Anda di halaman 1dari 18

MODUL 1

Ilmu Pengetahuan Sosial Sebagai


Program Pendidikan
H. Nursid Sumaatmadja
1.1. Hakikat IPS Sebagai Program Pendidikan
Setiap orang sejak lahir, tidak terpisah dari manusia lain, khususnya dari orangtua,
dan lebih khusus lagi dari ibuyang melahirkannya. Sejak saat itu si bayi telah melakukan
hubungan dengan orang lain, terutama dengan ibunya dan dengan anggota keluarga lainnya.
Meskipun masih sepihak, artinya dari orang-orang yang lebih tua terhadap dirinya, hubungan
sosial itu telah terjadi. Tanpa hubungan sosial dan bantuan dari anggota keluarga lain,
terutama dari ibunya,si bayi tidak berdaya itu, tidak akan mampu tumbuh berkembang
menjadi manusia dewasa.
Selanjutnya dalam pertumbuhan jasmani dan perkembangan rohani sesuai dengan
penambahan umur, pengenalan serta pengalaman seseorang (si bayi) terhadap kehidupan
masyarakat di sekitarnya makin berkembang dan meluas. Pengenalan manusia lain di luar
dirinya, tidak hanya berbatas pada orang-orang dalam keluarga, melainkan meliputi teman
sepermainan, para tetangga, warga kampung, dan demikian seterusnya. Hubungan sosial yang
dilami, makin meluas.
Pengetahuan yang melekat pada diri seseorang tersebut, termasuk yang melekat pada
diri kita masing-masing, dapat dirangkum sebagai “pengetahuan sosial”. Kelahiran kita
sebagai manusia kemudian diikuti oleh hubungan, pergaulan, penjelajahan, pemenuhan
kebutuhan, dan lain sebagainya yang dialami dalam kehidupan di masyarakat serta
bermasyarakat, telah membentuk pengetahuan sosial dalam diri kita masing-masing.
Kemudian, apabila kita hayati lebih lanjut, kehidupan manusia di masyarakat dan
bermasyarakat, tidak hanya meliputi aspek-aspeklain yang berhubungan satu sama lain.
Kehidupan manusia di masyarakat itu beraspek majemuk atau multi aspek. Tak usah kita
melihat keadaan yang jauh-jauh, hayatilah kehidupan kita masing-masingdalam hubungan
hidup dengan orang-orang dalam masyarakat.
Dari kenyataan yang demikian dalam kehidupan di masyarakat dan bermasyarakat,
kebutuhan materi pokok yang meliputi pangan, sandang dan papan, selain memancarkan
aspek ekonomi dari kehidupan tersebut, juga terkait dengan aspek kejiwaan atau aspek
psikologi. Keterkaitan aspek-aspek tersebut, dapat kita amati dan hayati dari kehidupan
praktis sehari-hari serta dari pengalaman kita masing-masing. Kebutuhan hidup manusia
sebagai anggota masyarakat, tidak hanya terbatas pada kehidupan ekonomi, melainkan juga
meliputi kehidupan penambahn pengetahuan dan ilmu yang seperti kita lakukan saat ini.
Tanpa menambah pengetahuan dan ilmu, kehidupan kita di masyarakat akan tersisih dalam
arti terdesak oleh orang lain yang lebih tinggi pengetahuan dan ilmunya. Pengetahuan dan
ilmu, sangat membantu kita manusia memanfaatkan sumber daya bagi kesejahteraan.Oleh
karena itu, pengetahuan dan ilmu ini mengembangkan teknologi yang membantu kita
meningkatkan kesejahteraan.
1.2. Ruang Lingkup dan Proses Pembelajaran IPS
IPS sebagai program pendidikan, tidak hanya menyajikan pengetahuan sosial semata-
mata, melainkan pula harus membina peserta didik menjadi warga masyarakat dan warga
negara yang memiliki tanggungjawab atas kesejahteraan dalam arti yang seluas-luasnya. Oleh
karena itu, peserta didik yang dibinanya tidak hanya cukup berpengetahuan dan
berkemampuan berpikir tinggi, melainkan harus pula memiliki kesadaran yang tinggi serta
tanggung jawab yang kuat terhadap kesejahteraan masyarakat, bangsa, dan negara.
Sebagai bidang pengetahuan, ruang lingkup IPS tidak dapat tidak, yaitukehidupan
manusia dalam masyarakat atau manusia sebagai anggota masyarakat atau dapat juga
dikatakan manusia dalam konteks sosial.
Meninjau ruang lingkup IPS sebagai program pendidikan, tidak dapat tidak, kita harus
mulai dari ruang lingkup IPS sebagai pengetahuan lebih dahulu. Oleh karena itu, kita wajib
menelaah satuan-satuan manusia sebagai kelompok di masyarakat. Satuan kelompok yang
paling mendasar tidak lain adalah keluarga yang terbentuk oleh ayah (suami), ibu (istri) dan
anak. Keluarga inti (nuclear family)ini biasa juga disebut segitiga abadi. Dalam masyarakat
yang bagaimanapun, keluarga yang merupakan segitiga abadi ini selalu ada. Mulia dari
keluarga inilah tumbuh seseorang (individu) menjadi suatu pribadi, dan dalam keluarga ini
juga mulai berkembang aspek-aspek kehidupan sosial yang meliputi hubungan sosial,
ekonomi, psikologi sosial, budaya, sejarah, geografi serta aspek politik. Keluarga sebagai
wadah terjadinya kehidupan dan aspek sosial itu kita kategorikan sebagai kelompok,
sedangkan jika kita telaah dari fungsinya yang mengatur kesejahteraan, ketertiban, hak dan
kewajiban, serta keamanan, dapat pula dikategorikan sebagai bentuk “pemerintah”bahkan
juga “negara” yang tidak formal.
Ch. H.Cooley menetapkan keluarga itu sebagai kelompok perdana (primary group),
yaitu kelompok yang memberi pengaruh pertama dan utama terhadap pembentukan
kepribadian. Sedangkan kelompok atau organisasi sosial,seperti gugus depan gerakan
pramuka, kelompok kawula muda, karang taruna, bahkan sekolah hanyalah merupakan
kelompok kedua (secondary group) yang mempengaruhi secara sekunder terhadap
pembentukan kepribadian.
Perkembangan dan kemajuan IPTEK dalam bidang transportasi-komunikasi-
informasi dewasa ini, juga meningkatkan hubungan sosial manusia dari satu ruang geografi
ke ruang geografi lainnya yang tidak hanya satu arah, melainkan secara timbal arah, yang kita
sebut “interaksi sosial”. Proses ini tidak lagi tidak hanya terbatas pada aspek budaya,
melainkan telah meluas aspek-aspek lain seperti politik, dan terutma ekonomi.proses ini juga
telah menembus batas-batas lokal dan regional sampai ke tingkat global. Proses hubungan
sosial dan interaksi sosialini telah menjadi proses globalisasi. Ruang lingkup IPS, tidak hanya
terbatas pada kehidupan sosial pada tingkat lokal dan regional, melainkan telah sampai ke
tingkat global.
Adapula nilai-nilai yang perlu dikembangkan oleh IPS sebagai program pendidikan
yaitu sebagai berikut:

1.2.1. Nilai Edukatif


Salah satu tolak ukur keberhasilan pelaksanaan pendidikan IPS, yaitu adanya perubahan
prilaku sosial peserta didik ke arah yang lebih baik. Perilaku itu meliputi aspek-aspek
kognitif, afektif dan psikomotor. Peningkatan perilaku kognitif disini, tidak hanya terbatas
makin meningkatnya pengetahuan sosial, melainkan meliputi pula nalar sosial dan
kemampuan mebcari altaernatif-alternatif pemecahan masalah sosial. Oleh karena itu, materi
yang dibhas pada pendidikan IPS ini, jangan hanya terbatas pada kenyataan, fakta dan data
sosial, melainkan juga mengangkat masalah sosial yang terjadi sehari-hari. Pelontaran
masalah sosial itu tidak selalu dari kita sebagai guru IPS, melainkan lebih baik lagi jika
peserta didik sendiri mengangkat dan melontarkan masalah tersebut. Melalui suasana yang
demikian, nalar sosial dan kemampuan mencari alternatif pemecahan masalah sosial dari
peserta didik makin meningkat.
1.2.2. Nilai Praktis
Kita bersama sepakat bahwa pelajaran dan pendidikan apapun, nilainya tidak berarti,
apabila tidak dapat diterapkan secara praktis dalam kehidupan sehari-hari. Dengan perkataan
lain, pelajaran dan pendidikan tidak memiliki makna yang baik, jika tidak memiliki nilai
praktis. Oleh karena itu, pokok bahasan IPS itu, jangan hanya tentang pengetahuan yang
konseptual-teoritis belaka, melainkan digali dari kehidupan sehari-hari, mulai dari lingkungan
keluarga, di pasar, di jalan, di tempat bermain dan seterusnya. Dalam hal ini nilai praktis itu,
disesuaikan dengan tingkat umur dan kegiatan peserta didik setiap hari. Pengetahuan IPS
yang praktis tersebut bermanfaat dalam mengikuti berita, mendengarkan radio, membaca
buku cerita, menghadapi permasalahan kehidupan sehari-hari sampai kepada pengetahuan
IPS yang lainnya.
1.2.3. Nilai Teoritis
Pendidikan IPS tidak hanya menyajikan dan membahas kenyataan, fakta dan data yang
terlepas-lepas, melaikan lebih jauh daripada itu menelaah keterkaitan aspek kehidupan sosial
dengan yang lain-lainnya. Peserta didik dibina dan dikembangkan kemampuan nalarnyake
arah dorongan mengetahui sendiri kenyataan (sense of reality) dan dorongan menggali sendiri
di lapangan (sense of discovery). Kemampuan menyelidiki dan meneliti dengan mengajukan
berbagai pernyataan (sense of inquiry) mereka dibina serta dikembangkan. Dengan demikian,
kemampuan mereka mengajukan “hipotesis” dan dugaan-dugaan terhadap suatu persoalan,
juga berkembang.
1.2.4. Nilai Filsafat
Pembahasan ruang lingkup IPS secara bertahap dan keseluruhan sesuai dengan
perkembangan kemampuan peserta didik, dapat mengembangkan kesadaran mereka selaku
anggota masyarakatatau sebagai makhluk sosial. Melalui proses yang demikian, peserta didik
dikembangkan kesadaran dan penghayatannya terhadap keberadaannya di tengah-tengah
masyarakat, behkan juga di tengah-tengah alam raya ini. Dari kesadarannya
terhadapkeberadaan tadi, mereka disadarkan pula tentang perananya masing-masingterhadap
masyarakat, bahkan terhadap alam lingkungan secara keseluruhan. Dengan perkataan lain,
kemampuan mereka merenungkan keberadaan dan peranannya di masyarakat ini, makin
dikembangkan. Atas kemampuan mereka berfilsafat, nilai filsafat yang demikian
berfaedahnya dalam kehidupan bermasyarakat, tidak luput dari perhatian pendidikan
IPS.
1.2.5. Nilai Ketuhanan
Kita dapat menghayati sendiri menikmati yang kita peroleh sebagai manusia, makhluk
sosial yang berbeda dengan makhluk hidup yang lain, baiktumbuh-tumbuhan maupun
binatang. Kenikmatan dari Tuhan Yang Maha Kuasa berupa akal pikiran yang berkembang
dan dapat dikembangkan yang telah membawa manusia sendiri maupun memenuhi segala
kebutuhannyadari sumber daya yang telah disediakan oleh-Nya. Kenikmatan kita sebagai
manusiamampu menguasai IPTEK, menjadi landasan kita mendekatkan diri dan
meningkatkan IMTAK kepada-Nya.
1.3. Hakikat Sumber, Media, dan Evaluasi Pembelajaran IPS
Setelah kita membahas ruang lingkup dan pembalajaran IPS, tentu kita akan bertanya
dalam diri kita masing-masing “Apakah yang menjadi sumber IPS dan sumber pembelajaran
IPS itu?”
Ruag lingkup IPS itu tidak lain adalah kehidupan sosial manusia di masysrakat. Oleh
karena itu, masyarakat inilah yang menjadi sumberutama IPS. Aspak kehidupan sosial
apapun yang kita pelajari, apakah itu hubungan sosial, ekonomi, budaya, kejiwaan, sejarah,
geografi ataukah itu politik, bersumber dari masyarakat. Sebagai contoh secara langsung kita
dapat mengamati, mempelajari, bahkan mengalami aspek kehidupan sosial yang kita sebut
ekonomi, tidak terlepas dari masyarakat ataupun dengan perkataan lain, aspek ekonomi ini
bersumber di masyarakat.
Bacaan-bacaan seperti buku, surat kabar, majalah dan makalah menjadi sumber materi
dan pembelajaran IPS. Dalam aspek sejarah benda-benda peninggalan masa lampau yang
telah menjadi dokumen, sebagian masih ada di tempatnya seperti candi-candi dan bangunan
bersejarah lainnya.
Evaluasi pembelajaran IPS secara menyeluruh, meliputi bentuk-bentuk tes dan nontes.
Ke dalam bentuk tes, termasuk tes obyektif, tes esai (uraian), dan tes lisan. Sedangkan ke
dalam nontes, meliputi tugas dan penampilan. Dalam pelaksanaan pembelajaran IPS ini tentu
saja kita menentukan bentuk mana yang paling serasi dengan tingkatkemampuan dan
perkembangan kemampuan peserta didik yang dievaluasi.

MODUL 2
KONSEP DASAR ILMU-ILMU SOSIAL
H. Nursid Sumaatmadja

2.1.Konsep Dasar Geografi, Sejarah, Antropologi, Sosiologi, Dan Psikologi Sosial


Menurut Dorothy J. Skeel (1979:18), “Konsep adalah sesuatu yang tergambar dalam
pikiran-suatu pemikiran, gagasan atau suatu pengertian. Definisi lain yaitu Konsep adalah
suatu citra mental tentang sesuatu. Sesuatu tersebut dapat berups objek konkret ataupan
gagasan yang abstrak ”. sedangkan James G. Womack (1970:30) mengemukakan bahwa
Konsep Studi Sosial (IPS) yaitu suatu kata atau ungkapan yang berhubungan denga sesuatu
yang menonjol, sifat yang melekat. Pemahaman dan penggunaan konsep yang tepat
bergantung pada penguasaan sifat yang melekat tadi, pengertian umum kata yang
bersangkutan.
2.1.1. Geografi
Dari asal katanya, geografi itu berakar dari kata geo berarti bumi, dan graphein berarti
tulisan atau lukisan. Oleh karena itu secara harafiah, geografi itu berarti lukisan tentang bumi.
Namun pada pembahasan para pakar geografi selanjutnya, pengertian itu tidak hanya sekedar
tulisan atau lukisan saja, melainkan meliputi juga penelaahannya lebih jauh.
Geografi berkenaan dengan (1) geosfer atau permukaan bumi, (2) alam lingkungan
(atmosfer, litosfer, hidro-sfer, biosfer), (3) umat manusia atau antroposfer, (4) persebaran
keruangan fenomena alam dan kehidupan termasuk persamaan serta perbedaaannya di
permukaan bumi.
2.1.2. Sejarah
Menurut Hugiono dan P.K. Poerwantana (1987:9) mendefinisikan sejarah sebagai
berikut “sejarah adalah gambaran tentang peristiwa-peristiwa masa lampau yang dialami
manusia, disusun secara ilmiah, meliputi urutan waktu, diberi tafsiran dan analisis kritis
sehingga mudah dimengerti dan dipahami”.
Sejarah sebagai bidang ilmu sosial, memiliki konsep dasar yang menjadi karakter
dirinya, dan yang dapat dibina pada diri kita masing-masing, terutama pada diri peserta didik.
Konsep-konsep dasar itu adalah:
a. Waktu
b. Dokumen
c. Alur peristiwa
d. Kronologi
e. Peta
f. Tahap-tahap peradaban
g. Ruang
h. Evolusi
i. Revolusi

2.1.3. Antropologi
Menurut Koentjaraningrat (1990:11) secara singkat mengemukakan bahwa “antropologi
berarti ilmu tentang manusia”. Manusia dan binatang sebagai makhluk yang diciptakan
Tuhan Yang Maha Kuasa, sama-sama dikaruniai otak, namu otak manusia dilengkapi oleh
kemampuan yang berkembang dan dapat dikembangkan. Oleh karena itu, manusia dengan
akal pikirannya inilah yang menghasilkan kebudayaan.
Adapula konsep-konsep dasar antropologi yang melekat pada kehidupan manusia antara
lain sebagai berikut:
a. Kebudayaan
b. Tradisi
c. Pengetahuan
d. Ilmu
e. Teknologi
f. Norma
g. Lembaga
h. Seni
i. Bahasa
j. Lambang
k. Dan banyak hal serta fenomena yang dapat kita sendiri menggalinya.

2.1.4. Sosiologi
Ilmu sosial yang secara khusus mempelajari “interaksi sosial” ini adalah sosiologi. Oleh
karena itu, Brown dan Brown (1980:35) mengemukakan bahwa “sosiologi secara kasar dapat
didefenisikan sebagai studi ilmiah tentang interaksi umat manusia”
Konsep-konsep dasar sosiologi sebagai berikut:
a. Interaksi sosial
b. Sosialisasi
c. Kelompok sosial
d. Perlapisan sosial
e. Perubahan sosial
f. Mobilisasi sosial
g. Modernisasi
h. Patologi sosial
i. Dan konsep-konsep lain yang dapt digali sendiri dari kenyataan dan proses kehidupan sehari-
hari.
2.1.5. Psikologi sosial
Psikologi sosial sebagai salah satu bidang ilmu sosial, menurut Harold A. Phelps
(Fairchild, H.P.,dkk.:1982:290) “Psikologi Sosial adalah suatu studi ilmiah tentang proses
mental manusia sebagai makhluk sosial”. Dengan kata lain semua hal yang meliputi prilaku
manusia dalam konteks sosial yang terungkap pada perhatian, minat, kemauan, sikap mental,
reaksi emosional, harga diri, kecerdasan, penghayatan, kesadaran dan dekian seterusnya.
Adapula konsep-konsep dasar psikologi sosial, yang menjadi salah satu bagian dan
kajian ilmu sosial:
a. Emosi terhadap obyek sosial
b. Perhatian
c. Minat
d. Kemauan
e. Motivasi
f. Kecerdasan dalam menanggapi masalah sosial
g. Penghayatan
h. Kesadaran
i. Harga diri
j. Sikap mental
k. Masih banyak fenomena kejiwaan yang lain yang dapat kita galilebih lanjut
2.2.Konsep Dasar Ekonomidan Koperasi, Politik Dan Pemerintahan
2.2.1. Ekonomi dan koperasi
Menurut Gerardo P. Sicat dan H.W Arndt (1991:3) mengemukakan bahwa ilmu ekonomi
adalah suatu studi ilmiah yang mangkaji bagaimana orang perorangan dan kelompok-
kelompok masyarakat menentukan pilihan. Manusia mempunyai keinginan yang tidak
terbatas. Untutk memuaskan bermacm ragam keinginan tersebut, tersedia sumber daya yang
dapat digunakan. Berbagai sumber daya ini tidak tersedia dengan bebas. Karenanya, sumber
daya ini langaka dan mempunyai berbagai kegunaan alternatif. Pilihan pengunaan dapat
terjadi antar pengunaan sekarang (hari ni) dan pengunaan esok hari (masa depan).....selain
itu, penggunaan sumber daya tersebut menimbulkan pula biaya dan manfaat maka diperlukan
pertimbangan efisien dalam penggunaan sumber daya.
Sedangkan Internasional Cooperatif Alliance (ICA) dalm buku the cooperative
Principles, karangan P.E. Weraman (A.A. Chaniago, Ch. Toweula dkk.: 1995:225)
memberikan definisi:
Koperasi adalah kumpulan orang-orang atau badan hukum; yang bertujan untuk perbaikan
sosial ekonomi anggotanya malalui memenuhi kebutuhan anggotanya dengan jalan berusaha
bersama saling membantu satu dengan yang lainnya dengan cara membatasi keuntungannya,
usaha tersebut harus di dasarkan atas prinsip-prinsip koperasi.
Sedangkan berdasarkan tulisan Bapak Koperasi Indonesia, Dr. Mohammad Hatta, pada
Hari Koperasi ke-1 tanggal 12 Juli 1951 (A.A Chiniago, Ch. Taweula dkk.: 1995:225)
memberikan definisi: “Koperasi adalah bangun organisasi sebagai badan usaha bersama
berdasarkan asas kekeluargaan”.
Adapula konsep-konsep dasar yang menjadi kunci dua pokok persoalan yang erat
kaitannya satu sama lain. Konsep-konsep itu sebagai berikut:
a. Kalangan sumber daya
b. Keterbatasan sumber daya
c. Kebutuhan yang tidak terbatas
d. Konsumsi-produksi-distribusi
e. Penawaran-permintaan
f. Kekeluargaan
g. Keuntungan ekonomi
h. Keuntungan sosial
i. Alternatif pemanfaatan sumber daya
j. Sumber daya alternatif
k. Sumber daya yang terbarukan
l. Modal
m. Tenaga kerja
n. Pemuasan kebutuhan
o. Surplus-minus-keseimbangan
p. Efektif-efisien-produktif
q. Dan hal-hal lain yang dapat kita gali sendiri lebih jauh.
2.2.2. Politik dan pemerintahan
secara singkat Mildred Parten (Fairchild, H.P., dkk.: 1982:224) mengemnukakan bahwa
Ilmu Poitik adalah teori, kiat dan praktik memerintah. Sedangkan di pihak lain, J. Barents
(Miriam Budiardjo : 119:9) dalam ilmu politika mengemukakan definisi: Ilmu Politik adalah
ilmu yang mempelajari negara...yang merupakan bagian dari kehidupan masyarakat; Ilmu
Politik mempelajari negara-negara itu melakukan tugas-tugasnya.
Selanjutnya pengertian pemerintahan menurut Brown dan Brown yaitu “pemerintahan
adalah semua aparat dan proses yang melaksanakan penyelenggaraan aktifitas negara”
sedangkan menurut Charles J. Bushnell (Fairchild, H.P.,dkk.: 1982:132) “Pemerintahan
organisasi penjelmaan suatu negara, pemerintahan adalah negara dalam penampilan
praktisnya, pemerintah sebagai suatu proses merupakan pelaksanaan fungsi negara dalam
suatu aspeknya”.
Adapula konsep-konsep dasar yang menjadi kunci dua pokok persoalan yang erat
kaitannya satu sama lain. Konsep-konsep itu sebagai berikut:
a. Kekuasaan
b. Negara
c. Undang-undang
d. Kabinet
e. Dewan perwakilan rakyat
f. Dewan pertimbangan agung
g. Mahkamah agung
h. Kepemimpinan
i. Demokrasi
j. Wilayah
k. Kedaulatan rakyat
l. Otoriter
m. Monarki
n. Republik
o. Dan hal-hal lain yang dapat kita gali sendiri lebih jauh berdasarkan pengamatan serta
pengalaman.

MODUL 3
KETRAMPILAN DASAR IPS DALAM PELAKSANAAN TUGAS SEBAGAI
GURU DAN DALAM KEHIDUPAN
H. Djakaria M. Nur

3.1.Ketrampilan Dasar Ilmu-Ilmu Sosial


Sebagai guru yang profesional, selain mampu mengusai materi yang akan diajarkan
kepada para siswanya, ia juga harus mampu mentransfernya sehingga hasil belajar siswa
dapat optimal. Di sinilah diperlukan ketrampilan guru untuk memilih metode yang tepat,
dapat menggunakan sumber belajar, dapat membuat dan menggunakan alat bantu/media dan
alat peraga, mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif dan lain sebagainya.
Secara singkat ada beberapa ketrampilan khususnya guru geografi berkenaan dengan
kegiatan belajar-mengajar topik/bahasan geografi.
3.1.1. Metode Pembelajaran
3.1.2. Penggunaan sumber belajar
3.1.3. Penggunaan Media/Alat Pembelajaran
3.1.4. Menciptakan Suasana Belajar yang Kondusif
3.2. Ketrampilan Sosial
Berbagai ketrampilan dasar IPS dapat diterapkan dal kehidupan sosial bermasyarakat,
baik dalam melihat persoalan sosial yang terdapat di lingkungan masyarakat, seperti faktor-
faktor yang menyebabkan timbulnya permasalahan maupun upaya untuk mengatasi
permasalahan tersebut, baik dengan pendekatan berbagai bidang stu ilmu-ilmu sosial
menyeluruh.

MODUL 4
INDIVIDU MASYARAKAT DALAM PROSES
SOSIAL BUDAYA
E. Maryani, M.S

4.1.Pengertian Individu
Individu adalah satu kesatuan utuh antara jasmani dan rohani. Setiap individu
mempunyai ciri khas dan kebutuhan yang tersendiri. Dalam memenuhi kebutuhan tersebut,
setiap individu membutuhkan individu lain. Karena itulah individu selalu hidup berkelompok
membentuk masyarakat. Dalam ilmu sosial individu merupakan bagian terkecil dari
kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisah lagi menjadi bagian yang lebih kecil.
Misalnya keluarga sebagai kelompok sosial yang terkecil terdiri dari ayah, ibu dan anak.
Ayah merupakan individu yang sudah tidak dapat dibagi lagi, demikian pula Ibu. Anak masih
dapat dibagi sebab dalam suatu keluarga jumlah anak dapat lebih dari satu.
4.2. Manusia Selaku Makhluk Individu
Individu adalah seseorang/seorang manusia secara utuh. Utuh di sini diartikan sebagai
suatu sifat yang tidak dapat dibagi-bagi. Merupakan satu kesatuan antara jasmaniah dan
rohaniah yang melekat pada diri seseorang.Manusia selaku individu mempunyai 3
naluri,yaitu :
4.2.1. Naluri untuk mempertahankan kelangsungan hidup.
4.2.2. Naluri untuk mempertahankan kelanjutan penghidupan keturunan.
4.2.3. Naluri ingin tahu dan mencari kepuasan.
4.3. Manusia Selaku Makhluk Sosial
Manusia adalah makhluk yang tidak dapat dengan segera menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Pada masa bayi sepenuhnya manusia tergantung kepada individu lain. Ia
belajar berjalan,belajar makan,belajar berpakaian,belajar membaca,belajar membuat sesuatu
dan sebagainya,memerlukan bantuan orang lain yang lebih dewasa.
Malinowski(1949), salah satu tokoh ilmu Antropologi dari Polandia menyatakan bahwa
ketergantungan individu terhadap individu lain dalam kelompoknya dapat terlihat dari usaha-
usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan biologis dan kebutuhan sosialnya yang dilakukan
melalui perantaraan kebudayaan.
Rasa aman secara khusus tergantung kepada adanya system perlindungan dalam
rumah,pakaian dan peralatan. Perlindungan secara umum, dalam pengertian
gangguan/kelompok lain akan lebih mudah diwujudkan kalau manusia berkelompok. Untuk
menghasilkan keamanan dan kenyamanan hidup berkelompok ini,diciptakan aturan-aturan
dan kontrol-kontrol social tentang apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan oleh setiap
anggota kelompok.Selain itu ditentukan pula siapa yang berhak mengatur kehidupan
kelompok untuk tercapainya tujuan bersama.
4.4. Pengertian Masyarakat
Masyarakat, dalam Bahasa Inggris disebut society artinya sekelompok manusia yang
hidup bersama, saling berhubungan dan mempengaruhi,saling terikat satu sama lain sehingga
melahirkan kebudayaan yang sama. Pengertian sekelompok manusia di sini tidak mempunyai
batas yang jelas harus beberapa orang, tetapi jumlahnya minimal 2 orang.
Masyarakat adalah sejumlah orang yang hidup dalam suatu daerah saling
berhubungan dan terikat satu sama lain, sehingga memiliki rasa solidaritas dan menghasilkan
kebudayaan.
Setiap individu dalam masyarakat mempunyai peran dan kedudukan yang berbeda.
Setiap individu diharapkan dapat berperan sesuai dengan kedudukannya sehingga tercipta
ketertiban, kenyamanan, kestabilan hidup bermasyarakat, yang akhirnya tujuan bersama
dapat tercapai.
4.5. Struktur Sosial Budaya, Pranata Sosial Budaya Dan Proses Sosial Budaya
Individu dalam masyarakat tersusun menurut suatu sistem yang saling terkait satu
sama lain. Dalam setiap masyarakat ada perbedaan-perbedaan sosial yang lahir dari adanya
perbedaan individu seperti bentuk fisik, minat, kemampuan berpikir dan berkarya,
kebudayaan serta agama. Bila perbedaan ini tersusun secara bertingkat, ada yang tinggi,
sedang dan rendah maka disebut stratifikasi sosial. Stratifikasi sosial dapat disebabkan oleh
faktor kekayaan, kekuasaan, kehormatan dan ilmu pengetahuan.
Individu mempunyai kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhan, karena itu diperlukan
wadah atau tempat berinteraksinya individu menurut pola perilaku tertentu dan sesuai dengan
norma dan kebudayaan tertentu pula. Maka timbullah pranata sosial budaya yang dapat
berupa pranata ekonomi, sosial, politik, pendidikan, agama, bahasa, seni dan teknologi.
Mengingat manusia selalu berinteraksi dengan individu lain baik dalam satu
kelompok maupun dengan individu di luar kelompoknya, maka terjadi proses sosial budaya
yang mengarah kepada perubahan sosial dan budaya. Interaksi tersebut tidak selamanya
sepaham, dalam arti menimbulkan kerja sama, tetapi dapat juga menimbulkan pertikaian dan
persaingan.

MODUL 5
MASYARAKAT SEBAGAI UNSUR NEGARA
Drs. Marsidi, S.U.
5.1. PENGERTIAN NEGARA
Negara merupakan suatu organisasi di antara sekelompok atau beberapa kelompok
manusia yang secara bersama-sama mendiami suatu wilayah (territorial) tertentu dengan
mengakui adanaya suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan keselamatan
sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang ada di wilayahnya.Organisasi negara
dalam suatu wilayah bukanlah satu-satunya organisasi, ada organisasi-organisasi lain
(keagamaan, kepartaian, kemasyarakatan dan organisasi lainnya yang masing-masing
memiliki kepribadian yang lepas dari masalah kenegaraan). Secara umum negara dapat
diartikan sebagai suatu organisasi utama yang ada di dalam suatu wilayah karena memiliki
pemerintahan yang berwenang dan mampu untuk turut campur dalam banyak hal dalam
bidang organisasi-organisasi lainnya.
Terdapat beberapa elemen yang berperan dalam membentuk suatu negara. Elemen-elemen
tersebut adalah:
5.1.1. Masyarakat
Masyarakat merupakan unsur terpenring dalam tatanan suatu negara. Masyarakat atau
rakyat merupakan suatu individu yang berkepentingan dalam suksesna suatu tatanan dalam
pemerintahan. Pentingnya unsur rakyat dalam suatu negara tidak hanya diperlukan dalam
ilmu kenegaraan (staatsleer) tetapi perlu juga perlu melahirkan apa yang disebut ilmu
kemasyarakatan (sosiologi) suatu ilmu pengetahuan baru yang khusus menyelidiki,
mempelajari hidup kemasyarakatan. Sosiologi merupakan ilmu penolong bagi ilmu hukum
tata negara.
5.1.2. Wilayah (teritorial)
Suatu negara tidak dapat berdiri tanpa adanya suatu wilayah. Disamping pentingnya
unsur wilayah dengan batas-batas yang jelas, penting pula keadaan khusus wilayah yang
bersangkutan, artinya apakah layak suatu wilayah itu masuk suatu negara tertentu atau
sebaliknya dipecah menjadi wilayah berbagai negara. Apabila mengeluarkan peraturan
perundang-undangan pada prinsipnya hanya berlaku bagi orang-orang yang berada di
wilayahnya sendiri. Orang akan segera sadar berada dalam suatu negara tertentu apabila
melampaui batas-batas wilayahnya setelah berhadapan dengan aparat (imigrasi negara) untuk
memenuhi berbagai kewajiban yang ditentukan.
5.1.3. Pemerintahan
`Ciri khusus dari pemerintahan dalam negara adalah pemerintahan memiliki
kekuasaan atas semua anggota masyarakat yang merupakan penduduk suatu negara dan
berada dalam wilayah negara.
Ada empat macam teori mengenai suatu kedaulatan, yaitu teori kedaulatan Tuhan,
kedaulatan negara, kedaulatan hukum dan kedaulatan rakyat.
5.2. PENGERTIAN KONSTITUSI
Kata “Konstitusi” berarti “pembentukan”, berasal dari kata kerja yaitu “constituer”
(Perancis) atau membentuk. Yang dibentuk adalah negara, dengan demikian konstitusi
mengandung makna awal (permulaan) dari segala peraturan perundang-undangan tentang
negara. Belanda menggunakan istilah “Grondwet” yaitu berarti suatu undang-undang yang
menjadi dasar (grond) dari segala hukum. Indonesia menggunakan istilah Grondwet menjadi
Undang-undang Dasar.
Konstitusi pada umumnya bersifat kondifaksi yaitu sebuah dokumen yang berisian
aturan-aturan untuk menjalankan suatu organisasi pemerintahan negara, namun dalam
pengertian ini, konstitusi harus diartikan dalam artian tidak semuanya berupa dokumen
tertulis (formal). Namun menurut para ahli ilmu hukum maupun ilmu politik konstitusi harus
diterjemahkan termasuk kesepakatan politik, negara, kekuasaan, pengambilan keputusan,
kebijakan dan distibusi maupun alokasi Konstitusi bagi organisasi pemerintahan negara yang
dimaksud terdapat beragam bentuk dan kompleksitas strukturnya, terdapat konstitusi politik
atau hukum akan tetapi mengandung pula arti konstitusi ekonomi
Di beberapa negara terdapat dokumen yang menyerupai konstitusi, namun oleh negara
tersebut tidak disebut sebagai konstitusi.
5.3. TUJUAN DARI KONSTITUSI
Pada umumnya hukum bertujuan untuk mengadakan tata tertib untuk keselamatan
masyarakat yang penuh dengan konflik antara berbagai kepentingan yang ada di tengah
masyarakat. Tujuan hukum tata negara pada dasarnya sama dan karena sumber utama dari
hukum tata negara adalah konstitusi atau Undang-Undang Dasar, akan lebih jelas dapat
dikemukakan tujuan konstitusi itu sendiri.
Konstitusi juga memiliki tujuan yang hampir sama deengan hukum, namun tujuan dari
konstitusi lebih terkait dengan:
1. Berbagai lembaga-lembaga kenegaraan dengan wewenang dan tugasnya masing-masing.
2. Hubungan antar lembaga negara
3. Hubungan antar lembaga negara(pemerintah) dengan warga negara (rakyat).
4. Adanya jaminan atas hak asasi manusia
5. Hal-hal lain yang sifatnya mendasar sesuai dengan tuntutan jaman.
Semakin banyak pasal-pasal yang terdapat di dalam suatu konstitusi tidak menjamin
bahwa konstitusi tersebut baik. Di dalam praktekna, banyak negara yang memiliki lembaga-
lembaga yang tidak tercantum di dalam konstitusi namun memiliki peranan yang tidak kalah
penting dengan lembaga-lembaga yang terdapat di dalam konstitusi. Bahkan terdapat hak-hak
asasi manusia yang diatur diluar konstitusi mendapat perlindungan lebih baik dibandingkan
dengan yang diatur di dalam konstitusi.
5.4. HUBUNGAN NEGARA DENGAN KONSTITUSI
Berhubungan sangat erat, konstitusi lahir merupakan usaha untuk melaksanakan dasar
negara. Dasar negara memuat norma-norma ideal, yang penjabarannya dirumuskan dalam
pasal-pasal oleh UUD (Konstitusi) Merupakan satu kesatuan utuh, dimana dalam Pembukaan
UUD 45 tercantum dasar negara Pancasila, melaksanakan konstitusi pada dasarnya juga
melaksanakan dasar negara.
5.5. PANCASILA DAN KONSTITUSI DI INDONESIA
Seperti yang kita ketahui dalam kehidupan bangsa Indonesia, Pancasila merupakan
filosofische grondslag dan common platforms atau kalimatun sawa. Pada masa lalu timbul
suatu permasalahan yang mengakibatkan Pancasila sebagai alat yang digunakan untuk
mengesahkan suatu kekuasaan dan mengakibatkan Pancasila cenderung menjadi idiologi
tertutup. Hal ini dikarenakan adanya anggapan bahwa pancasila berada di atas dan diluar
konstitusi. Pancasila disebut sebagai norma fundamental negara (Staatsfundamentalnorm)
dengan menggunakan teori Hans Kelsen dan Hans Nawiasky.
Teori Hans Kelsen yang mendapat banyak perhatian adalah hierarki norma hukum dan
rantai validitas yang membentuk piramida hukum (stufentheorie). Salah seorang tokoh yang
mengembangkan teori tersebut adalah murid Hans Kelsen, yaitu Hans Nawiasky. Teori
Nawiaky disebut dengan theorie von stufenufbau der rechtsordnung. Susunan norma menurut
teori tersebut adalah:
1. Norma fundamental negara (Staatsfundamentalnorm);
2. Aturan dasar negara (staatsgrundgesetz);
3. Undang-undang formal (formell gesetz); dan
4. Peraturan pelaksanaan dan peraturan otonom (verordnung en autonome satzung).
Dalam pidatonya, Soekarno menyebutkan dasar negara sebagai Philosofische
grondslag sebagai fondamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya yang diatasnya akan
didirikan bangunan negara Indonesia. Soekarno juga menyebutnya dengan istilah
Weltanschauung atau pandangan hidup. Pancasila adalah lima dasar atau lima asas.
Jika masalah dasar negara disebutkan oleh Soekarno sebagai Philosofische grondslag
ataupun Weltanschauung, maka hasil dari persidangan-persidangan tersebut, yaitu Piagam
Jakarta yang selanjutnya menjadi dan disebut dengan Pembukaan UUD 1945, yang
merupakan Philosofische grondslag dan Weltanschauung bangsa Indonesia. Seluruh nilai-
nilai dan prinsip-prinsip dalam Pembukaan UUD 1945 adalah dasar negara Indonesia,
termasuk di dalamnya Pancasila.

MODUL 6
ATURAN-ATURAN DALAM KEHIDUPAN
BERBANGSA DAN BERNEGARA
Hamili
6.1. Aturan-aturan dalam Kehidupan Berbangsa
Manusia dilahirkan ke dunia seorang diri dan dalam keadaan tidak berdaya. Untuk
memberdayakan manusia itu diperlukan bantuan orang lain, seperti orang tua, kakak, atau
saudara-saudara yang lainnya. Hal ini menandakan, bahwa tiada seorang pun manusia yang
dapat hidup sendiri dan menyendiri. Secara kodrati manusia dilahirkan ke dunia mempunyai
3 (tiga) kedudukan, yaitu sebagai makhluk Tuhan yang mulia, karena dilengkapi dengan akal
pikiran; sebagai makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial dan sebagai kesatuan antarunsur
rohani dan jasmani.
Dalam hidup dan kehidupannya manusia mempunyai kepentingan dan cita-cita.
Kepentingan dan cita-cita tersebut dalam pencapaiannya tidak tertutup kemungkinan akan
bertabrakan dengan kepentingan dan cita-cita orang lain, sehingga menimbulkan konflik.
Begitu juga dalam negara Indonesia yang memiliki ciri heterogen mempunyai berbagai unsur
konflik yang oleh Kuntjaraningrat digambarkan ada 5 unsur, yaitu (1) manakala warga dua
suku bangsa masing-masing bersaing dalam hal mendapatkan lapangan pekerjaan yang sama;
(2) manakala warga dari suatu suku bangsa memaksakan kehendaknya kepada suku bangsa
lain; (3) manakala warga dari suatu suku bangsa memaksakan ajaran agamanya kepada suku
bangsa lain yang berbeda agama; (4) manakala ada upaya dari suatu suku bangsa untuk
mendominasi suku lainnya; dan (5) manakala ada permusuhan secara adat di antara suku
bangsa yang ada.
Untuk mengatasi berbagai potensi konflik yang ada dalam masyarakat ada beberapa
sikap perbuatan yang harus dilakukan oleh warga masyarakat, sebagaimana dinyatakan oleh
Jusman Iskandar, yaitu: (1) mengakui akan martabat dan harga diri seseorang; (2) mengakui
akan adanya potensi dan sumber-sumber yang dimiliki oleh seseorang; (3) mengakui arti
pentingnya kebebasan untuk mengutarakan cita-cita; (4) mengakui akan adanya kemampuan
yang besar dalam diri seseorang; (5) mengakui hak-hak yang dimiliki oleh setiap individu;
(6) mengakui akan arti pentingnya perjuangan dan usaha perseorangan; (7) mengakuti akan
pentingnya hak perseorangan untuk mendapatkan bantuan dari orang lain; dan (8) mengakui
akan arti pentingnya organisasi sosial yang ada di masyarakat.
Selain ucapan perilaku di atas, untuk mengurangi terjadinya konflik diperlukan
adanya norma atau kaidah yang mengatur kehidupan masyarakat dengan adanya norma atau
kaidah ucapan atau perilaku seseorang akan menjadi terkendali dan terarah sesuai dengan
norma yang berlaku.
Norma-norma yang ada dan berkembang di masyarakat di antaranya adalah norma
agama yang sumbernya adalah dari Tuhan Yang Maha Esa, di mana pelaksanaan sanksinya
pada umumnya dilaksanakan di akherat. Norma Kesopanan yang bersumber pada kepatuhan
atau kepantasan yang berlaku dalam masyarakat. Norma kesusilaan merupakan norma yang
bersumber pada hati nurani atau hati sanubari seseorang, sehingga sanksinya pun pada
umumnya berupa penyesalan dalam diri. Norma adat bersumber pada kebiasaan yang turun-
temurun serta dirasakan sebagai suatu kewajiban oleh penganutnya, sehingga sanksinya pun
berupa pengucilan atau pengusiran oleh masyarakat adat setempat. Keempat norma tersebut
relatif. Oleh karena itu lahirlah norma hukum yang bersumberkan kepada lembaga resmi
yang ditunjuk untuk membuat norma hukum, sanksinya lebih pasti dan termuat terlebih
dahulu, sehingga lebih menjamin kepastian hukum.
Antara norma-norma yang ada tersebut memang satu sama lain berbeda, terutama
dilihat dari sumber dan pelaksanaan sanksinya. Namun sebenarnya antara norma-norma itu
satu sama lain tidak dapat dipisahkan, dalam arti saling melengkapi dan mempertegas.
6.2. Aturan-aturan dalam Kehidupan Bernegara
Untuk menyelesaikan perkara-perkara yang terjadi di masyarakat secara adil, maka
para aparatur hukum harus menegakkan hukum dengan sebaik-baiknya. Penegakan hukum
bertujuan untuk meningkatkan ketertiban dan kepastian hukum dalam masyarakat sehingga
masyarakat merasa memperoleh pengayoman dan hak-haknya terlindungi. Dalam
menegakkan hukum terdapat tiga unsur yang harus selalu diperhatikan yaitu: kepastian
hukum, kemanfaatan, dan keadilan.
Dalam rangka mewujudkan sistem hukum nasional yang berlandaskan Pancasila dan
UUD 1945, maka pembangunan bidang hukum harus mencakup sektor materi hukum, sektor
sarana dan prasarana hukum, serta sektor aparatur hukum. Aparatur hukum yang mempunyai
tugas untuk menegakkan dan melaksanakan hukum adalah antara lain lembaga kepolisian,
kejaksaan, dan kehakiman. Fungsi utama Lembaga Kepolisian adalah sebagai lembaga
penyidik; sedangkan kejaksaan berfungsi utama sebagai lembaga penuntut; serta lembaga
kehakiman sebagai lembaga pengadilan/pemutus perkara.
Berdasarkan pasal 10 ayat 1 Undang-undang No. 14 tahun 1970 bahwa kekuasaan
kehakiman dilaksanakan oleh badan pengadilan dalam empat lingkungan yaitu 1) Peradilan
Umum, 2) Peradilan Agama, 3) Peradilan Militer; dan 4) Peradilan Tata Usaha Negara.
Peradilan Umum merupakan peradilan bagi rakyat pada umumnya; sedangkan Peradilan
Militer, Peradilan Agama, dan Peradilan Tata Usaha Negara merupakan peradilan khusus
karena mengadili perkara-perkara tertentu dan mengadili golongan rakyat tertentu. Keempat
lingkungan peradilan tersebut masing-masing mempunyai lingkungan wewenang mengadili
tertentu serta meliputi badan peradilan secara bertingkat, yaitu pengadilan tingkat pertama,
tingkat banding, dan tingkat kasasi.
Hak dan kewajiban yang dimiliki warga negara mempunyai hubungan erat dengan
hukum, di mana hak dan kewajiban yang melekat pada seseorang itu muncul karena
ditentukan atau diciptakan oleh hukum. Tatanan yang diatur atau diciptakan hukum baru akan
menjadi kenyataan apabila kepada subjek hukum diberi hak dan dibebani kewajiban. Setiap
hubungan hukum yang diciptakan oleh hukum selalu mempunyai dua segi yaitu di satu pihak
hak dan dilain pihak kewajiban.
Dalam kehidupan di masyarakat, hak dan kewajiban selalu berkaitan, sehingga
keduanya tidak dapat dipisahkan, karena setiap hak selalu didahului atau diikuti kewajiban,
yang berarti tiada hak tanpa kewajiban.
Bangsa Indonesia melihat hak tidak terlepas dari kewajiban. Dengan demikian,
manusia Indonesia baik sebagai warga negara maupun sebagai warga masyarakat,
mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Hak dan kewajiban harus selalu digandengkan,
dengan maksud untuk memelihara ketertiban, keamanan, dan keharmonisan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Hak dan kewajiban merupakan satu kesatuan,
dimana setiap hak mengandung kewajiban dan demikian pula sebaliknya dalam setiap
kewajiban terkandung hak yang dapat dituntut.
Untuk menjamin hak yang dimiliki warga negara/penduduk, pemerintah telah
merumuskan beberapa hak yang dituangkan dalam UUD 1945 yaitu: hak kesamaan dalam
hukum dan pemerintahan, hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak, hak berpolitik,
hak berserikat dan berkumpul, hak memilih agama yang diyakininya, hak membela negara,
hak dipelihara oleh negara, dan sebagainya. Sedangkan kewajiban yang diatur dalam UUD
1945 antara lain kewajiban menjunjung hukum, kewajiban menjunjung pemerintah,
kewajiban membela negara, dan sebagainya. Hak dan kewajiban warga negara/penduduk
selain diatur dalam UUD 1945 diatur pula dalam peraturan yang ada di bawah UUD 1945.
Dengan adanya pengaturan tentang hak dan kewajiban warga negara dalam peraturan
perundangan negara, menunjukkan bahwa di negara kita hak dan kewajiban warga negara
mendapat jaminan atau perlindungan hukum..........................................

Anda mungkin juga menyukai