DISUSUN OLEH:
Christian Aditya Hogantara 17/413440/TK/45880
1.2 Tujuan
1) Merumuskan model pemrograman Kurtz
2) Merumuskan contoh implementasi model pemrograman Kurtz
3) Menarik kesimpulan tehadap model pemrogramam Kurtz.
2. DASAR TEORI
2.1 Tahap Pemrograman Model Kurtz
2.2 Rumusan
1) Pemrograman Kurtz tampak lebih panjang dan tidak linear karena terdapat
tahap evaluasi yang memproses pengulangan sampai tercapai kesepakatan.
Sehingga lebih rumit dan panjang.
2) Keberadaan proses perancangan dalam pemrogramannya dan hasil
rancangan menentukan perbaikan program dan final program sehingga
hasilnya menjadi rancu dan memungkinkan terjadi desain tunggal
dengan kata lain hasil pemrograman hanya berupa penyelesaian bukan
set alternatif usulan.
3) Klien terlibat pada proses desain dan final desain sehingga lebih rumit dan
lama.
4) Cocok untuk proses perancangan bangunan yang lebih lama. Seperti:
apartemen, rumah, hotel dan lain-lain.
2.3 Kekuatan
1) Proses desain diikutsertakan dalam proses pemrograman, dimana desain
sebagai respon langsung dari program tersebut. Sehingga dapat dikatakan
bahwa metode ini mementingkan kualitas.
2) Adanya feedback yang menunjukkan upaya pengkajian tahap-tahap
sebelumnya yang tidak sesuai kemudian dilakukan pemrograman ulang.
3) Memerlukan base program sehingga bangunan harus memiliki standar
yang telah ada.
2.4 Kelemahan
1) Metode pemrograman Kurtz sangat rumit dan panjang.
2) Evaluasi yang diadakan hanya berupa penyelesaian masalah dari desain
awal dan alternative desain sulit dimunculkan.
3) Kemungkinan klien akan berubah pikiran pada pertengahan tahap
perancangan sehingga akan memperlambat proyek.
3. PENUTUP
Dapat disimpulkan bahwa pemrograman model Kurtz secara garis besar yaitu :
Terdapat empat tahap utama. Peran klien pada model ini sebagai owner dan
klien terlibat dalam setiap tahap pemrograman.
Kurtz lebih menekankan pada proses mendesain selama pemrograman yang
bertujuan untuk memberikan masukan langsung ke dalam program yang
diajukan kepada klien.Adanya feedback yang menunjukkan upaya
pengkajian tahap-tahap sebelumnya yang tidak sesuai kemudian dilakukan
pemrograman ulang menjadi letak kelebihan pemrograman Kurtz.
Tapi model ini juga memiliki kekurangan karena klien bertindak sebagai
evaluator.
Dengan adanya proses perancangan dalam pemrograman Kurtz menentukan
perbaikan program dan final program, menyebabkan hasil menjadi rancu dan
kemudian hanya terbentuk desain tunggal. Ini berarti hasil pemrograman
hanya berupa penyelesaian.
4. DAFTAR PUSTAKA
Sudarman, Riastika. 2012. Metode Pemrograman Kurtz. [Online]. Tersedia di:
https://prezi.com/mwcb_ecsmmse/metode-pemrograman-farbstein/ pada 24
April 2018.
Saifullah, Ahmad dan T. Yoyok Wahyu S. 2013. Metode Penyusunan Program
Desain Arsitektur. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.