PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian hidroponik.
2. Mengetahui keunggulan dan kelemahan media hidroponik.
3. Mengetahui teknik bercocok tanam secara hidroponik.
BAB II
ISI
Sistem Hidroponik
1. Prinsip dasar hidroponik adalah memberikan bahan makanan dalam
larutan mineral atau nutrisi yang diperlukan tanaman dengan cara siram
atau diteteskan.
2. Melalui teknik ini dapat dipelihara lebih banyak tanaman dalam satuan
ruang yang lebih sempit. Bahkan, tanpa media tanah dapat dipelihara
sejumlah tanaman lebih produktif.
3. Sistem hidroponik bebas pestisida sehingga tidak ada serangan hama dan
penyakit.
4. Aeroponik adalah modifikasi hidroponik terbaru. Tanaman diletakkan di
atas styrofoam hingga akarnya menggantung.
Dalam upaya memproduksi tanaman atau makanan secara hidroponik,
diperlukan beberapa peralatan dasar agar tanaman dapat tumbuh dengan baik
seperti daerah perakaran harus memperoleh cukup udara, air dan unsur
hara/nutrisi, sehingga dapat menghasilkan tanaman dan makanan yang berkualitas
(Falah, 2004). Yang menurut Ir. Hj. Mimin Rukmini Pakih (2002), seperti
makhluk hidup yang lain, tanaman juga tidak dapat tumbuh dan berkembang bila
tidak ada pemasukan berupa zat gizi dalam bentuk makanan atau nutrisi.
Pemberian nutrisi yang lengkap dan teratur dapat menjamin pertumbuhan yang
sempurna. Nutrien yang dibutuhkan tanaman dapat dibagi menjadi dua golongan,
yaitu unsur makro dan unsur mikro. Unsur makro tersebut adalah hara yang
diperlukan dalam jumlah yang banyak seperti nitrogen, fosfor, kalium, kalsium,
magnesium, dan sulfur. Unsur mikro adalah hara yang diperlukan sedikit antara
lain mangan, cuprum, molibden, seng, dan ferrum. Unsur-unsur tersebut memiliki
kegunaan yang berbeda. Oleh karena itu, nutrien yang diberikan harus mampu
memenuhi semua unsur yang dibutuhkan tanaman..
Nitrogen berguna untuk merangsang pembentukan daun dan pertumbuhan
batang serta cabang. Fosfor berguna untuk merangsang pertumbuhan akar,
mempercepat pertumbuhan, dan pemasakan biji serta buah. Kalium membantu
5
Sistem ini merupakan cara yang paling populer dalam istilah hidroponik.
Konsepnya sederhana dengan menempatkan tanaman dalam sebuah wadah atau
tabung dimana akarnya dibiarkan menggantung dalam larutan nutrisi. Sistem ini
dapat terus menerus mengalirkan nutrisi yang terlarut dalam air sehingga tidak
memerlukan timer untuk pompanya. NFT cocok diterapkan pada jenis tanaman
berdaun seperti selada. Nutrient film technique (NFT) merupakan salah satu tipe
spesial dalam hidroponik yang dikembangkan pertama kali oleh Dr. A.J Cooper
di Glasshouse Crops Research Institute, Littlehampton, Inggris pada akhir tahun
1960-an dan berkembang pada awal 1970-an secara komersial. Konsep dasar
NFT ini adalah suatu metode budidaya tanaman dengan akar tanaman tumbuh
pada lapisan nutrisi yang dangkal dan tersirkulasi sehingga tanaman dapat
memperoleh cukup air, nutrisi dan oksigen. Tanaman tumbuh dalam lapisan
polyethylene dengan akar tanaman terendam dalam air yang berisi larutan nutrisi
yang disirkulasikan secara terus menerus dengan pompa.
Daerah perakaran dalam larutan nutrisi dapat berkembang dan tumbuh dalam
larutan nutrisi yang dangkal sehingga bagian atas akar tanaman berada di
permukaan antara larutan nutrisi dan styrofoam, adanya bagian akar dalam udara
ini memungkinkan oksigen masih bisa terpenuhi dan mencukupi untuk
pertumbuhan secara normal. Beberapa keuntungan pemakaian NFT antara lain :
dapat memudahkan pengendalian daerah perakaran tanaman, kebutuhan air dapat
terpenuhi dengan baik dan mudah, keseragaman nutrisi dan tingkat konsentrasi
larutan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman dapat disesuaikan dengan umur dan
jenis tanaman, tanaman dapat diusahakan beberapa kali dengan periode tanam
yang pendek, sangat baik untuk pelaksanaan penelitian dan eksperimen dengan
variabel yang dapat terkontrol dan memungkinkan untuk meningkatkan
produktivitas tanaman dengan high planting density. Namun NFT mempunyai
beberapa kelemahan seperti investasi dan biaya perawatan yang mahal, sangat
tergantung terhadap energi listrik dan penyakit yang menjangkiti tanaman akan
dengan cepat menular ke tanaman lain.
7
Pada sistem NFT, kebutuhan dasar yang harus terpenuhi adalah : Bed (talang),
tangki penampung dan pompa. Bed NFT di beberapa negara maju sudah
diproduksi secara massal dan disediakan oleh beberapa perusahaan supplier
greenhouse dan pertanian, di Jepang terbuat dari styrofoam, namun di Indonesia
belum diproduksi sehingga banyak petani Indonesia memakai talang rumah
tangga (lebar 13-17 cm dan panjang 4 meter). Tangki penampung dapat
memanfaatkan tempat atau tandon air. Pompa berfungsi untuk mengalirkan
larutan nutrisi dari tangki penampung ke bed NFT dengan bantuan jaringan atau
selang distribusi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam NFT adalah :
kemiringan talang (1-5%) untuk pengaliran larutan nutrisi, kecepatan aliran masuk
tidak boleh terlalu cepat (dapat diatur oleh pembukaan kran berkisar 0.3-0.75
L/menit) dan lebar talang yang memadai untuk menghindari terbendungnya
larutan nutrisi (Falah, 2004).
Keuntungan dengan sistem media ini kita tidak perlu repot mengganti media
setiap kali menanam, begitu tanaman dipanen di pagi hari, talang atau pot sebagai
wadahnya dibersihkan dapat langsung disikat atau dicuci, usai dicuci NFT dapat
diisi dengan bibit baru (Siti, 2008).
4. Aeroponic System
Kecanggihan sistem ini memungkinkan Anda memperoleh hasil yang baik
dan tercepat dibandingkan sistem hidroponik lainnya. Hal ini disebabkan oleh
larutan nutrisi yang diberikan berbentuk kabut langsung masuk ke akar, sehingga
tanaman lebih mudah menyerap nutrisi yang banyak mengandung oksigen.
5. Drip System
Selain wick system, sistem tetes (drip system) merupakan cara yang populer
yang digunakan dalam berkebun hidroponik. Sistem ini menggunakan timer
mengontrol pompa, sehingga pada saat pompa dihidupkan, pompa akan
meneteskan nutrisi ke masing-masing tanaman.
6. Water Culture System
8
Dalam sistem hidroponik ini, akar tanaman yang tersuspensi dalam air yang
kaya nutrisi dan udara diberikan langsung ke akar. Tanaman dapat ditempatkan di
rakit dan mengapung di air nutrisi juga. Dengan sistem hidroponik ini, akar
tanaman terendam dalam air dan udara diberikan kepada akar tanaman melalui
pompa akuarium dan diffuser udara. Semakin gelembung yang lebih baik,
tanaman akar akan tumbuh dengan cepat untuk mengambil air nutrisi.
Prosedur Kerja :
2. Siapkan media tanam, potong rockwool setebal 2,5 cm. Iris memanjang
sedalam kurang lebih 1 cm menjadi 3 bagian dan iris melintang menjadi 6
bagian sedalam 1 cm.
3. Lubangi setiap kotak rockwool menggunakan tusuk gigi atau dengan pinset.
8. Letakkan netpot ke dalam sistem hidroponik, kali ini kita menggunakan Mini
Rakit apung atau ada yang menyebutnya sistem WICK. Pada tahap ini,
kepekatan nutrisinya adalah 600 ppm.
10. Setelah selada umur 10 HST, kepekatan nutrisi dinaikkan menjadi 800 ppm.
11. Kepekatan nutrisi dinaikan lagi menjadi 1.000 ppm apabila sudah memasuki
umur 15 HST.
12. Setelah memasuki umur 20 HST, naikkan kepekatan nutrisi menjadi 1200
ppm. Usahakan bak air nutrisi tetap bersih, apabila sudah ada kotoran atau
keruh, ganti dengan air nutrisi yang baru. Hal ini sangat penting dilakukan
karena akan berpengaruh terhadap penyerapan nutrisi oleh akar dan akan
menentukan pertumbuhan tanaman.
13
13. Masa panen selada adalah sekitar 30 – 40 HST, ada beberapa yang lebih suka
memanen selada baby, yaitu sebelum berumur 30 HST.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
1. Hidroponik berasal dari bahasa Latin hydros yang berarti air dan phonos
yang berarti kerja.
2. Kelebihan sistem hidroponik dibanding dengan media tanah adalah
kebersihan lebih mudah terjaga, tidak memerlukan pengelolaan tanah,
penggunaan pupuk dan air lebih efisien, tidak tergantung musim, serta tingkat
produktivitas dan kualitas cukup tinggi dan seragam.
3. Kelemahan sistem hidroponik yaitu, biaya investasi awal lebih mahal dan
dipengaruhi oleh konsentrasi dan komposisi pupuk, pH, dan suhu.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, B. 2014. Teknik Budidaya Daya dan Analisis Usaha Tani Selada. CV.
Aneka Ilmu. Semarang.114 hal.
Oleh :
Kelompok III
2018
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR PUSTAKA
18
19