Anda di halaman 1dari 20

PENGUJIAN DAN PENGUKURAN LAJU KOROSI

Artikel ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Korosi

Dosen pengampu Drs. Ranto M.T.

Disusun oleh :
Wibowo budi utomo
K2515071
PTM 2015

PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2017
A. Pengujian Laju Korosi
Mengukur tegangan korosi
Alat : HALF CELL CORROSION TESTER
Elektroda :
1. Saturated Calomel Elektrode (SCE)
2. Saturated Copper Sulphate Electrode (SCSE)
Prinsip : Mengukur beda tegangan antara benda yang diukur thd elektroda

1. Klasifikasi Pengujian Korosi


a. Pengujian Laboratorium
Pengujian laboratorium dilakukan dengan menggunakan zat-zat kimia murni,
yang terbaik dengan lingkungan atau larutan dari pabrik yang sebenarnya dan waktu
pengujiannya relatip singkat. Kondisi pengujian dapat disimulasikan dan dikontrol
dengan teliti sesuai dengan aplikasinya. Setiap pengujian harus reproducible dalam
pengujian-pengujian ulang dengan waktu yang tetep. Hal ini adalah penting terutama
bila digunakan metoda baru atau bila bahan baru / bahan rakitan perlu dievaluasi. Bila
“reproducibility” dapat diperoleh, maka data yang berbeda merupakan refleksi dari
perbedaan dalam ketahanan korosi dari bahan-bahan yang diuji. Pengujian
laboratorium biasanya dilakukan dengan menggunakan benda uji kecil serta bentuk
dan ukurannya yang spesifik. Benda-benda uji seperti ini relatip murah dan mudah
dibuat ulang.
Benda uji rakitan dapat juga diuji di laboratorium, hal ini biasanya dilakukan
secara terbatas untuk mengetahui korelasi antara pengujian-pengujian dengan benda
uji kecil dan benda rakitan tersebut.
Pengujian laboratorium bertujuan untuk menilai sifat-sifat korosi logam dan
akan memberikan indikasi dini apa yang akan terjadi sebenarnya dalam praktek.
Waktu yang diperlukan untuk suatu indikasi tergantung tujuan dan sifat pengujian.
b. Pengujian Pilot Plant
Pengujian ini dilakukan dalam pabrik skala kecil yang pada dasarnya duplikasi
dari operasi skala besar. Bahan baku , konsentrasi larutan, temperatur, kecepatan
yang sebenarnya dan volume cairan untuk kontak dengan area / logam dilibatkan.
Pengujian pilot plant memerlukan waktu yang cukup lama untuk menjamin hasil
yang baik. Benda-benda uji dapat diekspos dalam pilot plant dan peralatan-peralatan
itu sendiri dapat dipelajari dari segi korosi. Salah satu kerugian yang mungkin adalah
bahwa kondisi operasi sangat bervariasi dalam usaha untuk mencari kondisi yang
optimum. Oleh karena itu pencatatatan dan penyimpanan seluruh data harus
dilakukan dengan teliti dan baik selama proses pilot plant beroperasi. Pengujian pilot
plant untuk memperoleh beberapa data korosi dibawah kondisi operasi.
c. Pengujian pelayanan pabrik yang sebenarnya
Pengujian pabrik dilakukan melalui pengeksposan benda uji atau pemantauan
konstruksi / peralatan pada pabrik yang sedang operasi. Pengujian ini adalah penting
untuk mengevaluasi material yang lebih baik dan lebih ekonomis atau dalam
menyelidiki perilaku korosi dari material yang ada selama kondisi proses dan akan
memberikan dasar yang logis untuk pembangunan pabrik produksi yang selanjutnya.
Pengujian pabrik akan memberikan informasi yang lebih dekat pada penggunaan
akahir yang sebenarnya dan waktu yang diperlukan untuk mencapai sasarannya relatip
cukup lama.

2. Tujuan Pengujian
Pengujian korosi juga dapat dibagi menurut tujuannya, tujuan –tujuan ini
tergantung pada masing-masing ruang lingkup kerjanya yang meliputi :

a. Penelitian dasar
Dengan berkembangnya teknologi dan tuntutan kebutuhan material logam dan
material untuk penanggulangan korosi, maka para ahli terus mencoba melakukan
penelitian dasar untuk mengetahui/menentukan bagaimana dan mengapa suatu
bentuk khusud dari korosi terjadi. Sasaran dari penelitian dasar tidak perlu terikat
pada suatu produk atau penggunaan khusus. Pengujin- pengijian pada penelitian
dasar kebanyakan dilakukan dalam suatu laboratorium dengan menggunakan benda-
benda uji kecil dan teknik khusus yang disesuaikan penelitian.
b. Pengembangan bahan atau produk
Dikarenakan ada banyak persaingan dari produk tertentu serta aplikasinya,
maka setiap produsen terus mencoba melakukan penelitian untuk menemukan atau
memodifikasi produk- produk baru yang lebih spesifik dapat berprestasi baik dengan
harga yang lebih murah, efisien, awet dan aman dari pada produk- produk yang
sekarang digunakan. Informasi yang diperoleh dapat membantu dalam pemilihan
material akan di uji untuk aplikasi spesifik. Penyertaan pengujian pada material lain
yang telah diketahui untuk penggunaan komersil dalam lingkungan tertentu akan
bermanfaat sebagai pembanding. Sasaran pengujian pada pengembangan produk
baru terikat langsung yang berhubungan dengan aplikasinya. Dalam hal material
baru, data yang diperroleh dari hasil pengujian akan memberikan informasi mengenai
aplikasi yang mungkin.
c. Pemilihan material
Langkah peretama yang perlu diperhatikan sebelum mendisain konstruksi
jembatan, pabrik, automobil dan sebagainya, kita harus dapat mentukan material-
material mana yang sebaikya digunakan dari sekian banyak jenis material yang ada.
Oleh karena itu pemilihan maerial merupakan faktor yang sangat menentukan dalam
keberhasilan suatu konstruksi cara yang terbaik dalam pemilihan material disamping
berpedoman pada spesifikasi dari produsen, kita perlu jugamelakukan evaluasi dari
spesifikasinya melalui pengujuan- pengujian, sehingga kita dapat mrnentukan
material secara tepat yang diinginkan . Salah satu yang hrus dipertimbangkan juga
dalam pemilihan material adalah kecocokan dari material-material berbeda jenis,
yang akan dihubungkan secara langsung dalam suatu konstruksi. Pengujian-
,pengujian untuk pemilihan material harus dilakukan sesuai yang berhubungan
dengan penggunaan akhir dari material itu sendiri dan waktunya harus relatip tidak
lama sehingga tidak menggangu perencanaan konstruksi.
d. Kontrol kualitas
Pada umumnya kontrol kwalitas merupakan pengujian rutin bagi produsen
untuk memeriksa kwalitas baru sejumlah produk yang dianggar dapat mewakili dari
variasi-variasi prodiksi. Pengujuan ini bisa tidak berhubungan langsung dengan
pelayanan yang diharapkan tapi kadang- kadang dihubungkan dalam spesifikasi
sebagai pengujuan pendukung. Kontrol kwalitas juga diperlukan bagi pemakai
setelah melakukan pemilihan material, untuk mengetahui apakah kwalita dari marial
yang telah diproduksi sama seperti yang dispesifikasikan. Dalam beberapa hal
pengujian periodic diperlukan untuk menentukan perubahan dalam agresivitas dari
lingkungan dikarenakan perubahan operasi temperature, proses bahan baku,
konsentrasi larutatan atau perubahan lainnya yang sering di anggap remeh dari segi
korosi oleh personil operasi.
Pengujian korosi untuk kualitas merupakan cara untuk menyakinkan kita
bahwa material yang dibuat/ dibeli / dipilih benar-benar memiliki kualitas yang sama
dan memenuhi spesifikasi yang seperti diharapkan. Pengujian kontrol kualitas
dilakukan dalam laboratorium dan waktunya harus relatif cepat untuk menghindari
penundaan pengiriman / pelaksanaan.
e. Pemeliharaa
Pengujian korosi adalah penting dalam pemeliharaaan konstruksi dan
peralataan yang sedang / masih dalam operasi. Pengujian secara periodic dalam
pemeliharaan bisa menentukan apakah konstruksi / peralatan tersebut masih
memenuhi persyaratan disain dan pengujiannya dapat dilakukan di laboratorium
melalui pemotongan spesimen atau dilapangan melalui pengeksposan benda uji /
pemantauan konstruksi atau peralatan tersebut pada kondisi operasi. Pengujian ini
juga menghasilkan informasi praktis untuk pemilihan material yang mungkin dapat
diaplikasikan pada konstruksi yang akan datang.
f. Analisa kerusakan
Analisa kerusakan juga merupakan bagian dari pengujian korosi. Kerusakan-
kerusakan yang terjadi apakah disebabkan darri kesalahan-kesalahan seperti disain,
aplikasi, kondisi operasi, lingkungan atau juga disebabkan metoda dan material yang
kurang sesuai dengan fungsinya.
Analisa kerusakan dilakukan pada baagian yang gagal melalui pemeriksaan
kerusakan tersebut dan pengujian-pengujian untuk menentukan penyebabnya atau
mungkin juga cara penanggulangannya.
Prosedur pemeriksaan kerusakan pada bagian yang gagal biasanya
melibatkan :
- pengamatan secara visual / mikroskopik / makroskopik.
- analisa komposisi kimia ; metal, produk korosi dan bahan-bahan asing lainnya.
- kronologis dari material logam tersebut dan kondisi operasinya kadang- kadang
diperlukan.
Teknik trouble- shooting ini adalah penting karena akan mendapatkan
informasi mengenai penampilan dari suatu material pada kondisi operasi yang
sebenarnya.

3. Pengadaan Bahan Uji


Tahap pertama yang harus dilakukan dalam pengujian korosi adalah pengadaan
bahan uji. Dalam beberapa hal, seperti pada pengujian untuk control kualitas ataau analisa
kerusakan, jenis dan jumlah bahan yang akan diuji harus ditentukan terlebih dahulu.
Dalam hal lainnya, kebebasan memilih bahan uji lebih luas. Untuk menghindari keraguan
dan meningkatkan kepercayaan dari pengujian, sebagian besar laboratorium, perusahaan
menyimpan persediaan material untuk keperluan pengujian korosi. Material-material
logam atau paduan komersial yang diperlukan untuk pengujian, sebaiknya diperoleh dari
pabrik yang mewakili produksi dalam jumlah yang cukup besar da benda-benda uji dibuat
dari material-material tersebut. Persediaan bahan dan benda uji segera diidentifikasi
dengan nomor referensi. Kronologis pabrikasi material uji yang mencakup tahapan
pabrikasi bersamaan dengan analisa komposisi logam yang tepat diperlukan; paling tidak,
material-material harus sebagai mana adanya dalam batas komposisi yang
dispesifikasikan dan memenjuhi persyaratan kekuatan / kekerasan yang dijamin melalui
proses “tempering”. Pemeriksaan mikroskopik juga mungkin diperlukan untuk menjamin
bahwa material ada dalam kondisi metalurgis yang cocok. Informasi-informasi dasar
tersebut dapat menghindarkan kemungkinan-kemungkinan kesalahan dan evaluasi
sebagai akibat komposisi yang salah atau proses “tempering” yang tidak cocok.
Jika informasi yang lengkap pada material-material non standar tidak diketahui, data
yang diperoleh dalam praktek kemungkinan tidak bermanfaat. Hal ini mungkin secara
praktis tidak ekonomis untuk merakit dan menggunakan logam non standar dalam
peralatan produksi. Dalam menghadapi hal semacam ini, sebelum mengedarkan ke
pasaran, harus dilakukan evaluasi beberapa kali menggunakan benda-benda uji dari
sejumlah material yang cukup besar yang dianggap mewakili dari variasi produksi.
Evaluasi dari beberapa kelompok produksi diperlukan, karena sering terjadi bahwa hasil-
hasil pengujian dari satu kelompok produksi material tidak reproducible pda kelompok
produksi material lainnya.
Pertimbangan lainnya yang perlu diperhatikan adalah bentuk logam yang akan diuji.
Logam dan paduan yang tersedia dalam bentuk tempa dan cetakan, kedua bentuk ini tidak
dapat dipertukarkan dalam pengujian. Bermacam cara pencetakan (seperti dies casting,
permanent mold dan sand mold) dan pengerjaan (seperti drawing, extruding, forging dan
rolling) akan mempengaruhi struktur butiran dan homogenitas yang mana akan
mempengaruhi juga terhadap daya tahan korosi. Logam yang disediakan untuk pengujian
sedapat mungkin harus mirip dengan tipe yang akan digunakan dalam produk akhir.
Dalam tipe tertentu dari pengujian korosi, seperti pengujian terhadap kecocokan dengan
larutan-larutan zat kimia atau evaluasi terhadap lapisan protektif, pertimbangan struktur
butiran mungkin tidak kritis. Dalam hal demikian, batangan logam hasil dari pencetakan
atau lembaran logam hasil pengerolan sangat umum digunakan untuk pengujian karena
mudah diperoleh dan dipabrikasi menjadi benda uji. Jika konstrruksi / peralatan terbuat
dari hasil bahan cetakan, benda uji yang diperlukan untuk pengujian harus dari bahan
cetakan tersebut. Demikian halnya bila konstruksi / peralatan terbuat dari hasil bahan
tempaam atau bahan pengerolan, benda uji dari bahan hasil pengerolan harus digunakan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan bilamana menggunakan benda uji dari hasil pengerolan
adalah perbandingan antara area yang di rol dengan area pinggiran hasil dari pemotongan
harus besar. Dari hasil eksperimen telah menunjukkan bahwa bagian pinggir dari hasil
pemotongan bisa terkorosi dua kali lebih cepat dibandingkan dengan permukaan yang di
rol. Hal ini akan mengakibatkan kesalahan dalam evaluasi.

4. Pembuatan Bahan Uji


Setelah terpilih dan tersedianya bahan uji, tahap berikutnya adalah pembuatan benda
uji, pertimbangan-pertimbangan berikut yang perlu diperhatikan :
a. Ukuran dan bentuk benda uji
Ukuran dan bentuk benda uji sangat bervariasi, dan akan terbatas dengan bahan
yang akan diuji dan lingkungan uji, disamping itu juga harus disesuaikan dengan jenis
dan metode pengujian.
b. Kecocokan terhadap metoda evaluasi
Jenis benda uji yang digunakan harus mudah dievaluasi. Jika beberapa karakteristik
akan dievaluasi, mungkin diperlukan lebih dari satu jenis benda uji.
c. Pemeriksaan visual
Pemeriksaan visual benda uji harus dilakukan dalam semua pengujian korosi. Bila
penampilan dari produk akhir adalah penting, seperti untuk dekoratif atau aplikasi
arsitek, maka permukaan yang cukup luas harus digunakan untuk memungkinkan
penilaian yang dapat dipertanggung jawabkan, seandainya korosi tidak merata. Benda
uji yang relatip kecil dapat memberikan penilaian yang keliru.
d. Kedalaman serangan korosi
Benda uji yang digunakan untuk mengevaluasi korosi melalui pengukuran
kedalaman serangan korosi harus cukup tebal sehingga benda uji tersebut tidak
dilubangi oleh korosi. Selain dari pertimbangan ketebalan benda uji, tidak ada ukuran
atau bentuk khusus yang diperlukan tetapi ukuran dan luas dari benda uji akan
menentukan jumlah lingkungan uji yang diperlukan (setiap 1 cm2 luas permukaan
benda uji yang diuji membutuhkan larutan uji sebanyak 40 cm3 ASTM G-7 ).
Disamping itu, benda uji harus cukup besar atau jumlah yang cukup dari benda-benda
uji kecil harus diekspos untuk memasukkan semua penilaian yang penting dari
variable metalurgis dan manufacturing.
e. Pengurangan atau penambahan berat
Pengukuran perubahan berat juga tidak memerlukan suatu ukuran atau bentuk
benda uji tertentu tetapi perbandingan luas dengan volume lingkungan uji ( A/V )
digunakan untuk sensitifitas.Biasanya bentuk segi empat, digunakan untuk
memudahkan pengukuran luas permukaan, yang ikut serta dalam formula untuk
menghitung laju korosi.
Ukuran benda uji yang kecil lebih disukai karena lebih akurat dalam penimbangan dan
pengukuran dimensi, khususnya untuk pengujian dengan waktu yang relatip singkat
atau bilamana laju korosinya rendah. Dalam praktek, penggunaan suatu ukuran dari
bentuk yang standar untuk semua benda uji dalam serangkaian pengujian yang
dilakukan, agar supaya luas permukaan yang diekspos sama dan derajat akurasi yang
sama dalam pengukuran dan perhitungan. Benda uji standar yang sering digunakan
dalam standar ASTM adalah 4 x 20 cm dan tebal 1,5 mm.
f. Penurunan dalam sifat-sifat tensil
Jika pengaruh korosi terhadap penurunan sifat-sifat tensil pada logam / paduannya
dievaluasi, prosedur yang terbaik dengan menggunakan salah satu benda uji dari
standar ASTM. Dalam hal ini, benda uji dapat di preparasi secara lengkap sebelum
pengeksposan atau dapat di preparasi di panel yang terkorosi setelah pengujian korosi
berakhir.
Benda uji yang dipreparasi sebelum pengeksposan akan memberikan indikasi dini
dari pengaruh korosi, tetapi indikasi derajat penurunan dalam sifat tensil, khususnya
“elongation” biasanya sangat tinggi dikarenakan dari pengaruh takikan yang
dihasilkan oleh korosi pada bagian pinggir benda uji. Penilaian yang lebih realities
dari penurunan kekuatan dan elongation dapat diperoleh melalui preparasi benda uji
dari panel uji yang terkorosi dan dalam cara ini akan menghindari pengaruh korosi
pada bagian pinggir.
g. Pengujan korosi tegang
Pemilihan benda uji untuk pengujian korosi tegang adalah kompleks tetapi terutama
tergantung pada kemampuan untuk menerima dan mempertahanjan tegangan yang
besarnya diketahui dan untuk menerima tegangan ini secara uniform dalam arah
metalurgis yang spesifik.
h. Korositifitas dari lingkungan uji
Faktor kedua yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan pengujian korosi dari
suatu benda uji adalah korositifitas lingkungan uji. Waktu pengujian yang singkat dan
benda uji yang tebal diperlukan bila kondisi pengujian sangat korosif. Sebaliknya, bila
kondisi pengujian tidak korosif maka benda uji yang tipis dan kecil diperlukan.
i. Kecocokan dengan pengujian lainnya
Faktor-faktor selain dari logam dan lingkungan yang akan dinilai, kita harus yakin
bahwa benda uji cocok dengan tujuan pengujian yang khusus. Misalnya lapis linding
cat atau lapis lindung logam akan dievaluasi, bagian pinggir dan sudut dari benda uji
harus ditumpulkan sebelum pelapisan. Lapisan-lapisan yang tipis pada bagian pinggir
/ sudut yang tajam dan ini merupakan titik lemah yang tidak realistic untuk permulaan
korosi. Jika proteksi katodik akan dievaluasi, perbandingan ukuran katoda / anoda dan
geometrinya harus diketahui dan dikontrol.

5. Preparasi Bahan Uji


Idealnya pemukaan dari benda uji harus identik dengan permukaan peralatan
sebenarnya yang akan digunakan di pabrik. Akan tetapi, ini umumnya tidak mugkin
karena permukaan dari logam dan paduan komersil bervariasi selama diproduksi dan
dipabrikasi.
Derajat kerak / jumlah oksidda pada peralatan dan jugaa kondisi darri kontaminasi
lainnya pada permukaan bervariasi. Dikarrenakan situasi ini dan karena penentuan dari
ketahanan korosi dari logam / paduan itu sendiri merupakan kepentingan utama dalam
kebanyakan hal, permukaan logam yang bersih umumnya digunakan. Standar kondisi
permukaan diperlukan untuk memudahkan perbandingan dengan hasil dari yang lainnya.
Permukaan akhir yang umum digunakan adalaah dihasilkaan melalui pemolesan dengan
kertas ampelas nomor 120, pemukaan akhir hasil pemolesan dengan kertas ampelas nomor
120 tidak halus dan juga tidak kasar. Sebelum perlakuan, permesinan, penggerindaan atau
pemolesan dengan kertas abrasf yang kasar mungkin diperlukan jika pemukaan benda uji
sangat kasar atau mengandung kerak yang hebat. Semua operasi diatas harus dilakukan
sedemikian agar supaaya panas berlebih akibat operasi dapat dihindarkan. Kertas ampelas
yang bersih harus digunakan untuk menghindari kontaminasi pada permukaan logam,
khususnya bilamana logam-logam yang berlainan jenis akan dipoles. Misalkan kertas
ampelas yang digunakan untuk pemolesan baja harus tidak digunakan untuk pemolesan
logam tembaga atau sebaliknya. Partikel-partikel dari salah satu logam akan menempel
dalam permukaan logam yang jenisnya berbeda dan menyebabkan hasil pengujian yang
salah. Permukaan akhir yang lebih halus mungkin diperlikan dalam keadaan tertentu
bilamana laju korosi yang sangat rendah dihaaarapkan. Seringkali benda uji dibuat melalui
pemotongan dari pelat tipis, bagian pinggir harus diraatakan untuk memudahkan
pemolesan.
Setelaah preparasi permukaan, benda uji harus diukur dengan teliti untuk
menghitung luas permukannya,karena luas permukaan tercakup dalam formula
perhitungan laju korosi dan tegangan. Setelah pengukuran dimensi, benda uji harus
dibersihkan dari lemak /minyak dalam larutan yang sesuai sepertiaceton, kemudian
dikeringkan dan ditimbang. Benda ujui harus segera di ekspos kelingkungan uji atau
disimpan dalam disikator, khususnya jika benda uji tersebut tidak takan korosi terhadap
atmosferik. Pengukuran dimensi dan penimbangan benda uji diperlukan untuk pengujian
korosi yang tertentu.

6. Benda Uji Replikat


Sejumlah tertentu dari “data seater” tidak dapat dihindarkan dalam suatu prosedur
pengujian dan jumlahnya tergantung pada :
- keseragaman material yang diuji
- ketelitian dalam preparasi benda uji
- kestabilan kondisi pengujian
Semua faktor ini mempengaruhi ketelitian dalam pengujian korosi. Oleh kaarena
itu prosedur pengujian yang baik akan diperlengkapi beberapa metode “cross comparison”
atau “double checking” untuk mengeliminasi kemungkinan dari kesimpulan yang kurang
tepat berdasarkan pada hasil tunggal.

7. Identifikasi Benda Uji


Dalam suatu metode pengujian korosi yang memerlukan banyak benda uji, lokasi
atau parameter pengujian maka identifikasi benda uji adalah sangat penting, terutama
sekali bila pengujian tersebut melibatkan banyak orang atau membutuhkan waktu yang
lama. Identifikasi yang baik dilakukan dalam pengujian korosi melalui penandaan pada
benda-benda uji dan pencatatan pada lembar data pengujian, yang dimaksud untuk
menghindari kekeliruan pengambilan data dari hasil pengujian,karena ini secara langsung
dapat menimbulkan masalah untuk mengevaluasi data dan kesimpulan.
Penandaan benda-benda uji yang belainan jenisnya dapat dilakukan dengan
memberikan urutan objek alphabet, sedangkan untuk benda-benda uji yang sama jenisnya
dengan menggunakan nomor yang berurutan atau sebaliknya. Penandaan untuk
identifikasi dapat distempel langsung pada benda-bendda uji atau sebagai alternatif dapat
dibubuhkan etiket sedemikian rupa sehingga tidak menggu pengujian korosi. Cara-cara
penandaan yang lainnya dapat digunakan, asalkan tanda-tanda tersebut harus dipahami
oleh kita atau kelompok kerja dan harus berpegang pada prinsup-prinsip di atas.

8. Penataan Benda Uji


Hal yang harus diperhatikan juga sebelum berlangsungnya pengujian korosi adalah
penataan benda uji. Penataan benda uji sangat bervaariasi, yang mana tergantung
diantaranya pada jenis dan metode pengujian, wadah, volume larutan, serta bentuk,
ukuran, jenis dan jumlah benda uji. Penataan benda uji disamping harus mengikuti standar
pengujian yang ada / harus disesuaikan dengan kondisi aplikasi yang sebenarnya,
disamping itu harus dilakukan dengan hati-hati dan teliti. Karena itu secara langsung
dapat mempengaruhi hasil pengujian yang tidak reproducible, sehingga akan menyulitkan
kita untuk mengevaluasi atau mengambil kesimpulan dari data hasil pengujian yang
“scetter”.
Pertimbangan-pertimbangan yang penting dalam penataan benda uji pada
pengujian korosi yang terdiri dari 2 benda uji atau lebih sebagai berikut :
 Benda-benda uji harus terisolasi atau sama lainnya dan daaaaari kontak langsung
dengan rangka yang terbuat dari logam.
 Benda-benda uji haarus diatur sedemikian rupa sehingga produk korosi dari satu
benda uji tidak mengotori terhadap benda uji yang lainnya.
 Lingkungan korosinya harus secara merata dapat kontak dengan benda-benda uji.
Dalam pengujian korosi dengan metode penceelupan :
 Benda –benda uji yang satu jenis boleh ditempatkan secara bersama-sama, dalam
satu wadah, asalkan volume medium korosif cukup untuk menjaga sifat-sifat
asalnya selama pengujian.
 Benda-benda uji yang berlainan jenisnya tidak boleh ditempatkan secara bersama-
sama dalam satu wadah, karena produk korosi / benda uji yang satunya dapat
mempengaruhi terhadap benda uji yang lainnya, kecuali untuk pengujian pengaruh
korosi secara galvanis.
 Rangka haaarus tidak boleh rusa selama pengujian.
 Benda uji harus ditempatkan sebaik-baiknya jika pengaruh pencelupan seluruh,
sebagian atau fase uap akan dievaluasi.

9. Waktu Pengujian
Pemilihan waktu dan jumlah periode pengeksposan yang tepat adalah penting dan
kesalahan hasil pengujian mungkin terjadi jika faktor-faktor ini tidak dipertimbangkan.
Paling sedikit 2 periode harus digunakan. Prosedur ini memberikan informasi pada
perubahan laju kiorosi dengan waktu dan bisa mengetahui kesalahan penimbangan. Laju
korosi bisa meningkat, menurun atau tetap konstan dengan waktu.Seringkali laju
penyerangan korosi pada permulaan adalah tinggi dan kemudian menurun. Prosedur
pengujian korosi dalam laboratorium yang sangast luas digunakan terdiri dari 5 [perioda
dan setiap perioda 48 janm dengan larutan segar untuk setiap perioda.
Formula ini didasarkan pad akaidah umum bahwa semakin rendah laju korosi
semakin lama waktui pengujian. Pengujian laboratorium terhadap laju korosi logam dalam
media larutan dapat dilakukan dengan cara konvensional melalui pengurangan berat
logam setelah di ekspos dan cara elektro kimia melalui polarisasillogam dengan
menggunakan alatpotensiostat. Pengujian laju korosi logam dengan cara konvensional
memerlukan waktu yang relative lama, sedangkan dengan cara elektrokimia waktu yang
diperlukan relatip singkat.

10. Planned-Interval test


Wachter dan Treseder memberikan suatu prosedur yang sangat baik untuk
mengevaluasi pengaruh waktu pada korosi logam dan juga pada korositifitas lingkungan
dalam pengujian laboratorium, perncanaan ini disebul panned – interval test. Pengujian
ini tidak hannya melibatkan pengumpulan pengaruh korosi pada beberpa waktu dibawah
kondisi yang diberikan tetapi jiga laju korosi awal dari logam baru, laju korosi dari metal
setelah di ekspos lama dan laju korosi awal dari logam baru selama periode yang sama
dari waktu yang terakir dapat diakumulasi.
B. Pengukuran Laju Korosi

Laju korosi adalah kecepatan rambatan atau kecepatan penurunan kualitas bahan terhadap
waktu. Menghitung laju korosi pada umumnya menggunakan 2 cara yaitu:

a) Metode kehilangan berat Metode kehilangan berat Metode Elektrok


Metode kehilangan berat adalah perhitungan laju korosi dengan mengukur
kekurangan berat akibat korosi yang terjadi. Metode ini menggunakan jangka
waktu penelitian hingga mendapatkan jumlah kehilangan akibat korosi yang terjadi.
Untuk mendapatkan jumlah kehilangan berat akibat korosi digunakan rumus
sebagaiberikut:

Metode ini adalah mengukur kembali berat awal dari benda uji (objek yang
ingin diketahui laju korosi yang terjadi padanya), kekurangan berat dari pada berat
awal merupakan nilai kehilangan berat. Kekurangan berat dikembalikan kedalam
rumus untuk mendapatkan laju kehilangan beratnya.
Metode ini bila dijalankan dengan waktu yang lama dan suistinable dapat
dijadikan acuan terhadap kondisi tempat objek diletakkan (dapat diketahui seberapa
korosif daerah tersebut) juga dapat dijadikan referensi untuk treatment yang harus
diterapkan pada daerah dan kondisi tempat objek tersebut.

Contoh perhitungan laju korosi dengan metode Weight Loss :


Spesimen baja karbon rendah dengan ukuran 0,2 x 0,1 x 0,03 m dipaparkan pada
lingkungan industri kimia. Dalam waktu 1 minggu, setelah dilakukan produk
korosinya dihilangkan, ternyata berat spesimen berkurang sebanyak 0,0006 kg.
Hitunglah laju korosi dari spesimen tersebut ?

Penyelesaian :
1. Dik : Dimensi spesimen baja karbon rendah = 0,2 x 0,1 x 0,03 m
Ekposur time = 1 minggu = 168 jam
Weight loss = 0,0006 kg = 0,6 gram
Densitas baja karbon = 7,86 g/cm3

b) Metode Elektrokimia
Metode elektrokimia adalah metode mengukur laju korosi dengan
mengukur beda potensial objek hingga didapat laju korosi yang terjadi, metode ini
mengukur laju korosi pada saat diukur saja dimana memperkirakan laju tersebut
dengan waktu yang panjang (memperkirakan walaupun hasil yang terjadi antara
satu waktu dengan eaktu lainnya berbeda). Kelemahan metode ini adalah tidak
dapat menggambarkan secara pasti laju korosi yang terjadi secara akurat karena
hanya dapat mengukur laju korosi hanya pada waktu tertentu saja, hingga secara
umur pemakaian maupun kondisi untuk dapat ditreatmen tidak dapat diketahui.
Kelebihan metode ini adalah kita langsung dapat mengetahui laju korosi pada saat
di ukur, hingga waktu pengukuran tidak memakan waktu yang lama.
Metode elektrokimia ini meggunakan rumus yang didasari pada Hukum
Faraday yaitu menggunakan rumus sebagai berikut :

Metode ini menggunakan pembanding dengan meletakkan salah satu


material dengan sifat korosif yang sangat baik dengan bahan yang akan diuji hingga
beda potensial yang terjadi dapat diperhatikan dengan adanya pembanding tersebut.
Berikut merupakan gambar metode yang dilakukan untuk mendapatkan hasil pada
penelitian laju korosi dengan metode elektrokimia yang diuraikan diatas.

Contoh perhitungan laju korosi dengan metode Elektrokimia :

Sepotong baja yang berada dalam larutan HCl (air-free) mengalami korosi dengan
densitas arus 1 µA/cm2. Hitung laju korosi dalam mpy untuk baja tersebut ?

Penyelesaian :
Diketahui : Sepotong baja berada dalam larutan HCl (air-free)
Densitas arus, I = 1 µA/cm2
Massa atom Fe, a = 55,847
Masaa jenis Fe, D = 7,86 g/cm3
Ada beberapa satuan yang biasa dipakai dalam menghitung laju korosi.
Maka untuk memudahkan pembaca, tabel dibawah ini adalah tabel pengkonversian
satuan laju korosi :

Keterangan :
n = number of electrons freed by the corrosion reaction
M = atomic mass
d = density

POLARIZATION (POLARISASI)

Ketika suatu logam tidak berda dalam kesetimbangan larutan yang mengandung
ion-ionnya, potensial elektrodanya berbeda dari potensial korosi bebas dan selisih antara
keduanya biasanya disebut polarisasi. Polarisasi atau penyimpangan dari potensial
keseimbangan sama dengan polarisasi anoda pada logam dan polarisasi katoda pada
lingkunganya.
Polarisasi merupakan perubahan potensial dari keadaan stabil, misalnya dari
potensial elektroda rangkaian terbuka sebagai hasil dari aliran arus. Hal ini juga mengacu
pada perubahan potensial elektroda selama elektrolisis, sehingga potensial dari sebuah
anoda menjadi lebih mulia, dan bahwa katoda lebih aktif, dibandingkan potensial masing-
masing reversibel. Sering dilakukan dengan pembentukan lapisan pada permukaan
elektroda.
Polarisasi adalah salah satu bentuk reaksi korosi yang merupakan penyebab
timbulnya karat pada kerusakan logam. Secara definitif polarisasi itu adalah proses
pengutuban ion hidrogen secara kimia listrik sehingga terbentuk gas hidrogen dengan
bantuan pengikatan elektron yang dihasilkan dari proses degradasi logam.
Polarisasi kadang-kadang juga disebut sebagai "overvoltage" atau "overpotential".
Dalam beberapa buku elektrokimia, ada perbedaan antara tegangan berlebih dan potential
berlebih. Yang pertama mengacu pada perbedaan antara potensial elektroda yang
sebenarnya di mana elektrolisis dimulai dan potensial elektroda reversibel (potensial
redoks standar), yang terakhir mengacu pada potensi penyimpangan dari keseimbangan
potensial dalam suatu sistem.
Dalam konteks korosi, polarisasi mengacu pada pergeseran potensial dari potensial
rangkaian terbuka (potensial korosi bebas) dari sistem korosi. Jika pergeseran potensial
dalam arah "positif" (atas Ecorr), hal itu disebut "polarisasi anodik". Jika pergeseran
potensial dalam arah "negatif" (bawah Ecorr), hal itu disebut "polarisasi katodik".
Untuk semua logam dan paduan dalam lingkungan basah, polarisasi katodik selalu
mengurangi laju korosi. Proteksi katodik pada dasarnya penerapan polarisasi katodik ke
sistem korosi. Untuk sistem non-pasif (misalnya baja dalam air laut), polarisasi anodik
selalu meningkatkan laju korosi. Untuk sistem yang menunjukkan transisi aktif ke pasif,
polarisasi anodik akan meningkatkan laju korosi pada awalnya dan kemudian
menyebabkan penurunan drastis laju korosi. Perlindungan anodik dasarnya penerapan
polarisasi anodik ke sistem korosi.
Polarisasi ada 2 macam yakni polarisasi aktivasi dan konsentrasi polarisasi.
Aktivasi polarisasi dapat berlangsung dengan kontrol urutan reaksi pembentukan hidrogen
yang pada logam dengan larutan yang bersentuhan. Sedangkan konsentrasi polarisasi
terjadi akibat adanya konsentrasi hidroksil yang pekat sehingga pengontrolnya adalah
konsentrasi dari ion.
 Polarisasi aktivasi
Proses elektrokimia yang dikontrol oleh reaksi berurutan pada permukaan metal-
electrolite.

Polarisasi aktivasi mengacu pada proses elektrokimia yang dikendalikan oleh


urutan reaksi pada antarmuka logam - elektrolit . ini mudah diilustrasikan dengan
mempertimbangkan reaksi hidrogen - evolusi pada seng selama korosi dalam larutan asam
. Gambar 2-5 menunjukkan secara skematik beberapa langkah yang mungkin dalam
pengurangan hidrogen pada permukaan seng . Langkah ini juga dapat diterapkan pada
pengurangan af spesies apapun pada permukaan logam . spesies pertama harus diserap atau
menempel ke permukaan sebelum reaksi dapat berjalan sesuai dengan langkah 1.
mengikuti , transfer elektron ( langkah 2 ) harus terjadi, menghasilkan penurunan spesies .
seperti yang ditunjukkan pada langkah 3 , dua atom hidrogen menggabungkan untuk dari
gelembung gas hidrogen ( langkah 4 ) . kecepatan pengurangan ion hidrogen akan
dikendalikan oleh paling lambat langkah-langkah ini . ini adalah gambaran yang sangat
sederhana dari pengurangan hidrogen, banyak mekanisme telah diusulkan , yang sebagian
besar adalah jauh lebih kompleks daripada yang ditunjukkan dalam Gambar. 2 - 5.
 Polarisasi konsentrasi
Proses elektrokimia yang di kontrol oleh proses difusi elektrolit.

Polarisasi konsentrasi mengacu pada reaksi elektrokimia yang dikendalikan oleh


difusi dalam elektrolit. ini diilustrasikan dalam gambar 2-6 untuk kasus evolusi hidrogen.
di sini, jumlah ion hidrogen dalam larutan cukup kecil, dan tingkat reduksi dikendalikan
oleh difusi ion hidrogen pada permukaan logam. dicatat bahwa dalam hal ini pengurangan
tingkat dikendalikan oleh proses yang terjadi dalam solusi massal daripada di permukaan
logam. polarisasi aktivasi biasanya adalah faktor pengendalian selama korosi dalam media
yang mengandung konsentrasi tinggi spesies yang aktif (misalnya, asam pekat). polarisasi
konsentrasi umumnya mendominasi ketika konsentrasi spesies direduksi kecil (misalnya,
asam encer, larutan garam soda). dalam kebanyakan kasus polarisasi konsentrasi selama
pembubaran logam biasanya kecil dan dapat diabaikan, melainkan hanya penting selama
reaksi reduksi.
Pentingnya membedakan antara polarisasi aktivasi dan polarisasi konsentrasi tidak
bisa terlalu ditekankan. tergantung pada apa kinf polarisasi mengendalikan reaksi reduksi,
variabel enviromental menghasilkan efek yang berbeda. misalnya, setiap perubahan dalam
sistem yang meningkatkan laju difusi akan mengurangi efek polarisasi konsentrasi dan
karenanya meningkatkan laju reaksi. dengan demikian, meningkatkan kecepatan atau
agitasi dari medium korosif akan meningkatkan tingkat hanya jika proses katodik
dikendalikan oleh polarisasi konsentrasi. jika kedua reaksi anoda dan katoda dikendalikan
oleh polarisasi aktivasi, agitasi tidak akan berpengaruh terhadap laju korosi.

Anda mungkin juga menyukai