Anda di halaman 1dari 7

METODA PEMROGRAMAN DESAIN ARSITEKTUR

Metode Pemrograman Menurut John M. Kurtz

DISUSUN OLEH:
Christian Aditya Hogantara 17/413440/TK/45880

Dita Nur Chalisa S 17/413441/TK/45881

Ega Agustina C 17/413442/TK/45882

Faiza Putri Aisyah 17/413443/TK/45883

Gilbran Alif Akbar 17/413444/TK/45884

Hawwin Hudaya 17/413445/TK/45885

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


DEPARTEMEN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2017/2018
1. PENDAHULUAN
1.1 Profil John M. Kutrz
John M. Kurtz adalah anggota asosiasi Maryland Homebuilder dan Urban
Land Institute. Kurtz memiliki pengalaman lebih dari 20 tahun dalam bidang
pengembangan pembangunan, desain dan manajemen, ditambah dengan 10
tahun pengalaman menjadi konsultan manajemen strategis. Kurtz meraih
gelar MBA, M.Arch., and B. Arch dari Carnegie-Mellon University dan
memiliki ijin arsitek pada tahun 1980. Ia bergabung dengan badan
pengembangan besar dimana ia bertanggung jawab atas produk baru dan
pengembangan program pada tahun 1990.
Berikut beberapa perjalanan kehidupan seorang John M.Kurtz yang
terdapat beberapa penghargaan yang diperoleh :

 John Kurtz bergabung dalam Mitchell/Giurgola Architects pada tahun


1968, setelah lulus dari Arts and Master of Architecture Universitas
Pennsylvania
 Kurtz aktif dalam the New York Chapter of the AMERICAN Institute
of Architects dan menjadi pengkritik dan juri pada Universitas
Columbia
 Anggota asosiasi Maayland Homebulder dan Urban Land Institute.
 Meraih gelar MBA, M.Arch, dan B. Arch dari Carnegie Mellon
University
 Telah memiliki izin arsitek
 Pada tahun 1980 ia bergabung dengan badan pengembangan besar
Ia diangkat menjadi karyawan senior di bagian perumahan Charles E.
Smith pada tahun 2003
 Ia pensiun sebagai senior executive di archstone-Smith

1.2 Tujuan
1) Merumuskan model pemrograman Kurtz
2) Merumuskan contoh implementasi model pemrograman Kurtz
3) Menarik kesimpulan tehadap model pemrogramam Kurtz.
2. DASAR TEORI
2.1 Tahap Pemrograman Model Kurtz

Gambar 1.1 Tahap Pemrograman Model Kurtz


Sumber: www.prezi.com

2.2 Tahapan Pemrograman Kurtz


1) Tahap Orientasi (Orientation)

Merupakan tahap pengkajian filosofi, kegiatan – kegiatan dan tujuan yang


ingin dicapai oleh klien berdasarkan konsultasi dengan klien.Misalnya
klien adalah seorang penulis yang hobi menonton film maka diperlukan
ruang khusus untuk menunjang hobi tersebut.

2) Tahap Pembuatan Program Dasar (Base Program)

Merupakan tahap pengkajian kebutuhan klien, kajian alternatif pendukung


dan rencana awal program yang terdiri dari organisasi bangunan, area
aktifitas, hubungan dan ukuran ruang. Pada tahap ini arsitek menggunakan
pengetahuannya untuk berusaha memasukan gagasan klien dalam desain.

3) Pengulangan Pemrograman (Interative Programming)

Merupakan tahap penyajian program dasar kepada klien, arsitek membuat


rencana program baru berdasarkan masukan dari klien, mengulangi, dan
merevisinya sampai tercapai kesepakatan. Proses ini terus berulang hingga
terjadi kesepakatan antara arsitek dengan klien.

4) Desain (Design as Feedback)

Proses Yang Di Laku Kan Adalah 
 Mengembangkan Skematik Disain


Yang Dilakukan Selama Proses Pengulangan Terakhir Dari Pemrograman,
Penyajian Disain Awal ,Kepada Klien, Mengolah Masukan Dari Klien,
Mengembangkan Revisi Skematik Disain, Mengulang Proses Sampai
Disetuju. Kemungkinan Klien Akan Berubah Pikiran Pada Pertengahan
Tahap Perancangan Sehingga Akan Memperlambat Proyek.

2.2 Rumusan
1) Pemrograman Kurtz tampak lebih panjang dan tidak linear karena terdapat
tahap evaluasi yang memproses pengulangan sampai tercapai kesepakatan.
Sehingga lebih rumit dan panjang.
2) Keberadaan proses perancangan dalam pemrogramannya dan hasil
rancangan menentukan perbaikan program dan final program sehingga
hasilnya menjadi rancu dan memungkinkan terjadi desain tunggal
dengan kata lain hasil pemrograman hanya berupa penyelesaian bukan
set alternatif usulan.
3) Klien terlibat pada proses desain dan final desain sehingga lebih rumit dan
lama.
4) Cocok untuk proses perancangan bangunan yang lebih lama. Seperti:
apartemen, rumah, hotel dan lain-lain.

2.3 Kekuatan
1) Proses desain diikutsertakan dalam proses pemrograman, dimana desain
sebagai respon langsung dari program tersebut. Sehingga dapat dikatakan
bahwa metode ini mementingkan kualitas.
2) Adanya feedback yang menunjukkan upaya pengkajian tahap-tahap
sebelumnya yang tidak sesuai kemudian dilakukan pemrograman ulang.
3) Memerlukan base program sehingga bangunan harus memiliki standar
yang telah ada.

2.4 Kelemahan
1) Metode pemrograman Kurtz sangat rumit dan panjang.
2) Evaluasi yang diadakan hanya berupa penyelesaian masalah dari desain
awal dan alternative desain sulit dimunculkan.
3) Kemungkinan klien akan berubah pikiran pada pertengahan tahap
perancangan sehingga akan memperlambat proyek.

2.5 Aplikasi Pemrograman Kurtz


Model Kurtz menekankan pemrograman pada sisi kualitatif daripada
kuantitatif, meskipun tetap mempertimbangkan kedua aspek tersebut. Sehingga
bangunan yang cocok adalah yang memliki tingkat kompleksitas yang lumayan
besar dan menonjolkan kualitas daripada jumlah desain bangunan. Juga tidak
mementingkan kecepatan dalam pembangunan, serta melakukan iterasi pada
setelah pemrograman keseluruhan sehingga tidak perlu dan tidak dapat cepat
dalam melakukannya. Bangunan yang cocok menggunakan metode ini adalah
bangunan publik yang memiliki orientasi filosofis.
Contoh bangunan yang dapat diprogram dengan metode ini adalah bangunan
kampus. Di mana bangunan kampus merupakan bangunan publik yang
menonjolkan sisi kualitas dan memiliki orientasi filosofis yang berbeda-beda
setiap kampusnya. Serta harus diprogram sedemikian rupa (menggunakan sistem
iterasi) agar meminimalisir terjadinya perbaikan ketika desain sudah dibangun.
Contoh Pengaplikasian :
Cambridge University
Sumber : www.hindustantimes.com

Pada pembangunan gedung universitas seringkali menggunakan metode


pemroframan kurtz, dengan alasan antara lain :
1. Menekankan pemrograman pada sisi kualitatif daripada kuantitatif.Dimana
bangunan memfokuskan pada bagian fungsional dari bangunan tersebut.
2. Tingkat kompleksitas yang lumayan besar karena desain lebih
mementingkan kualitas dari fungsi bangunan.
3. Pemrograman ruangnya memiliki standar khusus yang ditentukan sesuai
kebutuhan.
4. Bangunan memiliki orientasi filosofis.Desain dan fungsi harus selaras
sehingga dapat tercipta orientasi filosofi bangunan tersebut.

3. PENUTUP

Dapat disimpulkan bahwa pemrograman model Kurtz secara garis besar yaitu :
 Terdapat empat tahap utama. Peran klien pada model ini sebagai owner dan
klien terlibat dalam setiap tahap pemrograman.
 Kurtz lebih menekankan pada proses mendesain selama pemrograman yang
bertujuan untuk memberikan masukan langsung ke dalam program yang
diajukan kepada klien.Adanya feedback yang menunjukkan upaya
pengkajian tahap-tahap sebelumnya yang tidak sesuai kemudian dilakukan
pemrograman ulang menjadi letak kelebihan pemrograman Kurtz.
 Tapi model ini juga memiliki kekurangan karena klien bertindak sebagai
evaluator.
 Dengan adanya proses perancangan dalam pemrograman Kurtz menentukan
perbaikan program dan final program, menyebabkan hasil menjadi rancu dan
kemudian hanya terbentuk desain tunggal. Ini berarti hasil pemrograman
hanya berupa penyelesaian.

4. DAFTAR PUSTAKA
Sudarman, Riastika. 2012. Metode Pemrograman Kurtz. [Online]. Tersedia di:
https://prezi.com/mwcb_ecsmmse/metode-pemrograman-farbstein/ pada 24
April 2018.
Saifullah, Ahmad dan T. Yoyok Wahyu S. 2013. Metode Penyusunan Program
Desain Arsitektur. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Anda mungkin juga menyukai