1. DEFINISI
Bunuh diri adalah segala perbuatan dengan tujuan untuk membinasakan dirinya
sendiri dan dengan sengaja dilakukan oleh seseorang yang tahu akan akibatnya yang
mungkin pada waktu yang singkat. (Maramis, 1992)
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk
mengakhiri kehidupannya. Menurut (Maris, Berman, Silverman, dan Bongar , 2000),
bunuh diri memiliki 4 pengertian, antara lain:
1. Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara intensional
2. Bunuh diri dilakukan dengan intensi
3. Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri
4. Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif) atau tidak langsung (pasif),
misalnya dengan tidak meminum obat yang menentukan kelangsungan hidup atau
secara sengaja berada di rel kereta api.
Bunuh diri atau dalam bahasa inggris disebut Suicide (berasal dari kata Latin suicidium,
dari sui caedere “ membunuh diri sendiri “ ) adalah sebuah tindakan sengaja yang
menyebabkan kematian diri sendiri. Bunuh diri sering kali dilakukan akibat putus asa,
yang penyebabnya sering dikaitkan dengan gangguan jiwa misalnya depresi,
schizophrenia, ketergantungan alcohol/alkoholisme, dan penyalah gunaan obat.
(Wikipedia Bahasa Indonesia).
Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat
mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena merupakan
perilaku untuk mengakhiri kehidupannya. (Stuart, 2006)
Jadi resiko bunuh diri adalah upaya untuk melakukan bunuh diri yang bertujuan untuk
mengakhiri kehidupan .
2. PROSES TERJADINYA
a. Faktor –Faktor Penyebab Bunuh Dri
1. Faktor Predisposisi
Menurut(Stuart dan Sundeen , 1997)faktor predisposisi bunuh diri antara lain:
1) Diagnostik Psikiatrik
> 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, mempunyai
hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu
beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan
skizofrenia.
2) Sifat Kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko bunuh diri
adalah rasa bermusuhan, implusif dan depresi.
3) Lingkungan Psikososial
Seseorang yang baru mengalami kehilangan, perpisahan/perceraian, kehilangan
yang dini dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang
berhubungan dengan bunuh diri.
4) Riwayat Keluarga/Factor Genetic
Factor genetic mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri pada keturunannya
serta merupakan faktor resiko penting untuk perilaku destruktif. Beberapa orang
mewarisi gen dengan emosi yang lemah danbeberapa penelitian menunjukkan bahwa
dalam beberapa garis keluargaterjadi banyak kasus bunuh diri. Anggota keluarga
yang salah seorang di garisketurunannya pernah bunuh diri, lebih berisiko melakukan
bunuh diri.Disamping itu adanya penurunan serotonin dapat menyebabkan depresi
yang berkontribusi terjadinya resiko bunuh diri.
5) Faktor Biokimia
Susunan kimiawi otak bisa membuat seseorang lebih kuat dalam menghadapi
problem. Kadar serotonin yang rendah khususnya di dalam otak, dapat membuat
mood seseorang menjadi buruk, membuat tidak bahagia , mengurangi minat
seseorang pada keberadaanya, dan beresiko menjadi depresi dan bunuh diri.
6) Faktor Sosiologi
Emile Durkheim membagi suicide dalam 3 kategori yaitu: egoistik (orang yang
tidak terintregasi pada kelompok sosial), atruistik (melakukan suicide untuk kebaikan
masyarakat) dan anomic (suicide karena kesulitan dalam berhubungan dengan orang
lain dan beradaptasi dengan stressor).
2. Faktor Presipitasi
b. Rentang Respon
1. Orang yang bicara mengenai bunuh Kebanyakan orang yang bunuh diri telah
diri, tidak akan melakukannya memberi peringatan yang pasti dari
keinginannaya
3. Bunuh diri terjadi tanpa peringatan Orang dengan kecenderungan bunuh diri
seringkali memberikan banyak indikasi
4. Perbaikan setelah suatu krisis berarti Banyak bunuh diri terjadi dalam periode
resiko bunuh diri telah berakhir perbaikan saat pasien telah mempunyai
energy dan kembali ke pikiran putus asa
untuk melakukan tindakan destruktif
5. Tidak semua bunuh diri dapat Sebagian besar bunuh diri dapat dicegah
dicegah
6. Sekali seseorang cenderung bunuh Pikiran bunuh diri tidak permanen dan
diri, maka dia selalu cenderung untuk beberapa orang tidak akan
bunuh diri melakukannya kembali
7. Hanya orang yang miskin bunuh diri Bunuh diri dapat terjadi pada semua orang
tergantung pada keadaan sosial, lingkungan,
ekonomi dan kesehatan jiwa
8. Bunuh diri selalu terjadi pada pasien Pasien gangguan jiwa mempunyai resiko
gangguan jiwa lebih tinggi untuk bunuh diri dapat juga
terjadi pada orang yang sehat fisik dan
jiwanya bertanya tentang bunuh diri , tidak
akan memacu bunuh diri
9. Menanyakan tentang pikiran bunuh Bila tidak menanyakan pikiran bunuh diri
diri dapat memicu orang untuk bunuh tidak akan dapat mengidentifikasi orang
diri yang beresiko tinggi bunuh diri
d. Pathway
Pertimbangan
untuk melakukan
bunuh diri
Ambivalensi
Kurangnya respon
Kematian
positif
Bunuh Diri
Tahapan rentang perkembangan bunuh diri juga dibedakan sebagai berikut :
1. Suicide Ideation
Pada tahapan ini merupakan proses kontemplasi dari suicide, atau sebuah metode
yang digunakan tanpa melakukan aksi atau tindakan, bahkan klien pada tahap ini tidak
akan mengungkapkan idenya apabila tidak ditekan. Walaupun demikian, perawat perlu
menyadari bahwa pasien pada tahap ini memiliki pikiran tentang keinginan untuk mati.
2. Suicide Intent
Pada tahap ini klien mulai berpikir dan sudah melakukan perencanaan yang
konkrit untuk melakukan bunuh diri.
3. Suicide Threat
Pada tahap ini klien mengekpresikan adanya keinginan dan hasrat yang dalam,
bahkan ancaman untuk mengakhiri hidupnya.
4. Suicide Gesture
Pada tahap ini klien menunjukan perilaku destruktif yang diarahkan pada diri
sendiri yang bertujuan tidak hanya mengancam kehidupannya tetapi sudah pada
percobaan untuk melakukan bunuh diri.Tindakan yang dilakukan umumnya tidak
mematikan karena mengalami ambivalensi kematian. Individu ini masih memiliki
kemampuan untuk hidup, ingin diselamatkan, dan individu ini sedang mengalami konflik
mental. Tahap ini dinamakan “Crying For Help” .
5. Suicide Attempt
Pada tahap ini perilaku destruktif klien yang mempunyaiindikasi individu ingin
mati dan tidak mau diselamatkan misalnya minum obat yang mematikan, namun masih
ada yang mengalami ambivalensi.
6. Suicide
Tindakan bunuh diri ini sebelumnya telah didahului oleh beberapa percobaan bunuh diri
sebelumnya. 30 % orang berhasil melakukan bunuh diri adalah orang yang pernah
melakukan percobaan bunuh diri sebelumnya.Suicide ini merupakan pilihan terakhir utnuk
mengatasi kesedihan yang mendalam.
f. Macam Perilaku Bunuh Diri Yang Perlu Diperhatikan, Menurut (Stuart & Sundeen ,
2006) Yaitu:
a. Isyarat Bunuh Diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin bunuh
diri, misalnya dengan mengatakan :”Tolong jaga anak-anak karena saya akan pergi
jauh!” atau “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya”. Pada kondisi ini klien mungkin
sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya, namun tidak disertai dengan ancaman
dan percobaan bunuh diri. Klien umumnya mengungkapkan perasaan seperti rasa
bersalah/ sedih/ marah/ putus asa/ tidak berdaya. Klien juga mengungkapkan hal-hal
negatif tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri rendah.
b. Ancaman Bunuh Diri.
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh klien, berisi keinginan untuk mati
disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk
melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif klien telah memikirkan rencana bunuh diri,
namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri. Walaupun dalam kondisi ini klien
belum pernah mencoba bunuh diri, pengawasan ketat harus dilaksanakan. Kesempatan
sedikit saja dapat dimanfaatkan klien untuk melaksanakan rencana bunuh dirinya.
c. Upaya Bunuh Diri
Semua tindakan agresif yang diarahkan pada diri sendiri yang dilakukan oleh
individu yang dapat mengarah pada kematian jika tidak dicegah
d. Bunuh Diri
Mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau terabaikan. Percobaan
bunuh diri terlebih di dahulu dengan individu tersebut mengalami depresi yang berat
akibat suatu masalah yang menjatuhkan harga dirinya.
DAFTAR PUSTAKA
Dalami, Ermawati. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa. Jakarta:
Tim KDT (Katalog Dalam Terbitan)
Azizah, Lilik M. 2011. Keperawatan Jiwa (Aplikasi Praktik Klinik). Yogyakarta: Graha
Ilmu
Purwanto, Teguh. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Ed 1. Yogyakarta : Graha Ilmu
Budi Anna Keliat. 2011 .Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas . Jakrta : EGC
Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama
Stuart, G. W. 2006. “Buku Saku Keperawatan Jiwa”. Jakarta: EGC