mengadakan modifikasi bersama dengan arteriola aferens. Segmen
yang mengadakan modifikasi ini pada mikroskop cahaya tampak lebih gelap ini disebabkan
dekatnya dengan inti disebut : Makula dense.

Tubulus kolektivus
Tubulus kolektivus merupakan lanjutan dari nefron bagian tubulus konvulatus distalis
dan mengisi sebagian besar daerah medula. Tubulus kolektivus bagian depan mempunyai
lumen yang kecil berdiameter sekitar 40 m dengan panjang 20-22 mm. Lumennya dilapisi
epithel kubis selapis, sedangkan tubulus kolektivus bagian belakangnya sudah berubah
menjadi bentuk silindris dengan diameter 200 m, panjangnya mencapai 30-38 mm.5

Mekanisme Pembentukan Urin di Ginjal


Darah di dalam ginjal akan mengalami proses penyaringan atau filtrasi. Proses
penyaringan terjadi dalam glomerulus. Darah yang terdapat dalam glomerulus mengandung
air, garam , gula, urea dan zat-zat yang akan di saring.

Filtrasi Glomerulus
Darah yang masuk ke dalam nefron melalui arteriol aferen dan selanjutnya menuju
glomerulus akan mengalami filtrasi, tekanan darah pada arteriol aferen relatif cukup tinggi
sedangkan pada arteriol eferen relatif lebih rendah, sehingga keadaan ini menimbulkan filtrasi
pada glomerulus. Cairan filtrasi dari glomerulus akan masuk menuju tubulus, dari tubulus
masuk kedalam ansa henle, tubulus distal, duktus koligentes, pelvis ginjal, ureter, vesica
urinaria, dan akhirnya keluar berupa urine. Membran glomerulus mempunyai ciri khas yang
berbeda dengan lapisan pembuluh darah lain, yaitu terdiri dari: lapisan endotel kapiler,
membrane basalis, lapisan epitel yang melapisi permukaan capsula bowman. Permiabilitas
membarana glomerulus 100-1000 kali lebih permiabel dibandingkan dengan permiabilitas
kapiler pada jaringan lain.6
Laju filtrasi glomerulus (GFR= Glomerulus Filtration Rate) dapat diukur dengan
menggunakan zat-zat yang dapat difiltrasi glomerulus, akan tetapi tidak disekresi maupu
direabsorpsi oleh tubulus. Kemudian jumlah zat yang terdapat dalam urin diukur persatuan
waktu dan dibandingkan dengan jumlah zat yang terdapat dalam cairan plasma.

Pengaturan GFR (Glomerulus Filtration Rate)


7
Rata-rata GFR normal pada laki-laki sekitar 125 ml/menit. GFR pada wnita lebih
rendah dibandingkan pada pria.Factor-faktor yang mempengaruhi besarnya GFR antara lain
ukuran anyaman kapiler, permiabilitas kapiler, tekanan hidrostatik, dan tekanan osmotik yang
terdapat di dalam atau diluar lumen kapiler. Proses terjadinya filtrasi tersebut dipengaruhi
oleh adanya berbagai tekanan sebagai berikut:
a. Tekanan kapiler pada glomerulus 50 mm HG
b. Tekanan pada capsula bowman 10 mmHG
c. Tekanan osmotic koloid plasma 25 mmHG.
Ketiga faktor diatas berperan penting dalam laju peningkatan filtrasi. Semakin tinggi
tekanan kapiler pada glomerulus semakin meningkat filtrasi dan sebaliknya semakin tinggi
tekanan pada capsula bowman.serta tekanan osmotic koloid plasma akan menyebabkan
semakin rendahnya filtrasi yang terjadi pada glomerulus.6

Komposisi Filtrat Glomerulus


Dalam cairan filtrate tidak ditemukan eritrosit, sedikit mengandung protein (1/200
protein plasma). Jumlah elektrolit dan zat-zat terlarut lainya sama dengan yang terdapat
dalam cairan interstitisl pada umunya. Dengan demikian komposisi cairan filtrate glomerulus
hampir sama dengan plasma kecuali jumlah protein yang terlarut. Sekitar 99% cairan filtrate
tersebut direabsorpsi kembali ke dalam tubulus ginjal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju filtrasi glomerulus :
a. Tekanan glomerulus: semakin tinggi tekanan glomerulus semakin tinggi laju filtrasi,
semakin tinggi tekanan osmotic koloid plasmasemakin menurun laju filtrasi, dan semakin
tinggi tekanan capsula bowman semakin menurun laju filtrasi.
b. Aliran dara ginjal: semakin cepat aliran daran ke glomerulussemakin meningkat laju
filtrasi.
c. Perubahan arteriol aferen: apabial terjadi vasokontriksi arteriol aferen akan
menyebabakan aliran darah ke glomerulus menurun. Keadaan ini akan menyebabakan
laju filtrasi glomerulus menurun begitupun sebaliknya.
d. Perubahan arteriol efferent: pada kedaan vasokontriksi arteriol eferen akan terjadi
peningkatan laju filtrasi glomerulus begitupun sebaliknya.
e. Pengaruh perangsangan simpatis, rangsangan simpatis ringan dan sedang akan
menyebabkan vasokontriksi arteriol aferen sehingga menyebabkan penurunan laju filtrasi
glomerulus.

8
f. Perubahan tekanan arteri, peningkatan tekanan arteri melalui autoregulasi akan
menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah arteriol aferen sehinnga menyebabkan
penurunan laju filtrasi glomerulus.6

Reabsorpsi Dalam Tubulus


Hampir 99% dari cairan filtrat direabsorpsi kembali bersama zat-zat yang terlarut
didalam cairan filtrate tersebut. Akan tetapi tidak semua zat-zat yang terlarut dapat
direabsorpsi dengan sempurna, antara lain glukosa dan asam amino.
Mekanisme terjadinya reabsorpsi pada tubulus melalui dua cara yaitu:
a. Transport aktif
Zat-zat yang mengalami transfort aktif pada tubulus proksimal yaitu ion Na+, K+,
PO4-, NO3-, glukosa dan asam amino. Terjadinya difusi ion-ion khususnya ion Na+,
melalui sel tubulus kedalam pembuluh kapiler peritubuler disebabkan perbedaan ptensial
listrik didalam epitel tubulus (-70mvolt) dan diluar sel (-3m volt). Perbedaan
electrochemical gradient ini membentu terjadinya proses difusi. Selain itu perbedaan
konsentrasi ion Na+ didalam dan diluar sel tubulus membantu meningkatkan proses difusi
tersebut. Meningkatnya difusi natrium diesbabkan permiabilitas sel tubuler terhadap ion
natrium relative tinggi. Keadaan ini dimungkinkan karena terdapat banyak mikrovilli yang
memperluas permukaan tubulus. Proses ini memerlukan energi dan dapat berlangsung
terus-menerus.
b. Transpor pasif
Terjadinya transport pasif ditentukan oleh jumlah konsentrasi air yang ada pada
lumen tubulus, permiabilitas membrane tubulus terhadap zat yang terlarut dalam cairan
filtrate dan perbedaan muatan listrikpada dinding sel tubulus. Zat yang mengalami
transfor pasif, misalnya ureum, sedangkan air keluar dari lumen tubulusmelalui proses
osmosis.
Perbedan potensial listrik didalam lumen tubulus dibandingkan diluar lumen tubulus
menyebabkan terjadinya proses difusi ionNa+ dari lumen tubulus kedalam sel epitel
tubulus dan selanjutnya menuju kedalam sel peritubulus. Bersamaan dengan perpindahan
ion Na+ diikuti pula terbawanya ion Cl-, HCO3- kedalam kapiler peritubuler. Kecepatan
reabsorsi ini ditentukan pula oleh perbedaan potensial listrik yang terdapat didalam dan
diluar lumen tubulus.6

9
Reabsorbsi pada Ansa Henle
Pada ansa henle pars desendens terjadi reabsorbsi air karena bagian ini permeabel
terhadap air, sehingga Na tidak dapat keluar. Hal ini menyebaban kenaikan osmotik hingga
1200 osmol. Sedangkan pada ansa henle pars acendens terjadi penyerapan Na yang di ikuti
Cl, sehingga terjadi penurunan osmotik, karena air tidak bisa keluar dan mengakibatkan
hipoosmotik saat akan memasuki tubulus kolektivus.

Sekresi Dalam Tubulus


Sedangkan sekresi tubulus melalui proses: sekresi aktif dan sekresi pasif. Sekresi aktif
merupakan kebalikan dari transpor aktif. Dalam proses ini terjadi sekresi darikapiler
peritubuler kelumen tubulus. Sedangkan sekresi pasif melalui proses difusi. Ion NH3- yang
disintesa dalam sel tubulus selanjutnya masuk kedalam lumen tubulus melalui proses difusi.
Dengan masuknya ion NH3- kedalam lumen tubulus akan membantu mengatur tingkat
keasaman cairan tubulus. Kemampuan reabsorpsi dan sekresi zat-zat dalam berbagai segmen
tubulus berbeda-beda.7

Selain penyaringan, di glomerulus terjadi pula pengikatan kembali sel-sel darah,


keping darah dan sebagian besar protein plasma. Hasil penyaringan di glomerulus adalah urin
primer (filtrat glomerulus). Urin primer memiliki kandungan zat yang hampir sama dengan
cairan yang menembus kapelir menuju ke ruang-ruang antar sel. Dalam kedaan normal, urin
primer tidak mengandung sel darah merah, tetapi mengandung protein masih mengandung
zat-zat yang diperlukan tubuh, yaitu glukosa (gula), asam amino, dan garam-garam. Urin
yang terbentuk setelah proses reabsorbsi disebut urin sekunder (filtrat tubulus). Urin sekunder
memiliki kadar urea yang tinggi. Urea ini bersifat racun bagi tubuh.
Urin selanjutnya disalurkan kedalam rongga ginjal, dan kemudian disalurkan ke
kantung kemih melalui ureter. Komposisi urin tersebut adalah air, urea, dan garam. Urin
seseorang yang normal mengandung air, urea, garam-garam, dan zat warna empedu yang
memberikan warna kuning pada urin. Selain itu urin juga sering mengandung obat-obatan
yang kita makan dan hormon. Jadi dalam urin tidak terdapat lagi glukosa dan protein.
Banyak sedikitnya urin di pengaruhi oleh jumlah air yang diminum. Bila air yang kita
minum banyak, maka urin yang dihasilkan juga banyak, dan sebaliknya. Selain itu, banyak
sedikitnya urin yang dikeluarkan juga dipengaruhi oleh hormon antidiuretika (ADH). Jika
kita minum sedikit air, pengeluaran ADH akan terpacu. ADH memacu penyerapan air. Oleh
karena itu, urin yang keluar menjadi sedikit dan pekat. Sebaliknya minum banyak air akan
10
mengurangi pengeluaran ADH. Oleh karena itu, urin yang dihasilkan akan banyak. Pengturan
jumlah air dalam tubuh inilah yang dimaksud dengan osmoregulasi.8

Batu ginjal

Batu ginjal adalah batu yang terbentuk diginjal dan bisa dalam perjalanan di ginjal,
ureter,atau kandung kemih. Penumpukan massa terjadi karena ada kalsium oksalat,yang
terkandung di kopi ,teh ,soda .. kalsium oksalat zat sulit yang mengalir di ginjal atau ureter.
minum banyak kalsium oksalat akan terjadi penumpukan d ginjal dan tersumbat maka
terjadilah pembentukn batu ginjal.. pembentukan batu ginjal bisa juga karena faktor
keturunan bisadicegah dengan pola sehat, dehidrasi dan kurang minum bisa juga terjadi
penumpukan batu ginjal. Terjadinya infeksi atau buang air kecil kurang teratur dapat
mempengaruhi pembentukan batu ginjal. Kadang munculnya batu ginjal terjadi di saat kadar
kalsium dalam darah meninggi secara tidak normal, juga jika kelenjar paratiroid kelebihan
memproduksi air seni. Terkadang, batu tersebut dapat terbentuk ketika tingkat asam urat
dalam darah terlalu tinggi, biasanya karena terlalu banyak makan daging. Terlalu banyak
mengkonsumsi kalsium dan oksalat serta kurang minum sering diasosiasikan dengan
pembentukan batu ginjal ini. Pada banyak kasus yang ada, penyebabnyatidak diketahui secara
pasti. Batu ginjal dapat menyebabkan peradangan infeksi, pendarahan, sakit pada saat buang
air kecil, atau kencing tidak lancar. Batu yang kecil cenderung mengalir. menuju kandung
kemih melalui ureter, biasanya diikuti rasa sakit bagi penderitanya. Kolik, nyeri yang ‘amat
sangat’ dirasakan penderita, yang disebabkan oleh batu biasanya membutuhkan satu atau
lebih suntikan penahan rasa sakit. Rasa sakit dapat muncul tiba -tiba sehabis berolah raga.
Ketika batu telah berada di dalam kandung kemih, biasanya hanyut bersama air seni begitu
saja dan rasa sakit hilang begitu saja. Jika batunya terlalu besar, maka perawatan lanjutan
akan diperlukan. Baik berupa operasi atau litotripsi, yakni suatu prosedur yang
mempergunakan kejutan gelombang listrik untuk memecahkan batu tersebut.

Kesimpulan
Traktus urinarius terdiri atas organ-organ yang memproduksi dan menyalurkan urin
hingga ke luar tubuh.Terdiri atas ginjal yang berperan sebagai penghasil urin; ureter sebagai
saluran pertama dari ginjal; vesica urinaria sebagai penampung sementara urin sebelum
dibuang keluar tubuh; dan urethra sebagai saluran terakhir dari vesica urinaria ke luar
tubuh.Rasa nyeri yang dirasakan oleh bapak/pasien ini dikarenakan oleh adanya gangguan

11
yaitu batu ginjal,sehingga rasa nyeri terasa sangat sakit dan menggangu.Batu ginjal yang
terdapat di ginjal itu harus segera dilakukan tindakan.seperti pengambilan batu yg terdapat di
ginjal tsbt.

Daftar Pustaka

1. Pearce E C. Anatomi dan fisiologi untuk paramedic. Jakarta: PT Gramedia Pustaka


Utama; 2006. Hal 245-6
2. Snell S R. Anatomi Klinik. Jakarta;EGC;2006.hal 250-6, 344-50.
3. Wijaya A, Surytin B, Salirawati D. Ipa terpadu ixa untuk sekolah menengah pertama
dan mts. Jakarta: Grasindo; 2006. Hal 3
4. Setiowati T, Furqonita D. Biologi interaktif untuk sma/ma. Jakarta timur: Azka; 2007.
Hal 159-60
5. Tambayong J. Buku ajar histologi. Edisi 12. Jakarta; EGC; 2002. Hal 256-7
6. Wahab A S. Ilmu kesehatan anak. Jakarta: EGC; 2007. Hal 239-41
7. Guyton dan Hall. Buku ajar fisiologi kedokteran edisi 2. Jakarta: EGC;2008. hal 88-
94,568
8. Sherwood L. Fisiologi manusia. Jakarta:EGC;2009. Hal 594-97.

12

Anda mungkin juga menyukai