Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Selada (Lactuca sativa L) merupakan tanaman yang dapat tumbuh di


daerah dingin maupun tropis. Pemasaran selada meningkat seiring dengan
pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk. Salah satu upaya untuk
meningkatkan produksi selada secara kontinyuadalah denganmenggunakan
teknologi hidroponik (Cahyono, 2014).
Hidroponik adalah cara bercocok tanam tanpa menggunakan media tanah
melainkan menggunakan air atau bahan porous. Salah satu sistem hidroponik
yang ada yaitu Teknologi Hidroponik Sistem Terapung (THST). Sistem ini
mampu menyediakan oksigen terlarut dengan baik bagi tanaman (Krisnawati,
2014). Dalam budidaya hidroponik nutrisi diberikan dalam bentuk larutan yang
harus mengandung unsur makro dan mikro (Susila, 2006).
Unsur makro yaituNitrogen (N), fosfor (P), kalium(K), kalsium (Ca),
magnesium (Mg), dan sulfur (S). Unsurmikro yaitu mangan (Mn), cuprum (Cu),
molibdin (Mo), zincum(Zn) dan besi (Fe) (Tim KaryaTaniMandiri, 2010). Banyak
merk nutrisi yang diperdagangkan dipasaran, namun kualitasnya berbeda-beda.
Perbedaan kualitas nutrisi ini dipengaruhibanyak faktor. Perbedaan jenis, sifat,
dan kelengkapan kimia bahan baku pupuk yang digunakan tentu akan sangat
berpengaruh terhadap kualitas pupuk yang dihasilkan (Sutiyoso, 2006).
Sistem hidroponik dapat memberikan suatu lingkungan pertumbuhan yang
lebih terkontrol. Dengan pengembangan teknologi, kombinasi sistem hidroponik
dengan membran mampu mendayagunakan air, nutrisi, pestisida secara nyata
lebih efisien (minimalis system) dibandingkan dengan kultur tanah (terutama
untuk tanaman berumur pendek). Penggunaan sistem hidroponik tidak mengenal
musim dan tidak memerlukan lahan yang luas dibandingkan dengan kultur tanah
untuk menghasilkan satuan produktivitas yang sama (Lonardy, 2006).
Aspek penting yang perlu juga diperhatikan dalam menentukan
keberhasilan budidaya hidroponik adalah pengelolaan tanaman yang meliputi
2

persiapan bahan media, larutan nutrisi, pemeliharaan, aplikasi larutan nutrisi,


panen dan pasca panen (Rosliana R. dan Sumarni N, 2005).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasikan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian dari hidroponik ?
2. Apa keunggulan dan kelemahan dari media hidroponik ?
3. Bagaimana teknik bercocok tanam secara hidroponik?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian hidroponik.
2. Mengetahui keunggulan dan kelemahan media hidroponik.
3. Mengetahui teknik bercocok tanam secara hidroponik.
BAB II

ISI

2.1 Pengertian Hidroponik


Percobaan tentang ilmu nutrisi sudah dimulai sejak abad ke 16 dengan
mengembangkan pertanian hidroponik dan sejak saat itu pertanian high-
technology ini semakin populer dan dikenal di seluruh dunia. Hidroponik berasal
dari bahasa Latin hydros yang berarti air dan phonos yang berarti kerja.
Hidroponik arti harfiahnya adalah kerja air. Bertanam secara hidroponik
kemudian dikenal dengan bertanam tanpa medium tanah (soilless cultivation,
soilless culture). Pada awalnya bertanam secara hidroponik menggunakan wadah
yang hanya berisi air yang telah dicampur dengan pupuk, baik pupuk makro atau
pupuk mikro.
Pada perkembangannya, bertanam hidroponik meliputi berbagai cara yaitu
bertanam tanpa medium tanah, tidak hanya menggunakan wadah yang hanya diisi
air berpupuk saja. Medium pasir, perlite, zeolit, rockwool, sabut kelapa, adalah
beberapa bahan yang digunakan oleh para praktisi di dunia dalam bertanam secara
hidroponik. Merupakan aplikasi teknologi untuk menaikkan produktivitas
tanaman pangan dalam rangka mencukupi kebutuhan seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk. Hidroponik dapat diterapkan pada sayuran,
bunga, buah dsb.
Keunggulan dan kelemahan hidroponik
 Keunggulan
- Tanaman mudah diperbaharui tanpa tergantung kondisi lahan dan musim
- Pertumbuhan dan kualitas panen dapat diatur
- Hemat tenaga kerja - Produk bersih dan lebih higienis
- Hemat air dan pupuk (aman untuk kelestarian lingkungan)
- Masa tanam lebih singkat
- Biaya operasional murah
 Kelemahan
- Biaya investasi awal lebih mahal
- Sangat dipengaruhi oleh konsentrasi dan komposisi pupuk, pH, dan suhu
4

Sistem Hidroponik
1. Prinsip dasar hidroponik adalah memberikan bahan makanan dalam
larutan mineral atau nutrisi yang diperlukan tanaman dengan cara siram
atau diteteskan.
2. Melalui teknik ini dapat dipelihara lebih banyak tanaman dalam satuan
ruang yang lebih sempit. Bahkan, tanpa media tanah dapat dipelihara
sejumlah tanaman lebih produktif.
3. Sistem hidroponik bebas pestisida sehingga tidak ada serangan hama dan
penyakit.
4. Aeroponik adalah modifikasi hidroponik terbaru. Tanaman diletakkan di
atas styrofoam hingga akarnya menggantung.
Dalam upaya memproduksi tanaman atau makanan secara hidroponik,
diperlukan beberapa peralatan dasar agar tanaman dapat tumbuh dengan baik
seperti daerah perakaran harus memperoleh cukup udara, air dan unsur
hara/nutrisi, sehingga dapat menghasilkan tanaman dan makanan yang berkualitas
(Falah, 2004). Yang menurut Ir. Hj. Mimin Rukmini Pakih (2002), seperti
makhluk hidup yang lain, tanaman juga tidak dapat tumbuh dan berkembang bila
tidak ada pemasukan berupa zat gizi dalam bentuk makanan atau nutrisi.
Pemberian nutrisi yang lengkap dan teratur dapat menjamin pertumbuhan yang
sempurna. Nutrien yang dibutuhkan tanaman dapat dibagi menjadi dua golongan,
yaitu unsur makro dan unsur mikro. Unsur makro tersebut adalah hara yang
diperlukan dalam jumlah yang banyak seperti nitrogen, fosfor, kalium, kalsium,
magnesium, dan sulfur. Unsur mikro adalah hara yang diperlukan sedikit antara
lain mangan, cuprum, molibden, seng, dan ferrum. Unsur-unsur tersebut memiliki
kegunaan yang berbeda. Oleh karena itu, nutrien yang diberikan harus mampu
memenuhi semua unsur yang dibutuhkan tanaman..
Nitrogen berguna untuk merangsang pembentukan daun dan pertumbuhan
batang serta cabang. Fosfor berguna untuk merangsang pertumbuhan akar,
mempercepat pertumbuhan, dan pemasakan biji serta buah. Kalium membantu
5

dalam menyerap hasil fotosintesis dan menguatkan tanaman. Kalsium


mempercepat pertumbuhan akar, batang, dan mempermudah penyerapan kalium.
Serta magnesium ikut dalam pembentukan klorofil dan sulfur membantu kerja
fosfor (Mimin R, 2002).
Hidroponik mempunyai banyak kelebihan berbanding dengan bertani
secara konvensional. Beberapa kelebihan sistem hidroponik dibanding dengan
media tanah adalah kebersihan lebih mudah terjaga, tidak memerlukan
pengelolaan tanah, penggunaan pupuk dan air lebih efisien, tidak tergantung
musim, tingkat produktivitas dan kualitas cukup tinggi dan seragam, tanaman
dapat dikontrol dengan baik, dapat diusahakan di tempat yang tidak terlalu luas
ataupun dipergunakan sebagai bisnis dengan luasan yang cukup, dapat
mengurangi jumlah tenaga kerja, kenyamanan kerja dapat ditingkatkan secara
ergonomis, dan diferensiasi produk dapat dilakukan (Suejusoh, 2006).

2.2 Macam – macam Sistem Hidroponik


1. Wick Sistem
Wick system merupakan teknik yang paling sederhana dan populer digunakan
oleh para pemula. Sistem ini termasuk pasif dan nutrisi mengalir ke dalam media
pertumbuhan dari dalam wadah menggunakan sejenis sumbu. Wick sistem
hidroponik bekerja dengan baik untuk tanaman dan tumbuhan kecil. Sistem
hidroponik ini tidak bekerja dengan baik untuk tanaman yang membutuhkan
banyak air.
2. Ebb & Flow System
Sebuah media tumbuh ditempatkan di dalam sebuah wadah yang kemudian
diisi oleh larutan nutrisi. Kemudian nutrisi dikembalikan ke dalam penampungan,
dan begitu seterusnya. Sistem ini memerlukan pompa yang dikoneksikan ke
timer. Pastikan Anda menggunakan wadah yang cukup besar dan atur jarak antar
tanaman agar pertumbuhan tanaman tidak saling mengganggu.
3. NFT (Nutrient Film Technique) System
6

Sistem ini merupakan cara yang paling populer dalam istilah hidroponik.
Konsepnya sederhana dengan menempatkan tanaman dalam sebuah wadah atau
tabung dimana akarnya dibiarkan menggantung dalam larutan nutrisi. Sistem ini
dapat terus menerus mengalirkan nutrisi yang terlarut dalam air sehingga tidak
memerlukan timer untuk pompanya. NFT cocok diterapkan pada jenis tanaman
berdaun seperti selada. Nutrient film technique (NFT) merupakan salah satu tipe
spesial dalam hidroponik yang dikembangkan pertama kali oleh Dr. A.J Cooper
di Glasshouse Crops Research Institute, Littlehampton, Inggris pada akhir tahun
1960-an dan berkembang pada awal 1970-an secara komersial. Konsep dasar
NFT ini adalah suatu metode budidaya tanaman dengan akar tanaman tumbuh
pada lapisan nutrisi yang dangkal dan tersirkulasi sehingga tanaman dapat
memperoleh cukup air, nutrisi dan oksigen. Tanaman tumbuh dalam lapisan
polyethylene dengan akar tanaman terendam dalam air yang berisi larutan nutrisi
yang disirkulasikan secara terus menerus dengan pompa.
Daerah perakaran dalam larutan nutrisi dapat berkembang dan tumbuh dalam
larutan nutrisi yang dangkal sehingga bagian atas akar tanaman berada di
permukaan antara larutan nutrisi dan styrofoam, adanya bagian akar dalam udara
ini memungkinkan oksigen masih bisa terpenuhi dan mencukupi untuk
pertumbuhan secara normal. Beberapa keuntungan pemakaian NFT antara lain :
dapat memudahkan pengendalian daerah perakaran tanaman, kebutuhan air dapat
terpenuhi dengan baik dan mudah, keseragaman nutrisi dan tingkat konsentrasi
larutan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman dapat disesuaikan dengan umur dan
jenis tanaman, tanaman dapat diusahakan beberapa kali dengan periode tanam
yang pendek, sangat baik untuk pelaksanaan penelitian dan eksperimen dengan
variabel yang dapat terkontrol dan memungkinkan untuk meningkatkan
produktivitas tanaman dengan high planting density. Namun NFT mempunyai
beberapa kelemahan seperti investasi dan biaya perawatan yang mahal, sangat
tergantung terhadap energi listrik dan penyakit yang menjangkiti tanaman akan
dengan cepat menular ke tanaman lain.
7

Pada sistem NFT, kebutuhan dasar yang harus terpenuhi adalah : Bed (talang),
tangki penampung dan pompa. Bed NFT di beberapa negara maju sudah
diproduksi secara massal dan disediakan oleh beberapa perusahaan supplier
greenhouse dan pertanian, di Jepang terbuat dari styrofoam, namun di Indonesia
belum diproduksi sehingga banyak petani Indonesia memakai talang rumah
tangga (lebar 13-17 cm dan panjang 4 meter). Tangki penampung dapat
memanfaatkan tempat atau tandon air. Pompa berfungsi untuk mengalirkan
larutan nutrisi dari tangki penampung ke bed NFT dengan bantuan jaringan atau
selang distribusi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam NFT adalah :
kemiringan talang (1-5%) untuk pengaliran larutan nutrisi, kecepatan aliran masuk
tidak boleh terlalu cepat (dapat diatur oleh pembukaan kran berkisar 0.3-0.75
L/menit) dan lebar talang yang memadai untuk menghindari terbendungnya
larutan nutrisi (Falah, 2004).
Keuntungan dengan sistem media ini kita tidak perlu repot mengganti media
setiap kali menanam, begitu tanaman dipanen di pagi hari, talang atau pot sebagai
wadahnya dibersihkan dapat langsung disikat atau dicuci, usai dicuci NFT dapat
diisi dengan bibit baru (Siti, 2008).
4. Aeroponic System
Kecanggihan sistem ini memungkinkan Anda memperoleh hasil yang baik
dan tercepat dibandingkan sistem hidroponik lainnya. Hal ini disebabkan oleh
larutan nutrisi yang diberikan berbentuk kabut langsung masuk ke akar, sehingga
tanaman lebih mudah menyerap nutrisi yang banyak mengandung oksigen.
5. Drip System
Selain wick system, sistem tetes (drip system) merupakan cara yang populer
yang digunakan dalam berkebun hidroponik. Sistem ini menggunakan timer
mengontrol pompa, sehingga pada saat pompa dihidupkan, pompa akan
meneteskan nutrisi ke masing-masing tanaman.
6. Water Culture System
8

Dalam sistem hidroponik ini, akar tanaman yang tersuspensi dalam air yang
kaya nutrisi dan udara diberikan langsung ke akar. Tanaman dapat ditempatkan di
rakit dan mengapung di air nutrisi juga. Dengan sistem hidroponik ini, akar
tanaman terendam dalam air dan udara diberikan kepada akar tanaman melalui
pompa akuarium dan diffuser udara. Semakin gelembung yang lebih baik,
tanaman akar akan tumbuh dengan cepat untuk mengambil air nutrisi.

2.3 Tata Cara Penanaman Hidroponik


1. Pembibitan
Sangat disarankan untuk menggunakan bibit hibrida supaya mutu buah/sayur yang
dihasilkan cukup optimal
2. Penyemaian
Penyempean sistem hidroponik bisa menggunakan bak dari kayu atau plastik. Bak
tersebut berisi campuran pasir yang sudah diayak halus, sekam bakar, kompos dan
pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1:1. Semua bahan tersebut dicampur
rata dan dimasukkan ke dalam bak dengan ketinggian sekitar 7cm. Masukkan biji
tanaman dengan jarak 1x1,5 cm. Tutup tisue/karung/kain yang telah dibasahi
supaya kondisi tetap lembab. Lakukan penyiraman hanya pada saat media tanam
mulai kelihatan kering. Buka penutup setelah biji berubah menjadi kecambah.
Pindahkan ke tempat penanaman yang lebih besar bila pada bibit telah tumbuh
minimal 2 lembar daun.
3. Persiapan media tanam
Syarat media tanam untuk hidroponik adalah mampu menyerap dan
menghantarkan air, tidak mudah busuk, tidak mempengaruhi pH, steril, dll. Media
tanam yang bisa digunakan dapat berupa gambut, sabut kelapa, sekam bakar,
rockwool (serabut bebatuan). Kemudian isi kantung plastik, polibag, pot plastik,
karung plastik, atau bantalan plastik dengan media tanam yang sudah disiapkan.
4. Pembuatan green house
9

Bercocok tanam secara hidroponik mutlak membutuhkan green house. Green


house bisa dibuat dari rangka besi, rangka bambu, atau rangka kayu.
Green house ini bisa digunakan untuk menyimpan tanaman kita pada saat tahap
persemaian ataupun pada saat sudah dipindah ke media tanam yang lebih besar.
5. Pupuk
Karena media tanam pada sistem hidroponik hanya berfungsi sebagai pegangan
akar dan perantara larutan nutrisi, untuk mencukupi kebutuhan unsur hara makro
dan mikro perlu pemupukan dalam bentuk larutan yang disiramkan ke media
tanam. Kebutuhan pupuk pada sistem hidroponik sama dengan kebutuhan pupuk
pada penanaman sistem konvensional.
6. Perawatan tanaman
Perawatan pada sistem hidropinik pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan
perawatan pada penanaman sistem konvensional seperti pemangkasan,
pembersihan gulma, penyemprotan pupuk daun, dll.

2.4 Cara Budidaya Selada Melalui Teknik Hidroponik Wick Sistem


Alat dan Bahan :
1. Gergaji Besi
2. Sprayer/Penyemprot air
3. Pinset
4. Rockwool
5. Benih Selada Hijau
6. Sistem Hidroponik (Wick Sederhana)
10

Prosedur Kerja :

1. Rendam benih menggunakan air biasa selama 12-24 Jam.

2. Siapkan media tanam, potong rockwool setebal 2,5 cm. Iris memanjang
sedalam kurang lebih 1 cm menjadi 3 bagian dan iris melintang menjadi 6
bagian sedalam 1 cm.

3. Lubangi setiap kotak rockwool menggunakan tusuk gigi atau dengan pinset.

4. Taruh benih ke dalam lubang dengan posisi kecambah di bawah (1 lubang


diisi 1 benih)
11

5. Setelah semua lubang terisi, basahi rockwool menggunakan


sprayer/semprotan dengan kekuatan air yang lembut. Taruh semaian di
tempat terbuka yang cukup sinar matahari.

6. Setelah berumur 12 atau sesudah berdaun 4, waktunya untuk dipindah ke


sistem hidroponik (pindah tanam)

7. Pisahkan/potong rockwool berdasarkan irisan yang dibuat pada step awal.


Apabila susah untuk memisahkan rockwool, maka bisa menggunakan cutter
untuk memotong rockwool sampe terpisah. Taruh potongan rockwool ke
dalam netpot yang sudah dikasih flanel (sumbu)
12

8. Letakkan netpot ke dalam sistem hidroponik, kali ini kita menggunakan Mini
Rakit apung atau ada yang menyebutnya sistem WICK. Pada tahap ini,
kepekatan nutrisinya adalah 600 ppm.

9. Tahap selanjutnya adalah pembesaran. Yang perlu diperhatikan pada tahap-


tahap ini adalah kepekatan nutrisi harus dijaga tetap stabil dan jangan sampai
kekeringan atau kehabisan air nutrisi.

10. Setelah selada umur 10 HST, kepekatan nutrisi dinaikkan menjadi 800 ppm.
11. Kepekatan nutrisi dinaikan lagi menjadi 1.000 ppm apabila sudah memasuki
umur 15 HST.
12. Setelah memasuki umur 20 HST, naikkan kepekatan nutrisi menjadi 1200
ppm. Usahakan bak air nutrisi tetap bersih, apabila sudah ada kotoran atau
keruh, ganti dengan air nutrisi yang baru. Hal ini sangat penting dilakukan
karena akan berpengaruh terhadap penyerapan nutrisi oleh akar dan akan
menentukan pertumbuhan tanaman.
13

13. Masa panen selada adalah sekitar 30 – 40 HST, ada beberapa yang lebih suka
memanen selada baby, yaitu sebelum berumur 30 HST.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
1. Hidroponik berasal dari bahasa Latin hydros yang berarti air dan phonos
yang berarti kerja.
2. Kelebihan sistem hidroponik dibanding dengan media tanah adalah
kebersihan lebih mudah terjaga, tidak memerlukan pengelolaan tanah,
penggunaan pupuk dan air lebih efisien, tidak tergantung musim, serta tingkat
produktivitas dan kualitas cukup tinggi dan seragam.
3. Kelemahan sistem hidroponik yaitu, biaya investasi awal lebih mahal dan
dipengaruhi oleh konsentrasi dan komposisi pupuk, pH, dan suhu.
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, B. 2014. Teknik Budidaya Daya dan Analisis Usaha Tani Selada. CV.
Aneka Ilmu. Semarang.114 hal.

Lonardy, M.V., 2006. Respons Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.)


Terhadap Suplai Senyawa Nitrogen Dari Sumber Berbeda Pada Sistem
Hidroponik. ‘Skripsi” (Tidak Dipublikasikan). Universitas Tadulako, Palu.

Rosliana, R dan N. Sumarni, 2005, Budidaya Tanaman Sayuran dengan sistem


hidroponik, Jurnal Monografi No. 27.Balai Penelitian Tanaman Sayuran.

Susila, A. D. 2006. Fertigasi pada Budidaya Tanaman Sayuran di dalam


Greenhouse. Bagian Produksi Tanaman, Departemen Agronomi dan
Hortikultutra. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.

Sutiyoso, Y. 2006. Hidroponik Ala Yos. Penebar Swadaya. Jakarta. 96 hal.


HIDROPONIK
(Tugas Makalah Mata Kuliah Teknik Khusus Produksi Tanaman)

Oleh :

Kelompok III

Aulia Diyah Dwi Damayanti (E1A115002)


Rizki Tri Astuti (E1A115010)
Daniar Jati Utami (E1A115020)
Hevean Bram Noor Kas (E1A115033)
Maya (E1A115044)
Sabariah (E1A115052)

PROGRAM STUDI AGRONOMI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

2018
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................... i

DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 2
1.3 Tujuan ...................................................................................... 2

BAB II ISI .................................................................................................. 3

2.1 Pengertian Hidroponik ............................................................ 3


2.2 Macam-macam Sistem Hidroponik ......................................... 5
2.3 Tata Cara Penanaman Hidroponik .......................................... 8
2.4 Cara Budidaya Selada Melalui Teknik Hidroponik Wick Sis-
tem ........................................................................................... 9

BAB III PENUTUP ................................................................................... 14

3.1. Kesimpulan ............................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA
18
19

Anda mungkin juga menyukai