Makalah Ias 8
Makalah Ias 8
A. PENDAHULUAN
IAS 8 yang diterbitkan pada 1 Januari 2012. Termasuk SAK dengan tanggal efektif setelah 1 Januari 2012.
Tujuan dari Standar ini adalah untuk meresepkan kriteria untuk pemilihan dan perubahan kebijakan akuntansi
,bersama dengan perlakuan akuntansi dan pengungkapan atas perubahan kebijakan akuntansi , perubahan
estimasi akuntansi, dan koreksi kesalahan. Standar ini dimaksudkan untuk meningkatkan relevansi dan
keandalan laporan keuangan entitas , dan komparabilitas laporan keuangan dari waktu ke waktu dan dengan
laporan keuangan entitas lain.
Kebijakan akuntansi
Kebijakan akuntansi adalah prinsip-prinsip tertentu, basis, konvensi, peraturan dan praktik yang
diterapkan oleh entitas dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Ketika sebuah IFRS secara khusus
berlaku untuk transaksi , peristiwa atau kondisi lainnya , kebijakan akuntansi atau kebijakan diterapkan untuk
item yang akan ditentukan dengan menerapkan IFRS dan mempertimbangkan setiap Pedoman Pelaksanaan
relevan yang dikeluarkan oleh IASB untuk IFRS .
Dengan tidak adanya Standar atau Interpretasi yang secara khusus berlaku untuk transaksi , peristiwa
atau kondisi lainnya , manajemen harus menggunakan penilaian dalam mengembangkan dan menerapkan
suatu kebijakan akuntansi yang menghasilkan informasi yang relevan dan dapat diandalkan . Dalam membuat
manajemen penilaian mengacu pada , sebuah mempertimbangkan penerapan , sumber-sumber berikut dalam
urutan menurun :
(a) persyaratan dan bimbingan dalam SAK berurusan dengan masalah yang sama dan terkait ; dan
(b) definisi , kriteria pengakuan dan konsep pengukuran untuk aset , kewajiban , pendapatan dan
beban di Kerangka konseptual.
Entitas harus memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi secara konsisten untuk transaksi yang sama,
peristiwa dan kondisi lain, kecuali sebuah IFRS secara khusus membutuhkan atau memungkinkan kategorisasi
barang yang kebijakan yang berbeda mungkin tepat . Jika IFRS membutuhkan atau memungkinkan kategorisasi
tersebut, kebijakan akuntansi yang sesuai harus dipilih dan diterapkan secara konsisten untuk setiap kategori.
Suatu entitas harus mengubah kebijakan akuntansi hanya jika perubahan :
(a) diperlukan oleh IFRS ; atau
(b) hasil dalam laporan keuangan memberikan informasi yang handal dan lebih relevan tentang efek
dari transaksi , kejadian-kejadian atau kondisi pada posisi keuangan entitas, kinerja keuangan
atau arus kas .
Entitas harus memperhitungkan perubahan kebijakan akuntansi yang dihasilkan dari penerapan awal
suatu IFRS sesuai dengan ketentuan transisi yang spesifik , jika ada, dalam IFRS itu. Ketika suatu entitas
perubahan kebijakan akuntansi atas penerapan awal dari IFRS yang tidak termasuk ketentuan peralihan
khusus yang berlaku untuk perubahan itu, atau perubahan kebijakan akuntansi secara sukarela , itu akan
berlaku perubahan secara retrospektif. Namun, perubahan kebijakan akuntansi harus diterapkan secara
retrospektif kecuali sejauh bahwa tidak praktis untuk menentukan baik efek - periode tertentu atau efek
kumulatif dari perubahan.
Penerapan Retrospektif
Ketika perubahan kebijakan akuntansi diterapkan secara retrospektif, maka entitas menyesuaikan:
Saldo awal setiap komponen ekuitas yang terpengaruh untuk periode sajian paling awal.
Jumlah komparatif lainnya diungkapkan untuk setiap periode sajian seolah-olah kebijakan akuntansi
baru tersebut sudah diterapkan sebelumnya
Perubahan Prinsip Akuntansi
Suatu entitas harus merubah suatu kebijakan akuntansi hanya apabila perubahan,
Diharuskan oleh suatu standar atau interpretasi; atau
Menghasilkan informasi yang andal dan lebih relevan yang diberikan oleh laporan keuangan dalam hal
efek transaksi, peristiwa lain, atau kondisi atas posisi keuangan entitas, kinerja keuangan, atau arus
kas.
Dapat dicatat bahwa hal berikut bukan merupakan perubahan kebijakan akuntansi:
Penerapan suatu kebijakan akuntansi atas transaksi, peristiwa lain, atau kondisi yang membedakan
substansi dari hal-hal yang terjadi sebelumnya; dan;
Penerapan suatu kebijakan akuntansi yang baru untuk transaksi, peristiwa lain, atau kondisi yang
tidak terjadi sebelumnya atau tidak material.
Menerapkan Perubahan Dalam Kebijakan Akuntansi
Bilamana suatu entitas mengubah kebijakan akuntansi atas dasar suatu standar atau interpretasi yang
baru atau yang sudah diubah, maka provisi peralihan tertentu harus diikuti dalam mengadopsi perubahan.
Namun, bilamana tidak ada provisi peralihan ditetapkan, atau apabila entitas mengubah kebijakan
akuntansinya secara sukarela, maka perubahan tersebut harus diterapkan berlaku surut (seolah-olah kebijakan
tersebut telah selalu diterapkan).
Bilamana perubahan yang diterapkan berlaku surut, maka angka-angka komparatif (periode
pelaporan sebelumnya) yang disajikan di dalam laporan keuangan harus dinyatakan kembali seolah-olah
kebijakan baru telah selalu diterapkan. Dampak dari kebijakan baru atas laba ditahan (retained earnings)
sebelum periode terawal disajikan harus disesuaikan terhadap saldo awal daripada laba ditahan. Apabila tidak
dapat dipraktekkan untuk menentukan efek periode spesifik atau efek kumulatif dari perubahan, maka entitas
harus menerapkan perubahan secara prospektif dari mulai periode terawal yang praktis memungkinkan.
Pengungkapan atas Perubahan Kebijakan Akuntansi
Penerapan awal suatu standar atau intrepretasi. Bilamana suatu standar atau interpretasi yang baru
diterapkan, maka entitas harus mengungkapkan perubahan bilamana mempunyai efek atas periode berjalan
atau periode sebelumnya atau mempunyai efek atas periode masa datang, akan tetapi tidak dapat
dipraktikkan untuk menentukan jumlah penyesuaian yang diperlukan di dalam periode berjalan atau periode
sebelumnya atau yang diharuskan di dalam periode masa datang. Entitas harus mengungkapkan:
Judul standar atau interpretasi;
Bilamana dapat diterapkan, bahwa perubahan yang dilakukan sesuai dengan persyaratan peralihan;
Sifat perubahan kebijakan akuntansi;
Bilamana dapat diterapkan, suatu keterangan mengenai persyaratan peralihan;
Bilamana dapat diterapkan, persyaratan peralihan harus mempunyai dampak atas periode masa
datang; .
Untuk periode berjalan dan setiap periode sebelumnya yang disajikan hingga sebatas yang dapat
dipraktikkan, maka jumlah penyesuaian untuk setiap pos lini laporan keuangan;
Bilamana dapat diterapkan, pendapatan persaham dasar dan dilusian untuk periode berjalan dan
setiap periode sebelumnya yang disajikan sebatas yang dapat dipraktekkan; dan
4
Bilamana penerapan retrospektif tidak dapat dipraktekkan, maka keadaanlah yang menyebabkan
penerapan tidak dapat dipraktekkan dan tanggal dari mana kebijakan akuntansi telah diterapkan.
Perubahan Kebijakan Akuntansi Secara Sukarela. Dalam hal perubahan kebijakan akuntansi secara sukarela,
bilamana perubahan sebelumnya mempunyai dampak pada periode berjalan atau periode sebelumnya atau
mempunyai dampak pada periode masa datang, akan tetapi tidak dapat dipraktekkan guna menentukan
jumlah penyesuaian yang dipersyaratkan di dalam periode berjalan atau periode sebelumnya atau yang
dipersyaratkan di dalam periode masa datang, maka entitas harus membuat pengungkapan:
Sifat dari perubahan kebijakan akuntansi;
Alasan atas kebijakan baru yang memberikan informasi yang andal dan yang lebih relevan;
Untuk periode berjalan dan setiap periode sebelumnya disajikan, hingga sebatas yang dapat
dipraktekkan, maka jumlah penyesuaian untuk setiap pos lini laporan keuangan;
Bilamana dapat diterapkan, pendapatan per saham dasar dan dilusian untuk periode berjalan dan
setiap periode sebelumnya yang disajikan sebatas yang dapat dipraktekkan; dan
Jumlah penyesuaian yang terkait dengan periode sebelum hal tersebut disajikan, hingga sebatas yang
dapat dipraktekkan; dan
Bilamana penerapan berlaku surut tidak dapat dipraktikkan, maka keadaanlah yang menyebabkan
penerapan tidak dapat dipraktekkan dan tanggal dari mana kebijakan akuntansi telah diterapkan.
Bilamana standar atau interpretasi telah diterbitkan tetapi belum efektif, maka entitas harus
mengungkapkan fakta bahwa standar-standar atau interpretasi tersebut telah diterbitkan pada tanggal
otorisasi laporan keuangan tetapi tidak efektif.
Setiap informasi yang diketahui atau yang dapat diestimasi berkaitan dengan penilaian terhadap
dampak kemungkinan dari standar atau interpretasi baru harus juga diungkapkan. Laporan keuangan periode
berikutnya tidak perIu mengulang pengungkapan tersebut.
Estimasi Akuntansi
Estimasi akuntansi merupakan estimasi entitas yang dapat mempengaruhi elemen-elemen dalam LK.
i. Estimasi harus melibatkan pertimbangan entitas berdasarkan informasi terkini yang tersedia dan
dapat diandalkan.
ii. Banyak hal yang mempengaruhi elemen LK yang tidak dapat diukur secara akurat namun hanya dapat
diestimasi karena ketidakpastian yang melekat pada aktivitas bisnis.
iii. Penggunaan estimasi yang reasonable adalah yang terpenting dalam penyusunan LK tanpa
menyesampingkan keandalannya.
Perubahan Estimasi Akuntansi.
i. Penyesuaian jumlah tercatat aset atau liabilitas, atau jumlah pemakaian periodik aset, yang berasal
dari penilaian status kini, dan ekspektasi manfaat masa depan dan kewajiban yang terkait dengan,
aset dan liabilitas.
ii. Perubahan estimasi akuntansi dihasilkan dari informasi baru atau perkembangan baru dan,
iii. Oleh karena itu, bukan dari koreksi kesalahan.
Entitas harus mengakui efek dari perubahan estimasi secara prospektif sebagai berikut:
i. Sepanjang perubahan estimasi akuntansi mengakibatkan perubahan aset dan laibilitas, atau terkait
dengan suatu item ekuitas, perubahan estimasi akuntansi tersebut diakui dengan menyesuaikan
jumlah tercatat item aset, laibilitas, atau ekuitas yang terkait pada periode perubahan.
ii. Dampak perubahan estimasi akuntansi, selain perubahan penerapan di atas, diakui secara prospektif
dalam laporan laba rugi pada:
a) Periode perubahan, jika dampak perubahan hanya pada periode itu; atau
b) Periode perubahan dan periode mendatang, jika perubahan berdampak pada keduanya.
Atas catatan mengenai ketidakpastian yang inheren dalam aktivitas bisnis, banyak pos yang ada di
dalam laporan keuangan yang diestimasi karena tidak dapat diukur dengan akurat. Estimasi akuntansi mungkin
dapat mengubah catatan lingkungan bisnis, atau ketika manajemen memperoleh lebih banyak pengalaman.
5
Perubahan semacam ini tidak perlu untuk menyatakan kembali atas laporan keuangan periode sebelumnya,
karena tidak menyatakan kepada suatu koreksi dari suatu kesalahan.
Sebagai akibat ketidakpastian yang melekat dalam aktivitas bisnis, banyak unsur dalam laporan keuangan tidak
dapat diukur dengan tepat tetapi hanya dapat diestimasi. Estimasi melibatkan pertimbangan berdasarkan
informasi terkini yang tersedia dan andal. Misalnya, estimasi mungkin diperlukan untuk:
i. Piutang tidak tertagih;
ii. Persediaan yang rusak;
iii. Nilai wajar aset keuangan atau laibilitas keuangan;
iv. Umur manfaat, atau ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomi masa mendatang yang melekat pada,
aset yang didepresiasikan; dan
v. Kewajiban garansi penggunaan estimasi rasional adalah bagian mendasar untuk penyiapan laporan
keuangan dan tidak mengurangi keandalannya.
Estimasi mungkin perlu direvisi jika terjadi perubahan keadaan yang menjadi dasar estimasi atau akibat
informasi baru atau tambahan pengalaman. Sesuai sifatnya, revisi estimasi tidak terkait dengan periode lalu
dan bukan koreksi suatu kesalahan. Suatu perubahan dalam dasar pengukuran yang digunakan adalah
perubahan kebijakan akuntansi, dan bukan perubahan estimasi akuntansi. Ketika sulit untuk membedakan
suatu perubahan kebijakan akuntansi dengan perubahan estimasi akuntansi, maka perubahan tersebut
diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi.
Dampak perubahan estimasi akuntansi, selain perubahan penerapan paragraf 37, diakui secara prospektif
dalam laporan laba rugi pada:
i. Periode perubahan, jika dampak perubahan hanya pada periode itu; atau
ii. Periode perubahan dan periode mendatang, jika perubahan berdampak pada keduanya.
Sepanjang perubahan estimasi akuntansi mengakibatkan perubahan aset dan laibilitas, atau terkait
dengan suatu itemekuitas, perubahan estimasi akuntansi tersebut diakui dengan menyesuaikan jumlah
tercatat itemaset, liabilitas, atau ekuitas yang terkait pada periode perubahan.
Kesalahan
Kesalahan di dalam laporan keuangan dapat menimbulkan catatan mengenai pengakuan,
pengukuran, penyajian yang salah, atau pengungkapan pos di dalam laporan keuangan. Bilamana laporan
keuangan berisi kesalahan-kesalahan yang material, maka tidak dapat dianggap mematuhi IFRS.
Tiga analisis kesalahan:
1. Jenis kesalahan yang terlibat
6
Kesalahan dapat timbul dari adanya keterlambatan penyampaian bukti transaksianggaran, kesalaha
perhitungan matematis, kesalahan dalam penerapan standar dan kebijakan akuntansi, kesalahan interpretasi
fakta, kecurangan atau pun kelalaian. Kesalahan-kesalahan tersebut mempunyai pengaruh yang penting pada
satu atau lebih laporan keuangan periode sebelumnya sehingga laporan keuangan yang bersangkutan tidak
dapat diandalkan lagi. Kesalahan-kesalahan yang terjadi tersebut perlu dilakukan koreksi. Koreksi kesalahan
yang terjadi pada periode berjalan, cukup dengan pembetulan pada perkiraan yang bersangkutan pada
periode berjalan. Kesalahan yang terjadi pada periode berjalan dan mempengaruhi posisi kas, dilakukan
dengan pembetulan perkiraan pendapatan atau belanja yang bersangkutan. Koreksi kesalahan atas
pengeluaran belanja yang terlalu besar dikeluarkan dan mempengaruhi posisi kas, yang ditemukan setelah
laporan keuangan diterbitkan dilakukan pembetulan dengan menambah perkiraan pendapatan lain-lain dan
menambah saldo Kas. Apabila kesalahan tersebut menambah jumlah belanja dan mengurangi saldo Kas maka
pembetulan dilakukan pada perkiraan ekuitas dana lancar.
Kesalahan juga dapat timbul dalam pengakuan, pengukuran, penyajian atau pengungkapan unsur-unsur
laporan keuangan. Laporan keuangan tidak sesuai dengan SAK jika mengandung kesalahan material atau tidak
material yang disengaja untuk mencapai suatu penyajian laporan posisi keuangan, kinerja keuangan atau arus
kas tertentu. Potensi kesalahan periode berjalan yang ditemukan pada periode itu dikoreksi sebelum laporan
keuangan diterbitkan. Namun, kesalahan material yang kadangkala tidak ditemukan sampai suatu periode
kemudian, dan kesalahan periode lalu dikoreksi pada informasi komparatif sajian pada laporan keuangan
periode selanjutnya tersebut.
Koreksi kesalahan atas penerimaan pendapatan baik yang terlalu kecil maupun terlalu besar diterima dan
mempengaruhi posisi kas serta terjadi setelah laporan keuangan diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan
ekuitas dana lancar. Koreksi kesalahan yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan laporan keuangan
sudah diterbitkan serta tidak mempengaruhi posisi Kas maka dilakukan pembetulan pada perkiraan-perkiraan
neraca terkait.
Entitas mengoreksi kesalahan material periode lalu secara retrospektif pada laporan keuangan lengkap
pertama yang diterbitkan setelah ditemukannya dengan:
Menyajikan kembali jumlah komparatif untuk periode lalu sajian dimana kesalahan terjadi; atau
Jika kesalahan terjadi sebelum periode lalu sajian paling awal, menyajikan kembali saldo awal aset,
liabilitas, dan ekuitas untuk periode lalu sajian paling awal keterbatasan penyajian kembali
retrospektif .
7
Kesalahan periode lalu dikoreksi dengan penyajian-kembali secara retrospektif kecuali sepanjang tidak
praktis untuk menentukan dampak periode tertentu atau dampak kumulatif kesalahan. Ketika tidak praktis
untuk menentukan dampak periode-tertentu dari kesalahan pada informasi komparatif
untuk satu atau lebih periode sajian, maka entitas menyajikan kembali saldo pembuka aset, laibilitas, dan
ekuitas untuk periode paling awal di mana penyajian-kembali retrospektif adalah praktis (mungkin periode
berjalan).
Ketika tidak praktis untuk menentukan dampak kumulatif, pada awal periode berjalan, dari kesalahan
pada semua periode lalu, maka entitas menyajikan-kembali informasi komparatif untuk mengoreksi kesalahan
secara prospektif dari tanggal paling praktis. Koreksi kesalahan periode lalu tidak termasuk dari laporan laba
rugi pada periode dimana kesalahan ditemukan. Informasi sajian atas periode lalu, termasuk ringkasan data
keuangan historis, disajikan kembali sejauh mungkin adalah praktisKetika tidak praktis untuk menentukan
jumlah kesalahan (misalnya kesalahan penerapan kebijakan akuntansi) untuk semua periode lalu, maka
entitas, sesuai dengan paragraf 45, menyajikan-kembali informasi komparatif secara prospektif sejak tanggal
paling awal adalah praktis.
Hal ini mengabaikan porsi kumulatif penyajian-kembali aset, laibilitas, dan ekuitas yang timbul sebelum tanggal
itu. Paragraf 50-53 memberikan panduan kapan adalah tidak praktis untuk mengoreksi kesalahan untuk satu
atau lebih periode lalu.
Koreksi kesalahan berbeda dengan perubahan estimasi akuntansi. Estimasi akuntansi sesuai dengan
sifatnya merupakan perkiraan yang perlu direvisi akibat tambahan informasi yang diketahui kemudian.
Misalnya, laba atau rugi yang diakui akibat hasil suatu kontinjensi adalah bukan koreksi kesalahan.
d) Jika penyajian-kembali retrospektif tidak praktis untuk suatu periode tertentu, keadaan yang
membuat keberadaan kondisi itu dan penjelasan bagaimana dan sejak kapan kesalahan telah
dikoreksi.
Jika ditemukan kesalahan, maka akan dilakukan reklasifikasi atas pos-pos tersebut ke posisi yang
benar.
2. Kesalahan Dalam Laporan Laba-Rugi
Hanya akan mempengaruhi penyajian akun-akun nominal dalam laporan laba-rugi.
Contoh:
Mencatat pendapatan bunga sebagai bagian dari penjualan
Mencatat pembelian sebagai beban piutang ragu-ragu
Beban penyusutan sebagai beban bunga
Tidak berpengaruh terhadap neraca dan laba bersih. Ayat jurnal reklasifikasi diperlukan jika kesalahan
ditemukan pada tahun laporan itu dibuat.
3. Pengaruh Neraca dan Laporan Laba-Rugi
Mempengaruhi penyajian neraca maupun laba-rugi. Diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
1) Kesalahan yang saling menyeimbangkan
Apakah dalam kondisi pembukuan sudah ditutup atau belum..?
Jika pembukuan sudah ditutup :
Jika kesalahan telah saling diseimbangkan, maka tidak ada ayat jurnal yang diperlukan.
Jika kesalahan belum saling diseimbangkan, maka diperlukan ayat jurnal untuk
menyesuaikan penyajian saldo laba ditahan.
Kesalahan Yang Mempengaruhi Laporan Posisi Keuangan Dan Laporan Laba Rugi
Counterbalancing errors: kesalahan yang akan tertutupi dengan sendirinya selama 2 periode.
i. Jika perusahaan telah melakukan tutup buku:
a) Jika kesalahan sudah tertutupi, tidak perlu jurnal
b) Jika kesalahan belum tertutupi, buat jurnal penyesuaian atas neraca saldo laba
ditahan.
ii. Jika perusahaan belum tutup buku:
a) Jika kesalahan telah tertutupi, buat jurnal untuk membetulkan kesalahan periode
berjalan dan untuk menyesuaikan saldo awal laba ditahan
b) Jika kesalahan belum tertutupi, buat jurnal untuk menyesuaikan saldo awal laba
ditahan
iii. Jika perusahaan menyajikan laporan perbandingan, maka kesalahan harus disajikan ulang
untuk tujuan perbandingan, termasuk jika jurnal perbaikan tidak diperlukan.
Contoh Umum Counterbalancing Errors
1. Tidak mencatat beban akrual
Tanggal 31 Desember 2012, PT A tidak mencatat beban gaji akrual sebesar Rp 50 juta.
i. PT A belum tutup buku tahun 2013, maka jurnal perbaikan adalah sebagai berikut:
Laba ditahan 50 juta
Beban gaji 50 juta
ii. PT A sudah tutup buku tahun 2013, maka tidak perlu jurnal.
4. Pendapatan akrual
Tanggal 31 Desember 2012, PT A mengakui pendapatan akrual atas bunga sebesar Rp 50 juta
yang seharusnya diakui tahun 2013.
i. PT A belum tutup buku tahun 2013, maka jurnal perbaikan adalah sebagai berikut:
Laba ditahan 50 juta
Pendapatan bunga 50 juta
ii. PT A sudah tutup buku tahun 2013, maka tidak perlu jurnal.
5. Pembelian persediaan
Tanggal 31 Desember 2012, PT A mencatat pembelian persediaan sebesar Rp 50 juta yang
seharusnya diakui tahun 2013. Persediaan fisik tahun 2012 tercatat dengan benar, dan
perusahaan menggunakan metode persediaan periodik.
i. PT A belum tutup buku tahun 2013, maka jurnal perbaikan adalah sebagai berikut:
10
Pembelian 50 juta
Laba ditahan 50 juta
i.
ii. PT A sudah tutup buku tahun 2013, maka tidak perlu jurnal.
Non-counterbalancing errors: kesalahan yang tidak akan tertutupi pada periode akuntansi selanjutnya
(memerlukan waktu lebih dari 2 periode untuk memperbaiki diri sendiri).
Contoh Umum Non-Counterbalancing Errors
Depresiasi Aset
Tanggal 1 Januari 2012, PT A membeli mesin seharga 50 juta yang diperkirakan memiliki manfaat 5
tahun tanpa nilai sisa. Akuntan salah melakukan penjurnalan dengan membebankan biaya perolehan
mesin pada tahun 2012 dan kesalahan tersebut baru diketahui tahun 2013. PT A menggunakan
metode depresiasi garis lurus untuk semua aset.
PT A belum tutup buku tahun 2013, maka jurnal perbaikan adalah sebagai berikut:
Mesin 50 juta
Beban depresiasi – mesin 10 juta (50jt / 5 tahun)
Laba ditahan 40 juta (50jt – 10jt)
Akumulasi depresiasi – mesin 20 juta (2 x 10jt)
PT A sudah tutup buku tahun 2013, maka jurnal perbaikan adalah sebagai berikut.
Mesin 50 juta
Laba ditahan 30 juta (50jt – 2 x 10jt)
Akumulasi depresiasi 20 juta
Jika pembukuan telah ditutup untuk tahun 2002, maka ayat jurnalnya adalah :
Dr. Mesin $ 10.000
Cr. Laba Ditahan $ 6.000
Cr. Akumulasi Penyusutan $ 4.000
Jurnal Pembetulan Untuk Kesalahan di Periode yang berbeda
Kesalahan Yang Berpengaruh Terhadap Akun Neraca Saja
Untuk kesalahan yang berpengaruh terhadap akun-akun neraca saja (mulai dari kas hingga laba ditahan),
semuanya memungkinkan untuk dikoreksi—karena tidak ada istilah tutup buku untuk akun-akun ini. Misalnya:
PT. B menggunakan periode tahun buku. Pada tanggal 1 Maret 2012 diketahui telah terjadi kesalahan
pencatatan transaksi pelunasan utang pada tanggal 28 Agustus 2011. Pembayaran utang dagang kepada PT.
ABC sebesar Rp 25,000,000 tercatat sebagai pencicilan utang bank. Atas kesalahan tersebut harus dibuatkan
jurnal koreksi berupa reklasifikasi, jika tidak maka saldo utang bank dan saldo utang kepada PT. ABC akan
salah. Berikut adalah jurnal koreksi-nya:
[Debit]. Utang Dagang – PT. ABC = Rp 25,000,000
[Credit]. Utang – Bank XZY = Rp 25,000,000
11
Kesalahan Yang Berpengaruh Terhadap Akun Neraca dan Akun Laba Rugi
Dilihat dari efeknya terhadap buku di tahun berikutnya, ada 2 macam kesalahan di sini:
(a) Kesalahan yang akan terkoreksi dengan sendirinya setelah dua tahun; dan
(b) Kesalahan yang akan terkoreksi dengan sendirinya setelah lebih dari dua tahun atau bahkan tidak
pernah terkoreksi selamanya—untuk kasus yang sangat khusus.
Tetapi sebagian besar akan terkoreksi dengan sendirinya—meskipun mungkin perlu waktu beberapa
periode. Untuk jenis kesalahan yang akan terkoreksi dengan sendirinya:
PT. B menggunakan periode tahun buku. Pada tanggal 31 Desember 2011, PT. B lupa mengakrualkan
upah buruh untuk bulan tersebut yang baru dibayarkan pada tanggal 1 Januari 2012 sebesar Rp 250,000,000.
Sehingga jurnal berikut ini BELUM di masukan:
[Debit]. Upah Buruh = Rp 250,000,000
[Credit]. Utang – Upah Buruh = Rp 250,000,000
Akibatnya, tanggal 1 Januari 2012 (pada saat gaji upah dibayarkan—saat mana di sisi lainnya buku periode
2011 telah ditutup) PT. B baru membuat jurnal sebagai berikut:
[Debit]. Upah Buruh = 250,000,000
[Credit]. Kas = 250,000,000
Ini adalah bentuk kesalahan, sebab sesungguhnya upah yang dibayarkan pada 1 Januari tersebut adalah upah
untuk bulan Desember 2011, artinya itu pengeluaran yang seharusnya dibebankan di 2011.
Dari analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa:
Di Periode 2011: (a) “Biaya” dibebankan terlalu rendah, (b) sehingga pengakuan “Laba” menjadi lebih tinggi
dari yang seharusnya, (c) akibat berikutnya, saat penutupan buku 2011 “Laba Ditahan” pada Neraca menjadi
lebih tinggi dari yang seharusnya, (d) “Utang – Upah Buruh” diakui lebih rendah dari seharusnya.
Di Periode 2012: (a) “Biaya” lebih tinggi dari yang seharusnya, (b) sehingga “Laba” juga menjadi lebih rendah
dari yang seharusnya. Apa yang terjadi pada (c) “Utang – Upah buruh”? Dan apa yang terjadi pada (d) “Laba
Ditahan”? Ada 2 kemungkinan:
12
Jika kesalahan tersebut disadari sebelum penutupan buku periode 2012 lalu buku dilihat, maka “Utang – Upah
Buruh” dan “Laba Ditahan” akan nampak salah, sehingga PERLU dibuatkan jurnal koreksi, sbb:
[Debit]. Laba Ditahan = Rp 250,000,000
[Credit]. Biaya Upah Buruh = Rp 250,000,000
Tetapi Jika kesalahan tersebut disadari setelah penutupan buku 2012, maka “Utang – Upah Buruh”
dan “Laba Ditahan” akan menjadi BETUL dengan sendirinya, sehingga TIDAK PERLU dibuatkan jurnal koreksi.
Ini dia penyebabnya: Laba Ditahan 2011 diakui terlalu tinggi karena Laba diakui terlalu tinggi karena
beban upah buruh bulan Desember 2011 lupa diakui. Nah di tahun 2012 upah buruh menjadi terlalu tinggi,
sehingga Laba menjadi terlalu rendah dan mengakibatkan Laba Ditahan juga menjadi terlalu rendah. Dengan
kata lain, kelibahan dan kekurangan pengakuan diantara kedua tahun ini menjadi saling menutupi, sehingga
Laba Ditahan setelah penutupan 2012 telah menjadi betul (terkoreksi) dengan sendirinya. Demikian juga Utang
Upah Buruh.
Ada beberapa jenis kesalahan yang juga akan terkoreksi dengan sendirinya di periode berikutnya,
diantaranya:
(a) “Biaya Telepon” yang lupa diakrualkan
(b) “Biaya Dibayar Di Muka (Prepaid)” yang seharusnya dibebankan secara bertahap (melalui jurnal
penyesuaian) tetapi dibebankan sekaligus
(c) “Pendapatan Bunga” yang lupa diakrualkan
(d) “Pendapatan Diterima Di Muka (Deposit)” yang seharusnya diakui sebagai pendapatan secara
bertahap (melalui jurnal penyesuaian) tetapi diakui sekaligus.
(e) “Pengunaan Persediaan” yang terlalu rendah/tinggi diakui.
(f) “Pembelian Persediaan” yang belum diterima, tetapi sudah diakui sebagai penambah barang
persediaan.
Seperti disampaikan sebelumnya, ada juga jenis kesalahan khusus yang butuh waktu lama (mungkin 5,
7, 10, atau bahkan 30 tahun) untuk terkoreksi dengan sendirinya. Jenis kesalahan ini biasanya transaksi terkait
dengan aktiva tetap (baik yang berwujud atau tidak berwujud) antara lain:
Pengeluaran perbaikan bangunan yang harusnya dikapitalisasi tetapi dibebankanPengeluaran penggantian
sparepart mesin yang seharusnya dikapitalisasi tetapi dibebankanKesalahan perhitungan beban penyusutan.
Semua jenis kesalahan ini butuh waktu lama untuk menjadi terkoreksi dengan sendirinya—seiring dengan
lamanya waktu penyusutan/amortisasi yang dibutuhkan hingga aktiva tersebut habis umur ekonosmisnya atau
dijual. Untuk itu HARUS DIBUATKAN JURNAL KOREKSI begitu kesalahan diketahui.
Jurnal koreksi diperlukan untuk memperbaiki kesalahan pencatatan transaksi (baik yang diketahui di
periode yang sama maupun yang yang berbeda). Penggunaan istilah jurnal koreksi (pembetulan) sering ditukar
atau dicampuradukan dengan jurnal penyesuaian. Padahal sudah jelas, secara harfiah yang namanya koreksi
ya untuk memperbaiki kesalahan. Sedangkan jurnal penyesuaian diperlukan hanya untuk menyesuaikan
pencatatan akibat penggunaan metode akrual, pengalokasian beban secara gradual, atau akibat adanya
perubahan kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh perusahaan (misal: perubahan estimasi atau metode
penghitungan). Bukan untuk melakukan koreksi terhadap kesalahan pencatatan! Pada dasarnya, semua jenis
kesalahan—jika memungkinkan, seharusnya dikoreksi. Namun ada beberapa kondisi yang membuat tidak
semua kesalahan memerlukan jurnal koreksi—karena akan betul dengan sendirinya di periode (bulan/tahun)
berikutnya. Kesalahan seperti apa yang membutuhkan jurnal koreksi/pembetulan dan kesalahan seperti apa
yang tidak? Bagaimana membuat jurnal koreksi?
Kesalahan pencatatan bisa saja diketehaui di periode yang sama (misal: transaksi periode 2011 kesalahannya
diketahui di tahun 2011) atau di periode yang berbeda (transaksi tahun 2011 baru diketahui di tahun 2012).
Kesalahan bisa berupa kesalahan klasifikasi atau kesalahan jumlah (salah hitung atau salah input):
1. Kesalahan Klasifikasi – Untuk kesalahan klasifikasi, tinggal dibuatkan jurnal reklasifikasi. Misalnya: PT. JAK
menggunakan periode buku tahunan. Tanggal 25 Agustus 2011 diketahui terjadi kesalahan pencatatan atas
13
transaksi tanggal 10 Juli 2011 berupa pembelian mesin senilai Rp 60,000,000 yang dimasukan ke dalam
kelompok ‘Aktiva Tetap Bangunan’. Karena kesalahan diketahui di periode yang sama—dimana penyusutan
atas aktiva tetap tersebut belum dicatat, maka yang di reklasifikasi hanya nilai perolehannya, sehingga jurnal
reklasifikasinya adalah sbb:
[Debit]. Aktiva Tetap – Mesin = Rp 60,000,000
[Credit]. Aktiva Tetap – Bangunan = Rp 60,000,000
2. Kesalahan Jumlah – Misalnya: Pada tanggal 25 Agustus diketahui telah terjadi kesalahan pencatatan atas
pembayaran listrik tanggal 15 Agustus 2011 yang sebesar Rp 15,000,000 dimasukkan hanya Rp 1,500,000.
Koreksi atas kesalahan jumlah bisa dilakukan dengan cara memasukan jumlah selisihnya:
[Debit]. Biaya Listrik = Rp 13,500,000
[Credit]. Kas/Utang PLN = Rp 13,500,000
(Rp 15,000,000 – Rp 1,500,000 = Rp 13,500,000)