Disusun oleh :
Wibowo budi utomo
K2515071
PTM 2015
2. Tujuan Pengujian
Pengujian korosi juga dapat dibagi menurut tujuannya, tujuan –tujuan ini
tergantung pada masing-masing ruang lingkup kerjanya yang meliputi :
a. Penelitian dasar
Dengan berkembangnya teknologi dan tuntutan kebutuhan material logam dan
material untuk penanggulangan korosi, maka para ahli terus mencoba melakukan
penelitian dasar untuk mengetahui/menentukan bagaimana dan mengapa suatu
bentuk khusud dari korosi terjadi. Sasaran dari penelitian dasar tidak perlu terikat
pada suatu produk atau penggunaan khusus. Pengujin- pengijian pada penelitian
dasar kebanyakan dilakukan dalam suatu laboratorium dengan menggunakan benda-
benda uji kecil dan teknik khusus yang disesuaikan penelitian.
b. Pengembangan bahan atau produk
Dikarenakan ada banyak persaingan dari produk tertentu serta aplikasinya,
maka setiap produsen terus mencoba melakukan penelitian untuk menemukan atau
memodifikasi produk- produk baru yang lebih spesifik dapat berprestasi baik dengan
harga yang lebih murah, efisien, awet dan aman dari pada produk- produk yang
sekarang digunakan. Informasi yang diperoleh dapat membantu dalam pemilihan
material akan di uji untuk aplikasi spesifik. Penyertaan pengujian pada material lain
yang telah diketahui untuk penggunaan komersil dalam lingkungan tertentu akan
bermanfaat sebagai pembanding. Sasaran pengujian pada pengembangan produk
baru terikat langsung yang berhubungan dengan aplikasinya. Dalam hal material
baru, data yang diperroleh dari hasil pengujian akan memberikan informasi mengenai
aplikasi yang mungkin.
c. Pemilihan material
Langkah peretama yang perlu diperhatikan sebelum mendisain konstruksi
jembatan, pabrik, automobil dan sebagainya, kita harus dapat mentukan material-
material mana yang sebaikya digunakan dari sekian banyak jenis material yang ada.
Oleh karena itu pemilihan maerial merupakan faktor yang sangat menentukan dalam
keberhasilan suatu konstruksi cara yang terbaik dalam pemilihan material disamping
berpedoman pada spesifikasi dari produsen, kita perlu jugamelakukan evaluasi dari
spesifikasinya melalui pengujuan- pengujian, sehingga kita dapat mrnentukan
material secara tepat yang diinginkan . Salah satu yang hrus dipertimbangkan juga
dalam pemilihan material adalah kecocokan dari material-material berbeda jenis,
yang akan dihubungkan secara langsung dalam suatu konstruksi. Pengujian-
,pengujian untuk pemilihan material harus dilakukan sesuai yang berhubungan
dengan penggunaan akhir dari material itu sendiri dan waktunya harus relatip tidak
lama sehingga tidak menggangu perencanaan konstruksi.
d. Kontrol kualitas
Pada umumnya kontrol kwalitas merupakan pengujian rutin bagi produsen
untuk memeriksa kwalitas baru sejumlah produk yang dianggar dapat mewakili dari
variasi-variasi prodiksi. Pengujuan ini bisa tidak berhubungan langsung dengan
pelayanan yang diharapkan tapi kadang- kadang dihubungkan dalam spesifikasi
sebagai pengujuan pendukung. Kontrol kwalitas juga diperlukan bagi pemakai
setelah melakukan pemilihan material, untuk mengetahui apakah kwalita dari marial
yang telah diproduksi sama seperti yang dispesifikasikan. Dalam beberapa hal
pengujian periodic diperlukan untuk menentukan perubahan dalam agresivitas dari
lingkungan dikarenakan perubahan operasi temperature, proses bahan baku,
konsentrasi larutatan atau perubahan lainnya yang sering di anggap remeh dari segi
korosi oleh personil operasi.
Pengujian korosi untuk kualitas merupakan cara untuk menyakinkan kita
bahwa material yang dibuat/ dibeli / dipilih benar-benar memiliki kualitas yang sama
dan memenuhi spesifikasi yang seperti diharapkan. Pengujian kontrol kualitas
dilakukan dalam laboratorium dan waktunya harus relatif cepat untuk menghindari
penundaan pengiriman / pelaksanaan.
e. Pemeliharaa
Pengujian korosi adalah penting dalam pemeliharaaan konstruksi dan
peralataan yang sedang / masih dalam operasi. Pengujian secara periodic dalam
pemeliharaan bisa menentukan apakah konstruksi / peralatan tersebut masih
memenuhi persyaratan disain dan pengujiannya dapat dilakukan di laboratorium
melalui pemotongan spesimen atau dilapangan melalui pengeksposan benda uji /
pemantauan konstruksi atau peralatan tersebut pada kondisi operasi. Pengujian ini
juga menghasilkan informasi praktis untuk pemilihan material yang mungkin dapat
diaplikasikan pada konstruksi yang akan datang.
f. Analisa kerusakan
Analisa kerusakan juga merupakan bagian dari pengujian korosi. Kerusakan-
kerusakan yang terjadi apakah disebabkan darri kesalahan-kesalahan seperti disain,
aplikasi, kondisi operasi, lingkungan atau juga disebabkan metoda dan material yang
kurang sesuai dengan fungsinya.
Analisa kerusakan dilakukan pada baagian yang gagal melalui pemeriksaan
kerusakan tersebut dan pengujian-pengujian untuk menentukan penyebabnya atau
mungkin juga cara penanggulangannya.
Prosedur pemeriksaan kerusakan pada bagian yang gagal biasanya
melibatkan :
- pengamatan secara visual / mikroskopik / makroskopik.
- analisa komposisi kimia ; metal, produk korosi dan bahan-bahan asing lainnya.
- kronologis dari material logam tersebut dan kondisi operasinya kadang- kadang
diperlukan.
Teknik trouble- shooting ini adalah penting karena akan mendapatkan
informasi mengenai penampilan dari suatu material pada kondisi operasi yang
sebenarnya.
9. Waktu Pengujian
Pemilihan waktu dan jumlah periode pengeksposan yang tepat adalah penting dan
kesalahan hasil pengujian mungkin terjadi jika faktor-faktor ini tidak dipertimbangkan.
Paling sedikit 2 periode harus digunakan. Prosedur ini memberikan informasi pada
perubahan laju kiorosi dengan waktu dan bisa mengetahui kesalahan penimbangan. Laju
korosi bisa meningkat, menurun atau tetap konstan dengan waktu.Seringkali laju
penyerangan korosi pada permulaan adalah tinggi dan kemudian menurun. Prosedur
pengujian korosi dalam laboratorium yang sangast luas digunakan terdiri dari 5 [perioda
dan setiap perioda 48 janm dengan larutan segar untuk setiap perioda.
Formula ini didasarkan pad akaidah umum bahwa semakin rendah laju korosi
semakin lama waktui pengujian. Pengujian laboratorium terhadap laju korosi logam dalam
media larutan dapat dilakukan dengan cara konvensional melalui pengurangan berat
logam setelah di ekspos dan cara elektro kimia melalui polarisasillogam dengan
menggunakan alatpotensiostat. Pengujian laju korosi logam dengan cara konvensional
memerlukan waktu yang relative lama, sedangkan dengan cara elektrokimia waktu yang
diperlukan relatip singkat.
Laju korosi adalah kecepatan rambatan atau kecepatan penurunan kualitas bahan terhadap
waktu. Menghitung laju korosi pada umumnya menggunakan 2 cara yaitu:
Metode ini adalah mengukur kembali berat awal dari benda uji (objek yang
ingin diketahui laju korosi yang terjadi padanya), kekurangan berat dari pada berat
awal merupakan nilai kehilangan berat. Kekurangan berat dikembalikan kedalam
rumus untuk mendapatkan laju kehilangan beratnya.
Metode ini bila dijalankan dengan waktu yang lama dan suistinable dapat
dijadikan acuan terhadap kondisi tempat objek diletakkan (dapat diketahui seberapa
korosif daerah tersebut) juga dapat dijadikan referensi untuk treatment yang harus
diterapkan pada daerah dan kondisi tempat objek tersebut.
Penyelesaian :
1. Dik : Dimensi spesimen baja karbon rendah = 0,2 x 0,1 x 0,03 m
Ekposur time = 1 minggu = 168 jam
Weight loss = 0,0006 kg = 0,6 gram
Densitas baja karbon = 7,86 g/cm3
b) Metode Elektrokimia
Metode elektrokimia adalah metode mengukur laju korosi dengan
mengukur beda potensial objek hingga didapat laju korosi yang terjadi, metode ini
mengukur laju korosi pada saat diukur saja dimana memperkirakan laju tersebut
dengan waktu yang panjang (memperkirakan walaupun hasil yang terjadi antara
satu waktu dengan eaktu lainnya berbeda). Kelemahan metode ini adalah tidak
dapat menggambarkan secara pasti laju korosi yang terjadi secara akurat karena
hanya dapat mengukur laju korosi hanya pada waktu tertentu saja, hingga secara
umur pemakaian maupun kondisi untuk dapat ditreatmen tidak dapat diketahui.
Kelebihan metode ini adalah kita langsung dapat mengetahui laju korosi pada saat
di ukur, hingga waktu pengukuran tidak memakan waktu yang lama.
Metode elektrokimia ini meggunakan rumus yang didasari pada Hukum
Faraday yaitu menggunakan rumus sebagai berikut :
Sepotong baja yang berada dalam larutan HCl (air-free) mengalami korosi dengan
densitas arus 1 µA/cm2. Hitung laju korosi dalam mpy untuk baja tersebut ?
Penyelesaian :
Diketahui : Sepotong baja berada dalam larutan HCl (air-free)
Densitas arus, I = 1 µA/cm2
Massa atom Fe, a = 55,847
Masaa jenis Fe, D = 7,86 g/cm3
Ada beberapa satuan yang biasa dipakai dalam menghitung laju korosi.
Maka untuk memudahkan pembaca, tabel dibawah ini adalah tabel pengkonversian
satuan laju korosi :
Keterangan :
n = number of electrons freed by the corrosion reaction
M = atomic mass
d = density
POLARIZATION (POLARISASI)
Ketika suatu logam tidak berda dalam kesetimbangan larutan yang mengandung
ion-ionnya, potensial elektrodanya berbeda dari potensial korosi bebas dan selisih antara
keduanya biasanya disebut polarisasi. Polarisasi atau penyimpangan dari potensial
keseimbangan sama dengan polarisasi anoda pada logam dan polarisasi katoda pada
lingkunganya.
Polarisasi merupakan perubahan potensial dari keadaan stabil, misalnya dari
potensial elektroda rangkaian terbuka sebagai hasil dari aliran arus. Hal ini juga mengacu
pada perubahan potensial elektroda selama elektrolisis, sehingga potensial dari sebuah
anoda menjadi lebih mulia, dan bahwa katoda lebih aktif, dibandingkan potensial masing-
masing reversibel. Sering dilakukan dengan pembentukan lapisan pada permukaan
elektroda.
Polarisasi adalah salah satu bentuk reaksi korosi yang merupakan penyebab
timbulnya karat pada kerusakan logam. Secara definitif polarisasi itu adalah proses
pengutuban ion hidrogen secara kimia listrik sehingga terbentuk gas hidrogen dengan
bantuan pengikatan elektron yang dihasilkan dari proses degradasi logam.
Polarisasi kadang-kadang juga disebut sebagai "overvoltage" atau "overpotential".
Dalam beberapa buku elektrokimia, ada perbedaan antara tegangan berlebih dan potential
berlebih. Yang pertama mengacu pada perbedaan antara potensial elektroda yang
sebenarnya di mana elektrolisis dimulai dan potensial elektroda reversibel (potensial
redoks standar), yang terakhir mengacu pada potensi penyimpangan dari keseimbangan
potensial dalam suatu sistem.
Dalam konteks korosi, polarisasi mengacu pada pergeseran potensial dari potensial
rangkaian terbuka (potensial korosi bebas) dari sistem korosi. Jika pergeseran potensial
dalam arah "positif" (atas Ecorr), hal itu disebut "polarisasi anodik". Jika pergeseran
potensial dalam arah "negatif" (bawah Ecorr), hal itu disebut "polarisasi katodik".
Untuk semua logam dan paduan dalam lingkungan basah, polarisasi katodik selalu
mengurangi laju korosi. Proteksi katodik pada dasarnya penerapan polarisasi katodik ke
sistem korosi. Untuk sistem non-pasif (misalnya baja dalam air laut), polarisasi anodik
selalu meningkatkan laju korosi. Untuk sistem yang menunjukkan transisi aktif ke pasif,
polarisasi anodik akan meningkatkan laju korosi pada awalnya dan kemudian
menyebabkan penurunan drastis laju korosi. Perlindungan anodik dasarnya penerapan
polarisasi anodik ke sistem korosi.
Polarisasi ada 2 macam yakni polarisasi aktivasi dan konsentrasi polarisasi.
Aktivasi polarisasi dapat berlangsung dengan kontrol urutan reaksi pembentukan hidrogen
yang pada logam dengan larutan yang bersentuhan. Sedangkan konsentrasi polarisasi
terjadi akibat adanya konsentrasi hidroksil yang pekat sehingga pengontrolnya adalah
konsentrasi dari ion.
Polarisasi aktivasi
Proses elektrokimia yang dikontrol oleh reaksi berurutan pada permukaan metal-
electrolite.