Anda di halaman 1dari 8

Definisi Sampling Serta Jenis Metode dan Teknik Sampling Eureka Pendidikan.

Sampel atau contoh secara sederhana dapat diartikan sebagai bagian dari populasi yang
mewakili secara keseluruhan sifat dan karakter dari populasi. Sebagai gambaran sederhana
sampel dibutuhkan sebagai acuan untuk memberi gambaran sederhana seperti seseorang yang
membeli rambutan. Seorang pembeli yang pintar biasanya akan memilih secara rambang
(Random) dari rambutan yang dijajakan untuk menghindari adanya kecurangan yang
dilakukan oleh pedagang. Rasa buah rambutan yang dicicipi akan menjadi alat tafsiran
mengenai rasa seluruh rambutan yang ada.
Dalam penelitian pendidikan objek penelitian biasanya akan berlaku pada peserta didik,
mahasiswa, guru atau lembaga pendidikan. Kumpulan dari objek biasanya memiliki volume
yang cukup besar selanjutnya disebut populasi penelitian. Volume yang cukup besar ini
kemudian dapat diamati dengan menarik beberapa sampel yang mewakili populasi dengan
alasan yang berbagai macam tentu saja dengan tujuan yang utama adalah terlaksana sebuah
penelitian dengan benar sehingga jika desain dari sebuah penelitian mengharuskan
penggunaan populasi, maka pengambilan sampel tidak diperbolehkan dan begitu pula
sebaliknya, sebuah penelitian yang tidak memperbolehkan melakukan treatment pada seluruh
populasi maka pengambilan sampel penelitian adalah sebuah keharusan.

Sumber Gambar : Wikipedia.org

A. Definisi Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili seluruh karakteristik dari populasi.
Sebuah populasi dengan kuantitas besar dapat diambil sebagian dengan kualitas
sampel yang mewakili sama persis dengan kualitas dari populasi dengan kata
representatif. jumlah dari sampel tidak selalu besar dan juga tidak selalu kecil, hal ini
bergantung pada pada keterwakilan karakter dari sampel. Sebagai contoh pada
penelitian menganai golongan darah, tentu saja tidak perlu memasukkan seluruh darah
dari seseorang ke dalam laboratorium karena 2 ml darah sudah cukup untuk
digunakan utnuk mengetahui golongan darah yang ada di bagian kaki, kepala atau
tangan dari pasien. Pada beberapa bentuk penelitian kemungkinan jumlah harus
terpenuhi sehingga ada aturan baku mengani sampel minum yang harus diambil
dalam sebuah penelitian. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan kualitas dari sampel
yang diambil. Sebagai contoh sebuah penelitian mengenai daya beli di kabupaten
Gowa. mengambil lima orang sampel sebagai wakil dari populasi tidak cukup untuk
mewakili seluruh populasi. Selain dari kualitas, pada sebuah penelitian yang
membutuhkan statistik inferensi, jumlah sampel minimal harus disesuaikan dengan
jenis analisis statistik yang digunakan terutama untuk distribusi data dari sampel.

B. Tujuan Pengambilan Sampel


Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, pengambilan sampel pada sebuah
penelitian hanya dilakukan jika sampel adalah sebuah keharusan. Dasar yang
digunakan dalam pengambilan sampel diakibatkan oleh alasan bersifat konstruktif,
destruktif, atau alasan yang bersifat teknis sehingga sampel adalah satu-satunya
solusi. Adapun alasan yang bekenaan dengan pengambilan sampel adalah sebagai
berikut: 1. Percobaan yang bersifat merusak Percobaan yang bersifat merusak
membutuhkan sebuah sampel dan diambil seminimal mungkin agar dapat menekan
resiko selama percobaan dilaksanakan. Hal yang paling baik digunakan sebagai
contoh dalam kasus ini adalah uji glukosa darah seseorang atau daya tahan hewan
ternak di kabupaten Sleman terhadap kadar besi dalam air. Dalam kasus ini pengujian
darah digunakan seminimal mungkin selama kadar glukosa dalam dalam dapat
diketahui karena tentu saja sangat berbahaya jika mengambil sebagian darah dari
pasien. Pada kasus hewan ternak, kemungkinan mengambil satu ekor hewan ternak
tidak mewakili populasi karena adanya perbedaan dari setiap individu dari masing-
masing hewan. Masalah ini dapat ditangani dengan cara mengelompokkan hewan
tersebut berdasarkan makanan pokok yang diberikan oleh peternak, berdasarkan
ketinggian dan lokasi peternakan atau berdasarkan jenis hewan yang diternakkan.
Sampel yang digunakan kemudian dicukupkan sampai seluruh karakteristik dari
populasi. 2. Masalah Teknis Penelitian Pada sebuah penelitian yang bersifat psikologi
jumlah sampel besar akan menghasilkan data yang lebih variatif dan lebih lengkap
dibandingkan dengan jumlah sampel sedikit. Semakin banyak sampel yang digunakan
semakin baik namun ada beberapa pertimbangan yang harus dilakukan peneliti untuk
mengakhiri jumlah sampel yang digunakan. Hal ini terkait masalah teknis penelitian
yakni terkait masalah dana, waktu dan keakuratan data. Peneliti harus pandai melihat
kondisi data yang diambil, pada saat data sudah jenuh atau tidak menunjukkan
perubahan sama sekali sebaiknya pengumpulan data dihentikan karena hanya akan
menghabiskan waktu, dan biaya. Pada kasus tertentu beberapa peneliti bahkan
bermasalah pada proses memasukkan data karena jumlah sampel yang berlebih. Hal
yang paling penting diperhatikan dalam kasus teknis adalah data penelitian.
Penghentian dilakukan ketika data yang dikumpulkan sudah jenuh dan tidak
menunjukkan perubahan atau bisa jadi tidak ada jenis statistik inferensi yang sesuai
dengan jumlah data yang sangat besar sehingga pengambilan data yang besar menjadi
sia-sia. Sebagai contoh berdasarkan pengalaman penulis, pada pengukuran dan
analisis kualitas item soal dengan menggunakan RASH model, Analisis data yang
terdistribusi mulai dari rantang 100 sampai dengan 1000 masih menunjukkan
perubahan nilai dari setiap item namun jika sampel yang digunakan lebih dari 1000
misalnya 1500 atau 2000 responden, hasil analisis kualitas soal tidak menunjukkan
perbedaan yang berarti sehingga pengambilan kelebihan 500 responden menjadi sia-
sia.

C. Syarat Pengambilan Sampel


Sampel harus memiliki seluruh kriteria dari populasi oleh karean pertimbangan
pengambilan sampel harus memiliki dua kriteria yakni
1. Presisi
Presisi dari sampel adalah pertimbangan mengenai estimasi yang mungkin muncul
dalam pengambilan data yang diakibatkan oleh sampel. Salah satu cara untuk
estimasi data ini adalah melihat standar deviasi dari data yang ada. Sampel yang
digunakan harus baik dari segi kualitas dan kuantitas. Sebagai contoh rata-rata
penghasilan di perumahan A adalah Rp 25.500.000 yang didapatkan dari dua
orang sampel dengan penghasilan sampel X sebanyak Rp 50.000.000 dan sampel
Y sebanyak 1.000.000. Kesimpulan rata-rata dari perumahan berdasarkan operasi
matematis sudah benar namun pada kajian statistik dan kesimpulan tentu saja
tidak benar. Penambahan julah sampel adalah salah satu cara untuk mengurangi
kesalahan analisis data.
2. Akurasi
Akurasi mengacu kepada sifat dan karakter dari sampel yang digunakan. Sebuah
populasi yang homogen hanya terdapat pada kasus yang bersifat teoritik. Sifat dan
karater dari sampel yang diambil terkadang tidak sesuai dengan keadaan populasi
karena pengaruh banyak hal. Peneliti harus memiliki kemampuan untuk
mengetahui secara detail karakter dari setiap sampel yang digunakan dan
disesuaikan dengan karakter dari populasi. Beberapa kasus mungkin saja
mengurangi akurasi dari pengambilan sampel seperti kasus penelitian terhadap
pengaruh jam belajar di luar jam sekolah di kabupaten A. Sebuah sekolah khusus
seperti proyek pemerintah atau boarding school tentu saja tidak boleh dimasukkan
karena adanya karakter yang berbeda dari populasi secara keseluruhan.

D. Ukuran Sampel
Pada dasarnya tidak ada aturan baku mengenai pengambilan ukuran dari sampel
selama sampel sudah mewakili karakteristik dari populasi. Namun dalam penelitian
yang bersifat psikologi seperti pada penelitian pendidikan, Semakin besar jumlah
akan menghasilkan data yang lebih stabil. Selain dari karakteristik peneliti juga harus
mempertimbangkan jumlah data yang dibutuhkan untuk keperluan analisis Statistik.
Sebagai contoh jika penelitian yang dilakukan bertujuan untuk membandingkan dua
bua grouph dengan satu variabel pembanding, analisis yang dilakukan untuk data
yang terdistribusi normal adalah untuk distribusi t mengharuskan minimal jumlah data
terdiri dari 30 data karena kurang dari itu tidak menghasilkan analisis yang baik dan
tidak lebih dari 60 data. Beberapa ahli memberikan gambaran mengenai jumlah
sampel yang berbeda-beda namun pertimbangan jenis dan bidang penelitian
sebaiknya dijadikan acuan untuk memilih ukuran sampel. Sebagai gambaran pendapat
beberapa ahli mengenai jumlah sampel Gay dan Diehl (1992) pada kajian penelitian
untuk kelas bisni dan manajemen memberikan sara ukuran sampel minimal Penelitian
deskriptif, jumlah sampel minimum adalah 10% dari populasi Penelitian
korelasi, jumlah sampel minimum adalah 30 subjek Penelitian kausal
perbandingan, jumlah sampel minimum adalah 30 subjek per group Penelitian
eksperimental, jumlah sampel minimum adalah 15 subjek per group Frankel dan
Wallen (1993) pada kajian penelitian evaluasi pendidikan menyarankan Penelitian
deskriptif jumlah sampel minimum adalah 100 sampel Penelitian jumlah sampel
minimum adalah 50 sampel Penelitian kausal-perbandingan sebanyak 30 sampel
untuk setiap group Penelitian eksperimental sebanyak 30 atau 15 per group Roscoe,
Ukuran sampel penelitian dibedakan menjadi 4 (empat), yaitu : Ukuran sampel lebih
dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan penelitian Jika sampel
dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita, junior/senior, dan sebagainya), ukuran
sampel minimum 30 untuk tiap kategori adalah tepat Dalam penelitian mutivariate
(termasuk analisis regresi berganda), ukuran sampel sebaiknya 10x lebih besar dari
jumlah variabel dalam penelitian Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan
kontrol eskperimen yang ketat, penelitian yang sukses adalah mungkin dengan ukuran
sampel kecil antara 10 sampai dengan 20 Isaac dan Michael memberikan gambaran
mengenai metode pengambilan sampel disesuaikan dengan taraf signifikansi dari
penelitian yakni 1%, 5%, dan 10%. Jumlah sampel sampel selanjutnya dihitung
dengan persamaan Keterangan: Berdasarkan Slovin,ukuran sampel dapat ditentukan
dengan rumus : keterangan : Pertimbangan pengambilan sampel dikembalikan
oleh peneliti dengan asumsi terpenuhi karakteristik dari populasi, disesuaikan dengan
jenis statistik yang digunakan dan menggunakan jumlah sampel jenuh paling sedikit.

E. Teknik Pengambilan Sampel atau Sampling


Teknik sampling adalah sebuah metode atau cara yang dilakukan untuk menentukan
jumlah dan anggota sampel. Setiap anggota tentu saja wakil dari populasi yang dipilih
setelah dikelompokkan berdasarkan kesamaan karakter. Teknik sampling yang
digunakan juga harus disesuaikan dengan tujuan dari penelitian. Populasi terdiri dari
sekumpulan individu yang bersifat heterogen terbatas. Ada banyak variasi variabel
yang melekat pada masing-masing individu. Perbedaan ini bisa disebabkan oleh
faktor internal dan eksternal dari individu seperti halnya wilayah tempat tinggal atau
gaya hidup dalam suatu daerah tertentu. Subjektifitas dari individu-individu yang
memiliki sifat determinan yang berulang pada populasi akhirnya membentuk karakter
dari populasi secara umum. Berdasarkan karakter ini, dapat disimpulkan bahwa
pengambilan sampel dari populasi tidak bisa dilakukan begitu saja namun dibutuhkan
suatu teknik agar sampel yang ditarik tetap representatif Hal yang perlu diperhatikan
dalam pengambilan sampel atau sampling adalah seluruh variabel yang berkaitan
dengan penelitian. Unsur-unsur khusus yang melekat pada pribadi tentu saja perlu
diperhatikan karena individu dengan kemampuan khusus dalam sampel akan
membawa bias data dan tentu saja mempengaruhi distribusi data yang ada.
Kesesuaian karakteristik daerah, tingkatan, dan juga kecenderungan khusus juga perlu
dipertimbangkan dalam memilih teknik sampling yang sesuai

F. Jenis dan Metode Sampling


Sampling secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua (2) kelompok, yaitu
Probability sampling dan Nonprobability sampling. Adapun Probability sampling
menurut Sugiyono adalah teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi
setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Sedangkan
Nonprobability sampling menurut Sugiyono adalah teknik yang tidak memberi
peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel. 1) Probability sampling Probability sampling menuntut bahwasanya
secara ideal peneliti telah mengetahui besarnya populasi induk, besarnya sampel yang
diinginkan telah ditentukan, dan peneliti bersikap bahwa setiap unsur atau kelompok
unsur harus memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel. Adapun jenis-jenis
Probability sampling adalah sebagai berikut : a) Simple random sampling Menurut
Kerlinger (2006:188), simple random sampling adalah metode penarikan dari sebuah
populasi atau semesta dengan cara tertentu sehingga setiap anggota populasi atau
semesta tadi memiliki peluang yang sama untuk terpilih atau terambil. Menurut
Sugiyono (2001:57) dinyatakan simple (sederhana) karena pengambilan sampel
anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
populasi itu. Margono (2004:126) menyatakan bahwa simple random sampling
adalah teknik untuk mendapatkan sampel yang langsung dilakukan pada unit
sampling. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. Teknik
ini dapat dipergunakan bilamana jumlah unit sampling di dalam suatu populasi tidak
terlalu besar. Misal, populasi terdiri dari 500 orang mahasiswa program S1 (unit
sampling). Untuk memperoleh sampel sebanyak 150 orang dari populasi tersebut,
digunakan teknik ini, baik dengan cara undian, ordinal, maupun tabel bilangan
random. Teknik ini dapat digambarkan di bawah ini. Gambar 1. Teknik Simpel
Random Sampling (Sugiyono, 2001: 58) b) Proportionate stratified random sampling
Margono (2004: 126) menyatakan bahwa stratified random sampling biasa digunakan
pada populasi yang mempunyai susunan bertingkat atau berlapis-lapis.
Menurut Sugiyono (2001: 58) teknik ini digunakan bila populasi mempunyai
anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Misalnya suatu
organisasi yang mempunyai pegawai dari berbagai latar belakang pendidikan, maka
populasi pegawai itu berstrata. Populasi berjumlah 100 orang diketahui bahwa 25
orang berpendidikan SMA, 15 orang diploma, 30 orang S1, 15 orang S2 dan 15 orang
S3. Jumlah sampel yang harus diambil meliputi strata pendidikan tersebut dan diambil
secara proporsional. c) Disproportionate stratified random sampling Sugiyono (2001:
59) menyatakan bahwa teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel bila
populasinya berstrata tetapi kurang proporsional. Misalnya pegawai dari PT tertentu
mempunyai mempunyai 3 orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 90 orang lulusan S1,
800 orang lulusan SMU, 700 orang lulusan SMP, maka 3 orang lulusan S3 dan empat
orang S2 itu diambil semuanya sebagai sampel. Karena dua kelompok itu terlalu kecil
bila dibandingkan denan kelompok S1, SMU dan SMP. d) Area (cluster) sampling
(sampling menurut daerah) Teknik ini disebut juga cluster random sampling. Menurut
Margono (2004: 127), teknik ini digunakan bilamana populasi tidak terdiri dari
individu-individu, melainkan terdiri dari kelompok-kelompok individu atau cluster.
Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan
diteliti atau sumber data sangat luas, misalnya penduduk dari suatu negara, propinsi
atau kabupaten. Indonesia memiliki 34 propinsi dan akan menggunakan 10 propinsi.
Pengambilan 10 propinsi itu dilakukan secara random. Tetapi perlu diingat, karena
propinsi-propinsi di Indonesia itu berstrata maka pengambilan sampelnya perlu
menggunakan stratified random sampling. Contoh tersebut dikemukakan oleh
Sugiyono sedangkan contoh lainnya dikemukakan oleh Margono (2004: 127). Ia
mencotohkan bila penelitian dilakukan terhadap populai pelajar SMU di suatu kota.
Untuk random tidak dilakukan langsung pada semua pelajar-pelajar tetapi pada
sekolah/kelas sebagai kelompok atau cluster. Teknik sampling daerah ini sering
digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah, dan
tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu secara sampling
juga. Teknik ini dapat digambarkan di bawah ini. Gambar 2. Teknik Cluster Random
Sampling (Sugiyono, 2001: 59) 2) Nonprobability sampling a) Sampling sistematis
Sugiyono (2001:60) menyatakan bahwa sampling sistematis adalah teknik penentuan
sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut.
Misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota diberi
nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 100. Pengambilan sampel dapat
dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu,
misalnya kelipatan dari bilangan lima. Untuk itu, yang diambil sebagai sampel adalah
5, 10, 15, 20 dan seterusnya sampai 100. b) Quota sampling Menurut Sugiyono (2001:
60) menyatakan bahwa sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari
populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.
Menurut Margono (2004: 127) dalam teknik ini jumlah populasi tidak
diperhitungkan akan tetapi diklasifikasikan dalam beberapa kelompok. Sampel
diambil dengan memberikan jatah atau quorum tertentu terhadap kelompok.
Pengumpulan data dilakukan langsung pada unit sampling. Setelah kuota terpenuhi,
pengumpulan data dihentikan. Sebagai contoh, akan melakukan penelitian terhadap
pegawai golongan II dan penelitian dilakukan secara kelompok. Setelah jumlah
sampel ditentukan 100 dan jumlah anggota peneliti berjumlah 5 orang, maka setiap
anggota peneliti dapat memilih sampel secara bebas sesuai dengan karakteristik yang
ditentukan (golongan II) sebanyak 20 orang. c) Sampling aksidental Sampling
aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja
yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila
dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono,
2001: 60). Menurut Margono (2004: 27) menyatakan bahwa dalam teknik ini
pengambilan sampel tidak ditetapkan lebih dahulu. Peneliti langsung mengumpulkan
data dari unit sampling yang ditemui. Misalnya penelitian tentang pendapat umum
mengenai pemilu dengan mempergunakan setiap warga negara yang telah dewasa
sebagai unit sampling. Peneliti mengumpulkan data langsung dari setiap orang
dewasa yang dijumpainya, sampai jumlah yang diharapkan terpenuhi. d) Purposive
sampling Sugiyono (2001: 61) menyatakan bahwa sampling purposive adalah teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Menurut Margono
(2004:128), pemilihan sekelompok subjek dalam purposive sampling didasarkan atas
ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri
populasi yang sudah diketahui sebelumnya, dengan kata lain unit sampel
yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan
berdasarkan tujuan penelitian. Misalnya, akan melakukan penelitian tentang disiplin
pegawai maka sampel yang dipilih adalah orang yang memenuhi kriteria-kriteria
kedisiplinan pegawai. e) Sampling jenuh Menurut Sugiyono (2001:61) sampling
jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang
dari 30 orang. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota
populasi dijadikan sampel. f) Snowball sampling (Sugiyono, 2001: 61), Snowball
sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil,
kemudian sampel ini disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel begitu
seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak. Ibarat bola salju yang
menggelinding semakin lama semakin besar. Pada penelitian kualitatif banyak
menggunakan purposive dan snowball sampling. Teknik sampel ditunjukkan pada
gambar di bawah ini. Gambar 3. Snowball Sampling (Sugiyono, 2001: 61) Sumber
Bacaan dan Referensi Fraenkel, J. & Wallen, N. (1993). How to Design and evaluate
research in education. (2nd ed). New York: McGraw-Hill Inc. Gay, L.R. dan Diehl,
P.L. (1992), Research Methods for Business and. Management, MacMillan Publishing
Company, New York Hair, J.F., W.C. Black, B.J. Babin, R.E. anderson, R.L.Tatham,
(2006). Multivariate Data Analysis, 6 Ed., New Jersey : Prentice Hall Karlingger,
Fred N. 1987. Asas-Asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta : UGM Krejcie, R. V., &
Morgan, D. W. (1970). Determining sample size for research activities. Educational
and Psychological Measurement, 30, 607-610. Sugiyono, (2008). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Penerbit Alfabeta RELATED POSTS :
Contoh Prosedur Pengembangan Instrumen Penilaian atau Assesmen Kinerja Tahap
Persiapan Contoh Prosedur Pengembangan Instrumen Penilaian atau Assesmen
Kinerja Tahan I: Persiapan Eureka Pendidikan. Proses belajar akan menghasil… Read
More... Jenis-jenis Statistika Jenis-jenis Statistika Sebagaimana yang telah dipahami,
statistika merupakan ilmu atau metode yang digunakan untuk mengumpulkan,
mengolah… Read More... Pengertian dan Jenis-Jenis Variabel dalam Penelitian dan
Evaluasi Pengertian dan Jenis-Jenis Variabel dalam Penelitian dan Evaluasi Eureka
Pendidikan. Penelitian adalah suatu proses mencari tahu sesuatu s… Read More...
Pengantar Metodologi Penelitian Pendidikan Pengantar Metodologi Penelitian
Pendidikan Eureka Pendidikan. Manusia dipahami sebagai makhluk yang memiliki
rasa ingin tahu. Melalui ra… Read More... Aplikasi Non-Parametrik dalam Penelitian
Pendidikan Aplikasi Non-Parametrik dalam Penelitian Pendidikan Eureka Pendidikan.
Pada penelitian kuantitatif, teknik analisis data yang dapat digu… Read More... 14
RESPONSES TO "DEFINISI SAMPLING SERTA JENIS METODE DAN TEKNIK
SAMPLING" DINA NUR MARDIANA12 MARET 2016 21.00 terima kasih...
membantu sekali, sayangnya referensinya ga ada... Balas Balasan AHMAD
DAHLAN13 MARET 2016 17.06 Sama-sama,.. Referensi disarankan untuk membaca
Sugiono . (2009) Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung,
Alfabeta Karlingger. 1985. Asas-Asas Penelitian Behavioristik. Yogyagkarta.
Penerbit UGM Balas UNKNOWN12 APRIL 2016 21.22 boleh minta buku referensi
margono (purposive sampling) ? terimakasih :) Balas MELION JESSICA12 APRIL
2016 21.49 sama mau tanya, sugiono tahun 2001 atau 2009 ya? hehe Balas Balasan
AHMAD DAHLAN13 APRIL 2016 02.13 Iya terima kasih atas tanggapannya,
Suginono Cetakan Edisi 2001, 2005, 2007 dan 2009 tidak menunjukkan perbuahan
yang siginifican dan memiliki pembahasan yang sama. Perbaikan dikalukan hanya
pada bagian yang dianggap Kurang (penambahan) AHMAD DAHLAN13 APRIL
2016 02.13 Iya terima kasih atas tanggapannya, Suginono Cetakan Edisi 2001, 2005,
2007 dan 2009 tidak menunjukkan perbuahan yang siginifican dan memiliki
pembahasan yang sama. Perbaikan dikalukan hanya pada bagian yang dianggap
Kurang (penambahan) Balas MELION JESSICA13 APRIL 2016 20.42 kalau yang
margono, referensi bukunya apa ya? thanks :) sangat membantu untuk pengerjaan
skripsi saya :) Balas Balasan AHMAD DAHLAN20 APRIL 2016 11.11 Terima Kasih
dan Silahkan Di Share, Untuk Margono saya Lupa, Tapi seingat saya Beliau menulis
Bukunya Bertiga dan Bukunya mengenai metode penelitian, Kalau Mampir
diperpusatkaan saya cek dan tulis lengkap Mbak... MAaf dengan keterbatasannya.
Balas FIRDAUS MUQARROBIN22 APRIL 2016 04.28 sugiyono mulu yang diambil
lan hehe, , Balas TERIMA JUAL BELI JERIGEN7 JUNI 2016 00.57 tolong
dilengkapi dengan daftar pustaka nya Balas SUGENG HARIADI6 OKTOBER 2016
21.04 Tanya...metode sampling military standart itu apa y.. Balas TOTI SUANDY1
DESEMBER 2016 07.55 min tolong yang daftar pustaka yang margono
min,,terimaksih Balas TOTI SUANDY1 DESEMBER 2016 07.56 min tolong yang
daftar pustaka nya yang margono,tolong yah min terimaksih Balas RYAN ANGGA29
JANUARI 2017 04.36 sangat membantu.. terima kasih Balas

Source: http://www.eurekapendidikan.com/2015/09/defenisi-sampling-dan-teknik-
sampling.html
Disalin dan Dipublikasikan melalui Eureka Pendidikan

Anda mungkin juga menyukai