Disusun oleh:
Pembimbing:
KEPANITERAAN KLINIK
JAKARTA
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI…..………………………………………………………………....... i
DAFTAR TABEL……….…….……………………………………....................... iii
DAFTAR GAMBAR…..……….……………………………………….................. v
BAB I PENDAHULUAN …………………………………..................................... 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………................... 1
1.2 Tujuan Penelitian.…………………………………………………............ 2
1.3 Manfaat Penelitian………………………………………………................ 3
1.4 Ruang Lingkup Penelitian…………………………….................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………….......... 5
2.1 Desa dan Kelurahan Siaga Aktif……..……………..………………............. 5
2.2 Pelayanan Kesehatan Dasar……..………….……………............................. 5
2.3 Pemberdayaan Masyarakat melalui UKBM.....…………….......................... 6
2.4 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ………....………………………. 7
2.5 Kriteria…………………………………………....………….......……......... 11
BAB III DATA UMUM DAN DATA KHUSUS ……………………….….......... 12
3.1 Data Umum Puskesmas……………………………………………................ 12
3.1.1 Data Wilayah Kelurahan Jati Padang......…………………….…………. 12
3.1.2 Data Demografi ……………………………………………..…………... 12
3.1.3 Gambaran Umum Puskesmas ………………………………................... 18
3.1.4 Program Pokok Puskesmas ……………………………………............... 26
3.1.5 Upaya Kesehatan Wajib dan Pengembangan……………………............ 27
3.1.6 Data 10 Besar Penyakit Terbanyak………………....…………………... 33
3.2 Data Khusus RW Siaga Aktif…….………………………………………….. 39
BAB IV EVALUASI PROGRAM ……………………………………….............. 49
4.1 Alur Pemecahan Masalah …………………………………………………… 49
4.2 Identifikasi Cakupan Program .……………………….................................... 50
4.3 Penentuan Prioritas Masalah berdasarkan Hanlon Kuantitatif.......................... 52
4.4 Kerangka Pikir Masalah ............................................................................................. 57
4.5 Penilaian Prioritas Masalah ...……….....……………………………………………. 58
4.6 Urutan Prioritas Masalah ................................................................................ 58
4.7 Konfirmasi Kemungkinan Penyebab Masalah…….…………………........... 59
4.8 Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah …………………………………... 63
4.9 Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah kriteria Matriks………………….... 64
DAFTAR PUSTAKA……....…………………………………………………….... 66
i
DAFTAR TABEL
HALAMAN
ii
Tabel 19. Daftar Pencapaian Program Puskesmas Kelurahan Jati Padang………. 50
iii
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan untuk masyarakat di tingkat dasar
di Indonesia adalah melalui Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS)
yang merupakan unit organisasi fungsional Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kotamadya dan diberi tanggung jawab sebagai pengelola
kesehatan bagi masyarakat tiap wilayah kecamatan dari kabupaten/kotamadya
bersangkutan. Salah satu program yang sedang digalakkan untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yaitu melalui kebijakan Pemerintah tentang
“RW Siaga Aktif” (Pedoman Desa dan Kelurahan Siaga Aktif sesuai
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1592/Menkes/SK/X/2010).2
Pelaksanaan Program “RW Siaga Aktif” memerlukan kerjasama dari
beberpa pihak terkait diantaranya perangkat desa, tokoh masyarakat, kader
kesehatan, pemuda, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), dan seluruh warga
masyarakat pada umumnya. Syafrudin dan Hamidah (2009) mengatakan
bahwa “Kelurahan atau desa Siaga Aktif” adalah bentuk pengembangan Desa
dan Kelurahan Siaga, yaitu kelurahan yang penduduknya dapat mengakses
dengan mudah pelayanan kesehatan dasar setiap hari melalui sarana
kesehatan.5
3
1. Melatih kemampuan dalam memahami program yang ada di
puskesmas sesuai peran dokter komunitas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.1 DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif adalah bentuk pengembangan dari Desa
Siaga yang telah dimulai sejak tahun 2006. Desa atau Kelurahan Siaga Aktif
adalah desa atau yang disebut dengan nama lain atau kelurahan, yang:2
1. Penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan dasar
yang memberikan pelayanan setiap hari melalui Pos Kesehatan Desa
(Poskesdes) atau sarana kesehatan yang ada di wilayah tersebut seperti,
Pusat Kesehatan Masyarakat Pembantu (Pustu), Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas) atau sarana kesehatan lainnya.
2. Penduduknya mengembangkan UKBM dan melaksanakan survailans
berbasis masyarakat (meliputi pemantauan penyakit, kesehatan ibu dan
anak, gizi, lingkungan dan perilaku), kedaruratan kesehatan dan
penanggulangan bencana, serta penyehatan lingkungan sehingga
masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Berdasarkan pengertian tersebut di atas maka Desa atau Kelurahan Siaga
Aktif memiliki komponen (1) Pelayanan kesehatan dasar, (2) Pemberdayaan
masyarakat melalui pengembangan UKBM dan mendorong upaya survailans
berbasis masyarakat, kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana serta
penyehatan lingkungan, (3) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).2
8
24. Mencegah terjadinya pencemaran lingkungan, baik di rumah, desa/kelurahan
maupun di lingkungan pemukiman.
25. Melakukan aktivitas fisik setiap hari.
26. Tidak merokok, minum minuman keras, madat, dan menyalahgunakan
napza serta bahan berbahaya lain.
27. Memanfaatkan UKBM, Poskesdes, Pustu, Puskesmas atau sarana
kesehatan lain.
28. Pemanfaatan pekarangan untuk Taman Obat Keluarga (TOGA) dan Warung
Hidup di halaman masing-masing rumah atau secara bersama-sama (kolektif).
29. Melaporkan kematian.
30. Mempraktikkan PHBS lain yang dianjurkan.
31. Saling mengingatkan untuk mempraktikkan PHBS.
9
mempraktikkan PHBS. Mereka juga bertanggung jawab untuk mengupayakan
sarana dan kemudahan bagi dipraktikkannya PHBS di Institusi Pendidikan.
Di tatanan tempat kerja seperti pabrik, toko, kantor/perusahaan, dan lain-
lain, pemilik dan pengelola tempat kerja tersebut harus menjadi panutan dan
mendorong para pekerja/ karyawannya dalam mempraktikkan PHBS. Pemilik dan
pengelola tempat kerja juga wajib menyediakan sarana dan kemudahan bagi
dipraktikkannya PHBS di Tempat Kerja.
Di tatanan tempat-tempat umum seperti stasiun, terminal, pelabuhan,
bandara, pasar, pertokoan (mal), tempat hiburan, tempat rekreasi/pariwisata,
tempat ibadah, dan lain-lain sejenis, pemilik dan pengelola tempat umum harus
menjadi panutan dan mendorong para pekerja/karyawan dan pengunjungnya
dalam mempraktikkan PHBS. Mereka juga bertanggung jawab untuk
menyediakan sarana dan kemudahan bagi dipraktikkannya PHBS di Tempat-
tempat Umum.
Di tatanan institusi kesehatan seperti Pustu, Puskesmas, klinik, rumah
sakit, dan lain-lain, pemilik/pengelola dan para petugasnya merupakan panutan
dan mendorong pasien dan pengunjung lain dalam mempraktikkan PHBS. Mereka
juga bertanggung jawab untuk mengupayakan sarana dan kemudahan bagi
dipraktikkannya PHBS di Institusi Kesehatan.
2.5 KRITERIA2
Untuk menjamin kemantapan dan kelestarian, pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif dilaksanakan secara bertahap, dengan memperhatikan
kriteria atau unsur-unsur yang harus dipenuhi, yaitu:
1. Kepedulian Pemerintah Desa atau Kelurahan dan pemuka masyarakat terhadap
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif yang tercermin dari keberadaan dan keaktifan
Forum Desa dan Kelurahan.
10
2. Keberadaan Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader teknis Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif.
3. Kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar yang buka
atau memberikan pelayanan setiap hari.
4. Keberadaan UKBM yang dapat melaksanakan (a) survailans berbasis
masyarakat, (b) penanggulangan bencana dan kedaruratan kesehatan, (c)
penyehatan lingkungan.
5. Tercakupnya (terakomodasikannya) pendanaan untuk pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif dalam Anggaran Pembangunan Desa atau Kelurahan
serta dari masyarakat dan dunia usaha
6. Peran serta aktif masyarakat dan organisasi kemasyarakatan dalam kegiatan
kesehatan di Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
7. Peraturan di tingkat desa atau kelurahan yang melandasi dan mengatur tentang
pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
8. Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga di desa
atau kelurahan.
BAB III
DATA UMUM DAN KHUSUS PUSKESMAS JATI PADANG
C. Data Penduduk
Tabel 1 . Data Jumlah Penduduk Kelurahan Jati Padang Bulan Januari – Maret
Tahun 2018
Kelurahan Jati Padang
No. Kelurahan
Laki– Laki Perempuan Jumlah
1 Jati Padang (Januari 2018) 21,428 21,622 43.050
2 Jati Padang (Februari 2018) 21,446 21,640 43.086
3 Jati Padang (Maret 2018) 21,472 21,662 43.137
Jumlah 64,346 64,860 129,273
12
Tabel 2 . Perincian Menurut Jumlah KK dan Kepadatan Penduduk Januari- Maret
tahun 2018
Sumber: Data Laporan Statistik Penduduk Kelurahan Jati Padang Januari - Maret
tahun 2018
Sumber: Data Laporan Statistik Penduduk Kelurahan Jati Padang Januari – Maret
Tahun 2018
13
rate, CDR) ialah sebesar 1,0%. Dari angka angka tersebut menunjukkan bahwa
pertumbuhan penduduk di Kelurahan Jati Padang termasuk rendah (TPG <1%).
Dari Tabel 4 tersebut diatas, didapatkan bahwa rasio jenis kelamin (sex ratio) laki-
laki dan perempuan adalah 1:1. Dari Tabel 4 tersebut juga didapatkan dependency
ratio dari populasi di Kelurahan Jati Padang sebesar 42,5%, atau dengan kata lain
setiap 100 orang usia produktif mengandung beban 43 orang usia non-produktif.
14
Tabel 5 . Jumlah Penduduk Kelurahan Jati Padang Berdasarkan Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan Jumlah
1. Belum sekolah 1,710
2. Tidak Tamat SD 3,738
3. Tamat SD 3,670
4. Tamat SMP 3,826
5. Tamat SMA 14,785
6. Akademi Perguruan Tinggi 8,648
7. Total 36,377
Sumber: Laporan Penduduk Kelurahan Jati Padang Berdasarkan Pendidikan
3.738 jiwa (10,3%) tidak tamat SD dan 1.710 (4,7%) orang belum sekolah.
Islam merupakan agama yang mayoritas dianut oleh penduduk Kelurahan Jati
Padang, sebanyak 39,625 jiwa atau 77,3% dari total penduduk kelurahan Jati
Padang berdasarkan agama. Data ini sama dengan mayoritas agama yang dianut
oleh penduduk Indonesia.
15
Tabel 7 . Jumlah Penduduk Kelurahan Berdasarkan Pekerjaan
No. Pekerjaan Jumlah
1. Bekerja 17.187
2. Tidak bekerja 56
3. Ibu Rumah Tangga 7672
4. Pelajar/ Mahasiswa 5638
5. Pensiunan 646
Total 31.199
Sumber : Laporan Penduduk Puskesmas Kelurahan Jati Padang berdasarkan
Pekerjaan
D. Fasilitas Pendidikan
Tabel 8 . Fasilitas Pendidikan
Fasilitas
No. Jumlah
Pendidikan
1. TK 9
2. SD 10
3. MI 3
4. SLTP 3
5. SMU 3
6. SMK 3
7. UNIVERSITAS 2
Total 33
E. Fasilitas Kesehatan
Tabel 9 . Fasilitas Kesehatan
No. Fasilitas Jumlah
1. Rumah sakit -
2. Puskesmas -
3. Rumah Bersalin -
4. Dokter 24 jam 2
5. Dokter Gigi 4
6. Balkesmas -
7. Bidan Swasta 6
8. Laboratorium -
9. Apotik -
10. Klinik 3
11. Posyandu 30
18
6. Terwujudnya kerjasama dengan mitra kerja, lintas sektoral dan institusi baik
pemerintah maupun swasta
7. Terwujudnya pengetahuan masyarakat tentang betapa pentingnya masalah
kesehatan.
E. Infrastruktur Puskesmas
Puskesmas merupakan tulang punggung pelayanan kesehatan tingkat
pertama, di Indonesia. Konsep Puskesmas dilahirkan tahun 1968 ketika
dilangsungkan Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) I di Jakarta,
melalui Rakerkesnas tersebut timbul gagasan untuk menyatukan semua pelayanan
tingkat pertama ke dalam suatu organisasi yang dipercaya dan diberi nama Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).
Puskesmas pada waktu itu, dibedakan dalam 4 macam, yaitu:
1. Puskesmas tingkat Desa.
2. Puskesmas tingkat Kecamatan.
3. Puskesmas tingkat Kewedanan.
4. Puskesmas tingkat Kabupaten.
Sesuai Inpres Kesehatan Nomor 5 Tahun 1974, Nomor 7 Tahun 1975 dan
Nomor 4 Tahun 1976. Sejak tahun 1979, mulai dirintis pembangunan Puskesmas
di daerah-daerah tingkat Kelurahan atau Desa yang memiliki jumlah penduduk
sekitar 30.000 jiwa. Dan untuk mengkoordinasi kegiatan-kegiatan yang berada di
suatu kecamatan, maka salah satu Puskesmas tersebut ditunjuk sebagai
penanggung jawab dan disebut dengan nama Puskesmas Tingkat Kecamatanatau
Puskesmas Pembina. Sedang Puskesmas yang ada di tingkat Kelurahan atau Desa
disebut Puskesmas Kelurahan atau Puskesmas Pembantu.Pengkategorian
Puskesmas seperti ini, hingga sekarang masih digunakan.
Puskesmas Jati Padang merupakan puskesmas tingkat kelurahan yang berada
langsung dibawah Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu.Puskesmas Jati Padang
berdiri pada tahun 2012.Sebelum menjadi Puskesmas, merupakan balai
19
pengobatan yang hanya bergerak dibidang upaya kesehatan perorangan yang
hanya fokus pada poli umum, poli gigi, kesehatan ibu dan anak serta KB (KIA-
KB). Di tahun pertama lokasi Puskemas Jati Padang berada di Jalan Jati Padang
1A dan dikepalai oleh dr. Titi. Di tahun kedua (2013) Puskesmas Jati Padang
relokasi ke Jalan Jati Padang Raya RT/RW 07/03 dengan dr. Desi sebagai kepala
Puskesmas. Pada bulan Juli 2016 Puskesmas Jati Padang relokasi tempat untuk
yang keempat kalinya ke Jalan Raya Ragunan No. 25 dengan drg.Erna sebagai
Kepala Puskesmas.Status daripada sarana fisik Puskesmas Jati Padang masih
berupa sistem sewa. Sarana dan prasarana Puskesmas Jati Padang terdiri dari 2
lantai:
a. Lantai I
Loket
BPU dan ruang tindakan
BPG
KB-KIA, MTBS, Imunisasi
Ruang Obat dan Apotik
Ruang TU, Konsultasi Gizi dan Kesehatan Reprodusi Remaja
Dapur
Toilet
b. Lantai II
Poli Paru
Musholla
Toilet
Ruang pertemuan -Gudang obat
20
Sebagaimana tercantum pada Tabel 9 3.11, Puskesmas Kelurahan Jati
Padang memperkerjakan 9 orang, dengan 8 orang tenaga kesehatan
didalamnya, diantaranya ialah 1 orang dokter umum, 1 orang dokter gigi, 2
orang bidan, 2 orang perawat, 1 orang perawat gigi, 1 orang administrasi dan 1
orang petugas gizi.
Tabel 10 . Jumlah Tenaga Kerja di Puskesmas Kelurahan Jati Padang
Gol/Status Kepegawaian
No. Tenaga Kerja Jumlah
PNS Non-PNS
1 Dokter umum 1 orang - 1 orang
2 Dokter gigi 1 orang - 1 orang
3 Bidan 2 orang - 2 orang
4 Perawat 2 orang - 2 orang
5 Perawat Gigi 1 orang - 1 orang
6 Petugas Gizi 1 orang - 1 orang
7 Administrasi/ TU - 2 orang 2 orang
Jumlah 8 orang 2 orang 10 orang
Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Kelurahan Jati Padang tahun 2018
21
G. Sumber Daya Uang
Pendanaan Puskesmas DKI bersifat mandiri dan langsung, yang dikelola oleh
BLUD (Badan Layanan Umum Daerah) berdasarkan keputusan Gubernur
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 366/2012, terdiri dari :
a. Dana kapitasi, pendanaan gaji dan obat
b. APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah), sebagai sumber dana BOK
(Badan Operasional Kesehatan) yang diperuntukkan untuk cakupan program
Puskesmas
c. APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) ditujukan untuk inventory
Puskesmas Jati Padang sebagai Puskesmas tingkat Kelurahan menerima hasil
inventory yang dibutuhkan sesuai dengan POA (Plan of Action) langsung dari
kecamatan sejak program e-billing diterapkan.
1. Lantai I
22
Rak Status (2), Meja (1), Komputer (1 set),
Ruang Loket Baik
Filing kabinet (1), buku status dll
Ruang Balai Pengobatan Tempat tidur periksa (1), Meja (1), kursi (3), Baik
(BP) Lemari alkes (1), Filing kabinet (1),
Alkes (1set)
Ruang Gigi Dental Unit (1), Meja (1), Kursi (3), Lemari Baik
Alkes (1), Kompresor (1), Sterilisator (1),
Alat-alat Kesehatan lain
Ruang TU dan Gizi Rak Status (1), Meja (1), Komputer (2), Baik
Filling Kabinet (1), Lemari (1), Kursi (4)
Toilet - Baik
2. Lantai II
23
Mushola Karpet, sajadah, kipas angin Baik
Tabel 12. Data Inventoris Wajib dimiliki Puskesmas Kelurahan Jati Padang
Nama Alat Modal Jumlah
Alat Pendingin (AC) 4 Unit
Komputer/PC 3 Unit
24
b. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
c. Upaya Kesehatan Lingkungan
d. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P)
e. Promosi Kesehatan
f. Upaya Pengobatan Dasar
2. Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di
masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemapuan puskesmas. Upaya
kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas
yang telah ada yakni:
a. Upaya Kesehatan Sekolah
b. Upaya Perawatan Kesehatan masyarakat
c. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
d. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
UPAYA
KESEHATAN
WAJIB
1.PromosiKesehatan Kelurahan Siaga Aktif 100
RW Siaga Aktif 80
Rumah Tangga PHBS 80
Pelayanan Imunisasi
1. Imunisasi DPT 1 pada bayi 95
2. Imunisasi HB - 1 < 7 hari 80
3. Imunisasi campak pada bayi 95
4. Imunisasi DT pada anak kelas 1 SD 95
5. Imunisasi TT pada anak SD kelas 2 & 3 95
Cakupan pasien (semua umur) dengan diare yang ditangani (sesuai standar) 63
ISPA
1.Cakupan pasien (semua umur) datang dengan ISPA yang 95
ditemukan/ditangani
4. IR DBD 55 / 100,000
27
No Program Identifikasi Program Target 2018 (%)
1 PERKESMA Presentae kasus keluarga resiko tinggi / prioritas yang Sesuai Kasus
S dibina
2 UKS Cakupan Penjaringan kesehatan siswa SD dan 100
setingkat
3 Jiwa Presentase kunjungan pasien jiwa ke puskesmas 15
Layanan
28
Peningkatan UKBM Masyarakat Presentasi 60 Promkes,
melalui Pemberdayaan Kelurahan Perkesmas,
Masyarakat Siaga Aktif
Kelurahan Siaga
Aktif, UKBM,
Lansia, PSM, UKS
dan PKPR, UKGS,
Sosialisasi program
prioritas, Pelayanan
hari sabtu
Ibu Pelayanan
Kesehatan Bumil,
Bulin, Bufas
Anak Pelayanan
Kesehatan Anak
Balita dan
Prasekolah
29
Layanan (%)
ODHA
Immunizat
ion (UCI)
30
Peningkatan kualitas Masyarakat Jumlah 30 Pembinaan TTU,
kesehatan lingkungan di kelurahan Diare
masyarakat dan sarana yang
kesehatan menerapkan
Sanitasi
Total
berbasis
Masyarakat
(STBM)
31
8. Gastritis dan Duodenitis 414 5,11
9. Influenza 357 4,41
10. Karies Gigi 279 3,44
Total 8092 100%
32
Tabel 17. PLANNING OF ACTION (POA) TAHUN 2018 PUSKESMAS KELURAHAN JATI PADANG
3.2 Data Khusus RW Siaga Aktif
A. Pengertian
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif adalah bentuk pengembangan dari Desa
Siaga yang telah dimulai sejak tahun 2006. Desa atau Kelurahan Siaga Aktif
adalah desa atau yang disebut dengan nama lain atau kelurahan, yang:1
1. Penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan dasar
yang memberikan pelayanan setiap hari melalui Pos Kesehatan Desa
(Poskesdes) atau sarana kesehatan yang ada di wilayah tersebut seperti,
Pusat Kesehatan Masyarakat Pembantu (Pustu), Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas) atau sarana kesehatan lainnya.
2. Penduduknya mengembangkan UKBM dan melaksanakan survailans
berbasis masyarakat (meliputi pemantauan penyakit, kesehatan ibu dan
anak, gizi, lingkungan dan perilaku), kedaruratan kesehatan dan
penanggulangan bencana, serta penyehatan lingkungan sehingga
masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
C. PERSIAPAN2,3,4
Dalam rangka persiapan untuk pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif perlu dilakukan sejumlah kegiatan yang meliputi: pelatihan fasilitator,
pelatihan petugas kesehatan, analisis situasi perkembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif, penetapan Kader Pemberdayaan Masyarakat, serta
pelatihan Kader Pemberdayaan Masyarakat dan lembaga kemasyarakatan.
1. Pelatihan Fasilitator
a. Dalam rangka pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
diperlukan adanya fasilitator di kabupaten dan kota. Fasilitator
Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif adalah Petugas
Promosi Kesehatan dari Dinas Kesehatan Kabupaten atau Dinas
Kesehatan Kota yang ditunjuk/ditugasi dan tenaga lain dari program
pemberdayaan masyarakat (seperti PNPM Mandiri), LSM, dunia usaha,
atau pihak-pihak lain.
b. Pelatihan Fasilitator diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi dengan
materi pemberdayaan dan pengorganisasian masyarakat dalam
pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
2. Pelatihan Petugas Kesehatan
a. Petugas kesehatan di kabupaten, kota, dan kecamatan adalah pembina
teknis terhadap kegiatan UKBM-UKBM di desa dan kelurahan. Oleh
sebab itu, kepada mereka harus diberikan pula bekal yang cukup
tentang pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
b. Pelatihan bagi mereka dibedakan ke dalam 2 (dua) kategori berdasarkan
kualifikasi pesertanya, yaitu: (1) Pelatihan Manajemen, dan (2)
Pelatihan Pelaksanaan.
c. Pelatihan Manajemen diikuti oleh para Kepala Puskesmas dan pejabat
pengelola program-program kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten/
Kota. Materi pelatihan ini lebih ditekankan kepada konsep dan aspek-
aspek manajerial dari pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
d. Pelatihan Pelaksanaan diikuti oleh para petugas yang diserahi tanggung
jawab membina Desa dan Kelurahan Siaga Aktif (satu orang untuk
masing-masing Puskesmas) dan para petugas kesehatan yang
membantu pelaksanaan UKBM di desa atau kelurahan (misalnya bidan
di desa). Materi pelatihan ini selain mencakup proses pengembangan
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif, lebih ditekankan kepada teknis
pelayanan di Desa dan Kelurahan Siaga Aktif dan promosi kesehatan.
e. Pelatihan bagi petugas kesehatan diselenggarakan oleh Dinas
Kesehatan Provinsi dengan mengacu kepada petunjuk teknis yang
dibuat oleh Kementerian Kesehatan.
3. Analisis Situasi Perkembangan Desa/Kelurahan Siaga Aktif
a. Analisis situasi perkembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
dilaksanakan oleh Fasilitator dengan dibantu pihak-pihak lain terkait.
b. Pelaksanaannya mengacu kepada petunjuk teknis yang dibuat oleh
Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Kesehatan, yang
mengarah kepada evaluasi dan inventarisasi terhadap desa-desa dan
kelurahan-kelurahan dalam kaitannya dengan pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif.
c. Hasil evaluasi dan inventarisasi berupa daftar desa dan kelurahan yang
dikelompokkan ke dalam kategori: (1) Desa dan Kelurahan yang belum
digarap, (2) Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Pratama, (3) Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif Madya, (4) Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
Purnama, dan (5) Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Mandiri.
d. Daftar desa dan kelurahan hasil evaluasi dan inventarisasi dilaporkan
kepada Bupati atau Walikota dengan tembusan kepada: (1) Kelompok
Kerja Operasional (Pokjanal) Desa dan Kelurahan Siaga Tingkat
Kabupaten/Kota, (2) Pokjanal Tingkat Provinsi, dan (3) Pokjanal
Tingkat Pusat.
4. Penetapan Kader Pemberdayaan Masyarakat
a. Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM) adalah anggota masyarakat
desa atau kelurahan yang memiliki pengetahuan, kemauan dan
kemampuan untuk menggerakkan masyarakat berpartisipasi dalam
pemberdayaan masyarakat dan pembangunan partisipatif di desa dan
kelurahan.
b. KPM merupakan tenaga penggerak di desa atau kelurahan yang akan
diserahi tugas pendampingan di desa atau kelurahan dalam rangka
pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
5. Pelatihan KPM dan Lembaga Kemasyarakatan
a. Di kabupaten atau kota yang belum menyelenggarakan Pelatihan
Pemberdayaan Masyarakat atau masih ada Pelatihan Pemberdayaan
Masyarakat yang belum diselenggarakan, di dalam kurikulum
pelatihannya diintegrasikan materi tentang Pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif. Dengan demikian, sekaligus para peserta
pelatihan, termasuk KPM dan lembaga kemasyarakatan, selanjutnya
dapat berperan dalam pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif.
b. Untuk kabupaten atau kota yang telah menyelenggarakan Pelatihan
Pemberdayaan Masyarakat atau telah memiliki KPM, untuk para KPM
dan lembaga kemasyarakatan perlu diselenggarakan pelatihan khusus
tentang Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
c. Materi dan metode penyelenggaraan pelatihan Pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif untuk KPM atau yang diintegrasikan ke dalam
Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat, mengacu kepada petunjuk teknis
dari Kementerian Kesehatan.
d. Dalam pelatihan, tugas dari Fasilitator adalah membantu Panitia
Pelatihan untuk menyusun jadwal pelatihan dan mencarikan nara
sumber yang sesuai.
D. PENYELENGGARAAN4
Kepala Desa dan Perangkat Desa bersama Badan Permusyawaratan Desa
(BPD) adalah penyelenggara pemerintahan desa. Oleh karena itu, kegiatan
memfasiltasi masyarakat menyelenggarakan pengembangan Desa atau
Kelurahan Siaga Aktif, yang merupakan tugas dari Kader Pemberdayaan
Masyarakat (KPM) dan kader kesehatan, harus mendapat dukungan dari
Kepala Desa/Lurah dan BPD, Perangkat Desa/Kelurahan, serta lembaga
kemasyarakatan yang ada. Kegiatannya berupa langkah-langkah dalam
memfasilitasi siklus pemecahan masalah demi masalah kesehatan yang dihadapi
masyarakat desa atau kelurahan, yang secara skematis dapat digambarkan sebagai
berikut:
1. Pengenalan Kondisi Desa atau Kelurahan
Pengenalan kondisi desa atau kelurahan oleh KPM/kader
kesehatan, lembaga kemasyarakatan, dan Perangkat Desa atau Kelurahan
dilakukan dengan mengkaji data Profil Desa atau Profil Kelurahan dan
hasil analisis situasi perkembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
yang menggambarkan kriteria Desa dan Kelurahan Siaga Aktif yang
sudah dapat dan belum dapat dipenuhi oleh desa atau kelurahan yang
bersangkutan.
2. Identifikasi Masalah Kesehatan dan PHBS
Dengan mengkaji Profil/Monografi Desa atau Profil/Monografi
Kelurahan dan hasil analisis situasi, maka dapat diidentifikasi:
Masalah-masalah kesehatan yang masih dihadapi masyarakat
dan urutan prioritas penanganannya.
Hal-hal yang menyebabkan terjadinya masalah-masalah
kesehatan, baik dari sisi teknis kesehatan maupun dari sisi perilaku
masyarakat.
Potensi yang dimiliki desa/kelurahan untuk mengatasi masalah-
masalah kesehatan tersebut.
UKBM apa saja yang sudah ada (jika ada) dan atau harus
diaktifkan kembali/dibentuk baru dalam rangka mengatasi
masalah-masalah kesehatan tersebut.
Bantuan/dukungan yang diharapkan: apa bentuknya, berapa
banyak, dari mana kemungkinan didapat (sumber), dan bilamana
dibutuhkan.
3. Musyawarah Desa/Kelurahan
Bila dirasakan perlu, Musyawarah Desa/Kelurahan dapat
dilakukan secara berjenjang dengan terlebih dulu menyelenggarakan
Musyawarah Dusun atau Rukun Warga (RW).
Musyawarah Desa/Kelurahan bertujuan:
Menyosialisasikan tentang adanya masalah-masalah kesehatan
yang masih dihadapi masyarakat dan program pengembangan
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
Mencapai kesepakatan tentang urutan prioritas masalah-masalah
kesehatan yang hendak ditangani.
Mencapai kesepakatan tentang UKBM-UKBM yang hendak
dibentuk baru atau diaktifkan kembali.
Memantapkan data/informasi potensi desa atau potensi kelurahan
serta bantuan/dukungan yang diperlukan dan alternatif sumber
bantuan/dukungan tersebut.
Menggalang semangat dan partisipasi warga desa atau kelurahan
untuk mendukung pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif.
4. Perencanaan Partisipatif
Setelah diperolehnya kesepakatan dari warga desa atau kelurahan,
KPM dan lembaga kemasyarakatan yang ada mengadakan pertemuan-
pertemuan secara intensif guna menyusun rencana pengembangan Desa
dan Kelurahan Siaga Aktif untuk dimasukkan ke dalam Rencana
Pembangunan Desa/Kelurahan.
Rencana pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
mencakup:
UKBM-UKBM yang akan dibentuk baru atau diaktifkan kembali,
berikut jadwal pembentukan/pengaktifannya kembali.
Sarana-sarana yang akan dibangun baru atau direhabilitasi
(misalnya Poskesdes, Polindes, Sarana Air Bersih, Sarana Jamban
Keluarga, dan lain-lain), berikut jadwal pembangunannya.
Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan dan membutuhkan biaya
operasional, berikut jadwal pelaksanaannya.
Hal-hal yang dapat dilaksanakan dengan swadaya masyarakat dan
atau bantuan dari donatur (misalnya swasta), disatukan dalam dokumen
tersendiri. Sedangkan hal-hal yang memerlukan dukungan Pemerintah
dimasukkan ke dalam dokumen Musrenbang Desa atau Kelurahan
untuk diteruskan ke Musrenbang selanjutnya.
5. Pelaksanaan Kegiatan
Sementara menunggu proses Musrenbang selesai dan
ditetapkannya alokasi dana Pemerintah, KPM/kader kesehatan dan
lembaga kemasyarakatan yang ada dapat memulai kegiatan dengan
membentuk UKBM-UKBM yang diperlukan, menetapkan kader-
kader pelaksananya, dan melaksanakan kegiatan-kegiatan swadaya atau
yang sudah diperoleh dananya dari donatur. Juga pelaksanaan kegiatan-
kegiatan yang tidak memerlukan biaya operasional seperti misalnya
promosi kesehatan melalui Dasawisma, pertemuan Rukun Tetangga,
pertemuan Rukun Warga/ Dusun, atau forum-forum kegiatan
kemasyarakatan dan keagamaan.
Kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan secara swakelola oleh
masyarakat dengan didampingi Perangkat Pemerintahan serta dibantu
oleh para KPM/kader kesehatan dan Fasilitator. Pelaksanaan kegiatan
meliputi pemilihan dan penetapan tim pengelola kegiatan (para kader
pelaksana UKBM atau pihak lain), pengajuan dan pencairan dana,
pengerahan tenaga kerja (khususnya untuk pembangunan sarana),
pengadaan barang dan jasa, serta pelaksanaan kegiatan yang diusulkan.
Tim pelaksana kegiatan bertanggung jawab mengenai realisasi
fisik, keuangan, dan administrasi kegiatan yang dilakukan, sesuai
dengan rencana.
Apabila dibutuhkan barang/jasa berupa bahan, alat, dan tenaga
teknis kesehatan yang tidak dapat disediakan/dilakukan sendiri oleh
masyarakat, maka Dinas Kesehatan melalui Puskesmas dapat membantu
masyarakat untuk menyediakan barang/jasa tersebut.
Pencatatan dan pelaporan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan
petunjuk teknis dari Kementerian Dalam Negeri.
Pelatihan teknis, termasuk kursus-kursus penyegar, bagi para
kader pelaksana UKBM menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan
Kabupaten /Kota dengan dibantu oleh Dinas Kesehatan Provinsi untuk
melaksanakannya, dengan mengacu kepada petunjuk teknis yang dibuat
oleh Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Kesehatan.
E. PENTAHAPAN3,4
Atas dasar kriteria Desa dan Kelurahan Siaga Aktif yang telah ditetapkan,
maka perlu dilakukan pentahapan dalam pengembangan Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif, sehingga dapat dicapai tingkatan-tingkatan atau kategori Desa Siaga
Aktif atau Kelurahan Siaga Aktif sebagai berikut.
F. PEMBINAAN KELESTARIAN3
Pembinaan kelestarian Desa / Kelurahan Siaga Aktif pada dasarnya
merupakan tugas dari KPM / kader kesehatan, Kepala Desa / Lurah dan Perangkat
Desa/ Kelurahan dengan dukungan dari berbagai pihak, utamanya Pemerintah
Daerah dan Pemerintah. Dengan demikian kehadiran Fasilitator di desa dan
kelurahan sudah sangat minimal, karena perannya sudah dapat sepenuhnya
digantikan oleh para KPM/kader kesehatan.
Perencanaan partisipatif dalam rangka pembinaan Desa / Kelurahan
Siaga Aktif sudah berjalan baik dan rutin serta terintegrasi dalam proses
perencanaan Pembangunan Desa atau Kelurahan dan mekanisme Musrenbang.
Kemitraan dan dukungan sumber daya dari pihak di luar Pemerintah juga sudah
tergalang dengan baik dan melembaga.
Pada tahap ini, selain pertemuan-pertemuan berkala dan kursus-
kursus penyegar bagi para kader, termasuk KPM/kader kesehatan, juga
dikembangkan cara-cara lain untuk memelihara dan meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan para kader tersebut. Antara lain melalui program
Kelompencapir dan Perpustakaan Desa/Kelurahan.
Pembinaan kelestarian juga dilaksanakan terintegrasi dengan
penyelenggaraan Perlombaan Desa dan Kelurahan yang diselenggarakan setiap
tahun secara berjenjang sejak dari tingkat Desa/Kelurahan sampai ke tingkat
Nasional.
Dalam rangka pembinaan kelestarian juga diselenggarakan pencatatan
dan pelaporan perkembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif yang berjalan
secara berjenjang dan terintegrasi dengan Sistem Informasi Pembangunan Desa
yang diselenggarakan oleh Kementerian Dalam Negeri.
BAB IV
EVALUASI PROGRAM
Besarnya
Masalah
No. Masalah
(100%-
Pencapaian)
KB
1. KB Aktif 56,69
IMUNISASI
2. Campak 26,63
PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR
Cakupan pasien (semua umur) dengan diare yang ditangani
3. 60,97
(sesuai standar)
4. Cakupan pasien dengan TB yang ditangani (sesuai standar) 77,09
PROMOSI KESEHATAN
Tidak ada
5. RW siaga aktif /PHBS
data (0%)
PENYAKIT TIDAK MENULAR
Deteksi penyakit tidak menular usia 15-59
6. 1. Hipertensi 79,24
2. Diabetes Melitus 79,67
Melakukan tindakan penanganan penyakit tidak menular
7. 80
(melaksanakan kegiatan Posbindu)
Langkah 2:
Menentukan kolom/kelas interval dengan Rumus Sturgess:
k = 1 + 3,3 Log n Keterangan:
k = jumlah kolom/kelas n = jumlah masalah
Masukkan ke rumus : k = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 7
= 1+ 3,3 (0,84)
= 3,772 dibulatkan menjadi 4
Langkah 3 :
Menentukan interval kelas dengan menghitung selisih besarnya masalah terbesar
dengan terkecil kemudian di bagi kelas/kolom.
Nilai besar masalah : terbesar adalah 80% dan terkecil adalah 26,63%
Interval = 13,34
Langkah 4. Menentukan skala interval dan nilai tiap interval sesuai jumlah
kolom/kelas:
Hasil
No. Masalah P E A R L
Kali
1. KB Aktif 1 1 1 1 1 1
2. Campak 1 1 1 1 1 1
3. Cakupan pasien (semua umur) dengan 1 1 1 1 1 1
diare yang ditangani (sesuai standar)
4. Cakupan pasien dengan TB yang 1 1 1 1 1 1
ditangani (sesuai standar)
5. RW Siaga Aktif/PHBS 1 1 1 1 1 1
6. Deteksi PTM umur 15-59 tahun 1 1 1 1 1 1
1. Hipertensi
2. DM
7. Melakukan tindakan penanganan 1 1 1 1 1 1
penyakit tidak menular (melaksanakan
kegiatan Posbindu)
Setelah nilai dari kriteria A, B,C dan D didapat, hasil tersebut dimasukan
dalam formula nilai prioritas dasar (NPD), serta nilai prioritas total (NPT) untuk
menentukan prioritas masalah yang dihadapi:
INPUT
Minimnya dana kegiatan RW Siaga Aktif
MONEY
- Kurangnya jumlah masyarakat
yang aktif dalam kegiatan RW
Siaga Aktif MATERIAL
- Tidak adanya pelatihan bagi
KPM/kader kesehatan, lembaga - Kurang mencukupinya
kemasyarakatan, yang menjadi
MAN perlengkapan dan peralatan yang
petugas dan pelaksana kegiatan digunakan untuk kegiatan
RW siaga aktif - Tidak ada Media untuk
edukasi/promosi kegiatan RW
Siaga Aktif
- Belum ada penjadwalan pelaksaan METHOD
RW Siaga Aktif
- Belum berjalannya persiapan RW
Siaga Aktif Tidak tercapainya kegiatan Rw
siaga aktif di wilayah kerja
Puskesmas Jati Padang dengan
target pencapaian 80%
- Belum adanya sosialisasi program
RW Siaga Aktif P1 P2
- Belum adanya penjadwalan
- Kegiatan RW Siaga Aktif
program RW siaga Aktif
tidak menarik.
- Kurangnya LINGKUNGAN
- Kurangnya evaluasi berkala masyarakat/penduduk - Tidak ada
yang ikut andil dalam
kegiatan RW Siaga Aktif
P3 masalah pada
- RW Siaga Aktif tidak program Rw siaga aktif
lingkungan
mempunyai target sasaran tiap
pelaksanaan
KPM/Kader
kesehatan, dan Kurangnya
lembaga Tidak semua sarana prasana
kemasyarakatan kader dalam
tidak secara kesehatan dan pencapaian
Tidak khusus menilai masyarakat kegiatan PHBS
terlaksana masalah yang terampil dalam dan Rw Siaga
program Rw dihadapi, melakukan aktif
Minimnya
siaga aktif ke mencatat hasil kegiatan PHBS
media
tahap penyelesaian dan Rw Siaga
informasi
Sepanjang selanjutnya berupa
tahun 2017 leaflet,brosur,
ini sudah Tidak poster, model
dilaksanaka melakukan makanan
n Rw Siaga evaluasi
aktif, namun Tidak ada tentang PHBS Minimnya
tidak pemantauan atau Rw Siaga masyarakat yang
dilanjutkan. dari aktif ingin mengikuti
kelurahan kegatan Rw siaga
Belum ada atau
penjadwalan puskesmas
tetap untuk tentang
program RW kegiatan ini Skill KPM/kader
siaga aktif kesehatan, lembaga
kemasyarakatan Gambar 6. Pohon Masalah Rw Siaga Aktif
yang masih kurang
4.8 Penentuan alternatif pemecahan masalah
Atas permasalahan yang sudah dipaparkan diatas, maka kami menentukan berbagai
alternatif pemecahan masalah sebagai berikut:
Tabel 28. Penentuan alternatif pemecahan masalah
Permasalahan Alternatif penyelesaian masalah
Kurangnya jumlah KPM/kader kesehatan - Menambah jumlah KPM/Kader
serta masyarakat yang aktif dalam Kesehatan aktif
kegiatan RW siaga aktif. - Mengadakan promosi tentang Rw siaga
kepada masyarakat agar masyarakat
ikut andil dalam pencapaian program
Minimnya dana kegiatan RW siaga aktif Bekerja sama dengan kelurahan untuk
mendanai kegiatan RW siaga aktif
1. Depkes RI. 2016. Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga, Pusat Promosi
Kesehatan. Jakarta: Depkes RI.
2. Kemenkes, RI. 2010. Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif. Ed ke1. Jakarta: 2010.
3. Kemenkes. RI, 2014. Pedoman Pelaksanaan Pencatatan dan Pelaporan Desa
dan Kelurahan Siaga Aktif, Pusat Promosi Kesehatan. Jakarta.