1)
Hery Indria Dwi Puspita, 2)Prof. Ir. I.K.A.P Utama, M.Sc., PhD
1)
Mahasiswa Program Pascasarjana Teknologi Kelautan
2)
Dosen Mata Kuliah CFD Program Pascasarjana Teknologi Kelautan
Jurusan Teknologi Produksi dan Material Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
e-mail: heryindria.dwipuspita@gmail.com
Abstrak
Fluida merupakan zat yang tidak mempunyai bentuk dan volume yang permanen, melainkan
sesuai bentuk tempat yang ditempatinya serta memiliki kemampuan untuk mengalir [1]. Pada paper ini
bertujuan untuk menganalisa aliran fluida turbulen dan laminar pada lingkaran dan membandingkan nilai
Cp yang dihasilkan dari perhitungan manual dengan Cp yang dihasilkan pada CFD. CFD merupakan
metode perhitungan dengan sebuah control dimensi, luas, dan volume dengan memanfaatkan batuan
komputasi komputer untuk melakukan perhitungan pada tiap-tiap elemen pembaginya [3]. Untuk
memodelkan bentuk lingkaran dan domain fluida menggunakan software ANSYS, kemudian untuk
mendapatkan nilai tekanan dari masing-masing koordinat dari lingkaran di setiap sudut menggunakan
metode CFD. Sudut tersebut meliputi sudut 0ᴼ, 45ᴼ, 90ᴼ, 135ᴼ, dan 180ᴼ,. Hasil yang didapat, dapat
dibandingkan nilai tekanan dan Cp untuk perhitungan analitik dan perhitungan CFD untuk aliran turbulen
maupun laminar. Diskritisasi second order menurut teori hasilnya lebih bagus/baik dibandingkan dengan
first order. Tetapi dalam simulasi ini hal tersebut tidak sesuai karena pada diskritisasi second order dalam
simulasinya belum mencapai konvergen. Nilai Cp pada grafik dari hasil simulasi mengikuti pola pada
nilai Cp ideal flow terutama pada aliran invicid. Nilai Cd yang dihasilkan masih belum sesuai dengan
teori.
2
yang lebih besar dan momentum yang berkaitan
dengannya. Seperti yang ditunjukkan pada gambar 5,
lapisan batas turbulen dapat mengalir lebih jauh di
sekeliling silinder (lebih jauh mendaki bukit tekanan)
sebelum mengalami separasi dibandingkan dengan
lapisan batas laminar [6].
2. 4 Reynold Number
Reynold number untuk aliran turbulen dan
laminar berbeda, dapat dilihat pada tabel dibawah
Gambar 5. Berbagai daerah aliran lapisan batas diatas plat ini[6]:
rata[5]. Tabel 1. Reynold Number
Dari gambar 5, terlihat mulai tepi depan plat itu
terbentuk suatu daerah dimana pengaruh gaya viscous
(Viscous force) makin meningkat. Gaya viscous ini
biasanya dihubungkan dengan tegangan geser[5].
2. 5 Coefisient Drag (Cd)
2. 3 Coefisient Pressure (Cp) Setiap benda yang bergerak melalui suatu fluida
Teoritis distribusi tekanan pada lingkaran akan mengalami drag, D suatu gaya netto dalam arah
silinder ditampilkan sebagai garis putus-putus pada aliran karena tekanan dan gaya geser pada permukaan
gambar 6. Dengan rumus Cp sebagai berikut: benda. Gaya netto ini, yang merupakan kombinasi
𝑝 − 𝑝∞ komponen gaya pada arah aliran dari gaya-gaya normal
𝐶𝑝 = 1 𝜌𝑉 2
= 1 − 4 𝑆𝑖𝑛2 𝜃 dan tangensial pada benda, dapat ditentukan dengan
2
menggunakan persamaan sebagai berikut:
di mana ρ dan V adalah tekanan dan kecepatan, masing- 𝐷= 𝑑𝐹 =𝑥 𝑝 cos 𝜃 𝑑𝐴 + 𝜏𝑤 sin 𝜃 𝑑𝐴
masing, dalam aliran bebas. Distribusi tekanan lapisan dan
boundary laminar dan turbulen ditunjukkan pada
gambar 3 yang berbeda dari yang diprediksi oleh teori. 𝐿= 𝑑𝐹𝑦 = − 𝑝 sin 𝜃 𝑑𝐴 + 𝜏𝑤 cos 𝜃 𝑑𝐴
Aliran laminar sangat rentan terhadap gradien negatif Jika distribusi tekanan, p, dan tegangan geser dinding
pada bagian belakang silinder [4]. 𝜏𝑤 diketahui. Hanya pada kasus-kasus tertentu (sangat
Dibandingakan dengan lapisan batas laminar, jarang) distribusi-distribusi ini dapat ditentukan secara
aliran lapisan batas turbulen memiliki energi kinetik analitis. Kemajuan saat ini dalam bidang komputasi
3
dinamika fluida (yaitu dengan menggunakan komputer 1 2
𝐷𝑓 = 𝜌𝑉 𝑏𝑙 𝐶𝐷𝑓
untuk memecahkan persamaan-persamaan pengatur 2
pada medan aliran) telah memberikan hasil-hasil yang Dimana 𝐶𝐷𝑓 adalah koefisien drag gesekan. Nilai dari
mrnjanjikan untuk bentuk-bentuk yang lebih komplek. 𝐶𝐷𝑓 diberikan sebagai fungsi dari bilangan Reynold,
Namun demikian, masih banyak usaha yang harus 𝑅𝑒𝑙 = 𝜌𝑉𝑙/𝜇, dari kekasaran, ε/l[7].
dilakukan di bidang ini. 2.4.2. Drag Tekanan
Sebagian besar informasi yang tersedia Drag tekanan adalah 𝐷𝑝 adalah bagian dari
mengenai drag pada sebuah benda adalah hasil drag yang langsung disebabkan oleh tekanan, p, pada
eksperimen yang banyak sekali dilakukan dengan sebuah benda. Drag ini sering disebut sebagai drag
terowongan angin, terowongan air, tangki towing, dan bentuk karena ketergantungan yang sangat kuat pada
peralatan-peralatan lainnya yang digunakan untuk bentuk dari benda. Drag tekanan fungsi dari besarnya
mengukur drag model-model yang diskala. Data-data tekanan dan orientasi arah elemen permukaan di mana
ini dapat dinyatakan dalam bentuk tak berdimensi dan gaya tekanan tekanan tersebut bekerja. Sebagai contoh,
hasilnya dapat diperbandingkan dengan tepat untuk gaya tekanan pada kedua sisi pelat datar sejajar aliran
perhitungan prototipe. Biasanya, hasil untuk benda mungkin saja sangat besar, tetapi gaya tersebut tidak
berbentuk tertentu adalah sebuah koefisien drag, Cd, berkontribusi pada drag karena gaya tersebut bekerja
dimana, pada arah tegak lurus terhadap kecepatan hulu.
𝐷 Sebaliknya, gaya tekanan pada pelat datar yang tegak
𝐶𝐷 =
1 2 lurus aliran menyebakan keseluruhan drag.
2 𝜌𝑉 𝐴
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, pada
Dan CD adalah fungsi dari parameter tak berdimensi
lainnya seperti bilangan Reynolds, Re, bilangan Froude, sebagian besar benda, terdapat bagian pada permukaan
Fr, dan kekasaran relatif [7]. yang sejajar dengan aliran hulu, dan ynag lainnya tegak
2.4.1. Drag Gesekan (Cdf) lurus terhadap kecepatan hulu, dan sebagian besar
Drag gasekan, D adalah bagian dari drag yang lainnya pada orientasi arah dengan sudut diantaranya.
langsung disebabkan oleh tegangan geser. Drag ini Drag tekanan dapat juga diperoleh dari persamaan
bukan hanya merupakan fungsi dari besar tegangan 𝐷= 𝑑𝐹 =𝑥 𝑝 cos 𝜃 𝑑𝐴 + 𝜏𝑤 sin 𝜃 𝑑𝐴
geser dinding, tetapi juga arah orientasi permukaan
Jika terdapat gambaran terperinci dari distribusi tekanan
dimana gaya tersebut bekerja. Jika permukaan sejajar
dan bentuk benda yang diberikan
dengan kecepatan hulu, seluruh gaya geser
berkontribusi langsung terhadap drag. Hal ini terjadi 𝐷𝑝 = 𝑝 cos 𝜃 𝑑𝐴
pada pelat datar yang tegak lurus terhadap kecepatan Yang dapat dituliskan kembali dalam koefisien drag
hulu.
tekanan, 𝐶𝐷𝑝 , sebagai
Secara umum, permukaan sebuah benda akan
𝐷𝑃 𝑝 cos 𝜃 𝑑𝐴 𝐶𝑃 cos 𝜃 𝑑𝐴
terdiri dari bagian yang sejajar dan tegak lurus terhadap 𝐶𝐷𝑝 = = ==
12 1𝐴
aliran hulu, dan juga pada arah dia antraranya. Silinder 2
2 𝜌𝑉 𝐴 2 𝜌𝑉 𝐴
bundar adalah salah satunya. Karena fluida-fluida yang 𝜌𝑉
Disini 𝐶𝑝 = (𝑝 − 𝑝𝑜 )/( ) adalah koefisien tekanan,
umum viskositasnya kecil, kontribusi dari gaya geser 2
terhadap drag keseluruhan pada benda seringkali sangat dimana 𝑝𝑜 adalah tekanan acuan[7].
2
kecil. Pernyataan seperti ini seharusnya disajikan suku-
suku tak berdimensi. Hal ini karena bilangan Reynolds 2. 6 Computatinal Fluid Dinamics (CFD)
untuk aliran-aliran yang lazim sangat besar, persentase Computational Fluid Dynamics (CFD) adalah
drag yang disebabkan langsung oleh tegangan geser metode perhitungan dengan sebuah control dimensi,
seringkali sangat kecil. Namun demikian, untuk benda- luas dan volume dengan memanfaatkan bantuan
benda yang sangat streamlined atau untuk aliran dengan komputasi komputer untuk melakukan perhitungan
bilangan Reynold rendah, sebagian besar drag mungkin pada tiap-tiap elemen pembaginya. Prinsipnya adalah
disebabkan oleh drag gesekan. suatu ruang yang berisi fluida yang akan dilakukan
Drag gesekan pada pelat datar dengan lebar b penghitungan dibagi-bagi menjadi beberapa bagian, hal
dan panjang l yang sejajar dengan aliran hulu dapat ini sering disebut dengan sel dan prosesnya dinamakan
dihitung dengan meshing. Bagian-bagian yang terbagi tersebut
4
merupakan sebuah kontrol penghitungan yang akan integrasi persamaan diskrit. Tahap akhir merupakan
dilakukan adalah aplikasi. Kontrol-kontrol tahap postprocessor dimana hasil perhitungan
penghitungan ini beserta kontrol-kontrol penghitungan diinterpretasikan ke dalam gambar, grafik bahkan
lainnya merupakan pembagian ruang yang disebut tadi animasi dengan pola warna tertentu [2].
atau meshing. Nantinya, pada setiap titik kontrol
penghitungan akan dilakukan penghitungan oleh 2. 7 Grid Generation
aplikasi dengan batasan domain dan boundary condition Grid Generation adalah aspek penting dalam
yang telah ditentukan. Prinsip inilah yang banyak semua metode numerik yang menggunakan finite
dipakai pada proses penghitungan dengan difference, finite volume dan finite elements dalam
menggunakan bantuan komputasi komputer. rangka mendapatkan solusi dari persamaan differensial
CFD adalah penghitungan yang parsial. Caranya dengan membagi domain aliran ke
mengkhususkan pada fluida. Mulai dari aliran fluida, dalam elemen-elemen kecil (segitiga, poligon 2D,
heat transfer dan reaksi kimia yang terjadi pada fluida. tetrahedral, quadrilateral) yang disebut cell. Gabungan
Atas prinsip-prinsip dasar mekanika fluida, konservasi dari cell-cell tersebut membentuk satu kesatuan dalam
energi, momentum, massa, serta species, penghitungan domain yang disebut mesh atau grid karena gabungan
dengan CFD dapat dilakukan. Secara sederhana proses dari elemen-elemen tersebut seperti jala.
penghitungan yang dilakukan oleh aplikasi CFD adalah Terdapat beberapa masalah konseptual yang
dengan kontrol-kontrol penghitungan yang telah harus diselesaikan dalam memilih sistem grid
dilakukan maka kontrol penghitungan tersebut akan generation untuk masalah-masalah tertentu[8].
melibatkan dengan memanfaatkan persamaan- Domain terbuka maupun tertutup
persamaan yang terlibat. Persaman-persamaan ini Topologi domain
adalah persamaan yang membangkitkan dengan Single atau multiple block
memasukan parameter apa saja yang terlibat dalam Structured atau unstructured
domain. Misalnya ketika suatu model yang akan 2D atau 3D
dianalisa melibatkan temperatur berarti model tersebut
melibatkan persamaan energi atau konservasi dari 2. 8 Skema Numerik
energi tersebut. Inisialisai awal dari persamaan adalah Untuk melengkapi diskritisasi dari adveksi,
boundary condition. Boundary condition adalah kondisi variabel 𝜑𝑖𝑝 harus dihubungkan dengan nilai titik dari
dimana kontrol-kontrol perhitungan didefinisikan
𝜑. Skema yang diterapkan di ANSYS memiliki bentuk
sebagai definisi awal yang akan dilibatkan ke kontrol-
𝜑𝑖𝑝 = 𝜑𝑢𝑝 + 𝛽∇ɸ∆𝑡
kontrol penghitungan yang berdekatan dengannya
melalui persamaan-persamaan yang terlibat. Dimana 𝜑𝑢𝑝 adalah nilai titik dari upwind dan 𝑡 adalah
Secara umum proses penghitungan CFD terdiri vektor dari upwind node ke integration point (ip).
atas 3 bagian utama: Ketika menggunakan specified blend, ∇ɸ adalah rata-
1. Prepocessor rata dari gradien titik-titik yang berdekatan dan ketika
2. Processor menggunakan skema high resolution ∇ɸ adalah gradien
3. Post processor titik pada upwind node. Pemilihan khusus nilai 𝛽 akan
Prepocessor adalah tahap dimana data diinput memberikan skema lain yang berbeda.
mulai dari pendefinisian domain serta pendefinisian 2.7.1. 1st Order Upwind Scheme
kondisi batas atau boundary condition. Ditahap ini juga Nilai 𝛽 = 0 adalah nilai untuk first order
sebuah benda atau ruangan yang akan dianalisa dibagi- upwind difference. Banyak skema yang dikembangkan
bagi dengan jumlah grid tertentu atau sering juga untuk CFD yang berdasarkan deret aproksimasi
disebut dengan meshing. Tahap selanjutnya adalah ekspansi seperti deret Taylor, untuk fungsi kontiyu.
processor, pada tahap ini dilakukan proses Semakin banyak bentuk ekspansi yang digunakan.
penghitungan data-data input dengan persamaan yang Derajat (order) dari skema tersebut merupakan indikasi
terlibat secara iteratif. Artinya penghitungan dilakukan dari pangkat terbesar yang dipangkas dalam deret
hingga hasil menuju error terkecil atau hingga mencapai ekspansi. Skema 1st Order Upwind sangat baik dan
nilai yang konvergen. Penghitungan dilakukan secara stabil secara numerik dan dijamin tidak akan jauh dari
menyeluruh terhadap volume kontrol dengan proses
5
target. Namun skema tersebut sangat rentan terhadap 3.2 Studi Literatur
difusi numerik atau ‘gradient smeasring’[7]. Tahap pertama yang dilakukan dalam
2.7.2. 2nd Order Upwind Scheme pengerjaan laporan ini adalah studi literatur. Studi
Dalam second Order Upwind Scheme tingkat literatur digunakan untuk mengetahui karakteristik
akurasi lebih tinggi dari first order upwind sehingga aliran fluida seperti aliran turbulen, laminar,
dalam perhitungan atau simulasi lebih dianjurkan invicid, dan viscous, serta untuk mengetahui
menggunakan second Order Upwind. Second Order kecepatan dan reynold number yang digunakan
Upwind menggunakan ekspansi deret Taylor dalam sebagai input. Selain itu, studi literatur digunakan
solusinya seperti halnya dengan first order upwind.
untuk mengetahui teori dan konsep dari
perhitungan yang digunakan dalam menyelesaikan
laporan ini serta untuk lebih memahami
3. PROSES SIMULASI
permasalahan yang akan dibahas dalam laporan ini.
3.1 Langkah Kerja
Referensi-referensi untuk mengerjakan laporan ini
Langkah-langkah simulasi dapat dilihat pada didapatkan dari buku, jurnal ilmiah, laporan-
skema berikut: laporan sebelumnya yang masih berkaitan dan
Mulai
internet.
Pembuatan meshing
Nilai kecepatan
Gambar 8. Model Lingkaran dan Domain di Software ICEM
ANSYS CFD
Dalam pembuatan model lingkaran dan domain
Pelaksanakan perhitungan atau komputasi menggunakan software ICEM ANSYS CFD dengan
ukuran-ukuran yang telah ditentukan sebelumnya.
Kesimpulan
Selesai
Tahap 2
8
Untuk mengetahui nilai Cp perhitungan manual
yang dihasilkan dapat digunakan rumus sebagai berikut:
𝐶𝑝 = 1 − 4 𝑆𝑖𝑛2 𝜃
Sehingga dihasilkan nilai Cp pada setiap titik sudut
adalah sebagai berikut:
θᴼ Cp = 1-(4×Sin² θ)
0 1
45 -1
7. Kemudian lompati hingga ke SOLUTION 90 -3
INITIALIZATION, pada kontak atur Compute 135 -1
from “In”, kemudian initialize. 180 1
8. Klik RUN CALCULATION, sesuaikan pengaturan
dengan gambar. Klik Calculate. Dalam simulasi dengan metode CFD yang
9. Dengan proses running ini digambarkan dengan dilakukan, menggunakan beberapa karakteristik aliran
grafik, dengan sumbu x menunjukkan acumulated yaitu aliran invicid first order, invicid second order,
time step sesuai dengan nilai iterasi yang kita laminar viscous first order, laminar viscous second
masukkan dan sumbu y menunjukkan variable order, laminar invicid first order, laminar invicid
value. second order, turbulen viscous first order, turbulen
viscous second order, turbulen invicid first order, dan
turbulen invicid second order.
Gambar 17. Kontur kecepatan aliran laminar Viscous Gambar 20. Kontur kecepatan aliran Invicid Second Order
First Order
10
aliran pada first order. Pada diskritisasi first order
bentuk aliran kecepatannya cenderung simetris
sedangkan pada diskritisasi second order bentuk aliran
kecepatannya cenderung tidak simetri. Hal ini
dimungkinkan karena iterasi pada simulasi diskritisasi
second order belum mencapai konvergen meskipun
sampai iterasi 100.000, berbeda dengan diskritisasi first
order, yaitu pada iterasi ± 1200 sudah konvergen. Gambar 28. Kontur tekanan aliran turbulen Invicid First
Order
Sehingga pada simulasi ini penulis membatasi dan
menyeragamkan nilai iterasi 10.000. Second order ini
menghitung dengan ketelitian lebih tinggi dibandingkan
dengan first order sehingga waktu simulasinya akan
semakin lama dan jumlah iterasinya juga semakin besar.
11
Gambar 32. Kontur tekanan aliran laminar Viscous
Second Order
12
4.1.4 Koefisien Drag 5. KESIMPULAN
Tabel 2. Nilai Koefisien Drag berbagai Aliran Setelah dilakukan analisa aliran fluida pada
Flow Force (N/m) Cd lingkaran dengan menggunakan metode CFD maka
Laminar inviscous 1st order 0.21333548 0.143528371 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Laminar viscous 1st order 0.77425553 0.520905548 1. DiskritisasiFlowsecond orderForce menurut Cd teori
(N/m)
Laminar inviscous 2nd order 0.21915285 0.147442196 hasilnyainviscous
Laminar 1stlebihorderbagus/baik0.21333548 dibandi
0.143528371
Laminar viscous 2nd order 0.63200761 0.425203641 Laminar viscous 1st order Tetapi dalam simulasi ini
ngkan
dengan first order.
hal tersebut tidak sesuai 0.77425553 0.520905548
Flow Force (N/m) Cd Laminar inviscous 2nd order
karena 0.425203641
0.63200761 pada
0.21915285 0.147442196
Turbulence inviscous 1st order 368066.01 0.234436949 Laminar viscous 2nd order
Turbulence viscous 1st order 323197.48 0.205858268 diskritisasi second
belum mencapai order dalam
konvergen. simulasinya
Force (N/m) Cd
Turbulence inviscous 2nd order 54.229.773 0.034541257 Flow
Turbulence viscous 2nd order 131719.09 0.08389751 2. Nilai Cp pada grafik dari hasil simulasi mengikuti
Turbulence
pola padainviscous 1st order 368066.01 0.234436949
inviscous 2ndideal flow terutama padaaliran
0.034541257
Turbulence viscous 1st order 323197.48 0.205858268
Flow Force (N/m) Cd invicid.
Turbulence 54229.773
Invicid 1st order 0.21983977 0.147904343 Turbulence viscous 2nd order 131719.09 0.08389751
Invicid 2nd order 0.77341877 0.520342591 3. Nilai
denganCd yang dihasilkan masih belum sesuai
teori.
Pada simulasi numerik dengan menggunakan Flow Force (N/m) Cd
Invicid 1st order 0.21983977 0.147904343
FLUENT dua dimensi (2D) menghasilkan nilai
Invicid 2nd order 0.77341877 0.520342591
gaya dengan satuan N/m (Newton/meter). Ini DAFTAR PUSTAKA
sesuai dengan analisa dimensinya yaitu: [1] Dilah. 2009. Dinamika Fluida.
𝐹 http://cakdilah.files.wordpress.com/2009/03/bab-8-
𝐶𝑑 = dinamika-fluida.pdf. [16 Desember 2014].
2 𝜌. 𝐾. 𝑣
1 2
[2] Potter, C. M., dan Wiggert, D. C. 2008. Schaum’s
Outlines Mekanika Fluida. Jakarta: Erlangga.
Dimana : [3] Indra, A., Ridwan, dan Setiawan, I. (Tanpa Tahun).
F = Gaya pada analisa numerik FLUENT 2D Analisa Aliran Fluida pada Pipa Spiral dengan
(N/m) Variasi Diameter menggunakan Metode
ρ = massa jenis air (kg/m3) Computational Fluid Dinamics. Depok: UG.
[4] White, F. M. 2003. Fluid Mechanics Forth Edition.
K = keliling lingkaran (m)
Boston: McGraw-Hill.
Cd = koef. drag dalam aerodinamika dan
[5] Putra, M. A. A. 2011. Simulasi Pemisahan Fluida
hidrodinamika.
2 Fasa di dalam Coalescer dengan menggunakan
Analisa dimensi : CFD. Semarang: UNDIP.
𝐶𝑑 = 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑏𝑒𝑟𝑑𝑖𝑚𝑒𝑛𝑠𝑖 [6] Kulkarni, A., dan Moeykens. S. 2005. Flow Over a
sama dengan Cylinder. USA: Fluent Inc.
𝐹/𝑚 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑥 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 / 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 [7] Munson, B. R., Donald, F. Y., dan Okiishi, T. H.
1
𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑥 𝑘𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑥 𝑘𝑢𝑎𝑑𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛
= 2002. Fundamentals of Fluid Mechanics Fourth
𝑀.𝐿.𝑇−2.𝐿−1
Edition. New York: John Wiley & Sons, Inc.
= 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎𝑀.𝐿−3.𝐿.𝐿2.𝑇−2 = 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑏𝑒𝑟𝑑𝑖𝑚𝑒𝑛𝑠𝑖
2
𝜌.𝐾.𝑣2 [8] Maha, N. 2007. CFD dan Pendekatan Numerik.
Pada Tabel diatas didapatkan nilai Cd dari Bandung: ITB.
setiap aliran. Dalam teori nilai Cd untuk aliran turbulen
pada lingkaran yaitu Cd = 1,17 sedangkan pada hasil
yang didapatkan tidak sesuai dengan hasil teori.
Kemungkinan terjadi kesalahan dalam meshing atau
kerapatan meshing yang masih belum rapat. Sedangkan
pada aliran turbulen nilai Cd = 0,3 dalam teori, dan
hasil simulasi masih belum sesuai walaupun pada
turbulen first order nilai Cd bernilai lebih dari 0,2.
13