PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Dengan diadakannya tugas ini bertujuan untuk lebih mendalami suatu
penyakit malaria seperti halnya :
1. Memahami Klasifikasi Malaria
2. Mengetahui Definisi Malaria
3. Mengetahui Proses Perjalanan Malaria
4. Penggolongan Obat–Obatan Malaria
1
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian
Menurut World Health Organization (WHO) malaria adalah penyakit yang
disebabkan oleh parasit malaria (plasmodium) bentuk aseksual yang masuk ke
dalam tubuh manusia yang ditularkan oleh nyamuk malaria (Anopheles spp)
betina. Penyakit malaria adalah penyakit menular yang menyerang dalam bentuk
infeksi akut ataupuan kronis. Penyakit ini disebabkan oleh protozoa genus
plasmodium bentuk aseksual, yang masuk ke dalam tubuh manusia dan ditularkan
oleh nyamuk Anhopeles betina. Istilah malaria diambil dari dua kata bahasa italia
yaitu mal = buruk dan area = udara atau udara buruk karena dahulu banyak
terdapat di daerah rawa – rawa yang mengeluarkan bau busuk. Penyakit ini juga
mempunyai nama lain seperti demam roma, demam rawa, demam tropik, demam
pantai, demam charges, demam kura dan paludisme ( Prabowo, 2004 )
Soemirat (2009) mengatakan malaria yang disebabkan oleh protozoa terdiri
dari empat jenis species yaitu plasmodium vivax menyebabkan malaria tertiana,
plasmodium malariae menyebabkan malaria quartana, plasmodium falciparum
menyebabkan malaria tropika dan plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale.
Menurut Achmadi (2010) di Indonesia terdapat empat spesies
plasmodium,yaitu:
1. Plasmodium vivax
Memiliki distribusi geografis terluas, mulai dari wilayah beriklim
dingin, sub tropik hingga daerah tropik. Demam terjadi setiap 48 jam
atau setiap hari ketiga, pada siang atau sore.
2. Plasmodium falciparum
Plasmodium ini merupakan penyebab malaria tropika, secara
klinik berat dan dapat menimbulkan komplikasi berupa malaria celebral
dan fatal. Masa inkubasi malaria tropika ini sekitar 12 hari, dengan
gejala nyeri kepala, pegal linu, demam tidak begitu nyata,serta kadang
dapat menimbulkan gagal ginjal.
2
3. Plasmodim ovale
Masa inkubasi malaria dengan penyebab plasmodium ovale adalah
12 sampai 17 hari, dengan gejala demam setiap 48 jam, relatif
ringandan sembuh sendiri.
4. Plasmodium malariae
Merupakan penyebab malaria quartana yang memberikan gejala
demam setiap 72 jam. Malaria jenis ini umumnya terdapat pada daerah
gunung, dataran rendah pada daerah tropik, biasanya berlangsung tanpa
gejala, dan ditemukan secara tidak sengaja. Namun malaria jenis ini
sering mengalami kekambuhan (Achmadi, 2010).
b. Malaria tersiana
Disebabkan oleh Plasmodium vivax atau Ovale. Ciri-cirinya demam
berkala 3 hari sekali dengan puncak setelah setiap 48 jam. Gejala lainnya
3
berupa nyeri kepala dan punggung, mual, pembesaran limfa, dan malaise
umum. Tidak bersifat mematikan, meskipun tanpa pengobatan. Sering kali
kambuh kembali berhubungan adanya bentuk-EE sekunder. Dengan masa
inkubasi 10-14 hari.
c. Malaria kwartana
Plasmodium malariae mengakibatkan demam berkala empat hari
sekali, dengan puncak demam setiap 72 jam. Gejalanya sama dengan
tersiana. Residif juga sering terjadi karena bentuk-EE sekunder. Dengan
masa inkubasi 4-6 minggu.
4
merah pecah dan merozoit yang dilepaskan dapat memasuki
eritrosit lain dan kemudian siklus dimulai kembali. Dan dapat
membuat penderita merasa kedinginan dan demam, hal ini
disebabkan oleh merozoit dan protein asing yang dilepaskan.
Kejadian ini terjadi setiap 48 jam pada infeksi P.falciparum, 48-72
jam pada infeksi P.vivax/Ovale, dan kira-kira 72 jam pada P.
malariae. Kemampuan P.falciparum untuk menembus semua
eritrosit sekaligus membuatnya begitu ganas dan berbahaya.
2. Siklus seksual.
Setelah beberapa siklus, sebagian merozoit di dalam eritrosit
dapat berkembang menjadi benruk-bentuk seksual betina dan jantan.
Gametosit ini tidak berkembang lagi dan akan mati bila tidak dihisap
oleh anopheles betina. Di dalam lambung nyamuk, terjadi
penggabungan (pembuahan) dari gametosit jantan dan betina menjadi
zygote, yang kemudian mempenetrasi dinding lambung dan
berkembang menjadi oökista. Dalam waktu 3 minggu, terjelmalah
banyak sporozoit kecil yang memasuki kelenjar ludah nyamuk.
Akhirnya, bila nyamuk betina ini menyengat manusia lengkaplah
siklus hidup parasit. Dengan ini jelaslah bahwa gametosit merupakan
sumber penularan baru.
5
Gambar : Parasit malaria (plasmodium) mempunyai dua siklus
daur hidup, yaitu pada tubuh manusia dan didalam tubuh nyamuk
Anopheles betina (Soedarto, 2011).
6
Kelainan pada limpa akan terjadi setelah 3 hari dari serangan
akut dimana limpa akan membengkak, nyeri dan hiperemis
(Harijanto P.N, 2006).
Menurut Anies (2006) malaria komplikasi gejalanya sama seperti
gejala malaria ringan, akan tetapi disertai dengan salah satu gejala
dibawah ini:
Gangguan kesadaran (lebih dari 30 menit)
Kejang
Panas tinggi disertai diikuti gangguan kesadaran
Mata kuning dan tubuh kuning
Pendarahan dihidung, gusi atau saluran pencernaan
Jumlah kencingkurang (oliguri).
Warna air kencing (urine) seperti air teh.
Kelemahan umum.
Nafas pendek.
Hampir semua kematian akibat malaria disebabkan oleh P.
falciparum. Pada infeksi P. falciparum dapat menimbulkan malaria
berat dengan komplikasi umumnya digolongkan sebagai malaria berat
yang menurut WHO didefinisikan sebagai infeksi P. falciparum stadium
aseksual dengan satu atau lebih komplikasi sebagai berikut (Harijanto
P.N, 2000) :
1. Malaria serebral, derajat kesadaran berdasarkan GCS
kurang dari 11.
2. Anemia berat (Hb < 5 gr % atau hematokrit < 15 %)pada
keadaan hitung parasit > 10.000/ μl.
3. Gagal ginjal akut (urin kurang dari 400 ml/ 24 jam pada
orang dewasa Atau < 12 ml/ kg BB pada anak-anak setelah
dilakukan rehidrasi, diserta kelainan kreatinin > 3 mg %.
4. Edema paru.
5. Hipoglikemia: gula darah < 40 mg %.
7
6. Gagal sirkulasi / syok : tekanan sistolik < 70 mmHg disertai
keringat dingin atau perbedaan temperature ekulit-mukosa
> 1 oC.
7. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, saluran cerna dan
atau disertai kelainan laboratorik adanya gangguan
koagulasi intravaskuler.
8. Kejang berulang lebih dari 2 kali / 24 jam setelah
pendinginan pada hipertermis.
9. Asidosis (plasma bikarbonat < 15mmol /L).
10. Makroskopik hemaglobinuri oleh karena infeksi malaria
akut bukan karena obat antimalaria pada kekurangan
Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
11. Diagnosa post-mortem dengan ditemukannya parasit yang
padat pada pembuluh kapiler jaringan otak.
8
ovale dan falciparum yang sensitif. Obat ini juga cukup efektif
terhadap gametosit Plasmodium vivax, Plasmodium Ovale, dan
Plasmodium Malariae tetapi tidak terhadap plasmodium
Falciparum. Klorokuin tidak aktif pada plasmodium stadium
preetrositik dan tidak mempunyai efek radikal terhadap
Plasmodium Vivax atau P. Ovale karena obat ini tidak
mengeliminasi stadium hati yang menetap dari parasit tersebut.
MekanismeKerja Klorokuin
Klorokuin dapat bekerja dengan menghambat sintesis
enzimatik DNA atau RNA pada mamalia dan sel protozoa atau
dengan membentuk suatu kompleks dengan DNA yang
mencegah replikasi atau transkripsi ke RNA. Dalam parasit
obat ini berkumpul dalam vacuola dan meningkatkan
Phorganela ini, yang mempengaruhi kemampuan parasit untuk
memetabolisme dan menggunaka Hb sel darah merah.
Gangguan dengan metabolism fosfolipid dalam parasit pernah
dicoba. Toksisitas selektif terhadap parasit malaria tergantung
pada mekanisme yang mengumpulkan klorokuin dalam sel
yang terinfeksi.
Dosis
Dosis dewasa : Klorokuin fosfat 500 mg garam
(300mg basa) Dosis anak anak : 8,3mg/kg garam
(5mg/kg basa) – dosis dewasa Berikan dosis tunggal
klorokuin setiap minggudimulai 2 minggu sebelum masuk
daerahendemik dan 4 minggu setelah meninggalkan daerah
tersebut.
Efek Samping
Penderita biasanya mentoleransi klorokuin dengan baik bila
obat ini digunakan untuk profilaksis (termasuk penggunaan
9
obat yang lama) atau pengobatan malaria. Gangguan saluran
pencernaan, sakit kepala, gatal (terutama orang berkulit hitam),
anoreksia, lesu, pandangan kabur.
Kontarindikasi &Perhatian
Klorokuin dikontraindikasikan pada penderita psoriasis
atau porfiria, yang dapat menimbulkan serangan akut penyakit
ini. Obat ini tidak boleh dikombinasi dengan obat yang
menyebabkan dermatitis. Obat ini tidak boleh digunakan pada
penderita dengan gangguan retina atau lapangan pandang
kecuali bila lebih menguntungkan dari pada resiko
yang dihadapi.
b. Meflokuin
Digunakan untuk profilaksis dan pengobatan malaria
falciparum yang resisten terhadap klorokuin dan banyak obat. Obat
ini juga efektif untuk profilaksis terhadap Pvivaxserta
kemungkinan terhadap P. ovale dan P. malariae. Meflokuin
merupakan turunan 4-Kuinolin methanol sintetik, yang secara
kimiawi berkaitan dengan kuinin.
Kerja Antimalaria
Meflokuin memiliki aktivitas skizontisid darah yang kuat
terhadap Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax tetapi
tidak aktif terhadap gametosi Plasmodium falciparum atau stadium
hati Plasmodium vivax. Informasi tentang efektifitas obat ini
terhadap skizon dalam sirkulasi dari spesies ini. Mekanisme kerja
meflokuin belum diketahui. Meflokuin memiliki efek farmakologi
terhadap jantung.
Dosis
Dewasa : satu tablet 250 mg garam (228 mg basa)
10
Anak anak : 15-19 kg = ¼ tablet; 20-30 kg = ½ tablet; 31-45
kg = ¾ tablet; untuk 45 kg ke atas satu tablet
250 mg.
Berikan dosis tunggal meflokuin setiap minggu dimulai 1
minggu sebelum masuk daerah endemic, semestara disana, dan
untuk 4 minggu setelah keluar dari tempat endemik.
Efek Samping
Frekuensi dan intesitas reaksi yang terjadi berkaitan dengan
dosis. Namun demikian, kebanyakan gejala dapt timbul karena
penyakit malaria sendiri.
1. Dosis Profilaktik : efek samping minor dan sementara
termasuk gangguan salran pencernaan (mual,
muntah,nyeri epigastrik, diare), sakit kepala,
ekstrasitosol, dengan insiden tidak lebih besar dari
placebo atau atau obat anti malaria lain.
2. Dosis Pengobatan : Terutama dengan dosis teraupetik
lebih dari 1000 mg , gejala saluran cerna dan letih lebih
sering terjadi serta insiden gejala neuropsikiatri (pusing,
sakit kepala, gangguan pengeliatan, tinius, insomnia,
kecapean, depresi, bingung dan kejang)
11
c. Primakuin
Primakuin fosfat adalah suatu turunan 8-aminokui-nolin
sintetik.Setelah pemberian oral, obat ini diabsorbsi dengan baik,
mencapai kadar puncak plasma dalam waktu 1-2 jam, dan
kemudian dimetabolisme dan diekskresikan secara lengkapn
melalui urin.Waktu paruh primakuin plasma 3-6 jam, dan hanya
sejumlah kecil menetap setelah 24 jam.
Kerja Antimalaria
Primakuin aktif terhadap Plamodium vivax dan
plasmodium ovale pada stadium lanjut hepatic (hipnozoit dan
skizon) yang memberikan efek pengobatan radikal terhadap infeksi
tersebut.Primakuin juga sangat aktif terhadap stadium primer
eksoeritrositik dari plasmodium falciparum.Bila digunakan untuk
obat profilaktikkausal dengan klorokuin, obat ini efektif
melindungi plasmodium ovale dan plasmodium vivax tetapi tidak
terhadap Plasmodium falciparum yang resisten terhadap klorokuin.
Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja antimalaria primakuin tidak diketahui
dengan baik. Perantara kuinolin-kuinon yang berasal dari
primakuin adalah suatu senyawa redoks pembawa electron yang
dapat bekerja sebagai oksidan. Perantara ini mungkin
menimbulkan hemolisis dan methemoglobinemia yang berkaitan
dengan penggunaan primakuin.
- Penggunaan Klinik
o Profilaksis Terminal Malaria Vivax dan
Ovale
Karena efeknya pada stadium hepatic yang
menetap dari plasmodium vivax dan
plasmodium ovale, primakuin ditambah suatu
skizontisid darah, biasanya klorokuin, diberikan
12
bersamaan pada periode akhir pemaparan
potensi terhadap parasit tersebut untuk
pengobatan radikal.
o Pengobatan Radikal Malaria Vivax dan
Ovale Akut
Primakuin ditambah klorokuin digunakan
untuk mengobati infeksi akut.Pemberian
primakuin selama 14 hari merupakan standar.
o Profilaksis Kausal MalariaVivax dan Ovale
Penggunaan kombinasi klorokuin dan
primakuin yang diberikan setiap minggu
digunakan untuk menekan dan eradikasi malaria
tidak lagi direkomendasikan, kerena klorokuin
sendiri menimbulkan penekanan yang cukup
dan pemaparan terhadap primakuin selanjutnya
harus dihindari.
Dosis
Dewasa : 26.3 mg garam (15 mg basa) selama 14 hari.
Anak-anak : 0,5 mg garam/kg (0,3mg basa/kg) selama 14 hari
Efek Samping
Obat ini jarang menimbulkan mual, epigastrik, kejang
perut, dan sakit kepala. Efek samping yang lebih serius seperti
leucopenia dan agranulositosis, jarang terjadi. Kemudian
kejadian yang jarang terjadi yaitu leukositosis gatal, dan
arithmia
13
kehamilan trimester I dan lebih baik tidak diberikan sampai
kelahiran.Obat ini tidak diberikan parenteral, karena
menyebabkan hipotensi.Bila dilakukan, penderita harus uji
untuk mengetahui adanya defisiensi glukosa-6-fosfat
dehidrogenase sebelum diberikan primakuin.
2. Golongan Antifolat
a. Primetamin dan Proguanil (Kloroguanid)
Primetamin dalam bentuk kombinasi dengan sulfadoksin
digunakan dalam pengobatan kasus rentan malaria falciparum yang
resisten terhadap klorokuin dengan dosis tunggal.Karena toksisitas
dari kombinasi, obat ini tidak lagi digunakan untuk
profilaksis.Primetamin juga digunakan untuk pengobatan
toksoplasmosis.Proguanil digunakan untuk profilaksis malaria,
terutama dalam bentuk kombinasi dengan klorokuin.
Kerja Antimalaria
Primetamin dan proguanil merupakan skizintisid darah,
namun demikian karena obat obat ini bekerja lambat dari klorokuin
atau kuini, obat-obat tersebut dapat digunakan secara tunggal untuk
profilaksis, tidak untuk terapi. Proguanil memiliki efek yang
ditandai pada stadium primer jaringan dari plasmodium falciparum
Penggunaan Klinik
A. Pengobatan Malaria Falciparum yang Resisten
terhadap Klorokuin
Primetamin yang dikombinasi dengan
sulfadoksin digunakan untuk mengobati malaria
falciparum yang resisten terhadap klorokuin yang
diketahui atau dicurigai.
B. Kemoprofilaksis Malaria Falciparum yang
Resisten terhadap Klorokuin
14
Penggunaan Fansidar pada jadwal yang
berkelanjutan untuk profilaksis malaria falciparum
tidak diteruskan lagi karena toksisitasnya.
Dosis
Dewasa : 1x200 mg/hari
Anak-anak : < 2 tahun50 mg/hari, 2-6 tahun, 100mg/hari,
7-10 tahun 150 mg/hari, >10 tahun 200mg/hari
Efek Samping
Pada pengobatan malaria, kebanyakan penderita mentoleransi
primetamin dan proguanil dengan baik. Reaksi saluran cerna dan
alergi jarang terjadi
Kontraindikasi & Perhatian
Pertama kali, primetamin tidak direkomendasikan untuk
wanita hamil karena obat ini bersifat teratogenik. Namun,
primetamin telah digunakan secara meluas oleh manusia selama
lebih dari 20 tahun dan efek samping seperti itu belum pernah
dilaporkan.
3. GolonganAntibakteri
a. Sulfonamid dan Sulfon
1) Fansidar
Fansidar diabsorbsi denan baik. Komponennya
memperlihatkan kadar puncak plasma dalam waktu 2-8 jam
dan diekskresikan terutama melalui ginjal. Waktu paruh
rata-rata 170 jam untuk sulfadoksin dan 80-110 jam untuk
primetamin.
Kerja Antimalaria
Fansidar efektif terhadap strain malaria falciparum
tertentu.Namun demikian, kuinin harus diberikan
bersamaan pada pengobatan penderita malaria berat, karena
fansidar bekerja secara lambat.
15
Penggunaan Klinik
Pengobatan Malaria Falciparum yang
Resisten terhdapa Klorokuin
Fansidar digunakan bersamaan kuinin
untuk pengobatan serangan akut malaria
falciparum yang resisten terhadap klorokuin.
Pengobatan Malaria Falciparum yang
Diduga Resisten terhadap Klorokuin
Fansidar digunakan pada pengobatan
sendiri untukpenyakit yang diduga malaria,
yakni bila gejala mirip malaria yang terjadi
tidak dapat didiagnosisdan ditangani segera
oleh dokter, dan dan penderita memutuskan
untuk mengobati diri sendiridengan dosis
tunggal (3 tablet untuk orang dewasa).
Namun hal tersebut bersifat sementara dan
pemeriksaan ini tidak efektif untuk malaria
vivax,ovale, atau malariae, tetapi mungkin
efektif terhadap strain Plasmodium
falciparum rentan yang resisten terhadap
klorokuin.
Efek Samping
Efek samping terhadap dosis tunggal fansidar jarang,
biasanya berkaitan dengan alergi terhadap sulfonamide,
termasuk hematologic, saluran cerna, system saraf pusat,
dermatologic, dan system ginjal.
16
tidak boleh digunakan pada wanita hamil, wanita menyusui
atau anak dibawah umur 2 bulan.
b. Dosisiklin
Doksisiklin, obat tetrasiklin yang secara umum
untuk profilaksis terhadap Plasmodium falciparum yang
resisten terhadap multi-obat jika digunakan dengan dosis
100 mg/hari selama tinggal didaerah endemic dan selama 4
minggu setelah meninggalkan tempat endemic. Pada
pengobatan malaria akut, obat ini tidak digunakan tunggal
tetapi efektif bila dikombinasi dengan kuinin.
Dosis
Dewasa : 100 mg/hari
Anak-anak : 2mg/ kg (maksimum 100 mg/hari)
Diberikan dosis harian untuk dua hari sebelum berangkat
kedaerah endemic sebagai uji dosis.diteruskan sampai 4
minggu meninggalkan tempat endemic.
17
BAB III
PEMBAHASAN
18
3. Amodiakuin
Dari hasil penelitian resistensi in-vitro P. Falciparum terhadap
amodiakuin ditemukan di Kalimatan Timur (Balikpapan). Dan dari hasil
penelitian resistensi in-vivo, ditemukan di Jakarta (Kep. Seribu).
4. Meflokuin
Dari hasil penelitian resistensi in-vitro P. Falciparum terhadap
meflokuin ditemukan di Jawa Tengah, Irian Jaya, dan Kalimantan Timur.
Dan dari penelitian resistensi in-vivo, tidak ditemukan adanya kasus
resisten di Kalimantan Timur dan Aceh.
5. Halofantrin
Dari hasil penelitian resistensi in-vivo P. Falciparum terhadap halofantrin
ditemukan di Kalimatan Timur (Balikpapan).
3.2. Mekanisme Resistensi Obat Antimalaria
1. Klorokuin (Chloroquine / CQ)
Dikatakan resistensi parasit terhadap CQ pada manusia, disebabkan
adanya penurunan akumulasi obat pada pencernaan parasit di vakuola,
terutama karena pH di kompartemennya berubah menjadi asam. Resistensi P.
falciparum terhadap CQ terjadi secara spontan. Resistensi P. falciparum
terhadap CQ bersifat multigenik karena mutasi terjadi pada gen yang
mengkode plasmodium falciparum chloroquine resistant transporter (pfcrt)
transporter pertama dan plasmodium falciparum multidrug resistant (pfmdr-1)
transporter kedua. Sejumlah laporan penelitian terbaru memprediksi bahwa
resistensi parasit terhadap CQ terjadi karena adanya peningkatan pada pfcrt
dan pfmdr-1. Pfmdr-1 merupakan kontributor utama parasit menjadi resisten
terhadap CQ (5).
2. Meflokuin
Resistensi P. falciparum terhadap meflokuin dan terkait dengan
amplifikasi (yaitu duplikasi) pada Pfmdr yang mengkode pompa glikoprotein-
p (Pgh) dan membutuhkan energi. Faktor genetik yang beragam mempunyai
konsekuensi terhadap berkurangnya konsentrasi intraseluler dari kuinolin.
Dengan demikian pemberian antimalaria kuinolin dapat mempengaruhi
19
penurunan kemampuan dari parasit untuk mendetoksifikasi yang dikeluarkan
oleh hemoglobin.
3. Obat-obat yang Mengganggu Jalur Folat Parasit
Resistensi P. falciparum dan P. vivax, terhadap antifolat (pyrimethamin
dan cylcloguanil) dihasilkan dari akusisi sekuensial mutasi pada gen
dihydrofolate reduktase (dhfr). Mutasi juga menyebabkan terjadinya
penurunan terhadap kerentanan. Resistensi parasit terhadap sulfonamida dan
sulfone yang dikombinasikan dengan antifolate menghasilkan mutasi akuisisi
sekuensial pada gen dihydropteroate synthase (dhps) yang mengkode enzim
sinthase dihidropteroate. Reaksi yang ditimbulkan dari obat golongan
antifolate sangat luas sehingga dapat mengganggu sintesa DNA melalui
deplesi pada tetrahydrofolate dan merupakan kofaktor yang penting pada jalur
folat. Ada dua jalur penting yang terkait, yaitu sebagai kompetitif inhibitor
pada enzim dihydrofolate reduktase (DHFR). Kelompok tersebut antara lain
pyrimethamine dan biguanides proguanil serta chlorproguanil (keduanya
dibutuhkan pada biotransformasi untuk triazines cycloguanil dan
chlorcycloguanil pada enzim DHFR sebagai kompetitif inhibitor dari enzim
dihydropteroate synthase (DHPS) menjadi enzim yang utama pada jalur folat.
20
penyakit berat yang diketahui, riwayat hipersensitif terhadap obat-obatan, tes
kehamilan positif atau wanita menyusui, riwayat pengobatan anti malaria dalam
15 hari terakhir dikeluarkan.
Pada saat pengobatan ASAQ diberikan satu kali sehari secara oral pada hari
ke -0, 1 dan 2 dari studi menurut kelompok usia. Dua kekuatan kombinasi yang
berbeda dirumuskan; pediatrik / kekuatan lebih rendah (AS: 25 mg / AQ: 67,5
mg) dan dewasa / kekuatan lebih tinggi (AS: 100 mg / AQ: 270 mg). Anak-anak
dalam kelompok usia enam hingga 11 bulan diberi satu tablet berkekuatan lebih
rendah, satu sampai lima tahun, dua tablet kekuatan lebih rendah, enam hingga 13
tahun satu tablet kekuatan yang lebih tinggi dan mereka yang lebih tua dari 14
tahun diberi dua tablet kekuatan yang lebih tinggi. Tablet AQ (153 mg base)
diberikan secara oral, sekali sehari selama tiga hari. Jumlah tablet diputuskan
berdasarkan usia dan berat badan dengan dosis dewasa adalah empat tablet pada
hari ke 0, 1 dan tiga tablet pada hari ke-2.
Titik akhir utama dari penelitian ini adalah tingkat penyembuhan PCR yang
dikoreksi berdasarkan respon klinis dan parasitologis yang adekuat, yang
didefinisikan sebagai tidak adanya parasitemia, terlepas dari suhu tubuh pasien,
dengan pasien tidak memenuhi kriteria kegagalan pengobatan dini atau terlambat.
Pada saat analisis laboratorium sampel darah dikumpulkan dengan metode
fingerpick untuk penilaian parasitologi. Dari hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa kombinasi dosis tetap ASAQ berkhasiat untuk pengobatan malaria
falciparum di India. Tingkat penyembuhan terkoreksi PCR adalah 97,47% (95%
CI 94,2 - 99,2%) dan 88,3% (95% CI 80,0 - 94,0%) di ASAQ dan AQ masing-
masing. Tingkat penyembuhan adalah serupa pada kelompok usia yang berbeda.
Studi ini juga mendukung peran AQ sebagai mitra yang cocok di ASAQ.
Kombinasi dosis tetap ASAQ terbukti menjadi pengobatan yang manjur dan
aman untuk malaria falciparum di kedua daerah penelitian. Penelitian ini juga
menunjukkan bahwa obat mitra, AQ efektif di daerah penelitian, membuatnya
menjadi pasangan artesunat yang cocok.
21
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Malaria disebabkan oleh 4 spesies protozoa keturunan Plasmodium, yang
menimbulkan 3 jenis penyakit malaria, yaitu malaria tropika, tersiana, dan
kwarta. Pada garis besarnya, semua jenis plasmodium memiliki siklus hidup yang
sama yaitu sebagian di dalam tubuh manusia (siklus aseksual) dan sebagian di
tubuh anopheles (siklus seksual).
Berdasarkan titik kerjanya dalam tubuh (eritrosit/hati), obat malaria dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
a. Obat schizontisid darah: kinin, kloroquin, halofantrin, mefloquin,
sulfadoxin, dan artemeter. Berkhasiat mematikan bentuk darah
(schizont) dan digunakan pada serangan demam, juga untuk
pencegahan (kecuali halofantrin).
b. Obat schizontisid hati: proguanil, primaquin, dan doksisiklin. Khusus
digunakan sebagai profilaksis kausal, karena memusnahkan bentuk EE
(merozoit dan hipnozoit) dalam sel-sel parenchym hati.
4.2. Saran
Agar kondisi tubuh tetap sehat, kita harus menjaga kesehatan tubuh kita
supaya tidak terjadi sakit. Dalam hidup ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kondisi kesehatan tubuh maupun psikologi manusia, oleh karena itu kita harus
mengetahui faktor-faktor apa saja agar dapat menjaga tubuh kita tetap dalam
keadaan sehat. Makalah yang kami susun diatas bila terdapat berbagai kesalahan
mohon maaf, karena kami masih dalam tahap pembelajaran.
22
DAFTAR PUSTAKA
Tjay, Tan Hoan dan Rahardja Kirana. 2007. Obat-Obat Penting Edisi Enam.
Gramedia : Jakarta
Syarif, Amir, dkk. 2016. Farmakologi Dan Terapi Edisi 6. Universitas Indonesia :
Jakarta
23
LAMPIRAN
24