Anda di halaman 1dari 22

i

LAPORAN PRAKTIKUM PENCEMARAN LAUT

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT DAN BAHAN


ORGANIK PADA SEDIMEN DI PERAIRAIRAN DESA
NAGALAWAN KECAMATAN PERBAUNGAN SERDANG
BEDAGAI, SUMATERA UTARA
OLEH :

WILLIAM COHEN DAULAT SIMAMORA


1504115776
ILMU KELAUTAN

JURUSAN ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2017
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, karunia

dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum

pencemaran laut.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Asisten praktikum yang telah

membantu kami dalam menyusun laporan ini. Kepada Bapak atau Ibu Dosen, dan

semua pihak yang telah membantu, dan memberikan masukan dalam menyusun

laporan ini.

Akhirnya dengan segala keterbatasan serta pengetahuan, penulis

menyadari bahwa dalam penulisan ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan komentar yang dapat dijadikan

masukan dalam menyempurnakan kekurangan penulis di masa yang akan datang

dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Pekanbaru, 21 Desember 2017

Penulis
iii

DAFTAR ISI

Isi Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................ iii

DAFTAR TABEL ................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... v

I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1


1.3 Tujuan dan Mamfaat ....................................................................... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 3

III. METODE PRAKTIKUM ................................................................ 7

3.1 Waktu dan Tempat .......................................................................... 7


3.2 Bahan dan Alat ................................................................................ 7
3.3 Metode Praktikum ........................................................................... 7
3.4 Prosedur Praktikum ......................................................................... 7

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 10

4.1 Hasil ................................................................................................ 10


4.2 Pembahasan ..................................................................................... 11

V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 14

5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 14


5.2 Saran ................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 15

LAMPIRAN ............................................................................................. 16
iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Hasil perhitungan bahan organik total .................................................... 10


v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Proses di laboratorium............................................................................... 17
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada umumnya pencemaran laut yang terjadi baik secara fisika, kimiawi

maupun biologis, banyak menghasilkan racun bagi biota laut dan manusia. Salah

satu dari bahan pencemar itu adalah hidrokarbon minyak bumi. Minyak bumi

adalah campuran hidrokarbon yang terbentuk berjuta-juta tahun yang lalu di masa

lampau sebagai hasil dekomposisi bahan-bahan organik dari tumbuhan-tumbuhan

dan hewan. Minyak bumi berupa cairan kental berwarna kehitaman yang teradapat

dalam cekungan-cekuangan kerak bumi dan merupakan campuran sangat komplek

dari senyawa-senyawa hidrokarbon dan bukan hidrokarbon.

Perairan pesisir merupakan perairan yang sangat kaya akan berbagai

macam zat kimia terutama bahan organik. Dimana keberadaan bahan-bahan

organik ini sangat mempengaruhi distribusi organisme yang ada didalamnya.

Bahan organik yang dikandung oleh suatu perairan merupakan parameter

kesuburan perairan tersebut (Riley dan Chester, 1971).

Substansi kimia yang tidak mudah terurai (seperti organoklorin, hidrokarbon, dan

logam berat) disebut substansi atau komponen yang resisten. Komponen kimia ini

akan berada relatif lama dalam ekosistem perairan pesisir dapat terakumulasi

dalam biota laut (tumbuhan maupun hewan), kemudian mengalami proses

biotransformasi melalui sistem jaringan makanan, dan proses biomagnifikasi di

mana kadarnya dalam tubuh biota tersebut akan meningkat. Pengaruh yang

ditimbulkan dapat bersifat akut ataupun kronik (Riley dan Chester, 1975).

Dengan pertimbangan bahwa banyak atau tidaknya bahan organik dalam suatu

perairan kali maka lewat kesempatan praktikum oseanografi kimia ini kami
2

mencoba mempelajari dan mengkaji sejauh mana bahan organik yang

terakumulasi atau seberapa besar subsidi dari bahan organik total yang ada di

perairan Metro Tanjung Bunga.

1.3 Tujuan dan Mamfaat

Tujuan dari dilakukanya praktikum ini adalah agar mahasiswa mengetahui

Kandungan bahan organik dan logam berat yang ada di laut berada di sediman di

perariran tersebut akibat ulah manusia.

Mamfaat dari praktikum ini adalah data hasil praktikum dapat menjadi

acuan apakah perairan itu tercemar atau tidak berapa banyak bahan organik dan

logam berat yang ada di perairan.


3

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bahan organik menggambarkan kandungan bahan organik total suatu

perairan yang terdiri dari bahan organik terlarut, tersuspensi dan koloid. Prinsip

analisa didasarkan pada kenyataan semua bahan organik dapat dioksidasi dengan

dengan menggunakan senyawa Kalium permanganat atau Kalium dicromat.

Oksidator yang digunakan pada penentuan adalah KmnO4, diasamkan dengan

H2SO4 pekat dan dididihkan beberapa saat (Riley dan Chester, 1975).

Menurut Rignolda (1995) bahwa tingkat produktivitas perairan tawar dapat

digambarkan dengan melihat total bahan organik yang dikandungnya bahan

organik sebagian besar dihasilkan oleh detritus yang dimanfaatkan sebagai nutrien

bagi tumbuhan air dan organisme dekomposer dan menyatakan bahwa perairan

dengan kandungan bahan organik terlarut di atas 26 ppm tergolong perairan subur.

Empat sumber dari mana senyawa-senyawa organik terlarut dalam air laut berasal,

yaitu:

a. Daratan

b. Pembusukan organisme-organisme mati

c.Penambahan metabolik-metabolik ekstraselluler oleh algae, terutama

fitoplankton

d. Ekskresi zooplankton dan hewan-hewan bahari lainnya

Dewasa ini bahan-bahan organik terlarut yang sampai di laut dari daratan bukan

saja berasal dari proses-proses alam. Meningkatnya industrialisasi dan bertambah

padatnya populasi manusia mengakibatkan bahwa makin banyaknya limbah

organik terlarut yang sampai di laut dari daratan. Banyak diantaranya mudah

mengalami oksidasi dan mengalami dekomposisi bakterial dalam laut. Tetapi


4

dalam perairan-perairan bahari yang sifatnya agak tertutup seperti perairan

estuaria kebutuhan akan oksigen untuk dekomposisi bahan-bahan ini demikian

besarnya sehingga dapat membahayakan kehidupan dalam perairan-perairan

tersebut (Koesbiono, 1980).

Sebagian besar bahan buangan organik dapat diuraikan oleh organisme mikro

yang berada di sekitar perairan. Tetapi beberapa komponen organik seperti lignin,

selulosa dan batubara tidak dapat atau sulit diuraikan oleh

organisme. Komponen-komponen yang sulit terurai tersebut akan menutupi

daerah perairan dan memperdangkal perairan dan dapat juga mengakibatkan

turunnya konsentrasi oksigen terlarut dalam air (Wardoyo 2013).

Adapun klasifikasi pencemaran bahan organik dalam perairan menurut

Wardoyo (2013), sebagai berikut:

a. Polusi bahan organik kelas I (sedikit). Pada dasar perairan tidak terbentuk

endapan atau lapisan hitam dari Ferosulfida (FeS) warna substrat dasar coklat atau

terang (liat atau kerikil) O2 paling sedikit 8 ppm

b. Polusi bahan organik kelas II (sedang). Perairan berarus lambat, luas relatif

sempit. Pada lapisan perairan kadang-kadang terdapat lapisan kehitam-hitaman,

O2 terlarut hampir 6 ppm

c. Polusi organik kelas III (kritis). Substrat pada lapisan perairan yang dalam

berwarna hitam, kandungan oksigen rata-rata 4 ppm.

d. Polusi organik kelas IV (berat). Substrat lapisan perairan dasar dalam bentuk liat

atau lumpur, hampir semua berwarna hitam, kandungan oksigen 2 ppm.


5

e. Polusi organik kelas V (sangat berat). Semua dasar perairan yang

berhubungan dengan udara berwarna hitam legam, kandungan oksigen terlarut < 2

ppm dan biasanya mengandung racun.

Pada umumnya pencemaran laut yang terjadi baik secara fisika, kimiawi

maupun biologis, banyak menghasilkan racun bagi biota laut dan manusia. Salah

satu dari bahan pencemar itu adalah hidrokarbon minyak bumi. Minyak bumi

adalah campuran hidrokarbon yang terbentuk berjuta-juta tahun yang lalu di masa

lampau sebagai hasil dekomposisi bahan-bahan organik dari tumbuhan-tumbuhan

dan hewan. Minyak bumi berupa cairan kental berwarna kehitaman yang teradapat

dalam cekungan-cekuangan kerak bumi dan merupakan campuran sangat komplek

dari senyawa-senyawa hidrokarbon dan bukan hidrokarbon. Dewasa ini terdapat

500 senyawa yang pernah dideteksi dalam suatu cuplikan minyak bumi yang

terdiri dari minyak bumi fraksi ringan dan fraksi berat. Minyak bumi fraksi

ringan, komponen utamanya adalah n-alkana dengan atom C15-17, sedangkan

minyak bumi fraksi berat komponen utamanya adalah fraksi hidrokarbon dengan

tidik didih tinggi .Keberadaan senyawa hidrokarbon minyak bumi di perairan laut

dapat berasal dari berbagai sumber. Akibat-akibat jangka pendek dari pencemaran

minyak bumi sudah banyak dilaporkan. Molekul-molekul hidrokarbon minyak

bumi dapat merusak membran sel yang berakibat pada keluarnya cairan sel dan

berpenetrasinya bahan tersebut ke dalam sel. Ikan-ikan yang hidup di lingkungan

yang tercemar oleh minyak dan senyawa hidrokarbon akan mengalami berbagai

gangguan struktur dan fungsi tubuh. Berbagai jenis udang dan ikan akan beraroma

dan berbau minyak, sehingga berkurang mutunya. Secara langsung minyak dapat

menimbulkan kematian pada ikan. Hal ini disebabkan oleh kekurangan oksigen,
6

keracunan karbondioksida dan keracunan langsung oleh bahan beracun yang

terdapat dalam minyak.


7

III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Pengambilan sampel dilakukan di kawasan muara perairan Pantai

Nagalawan Serdang Bedagai pada 10 November 2017 dan proses analisis sampel

dilakukan pada 6-8 Desember 2017 di Laboratorium Kimia Laut Fakultas

Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Riau

3.2 Bahan dan Alat

Bahan Organik

Bahan : sampel

Alat : Oven, timbangan, furnert, aluminium foil,whattman 0,45

mikrometer mikrometer, alat tulis, sendok , kertas label, serbet, modul

Logam berat

Bahan : sampel, asam nitrat (HNO3) pekat, hydrochloric acid (HCLO4),air

suling

Alat : Oven, timbangan, furnert, aluminium foil,whattman 0,45

mikrometer, alat tulis, sendok , kertas label, serbet, modul

3.3 Metode Praktikum

Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode pengamatan

langsung di Laboratorium Kimia Laut untuk analisis kandungan logam berat dan

bahan organikpada sedimen di perairan Serdang Bedagai

3.4 Prosedur Praktikum

Analisis bahan organik

- sebelumnya dibuat cawan dengan aluminium foil 15 x 15 cm2


8

- timbang sampel sedimen dengan timbangan analitik dengan berat

sedimen 50 gr, masukkan kecawan lalu kemudian diovendengan suhu

105ºC selama 24 jam agar air terevaporasi masukkan ke desikator

untuk mendinginkan suhu

- timbang kembali sampel sebelum mendapatkan hasil pembakaran

- sampel dalam cawan dibakar dengan furnes untuk menghilangkan zat-

zat organik pada suhu 550ºC selama 15-30 menit kemudian

didinginkan dengandesikator selama 30-60 menitlalu ditimbang

dengan timbangan analitik.

- Maka akan didapatkan nilai a

Untuk mengetahui kandungan zat organik total maka dilakukan perhitungan

dengan rumus :

Zaat organik total = (d – a) × 100%


C
Dimana :

a = berat cawan dan sampel sedimen sesudah pembakaran 550ºC.

d = berat cawan dan berat sampel sedimen sebelum pembakaran 550ºC atau

sesudah pengeringan 105ºC

C = berat sampel.

Analisi bahan organik (tech,1986) pertama pertama buat cawan berasal

dari aluminium foil kemudian masukkan sediman kedalamnya setelah itu dioven

selama 10 menit dengan suhu 1050C itu ditimbang kemudian diambil sebanya 50

gr dari sedimen tersebut kemudian di oven selama 24 jam dengan suhu 1050C

Setelah Itu Ditimbang Kembali Lalu Dimasukkan Kedalam Furnest Selama 3jam

Dengan Suhu 5500C setelah itu ditimbang kembali.


9

Kemudian dimaskukankedalam rumus :

Analisis minyak di perairan dilakukan dengan metode ekstrak CCL4 hal

pertama yang dilakukan adalah dengan memasukkan air sampel sebanyak 250 ml

kedalam corong pisah lalu masukkan ccl4 sebanyak 74 ml yang dibagi 4 menjadi

19 ml kemudian dihomogenkan dengan megaduk membentuk angka 8 selama 5

menit setelah itu cair yang ada didalam akan terbagi 3 yaitu minyak koliform dan

air, kemudian akan diukur volume dari koliform dan minyak tersebut dengan

gelas ukur, setelah diukur samper minyak dan koliform tersebut dioven dengan

suhu 900C sampai coliformnya habis setelah itu timbang beker glass yang sudah

diketahui berat awalnya semula.

Perhitungan konsentrasi logam berat logam berat data yang diperoleh AAS

dikonversi menjadi nilai sebenarnya dari kandungan logam berat dalam sedimen

dengan rumus sebagai berikut :

C = A×V
G

Keterangan :

C = konsentrasi yang sebenarnya dari sampel (µg/g)

A = Nilai absorbansi AAS (µg/g)

V = Volume sampel (ml)

G = Berat sampel (g)


10

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Kondisi Umum Lokasi Praktikum

Daerah tempat lokasi prakrikumyang berlangsung di pantai Nagalawan

Serdang Bedagai Sumatera Utara merupakan tempat wisata dimana banyak

pengunjung yang datang kesana untuk rekreasi, keadaan pantainya berpasir dan

landai dengan pasir berwarna putih dan banyak poohon mangove yang baru

ditanan disekitar tempat tersebut warna air sangat keruh.

4.1.2 Parameter Kualitas Air

Ph = 7

Salinitas = 27 ppm

Suhu = 26 ºC

4.1.3 Prosedur Pegukuran Logam Berat

4.1.4 Hasil Pengamatan Bahan Organik

Tabel 1. Hasil perhitungan bahan organik total


Zat organik
No Kode Sampel d(gr) A(gr) C(gr)
total (%)
1. Kelompok 1 23,52 26,33 50 2,38
2. Kelompok 2 46,16 45,90 50 0,52
3. Kelompok 3 41,91 41,67 50 0,52
4 Kelompok 4 28,07 26,79 50 2,56
5 Kelompok 5 45,62 45,41 50 1,42
6 Kelompok 6 43,43 43,20 50 0,46
7 Kelompok 7 15,46 14,00 50 2,92
8 Kelompok 8 15,64 14,01 50 3,26
11

60

50

40

30

20

10

0
kelompok kelompok kelompok kelompok kelompok kelompok kelompok kelompok
1 2 3 4 5 6 7 8
d(gr) A(gr) C(gr) Zat organik total (%)

4.2 Pembahasan

4.2.1 Kondisi Umum Lokasi Praktikum

Daerah tempat lokasi prakrikumyang berlangsung di pantai Nagalawan

Serdang Bedagai Sumatera Utara merupakan tempat wisata dimana banyak

pengunjung yang datang kesana untuk rekreasi, keadaan pantainya berpasir dan

landai dengan pasir berwarna putih dan banyak poohon mangove yang baru

ditanan disekitar tempat tersebut warna air sangat keruh.

4.2.2 Parameter Kualitas Air

Dari parameter suhu dimana suhu 26 ºC yang masih baik untuk biota

Sebagian besar dari makrozoobenthos dapat melakukan toleransi pada suhu air

dibawah 35oC, walaupun ada yang mampu bertahan pada suhu yang ekstrim panas

hingga 35 – 50 oC misalnya larva Diptera (Sudarso dan Wardiatno, 2015).

ph yang diperoleh adalah 7 dimana baik untuk biota Derajat keasaman

(pH) merupakan parameter kimia yang menunjukan salinitas dari suatu perairan

dimana biota air dapat hidup didalamnya, pH yang ideal berkisar antara 6,5 – 8,5.
12

Dimana setiap organisme air memiliki toleransi yang berbeda (Purba dan Michael

dalam Veronica et al., 2009).

Dan salinitas tersebut tergolong normal dan belum tercemar yang tinggi

lebih dominan. Menurut Nontji (2012), sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh

berbagai faktor seperti pola sirkulasi air, penguapan, curah hujan, dan aliran

sungai dan karena daerah tempat pengambilan sampel adalah muara salinitas akan

sering berubah.

4.2.3 Hasil Pengamatan Bahan Organik

Dari tabel hasil dapat kita lihat bahwa zat organik total paling banyak

ditemukan di stasiun 7 dan 8 yang hal ini terjadi hal ini dikarenakan stasiun

tersebut lokasinya dekat dengan rumah masyarakat yang disimpulkan bahan

organik tersebut dari buangan masyarakat.

Yang paling sedikit pada stasiun 2,3,dan 6 dikarenakan lokasinya sedikit

kearah laut sehingga jarang ada aktivitas di tempat tersebut dan stasiun 1 tinggi

dikarenakan daerah tersebut adalah muara sungai yang

yang ditimbulkannya adalah menurunkan kandungan oksigen terlarut dan

terjadi proses eutrofikasi (proses bertumbuh-kembangnya organisme perairan

karena kesuburan yang meningkat dan biasanya mempunyai dampak negatif

terhadap ikan).

Sedimen yang berasal dari hancuran bahan-bahan organik dari hewan maupun

tumbuhan yang sudah mati, disebut juga sedimen organik atau sedimen

organogen atau biolit (Setiono, 1996 dalam Kohongia,2002). Secara umum,

pendeposisian material organik karbon dan keadaannya (material yang bersumber


13

dari cangkang dan karang) lebih banyak terdapat di daerah dekat pantai dan pada

lingkungan laut lepas (Stein, 1991 dalam Kohongia, 2002).


14

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pencemaran di lingkungan mengalami peningkatan, masuknya bahan

pencemar berasal dari aktivitas daratan, seperti aktivitas industri, pembuangan

sampah, pestisida dari pertanian, kegiatan perkapalan dan tumpahan minyak.

Bahan pencemaran dari segala aktivitas di daratan berdampak pada perubahan

ekosisitemn laut karena dapat terakumulasi sehingga menjadi toksik terhadap

lingkungan. Pencemaran ekosistem laut, salah satunya disebabkan oleh akumulasi

logam berat, diantaranya Cd, Hg, Pb, Zn, Cu, Fe dan Ni. Perubahan ekosistem laut

yang dikarenakan oleh akumulasi logam berat dapat mempengaruhi faktor

parameter lingkungan, seperti suhu, pH, salinitas, kecerahan, DO (Dissolve

Oxygen), dan arus. Identifikasi logam berat dapat dilakukan menggunakan AAS

dengan prinsip spektrofotometri panjang gelombang.

5.2 Saran

Praktikum pencemaran laut tidak hanya mengidentifikasi logam berat di

perairan laut, tetapi juga di sedimen dan kawasan tambak. Pada saat praktikum

laboratorium lebih berorientasi pada identifikasi sampel yang diperoleh dari

lapang dan menyediakan fasilitas praktikum yang lebih memadai sehingga

pemahan materi dapat diimplementasikan dalam kegiatan praktik secara langsung.

Jangan mepet mepet Deadline nya. Karena banyak praktikum lain jugayang harus

di kejar dan kerjain laporan nya.


15

DAFTAR PUSTAKA

Koesbiono, 2012. Catatan Kuliah Biologi Laut. Fakultas Perikanan, IPB Bogor.

Libes, S.M. 2007. An Introduction to Marine Biogeochemistry. Department of

Marine Science. University of South Carolina-Coastal College Conway.

John Wiley & Sons, Inc.

Rignolda, D. 2005. Kontribusi Hutan Mangrove dalam Penyediaan Nitrogen dan

Fosfor Potensi di Perairan Sekitar Likupang, Kabupaten Minahasa

Sulawesi Utara. Tesis. Program Studi Perairan. Program Pasca Sarjana

IPB. Bogor

Kohongia, K., 2012. Karakteristik Sedimen Dasar Teluk Buyat. Skripsi. Program

Studi Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-Unsrat.

Manado.

Sudarso, J., dan Y. Wardiatno. 2015. Penilaian Status Mutu Sungai Dengan

Indikator Makrozoobenthos. Pena Nusantara. Bogor. 398 hal.

Veronica, I. N., Y. Purwigafrina., M. Rahim., R. P. Ilmiawan., dan A. A.

Setyawan. 2009. Karakteristik Ekosistem Perairan Mengalir. Studi Kasus.

Institut Pertanian Bogor.

Wardoyo, S.T.H.. 2013. Kriteria Air Untuk keperluan Pertanian dan Perikanan.

Seminar pengendalian pencemaran air. Bandung. Bagian Akuakultur

Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.


16

LAMPIRAN
17

Lampiran 1. Proses Di Laboratorium

Anda mungkin juga menyukai