Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semenjak manusia pada jaman purbakala sampai dengan jaman sekarang, manusia telah
mengalami perkembangan dalam setiap periode waktu yang dilewatinya yang telah kita kenal
dengan berbagai jaman seperti jaman meolitikum, neolitikum. Peradaban manusia telah
mengalami kemajuan sampai sekarang. Selama perkembangan itu, manusia menjalani kehidupan
bergantung pada pertanian dan agrikultur. Dengan orientasi kehidupan tersebut, manusia selalu
berusaha menjaga dan melestarikan lingkungannya dengan sebaik-baiknya yang bertujuan untuk
menjaga kelangsungan hidup manusia pula. Dan pada saatnya, perkembangan manusia telah
mengalami jaman revolusi industri yang menggantungkan kehidupan manusia pada bidang
perindustrian. Dengan orientasi hidup tersebut, dunia agrikultur pun mengalami kemunduran
perlahan-lahan. Nilai-nilai kehidupan manusia pun mengalami perubahan, terutama dalam
interaksi manusia dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan yang terjadi ini menghasilkan
dampak, baik positif maupun negatif. Salah satu dampak revolusi industri yang telah terjadi dan
masih terus berlanjut pada masa sekarang dalam kehidupan dan peradaban manusia adalah
dampaknya bagi lingkungan yang ada di sekitar manusia itu sendiri.
Ekspansi usaha yang dilakukan oleh para pelaku industri seperti pembangunan pabrik-
pabrik dan pembuatan produksi dengan kapasitas besar dengan mengesampingkan perhatian
terhadap dampaknya bagi lingkungan secara perlahan namun pasti telah mengakibatkan kelalaian
yang pada akhirnya akan merugikan lingkungan tempat tinggal manusia serta manusia dan
kehidupannya. Para ahli lingkungan telah menemukan indikasi adanya dampak yang terbesar bagi
lingkungan dan dunia secara global akibat usaha perindustrian yang dilakukan dan telah
berkembang pesat ini. Dampak negatif ini adalah terjadinya pemanasan di dunia dan sering disebut
sebagai Global Warming. Namun, masalah Global Warming sebagai masalah lingkungan ini masih
diperdebatkan kebenarannya oleh beberapa pihak yang menganggap Global Warming adalah
alasan yang diciptakan untuk membatasi laju perkembangan perindustrian. Walaupun masih
terdapat perdebatan mengenai kebenaran keadaan Global Warming di antara para ahli lingkungan
tersebut, namun masalah Global Warming ini tidaklah dapat dipungkiri untuk diteliti dan ditelaah
lebih lanjut demi kelangsungan kehidupan manusia.

1
Untuk itu, Karya Tulis yang dibuat ini akan memperlihatkan dan menjelaskan kebenaran
mengenai masalah pemanasan Global ini dengan berdasarkan studi literature dari berbagai sumber
yang terpercaya dan kompeten. Pembahasan dan penjelasan yang dilakukan pun akan ditinjau dari
sudut pandang pihak yang pro dan pihak yang kontra. Dalam Karya Tulis ini pun akan menyajikan
fakta-fakta yang memperkuat keberadaan masalah pemanasan Global ini

.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah seperti dibawah ini:
1. Apakah pengertian dari Pemanasan Global
2. Apa Penyebab Pemanasan Global
3. Apa Dampak Dari Pemanasan Global
4. Bagaimana cara penanggulangan pemanasan global
1.4 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1.Mengetahui dan Memahami Pengertian dari Pemanasan Global
2. Mengetahui dan Memahami Penyebab Pemanasan Global
3. Mengetahui dan Memahami Dampak Dari Pemanasan Global
4. Mengetahui dan Memahami Cara penanggulangan pemanasan global

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pemanasan Global


Pemanasan global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer , laut , dan
daratan Bumi . Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan
global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.
Perbedaan angka perkiraan itu dikarenakan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai
emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda.
Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan
muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat
emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain
seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim, serta
perubahan jumlah dan pola presipitasi . Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah
terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser , dan punahnya berbagai jenis hewan.
Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuan adalah mengenai jumlah pemanasan yang
diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan
yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih
terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus
dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi
terhadap konsekwensi-konsekwensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di
dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto , yang mengarah pada pengurangan
emisi gas-gas rumah kaca.

2.2 Penyebab Utama Pemanasan Global

Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi
tersebut dalam bentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak . Ketika energi ini

3
mengenai permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi.
Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian
dari panas ini sebagai radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian
panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara
lain uap air , karbondioksida, dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-
gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan
akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Hal tersebut terjadi berulang-ulang
dan mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat. Gas-gas tersebut berfungsi
sebagaimana kaca dalam rumah kaca . Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di
atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.
Sebenarnya, efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada
di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan temperatur rata-rata
sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dengan efek rumah kaca
(tanpanya suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi). Akan
tetapi sebaliknya, akibat jumlah gas-gas tersebut telah berlebih di atmosfer, pemanasan global
menjadi akibatnya.
Pemanasan global terjadi ketika ada konsentrasi gas-gas tertentu yang dikenal dengan gas
rumah kaca, yg terus bertambah di udara, hal tersebut disebabkan oleh tindakan manusia, kegiatan
industri, khususnya CO2 dan chlorofluorocarbon. Yang terutama adalah karbon dioksida, yang
umumnya dihasilkan oleh penggunaan batubara, minyak bumi, gas dan penggundulan hutan serta
pembakaran hutan.
Asam nitrat dihasilkan oleh kendaraan dan emisi industri, sedangkan emisi metan
disebabkan oleh aktivitas industri dan pertanian. Chlorofluorocarbon CFCs merusak lapisan ozon
seperti juga gas rumah kaca menyebabkan pemanasan global, tetapi sekarang dihapus dalam
Protokol Montreal. Karbon dioksida, chlorofluorocarbon, metan, asam nitrat adalah gas-gas polutif
yang terakumulasi di udara dan menyaring banyak panas dari matahari. Sementara lautan dan
vegetasi menangkap banyak CO2, kemampuannya untuk menjadi “atap” sekarang berlebihan
akibat emisi. Ini berarti bahwa setiap tahun, jumlah akumulatif dari gas rumah kaca yang berada
di udara bertambah dan itu berarti mempercepat pemanasan global.
Sepanjang seratus tahun ini konsumsi energi dunia bertambah secara spektakuler. Sekitar
70% energi dipakai oleh negara-negara maju; dan 78% dari energi tersebut berasal dari bahan

4
bakar fosil. Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan yang mengakibatkan sejumlah wilayah
terkuras habis dan yang lainnya mereguk keuntungan. Sementara itu, jumlah dana untuk
pemanfaatan energi yang tak dapat habis (matahari, angin, biogas, air, khususnya hidro mini dan
makro), yang dapat mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, baik di negara maju maupun
miskin tetaplah rendah, dalam perbandingan dengan bantuan keuangan dan investasi yang
dialokasikan untuk bahan bakar fosil dan energi nuklir.
Konsumsi energi bahan bakar fosil. Sektor industri merupakan penyumbang emisi karbon
terbesar, sedangkan sektor transportasi menempati posisi kedua. Menurut Departemen Energi dan
Sumberdaya Mineral (2003), konsumsi energi bahan bakar fosil memakan sebanyak 70% dari total
konsumsi energi, sedangkan listrik menempati posisi kedua dengan memakan 10% dari total
konsumsi energi. Dari sektor ini, Indonesia mengemisikan gas rumah kaca sebesar 24,84% dari
total emisi gas rumah kaca.
Indonesia termasuk negara pengkonsumsi energi terbesar di Asia setelah Cina, Jepang,
India dan Korea Selatan. Konsumsi energi yang besar ini diperoleh karena banyaknya penduduk
yang menggunakan bahan bakar fosil sebagai sumber energinya, walaupun dalam perhitungan
penggunaan energi per orang di negara berkembang, tidak sebesar penggunaan energi per orang
di negara maju. Menurut Prof. Emil Salim, USA mengemisikan 20 ton CO2/orang per tahun
dengan jumlah penduduk 1,1 milyar penduduk, Cina mengemisikan 3 ton CO2/orang per tahun
dengan jumlah 1,3 milyar penduduk, sementara India mengemisikan 1,2 ton CO2/orang dengan
jumlah 1 milyar penduduk.
Dengan demikian, banyaknya gas rumah kaca yang dibuang ke atmosfer dari sektor ini
berkaitan dengan gaya hidup dan jumlah penduduk. USA merupakan negara dengan penduduk
yang mempunyai gaya hidup sangat boros, dalam mengkonsumsi energi yang berasal dari bahan
bakar fosil, berbeda dengan negara berkembang yang mengemisikan sejumlah gas rumah kaca,
karena akumulasi banyaknya penduduk.
Sampah. Sampah menghasilkan gas metana (CH4). Diperkirakan 1 ton sampah padat
menghasilkan 50 kg gas metana. Sampah merupakan masalah besar yang dihadapi kota-kota di
Indonesia. Menurut Kementerian Negara Lingkungan Hidup pada tahun 1995 rata-rata orang di
perkotaan di Indonesia menghasilkan sampah sebanyak 0,8 kg/hari dan pada tahun 2000 terus
meningkat menjadi 1 kg/hari. Dilain pihak jumlah penduduk terus meningkat sehingga,
diperkirakan, pada tahun 2020 sampah yang dihasilkan mencapai 500 juta kg/hari atau 190 ribu

5
ton/tahun. Dengan jumlah ini maka sampah akan mengemisikan gas metana sebesar 9500
ton/tahun. Dengan demikian, sampah di perkotaan merupakan sektor yang sangat potensial,
mempercepat proses terjadinya pemanasan global.
Kerusakan hutan. Salah satu fungsi tumbuhan yaitu menyerap karbondioksida (CO2), yang
merupakan salah satu dari gas rumah kaca, dan mengubahnya menjadi oksigen (O2). Saat ini di
Indonesia diketahui telah terjadi kerusakan hutan yang cukup parah. Laju kerusakan hutan di
Indonesia, menurut data dari Forest Watch Indonesia (2001), sekitar 2,2 juta/tahun. Kerusakan
hutan tersebut disebabkan oleh kebakaran hutan, perubahan tata guna lahan, antara lain perubahan
hutan menjadi perkebunan dengan tanaman tunggal secara besar-besaran, misalnya perkebunan
kelapa sawit, serta kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan oleh pemegang Hak Pengusahaan
Hutan (HPH) dan Hutan Tanaman Industri (HTI). Dengan kerusakan seperti tersebut diatas, tentu
saja proses penyerapan karbondioksida tidak dapat optimal. Hal ini akan mempercepat terjadinya
pemanasan global.
Menurut data dari Yayasan Pelangi, pada tahun 1990, emisi gas CO2 yang dilepaskan oleh
sektor kehutanan, termasuk perubahan tata guna lahan, mencapai 64 % dari total emisi CO2
Indonesia yang mencapai 748,61 kiloTon. Pada tahun 1994 terjadi peningkatan emisi karbon
menjadi 74%.
Pertanian dan peternakan. Sektor ini memberikan kontribusi terhadap peningkatan emisi
gas rumah kaca melalui sawah-sawah yang tergenang yang menghasilkan gas metana,
pemanfaatan pupuk serta praktek pertanian, pembakaran sisa-sisa tanaman, dan pembusukan sisa-
sisa pertanian, serta pembusukan kotoran ternak. Dari sektor ini gas rumah kaca yang dihasilkan
yaitu gas metana (CH4) dan gas dinitro oksida (N20). Di Indonesia, sektor pertanian dan
peternakan menyumbang emisi gas rumah kaca sebesar 8.05 % dari total gas rumah kaca yang
diemisikan ke atmosfer.

2.3 Dampak Pemanasan Global


Sebagai sebuah fenomena global, dampak pemanasan global dirasakan oleh seluruh umat manusia
di dunia, termasuk Indonesia. Posisi Indonesia sebagai negara kepulauan, menempatkan Indonesia
dalam kondisi yang rentan menghadapi terjadinya pemanasan global. Sebagai akibat terjadinya
pemanasan global, Indonesia akan menghadapi peristiwa :

6
Pertama, Kenaikan temperatur global, menyebabkan mencairnya es di kutub utara dan
selatan, sehingga mengakibatkan terjadinya pemuaian massa air laut, dan kenaikan permukaan air
laut. Hal ini akan menurunkan produksi tambak ikan dan udang, serta terjadinya pemutihan
terumbu karang (coral bleaching), dan punahnya berbagai jenis ikan. Selain itu, naiknya
permukaan air laut akan mengakibatkan pulau-pulau kecil dan daerah landai di Indonesia akan
hilang. Ancaman lain yang dihadapi masyarakat yaitu memburuknya kualitas air tanah, sebagai
akibat dari masuknya atau merembesnya air laut, serta infrastruktur perkotaan yang mengalami
kerusakan, sebagai akibat tergenang oleh air laut.
Kedua, Pergeseran musim sebagai akibat dari adanya perubahan pola curah hujan.
Perubahan iklim mengakibatkan intensitas hujan yang tinggi pada periode yang singkat serta
musim kemarau yang panjang. Di beberapa tempat terjadi peningkatan curah hujan sehingga
meningkatkan peluang terjadinya banjir dan tanah longsor, sementara di tempat lain terjadi
penurunan curah hujan yang berpotensi menimbulkan kekeringan. Sebagian besar Daerah Aliran
Sungai (DAS) akan terjadi perbedaan tingkat air pasang dan surut yang makin tajam. Hal ini
mengakibatkan meningkatnya kekerapan terjadinya banjir atau kekeringan. Kondisi ini akan
semakin parah apabila daya tampung badan sungai atau waduk tidak terpelihara akibat erosi.
Kedua peristiwa tersebut akan menimbulkan dampak pada beberapa sektor, yaitu :
- Kehutanan. Terjadinya pergantian beberapa spesies flora dan fauna. Kenaikan suhu akan
menjadi faktor penyeleksi alam, dimana spesies yang mampu beradaptasi akan bertahan dan,
bahkan kemungkinan akan berkembang biak dengan pesat. Sedangkan spesies yang tidak mampu
beradaptasi, akan mengalami kepunahan. Adanya kebakaran hutan yang terjadi merupakan akibat
dari peningkatan suhu di sekitar hutan, sehingga menyebabkan rumput-rumput dan ranting yang
mengering mudah terbakar. Selain itu, kebakaran hutan menyebabkan punahnya berbagai
keanekaragaman hayati.
- Perikanan. Peningkatan suhu air laut mengakibatkan terjadinya pemutihan terumbu karang,
dan selanjutnya matinya terumbu karang, sebagai habitat bagi berbagai jenis ikan. Suhu air laut
yang meningkat juga memicu terjadinya migrasi ikan yang sensitif terhadap perubahan suhu secara
besar-besaran menuju ke daerah yang lebih dingin. Peristiwa matinya terumbu karang dan migrasi
ikan, secara ekonomis, merugikan nelayan karena menurunkan hasil tangkapan mereka.
- Pertanian. Pada umumnya, semua bentuk sistem pertanian sensitif terhadap perubahan
iklim. Perubahan iklim berakibat pada pergeseran musim dan perubahan pola curah hujan. Hal

7
tersebut berdampak pada pola pertanian, misalnya keterlambatan musim tanam atau panen,
kegagalan penanaman, atau panen karena banjir, tanah longsor dan kekeringan. Sehingga akan
terjadi penurunan produksi pangan di Indonesia. Singkatnya, perubahan iklim akan mempengaruhi
ketahanan pangan nasional.
- Kesehatan. Dampak pemanasan global pada sektor ini yaitu meningkatkan frekuensi
penyakit tropis, misalnya penyakit yang ditularkan oleh nyamuk (malaria dan demam berdarah),
mewabahnya diare, penyakit kencing tikus atau leptospirasis dan penyakit kulit. Kenaikan suhu
udara akan menyebabkan masa inkubasi nyamuk semakin pendek sehingga nyamuk makin cepat
untuk berkembangbiak. Bencana banjir yang melanda akan menyebabkan terkontaminasinya
persediaan air bersih sehingga menimbulkan wabah penyakit diare dan penyakit leptospirosis pada
masa pasca banjir. Sementara itu, kemarau panjang akan mengakibatkan krisis air bersih sehingga
berdampak timbulnya penyakit diare dan penyakit kulit. Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA) juga menjadi ancaman seiring dengan terjadinya kebakaran hutan.
Selain dampak diatas, tercatat beberapa kejadian luar biasa yang mengindikasikan terjadinya
pemanasan global, yaitu :
- Tahun 2005 merupakan tahun terpanas. NASA melaporkan bahwa temperatur rata-rata
global telah meningkat 0,060 C.
- Pencairan Artik terbesar terjadi di tahun 2005. Hasil foto salah satu satelit menunjukkan
area yang tertutup es permanen merupakan area tersempit pada akhir musim panas tahun 2005.
- Tahun 2005 merupakan tahun dengan air di Karibia terpanas, lebih lama dari yang pernah
terjadi dan menyebabkan terjadinya pemutihan karang (coral bleaching) besar-besaran di
sepanjang wilayah mulai dari Karibia hingga Florida Keys, Amerika Serikat.
- Tahun 2005 tercatat sebagai tahun dengan nama badai terbanyak. Terdapat 26 nama badai
yang melampaui daftar nama resmi. Pada tahun ini juga terdapat sekitar 14 badai, yang disebut
sebagai badai hebat (hurricane), karena memiliki kecepatan angin melebihi 119 km/jam. Rekor
tahun sebelumnya hanya 12 badai dalam setahun. Tahun 2005 juga merupakan tahun dengan
kategori 5 badai terbanyak dengan kecepatan angin 249 km/jam. Tahun 2005 merupakan tahun
yang mengalami kerugian termahal akibat badai.
- Tahun 2005 merupakan tahun terkering yang pernah terjadi sejak beberapa dekade lalu di
Amazon, Amerika Selatan. Dan Amerika bagian barat menderita akibat kekeringan yang panjang.

8
Negara Amerika Serikat ternyata penyumbang emisi gas rumah kaca (Carbon
Dioksida/CO2) yang mempengaruhi langsung komposisi atmosfer sehingga terjadinya perubahan
iklim dan pemanasan global. Urutan kedua ditempati negara Uni Soviet, disusul Cina, Brazil,
India, Jepang, sedangkan Indonesia berada pada urutan ketujuh. Gas emisi C02 sangat
mempengaruhi perubahan iklim bumi. Dengan semakin meningkatnya CO2 maka bumi akan
semakin panas. Aktivitas manusia dalam pembangunan sering menggunakan energi yang
bersumber dari fosil dan energi lain yang menghasilkan gas emisi rumah kaca.
Perubahan iklim penyebab pemanasan global tidak hanya disebabkan emisi C02 tapi bisa
disebabkan penggunaan energi transpotasi dan industri serta perambahan hutan. Untuk dunia
penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar berasal dari sektor transpotasi dan industri. Pada
dasarnya pemanasan global bisa dikurangi jika penggunaan fosil dan energi lainnya dikurangi
sebanyaknya-banyaknya. Pengurangan tersebut menyebabkan kondisi suhu bumi akan semakin
baik atau laju peningkatan perubahan iklim bisa diperlambat.
Gas Emisi CO2
Gas CO2 merupakan salah satu gas rumah kaca, sedangkan SOx dan NOx merupakan
polutan yang bilamana terhirup manusia dalam jumlah yang banyak maka bisa membahayakan
kesehatan manusia. Selain itu gas SOx dan NOx bilamana teroksidasi dan larut dalam tetes-tetes
awan dapat menjadikan hujan menjadi hujan asam, yang mana hujan asam ini berdampak buruk
terhadap lingkungan.Data yang digunakan adalah data tahun 1992 sampai 2002 berupa jumlah
penduduk, GDP, serta emisi CO2, NOx dan SOx sebagai hasil perhitungan emisi akibat pemakaian
energi yang dilakukan oleh Pengkajian Energi Universitas Indonesia. Sedangkan jumlah
penduduk, GDP, emisi CO2, NOx dan SOx dari tahun 2003 sampai 2020 adalah merupakan hasil
model INOSYD (Indonesia Energy Outlook by System Dynamic). Sebagai kesimpulan diperoleh
bahwa emisi gas CO2 yang terbesar berasal dari pembangkit listrik kemudian diikuti oleh sektor
industri, emisi gas NOx yang terbesar berasal dari sektor transportasi, emisi gas SOx terbesar
berasal dari sektor rumah tangga, baik emisi NOx per kapita maupun emisi SOx per kapita dari
tahun ke tahun cenderung naik, umumnya emisi gas NOx per kapitanya lebih besar dari pada gas
SOx, emisi gas NOx per GDP-nya umumnya lebih besar dari pada gas SOx, namun keduanya
berfluktuasi, emisi gas CO2 per kapita cenderung meningkat, tetapi emisi CO2 per GDP
berfluktuasi

9
Pada prinsipnya, gas C02 sangat bermanfaat dalam menopang kehidupan bumi. Di atmosfer,
keberadaan gas CO2 merupakan bahan fotosintesis tumbuhan hijau dan sifat rumah kacanya
menjaga kesetimbangan suhu bumi. Banyak proses industri dalam ruang tertutup menggunakan
gas CO2. Konsentrasi yang semakin meningkat di atmosfer menyebabkan kekhawatiran akan
pemanasan global yang semakin tinggi. Dalam proses pembentukan CO2, banyak senyawa lain
yang ikut dihasilkan dan perubahan fisik yang terjadi. Senyawa selain CO2 dan perubahan fisik
inilah sebenarnya yang berpotensi lebih berbahaya dibandingkan dengan C02-nya sendiri.
Senyawa dan perubahan fisik apa saja yang menyertai pelepasan CO2 ke atmosfer
tergantung pada sumber dan prosesnya. Untuk mengetahui hal itu harus dikaji setiap sumber atau
aktivitas yang menghasilkan CO2. Sumber utama CO2 adalah pembakaran bahan bakar fosil yang
menyumbang sekitar 74 persen dari emisi total. Sumber CO2 kedua adalah deforestasi, baik
melalui proses pembusukan maupun pembakaran menyumbang 23 persen. Sisanya, kurang dari 4
persen berasal dari industri, terutama industri semen, oksidasi CO di troposfer, dan proses alamiah
lainnya.
Proses pembakaran bahan bakar fosil dan pembakaran biomasa hutan hampir sama. Unsur
utama bahan bakar, baik bahan bakar fosil maupun biomasa adalah karbon. Ketika terbakar
sempurna, unsur karbon tersebut menjadi CO2. Besarnya tingkat kesempurnaan pembakaran biasa
disebut combustion efficiency (efisiensi pembakaran). Pada intinya, combustion efficiency
meningkat jika pasokan oksigen selama proses pembakaran berlangsung tercukupi.Combustion
efficiency bahan bakar fase gas paling tinggi, dan fasepadat paling rendah. Efisiensi pembakaran
bahan bakar gas rata-rata 99.5 persen, bahan bakar minyak paling tinggi 99 persen jika kondisi
pembakaran bagus. Batu bara dan biomasa dalam kondisi kering paling tinggi 98 persen, jika kayu
dalam kondisi basah atau tidak ada aliran udara ke dalam sistem pembakaran yang memadai maka
koefisien pembakaran hanya 85 persen.
Unsur karbon yang terbakar tidak sempurna terbentuk menjadi senyawa gas monoksida
(CO), hidrokarbon (HC), terutama metan (CH4), dan partikulat (asap, abu, jelaga). Gas CO2
adalah produk pembakaran yang paling kecil dampak-negatifnya terhadap lingkungan. Gas CO2
hanya bersifat rumah kaca dengan nilai GWP sangat kecil dibandingkan dengan CH4 yang
merupakan produk lain dari pembakaran karbon. Gas CO bersifat polutan yang membahayakan
kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian, demikian juga hidrokarbon. Partikulat karbon

10
merupakan polutan yang berdampak buruk pada kesehatan mata dan pernapasan, terutama jika
ukurannya kurang dari 10 m karena partikulat berpotensi masuk ke sistem peredaran darah.
Di troposfer, hidrokarbon melalui rekasi yang rumit akan terbentuk menjadi CH4 dan CH4
menjadi CO dan selanjutnya menjadi CO2. Jadi untuk meminimalkan dampak negatif di udara,
karbon dalam bahan bakar terbakar menjadi CO2. Oleh karena itu, diantara bahan bakar yang
paling kecil dampak negatifnya terhadap lingkungan atmosfer adalah bahan bakar gas. Semakin
ke bentuk padat, semakin banyak unsur karbon yang terbentuk menjadi selain CO2 yang jauh lebih
berbahaya dibandingkan dengan CO2.
Pengalihan penggunaan minyak tanah ke gas sangat baik untuk memperbaiki lingkungan
udara karena gas memiliki efisiensi pembakaran paling tinggi, hampir 100 persen, maka hanya
sedikit sekali unsur karbon yang terbentuk menjadi CO ataupun hidrokarbon dan partikulat. Gas
juga tidak ada unsur sulfur yang akan membentuk polutan SO2.
Akibat pembakaran bahan bakar, bukan hanya senyawa CO, hidrokarbon, dan partikulat
karbon saja yang menyertainya. Pada pembakaran bensin untuk kendaraan bermotor ada partikulat
timbal. Unsur sulfur dalam solar, batu bara, dan biota menjadi sumber SO2 yang mengganggu
sistem pernapasan dan iritasi mata, dan juga sistem transportasi karena berkurang jarak pandang.
Panas yang tinggi pada proses pembakaran menjadi sumber NOx (NO dan NO2). Unsur nitrogen
dalam biomasa terbakar menjadi senyawa nitrogen yang berbahaya juga seperti NOx, NH3, dan
N2O. Bahan bakar solar, batu bara, dan biomasa mengandung sulfur yang apabila dibakar
membentuk senyawa SO2.Dampak senyawa selain CO2 sangat kompleks dibandingkan dengan
CO2. NOx dan karbon monoksida (CO) merupakan precursor ozon (O3) di atmosfer bawah. Ozon
pada atmosfer bawah, selain bersifat polutan juga merupakan gas rumah kaca. SO2, NH3, dan
NOx berdampak pada pembentukan hujan asam.
Debu partikel selain menyebabkan iritasi mata dan gangguan penglihatan karena berkurang
jarak pandang, partikulat dengan ukuran kurang dari 10 m dapat masuk ke dalam sistem
pernapasan dan akhirnya ikut dalam peredaran darah. Tentunya hal itu sangat berbahaya. Jika
partikulat itu timbal yang masih ada dalam bensin kita, maka akan menyebabkan gangguan ginjal
dan menurunkan kecerdasan anak. Bahkan timbal ini terakumulasi dalam darah sehingga anak
yang dikandung atau disusui oleh ibu yang tercemar timbal akan berisiko ber-IQ rendah.
Deforestasi yang dituding menyumbang 23 persen emisi CO2, memiliki dampak negatif lain yang
seharusnya mendapat perhatian. Dampak pertama dari deforestasi adalah berkurangnya

11
keanekaragaman hayati, berkurangnya kesuburan tanah, siklus hidrologi terganggu sehingga
berdampak pada bencana banjir dan tanah longsor saat musim hujan dan kekeringan saat musim
kemarau. Perubahan lahan akibat deforestasi juga berdampak pada kenaikan suhu udara yang
dikenal sebagai urban heat island.
Oleh karena itu, kegiatan reduksi emisi CO2 dalam tujuan menekan pemanasan global mempunyai
tujuan ekologis lain yang lebih besar nilainya. Kalau penanganan pemanasan global hanya sekadar
menekan CO2, sebenarnya masalah pemanasan global bukan hanya CO2 saja yang menjadi
penyebabnya tetapi senyawa lain yang menyertai terbentuknya CO2, dan dampaknya sudah sangat
terasakan dalam merusak lingkungan serta mengganggu kesehatan.
Manfaatkan Sumber Energi dari Alam :
· Gunakan tenaga surya untuk rumah dan pemanas air.
· Gunakan sinar matahari untuk mengeringkan pakaian Anda.
· Gunakan pencahayaan dari sinar matahari secara optimal, bukannya mengandalkan lampu
listrik.
· Buka jendela, agar angin dapat berhembus masuk untuk menyejukkan dan menyegarkan
ruangan di rumah anda, daripada menggunakan penyejuk udara buatan yang boros listrik seperti
AC.
· Jika tetap menggunakan AC, jangan lupa bersihkan AC secara teratur, akan menghemat
listrik.
· Jangan lupa setel ‘timer’ pada AC agar berhenti pada saat sebelum fajar.
· Exhaust fan juga bisa digunakan untuk membantu pertukaran udara segar di dalam ruang,
jika sirkulasi angin belum maksimal.
· Jika ingin, membangun rumah tinggal jangan lupa memanfaatkan sirkulasi udara angin dan
cahaya alamiah dari matahari secara optimal. Pada Negara yang sudah sangat peduli Bumi, seperti
Swedia, Denmark dan juga Jepang, pemakaian listrik sudah mulai memanfaatkan tenaga kincir
angin dan panel surya, mudah-mudahan di Indonesia bisa segera diterapkan juga, mengingat listrik
dari PLN pun sekarang belum bisa menjangkau seluruh peloksok daerah terutama daerah terpencil.
Sumber energi alam lain yang bisa dimanfaatkan adalah tenaga air (mikrohidro) dan panas bumi
(geothermal). Kesemuanya ini merupakan sumber energi alam yang ramah lingkungan.
· Gunakan juga kaca berwarna hijau untuk mengurangi panas di rumah Anda.

12
2.4 Cara Mengatasi Pemanasan Global

REUSE (Gunakan Kembali) Dan lain-lainnya :


· Gunakan keramik atau gelas cangkir kopi bukan cangkir sekali pakai seperti yang terbuat
dari plastic dan Styrofoam.
· Gunakan kembali kantong plastik dan wadah penyimpan barang lainnya.
· Gunakan kertas bekas surat dan amplopnya, kalender bekas, untuk kertas corat-coret atau
catatan keperluan sehari-hari.
· Gunakan kembali kertas HVS yang baru dipakai 1 muka menjadi 2 muka atau bolak-balik.
· Gunakan kain serbet, sapu tangan yang bisa digunakan kembali daripada kertas tissue dan
kertas pembersih sekali pakai lainnya.
· Gunakan ‘reusable’ piring, botol minum dan alat makan yang bukan sekali pakai.
· Gunakan wadah yang dapat digunakan kembali untuk menyimpan makanan, bukannya
aluminium foil dan bahan plastik lainnya.
· Reuse kemasan dari bahan karton untuk pengiriman barang.
· Gunakan kembali koran lama untuk membungkus dan ‘mengepak’ barang.
· Berbelanja ke toko dengan tas kanvas daripada menggunakan tas kertas dan kantong plastik.
· Simpan gantungan kawat dan mengembalikan atau menggunakannya kembali ketika ke
binatu.
· Mengecat dengan kuas dan rol yang bisa dipakai lagi daripada menggunakan cat semprot
yang mengeluarkan emisi berbahaya.

REDUCE ( Berhemat ) Dan lain-lainnya :


· Hemat penggunaan kertas dan tissue karena terbuat dari kayu yang harus ditebang dari
pohon di hutan, sedangkan hutan dibutuhkan untuk menetralisir emisi CO2 di udara.
· Memelihara, merawat dan memperbaiki barang-barang yang kita miliki dan sudah digunakan
daripada sering membeli baru.
· Hanya membeli perangkat mebel. yang benar-benar digunakan.
· Beli dan gunakan baterai ‘rechargeable’ untuk perangkat yang sering digunakan.
· Prioritaskan membeli produk yang berlabel ramah lingkungan.
· Beli dan makan sayuran organik, pasti lebih menyehatkan dan ramah lingkungan.

13
· Beli produk-produk buatan lokal untuk mengurangi buangan emisi dari transportasi.
· Beli makanan/minuman, sayuran/buah-buahan lokal, karena lebih murah dan lebih terjamin
kesegarannya.
· Beli produk yang bisa didaur ulang atau terbuat dari bahan daur ulang.
· Hindari produk dengan beberapa lapis kemasan, jika hanya satu juga cukup.
· Dengan kata lain jika memungkinkan beli produk dalam jumlah grosir yang lebih murah
dan hemat kemasan daripada beli eceran yang lebih mahal dan butuh banyak kemasan. Contoh
pembelian sabun cuci ukuran 1 kg, lebih baik dari pada ukuran sachet kecil.
· Hindari membeli produk makanan yang dikemas dalam plastik atau wadah styrofoam karena
tidak dapat didaur ulang.
· Hindari atau kurangi juga pemakaian peralatan makan/minum seperti sendok/garpu dan
sedotan minuman yang terbuat dari plastik.
· Hindari ‘fast food’ karena jenis makanan ini merupakan penghasil sampah terbesar di dunia,
selain itu juga kurang baik terhadap kesehatan.
· Minimalkan penggunaan pestisida.
· Hindari penggunaan ‘racun tikus’ dari bahan kimia, jika ingin membunuh atau mengusir
tikus, tapi gunakan jebakan tikus tradisional dengan umpan ikan asin misalnya.
· Berhenti menggunakan semprotan aerosol untuk mengurangi CFC yang akan mengganggu
lapisan Ozon Bumi.
· Kurangi penggunaan bahan kimia saat membersihkan semua sudut rumah.
· Jangan membeli produk yang dibuat dari hewan langka.
· Mengurangi konsumsi daging (flexitarian) atau bila memungkinkan jadilah vegetarian.

RECYCLE ( Daur Ulang ) Dan lain-lainnya :


· Gunakan pakaian yang terbuat dari bahan yang ramah lingkungan.
· Gunakan tas daur ulang untuk menyelamatkan lingkungan.
· Recycle segalanya: koran, botol dan kaleng, plastik, kulit, kaca dan aluminium serta bahan
anorganik lainnya.
· Bagi Anda yang suka berkreasi manfaatkan sampah non organik untuk didaur ulang menjadi
produk kerajinan tangan yang indah.

14
· Kumpulkan sampah dan buang di tempat yang sesuai dengan peruntukkannya, jika
memungkinkan pisahkan yang organik dan non organik. Sampah organik bisa dimanfaatkan untuk
pupuk kompos sedangkan yang non organik bisa diolah kembali menjadi barang yang memberikan
manfaat, daripada dibuang sembarangan misalnya ke sungai, danau dan laut terutama yang terbuat
dari plastik sungguh akan merusak lingkungan, karena bahan plastik yang asal mulanya dibuat dari
minyak bumi ini, baru bisa terurai minimal setelah mencapai waktu 200 tahun ! Oleh karenanya,
jangan buang sampah an organik secara sembarangan, karena bisa mencemari lingkungan.
· Barang plastik bekas seperti: ember, kemasan cat dinding, botol bekas minuman dan lainnya
bisa dipakai ulang atau dikreasikan menjadi pot tanaman yang indah.
· Jika tidak mau menggunakannya kembali, segera sumbangkan atau berikan kepada orang
lain atau organisasi yang mau menampung dan mengolah sampah anorganik ini.
· Demikian pula pakaian bekas layak pakai dan peralatan rumah tangga yang sudah tidak
digunakan atau didaur ulang sebaiknya disumbangkan kepada yang mau menerima dan
memanfaatkannya lagi.
· Jangan biasakan membuang-buang makanan walau sedikit pun karena sisa-sisa makanan
dapat mengeluarkan gas metana di tempat terbuka seperti TPA sampah.
Kompos sisa sayuran, kulit buah dsb. dari dapur Anda.
· Mulai olah sampah organik menjadi kompos yang dapat digunakan sebagai pupuk tanaman.
· Kompos daun kering dan sampah, atau bawa ke sebuah tempat pendaur
ulang sampah.

Hijaukan Lingkungan ( Go Green ) Dan yang lainnya:


Ayo mulai tanam pohon di halaman rumah (Go Green). Pohon-pohon yang kita tanam di halaman
rumah sekecil apa pun halamannya, sudah pasti akan berperan untuk menetralisir CO2 di udara
sekaligus menyegarkan dan menyehatkan kita. Jadi jangan ragu untuk mulai menanam pohon dan
terus tambah koleksi tanaman di halaman rumah. Mau tanaman hias, bunga, buah atau apotik
hidup, sayuran dan bumbu dapur tidak masalah. Dan jika sebagian besar warga bumi
melakukannya, akan memberikan manfaat yang sangat signifikan untuk mereduksi CO2 di udara
dan pada akhirnya pemanasan global pun dapat diredam.
Gunakan pupuk organik untuk menyuburkan tanaman, atau pupuk kompos yang bisa kita buat
sendiri, lebih hemat dan ramah lingkungan.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pemanasan Global telah menjadi permasalahan yang menjadi sorotan utama manusia.
Fenomena ini bukan lain diakibatkan oleh perbuatan manusia sendiri dan dampaknya diderita oleh
manusia itu juga. Untuk mengatasi pemanasan global diperlukan usaha yang sangat keras karena
hampir mustahil untuk diselesaikan saat ini. Pemanasan global memang sulit diatasi, namun kita
bisa mengurangi efeknya. Penanggulangan hal ini adalah kesadaran kita terhadap kehidupan bumi
di masa depan. Apabila kita telah menanamkan kecintaan terhadap bumi ini maka pemanasan
global hanyalah sejarah kelam yang pernah menimpa bumi ini.

3.2 Saran
Kehidupan berawal dari kehidupan di bumi ini jauh sebelum makhluk hidup ada. Maka
dari itu untuk menjaga dan melestarikan bumi harus beberapa dekade kah kita memikirkannya.
Sampai pada satu sisi dimana bumi ini telah tua dan memohon agar kita menjaga serta
melestarikannya. Marilah kita bergotong royong untuk menyelamatkan bumi yang telah memberi
kita kehidupan yang sempurna ini. STOP GLOBAL WARMING!
Merubah gaya hidup anda dapat dimulai dari rumah tangga. Pemerhati lingkungan, menyatakan
bahwa salah satu caraberadaptasi dengan pemanasan global di rumah adalah mengurangi
pengeluaran energi. Mematikan alat elektronik yang tidak terpakai adalah salah satu cara yang
dapat dilakukan. Mulailah dari hal sederhana seperti mencabut charger Handphone setelah selesai
dipakai, mematikan layar komputer saat tidak dipakai, matikan lampu yang tidak dipakai, dan
menyalakan AC hanya jika dibutuhkan.

16
DAFTAR PUSTAKA
http://wikipedia.org_pemanasan-global
http://wulan.blogspot.com_pemanasan-global
http://wikipedia.org_dampak-pemanasan-global
http://wikipedia.org-penyebab-pemanasan-global
http://wikipedia.org-penanggulangan-pemanasan-global

17

Anda mungkin juga menyukai