Anda di halaman 1dari 10

FORM RINGKASAN

TELAAH ARTIKEL JURNAL DALAM JURNAL READING

Tanggal : 05 September 2016 Metodologi Penelitian


Nama Mahasiswa : Anisa Dwi Arnanda Lokasi Penelitian : ruang Intensive Care
Informasi Citasi Unit (ICU) RSUD Ulin Banjarmasin
Pengarang : Yurida Olviani didapatkan bahwa diruang ICU RSUD
Ulin Banjarmasin
Tahun : 2015
Karakteristik Responden :
Judul Artikel : The Influence Of First a. Jenis Kelamin : Laki-laki dan
Level Progressive Mobilization Action Perempuan
To Non Invasive Hemodynamic b. Usia : 15-18 tahun, 19-30 tahun,
Monitoring On Patient With Cerebral 31-60 tahun Total
Injury At Intensive Care Unit c. Diagnosa Medis : Post operasi
Banjarmasin Ulin General Hospital craniotomy atas indikasi CKB,
Year 2015 Post operasi craniotomy atas
indikasi Hidrosepalus,
Penerbit/Nama Jurnal : Caring Post operasi craniotomy atas
indikasi tumor removal, SH
Volume : 2 (Stroke Hemoragik)

Issue/No : 1 Jumlah Responden : 21 orang


Teknik Sampling : Quasy Eksperimen
Halaman : 37 – 48 Variabel yang diukur/diteliti :
Prosedur Tindakan :

Metode Pengumpulan Data : one-group


pretest-postest design
Reliabilitas dan Validitas Instrumen
yang digunakan :
Uji Statistik yang digunakan :
Latar Belakang Hasil Penelitan/Studi
Angka kejadian cedera kepala semakin 1. Hasil penelitian ini diperoleh
tahun semakin bertambah, hal ini rata-rata usia responden termuda
seiring dengan makin meningkanya adalah 15 tahun dan tertua 65
angka kejadian kecelakaan. tahun, sedangkan untuk jenis
Berdasarkan tingkat kegawatannya kelamin responden dalam
angka kejadian cedera kepala ringan penelitian ini paling bayak
lebih banyak (80 %) dibandingkan adalah berjenis kelamin laki-
cedera kepala sedang (10 % ) dan laki. Usia yang sering muncul
cedera kepala berat (10 %) (Irwana, pada penelitian ini adalah 18-20
2009). tahun. Pada penelitian ini, rata-
Pasien dengan cedera kepala dapat rata responden yang dirawat
secara primer mengakibatkan kerusakan disebabkan oleh kecelakaan lalu
permanen pada jaringan otak atau lintas.
mengalami cedera sekunder seperti 2. Hasil tabel 2 diketahui bahwa p
adanya iskemik otak akibat hipoksia, value untuk tekanan darah
hiperkapnia, hiperglikemia atau adalah 0.020 (< 0.05) sehingga
ketidakseimbangan elektrolit (Arifin, ada pengaruh mobilisasi
2008). progresif level I terhadap
Ketidakstabilan hemodinamik dapat tekanan darah sistolik pada
menjadi hambatan dilakukannya pasien cerebral injury.
mobilisasi Perubahan hemodinamik Berdasarkan hasil tersebut
yang tidak stabil menjadikan alasan menunjukan bahwa ada
perawat di ICU untuk menghentikan peningkatan tekanan darah
kegiatan mobilisasi. sistolik setelah intervensi (mean
Berdasarkan penelitian yang di lakukan 129.0 menjadi mean 135.1) Hal
Evans (2008), didapatkan budaya dan ini berarti mobilisasi progresif
tradisi ICU di sebuah rumah sakit yang level I berpengaruh terhadap
diteliti bahwa mobilisasi di ICU jarang nilai monitoring hemodinamik
dilakukan dan menyebabkan pada pasien cerebral injury.
perpanjangan masa rawat pasien di 3. Hasil tabel 2 diketahui bahwa
ICU. Pada penelitian tersebut, p value untuk nadi adalah
didapatkan bahwa faktor perawat 0.960 (> 0.05) sehingga tidak
berperan penting dalam melakukan ada pengaruh hate rate/nadi
mobilisasi pasien di ICU dalam terhadap mobiliasi progresif
usahanya untuk merubah budaya dan level I pada pasien cerebral
tradisi yang berlaku tersebut dibuat Injury.
intervensi dengan cara memberikan Berdasarkan hasil tersebut
pendidikan pada staf ICU dan membuat menunjukan bahwa tidak ada
suatu algoritma mobilisasi yang biasa peningkatan nadi setelah
diterapkan di ICU dengan intervensi (mean 102 menjadi
memperhatikan factor kestabilan mean 102) Hal ini berarti
hemodinamik, indikator paru-paru, dan mobilisasi progresif level I tidak
persyarafan, sehingga terjadi berpengaruh terhadap nilai
peningkatan mobilisasi di ICU dari 0% monitoring hemodinamik pada
menjadi 80% yang diikuti dengan pasien cerebral injury.
penurunan hari sedasi sebesar 43%. 4. Hasil tabel 3 diketahui bahwa p
Mobilisasi progresif level 1 dimulai value untuk saturasi oksigen
dengan mengkaji pasien dari riwayat (SpO2) adalah 0.008 (> 0.05)
penyakit yang dimiliki apakah terdapat sehingga tidak ada pengaruh
gangguan krdiovaskuler dan saturasi osigen terhadap
respirasi,suhu < 38 C ,RR 10- mobiliasi progresif level I pada
30x/menit,HR > 60<120x/menit. MAP pasien cerebral Injury.
>70 <100, tekanan sistolik berkisar Berdasarkan hasil tersebut
>90<180mmHg, Saturasi oksigen menunjukan bahwa ada
berkisar >90%, tingkat kesadaran , penurunan nilai SpO2 setelah
pasien mulai sadar (RASS 5 sampai 3). intervensi (mean 97 menjadi
Pada level 1 dimulai dengan mean 93) Hal ini berarti
meninggikan posisi pasien>30 derajat mobilisasi progresif level I tidak
kemudian diberikan pasif ROM selama berpengaruh karena p value >
dua kali sehari. Mobilisasi progresif di 0.05 terhadap nilai monitoring
lanjutkan dengan continous laterally hemodinamik pada pasien
rotation therapy (CLRT) latihan cerebral injury.
dilakukan setiap 2 jam. Bentuk latihan
berupa memberikan posisi miring
kanan dan miring kiri sesuai dengan
kemampuan pasien ( Vollman, K.M.
2010).
Tujuan Penelitian/Studi Implikasi Hasil Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk Implikasi metodologi (membandingkan
mengetahui hasil dari nilai antara hasil penelitian dengan
hemodinamik setelah dilakukan penelitian yang lalu dengan melihat
mobilisasi progresif level I di ruang metode penelitiannya).
ICU pada pasien cerebral injury Penelitian ini sejalan dengan penelitian
sehingga dapat diterapkan di ruang ICU yang dilakukan oleh Ainnur (2011)
sebagai SOP mobilisasi. menyatakan bahwa saturasi oksigen
tidak berpengaruh terhadap pelaksanaan
mobilisasi progresif level I pada pasien
kritis.
Penelitian ini mendukung penelitian
sebelumnya yang menyebutkan setelah
dilakukan mobilisasi pada pasien kritis
didapatkan hasil yang tidak signifikan
pada saturasi oksigen. Hal ini
disebabkan ketidakstabilan
hemodinamik yang dapat menjadi
hambatan dilakukannya mobilisasi.
Penelitian lain mengemukakan adanya
efek terhadap penurunan MAP setelah
perubahan posisi (p = 0,01) pada pasien
dewasa yang menggunakan ventilasi
mekanik. Sesuai teori MAP harus
dipertahankan diatas 60 mm Hg untuk
menjamin perfusi ke otak, perfusi arteri
coronaria dan perfusi ke ginjal tetap
terjaga pada saat pemberian posisi.(
Smeltzer, S. Dkk,2008)
Pernyataan Penelitian Kekuatan Penelitian/Studi

Desain Penelitian/Studi Keterbatasan Penelitian/Studi

KESIMPULAN
Pemberian intervensi mobiliasi progresif level I berpengaruh terhadap nilai
monitoring hemodinamik pada pasien cerebral injury di ruang ICU RSUD Ulin
Banjarmasin
FORM RINGKASAN
TELAAH ARTIKEL JURNAL DALAM JURNAL READING

Tanggal : 05 September 2016 Metodologi Penelitian


Nama Mahasiswa : Anisa Dwi Arnanda Lokasi Penelitian : di Instalasi Rawat
Informasi Citasi Darurat RSUD Dr. Moewardi di
Pengarang : Budi Widiyanto dan L. S. Surakarta.
Yamin
Karakteristik Responden : berdasarkan
Tahun : 2014 jenis kelamin yaitu laki-laki dan
perempuan
Judul Artikel : Terapi Oksigen Jumlah Responden : 38 responden
Terhadap Perubahan Saturasi Oksigen Teknik Sampling : Quasy Eksperimen
Melalui Pemeriksaan Oksimetri Pada Variabel yang diukur/diteliti :
Pasien Infark Miokard Akut (Ima) Prosedur Tindakan :

Penerbit/Nama Jurnal : Prosiding Metode Pengumpulan Data : one-group


Konferensi Nasional II PPNI Jawa pretest-postest design
Tengah 2014 Reliabilitas dan Validitas Instrumen
yang digunakan :
Volume : Uji Statistik yang digunakan :

Issue/No :

Halaman : 138 – 143


Latar Belakang Hasil Penelitan/Studi
Angka kejadian cedera kepala semakin 5. Hasil penelitian ini diperoleh
tahun semakin bertambah, hal ini rata-rata usia responden termuda
seiring dengan makin meningkanya adalah 15 tahun dan tertua 65
angka kejadian kecelakaan. tahun, sedangkan untuk jenis
Berdasarkan tingkat kegawatannya kelamin responden dalam
angka kejadian cedera kepala ringan penelitian ini paling bayak
lebih banyak (80 %) dibandingkan adalah berjenis kelamin laki-
cedera kepala sedang (10 % ) dan laki. Usia yang sering muncul
cedera kepala berat (10 %) (Irwana, pada penelitian ini adalah 18-20
2009). tahun. Pada penelitian ini, rata-
Pasien dengan cedera kepala dapat rata responden yang dirawat
secara primer mengakibatkan kerusakan disebabkan oleh kecelakaan lalu
permanen pada jaringan otak atau lintas.
mengalami cedera sekunder seperti 6. Hasil tabel 2 diketahui bahwa p
adanya iskemik otak akibat hipoksia, value untuk tekanan darah
hiperkapnia, hiperglikemia atau adalah 0.020 (< 0.05) sehingga
ketidakseimbangan elektrolit (Arifin, ada pengaruh mobilisasi
2008). progresif level I terhadap
Ketidakstabilan hemodinamik dapat tekanan darah sistolik pada
menjadi hambatan dilakukannya pasien cerebral injury.
mobilisasi Perubahan hemodinamik Berdasarkan hasil tersebut
yang tidak stabil menjadikan alasan menunjukan bahwa ada
perawat di ICU untuk menghentikan peningkatan tekanan darah
kegiatan mobilisasi. sistolik setelah intervensi (mean
Berdasarkan penelitian yang di lakukan 129.0 menjadi mean 135.1) Hal
Evans (2008), didapatkan budaya dan ini berarti mobilisasi progresif
tradisi ICU di sebuah rumah sakit yang level I berpengaruh terhadap
diteliti bahwa mobilisasi di ICU jarang nilai monitoring hemodinamik
dilakukan dan menyebabkan pada pasien cerebral injury.
perpanjangan masa rawat pasien di 7. Hasil tabel 2 diketahui bahwa
ICU. Pada penelitian tersebut, p value untuk nadi adalah
didapatkan bahwa faktor perawat 0.960 (> 0.05) sehingga tidak
berperan penting dalam melakukan ada pengaruh hate rate/nadi
mobilisasi pasien di ICU dalam terhadap mobiliasi progresif
usahanya untuk merubah budaya dan level I pada pasien cerebral
tradisi yang berlaku tersebut dibuat Injury.
intervensi dengan cara memberikan Berdasarkan hasil tersebut
pendidikan pada staf ICU dan membuat menunjukan bahwa tidak ada
suatu algoritma mobilisasi yang biasa peningkatan nadi setelah
diterapkan di ICU dengan intervensi (mean 102 menjadi
memperhatikan factor kestabilan mean 102) Hal ini berarti
hemodinamik, indikator paru-paru, dan mobilisasi progresif level I tidak
persyarafan, sehingga terjadi berpengaruh terhadap nilai
peningkatan mobilisasi di ICU dari 0% monitoring hemodinamik pada
menjadi 80% yang diikuti dengan pasien cerebral injury.
penurunan hari sedasi sebesar 43%. 8. Hasil tabel 3 diketahui bahwa p
Mobilisasi progresif level 1 dimulai value untuk saturasi oksigen
dengan mengkaji pasien dari riwayat (SpO2) adalah 0.008 (> 0.05)
penyakit yang dimiliki apakah terdapat sehingga tidak ada pengaruh
gangguan krdiovaskuler dan saturasi osigen terhadap
respirasi,suhu < 38 C ,RR 10- mobiliasi progresif level I pada
30x/menit,HR > 60<120x/menit. MAP pasien cerebral Injury.
>70 <100, tekanan sistolik berkisar Berdasarkan hasil tersebut
>90<180mmHg, Saturasi oksigen menunjukan bahwa ada
berkisar >90%, tingkat kesadaran , penurunan nilai SpO2 setelah
pasien mulai sadar (RASS 5 sampai 3). intervensi (mean 97 menjadi
Pada level 1 dimulai dengan mean 93) Hal ini berarti
meninggikan posisi pasien>30 derajat mobilisasi progresif level I tidak
kemudian diberikan pasif ROM selama berpengaruh karena p value >
dua kali sehari. Mobilisasi progresif di 0.05 terhadap nilai monitoring
lanjutkan dengan continous laterally hemodinamik pada pasien
rotation therapy (CLRT) latihan cerebral injury.
dilakukan setiap 2 jam. Bentuk latihan
berupa memberikan posisi miring
kanan dan miring kiri sesuai dengan
kemampuan pasien ( Vollman, K.M.
2010).
Tujuan Penelitian/Studi Implikasi Hasil Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk Implikasi metodologi (membandingkan
mengetahui pengaruh pemberian dosis antara hasil penelitian dengan
terapi oksigen terhadap perubahan nilai penelitian yang lalu dengan melihat
saturasi oksigen melalui pemeriksaan metode penelitiannya).
oximerty pada pasien dengan Infark Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Miokard Akut di RSUD Dr. Moewardi yang dilakukan oleh Ainnur (2011)
Surakarta. menyatakan bahwa saturasi oksigen
tidak berpengaruh terhadap pelaksanaan
mobilisasi progresif level I pada pasien
kritis.
Penelitian ini mendukung penelitian
sebelumnya yang menyebutkan setelah
dilakukan mobilisasi pada pasien kritis
didapatkan hasil yang tidak signifikan
pada saturasi oksigen. Hal ini
disebabkan ketidakstabilan
hemodinamik yang dapat menjadi
hambatan dilakukannya mobilisasi.
Penelitian lain mengemukakan adanya
efek terhadap penurunan MAP setelah
perubahan posisi (p = 0,01) pada pasien
dewasa yang menggunakan ventilasi
mekanik. Sesuai teori MAP harus
dipertahankan diatas 60 mm Hg untuk
menjamin perfusi ke otak, perfusi arteri
coronaria dan perfusi ke ginjal tetap
terjaga pada saat pemberian posisi.(
Smeltzer, S. Dkk,2008)
Pernyataan Penelitian Kekuatan Penelitian/Studi

Desain Penelitian/Studi Keterbatasan Penelitian/Studi

KESIMPULAN
Pemberian intervensi mobiliasi progresif level I berpengaruh terhadap nilai
monitoring hemodinamik pada pasien cerebral injury di ruang ICU RSUD Ulin
Banjarmasin

Anda mungkin juga menyukai