Anda di halaman 1dari 68

EVALUASI PROGRAM

UPAYA PENCAPAIAN RW SIAGA AKTIF DI KELURAHAN JATI PADANG

Disusun oleh:

Novia Sugianto Limantara (030.10.209)

Devi Apriliani (030.12.071)

Pembimbing:

Dr. Gita Handayani Tarigan, M.PH

KEPANITERAAN KLINIK

ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS/KESEHATAN MASYARAKAT

PERIODE 26 MARET 2018 – 2 JUNI 2018

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI…..………………………………………………………………....... i
DAFTAR TABEL……….…….……………………………………....................... iii
DAFTAR GAMBAR…..……….……………………………………….................. v
BAB I PENDAHULUAN …………………………………..................................... 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………................... 1
1.2 Tujuan Penelitian.…………………………………………………............ 2
1.3 Manfaat Penelitian………………………………………………................ 3
1.4 Ruang Lingkup Penelitian…………………………….................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………….......... 5
2.1 Desa dan Kelurahan Siaga Aktif……..……………..………………............. 5
2.2 Pelayanan Kesehatan Dasar……..………….……………............................. 5
2.3 Pemberdayaan Masyarakat melalui UKBM.....…………….......................... 6
2.4 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ………....………………………. 7
2.5 Kriteria…………………………………………....………….......……......... 11
BAB III DATA UMUM DAN DATA KHUSUS ……………………….….......... 12
3.1 Data Umum Puskesmas……………………………………………................ 12
3.1.1 Data Wilayah Kelurahan Jati Padang......…………………….…………. 12
3.1.2 Data Demografi ……………………………………………..…………... 12
3.1.3 Gambaran Umum Puskesmas ………………………………................... 18
3.1.4 Program Pokok Puskesmas ……………………………………............... 26
3.1.5 Upaya Kesehatan Wajib dan Pengembangan……………………............ 27
3.1.6 Data 10 Besar Penyakit Terbanyak………………....…………………... 33
3.2 Data Khusus RW Siaga Aktif…….………………………………………….. 39
BAB IV EVALUASI PROGRAM ……………………………………….............. 49
4.1 Alur Pemecahan Masalah …………………………………………………… 49
4.2 Identifikasi Cakupan Program .……………………….................................... 50
4.3 Penentuan Prioritas Masalah berdasarkan Hanlon Kuantitatif.......................... 52
4.4 Kerangka Pikir Masalah ............................................................................................. 57
4.5 Penilaian Prioritas Masalah ...……….....……………………………………………. 58
4.6 Urutan Prioritas Masalah ................................................................................ 58
4.7 Konfirmasi Kemungkinan Penyebab Masalah…….…………………........... 59
4.8 Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah …………………………………... 63
4.9 Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah kriteria Matriks………………….... 64
DAFTAR PUSTAKA……....…………………………………………………….... 66

i
DAFTAR TABEL

HALAMAN

Tabel 1. Data Penduduk Kelurahan Jatipadang bulan Januari-Maret tahun


2018....................................................................................................... 13

Tabel 2. Data Perincian Menurut Jumlah KK dan Kepadatan Penduduk Januari-


Maret tahun 2018....................................................................... 14

Tabel 3. Pertembuhan Penduduk Kelurahan Jati Padang bulan Januari- Maret


tahun 2018……………………...................................................... 14

Tabel 4. Perincian Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Kelompok


Umur………………………………............................................................... 15

Tabel 5. Jumlah penduduk berdasarkan pendidikan di Kelurahan


Jatipadang……………………………………............................................... 16

Tabel 6. Jumlah Penduduk berdasarkan Agama di Kelurahan Jati


Padang………………………………………................................................. 16

Tabel 7. Jumlah Penduduk berdasarkan pekerjaan di Kelurahan Jatipadang. 17

Tabel 8. Fasilitas Pendidikan Kelurahan Jati Padang...………..................... 17

Tabel 9. Fasilitas Kesehatan Jati Padang…………………............................ 18

Tabel 10. Jumlah Tenaga Kerja di Puskesmas Jati Padang…………............ 22

Tabel 11. Sarana dan Prasarana…………….................................................. 24

Tabel 12. Data Inventaris wajib Jati Padang……………………………...... 26

Tabel 13. Data Program Puskesmas Jati Padang…………………………..... 27

Tabel 14. Program Puskesmas Kelurahan Jati Padang…………………........ 31

Tabel 15. Datftar unit pendukung pelayanan….............................................. 32

Tabel 16. Jumlah 10 Penyakit terbanyak di Puskesmas Kelurahan jati padang 34


Januari-Maret……………………………………......................

Tabel 17. Plan of Action…….....……………………………………............ 36

Tabel 18. Indikator Desa dan Kelurahan Siaga Aktif………….............................. 47

ii
Tabel 19. Daftar Pencapaian Program Puskesmas Kelurahan Jati Padang………. 50

Tabel 20. Kriteria A: Besarnya Masalah………………………………............. 52

Tabel 21. Pembagian Inteval kelas………………………………….............. 53

Tabel 22. Penentuan nilai tiap masalah berdasarkan kelas………………...... 54

Tabel 23. Kegawatan masalah…………….....………………….................... 55

Tabel 24. Kriteria C: Kemudahan dalam Penanggulangan Kriteria………… 56

Tabel 25. Kriteria D: Kriteria PEARL…………………….…....................... 57

Tabel 26. Penilaian prioritas masalah…………………………..................... 58

Tabel 27. Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah Berdasarkan Kelas…….. 59

Tabel 28. Penentuan alternatif pemecahan masalah........................................ 63

Tabel 29. Penentuan Prioritas Masalah dengan Kriteria Matrix..................... 64

iii
DAFTAR GAMBAR

HALAMAN

Gambar 1. Peta Wilayah Kelurahan Jati Padang......................................... 13

Gambar 2. Struktur Puskesmas.................................................................... 23

Gambar 3. Skema Pendanaan Puskesmas Kelurahan Jati Padang............... 24

Gambar 4. Alur Pemecahan Masalah........................................................... 49

Gambar 5. Diagrram Fish Bone................................................................... 61

Gambar 6. Pohon masalah Rw Siaga Aktif.................................................. 62

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Terwujudnya lingkungan yang sehat adalah kehendak semua pihak. Tidak
hanya oleh perorangan, tetapi juga keluarga, kelompok dan bahkan seluruh
masyarakat. Dalam mewujudkan keinginan bersama, maka berbagai upaya
telah dilakukan, baik upaya yang dilakukan suatu kelompok masyarakat,
maupun upaya yang dilakukan pemerintah.1
Beberapa penelitian yang pernah diadakan oleh Departemen Kesehatan
(2009), menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan dasar menjadi fokus utama
upaya bidang kesehatan Indonesia untuk mencapai target Milenium
Development Goals (MDGs) yaitu Indonesia menekan angka kematian ibu
menjadi 102/100.000 kelahiran hidup dan menekan angka kematian bayi
menjadi 15/1000 kelahiran hidup.1
Pelayanan kesehatan merupakan kebutuhan mendasar bagi masyarakat
Indonesia bahkan masyarakat dunia, selain sandang, pangan dan papan.
Pelayanan kesehatan yang berkualitas adalah pelayanan yang memahami
kebutuhan rakyatnya, jadi dengan kata lain pelayanan masyarakat di setiap
daerah memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Unsur kesehatan yang
dijadikan patokan nilai dejat kesehatan di Indonesia adalah Angka Kematian
Ibu dan Anak, sebagaimana kita ketahui bahwa pilar bangsa ini dalah anak-
anak penerus bangsa, jadi pilar bangsa ini akan kokoh jika penyangga
terpenting bangsa ini sehat dan kuat seperti sehatnya ibu dan anak. Sebagai
ujung tombak pelayanan kesehatan bagi seluruh golongan masyarakat,
tentunya Dinas Kesehatan harus memliki mutu pelayanan yang baik, terutama
kemudahan untuk dijangkau dari semua aspek lokasi, dan lapisan golongan
masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut maka Dinas Kesehatan harus
melakukan peningkatan, pemerataan, dan perluasan jangkaun pelayanan
kesehatan.1

1
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan untuk masyarakat di tingkat dasar
di Indonesia adalah melalui Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS)
yang merupakan unit organisasi fungsional Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kotamadya dan diberi tanggung jawab sebagai pengelola
kesehatan bagi masyarakat tiap wilayah kecamatan dari kabupaten/kotamadya
bersangkutan. Salah satu program yang sedang digalakkan untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yaitu melalui kebijakan Pemerintah tentang
“RW Siaga Aktif” (Pedoman Desa dan Kelurahan Siaga Aktif sesuai
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1592/Menkes/SK/X/2010).2
Pelaksanaan Program “RW Siaga Aktif” memerlukan kerjasama dari
beberpa pihak terkait diantaranya perangkat desa, tokoh masyarakat, kader
kesehatan, pemuda, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), dan seluruh warga
masyarakat pada umumnya. Syafrudin dan Hamidah (2009) mengatakan
bahwa “Kelurahan atau desa Siaga Aktif” adalah bentuk pengembangan Desa
dan Kelurahan Siaga, yaitu kelurahan yang penduduknya dapat mengakses
dengan mudah pelayanan kesehatan dasar setiap hari melalui sarana
kesehatan.5

1.2. Tujuan Penelitian

1.2.1 Tujuan umum

Untuk menilai capaian indikator RW siaga dalam penentuan


tingkatan-tingkatan atau kategori RW siaga aktif di Kelurahan Jati Padang

1.2.2 Tujuan khusus


2
1. Untuk mengetahui capaian indikator RW siaga aktif di Kelurahan Jati
Padang

2. Untuk mengidentifikasi penyebab masalah dilihat dari input, proses,


maupun lingkungan pada program Rw Siaga aktif di Kelurahan Jati
Padang

3. Untuk mengethaui faktor yang mempengaruhi tidak tercapainya


program Rw Siaga Aktif di Kelurahan Jati Padang

4. Menentukan alternatif pemecahan masalah dari program Rw Siaga Aktif di


Kelurahan Jati Padang

5. Membuat rencana kegiatan untuk pemecahan masalah dari program Rw


Siaga Aktif di Kelurahan Jati Padang

1.3. Manfaat Penelitian

1.3.1 Bagi Puskesmas

1. Membantu Puskesmas Kelurahan Jati Padang dalam melakukan


identifikasi dan analisis masalah, mencari penyebab dan latar
belakang serta hambatan masalah kesehatan di wilayah kerjanya.

2. Membantu Puskesmas dalam memberikan alternatif penyelesaian


terhadap masalah tersebut.

3. Membantu Puskesmas dalam menetapkan tingkat urgensi suatu


kegiatan untuk dilaksanakan segera pada tahun yang akan datang
berdasarkan prioritasnya.

1.3.2 Bagi Mahasiswa

3
1. Melatih kemampuan dalam memahami program yang ada di
puskesmas sesuai peran dokter komunitas

2. Melatih kemampuan analisis dan pemecahan terhadap masalah


yang ditemukan dimasyarakat dalam program puskesmas.

3. Meningkatkan pemahaman pentingnya upaya kesehatan berbasis


masyarakat yang komperhensif untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah pada Ilmu Kesehatan Masyarakat


yang berfokus pada Promosi Kesehatan yang dilakukan di Kelurahan
Jatipadang berupa capaian indikator RW siaga dalam pencapaian
stratifikasi desa siaga aktif.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

4
2.1 DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif adalah bentuk pengembangan dari Desa
Siaga yang telah dimulai sejak tahun 2006. Desa atau Kelurahan Siaga Aktif
adalah desa atau yang disebut dengan nama lain atau kelurahan, yang:2
1. Penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan dasar
yang memberikan pelayanan setiap hari melalui Pos Kesehatan Desa
(Poskesdes) atau sarana kesehatan yang ada di wilayah tersebut seperti,
Pusat Kesehatan Masyarakat Pembantu (Pustu), Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas) atau sarana kesehatan lainnya.
2. Penduduknya mengembangkan UKBM dan melaksanakan survailans
berbasis masyarakat (meliputi pemantauan penyakit, kesehatan ibu dan
anak, gizi, lingkungan dan perilaku), kedaruratan kesehatan dan
penanggulangan bencana, serta penyehatan lingkungan sehingga
masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Berdasarkan pengertian tersebut di atas maka Desa atau Kelurahan Siaga
Aktif memiliki komponen (1) Pelayanan kesehatan dasar, (2) Pemberdayaan
masyarakat melalui pengembangan UKBM dan mendorong upaya survailans
berbasis masyarakat, kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana serta
penyehatan lingkungan, (3) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).2

2.2 PELAYANAN KESEHATAN DASAR2


Pelayanan kesehatan bagi masyarakat di Desa Siaga Aktif atau Kelurahan
Siaga Aktif diselenggarakan melalui berbagai UKBM, serta kegiatan kader dan
masyarakat. Pelayanan ini selanjutnya didukung oleh sarana-sarana kesehatan
yang ada seperti Puskesmas Pembantu (Pustu), Puskesmas, dan rumah sakit.
Teknis pelaksanaan pelayanan mengacu kepada petunjuk-petunjuk teknis
dari Kementerian Kesehatan dengan pengawasan dan bimbingan dari Puskesmas.
Pelayanan kesehatan dasar adalah pelayanan primer, sesuai dengan kewenangan
5
tenaga kesehatan yang bertugas. Pelayanan kesehatan dasar berupa: (1) Pelayanan
kesehatan untuk ibu hamil, (2) Pelayanan kesehatan untuk ibu menyusui, (3)
Pelayanan kesehatan untuk anak, serta (4) Penemuan dan penanganan penderita
penyakit.

2.3 PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGEMBANGAN


UKBM
Pemberdayaan masyarakat terus diupayakan melalui pengembangan
UKBM yang ada di desa. Kegiatan difokuskan kepada upaya survailans berbasis
masyarakat, kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana serta penyehatan
lingkungan. Survailans berbasis masyarakat adalah pengamatan dan pencatatan
penyakit yang diselenggarakan oleh masyarakat (kader) dibantu oleh tenaga
kesehatan, dengan berpedoman kepada petunjuk teknis dari Kementerian
Kesehatan. Kegiatan-kegiatannya berupa: (1) Pengamatan dan pemantauan
penyakit serta keadaan kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan, dan perilaku
yang dapat menimbulkan masalah kesehatan masyarakat, (2) Pelaporan cepat
(kurang dari 24 jam) kepada petugas kesehatan untuk respon cepat, (3)
Pencegahan dan penanggulangan sederhana penyakit dan masalah kesehatan, serta
(4) Pelaporan kematian. Kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana
adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh masyarakat dalam mencegah dan
mengatasi bencana dan kedaruratan kesehatan, dengan berpedoman kepada
petunjuk teknis dari Kementerian Kesehatan. Kegiatan-kegiatannya berupa: (1)
Bimbingan dalam pencarian tempat yang aman untuk mengungsi, (2) Promosi
kesehatan dan bimbingan mengatasi masalah kesehatan akibat bencana dan
mencegah faktor-faktor penyebab masalah, (3) Bantuan/fasilitasi pemenuhan
kebutuhan sarana sanitasi dasar (air bersih, jamban, pembuangan sampah/limbah,
dan lain-lain) di tempat pengungsian, (4) Penyediaan relawan yang bersedia
menjadi donor darah, dan (5) Pelayanan kesehatan bagi pengungsi.2
6
Penyehatan lingkungan adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh
masyarakat untuk menciptakan dan memelihara lingkungan desa/kelurahan dan
permukiman agar terhindar dari penyakit dan masalah kesehatan, dengan
berpedoman kepada petunjuk teknis dari Kementerian Kesehatan. Kegiatan-
kegiatannya berupa: (1) Promosi tentang pentingnya sanitasi dasar, (2)
Bantuan/fasilitasi pemenuhan kebutuhan sarana sanitasi dasar (air bersih, jamban,
pembuangan sampah dan limbah, dan lain-lain), dan (3) Bantuan/fasilitasi upaya
pencegahan pencemaran lingkungan.3

2.4 PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)2,3


Masyarakat di Desa atau Kelurahan Siaga Aktif wajib melaksanakan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). PHBS adalah sekumpulan perilaku
yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang
menjadikan seseorang, keluarga, atau masyarakat mampu menolong dirinya
sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan
kesehatan masyarakat.
Yang menjadi salah satu indikator bagi keberhasilan pengembangan Desa
dan Kelurahan Siaga Aktif adalah PHBS yang dipraktikkan di tatanan rumah
tangga. Akan tetapi untuk mencapai hal tersebut, PHBS harus dipraktikkan di
tatanan mana pun pada saat seseorang sedang berada. Selain di tatanan rumah
tangga, PHBS harus dikembangkan dan dipraktikkan di tatanan-tatanan institusi
pendidikan, tempat kerja, tempat umum dan sarana kesehatan.
PHBS yang harus dipraktikkan oleh masyarakat di desa dan kelurahan
Siaga Aktif meliputi perilaku sebagai berikut:
1. Melaporkan segera kepada kader/petugas kesehatan, jika mengetahui dirinya,
keluarganya, temannya atau tetangganya menderita penyakit menular.
2. Pergi berobat atau membawa orang lain berobat ke
Poskesdes/Pustu/Puskesmas bila terserang penyakit.
3. Memeriksakan kehamilan secara teratur kepada petugas kesehatan.
7
4. Mengonsumsi Tablet Tambah Darah semasa hamil dan nifas (bagi ibu).
5. Makan-makanan yang beraneka ragam dan bergizi seimbang (terutama bagi
perempuan termasuk pada saat hamil dan menyusui).
6. Mengonsumsi sayur dan buah setiap hari.
7. Menggunakan garam beryodium setiap kali memasak.
8. Menyerahkan pertolongan persalinan kepada tenaga kesehatan.
9. Mengonsumsi Kapsul Vitamin A bagi ibu nifas.
10. Memberi ASI eksklusif kepada bayinya (0-6 bulan).
11. Memberi Makanan Pendamping ASI.
12. Memberi Kapsul Vitamin A untuk bayi dan balita setiap bulan Februari
dan Agustus.
13. Menimbang berat badan bayi dan balita secara teratur serta menggunakan
Kartu Menuju Sehat (KMS) atau Buku KIA untuk memantau
pertumbuhannya.
14. Membawa bayi/anak, ibu, dan wanita usia subur untuk diimunisasi.
15. Tersedianya oralit dan zinc untuk penanggulangan Diare.
16. Menyediakan rumah dan atau kendaraannya untuk pertolongan dalam
keadaan darurat (misalnya untuk rumah tunggu ibu bersalin, ambulan, dan
lain-lain).
17. Menghimpun dana masyarakat desa untuk kepentingan kesehatan, termasuk
bantuan bagi pengobatan dan persalinan.
18. Menjadi peserta (akseptor) aktif keluarga berencana.
19. Menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari
20. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
21. Menggunakan jamban sehat
22. Mengupayakan tersedianya sarana sanitasi dasar lain dan menggunakannya.
23. Memberantas jentik-jentik nyamuk.

8
24. Mencegah terjadinya pencemaran lingkungan, baik di rumah, desa/kelurahan
maupun di lingkungan pemukiman.
25. Melakukan aktivitas fisik setiap hari.
26. Tidak merokok, minum minuman keras, madat, dan menyalahgunakan
napza serta bahan berbahaya lain.
27. Memanfaatkan UKBM, Poskesdes, Pustu, Puskesmas atau sarana
kesehatan lain.
28. Pemanfaatan pekarangan untuk Taman Obat Keluarga (TOGA) dan Warung
Hidup di halaman masing-masing rumah atau secara bersama-sama (kolektif).
29. Melaporkan kematian.
30. Mempraktikkan PHBS lain yang dianjurkan.
31. Saling mengingatkan untuk mempraktikkan PHBS.

Untuk mengukur keberhasilan pembinaan PHBS di Rumah Tangga


digunakan 10 (sepuluh) perilaku yang merupakan indikator yaitu (1) persalinan
ditolong oleh tenaga kesehatan, (2) memberi ASI eksklusif kepada bayi, (3)
menimbang berat badan balita, (4) menggunakan air bersih, (5) mencuci tangan
dengan air bersih dan sabun, (6) menggunakan jamban sehat, (7) memberantas
jentik nyamuk, (8) mengonsumsi sayur dan buah setiap hari, (9) melakukan
aktivitas fisik setiap hari, (10) tidak merokok di dalam rumah.
Di tatanan rumah tangga, Kepala Rumah Tangga harus menjadi panutan
dan mendorong anggota rumah tangganya untuk mempraktikkan PHBS. Ia juga
bertanggung jawab untuk mengupayakan sarana dan kemudahan bagi
dipraktikkannya PHBS di Rumah Tangga.
Di tatanan institusi pendidikan, yaitu di sekolah-sekolah, madrasah,
pesantren, seminari, dan sejenisnya, pemilik institusi pendidikan dan para
pendidik merupakan panutan dan mendorong anak didiknya dalam

9
mempraktikkan PHBS. Mereka juga bertanggung jawab untuk mengupayakan
sarana dan kemudahan bagi dipraktikkannya PHBS di Institusi Pendidikan.
Di tatanan tempat kerja seperti pabrik, toko, kantor/perusahaan, dan lain-
lain, pemilik dan pengelola tempat kerja tersebut harus menjadi panutan dan
mendorong para pekerja/ karyawannya dalam mempraktikkan PHBS. Pemilik dan
pengelola tempat kerja juga wajib menyediakan sarana dan kemudahan bagi
dipraktikkannya PHBS di Tempat Kerja.
Di tatanan tempat-tempat umum seperti stasiun, terminal, pelabuhan,
bandara, pasar, pertokoan (mal), tempat hiburan, tempat rekreasi/pariwisata,
tempat ibadah, dan lain-lain sejenis, pemilik dan pengelola tempat umum harus
menjadi panutan dan mendorong para pekerja/karyawan dan pengunjungnya
dalam mempraktikkan PHBS. Mereka juga bertanggung jawab untuk
menyediakan sarana dan kemudahan bagi dipraktikkannya PHBS di Tempat-
tempat Umum.
Di tatanan institusi kesehatan seperti Pustu, Puskesmas, klinik, rumah
sakit, dan lain-lain, pemilik/pengelola dan para petugasnya merupakan panutan
dan mendorong pasien dan pengunjung lain dalam mempraktikkan PHBS. Mereka
juga bertanggung jawab untuk mengupayakan sarana dan kemudahan bagi
dipraktikkannya PHBS di Institusi Kesehatan.

2.5 KRITERIA2
Untuk menjamin kemantapan dan kelestarian, pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif dilaksanakan secara bertahap, dengan memperhatikan
kriteria atau unsur-unsur yang harus dipenuhi, yaitu:
1. Kepedulian Pemerintah Desa atau Kelurahan dan pemuka masyarakat terhadap
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif yang tercermin dari keberadaan dan keaktifan
Forum Desa dan Kelurahan.

10
2. Keberadaan Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader teknis Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif.
3. Kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar yang buka
atau memberikan pelayanan setiap hari.
4. Keberadaan UKBM yang dapat melaksanakan (a) survailans berbasis
masyarakat, (b) penanggulangan bencana dan kedaruratan kesehatan, (c)
penyehatan lingkungan.
5. Tercakupnya (terakomodasikannya) pendanaan untuk pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif dalam Anggaran Pembangunan Desa atau Kelurahan
serta dari masyarakat dan dunia usaha
6. Peran serta aktif masyarakat dan organisasi kemasyarakatan dalam kegiatan
kesehatan di Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
7. Peraturan di tingkat desa atau kelurahan yang melandasi dan mengatur tentang
pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
8. Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga di desa
atau kelurahan.
BAB III
DATA UMUM DAN KHUSUS PUSKESMAS JATI PADANG

3.1 Data Umum Puskesmas


3.1.1 Data Wilayah Kerja Puskesmas
Meliputi seluruh wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jati Padang yang
terdiri dari 10 RW dan 101 RT.
3.1.2 Data Demografi
A. Lokasi
Kelurahan Jati Padang, Kecamatan Pasar Minggu, Kotamadya Jakarta
Selatan, Puskesmas Kelurahan Jati Padang terletak di Jalan Raya Ragunan no.25
RT 04/ RW 05.
B. Batas wilayah
1. Sebelah Utara : Kelurahan Pejaten Barat
11
2. Sebelah Selatan : Kelurahan Pasar Minggu
3. Sebelah Timur : Kelurahan Kebagusan
4. Sebelah Barat : Kelurahan Ragunan
C. Keadaan Tanah
1. Luas wilayah Kelurahan Jati Padang : 249,77 Ha2.
2. Terlampir seluruhnya untuk pemukiman

Gambar 1. Peta Wilayah Kelurahan Jati Padang

C. Data Penduduk
Tabel 1 . Data Jumlah Penduduk Kelurahan Jati Padang Bulan Januari – Maret
Tahun 2018
Kelurahan Jati Padang
No. Kelurahan
Laki– Laki Perempuan Jumlah
1 Jati Padang (Januari 2018) 21,428 21,622 43.050
2 Jati Padang (Februari 2018) 21,446 21,640 43.086
3 Jati Padang (Maret 2018) 21,472 21,662 43.137
Jumlah 64,346 64,860 129,273

Sumber : Data Laporan Statistik Penduduk Kelurahan Jati Padang Januari –


Maret 2018

12
Tabel 2 . Perincian Menurut Jumlah KK dan Kepadatan Penduduk Januari- Maret
tahun 2018

No Kelurahan Jumlah Jumlah Luas Kepadatan


KK Penduduk Wilayah Pend/Km2
(Km2)
1 Jati Padang (Januari 2018) 14,248 43,050 2,5 17,220
2 Jati Padang (Februari 2018) 14,279 43,086 2,5 17,234
3 Jati Padang (Maret 2018) 14,314 43,137 2,5 17,254
Jumlah 42,841 129,273 7,5 51,708

Sumber: Data Laporan Statistik Penduduk Kelurahan Jati Padang Januari - Maret
tahun 2018

Tabel 3 . Pertumbuhan Penduduk Kelurahan Jati Padang bulan Januari – Maret


Tahun 2018
No Kelurahan Lahir Mati Datang Pindah
1 Jati Padang (Januari 2018) 44 19 79 84
2 Jati Padang (Februari 2018) 33 13 66 50
3 Jati Padang (Maret 2018) 49 12 53 16
Jumlah 126 44 198 150

Sumber: Data Laporan Statistik Penduduk Kelurahan Jati Padang Januari – Maret
Tahun 2018

Data pertumbuhan penduduk Kelurahan Jati Padang tahun 2018,


didapatkan angka pertumbuhan populasi total (total population growth, TPG)
ialah sebesar 0,19%. Dari data tersebut pula didapatkan angka kelahiran kasar
(crude birth rate, CBR) ialah sebesar 2,9% angka kematian kasar (crude death

13
rate, CDR) ialah sebesar 1,0%. Dari angka angka tersebut menunjukkan bahwa
pertumbuhan penduduk di Kelurahan Jati Padang termasuk rendah (TPG <1%).

Tabel 4 . Perincian Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur

Gol. Umur Laki–Laki Perempuan Jumlah


0–4 2.246 2.262 4.508
5–9 1.951 1.952 3.903
10–14 1.829 1.833 3.662
15–19 1.541 1.640 3.181
20–24 1.544 1.599 3.143
25–29 1.693 1.767 3.460
30–34 2.037 2.165 4.202
35–39 2.019 1.977 3.996
40–44 1.824 1.751 3.575
45–49 1.452 1.559 3.011
50–54 1.131 1.219 2.350
55–59 869 518 1.387
60–64 630 629 1.259
65–69 316 375 691
70–74 230 232 462
75+ 160 184 344
Jumlah 21,472 21,662 43,134
Sumber: Data Laporan Susunan Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
Kelurahan Jati Padang Januari - Maret tahun 2018

Dari Tabel 4 tersebut diatas, didapatkan bahwa rasio jenis kelamin (sex ratio) laki-
laki dan perempuan adalah 1:1. Dari Tabel 4 tersebut juga didapatkan dependency
ratio dari populasi di Kelurahan Jati Padang sebesar 42,5%, atau dengan kata lain
setiap 100 orang usia produktif mengandung beban 43 orang usia non-produktif.

14
Tabel 5 . Jumlah Penduduk Kelurahan Jati Padang Berdasarkan Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan Jumlah
1. Belum sekolah 1,710
2. Tidak Tamat SD 3,738
3. Tamat SD 3,670
4. Tamat SMP 3,826
5. Tamat SMA 14,785
6. Akademi Perguruan Tinggi 8,648
7. Total 36,377
Sumber: Laporan Penduduk Kelurahan Jati Padang Berdasarkan Pendidikan

Tabel 5 diatas menunjukkan mayoritas penduduk Kelurahan Jati Padang memiliki


pendidikan terakhir SMA sebanyak 14.785 siswa/i (40,6%). Sebanyak

3.738 jiwa (10,3%) tidak tamat SD dan 1.710 (4,7%) orang belum sekolah.

Tabel 6 . Jumlah Penduduk Kelurahan Jati Padang Berdasarkan Agama


No. Agama Jumlah
1. Islam 39.625
2. Katholik 866
3. Protestan 1.543
4. Hindu 76
5. Budha 65
6. Aliran Kepercayaan 5
Total 42.180
Sumber: Laporan Penduduk Kelurahan Jati Padang Berdasarkan Agama

Islam merupakan agama yang mayoritas dianut oleh penduduk Kelurahan Jati
Padang, sebanyak 39,625 jiwa atau 77,3% dari total penduduk kelurahan Jati
Padang berdasarkan agama. Data ini sama dengan mayoritas agama yang dianut
oleh penduduk Indonesia.

15
Tabel 7 . Jumlah Penduduk Kelurahan Berdasarkan Pekerjaan
No. Pekerjaan Jumlah
1. Bekerja 17.187
2. Tidak bekerja 56
3. Ibu Rumah Tangga 7672
4. Pelajar/ Mahasiswa 5638
5. Pensiunan 646
Total 31.199
Sumber : Laporan Penduduk Puskesmas Kelurahan Jati Padang berdasarkan
Pekerjaan

Mayoritas penduduk kelurahan Jati Padang mempunyai pekerjaan sebanyak


17.187 (55,1%) berdasarkan jumlah penduduk kelurahan jati padang berdasarkan
pekerjaan. Hanya terdapat 56 orang (0,17%) yang tidak bekerja dari total jumlah
penduduk 31,199 orang yang didata berdasarkan pekerjaan. Sebanyak 5638 orang
(18,1%) berstatus sebagai pelajar/ mahasiswa.

D. Fasilitas Pendidikan
Tabel 8 . Fasilitas Pendidikan
Fasilitas
No. Jumlah
Pendidikan
1. TK 9
2. SD 10
3. MI 3
4. SLTP 3
5. SMU 3
6. SMK 3
7. UNIVERSITAS 2
Total 33

Berdasarkan tabel 8, fasilitas pendidikan di Kelurahan Jati Padang sebanyak 33


fasilitias. Terbanyak adalah fasilitas SD dengan jumlah 10 sekolah.Untuk MI,
16
SLTP, SMU, SMK masing-masing terdapat 3 fasilitas. Selain itu, juga terdapat 2
universitas di kelurahan Jati Padang.

E. Fasilitas Kesehatan
Tabel 9 . Fasilitas Kesehatan
No. Fasilitas Jumlah
1. Rumah sakit -
2. Puskesmas -
3. Rumah Bersalin -
4. Dokter 24 jam 2
5. Dokter Gigi 4
6. Balkesmas -
7. Bidan Swasta 6
8. Laboratorium -
9. Apotik -
10. Klinik 3
11. Posyandu 30

Posyandu merupakan pelayanan kesehatan yang terbanyak, yaitu sebanyak 30.


Puskesmas kelurahan Jati Padang tidak mempunyai gedung sendiri melainkan
mengontrak per tahun.

3.1.3 Gambaran Umum Puskesma Kelurahan Jati Padang


A. Visi Puskesmas
Menjadi puskesmas dengan pelayanan prima menuju masyarakat jati padang sehat
2020.
B. Misi Puskesmas
1. Mewujudkan upaya kesehatan masyarakat yang bermutu dengan
mengutamakan pelayanan promotif, preventif dan tidak mengabaikan
pelayanan kuratif dan rehabilitatif.
2. Membina upaya kesehatan berbasis masyarakat dengan meningkatkan
kerjasama lintas sektor.
17
3. Mewujudkan kemandirian masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan
sehat.
C. Fungsi
1. Puskesmas Kelurahan merupakan unit pelaksanan teknis Dinas Kesehatan
yang mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, pembinaan, pengendalian,
pengembangan upaya kesehatan, pendidikan, dan pelatihan diwilayah
kerjanya.
2. Melakukan pembinaan, pengawasan, pengendalian terhadap pengelolaan dan
pelayanan kesehatan.
3. Memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar ISO 9001-2008 yang
meliputi, Loket, Poli Umum, Poli Gigi, rekam medis, KIA, KB, Gizi, jiwa,
Askes, Gakin, Laboratrium sederhana, apotik dan penyuluhan kesehatan serta
klinik lain sesuai kebutuhan.
4. Mengkoordinasikan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan yang
meliputi keder kesehatan, posyandu, RS, BPS, PKK, RT/RW, karang taruna
dll.
5. Mengkoordinasi program, temu litas sektoral dalam penanggulangan masalah
kesehatan masyarakat.
6. Menilai dan melaporkan kinerja, terjangkau, berksinambungan, mandiri dan
mengutamakan kepuasan pelanggan.
D. Tujuan
1. Mengembangkan profesionallisme SDM medis dan non medis
2. Terwujudnya penempatan karyawan sesuai dengan ahlinya
3. Meningkatkan prestasi kerja dan kinerja karyawan
4. Terwujudnya mutu pelayanan kesehatan yang paripurna untuk kepuasan
pelanggan sesuai standar ISO 9001-2008
5. Terwujudnya sistem manajemen puskesmas

18
6. Terwujudnya kerjasama dengan mitra kerja, lintas sektoral dan institusi baik
pemerintah maupun swasta
7. Terwujudnya pengetahuan masyarakat tentang betapa pentingnya masalah
kesehatan.
E. Infrastruktur Puskesmas
Puskesmas merupakan tulang punggung pelayanan kesehatan tingkat
pertama, di Indonesia. Konsep Puskesmas dilahirkan tahun 1968 ketika
dilangsungkan Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) I di Jakarta,
melalui Rakerkesnas tersebut timbul gagasan untuk menyatukan semua pelayanan
tingkat pertama ke dalam suatu organisasi yang dipercaya dan diberi nama Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).
Puskesmas pada waktu itu, dibedakan dalam 4 macam, yaitu:
1. Puskesmas tingkat Desa.
2. Puskesmas tingkat Kecamatan.
3. Puskesmas tingkat Kewedanan.
4. Puskesmas tingkat Kabupaten.
Sesuai Inpres Kesehatan Nomor 5 Tahun 1974, Nomor 7 Tahun 1975 dan
Nomor 4 Tahun 1976. Sejak tahun 1979, mulai dirintis pembangunan Puskesmas
di daerah-daerah tingkat Kelurahan atau Desa yang memiliki jumlah penduduk
sekitar 30.000 jiwa. Dan untuk mengkoordinasi kegiatan-kegiatan yang berada di
suatu kecamatan, maka salah satu Puskesmas tersebut ditunjuk sebagai
penanggung jawab dan disebut dengan nama Puskesmas Tingkat Kecamatanatau
Puskesmas Pembina. Sedang Puskesmas yang ada di tingkat Kelurahan atau Desa
disebut Puskesmas Kelurahan atau Puskesmas Pembantu.Pengkategorian
Puskesmas seperti ini, hingga sekarang masih digunakan.
Puskesmas Jati Padang merupakan puskesmas tingkat kelurahan yang berada
langsung dibawah Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu.Puskesmas Jati Padang
berdiri pada tahun 2012.Sebelum menjadi Puskesmas, merupakan balai
19
pengobatan yang hanya bergerak dibidang upaya kesehatan perorangan yang
hanya fokus pada poli umum, poli gigi, kesehatan ibu dan anak serta KB (KIA-
KB). Di tahun pertama lokasi Puskemas Jati Padang berada di Jalan Jati Padang
1A dan dikepalai oleh dr. Titi. Di tahun kedua (2013) Puskesmas Jati Padang
relokasi ke Jalan Jati Padang Raya RT/RW 07/03 dengan dr. Desi sebagai kepala
Puskesmas. Pada bulan Juli 2016 Puskesmas Jati Padang relokasi tempat untuk
yang keempat kalinya ke Jalan Raya Ragunan No. 25 dengan drg.Erna sebagai
Kepala Puskesmas.Status daripada sarana fisik Puskesmas Jati Padang masih
berupa sistem sewa. Sarana dan prasarana Puskesmas Jati Padang terdiri dari 2
lantai:
a. Lantai I
 Loket
 BPU dan ruang tindakan
 BPG
 KB-KIA, MTBS, Imunisasi
 Ruang Obat dan Apotik
 Ruang TU, Konsultasi Gizi dan Kesehatan Reprodusi Remaja
 Dapur
 Toilet
b. Lantai II
 Poli Paru
 Musholla
 Toilet
 Ruang pertemuan -Gudang obat

F. Sumber Daya Manusia

20
Sebagaimana tercantum pada Tabel 9 3.11, Puskesmas Kelurahan Jati
Padang memperkerjakan 9 orang, dengan 8 orang tenaga kesehatan
didalamnya, diantaranya ialah 1 orang dokter umum, 1 orang dokter gigi, 2
orang bidan, 2 orang perawat, 1 orang perawat gigi, 1 orang administrasi dan 1
orang petugas gizi.
Tabel 10 . Jumlah Tenaga Kerja di Puskesmas Kelurahan Jati Padang
Gol/Status Kepegawaian
No. Tenaga Kerja Jumlah
PNS Non-PNS
1 Dokter umum 1 orang - 1 orang
2 Dokter gigi 1 orang - 1 orang
3 Bidan 2 orang - 2 orang
4 Perawat 2 orang - 2 orang
5 Perawat Gigi 1 orang - 1 orang
6 Petugas Gizi 1 orang - 1 orang
7 Administrasi/ TU - 2 orang 2 orang
Jumlah 8 orang 2 orang 10 orang
Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Kelurahan Jati Padang tahun 2018

Gambar 2 . Struktur Organisasi Puskesmas

21
G. Sumber Daya Uang
Pendanaan Puskesmas DKI bersifat mandiri dan langsung, yang dikelola oleh
BLUD (Badan Layanan Umum Daerah) berdasarkan keputusan Gubernur
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 366/2012, terdiri dari :
a. Dana kapitasi, pendanaan gaji dan obat
b. APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah), sebagai sumber dana BOK
(Badan Operasional Kesehatan) yang diperuntukkan untuk cakupan program
Puskesmas
c. APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) ditujukan untuk inventory
Puskesmas Jati Padang sebagai Puskesmas tingkat Kelurahan menerima hasil
inventory yang dibutuhkan sesuai dengan POA (Plan of Action) langsung dari
kecamatan sejak program e-billing diterapkan.

APBN Kecamatan Kelurahan Jati


Padang

•BLUD •BOK •POA

Gambar 3. Skema Pendanaan Puskesmas Kelurahan Jati Padang

G. Sarana dan Prasarana


Puskesmas Kelurahan Jati Padang memiliki sarana dan prasarana yang
berasal dari alokasi logistik Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu dengan
penambahan aset pada tahun 2015 bersumber dari belanja modal dana APBD.

Tabel 11 . Sarana dan Prasarana


No Jenis Sarana Uraian Kondisi

1. Lantai I

22
Rak Status (2), Meja (1), Komputer (1 set),
Ruang Loket Baik
Filing kabinet (1), buku status dll

Ruang Balai Pengobatan Tempat tidur periksa (1), Meja (1), kursi (3), Baik
(BP) Lemari alkes (1), Filing kabinet (1),
Alkes (1set)

Tempat Tidur Periksa (1), Meja (2),Kursi (4),


Kulkas (1), Lemari Alkes (2),Lemari Buku (1),
Ruang KIA AC (2) Tensi meter (2) Stetoscope, (2) Baik
Timbangan bayi (1),Timbangan dws (1)

Ruang Gigi Dental Unit (1), Meja (1), Kursi (3), Lemari Baik
Alkes (1), Kompresor (1), Sterilisator (1),
Alat-alat Kesehatan lain

Ruang Obat Lemari obat (1 ), Meja (1), meja obat (1),


Filing kabinet (1) Baik

Ruang TU dan Gizi Rak Status (1), Meja (1), Komputer (2), Baik
Filling Kabinet (1), Lemari (1), Kursi (4)

Ruang Cuci Meja Baik

Ruang Tunggu Bangku Tunggu Baik

Ruang Panel - Baik

Ruang Pompa Jet Pump Baik

Toilet - Baik

2. Lantai II

Tempat Tidur Periksa (1), Meja (1), Kursi


Ruang Poli TB (2), Lemari Buku (1), 1 Timbangan dws (1) Baik

23
Mushola Karpet, sajadah, kipas angin Baik

Tabel 12. Data Inventoris Wajib dimiliki Puskesmas Kelurahan Jati Padang
Nama Alat Modal Jumlah
Alat Pendingin (AC) 4 Unit

Alat Kedokteran Umum (Brankar) 1 Unit

Alat Farmasi (Cold Chain) 1 Unit

Alat Kedokteran Gigi (Dental Unit) 1 Unit

Bangku Tunggu 5 Unit

Filling Kabinet 3 Unit

Komputer/PC 3 Unit

Lemari obat 3 Unit

Meja Kerja 11 Unit


Tempat Tidur 2 Unit

3.1.4 Program Pokok Puskesmas


1. Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan
komitmen nasional, regional, dan global, serta yang mempunyai daya tingkat
tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat.Upaya kesehatan wajib ini
harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia.
Upaya kesehatan wajib tersebut adalah :
a. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana
(KB)

24
b. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
c. Upaya Kesehatan Lingkungan
d. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P)
e. Promosi Kesehatan
f. Upaya Pengobatan Dasar
2. Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di
masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemapuan puskesmas. Upaya
kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas
yang telah ada yakni:
a. Upaya Kesehatan Sekolah
b. Upaya Perawatan Kesehatan masyarakat
c. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
d. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

3.1.5 Upaya Kesehatan Wajib dan Pengembangan


Tabel 13 . Data Program Puskesmas dimiliki Puskesmas Kelurahan Jati Padang

No Program Identifikasi Program Target 2018 (%)

UPAYA
KESEHATAN
WAJIB
1.PromosiKesehatan Kelurahan Siaga Aktif 100

RW Siaga Aktif 80
Rumah Tangga PHBS 80

Penyuluhan dalam gedung 100

Penyuluhan luar gedung 100


2.Kesehatan Pengawasan tempat-tempat potensial perindukan100
Lingkungan vektor di pemukiman penduduk dan sekitarnya
Pemberdayaan sasaran / kelompok / pokja potensial 100
dalam upaya pemberantasan tempat perindukan
25
vektor penyakit di pemukiman penduduk dan
sekitarnya
Desa/lokasi potensial yang mendapat intervensi 100
pemberantasan vektor penyakit menular

3. KIA – KB Kunjungan Ibu Hamil K1 100


Kunjungan Ibu Hamil K4 96
Ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani 88
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga 98
kesehatan
Kunjungan Bayi 97
Pelayanan Anak Balita 92

Cakupan Kunjungan Balita sakit 92


Pelayanan Ibu Nifas (KF3) 98
Kunjungan Neonatal (KN) Cakupan (PKN) 97
100
Peserta KB Aktif 80
Imunisasi
HB-0 80
BCG 95
DPT HB Total (1) 95
DPT HB Total (2) 95
DPT HB Total (3) 95
Polio 1 95
Polio 2 90
Polio 3 90
Polio 4 90
Campak 95
4. Gizi Cakupan Balita yang datang dan ditimbang 85
Gizi Buruk mendapat Perawatan
Distribusi tablet Fe Ibu Hamil 85
Cakupan ASI Eksklusif 40
Distribusi vitan A bulan Agustus dan Februari dengan
sasaran:
- Bayi 6 - 11 bulan 85
85
- Balita 12 - 59 bulan
5. P2P TB PARU
1. Pengobatan penderita TB Paru (DOTS) BTA 94
Positif (baru)
2. Angka Kesembuhan (TB) 85
26
Kusta

1. Penemuan tersangka penderita Kusta 18


2. Pengobatan penderita Kusta 4
3. Pemeriksaan kontak penderita 22

Pelayanan Imunisasi
1. Imunisasi DPT 1 pada bayi 95
2. Imunisasi HB - 1 < 7 hari 80
3. Imunisasi campak pada bayi 95
4. Imunisasi DT pada anak kelas 1 SD 95
5. Imunisasi TT pada anak SD kelas 2 & 3 95
Cakupan pasien (semua umur) dengan diare yang ditangani (sesuai standar) 63

ISPA
1.Cakupan pasien (semua umur) datang dengan ISPA yang 95
ditemukan/ditangani

2. Balita dengan pneumonia yang ditemukan/ditangani (sesuai standar) 55

Demam Berdarah Dengue (DBD)


1.Angka Bebas Jentik (ABJ) 95
UPAYA KESEHATAN DASAR
5. P2P 2. Cakupan Penyelidikan Epidemiologi (PE) 100

3. Pelaksanaan fogging focus 100

4. IR DBD 55 / 100,000

Pencegahan dan Penanggulangan IMS dan


HIV/AIDS
1. Kasus IMS yang diobati 100

2. Klien yang mendapat penanganan HIV/AIDS 100

27
No Program Identifikasi Program Target 2018 (%)

1 PERKESMA Presentae kasus keluarga resiko tinggi / prioritas yang Sesuai Kasus
S dibina
2 UKS Cakupan Penjaringan kesehatan siswa SD dan 100
setingkat
3 Jiwa Presentase kunjungan pasien jiwa ke puskesmas 15

4 Lansia Pembinaan kelompok lansia sesuai standar 100

5 PTM Presentase perempuan usia 30 - 59 tahun yang 10


dilakukan deteksi Ca Cerviks dan Payudara

Deteksi penyakit tidak menular usia 15-59


i. Hipertensi 20 dari jumlah
penduduk
2,5 dari jumlah
ii. Diabetes Melitus penduduk

Tabel 14 . Program Puskesmas yang dimiliki Puskesmas Kelurahan Jati Padang

Unit Pendukung Target


(%)
No. Sasaran Indikator Kegiatan

Layanan

1 Program Pembinaan Upaya Kesehatan

28
Peningkatan UKBM Masyarakat Presentasi 60 Promkes,
melalui Pemberdayaan Kelurahan Perkesmas,
Masyarakat Siaga Aktif
Kelurahan Siaga
Aktif, UKBM,
Lansia, PSM, UKS
dan PKPR, UKGS,
Sosialisasi program
prioritas, Pelayanan
hari sabtu

2 Program Bina Gizi, Kesehatan Ibu dan Anak

Pengembangan Masyarakat AKI per 40 PMT Bumil KEK,


100.000
Pelayanan Kesehatan Umum Pengembangan

Ibu Pelayanan

Kesehatan Bumil,

Bulin, Bufas

Pengembangan dan Masyarakat AKB per 7.3 MP - ASI Baduta,


umum 1000
Pelayanan Kesehatan Pengembangan

Anak Pelayanan

Kesehatan Anak

Balita dan

Prasekolah

3 Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Tabel 15. Daftar Unit Pendukung Layanan

No. Unit Pendukung Sasaran Indikator Target Kegiatan

29
Layanan (%)

Pencegahan dan Masyarakat Angka 59 PE, PJB, Fogging


kesakitan Focus
Pengendalian DBD penyakit
DBD (per
100.000)

Penatalaksanaan TB Paru Masyarakat Persentase 92 Penemuan kasus baru


penemuan TB, Croscheck BTA,
kasus TB
Paru BTA Pemberian PMT
Positif

Penatalaksanaan dan Masyarakat Presentase 50 IMS / HIV AIDS


cakupan
Pengelolaan HIV / akses
layanan
AIDS kesehatan
pada

ODHA

Penatalaksanaan imunisasi Masyarakat Presentase 100 Penatalaksanaan


cakupan kipi, bias campak,
universal bias DT, TT, WUS
Child

Immunizat
ion (UCI)

Penatalaksanaan penyakit Masyarakat Jumlah 100 Kelompok Peduli


tidak menular Puskesmas PTM / Posbindu
yang
melakukan
tindakan
penanganan
penyakit
tidak
menular

30
Peningkatan kualitas Masyarakat Jumlah 30 Pembinaan TTU,
kesehatan lingkungan di kelurahan Diare
masyarakat dan sarana yang
kesehatan menerapkan
Sanitasi
Total
berbasis
Masyarakat
(STBM)

3.1.6 Data 10 Besar Penyakit Terbanyak di Puskesmas Kelurahan Jati


Padang Tahun 2018
Pendataan tahun 2018 dari bulan Januari sampai dengan Maret, faringitis
akut mempunyai frekuensi tertinggi sebesar 2800 penderita (34,60%) dari total.
Penderita diikuti oleh penyakit pulpa dan jaringan periapikal sebanyak 1091
penderita (13,48%), gingivitis dan penyakit periodontal sebanyak 999 penderita
(12,34%), penyakit hipertensi esensial sebanyak 662 penderita (8,18%), dermatitis
kontak alergi sebanyak 530 penderita (6,54%), penyakit diare sebanyak 481
penderita (5,94%), penyakit artritis dan osteoartritis 479 penderita (5,91%),
penyakit gastritis dan duodenitis sebanyak 414 penderita (5,11%), influenza
sebanyak 357 penderita (4,41%) dan karies gigi sebanyak 279 penderita (3,44%).

Tabel 16 . Jumlah 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas Kelurahan Jati Padang


Januari – Maret 2018

No. Diagnosis Penyakit Jumlah Kunjungan Persentase (%)


1. Faringitis Akut 2800 34,60
2. Penyakit pulpa & jaringan periapikal 1091 13,48
3. Ginggivitis dan penyakit periodontal 999 12,34
4. Hipertensi Esensial 662 8,18
5. Dermatitis Kontak Alergi 530 6,54
6. Diare 481 5,94
7. Artritis, Osteoartritis 479 5,91

31
8. Gastritis dan Duodenitis 414 5,11
9. Influenza 357 4,41
10. Karies Gigi 279 3,44
Total 8092 100%

Sumber: Laporan Bulanan Data Kesakitan Puskesmas Kelurahan Jati Padang


Januari-Maret 2018

32
Tabel 17. PLANNING OF ACTION (POA) TAHUN 2018 PUSKESMAS KELURAHAN JATI PADANG
3.2 Data Khusus RW Siaga Aktif
A. Pengertian
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif adalah bentuk pengembangan dari Desa
Siaga yang telah dimulai sejak tahun 2006. Desa atau Kelurahan Siaga Aktif
adalah desa atau yang disebut dengan nama lain atau kelurahan, yang:1
1. Penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan dasar
yang memberikan pelayanan setiap hari melalui Pos Kesehatan Desa
(Poskesdes) atau sarana kesehatan yang ada di wilayah tersebut seperti,
Pusat Kesehatan Masyarakat Pembantu (Pustu), Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas) atau sarana kesehatan lainnya.
2. Penduduknya mengembangkan UKBM dan melaksanakan survailans
berbasis masyarakat (meliputi pemantauan penyakit, kesehatan ibu dan
anak, gizi, lingkungan dan perilaku), kedaruratan kesehatan dan
penanggulangan bencana, serta penyehatan lingkungan sehingga
masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

B. Tujuan, Sasaran & Manfaat Penyelenggaraan Kegiatan RW Siaga


Aktif2,4
Tujuan dari dibentuknya Rw Siaga adalah:
1. Mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat desa.
2. Menyiapsiagakan masyarakat untuk menghadapi masalah-masalah
yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat.
3. Memandirikan masyarakat dalam mengembangkan perilaku hidup
bersih dan sehat.
Sasaran dan Kriteria Pengembangan Desa Siaga
Sasaran
Untuk mempermudah strategi intervensi, sasaran pengembangan Desa
Siaga dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Semua individu dan keluarga di desa, yang diharapkan mampu
melaksanakan hidup sehat, serta perduli dan tanggap terhadap
permasalahan kesehatan di wilayah desanya.
2. Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku individu
dan keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi
perubahan perilaku tersebut, seperti tokoh masyarakat, termasuk tokoh
agama, tokoh perempuan dan pemuda; kader; serta petugas kesehatan.
3. Pihak-pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan,
peraturan perundang-undangan, dana, tenaga, sarana, dan lain-lain,
seperti Kepala Desa, Camat, para pejabat terkait, swasta, para donatur,
dan pemangku kepentingan lainnya.
Kriteria
Sebuah desa telah menjadi Desa Siaga apabila desa tersebut memiliki
sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa.

C. PERSIAPAN2,3,4
Dalam rangka persiapan untuk pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif perlu dilakukan sejumlah kegiatan yang meliputi: pelatihan fasilitator,
pelatihan petugas kesehatan, analisis situasi perkembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif, penetapan Kader Pemberdayaan Masyarakat, serta
pelatihan Kader Pemberdayaan Masyarakat dan lembaga kemasyarakatan.
1. Pelatihan Fasilitator
a. Dalam rangka pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
diperlukan adanya fasilitator di kabupaten dan kota. Fasilitator
Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif adalah Petugas
Promosi Kesehatan dari Dinas Kesehatan Kabupaten atau Dinas
Kesehatan Kota yang ditunjuk/ditugasi dan tenaga lain dari program
pemberdayaan masyarakat (seperti PNPM Mandiri), LSM, dunia usaha,
atau pihak-pihak lain.
b. Pelatihan Fasilitator diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi dengan
materi pemberdayaan dan pengorganisasian masyarakat dalam
pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
2. Pelatihan Petugas Kesehatan
a. Petugas kesehatan di kabupaten, kota, dan kecamatan adalah pembina
teknis terhadap kegiatan UKBM-UKBM di desa dan kelurahan. Oleh
sebab itu, kepada mereka harus diberikan pula bekal yang cukup
tentang pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
b. Pelatihan bagi mereka dibedakan ke dalam 2 (dua) kategori berdasarkan
kualifikasi pesertanya, yaitu: (1) Pelatihan Manajemen, dan (2)
Pelatihan Pelaksanaan.
c. Pelatihan Manajemen diikuti oleh para Kepala Puskesmas dan pejabat
pengelola program-program kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten/
Kota. Materi pelatihan ini lebih ditekankan kepada konsep dan aspek-
aspek manajerial dari pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
d. Pelatihan Pelaksanaan diikuti oleh para petugas yang diserahi tanggung
jawab membina Desa dan Kelurahan Siaga Aktif (satu orang untuk
masing-masing Puskesmas) dan para petugas kesehatan yang
membantu pelaksanaan UKBM di desa atau kelurahan (misalnya bidan
di desa). Materi pelatihan ini selain mencakup proses pengembangan
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif, lebih ditekankan kepada teknis
pelayanan di Desa dan Kelurahan Siaga Aktif dan promosi kesehatan.
e. Pelatihan bagi petugas kesehatan diselenggarakan oleh Dinas
Kesehatan Provinsi dengan mengacu kepada petunjuk teknis yang
dibuat oleh Kementerian Kesehatan.
3. Analisis Situasi Perkembangan Desa/Kelurahan Siaga Aktif
a. Analisis situasi perkembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
dilaksanakan oleh Fasilitator dengan dibantu pihak-pihak lain terkait.
b. Pelaksanaannya mengacu kepada petunjuk teknis yang dibuat oleh
Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Kesehatan, yang
mengarah kepada evaluasi dan inventarisasi terhadap desa-desa dan
kelurahan-kelurahan dalam kaitannya dengan pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif.
c. Hasil evaluasi dan inventarisasi berupa daftar desa dan kelurahan yang
dikelompokkan ke dalam kategori: (1) Desa dan Kelurahan yang belum
digarap, (2) Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Pratama, (3) Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif Madya, (4) Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
Purnama, dan (5) Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Mandiri.
d. Daftar desa dan kelurahan hasil evaluasi dan inventarisasi dilaporkan
kepada Bupati atau Walikota dengan tembusan kepada: (1) Kelompok
Kerja Operasional (Pokjanal) Desa dan Kelurahan Siaga Tingkat
Kabupaten/Kota, (2) Pokjanal Tingkat Provinsi, dan (3) Pokjanal
Tingkat Pusat.
4. Penetapan Kader Pemberdayaan Masyarakat
a. Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM) adalah anggota masyarakat
desa atau kelurahan yang memiliki pengetahuan, kemauan dan
kemampuan untuk menggerakkan masyarakat berpartisipasi dalam
pemberdayaan masyarakat dan pembangunan partisipatif di desa dan
kelurahan.
b. KPM merupakan tenaga penggerak di desa atau kelurahan yang akan
diserahi tugas pendampingan di desa atau kelurahan dalam rangka
pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
5. Pelatihan KPM dan Lembaga Kemasyarakatan
a. Di kabupaten atau kota yang belum menyelenggarakan Pelatihan
Pemberdayaan Masyarakat atau masih ada Pelatihan Pemberdayaan
Masyarakat yang belum diselenggarakan, di dalam kurikulum
pelatihannya diintegrasikan materi tentang Pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif. Dengan demikian, sekaligus para peserta
pelatihan, termasuk KPM dan lembaga kemasyarakatan, selanjutnya
dapat berperan dalam pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif.
b. Untuk kabupaten atau kota yang telah menyelenggarakan Pelatihan
Pemberdayaan Masyarakat atau telah memiliki KPM, untuk para KPM
dan lembaga kemasyarakatan perlu diselenggarakan pelatihan khusus
tentang Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
c. Materi dan metode penyelenggaraan pelatihan Pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif untuk KPM atau yang diintegrasikan ke dalam
Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat, mengacu kepada petunjuk teknis
dari Kementerian Kesehatan.
d. Dalam pelatihan, tugas dari Fasilitator adalah membantu Panitia
Pelatihan untuk menyusun jadwal pelatihan dan mencarikan nara
sumber yang sesuai.

D. PENYELENGGARAAN4
Kepala Desa dan Perangkat Desa bersama Badan Permusyawaratan Desa
(BPD) adalah penyelenggara pemerintahan desa. Oleh karena itu, kegiatan
memfasiltasi masyarakat menyelenggarakan pengembangan Desa atau
Kelurahan Siaga Aktif, yang merupakan tugas dari Kader Pemberdayaan
Masyarakat (KPM) dan kader kesehatan, harus mendapat dukungan dari
Kepala Desa/Lurah dan BPD, Perangkat Desa/Kelurahan, serta lembaga
kemasyarakatan yang ada. Kegiatannya berupa langkah-langkah dalam
memfasilitasi siklus pemecahan masalah demi masalah kesehatan yang dihadapi
masyarakat desa atau kelurahan, yang secara skematis dapat digambarkan sebagai
berikut:
1. Pengenalan Kondisi Desa atau Kelurahan
Pengenalan kondisi desa atau kelurahan oleh KPM/kader
kesehatan, lembaga kemasyarakatan, dan Perangkat Desa atau Kelurahan
dilakukan dengan mengkaji data Profil Desa atau Profil Kelurahan dan
hasil analisis situasi perkembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
yang menggambarkan kriteria Desa dan Kelurahan Siaga Aktif yang
sudah dapat dan belum dapat dipenuhi oleh desa atau kelurahan yang
bersangkutan.
2. Identifikasi Masalah Kesehatan dan PHBS
Dengan mengkaji Profil/Monografi Desa atau Profil/Monografi
Kelurahan dan hasil analisis situasi, maka dapat diidentifikasi:
 Masalah-masalah kesehatan yang masih dihadapi masyarakat
dan urutan prioritas penanganannya.
 Hal-hal yang menyebabkan terjadinya masalah-masalah
kesehatan, baik dari sisi teknis kesehatan maupun dari sisi perilaku
masyarakat.
 Potensi yang dimiliki desa/kelurahan untuk mengatasi masalah-
masalah kesehatan tersebut.
 UKBM apa saja yang sudah ada (jika ada) dan atau harus
diaktifkan kembali/dibentuk baru dalam rangka mengatasi
masalah-masalah kesehatan tersebut.
 Bantuan/dukungan yang diharapkan: apa bentuknya, berapa
banyak, dari mana kemungkinan didapat (sumber), dan bilamana
dibutuhkan.
3. Musyawarah Desa/Kelurahan
Bila dirasakan perlu, Musyawarah Desa/Kelurahan dapat
dilakukan secara berjenjang dengan terlebih dulu menyelenggarakan
Musyawarah Dusun atau Rukun Warga (RW).
Musyawarah Desa/Kelurahan bertujuan:
 Menyosialisasikan tentang adanya masalah-masalah kesehatan
yang masih dihadapi masyarakat dan program pengembangan
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
 Mencapai kesepakatan tentang urutan prioritas masalah-masalah
kesehatan yang hendak ditangani.
 Mencapai kesepakatan tentang UKBM-UKBM yang hendak
dibentuk baru atau diaktifkan kembali.
 Memantapkan data/informasi potensi desa atau potensi kelurahan
serta bantuan/dukungan yang diperlukan dan alternatif sumber
bantuan/dukungan tersebut.
 Menggalang semangat dan partisipasi warga desa atau kelurahan
untuk mendukung pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif.

4. Perencanaan Partisipatif
Setelah diperolehnya kesepakatan dari warga desa atau kelurahan,
KPM dan lembaga kemasyarakatan yang ada mengadakan pertemuan-
pertemuan secara intensif guna menyusun rencana pengembangan Desa
dan Kelurahan Siaga Aktif untuk dimasukkan ke dalam Rencana
Pembangunan Desa/Kelurahan.
Rencana pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
mencakup:
 UKBM-UKBM yang akan dibentuk baru atau diaktifkan kembali,
berikut jadwal pembentukan/pengaktifannya kembali.
 Sarana-sarana yang akan dibangun baru atau direhabilitasi
(misalnya Poskesdes, Polindes, Sarana Air Bersih, Sarana Jamban
Keluarga, dan lain-lain), berikut jadwal pembangunannya.
 Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan dan membutuhkan biaya
operasional, berikut jadwal pelaksanaannya.
Hal-hal yang dapat dilaksanakan dengan swadaya masyarakat dan
atau bantuan dari donatur (misalnya swasta), disatukan dalam dokumen
tersendiri. Sedangkan hal-hal yang memerlukan dukungan Pemerintah
dimasukkan ke dalam dokumen Musrenbang Desa atau Kelurahan
untuk diteruskan ke Musrenbang selanjutnya.

5. Pelaksanaan Kegiatan
Sementara menunggu proses Musrenbang selesai dan
ditetapkannya alokasi dana Pemerintah, KPM/kader kesehatan dan
lembaga kemasyarakatan yang ada dapat memulai kegiatan dengan
membentuk UKBM-UKBM yang diperlukan, menetapkan kader-
kader pelaksananya, dan melaksanakan kegiatan-kegiatan swadaya atau
yang sudah diperoleh dananya dari donatur. Juga pelaksanaan kegiatan-
kegiatan yang tidak memerlukan biaya operasional seperti misalnya
promosi kesehatan melalui Dasawisma, pertemuan Rukun Tetangga,
pertemuan Rukun Warga/ Dusun, atau forum-forum kegiatan
kemasyarakatan dan keagamaan.
Kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan secara swakelola oleh
masyarakat dengan didampingi Perangkat Pemerintahan serta dibantu
oleh para KPM/kader kesehatan dan Fasilitator. Pelaksanaan kegiatan
meliputi pemilihan dan penetapan tim pengelola kegiatan (para kader
pelaksana UKBM atau pihak lain), pengajuan dan pencairan dana,
pengerahan tenaga kerja (khususnya untuk pembangunan sarana),
pengadaan barang dan jasa, serta pelaksanaan kegiatan yang diusulkan.
Tim pelaksana kegiatan bertanggung jawab mengenai realisasi
fisik, keuangan, dan administrasi kegiatan yang dilakukan, sesuai
dengan rencana.
Apabila dibutuhkan barang/jasa berupa bahan, alat, dan tenaga
teknis kesehatan yang tidak dapat disediakan/dilakukan sendiri oleh
masyarakat, maka Dinas Kesehatan melalui Puskesmas dapat membantu
masyarakat untuk menyediakan barang/jasa tersebut.
Pencatatan dan pelaporan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan
petunjuk teknis dari Kementerian Dalam Negeri.
Pelatihan teknis, termasuk kursus-kursus penyegar, bagi para
kader pelaksana UKBM menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan
Kabupaten /Kota dengan dibantu oleh Dinas Kesehatan Provinsi untuk
melaksanakannya, dengan mengacu kepada petunjuk teknis yang dibuat
oleh Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Kesehatan.

E. PENTAHAPAN3,4
Atas dasar kriteria Desa dan Kelurahan Siaga Aktif yang telah ditetapkan,
maka perlu dilakukan pentahapan dalam pengembangan Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif, sehingga dapat dicapai tingkatan-tingkatan atau kategori Desa Siaga
Aktif atau Kelurahan Siaga Aktif sebagai berikut.

Tabel 18. Indikator Desa dan Kelurahan Siaga Aktif

Dengan ditetapkannya tingkatan atau kategorisasi tersebut di atas,


maka Desa Siaga dan Kelurahan Siaga yang saat ini sudah dikembangkan harus
dievaluasi untuk menetapkan apakah masih dalam kategori Desa dan Kelurahan
Siaga atau sudah dapat dimasukkan ke dalam salah satu dari
tingkatan/kategori Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. Evaluasi ini dilakukan
dengan mengacu kepada petunjuk teknis yang disusun bersama oleh
Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Kesehatan.

F. PEMBINAAN KELESTARIAN3
Pembinaan kelestarian Desa / Kelurahan Siaga Aktif pada dasarnya
merupakan tugas dari KPM / kader kesehatan, Kepala Desa / Lurah dan Perangkat
Desa/ Kelurahan dengan dukungan dari berbagai pihak, utamanya Pemerintah
Daerah dan Pemerintah. Dengan demikian kehadiran Fasilitator di desa dan
kelurahan sudah sangat minimal, karena perannya sudah dapat sepenuhnya
digantikan oleh para KPM/kader kesehatan.
Perencanaan partisipatif dalam rangka pembinaan Desa / Kelurahan
Siaga Aktif sudah berjalan baik dan rutin serta terintegrasi dalam proses
perencanaan Pembangunan Desa atau Kelurahan dan mekanisme Musrenbang.
Kemitraan dan dukungan sumber daya dari pihak di luar Pemerintah juga sudah
tergalang dengan baik dan melembaga.
Pada tahap ini, selain pertemuan-pertemuan berkala dan kursus-
kursus penyegar bagi para kader, termasuk KPM/kader kesehatan, juga
dikembangkan cara-cara lain untuk memelihara dan meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan para kader tersebut. Antara lain melalui program
Kelompencapir dan Perpustakaan Desa/Kelurahan.
Pembinaan kelestarian juga dilaksanakan terintegrasi dengan
penyelenggaraan Perlombaan Desa dan Kelurahan yang diselenggarakan setiap
tahun secara berjenjang sejak dari tingkat Desa/Kelurahan sampai ke tingkat
Nasional.
Dalam rangka pembinaan kelestarian juga diselenggarakan pencatatan
dan pelaporan perkembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif yang berjalan
secara berjenjang dan terintegrasi dengan Sistem Informasi Pembangunan Desa
yang diselenggarakan oleh Kementerian Dalam Negeri.
BAB IV
EVALUASI PROGRAM

4.1 Alur Pemecahan Masalah


Alur kerangka pemecahan masalah dalam studi ini menggunakan
algoritma problem solving cycle seperti Gambar 4 dibawah, dimulai dari
identifikasi masalah. Melalui tehnik Hanlon Kuantitatif dipilih prioritas masalah,
kemudian dilakukan identifikasi penyebab masalah menggunakan metode
pendekatan sistem.

Gambar 4. Alur Pemecahan Masalah


4.2 Identifikasi Cakupan Program
Dari hasil analisis data Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Kelurahan Jati
Padang tahun 2018 diperoleh beberapa komponen program belum mencapai hasil
yang ditargetkan. Komponen-komponen program tersebut tercantum dalam tabel
4.1.
Tabel 19 . Daftar Pencapaian Program Puskesmas Kelurahan Jati Padang Januari-
Maret 2018
PELAYANAN KESEHATAN
DASAR
Indikator Target Sasaran dalam Cakupan Pencapaian
(%) 3 bulan Kegiatan Persen (%)
(%)
KIA
Kunjungan K1 100 200 229 114,50 114,50
Kunjungan K4 96 200 211 105,50 109,89
Ibu hamil dengan 88 41 38 92,68 105,32
komplikasi yang
ditangani
Pertolongan persalinan
98 190 218 114,73 117,07
oleh tenaga kesehatan
Kunjungan neonatus 97 184 152 82,60 85,16
Kunjungan bayi ( < 97 184 147 79,89 82,36
1thn)
Kunjungan balita 92 767 611 79,66 86,59
KB
KB Aktif 80 860 298 34,65 43,31
Imunisasi
BCG 95 184 180 97,82 102,97
Polio 1 95 184 169 91,84 96,67
Polio 2 90 184 181 98,36 109,29
Polio 3 90 184 176 95,65 106,28
Polio 4 90 184 169 91,84 102,04
DPT/HB-Hib 1 95 184 185 89,67 94,38
DPT/HB-Hib 2 95 184 173 94,02 98,97
DPT/HB-Hib 3 95 184 178 96,73 101,82
Campak 95 184 135 73,37 77,23
Pemberantasan Penyakit Menular
(P2M)
Cakupan pasien 95 450 392 87,11 91,69
(semua umur) datang
dengan
ISPA yang
ditemukan/ditangani
Cakupan pasien 95 418 155 37,08 39,03
(semua umur)
dengan diare yang
ditangani (sesuai
standar)
Cakupan pasien 90 160 32 20,62 22,91
dengan TB yang
ditangani (sesuai
standar)
Angka bebas jentik Tidak ada
data
PromKes (Penyuluhan)
Kesehatan Ibu dan Tidak ada
Anak data
Keluarga Berencana
Imunisasi
Diare
Demam Berdarah
Dengue
Gizi
RW siaga aktif 80

Perbaikan Gizi Masyarakat


Bayi (6-11 bulan)
yang diberi kapsul
100 300 314 104,67 104,67
vitamin A dosis tinggi
1x/tahun
Balita (12-59 bulan)
yang diberi kapsul
100 1500 1674 111,6 111,6
vitamin A dosis tinggi
2x/tahun
Balita yang datang dan
85 3131 2584 82,53 97,09
ditimbang
Penyakit Tidak Menular
Presentase perempuan
usia 30 - 59 tahun yang Tidak ada
10
dilakukan deteksi Ca data
Cerviks dan Payudara
Deteksi penyakit tidak
menular usia 15-59
1. Hipertensi 100 1416 294 20,76 20,76

2. Diabetes Melitus 100 177 36 20,33 20,33


Unit Pendukung Layanan
Pencegahan dan Tidak data
pengendalian DBD
Penatalaksanaan TB Tidak data
Paru

Pentalaksanaan dan Tidak data


pengelolaan HIV/AIDS
Penatalaksanaan 100 10 2 20 20
penyakit tidak menular

Peningkatan kualitas Tidak data


kesehatan lingkungan
di masyarakat dan
sarana kesehatan

4.3 Penentuan Prioritas Masalah (Berdasarkan Hanlon Kuantitatif)


Untuk penentuan prioritas masalah digunakan metode Hanlon Kuantitatif.
Kriteria dalam Hanlon Kuantitatif adalah sebagai berikut : (A + B) x C x D
1. Kriteria A: Besarnya masalah
2. Kriteria B: Kegawatan masalah
3. Kriteria C: Kemudahan dalam penanggulangan
4. Kriteria D: Faktor PEARL

Kriteria A: Besarnya masalah


Besarnya masalah dapat ditentukan melalui langkah-langkah berikut:
Langkah 1:
Menentukan besar masalah dengan cara menghitung selisih persentase pencapaian
hasil kegiatan dengan pencapaian 100%.
Tabel 20. Kriteria A: Besarnya Masalah

Besarnya
Masalah
No. Masalah
(100%-
Pencapaian)
KB
1. KB Aktif 56,69
IMUNISASI
2. Campak 26,63
PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR
Cakupan pasien (semua umur) dengan diare yang ditangani
3. 60,97
(sesuai standar)
4. Cakupan pasien dengan TB yang ditangani (sesuai standar) 77,09
PROMOSI KESEHATAN
Tidak ada
5. RW siaga aktif /PHBS
data (0%)
PENYAKIT TIDAK MENULAR
Deteksi penyakit tidak menular usia 15-59
6. 1. Hipertensi 79,24
2. Diabetes Melitus 79,67
Melakukan tindakan penanganan penyakit tidak menular
7. 80
(melaksanakan kegiatan Posbindu)

Langkah 2:
Menentukan kolom/kelas interval dengan Rumus Sturgess:
k = 1 + 3,3 Log n Keterangan:
k = jumlah kolom/kelas n = jumlah masalah
Masukkan ke rumus : k = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 7
= 1+ 3,3 (0,84)
= 3,772 dibulatkan menjadi 4
Langkah 3 :
Menentukan interval kelas dengan menghitung selisih besarnya masalah terbesar
dengan terkecil kemudian di bagi kelas/kolom.
Nilai besar masalah : terbesar adalah 80% dan terkecil adalah 26,63%

Interval = 13,34

Langkah 4. Menentukan skala interval dan nilai tiap interval sesuai jumlah
kolom/kelas:

Tabel 21. Pembagian Interval Kelas


Kolom/Kelas Skala Interval Nilai
Skala 1 0 – 20 1
Skala 2 20,1 – 40 2
Skala 3 40,1 – 60 3
Skala 4 60,1 – 80 4
Langkah 5 : Menentukan nilai tiap masalah sesuai dengan kelasnya
Tabel 22. Penentuan Nilai Tiap Masalah Berdasarkan Kelas
Besarnya Masalah Terdahap Presentasi Pencapaian
No. Masalah 0 – 20 20,1 – 40 40,1 – 60 60,1– 80 Nilai
(1) (2) (3) (4)
1. KB Aktif X 3
2. Campak X 2
3. Cakupan pasien X 4
(semua umur) dengan
diare yang ditangani
(sesuai standar)
4. Cakupan pasien X 4
dengan TB yang
ditangani (sesuai
standar)
5. RW siaga aktif/PHBS X 1
5. Deteksi PTM umur X 4
15-59 tahun
1. Hipertensi
2. DM
6. Melakukan tindakan X 4
penanganan penyakit
tidak menular
(melaksanakan
kegiatan Posbindu)

Kriteria B; Kegawatan Masalah


Kriteria ini dilakukan dengan cara menentukan tingkat urgensi (U),
besarnya masalah (S), tingkat penyebaran/meluasnya (G) dan sumber daya (P)
yang dimiliki untuk mengatasi tiap masalah dengan sistem scoring dengan skor 1-
5.
1. Tingkat urgensi dinilai sebagai berikut :
a. Sangat mendesak :5
b. Mendesak :4
c. Cukup mendesak :3
d. Kurang mendesak :2
e. Tidak mendesak :1
2. Tingkat besar kecilnya masalah (seriousness) dinilai sebagai berikut :
a. Sangat gawat :5
b. Gawat :4
c. Cukup gawat :3
d. Kurang gawat :2
e. Tidak gawat :1
3. Tingkat penyebaran/meluasnya masalah (growth) dinilai sebagai berikut:
a. Sangat mudah menyebar/meluas :5
b. Mudah menyebar/meluas :4
c. Cukup menyebar/meluas :3
d. Sulit menyebar/meluas :2
e. Tidak menyebar/meluas :1
4. Sumber daya yang dimiliki untuk mengatasi permasalahan (potency)
dinilai sebagai berikut :
a. Sangat banyak :5
b. Banyak :4
c. Cukup banyak :3
d. Kurang banyak :2
e. Tidak banyak :1

Tabel 23. Kegawatan Masalah

No. Masalah U S G P Jumlah


KB
1. KB Aktif 4 4 4 3 15
IMUNISASI
2. Campak 3 3 3 2 8
PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR
Cakupan pasien (semua umur) dengan diare
3. 3 3 3 2 8
yang ditangani (sesuai standar)
Cakupan pasien dengan TB yang ditangani
4. 3 3 2 2 10
(sesuai standar)
PROMOSI KESEHATAN
5. RW siaga aktif/PHBS 2 2 3 5 12
PENYAKIT TIDAK MENULAR
Deteksi penyakit tidak menular usia 15-59
i. Hipertensi
6. 4 4 3 3 14
ii. Diabetes Melitus
iii. Dll.
7. Jumlah Puskesmas yang melakukan tindakan 4 3 4 2 13
penanganan penyakit tidak menular (Pengadaan
Posbindu)

Kriteria C: Kemudahan dalam penanggulangan


Kemudahan penganggulangan masalah diukur dengan scoring dengan nilai 1 –5
dimana:
1. Sangat mudah :5
2. Mudah :4
3. Cukup mudah :3
4. Sulit :2
5. Sangat sulit :1

Tabel 24. Kriteria C: Kemudahan dalan Penanggulangan

No. Masalah Nilai


KB
1. KB Aktif 2
IMUNISASI
2. Campak 3
PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR
Cakupan pasien (semua umur) dengan diare yang ditangani
3. 2
(sesuai standar)
4. Cakupan pasien dengan TB yang ditangani (sesuai standar) 2
PROMOSI KESEHATAN
5. RW Siaga Aktif 2
PENYAKIT TIDAK MENULAR
Deteksi penyakit tidak menular usia 15-59
3. Hipertensi
6. 3
4. Diabetes Melitus
5. Dll.
Melakukan tindakan penanganan penyakit tidak menular
7. 3
(melaksanakan kegiatan Posbindu)

Kriteria D. PEARL faktor


Kelompok kriteria D terdiri dari beberapa faktor yang saling menentukan
dapat atau tidak nya suatu program dilaksanakan, faktor-faktor tersebut adalah:
1. Kesesuaian (Propriety)
2. Secara Ekonomis murah (Economic)
3. Dapat diterima (Acceptability)
4. Tersedianya sumber (Resources availability)
5. Legalitas terjamin (Legality)

Tabel 25. Kriteria D: Kriteria PEARL

Hasil
No. Masalah P E A R L
Kali
1. KB Aktif 1 1 1 1 1 1
2. Campak 1 1 1 1 1 1
3. Cakupan pasien (semua umur) dengan 1 1 1 1 1 1
diare yang ditangani (sesuai standar)
4. Cakupan pasien dengan TB yang 1 1 1 1 1 1
ditangani (sesuai standar)
5. RW Siaga Aktif/PHBS 1 1 1 1 1 1
6. Deteksi PTM umur 15-59 tahun 1 1 1 1 1 1
1. Hipertensi
2. DM
7. Melakukan tindakan penanganan 1 1 1 1 1 1
penyakit tidak menular (melaksanakan
kegiatan Posbindu)

4.4 Kerangka Pikir Masalah


Pada penelitian ini ditemukan adanya masalah yang terjadi pada program-
program Puskesmas Kelurahan Jati Padang. Dasar untuk memutuskan adanya
masalah, yaitu:
1. Adanya kesenjangan antara target dan pencapaian dari program.
2. Adanya rasa tanggung jawab untuk menanggulangi masalah tersebut,
dikarenakan kurangnya kesadaran kader dan masyarakat RW siaga aktif atau
PHBS
Untuk memecahkan masalah tersebut digunakan kerangka pendekatan
sistem yang terdiri dari input, proses, output, dan lingkungan yang
mempengaruhi input dan proses. Input terdiri dari Man (Tenaga Kerja), Money
(Pembiayaan), Material (Perlengkapan), Method (Metode), Market (Masyarakat)
Sedangkan dari proses terdiri dari P1 (Perencanaan), P2 (Penggerakan dan
Pelaksanaan), P3 (Penilaian, Pengawasan, dan Pengendalian).
Setelah ditentukan penyebab masalah, selanjutnya menentukan alternatif
pemecahan masalah dan menentukan prioritas pemecahan masalah yang terbaik
dengan kriteria matrix menggunakan rumus M x I x V/C. Kemudian membuat
rencana penerapan pemecahan masalah yang dibuat dalam bentuk POA (plan of
action). Kegiatan tersebut dipantau apakah penerapannya sudah baik dan apakah
masalah tersebut sudah dapat dipecahkan.

4.5 Penilaian prioritas masalah

Setelah nilai dari kriteria A, B,C dan D didapat, hasil tersebut dimasukan
dalam formula nilai prioritas dasar (NPD), serta nilai prioritas total (NPT) untuk
menentukan prioritas masalah yang dihadapi:

NPD = (A+B) x C NPT = (A+B) x C x D

Tabel 26. Penilaian Prioritas Masalah


Urutan
No Masalah A B C D NPD NPT
Prioritas

Deteksi PTM umur 15-59 tahun


4 14 3 1 54 54 I
1. 1. Hipertensi
2. DM
Melakukan tindakan penanganan
2. penyakit tidak menular 4 13 3 1 51 51 II
(melaksanakan kegiatan Posbindu)
3. KB Aktif 3 15 2 1 36 36 III

Cakupan pasien dengan TB yang 4 10 2 1 28 28 IV


4.
ditangani (sesuai standar)
V
5. Campak 1 8 3 1 27 27
6. RW Siaga Aktif /PHBS 1 12 2 1 26 26
VI
Cakupan pasien (semua umur)
7. dengan diare yang ditangani (sesuai 3 8 2 1 22 22 VII
standar)

4.6 Urutan Prioritas Masalah

Dari tabel diatas Urutan prioritas berdasarkan perhitungan Hanlon kualitatif


diatas maka dapat disimpulkan urutan prioritas masalah Puskesmas Kelurahan Jati
Padang berdasarkan metode Hanlon adalah:

1. Deteksi PTM umur 15-59 tahun


2. Pelaksanaan Posbindu
3. KB aktif
4. Cakupan pasien dengan TB yang ditangani (sesuai standar)
5. Campak
6. RW Siaga Aktif/PHBS
7. Cakupan pasien (semua umur) dengan diare yang ditangani (sesuai
standar)

4.7 Konfirmasi Kemungkinan Penyebab Masalah


Ada beberapa faktor yang menimbulkan kesenjangan antara target dan hasil
yang dicapai. Dalam menentukan penyebab masalah dapat digunakan diagram
fishbone yang berdasarkan pada kerangka pendekatan sistem, seperti yang tampak
pada tabel berikut:

Tabel 27. Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah Kurangnya RW Siaga Aktif


INPUT KELEBIHAN KEKURANGAN
MAN - Adanya KPM/kader - Kurangnya jumlah
kesehatan dan lembaga masyarakat yang
kemasyarakatan yang aktif dalam kegiatan
dapat menjadi petugas RW Siaga Aktif
dan pelaksana kegiatan - Tidak adanya
RW Siaga Aktif pelatihan bagi
KPM/kader
kesehatan, lembaga
kemasyarakatan,
yang menjadi
petugas dan
pelaksana kegiatan
RW siaga aktif

MONEY - Adanya dana untuk - Minimnya dana


menunjang kegiatan RW kegiatan RW Siaga
Siaga Aktif Aktif
METHOD - Adanya alur pelaksanaan - Belum ada
kegiatan yang jelas penjadwalan
- Adanya persiapan RW pelaksaan RW Siaga
Siaga Aktif Aktif
- Belum berjalannya
persiapan RW Siaga
Aktif

MATERIAL - Ada perlengkapan dan - Kurang


peralatan yang digunakan mencukupinya
untuk kegiatan pelatihan perlengkapan dan
RW Siaga Aktif peralatan yang
digunakan untuk
kegiatan
- Tidak ada Media
untuk
edukasi/promosi
kegiatan RW Siaga
Aktif

Proses Kelebihan Kekurangan


P1(perencanaan) - Terdapatnya -Belum adanya
pedoman umum sosialisasi program
pengembangan RW RW Siaga Aktif
siaga aktif -Belum adanya
penjadwalan program
RW siaga Aktif
P2(penggerakan dan - Adanya KPM/kader - Kegiatan RW Siaga
pelaksanaan) kesehatan, lembaga Aktif tidak menarik.
kemasarakatan yang - Kurangnya
melakukan masyarakat/pendudu
pencatatan saat k yang ikut andil
pelaksanaan dalam program Rw
siaga aktif

P3(penilaian, - Adanya sistem - Kurangnya evaluasi


pengawasan, dan pencatatan dan berkala kegiatan RW
pengendalian) pelaporan Siaga Aktif
- RW Siaga Aktif
tidak mempunyai
target sasaran tiap
pelaksanaan
Lingkungan - Tempat pelayanan - Tidak ada masalah
kesehatan dapat pada lingkungan
dijangkau dengan
mudah dijangkau
karena dilalui oleh
jalur angkutan
umum
FISH BONE

INPUT
Minimnya dana kegiatan RW Siaga Aktif
MONEY
- Kurangnya jumlah masyarakat
yang aktif dalam kegiatan RW
Siaga Aktif MATERIAL
- Tidak adanya pelatihan bagi
KPM/kader kesehatan, lembaga - Kurang mencukupinya
kemasyarakatan, yang menjadi
MAN perlengkapan dan peralatan yang
petugas dan pelaksana kegiatan digunakan untuk kegiatan
RW siaga aktif - Tidak ada Media untuk
edukasi/promosi kegiatan RW
Siaga Aktif
- Belum ada penjadwalan pelaksaan METHOD
RW Siaga Aktif
- Belum berjalannya persiapan RW
Siaga Aktif Tidak tercapainya kegiatan Rw
siaga aktif di wilayah kerja
Puskesmas Jati Padang dengan
target pencapaian 80%
- Belum adanya sosialisasi program
RW Siaga Aktif P1 P2
- Belum adanya penjadwalan
- Kegiatan RW Siaga Aktif
program RW siaga Aktif
tidak menarik.
- Kurangnya LINGKUNGAN
- Kurangnya evaluasi berkala masyarakat/penduduk - Tidak ada
yang ikut andil dalam
kegiatan RW Siaga Aktif
P3 masalah pada
- RW Siaga Aktif tidak program Rw siaga aktif
lingkungan
mempunyai target sasaran tiap
pelaksanaan

PROSES Gambar 5. Diagram Fish Bone


Belum tercapainya Rw Siaga Aktif

KPM/kader kesehatan, fasilitator dan masyarakat tidak bisa


mandiri dalam melakukan kegiatan Rw Siaga aktif

KPM/Kader
kesehatan, dan Kurangnya
lembaga Tidak semua sarana prasana
kemasyarakatan kader dalam
tidak secara kesehatan dan pencapaian
Tidak khusus menilai masyarakat kegiatan PHBS
terlaksana masalah yang terampil dalam dan Rw Siaga
program Rw dihadapi, melakukan aktif
Minimnya
siaga aktif ke mencatat hasil kegiatan PHBS
media
tahap penyelesaian dan Rw Siaga
informasi
Sepanjang selanjutnya berupa
tahun 2017 leaflet,brosur,
ini sudah Tidak poster, model
dilaksanaka melakukan makanan
n Rw Siaga evaluasi
aktif, namun Tidak ada tentang PHBS Minimnya
tidak pemantauan atau Rw Siaga masyarakat yang
dilanjutkan. dari aktif ingin mengikuti
kelurahan kegatan Rw siaga
Belum ada atau
penjadwalan puskesmas
tetap untuk tentang
program RW kegiatan ini Skill KPM/kader
siaga aktif kesehatan, lembaga
kemasyarakatan Gambar 6. Pohon Masalah Rw Siaga Aktif
yang masih kurang
4.8 Penentuan alternatif pemecahan masalah
Atas permasalahan yang sudah dipaparkan diatas, maka kami menentukan berbagai
alternatif pemecahan masalah sebagai berikut:
Tabel 28. Penentuan alternatif pemecahan masalah
Permasalahan Alternatif penyelesaian masalah
Kurangnya jumlah KPM/kader kesehatan - Menambah jumlah KPM/Kader
serta masyarakat yang aktif dalam Kesehatan aktif
kegiatan RW siaga aktif. - Mengadakan promosi tentang Rw siaga
kepada masyarakat agar masyarakat
ikut andil dalam pencapaian program

Minimnya dana kegiatan RW siaga aktif Bekerja sama dengan kelurahan untuk
mendanai kegiatan RW siaga aktif

Belum adanya penjadwalan RW siaga Mengusulkan kepada Kepala


aktif kelurahan,kepala RW, kepala puskesmas
untuk membuat penjadwalan pelaksanaan
Rw siaga

Kurang maksimalnya persiapan kegiatan Melakukan penyuluhan kepada kader dan


masyarakat untuk lebih mengenal RW
siaga aktif

Kurang mencukupinya perlengkapan dan Bekerja sama dengan kelurahan untuk


peralatan yang digunakan untuk kegiatan mendanai kegiatan RW siaga aktif

Media edukasi/promosi kegiatan tidak Melakukan penyuluhan kepada


diperbaharui masyarakat untuk lebih mengenal RW
siaga aktif

Kurangnya evaluasi berkala kegiatan RW - Melakukan rapat perencanaan,


siaga aktif persiapan, pelaksanaan serta
pemantauan program Rw Siaga aktif
- Melakukan penyuluhan kepada
masyarakat untuk lebih mengenal Rw
siaga aktif

RW siaga aktif tidak mempunyai target Mengusulkan kepada pemegang program


sasaran tiap pelaksanaan untuk membuat target sasaran yang harus
dicapai di RW siaga aktif

Warga tidak termotivasi untuk melakukan Melakukan penyuluhan kepada


kegiatan RW siaga aktif masyarakat untuk lebih mengenal RW
siaga aktif
4.9 Penentuan prioritas pemecahan masalah dengan kriteria matrix
Setelah menentukan alternatif pemecahan masalah, selanjutnya dilakukan penentuan
prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah
dilakukan dengan menggunakan kriteria matriks dengan rumus MxIxV/C.
Masing-masing penyelesaian masalah diberi nilai berdasarkan kriteria:
1. Magnitude: Besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan Dengan nilai 1-5 dimana
semakin mudah masalah yang dapat diselesaikan maka nilainya mendekati angka 5.
2. Importancy: Pentingnya cara penyelesaian masalah
Dengan nilai 1-5 dimana semakin pentingnya masalah untuk diselesaikan maka nilainya
mendekati angka 5.
3. Vulnerability: Sensitifitas cara penyelesaian masalah
Dengan nilai 1-5 dimana semakin sensitifnya cara penyelesaian masalah maka nilainya
mendekati angka 5.
4. Cost: Biaya (sumber daya) yang digunakan
Dengan nilai 1-5, dimana semakin kecil biaya yang dikeluarkan nilainya mendekati angka
1.
Tabel 29. Penentuan Prioritas Masalah dengan Kriteria Matrix

Kriteria Hasil akhir


Penyelesaian masalah Urutan
M I V C (MxIxV)/C
Melakukan penyuluhan kepada kader dan
masyarakat untuk lebih mengenal RW siaga aktif
4 4 3 2 24 I

Mengusulkan kepada Kepala kelurahan, kepala


puskesmas untuk menggabungkan kegiatan
PHBS dengan UKBM lainnya 5 4 3 3 20 II

Membuat media cetak seperti poster tentang RW


siaga aktif
3 5 4 4 15 IV
Mengusulkan kepada Kepala kelurahan,kepala
RW, kepala puskesmas untuk melakukan kerja
sama dengan Puskesmas Kelurahan atau 4 3 3 2 18 III
Kecamatan untuk Pelatihan tentang RW Siaga
Aktif
Bekerja sama dengan kelurahan untuk mendanai
kegiatan RW siaga aktif
5 3 3 4 11,25 VI

Menambah jumlah Kader aktif


4 5 3 5 12 V
DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI. 2016. Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga, Pusat Promosi
Kesehatan. Jakarta: Depkes RI.
2. Kemenkes, RI. 2010. Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif. Ed ke1. Jakarta: 2010.
3. Kemenkes. RI, 2014. Pedoman Pelaksanaan Pencatatan dan Pelaporan Desa
dan Kelurahan Siaga Aktif, Pusat Promosi Kesehatan. Jakarta.

4. Kemendagri RI, 2011. Pedoman Pelaksanaan Pembentukan Kelompok Kerja


Operasional dan Forum Desa dan Kelurahan Siaga Aktif, Kemendagri, Jakarta

5. Syafrudin dan hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta, EGC.

Anda mungkin juga menyukai