Anda di halaman 1dari 11

Topik: Supra Ventrikular Takikardi

Tanggal (kasus): - Presenter :dr. Mikyal Bulqiah


Tanggal (presentasi): 7 September Pendamping :dr. Suriadi Umar Sp. A Pembimbing : dr. Deddy, Sp.PD
2018 dr. Erlinawati Sp. S
Tempat Presentasi : Ruang Penyakit Dalam Wanita
Obyektif Presentasi:
√ Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka

√ Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi Anak Remaja √ Dewasa Lansia Bumil

Deskripsi : Pasien 47 tahun datang dengan berdebar-debar


Tujuan:
o Memberikan penanganan yang tepat, cepat, dan akurat pada pasien yang mengalami Supraventrikular Takikardia [SVT]
Bahan bahasan: Tinjauan Pustaka Riset √ Kasus Audit

Cara membahas: Diskusi √ Presentasi dan diskusi E-mail Pos


Data pasien: Nama: Ank. I / 47 tahun Nomor Registrasi: 210089
Nama klinik: TGk, Chik Ditiro Telp: - Terdaftar sejak: 1 September 2017
Data utama untuk bahan diskusi:
 Diagnosis / Gambaran Klinis :

Keluhan Utam : berdebar-debar

1
Keluhan Tambahan : sesak nafas

 Riwayat Penyakit Sekarang :

 Perempuan, 47 tahun mengeluh dadanya berdebar tiba-tiba dan merasa tidak nyaman satu jam SMRS. Keluhan dirasakan
menetap tanpa ada perbaikan. Debarannya seperti dadanya terasa dipukul-pukul. Pasien juga mengeluhkan sesak nafas saat
aktivitas dan tidak membaik dengan perubahan posisi. Pasien juga mengeluhkan rasa pusing, seperti mau pingsan. Pasien juga
mengeluh nyeri dada yang menjalar ke lengan kiri, seperti ditindih benda berat, tidak berkurang dengan istirahat dan munculnya
bersamaan dengan keluhan dada berdebar. Nyeri ulu hati, mual dan muntah juga dikeluhkan pasien
1. Riwayat Kesehatan/ penyakit: Pasien belum pernah menderita keluhan sakit jantung sebelumnya, namun memiliki riwayat hipertensi
yang sudah berlangsung lama namun tidak kontrol rutin.
2. Riwayat keluarga:Disangkal
3. Riwayat Pengobatan: Pasien sudah berobat ke bidan namun keluhan tidak berkurang
4. Riwayat pekerjaan: Pasien seorang ibu rumah tangga
5. Riwayat Kebiasaan Sosial : Pasien tidak merokok. Pasien senang mengkonsumsi makanan berlemak
6. Pemeriksaan Fisik :
a. Vital sign
a. Vital sign
 KU: Sakit berat
 Kesadaran : CM
 Tekanandarah: 80/50 mmHg
 Frekuensi nadi: 180 x/menit
 Frekuensi nafas:30 x /menit

2
 Suhu : 36,70Caksila
 Status Gizi : BB : 42 kg, kesan gizi kurang
b. Pemeriksaan sistemik
 Kepala: normocephali
 Mata: Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, mata tidak cekung
 THT: dalam batas normal
 Mulut : Mukosa mulut dan bibir basah., sianosis (-)
 Leher : tidak ada pembesaran tiroid
 KGB : tidak ada pembesaran KGB
 Thoraks :
Jantung :
Inspeksi : ictus cordis terlihat
Palpasi : Ictus teraba di 1jari medial LMCS RIC IV
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi :HR : 180X/i, reguler, BJI/II murni, bising (-), gallop (-)
Paru :
Inspeksi :Simetris kiri = kanan, retraksi intercostalis (-)
Palpasi : Fremitus kiri=kanan
Perkusi :Sonor
Auskultasi :Vesikuler menurun, Ronkhi-/- , wheezing -/-

3
 Abdomen
Inspeksi : tidak tampak membuncit
Palpasi : soepel, hepardan lien tidak teraba, distensi (-), turgor kulit normal
Perkusi : timpani.
Auskultasi: bising usus (+) normal.
 Ekstremitas : Akral dingin, oedema +/+, CRT < 2’

4
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Elektrokardiografi

Ekg: Supra ventrikuler takikardi, HR 180X/i, normoaksis, LVH (+)

Laboratorium
Darah rutin :
Hb : 11,7 gr/dl
Leukosit : 6.300 /μl
Trombosit : 253.000 / μl
Hematokrit : 32%
DIAGNOSA KERJA
Supra Ventrikular Takikardi

5
PLANNING
Foto thorax, Echocardiografi
O2 3-4 L/menit
Massase karotis selama 10 menit
IVFD RL guyur 250 cc selanjutnya 8 jam/kolf
Drip amiodarone 450 mg/24 jam (jika TD >100 mmHg)
Inj. Ondansentron 1x1 amp (IV)
Inj. Omeprazole 1x1 amp (IV)
Sukralfat syr 3 x C1
Pasang kateter
Rencana rawat ICU
PROGNOSIS

 Quo ad Vitam : Dubia ad bonam


 Quo ad sanactionam : Dubia ad malam
 Quo ad functionam : Dubia ad bonam

DAFTAR PUSTAKA:

1. Lundqvist-Blomstrom C, et. al. 2010. ACC/AHA/ESC guidelines for the management of patients with supraventricular arrhythmias
– executive summary. European Heart Journal. 1857-1897
2. Wang Paul, Estes Mark. 2012. Supraventrikular Tachycardia. American Heart Association. p.1-3
3. Lily. LS. 2011. Pathophysiology of Heart Disease. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Hasil pembelajaran:

1. Diagnosis SVT melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang [EKG dan Thorax Foto]
2. Penatalaksanaan pada kasus SVT (khususnya dalam konteks setting di ruang gawat darurat/UGD )

6
3. Edukasi pada pasien dan keluarga bahwaSVT adalah keadaan gawat darurat di bidang kardiovaskuler, dan harus mendapat
pertolongan segera, terutama mendapat perawatan di ruang intensif jantung.

Rangkuman
1. SUBJEKTIF:

Wanita umur 47 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan.dada berdebar-debar dan sesak napas. Nyeri dada juga dirasakan, nyeri dada
menjalar ke punggung. Pasien juga mengeluh mual muntah serta nyeri ulu hati. Pasien riwayat hipertensi lama yang tidak terkontrol.

2. OBJEKTIF:
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan periksaan penunjang mendukung pada diagnosis supra ventrikular takikardi. Pada kasus ini
diagnosis ditegakkan berdasarkan.
 Pemeriksaan fisik : Keadaan umum pasien lemah, takikardi, takipneu
 Ekokardiografi : Supra ventrikuler takikardi, HR 180X/i, normoaksis, LVH (+)
3. ASESSMENT (PENALARAN KLINIS):

Bronkopneumonia adalah penyakit peradangan parenkim paru disebabkan karena bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus,
mikoplasma, jamur, bahan kimia/benda asing yang teraspirasi dengan akibat timbulnya tidak keseimbangan ventilasi dengan perfusi
(ventilation perfusion mismatch).
Takikardia supraventrikuler (SVT) adalah satu jenis takidisritmia yang ditandai dengan perubahan denyut jantung yang mendadak
bertambah cepat dengan frekuensi denyut jantung pasien diatas 100 kali per menit, yang disebabkan oleh impuls listrik yang berasal di atas
ventrikel jantung. Kelainan pada SVT mencakup komponen sistem konduksi dan terjadi di bagian atas bundel HIS. Berdasarkan hasil
Elektrokardiografi SVT mempunyai kompleks bentuk QRS normal atau supraventrikular namun dapat juga melebar atau abnormal.
Etiologi

7
SVT dipicu oleh mekanisme reentry. Hal ini dapat disebabkan oleh denyut atrium prematur atau denyut ektopik ventrikel. Pemicu
lainnya termasuk hipertiroidisme dan stimulan, termasuk kafein, obat-obatan, dan alkohol.
Gejala Klinis

Karena keparahan gejala tergantung pada adanya penyakit jantung struktural dan cadangan hemodinamik pasien, individu dengan
SVT mungkin hadir dengan gejala ringan atau keluhan cardiopulmonary yang parah. Gejala yang muncul SVT dan tingkat frekuensi sebagai
berikut:7
 Palpitasi
 Dizziness
 Sesak napas
 Sinkop
 Nyeri dada
 Kelelahan
 Diaforesis
 Mual
Palpitasi dan dizziness adalah gejala yang paling umum dilaporkan oleh pasien dengan SVT. Sesak nafas mungkin menjadi sekunder
untuk detak jantung yang cepat, dan sering menghilang dengan penghentian takikardia. SVT Persistent dapat menyebabkan tachycardia-
induced cardiomyopathy.
Pasien yang hemodinamik tidak stabil harus segera disadarkan dengan kardioversi. Elektrokardiogram (EKG) harus dilakukan
sesegera mungkin. Banyak pasien dengan episode sering SVT cenderung menghindari kegiatan seperti berolahraga dan mengemudi karena
episode masa lalu sinkop.

Penatalaksanaan

8
1. Manuver vagal
Manuver vagal dan adenosin merupakan pilihan terapi awal untuk terminasi SVT stabil. Manuver vagal atau pijat sinus karotid akan
menghentikan hingga 25% SVT.
2. Adenosin
Jika PSVT tidak respon dengan manuver vagal, maka berikan adenosin 6 mg iv secara cepat melalui vena diameter besar (yaitu
antekubitus) diikuti dengan flush menggunakan cairan salin 20 ml. Jika irama tidak berubah dalam 1-2 menit, berikan adenosin 12 mg IV
secara cepat menggunakan metode yang sama. Pada saat pemberian adenosin pada pasien dengan WPW harus tersedia defibrilator karena
kemungkinan terjadinya fibrilasi atrial dengan respon ventrikel cepat. Efek samping adenosin umum terjadi tetapi bersifat sementara
seperti flushing, dipsnea dan nyeri dada adalah yang paling sering terjadi. Adenosin tidak boleh diberikan pada pasien dengan asma.
3. Ca channel bloker dan beta bloker
Jika adenosin atau manuver vagal gagal mengubah SVT maka dapat digunakan agen penghambat AV nodul kerja panjang seperti
penghambat kanal kalsium non dihidropiridin (verapamil dan diltiazem) atau penghambat beta.
Verapamil berikan 2,5 mg hingga 5 mg IV bolus selama 2 menit. Jika tidak ada respon terapeutik dan tidak ada kejadian efek samping
obat maka dosis berulang 5 mg hingga 10 mg dapat diberikan 15-30 menit dengan dosis keseluruhan 20 mg. Verapamil tidak boleh
diberikan pada pasien dengan fungsi ventrikel menurun atau gagal jantung.
Diltiazem, diberikan dengan dosis 15 mg hingga 20 mg IV selama 2 menit. Jika diperlukan dalam 15 menit berikan dosis tambahan 20
mg hingga 25 mg IV. Dosis infus rumatan adalah 5 mg/jam hingga 15 mg/jam.
Berbagai jenis penghambat beta tersedia untuk penanganan takiaritmia supraventrikel yaitu metoprolol, atenolol, esmolol dan labetalol.
Pada prinsipnya agen-agen ini mengeluarkan efeknya dengan melawan tonus simpatetik pada jaringan nodus yang menghasilkan
perlambatan pada konduksi. Efek samping beta bloker meliputi bradikardia, keterlambatan konduksi AV dan hipotensi.

9
4. PLAN:
Diagnosis :Dari anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang, maka pasien ini didiagnosis dengan Supra Ventrikuler
Takikardi
Pengobatan:
- O2 3-4 L/menit

10
- Massase karotis selama 10 menit
- IVFD RL guyur 250 cc selanjutnya 8 jam/kolf
- Drip amiodarone 450 mg/24 jam (jika TD >100 mmHg)
- Inj. Ondansentron 1x1 amp (IV)
- Inj. Omeprazole 1x1 amp (IV)
- Sukralfat syr 3 x C1
- Pasang kateter
- Rencana rawat ICU
Pedidikan:
Dilakukan kepada pasien dan keluarga bahwa SVT adalah keadaan gawat darurat di bidang kardiovaskuler, dan harus mendapat
pertolongan segera, terutama mendapat perawatan di ruang intensif jantung.

11

Anda mungkin juga menyukai