USULAN
Oleh
Muhammad Mahdi
NIM A1C415018
B. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pendidikan pada hakikatnya merupakan salah satu kebutuhan manusia.
Karena melalui pendidikanlah manusia dapat bermanfaat bagi lingkungannya.
Namun, apakah makna pendidikan yang sebenarnya?, apakah pendidikan
berarti bersekolah di lembaga pendidikan?, atau apakah pendidikan berarti
belajar di dalam kelas sebagai siswa dan guru? Atau mungkin pendidikan berarti
proses belajar-mengajar sebagai sebuah bentuk transfer ilmu pengetahuan?
Peneliti berpendapat bahwa jawaban dari semua pertanyaan di atas hanya
menggambarkan sebagian kecil dari makna pendidikan yang sebenarnya. Lalu,
apakah pendidikan itu? Pendidikan pada dasarnya adalah proses memanusiakan
manusia. Proses ini dapat dilakukan melalui berbagai cara salah satunya adalah
melalui belajar di sekolah. Hal ini selaras dengan yang dinyatakan oleh
pemerintah pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 yang menyatakan
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pernyataan ini menekankan pada
pentingnya aktivitas dan pemahaman konsep siswa.
Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang
ada di sekitar individu siswa. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang
diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui pengalaman. Belajar juga
merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu (Sudjana dalam
Rusman, 2002). Artinya belajar merupakan proses yang dilakukan secara aktif
oleh siswa atau dapat dikatakan siswa terlibat melalui aktivitas langsung untuk
menggali dan menemukan pengetahuan sebagai upaya meningkatkan
pemahaman konsep dalam dirinya.
Peneliti menyadari bahwa masalah ini harus segera diselesaikan. Salah satu
solusi yang dirasa peneliti dapat menyelesaikan permasalahan ini adalah dengan
mengembangkan perangkat pembelajaran model penemuan terbimbing. Model
penemuan terbimbing dipilih karena dianggap efektif meningkatkan
pemahaman konsep siswa di mana mereka terlibat melalui aktivitas langsung
dalam pembelajaran. Model pembelajaran ini membiarkan siswa mengalami
dan menemukan sendiri pengetahuan. Model ini juga berusaha meningkatkan
aktivitas siswa dalam proses belajar-mengajar (Roestiyah, 2012).
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diajukan rumusan masalah
secara umum yang akan diteliti dalam penelitian pengembangan ini yaitu
“Bagaimana efektivitas pembelajaran model penemuan terbimbing untuk
meningkatkan aktivitas belajar dan pemahaman konsep siswa SMA?”
Dari rumusan masalah di atas, pertanyaan penelitian yang akan dibahas
antara lain:
1. Bagaimana validitas perangkat pembelajaran model penemuan
terbimbing untuk meningkatkan aktivitas belajar dan pemahaman
konsep siswa SMA?
2. Bagaimana kepraktisan perangkat pembelajaran model penemuan
terbimbing untuk meningkatkan aktivitas belajar dan pemahaman
konsep siswa SMA?
3. Bagaimana keterlaksanaan skenario pembelajaran dengan
menggunakan model penemuan terbimbing?
4. Bagaimana aktivitas belajar siswa selama mengikuti pembelajaran
model penemuan terbimbing?
5. Bagaimana hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan
model penemuan terbimbing?
6. Bagaimana respon siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan model
penemuan terbimbing?
3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan
secara umum penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pembelajaran
model penemuan terbimbing untuk meningkatkan aktivitas belajar dan
pemahaman konsep siswa SMA.
b. Manfaat praktis
i. Bagi siswa, akan memperoleh pelajaran fisika yang lebih menarik,
menyenangkan dan memungkinkan bagi dirinya untuk
memperoleh nilai-nilai fisika yang sangat berguna bagi
kehidupannya melalui pembelajaran yang bermakna.
ii. Bagi guru, sebagai motivasi untuk meningkatkan keterampilan
memilih strategi, metode, atau pendekatan pembelajaran bervariasi
yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran sehingga
memberikan layanan terbaik bagi siswa dan menjadikan guru
semakin mantap dalam mempersiapkan diri dalam proses
pembelajaran.
iii. Bagi sekolah, merupakan informasi dan masukan dalam mencari
alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses
belajar mengajar dan meningkat.
iv. Bagi peneliti lain, harapannya dapat dijadikan sebagai penambah
wawasan atau bahkan sebagai salah satu sumber rujukan
6. Batasan Istilah
a. Keterlaksanaan RPP adalah ketercapaian guru dalam melakukan
kegiatan belajar mengajar siswa.
b. Aktivitas siswa adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk
menghasilkan perubahan pengetahuan-pengetahuan, nilai-nilai sikap,
dan keterampilan pada siswa sebagai latihan yang dilaksanakan secara
sengaja.
c. Hasil belajar adalah tingkat pencapaian atau ketuntasan belajar siswa
terhadap materi yang telah diajarkan, mencakup kemampuan produk
dan proses.
d. Respon siswa adalah pernyataan sikap siswa atas suatu kondisi tertentu.
e. Penemuan terbimbing adalah suatu model pembelajaran di mana siswa
diharapkan memperoleh hasil belajar bukan dari hasil menginngat, tapi
dari menemukan sendiri.
f. Keefektifan pembelajaran adalah daya guna yang diperoleh setelah
pelaksanaan proses belajar mengajar.
C. KAJIAN PUSTAKA
1. Karakteristik Materi Ajar
Berdasarkan silabus Kurikulum 2013 Revisi 2016 SMA Negeri 1
Martapura, pokok bahasan suhu dan kalor termasuk pokok bahasan yang wajib
diajarkan pada siswa. Pada materi ajar suhu dan kalor banyak dijelaskan
mengenai suatu definisi, pengertian, dan proses-proses penting yang dapat
ditemui dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun kompetensi dasar
dan indikator yang ingin dicapai pada pokok bahasan ini adalah:
Kompetensi dasar: 3.6 Menganalisis pengaruh kalor dan perpindahan kalor
pada berbagai kasus nyata.
3.6.1. Indikator: Mendefinisikan pengertian pemuaian zat.
3.6.2. Menganalisis penyebab dan proses terjadinya pemuaian zat.
3.6.3. Menentukan jenis pemuaian yang dialami zat padat dan
memformulasikannya.
3.6.4. Mengidentifikasi penerapan prinsip pemuaian zat dalam kehidupan
sehari-hari.
3.6.5. Menyelesaikan persoalan fisika tentang pemuaian zat.
Pokok bahasan kalor dibagi dalam beberapa sub pokok bahasan, yaitu
pengertian suhu dan kalor, pengaruh kalor terhadap suhu suatu zat, pengaruh
kalor terhadap perubahan wujud benda/zat, dan perpindahan kalor.
2. Karakteristik Peserta Didik
Menurut Djamarah dan Zaini (2006: 78) anak didik adalah manusia
berpotensi yang menghajatkan pendidikan disekolah, gurulah yang wajib untuk
mendidiknya. Diruang kelas guru berhadapan dengan sejumlah anak didik
dengan latar belakang kehidupan yang berlainan.
Teori pembelajaran kognitif yang terkenal adalah teori Jean Piaget.
Menutnya, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru
dilahirkan sampai menginjak dewasa akan mengalami empat tingkah
perkembangan kognitif. Empat tingkat perkembangan tersebut adalah sebagai
berikut Nur dalam Trianto (2008: 42-43):
(1) Sensorimotor (usia 0-2 tahun)
Pada tahap ini kemampuan-kemapuan utama ditandai dengan terbentuknya
konsep “kepermanenan obyek” dan kemajuan gradual dari perilaku ferfektif ke
prilaku yang mengarah kepada tujuan.
(2) Pra-operasional (usia 2-7 tahun)
Kemampuan utama yaitu perkembangan kemampuan menggunakan simbol-
simbol untuk menyatakan obyek-obyek dunia. Pemikiran masih egosentris dan
sentrasi
(3) Operasi konkrit (usia 7-11 tahun)
Perbaikan dalam kemampuan untuk berpikir secara logis. Kemampuan baru
termasuk penggunaan operasi-operasi yang dapat balik pemikiran tidak lagi
sentrasi tetapi desentrasi dan pemecahan masalah tidak begitu dibatasi dengan
keegosentrisan.
(4) Operasi formal (usia 11-dewasa)
Pemikiran abstrak murni simbolis mungkin dilakukan. Masalah dapat
dipecahkan melalui eksperimentasi sistematis.
Siswa pada menegah adalah siswa pada usia remaja yang merupakan masa
peralihan dari masa anak-anaka menuju masa dewasa. Pada usia remaja secara
fisik tubuhnya kelihatan dewasa, akan tetapi bila diperlakukan seperti orang
dewasa ia gagal menunjukannya. Pada remaja sering terlihat adanya:
(1) Kegelisahan, keadaan yang tidak tenang menguasai diri si remaja ini
karena mereka mempunyai banyak macam keinginan yang tidak selalu
dapat dipenuh.
(2) Pertentangan, pada umunya perselisihan dan pertentangan ini terjadi
dengan orang tua, sehingga timbul keinginan remaja untuk melepaskan
diri dari orang ua. Akan tetapi keinginan untuk melepaskan diri ini
ditentang oleh keinginan memperoleh rasa aman dirumah. Perbuatan ini
membuat diri remaja menjadi kebingungan.
(3) Berkeinginan besar untuk mencoba segalah hal yang belum diketahuinya.
(4) Keinginan menjelajah ke alam sekitar yang lebih luas, misalnya
melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan pramuka, kelopok atau himpunan
pencinta alam.
(5) Menghayal dan berfantasi, tidak selalu bersifat negatif, tetapi juga bersifat
positif. Hayalan dan fantasi remaja banyak berkisar mengenai prestasi dan
tangga karir, melalui hayalan dan fantasi remaja ini banyak hal dan ide
baru yang dapat diciptakan oleh para remaja.
(6) Aktivitas kelompok, kebanyakan remaja-remaja menemukan jalan keluar
dari kesulitan-kesulitannya dengan berkumpul melakukan kegiatan
bersama dan mengadakan penjelajahan secara berkelempok. Keinginan
berkelompok ini tumbuh sedemikian besarnya sehingga dapat dikatakan
sebagai ciri masa remaja.
Berdasarkan pemaparan diatas, maka siswa kelas X termasuk dalam fase
operasi formal dimana fase tersebut siswa sudah mampu memecahkan melalui
eksperimen penggunaan eksperimentasi sistematis. Selain itu, dalam usia
tersebut siswa memerlukan aktivitas-aktivitas yang dilakukan secara
berkelompok.
7. Efektifitas Pembelajaran
Menurut Sardiman (2006: 87), keefektifan pembelajaran adalah hasil guna
yang diperoleh setelah pelaksanaan proses belajar mengajar, efisiensi dan
keefektifan mengajar dalam proses interaksi belajar yang baik adalah segala
daya upaya guru untuk membantu para siswa agar bisa belajar dengan baik.
Untuk mengetahui keefektifan mengajar dengan memberikan tes, sebab hasil
tes dapat dipakai untuk mengevaluasi berbagai aspek proses pengajaran.
2. Rancangan Penelitian
Racangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah diadaptasi
simbolnya dari Suryabrata (2006:101), sebagi berikut:
U1 X U2
(1) Memberi uji awal U1, yaitu untuk merekam hasil belajar siswa sebelum
pembelajaran diterapkan.
(2) Memberikan perlakuan X terhadap siswa, yaitu menerapkan model
pemebelajaran penemuan terbimbing.
(3) Memberikan uji akhir U2, yaitu uji untuk merekam hasil belajar siswa
setelah pemebelajaran diterapkan.
3. Perangkat Penelitian
Secara umum tiap-tiap langkah pengembangan berhubungan secara
langsung dengan aktivitas, pengembangan perangkat dapat dimulai dari titik
mana pun dalam siklus. Namun, menurut Ibrahim (Trianto, 2008) karena
kurikulum yang berlaku secara nasional di Indonesia berorientasi pada tujuan
maka seyogyanya proses pengembangan itu dimulai dari tujuan.
Perangkat pengembangan pada penelitian ini mengadaptasi model
pembelajaran dari model pembelajaran Dick dan Carey, yang dikembangkan
oleh Walter Dick dan Lou Carey (1990). Model pengembangan perangkat
pembeljaran ini mirip dengan model pengembangan perangkat Kemp. Menurut
pendekatan ini ada beberapa komponen yang akan dilewati didalam proses
penegmbangan dan perangcangan tersebut yang berupa urutan langkah-
langkah. Urutan langkah-langkah ini tidak kaku, tetapi sebagai mana ditunjukan
oleh Dick dan Carey, bahwa telah banyak penegmbangan perangkat yang
mengikuti aturan-aturan secara acak dan berhasil mengembangkan perangkat
yang efektif. Adapun urutan langkah perangkat pengebangan yang diadaptasi
dari model pembelajaran Dick dan Carey dalam penelitian ini secara lengkap
ditunjukan pada gambar 2 (adaptasi Trianto, 2008:98)
Identifikasi Tujuan
Merumuskan Tujuan
Penyusunan Revisi
Perangkat
Tes Acuan Pembelajaran
Melaksanakan
Draft-2
Validasi
Draft-3 Melaksanakan
Simulasi
Melaksanakan
Uji Coba
Laporan
5. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah peneliti sekaligus guru dan siswa kelas X IPA
2 SMA Negeri 1 Martapura yang berjumlah 30 orang.
𝑓
Persentase keterlaksanaan 𝑃 = 𝑁 × 100% (3.1)
Dimana;
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑆𝑘𝑜𝑟
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑑𝑢𝑟 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑎𝑛 = × 100% (8.2)
𝑆𝑘𝑜𝑟𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
𝐴−𝐵
𝑅𝑒𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 = (1 − 𝐴+𝐵) × 100% (8.3)
Dimana:
a. Sentivitas
Untuk mencapai kepekaan pembelajaran perlu dicari sentivitas butir soal,
yaitu sejauh mana butir soal yang digunakan dapat mengukur efek pembelajaran.
𝑈2 −𝑈1
𝑆= (8.4)
𝑁
Diaman:
S = Sentivitas
Butir soal dikatakan sensitif jika (0,00 <S<1,00). Nilai positif dari S yang
semakin besar menunjukan bahwa kepekaan butir soal terhadap efek-efek
pembelajaran semakin besar. Kriteria yang digunakan untuk menyatakan bahwa
butir soal peka terhadap pembelajaran jika 𝑆 ≥ 0,30. (Trianto,2008 : 172).
𝑃𝐻 +𝑃𝐿
𝑝= (8.5)
2
Dimana:
P = indeks kesukaran
𝐷 = 𝑃𝐴 − 𝑃𝐵 (8.6)
Dimana;
d. Ketuntasan individu
Kentutasan belajar siswa secara individual dihitung dengan menggunakan
rumus (Trianto, 2008:171):
𝑇
𝑃1 = 𝑇 (8.7)
1
Diamana:
e. Ketuntasan klasikal
ketuntasan belajar siswa secara klasikal dihitung dengan menggunakan
rumus (Trianto,2008:171) sebagai berikut:
𝑁
(P)k = 𝑁 × 100% (8.8)
1
Dimana:
f. Ketuntasan tiap TP
Ketuntasan TP atau butir soal yang dihitung dengan menggunakan rumus
(Suriasa dalam Nuryanto, 2008:31) sebagai berikut:
𝐽
(𝑃) 𝑇𝑃𝐾 = ( ) × 100% (8.9)
𝐽𝑖
Dimana:
Tabel 3.6 penggolongan pernyataan dalam angket minat dan motivasi berdasrkan
aspek dan kriteria
(1) Untuk pernyataan dengan kretaria positif, sesuai dengan skala likert :
Sangat tidak setuju = 1; Tidak setuju = 2; Ragu-ragu = 3; Setuju = 4; dan Sangat
setuju = 5 (Arikunto, 2003:180).
(2) Untuk pernyataan dengan kriteria negatif, sesuai dengan skala Likert: Sangat
setuju = 1; Setuju = 2; Ragu-ragu = 3; Tidak setuju = 4; dan Sangat tidak setuju
= 5 (Arikunto, 2003 : 180).
(3) Menghitung skor rata-rata gabungan dari kriteria positif dan negatif tiap aspek,
kemudian menentukan kriteriannya dengan ketentuan skor rata-rata :
Tabel 8.7 Kriteria respon siswa
Dimana:
𝐴−𝐵
Percentage of agreement = [1 − 𝐴+𝐵] × 100% (8.12)
Dimana :
Rumus alpha untuk reabilitas tes hasil belajarnya sesuai dengan penelitian
ini yaitu penelitian pengembangan, sehingga keberhasilan belajar siswa ditentukan
oleh tes hasil belajar. Instrumen yang digunakan berbentuk tes uraian, digunakan
rumus alpha (Ratumanan dan Laurens, 2003 : 39) sebagai berikut:
𝑛 ∑ 𝑠12
𝛼 = 𝑟11 = (𝑛−1) (1 − ) (8.13)
𝑠12
Dimana:
𝑛 = banyaknya siswa
Dimana:
2
(𝛴𝑋𝑖 ) (𝛴𝑋𝑡 )2
𝛴𝑋𝑖2 − 𝛴𝑋𝑡2 −
𝑠𝑖2 = 𝑛
dan 𝑠𝑡2 = 𝑛
(8.14)
𝑛 𝑛
DAFTAR PUSTAKA
Kamajaya dan Teddy Wibowo. 2007. Inspirasi Sains Pelajaran IPA Terpadu untuk
SMP kelas VIII. Ganeca Exact: Jakarta.
Ratumanan, G. T & Laurens, T. 2003. Evaluasi Hasil Belajar yang Relevan dengan
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Surabaya: UNESA University Press.
Sardiman. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Perkasa.
Sugiyarto, dkk. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam SMP Kelas VII. Solo: Depdiknas
Jakarta