Dosen Pembina
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini.Selain itu, terima
kasih kami ucapkan kepada Tim Dosen mata kuliah CD 3 Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Padjadjaran yang telah memberikan arahan kepada kami dalam
memperoleh data yang kami butuhkan.
Tentunya semua hal tidak ada yang sempurna.Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun mengenai makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
2.1.1 Definisi 7
2.2.1 Definisi 38
2.3.1 Definisi 42
iii
2.4 Atraumatic Restorativ Treatment (ART).................................................45
2.4.1 Definisi 45
2.4.2 Indikasi 45
2.4.3 Kontraindikasi45
2.4.5 Keuntungan 47
2.4.6 Kekurangan 48
BAB 3....................................................................................................................61
PEMBAHASAN....................................................................................................61
BAB 4 PENUTUP...........................................................................................64
4.1 Simpulan..................................................................................................64
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................65
iv
BAB 1
ANALISA KASUS
Akhirnya dengan niat baik dan perubahan tingkah laku drg. Vidhi,
masyarakat Desa Senang dan Desa Bahagia dapat menerima program promosi
kesehatannya dengan baik bahkan dapat menerima perawatan Atraumatic
1
Restorative Treatment (ART) dan minimal invasive dentistry. Hasilnya setelah
program tersebut dilaksanakan, masyarakat di wilayah Puskesmas A, indeks DMF
dan def-nya termasuk pada kategori baik dan penilaian Oral Impact on Daily
Performance (OIDP) dan Oral Health Impact Profile (OHIP)-nya baik.
Desa Senang dan Desa Bahagia menolak program promosi kesehatan dan
perubahan perilaku sehingga kedua desa tersebut perbaikan kesehatan giginya
hanya sedikit dan jumlah kunjungan penduduk ke puskesmas hanya satu persen
padahal jumlah angka kesehatan giginya tinggi
Hal tersebut dikarenakan cara berkomunikasi drg. Vidhi Aldiano kurang baik
( dalam hal kata-kata, tindakan dalam menganamnesis pasien, tindakan perawatan,
dan juga tidak menunjukkan rasa empati terhadap pasien dan juga pengantar
pasien dan terkesan menciptakan dinding saat berkomunikasi baik dengan pasien
maupun dengan pengantar pasien.
Desa Senang dan Desa Bahagia dapat menerima program promosi kesehatan
dengan baik bahkan dapat menerima perawatan ART dan juga Minimal Invasive
Dentistry yang diberikan oleh drg. Vidhi Aldiano
2
Index DMF dan DEF masyarakat Desa Senang dan Desa Bahagia menjadi baik
serta OIDP dan juga OHIP nya juga baik.
Keterangan :
: menyebabkan
: disebabkan
3
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Komunikasi kesehatan yaitu proses penyampaian pesan kesehatan oleh
komunikator melalui saluran/media tertentu pada komunikan dengan tujuan untuk
mendorong perilaku manusia tercapainya kesejahteraan sebagai kekuatan yang
mengarah kepada keadaan (status) sehat utuh secara fisik, mental (rohani) dan
sosial. Komunikasi kesehatan lebih sempit daripada komunikasi manusia pada
umumnya. Komunikasi kesehatan berkaitan erat dengan bagaimana individu
dalam masyarakat berupaya menjaga kesehatannya, berurusan dengan berbagai
isu yang berhubungan dengan kesehatan. Dalam komunikasi kesehatan, fokusnya
meliputi transaksi hubungan kesehatan secara spesifik, termasuk berbagai faktor
yang ikut berpengaruh terhadap transaksi yang dimaksud. (ajeng kusuma
wardhani, 2013)(nursyaifah haslim, 2013)
Metode komunikasi antar pribadi yang paling baik adalah konseling, karena di
dalam cara ini antara komunikator atau konselor dengan komunikan atau klien
terjadi dialog. Klien dapat lebih terbuka menyampaikan maslah dan keinginan-
keinginannya, karena tidak ada pihak ketiga yang hadir. Proses konseling ini
dapat diingat secara mudah dengan akronim ini:
H Help client solve their problems (membantu pemecahan masalah yang mereka
hadapi).
4. Komunikasi Massa
A------<-----------B
11
Perawat--- <------Pasien
A ---------------- B
2. Tujuan praktis
Secara praktis tujuan khusus komunikasi kesehatan itu meningkatkan
kualitas sumber daya manusia melalui beberapa usaha pendidikan dan
pelatihan agar dapat :
Meningkatkan pengetahuan yg mencakup :
Prinsip2 dan proses komunikasi manusia.
Menjadi komunikator yang memiliki etos, patos ,logos
kredibilitas.
Menyusun pesan verbal dan non-verbal dalam komunikasi
kesehatan.
Memilih media yg sesuai dgn konteks komunikasi
kesehatan.
13
1. Komunikasi informatif
2. Komunikasi persuasif
3. Komunikasi koersif
14
Metode Informatif
Metode Persuasif
Metode Koersif
Adapun metode komunikasi lain yang dapat dijadikan teknik atau metode
yang dapat membangun keberlangsungan komunikasi yang baik antara lain ;
tertanam dalam pikiran bawah sadar. Iklan produk di TV dan Radio menggunakan
metode komunikasi macam ini.
Metode Kanalisasi
Metode Edukatif
Metode Instruktif
5. Di mana menyampaikannya
a. Di ruang praktik dokter.
b. Di bangsal, ruangan tempat pasien dirawat.
19
c. Di ruang diskusi.
d. Di tempat lain yang pantas, atas persetujuan bersama, pasien/keluarga
dan dokter.
6. Bagaimana menyampaikannya
a. Informasi penting sebaiknya dikomunikasikan secara langsung, tidak
melalui telpon, juga tidak diberikan dalam bentuk tulisan yang dikirim
melalui pos, faksimile, sms, internet.
b. Persiapan meliputi:
i. materi yang akan disampaikan (bila diagnosis, tindakan medis,
prognosis sudah disepakati oleh tim);
ii. ruangan yang nyaman, memperhatikan privasi, tidak terganggu
orang lalu lalang, suara gaduh dari tv/radio, telepon;
iii. waktu yang cukup;
iv. mengetahui orang yang akan hadir (sebaiknya pasien ditemani oleh
keluarga/orang yang ditunjuk; bila hanya keluarga yang hadir
sebaiknya lebih dari satu orang).
c. Jajaki sejauh mana pengertian pasien/keluarga tentang hal yang akan
dibicarakan.
d. Tanyakan kepada pasien/keluarga, sejauh mana informasi yang diinginkan
dan amati kesiapan pasien/keluarga menerima informasi yang akan
diberikan.
Langkah-langkah Komunikasi
Ada empat langkah yang terangkum dalam satu kata untuk melakukan
komunikasi, yaitu SAJI (Poernomo, Ieda SS, Program Family Health Nutrition,
Depkes RI, 1999).
S = Salam
A = Ajak Bicara
J = Jelaskan
20
I = Ingatkan
Salam. Beri salam, sapa dia, tunjukkan bahwa Anda bersedia meluangkan
waktu untuk berbicara dengannya.
a. Positiveness
Dokter diharapkan mau menunjukkan sikap positif pada pesan yang
disampaikan oleh pasien (keluhan, usulan, pendapat, pertanyaan). Tidak boleh
seorang dokter selalu menyanggah apapun yang sampaikan pasiennya,
sesederhana bahkan seaneh apapun pesan yang disampaikan, (karena mungkin
menurut pasien, pesan itu merupakan gagasan hebat). Dengan demikian pasien
akan lebih berani menyampaikan pesannya, bukan kemudian menyimpannya
dalam hati dan menyampaikannya, bahkan mengadukan pada orang lain.
b. Empathy
Dari pengalaman sendiri dan hasil pengamatan serta cerita-cerita para pasien,
diketahui bahwa hampir semua pasien yang harus ditangani/ diobati oleh dokter
memiliki rasa takut yang besar. Yang terutama adalah ketakutan pada rasa sakit
yang ditimbulkan oleh alat-alat yang digunakan. Rasa takut itu sudah muncul
hanya dengan melihat alat-alat yang sudah siap di meja sebelah kursi, bahkan jika
alat itu tidak menimbulkan kesakitan (cermin, misalnya). Seorang dokter gigi
diharapkan menyadari dan peduli pada perasaan ini (empati) dan menunjukkan
pada pasien bahwa ia perduli. Kejujuran seorang dokter yang mengatakan “Anda
akan merasakan sakit sebentar…” justru akan menenangkan pasien karena pasien
merasa tidak sendirian dalam merasakan sakit. Ada orang lain yang perduli.
c. Supportiveness
Ketika seorang pasien nampak ragu untuk memutuskan sebuah pilihan
tindakan, dokter diharapkan memberikan dukungan agar keraguan itu berkurang
atau bahkan hilang, sehingga si pasien menjadi percaya diri dan berani saat
22
d. Equality
Yang dimaksud dengan kesamaan/ kesetaraan adalah bahwa diantara dokter
gigi dan pasien tidak boleh ada ‘kedudukan’ yang sangat berbeda seperti misalnya
dokter yang menguasai semua keadaan dan pasien yang tidak berdaya. Walaupun
dalam relasi ini dokter diakui lebih tahu dan lebih bisa, dia tidak boleh lalu
memperlakukan pasiennya hanya sebagai objek yang ‘bodoh’ dan tidak boleh
berpendapat atau bahkan bertanya. Lebih lagi pasien tidak boleh diperlakukan
sebagai benda mati yang tidak pernah ditanyai kabar atau kesiapannya menjalani
pemeriksaan/ penanganan/ pengobatan. Jika memungkinkan, pasien sebaiknya
merasa bahwa dokter giginya adalah teman, bukan orang asing yang tidak boleh
ditanyai apapun.
e. Openess
Dengan menciptakan suasana yang santai (dengan musik instrumental lembut
di latar belakang) di ruang praktek, keakraban dapat dibangun dan diharapkan
pasien mau menyampaikan apa yang dikhawatirkannya, tindakan apa yang
sebenarnya diinginkan dilakukan oleh dokternya. Sebaliknya adalah bahwa dokter
diharapkan juga lebih bersedia bercerita tentang apa yang sedang dilakukannya
saat demi saat. Jika perlu, dokter dapat mengatakan kesulitan yang dihadapinya
saat menangani masalah pasien, masalah yang bakal dihadapi pasien, dan
sebagainya. Dengan keterbukaan komunikasi ini maka akan terbangun
kepercayaan (trust) dari pasien pada dokternya.
23
pengertian ini bisa diakibatkan oleh perbedaan sudut pandang, pengetahuan atau
pengalaman, perbedaan budaya, masalah bahasa, dan lainnya.
Tujuan dari komunikasi efektif yaitu mengarahkan proses penggalian
riwayat penyakit lebih akurat untuk dokter dan lebih memberikan dukungan pada
pasien, agar lebih efektif dan lebih efisien bagi keduanya (Kurtz, 1998).
Terdapat 2 gaya komunikasi, yaitu :
a. Disease Centered Communication Style
Komunikasi berdasarkan kepentingan dokter dalam usaha menegakkan
diagnosis, termasuk penyelidikan dan penalaran klinik mengenai tanda dan
gejala.
b. Illness Centered Communication Style
Komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan pasien tentang penyakitnya
yang secara individu merupakan pengalaman unik, termasuk pendapat
pasien, apa yang menjadi kepentingannya, apa kekhawatirannya,
harapannya, apa yang dipikirkannya akan menjadi akibat dari penyakit
(Kurtz, 1998).
Namun model proses komunikasi tersebut dalam dunia kedokteran, telah
dikembangkan oleh Van Dalen (2005) menjadi sebuah model yang sangat
sederhana dan aplikatif.
a. Kotak 1
Pasien memimpin pembicaraan melalui pertanyaan terbuka yang
dikemukakan oleh dokter.
b. Kotak 2
Dokter memimpin pembicaraan, melalui pertanyaan tertutup/ terstruktur
yang telah disusunnya sendiri.
c. Kotak 3
Kesepakatan apa yang harus dan akan dilakukan berdasarkan negosiasi
kedua belah pihak.
Keberhasilan komunikasi antara dokter dan pasien nantinya akan
melahirkan kenyamanan dan kepuasaan bagi dokter dan pasien, hal ini yang
nantinya akan menciptakan empati yang dirasakan oleh pasien. Dalam konteks ini
empati disusun dalam batasan definisi berikut :
a. Kemampuan kognitif seorang dokter dalam mengerti kebutuhan pasien
b. Menunjukkan afektifitas/sensitifitas dokter terhadap perasaan pasien
c. Kemampuan perilaku dokter dalam memperlihatkan/menyampaikan
empatinya kepada pasien
26
Peraturan yang mengatur tentang tanggung jawab etik dari seorang dokter
adalah Kode Etik Kedokteran Indonesia. Kode Etik adalah pedoman perilaku
dokter. Kode Etik harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
Berdasarkan hal tersebut maka dalam buku yang diterbitkan oleh Konsil
Kedokteran Indonesia pada tahun 2006 yang berjudul Penyelenggaraan Praktik
28
Aspek Hukum
Hubungan antara dokter dengan pasien yang seimbang atau setara dalam
ilmu hukum disebut hubungan kontraktual. Hubungan kontraktual atau kontrak
terapeutik terjadi karena para pihak, yaitu dokter dan pasien masing-masing
diyakini mempunyai kebebasan dan mempunyai kedudukan yang setara. Kedua
belah pihak lalu mengadakan suatu perikatan atau perjanjian dimana masing-
masing pihak harus melaksakan peranan atau fungsinya satu terhadap yang lain.
Peranan tersebut berupa hak dan kewajiban.
Kewajiban pasien
Hak pasien
akan dilakukan perlu diuraikan lagi, meliputi alat yang akan digunakan, bagian
tubuh mana yang akan terkena, kemungkinan perasaan nyeri yang timbul,
kemungkinan perlunya dilakukan perluasan operasi, dan yang penting tujuan
tindakan itu, untuk diagnostic dtau terapi.
Ini berarti bahwa fungsi informasi itu adalah untuk melindungi dan
menjamin pelaksanaan hak pasien yaitu untuk menentukan apa yang harus
dilakukan terhadap tubuhnya yang dianggap lebih penting daripada pemulihan
kesehatannya itu sendiri. Di samping itu, informasi dari dokter tersebut harus
diberikan berdasarkan itikad baik dari dokter yang bersangkutan. Dalam
33
Menyadari bahwa tidak semua pasien dapat memahami informasi dari dokter,
di samping kemungkinan pasien sendiri tidak mampu mengemukakan keluhan
karena keadaannya tidak memungkinkan, perlu diperhatikan adanya 4 kelompok
pasien yang tidak perlu mendapat informasi secara langsung, yaitu :
Contoh :
Sebaiknya :
2.2.1 Definisi
Skala OIDP dapat menilai dampak dan faktor yang memengaruhi individu
sehari-hari. Pemeriksaan klinis yang dilakukan dengan memberikan daftar
pertanyaan untuk mengukur kesehatan mulut yang berhubungan dengan kualitas
hidup. Nilai daftar pertanyaan untuk melihat frekuensi dan keparahan dari dampak
dan menyediakan indikasi dari penting atau tidaknya dampak spesifik pada
kehidupan individu sehari-hari seperti fungsi fisik, psikis dan social. Dalam
kesehatan masyarakat, pengukuran kualitas hidup adalah alat yang berguna untuk
merencanakan kebijakan kesejahteraan Karena untuk menentukan populasi
36
2.3.1 Definisi
Salah satu cara untuk mengukur kualitas hidup yang berhubungan dengan
kesehatan mulut tersebut adalahOral Health Impact Profile (OHIP). OHIP yang
dikembangkan oleh Slade GD dan Sepencer AJ pada tahun 1994 ini, terdiri dari
49 butir pertanyaan yang berhubungan dengan tjuh dimensi, dimana tujuh dimensi
tersebut merupakan dampak akibat kelainan gigi dan mulut yang nantinya akan
memperngaruhi kualitas hidup. Pada tahun 1997, Slade GD menyederhanakan
OHIP yang terdiri dari 49 butir pertanyaan (OHIP-49) menjadi OHIP dengan 14
butir pertanyaan (OHIP-14). Penelitian ini dilakukan di Autralia Selatan dan
menggunakan 1217 sampel.OHIP-14 ini juga berhubungan
dengan tujuh dimensi (keterbatasan fungsi, rasa sakit fisik, ketidaknyamanan psiki
s,ketidakmampuan fisik, ketidakmampuan psikis, ketidakmampuan sosial, dan ha
ndikap) dimana setiap dimensi terdiri dari dua pertanyaan. OHIP merupakan salah
satu instrumen yang paling sesuai untuk penilaian kualitas hidup dan paling tepat
untuk pasien edentulous.
2.3.2.3 Skor
Setiap item pertanyaan dinilai berdasarkan skala Likert yaitu :
0 = Tidak pernah
1 = Hampir tidak pernah
2 = Kadang-kadang
3 = Hampir sering
4 = Sangat sering
2.4.1 Definisi
ART adalah prosedur klinik tanpa menggunakan bur gigi, water spray, atau
anastesi. ART merupakan bagian dari perawatan gigi dengan prinsip minimal
intervensi yang dapat diartikan sebagai perawatan terhadap karies dengan hanya
mengambil jaringan gigi yang terdemineralisasi dan mengarah kepada
pemeliharaan struktur gigi yang sehat sebanyak mungkin. Terdapat 2 prinsip
utama ART, antara lain :
2.4.2 Indikasi
1. ART diterapkan pada kavitas yang mencapai dentin dan tanpa kelainan
jaringan pulpa.
2. Pelaksanaan SIK-ART dilakukan pada daerah yang dalam keadaan
tanpa adanya listrik, pada negara yang sedang berkembang, dan pada
masyarakat yang tidak dapat menjangkau mahalnya perawatan gigi
2.4.3 Kontraindikasi
1. Dijumpai adanya pembengkakan (abses) atau fistula (terbukanya abses
terhadap lingkungan rongga mulut) berdekatan dengan gigi yang karies
43
1.Adhesi
2.Tampilan
3.Pelepasan fluorida
4. Sifat mekanis
5. Sifat Fisik
Compressive strength GIC lebih rendah daripada silikat, sama juga halnya
dengan tensile strength. Namun demikian, ketika semen ionomer kaca
diuji secara in vitro cenderung resisten terhadap serangan asam. Satu
penelitian in vivo membuktikan bahwa lebih sedikit material dari spesimen
semen ionomer kaca yang hilang dibandingkan dengan spesimen dari jenis
semen lainnya. Sama seperti jenis semen lainnya pengurangan rasio
powder liquid menghasilkan penurunan sifat-sifat fisik semen ionomer
kaca.
2.4.5 Keuntungan
1. Mudah didapat dan relative mudah karena menggunakan teknik manual
45
2.4.6 Kekurangan
Di samping beberapa keunggulan yang dimiliki, GIC-ART mempunyai
kelemahan, antara lain:
1. Belum terdapat restorasi ART yang tahan lama. Sebuah penelitian
menunjukkan ART terlama : 3 tahun
2. Teknik yang ditetapkan belum diasuransikan untuk kesehatan gigi dan
mulut
3. Penggunaan hand instrument dapat menimbulkan kelelahan
4. Pencampuran manual memungkinkannya tidak sesuai standar
Reaksi Pengerasan
secara klinis dalam waktu 4 - 10 menit dari awal pencampuran pada fase ini
semen mudah pecah dan larut dalam air. Maturasi terjadi dalam waktu 24 jam
berikutnya yang akhirnya sedikit ion-ion aluminium yang bebas berikatan dengan
matriks. Ion fluorida dan phosphat membentuk garam yang tidak dapat larut. Ion
kalsium membentuk asam ortosilikat pada permukaan partikel dan meningkatkan
pH, perubahan ini membentuk silica gel yang membantu dalam pengikatan bubuk
terhadap matriks.
Fase ketiga ini berkaitan dengan fase maturasi yang berhubungan dengan
hidrasi garam matriks yang menghasilkan peningkatan yang sangat signifikan
dalam hal sifat-sifat fisik semen ionomer kaca.
Semen ionomer kaca secara luas digunakan untuk kavitas Klas V, hasil
klinis dari prosedur ini baik meskipun penelitian in vitro berpendapat
bahwa semen ionomer kaca modifikasi resin dengan ketahanan fraktur
yang lebih tinggi dan peningkatan kekuatan perlekatan memberikan hasil
yang jauh lebih baik. Beberapa penelitian berpendapat bahwa versi
capsulated lebih menguntungkan karena pencampuran oleh mesin
sehingga memberikan sifat merekatkan yang lebih baik.20 Penggunaan
semen ionomer kaca telah meluas antara lain sebagai bahan perekat,
pelapik dan bahan restoratif untuk restorasi konservatif Klas I dan Klas II
karena sifatnya yang berikatan secara kimia pada struktur gigi dan
melepaskan fluorida. Selain itu respon pasien juga baik karena teknik
penempatan bahan yang konservatif dimana hanya memerlukan sedikit
pengeboran sehingga pasien tidak merasakan sakit dan tidak memerlukan
anastesi lokal. Meskipun demikian SIK tidak dianjurkan untuk restorasi
Klas II dan klas IV karena sampai saat ini formulanya masih kurang kuat
dan lebih peka terhadap keausan penggunaan jika dibandingkan dengan
komposit.
2. Manipulasi
50
• Satu sendok bubuk diletakkan pada papper pad, lalu dibagi menjadi dua
bagian yang sama, kemudian letakkan satu tetes liquid disebelah bubuk
itu.
• Jika seluruh bubuk telah basah, bagian kedua dicampur dalam adukan
tersebut setelah itu diaduk kuat sambil menjaga agar adukannya tetap
berupa satu kesatuan massa.
• Pengadukan harus selesai 20 – 30 detik, hasil adukan yang baik harus licin
seperti permen karet.
51
3. Restorasi
• Masukan bahan restorasi ke dalam cavitas, pit dan fissure menggunakan
applicator kecil dengan tekanan ringan. Tahap ini harus selesai dalam
waktu 30-40 detik
• Periksa oklusi
• Instruksikan pasien agar tidak makan selama paling tidak satu jam
• Pencegahan Karies
Prinsip MID :
Identifikasi
1. Evaluasi saliva
54
Pencegahan
Prinsip minimal intervensi didasarkan pada:
A. Penilaian resiko penyakit dan diagnosis karies awal
1. Kategori Resiko
Jika pasien memilikibakteri di mulut dengan tingkatan yang
tinggi , disarankan untuk menggunakan obat kumur setiap hari,
membatasi asupan karbohidrat tertentu, dan melakukan
tindakan untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut.
2. Klasifikasi Karies
• Plaque removal
Cara yang sederhana dan dapat dilakukan setiap hari adalah
menggunakan dental floss, sikat gigi, berkumur
• Air Abrasion: Bila gigi tidak dapat remineralisasi dan terdapat defek,
dokter gigi dapat menggunakan air abrasion untuk menghilangkan
defek. Air abrasion menggunakan aliran udara dikombinasikan dengan
bubuk abrasif.
• Sealant: sealant gigi melindungi gigi dari bakteri yang menyebabkan
terbentuknya defek-defek pada gigi. Sealant cocok dengan grooves dan
tooth depression dan bertindak sebagai penghalang (barrier),
melindungi terhadap asam dan plak. Sealant tidak memerlukan
pemotongan gigi dan dapat ditempatkan pada gigi yang mungkin
rentan rusak.
Kontrol
57
• Kontrol berarti melakukan treatment pada karies dan memelihara gigi yang
telah direstorasi
• Karies Kontrol berarti “pengobatan awal karies dan Pemeliharaan”
• Minimally invasive treatment terdiri dari beberapa aspek yaitu preparasi
kavitas, caries removal, dan restorasi karies
• Preparasi kavitas yang dilakukan harus dengan meminimalisir
pengurangan struktur gigi
• Bahan restorasi yang digunakan adalah bahan biomimetic yang dapat
mereplikasi karakteristik alami gigi dan juga bahan yang adhesif
• Bahan yang dapat digunakan adalah GIC, Compomers, dan Kompos
BAB 3
PEMBAHASAN
58
perbuatan oleh penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu (Hardjana,
2003).
Dalam menerapkan langkah-langkah berkomunikasi, ada empat langkah yang
terangkum dalam satu kata untuk melakukan komunikasi, yaitu SAJI ( salam, ajak
bicara, jelaskan, ingatkan) (Poernomo, Ieda SS, Program Family Health Nutrition,
Depkes RI, 1999).
Dalam menjalankan tugasnya, seorang dokter atau dokter gigi diatur hak dan
tanggungjawabnya melalui peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah. Peraturan
yang mengatur tentang tanggung jawab etik dari seorang dokter adalah Kode Etik
Kedokteran Indonesia. Kode Etik adalah pedoman perilaku dokter. Kode Etik
harus memiliki sifat-sifat seperti rasional tetapi tidak kering dari emosi, konsisten
tetapi tidak kaku, dan bersifat universal.
59
pada lesi karies awal, jika restorasi diperlukan, gunakan teknik minimal
restorative intervention, dan memperbaiki restorasi yang terdapat defek.
60
BAB 4
PENUTUP
4.1 Simpulan
Drg Vidhi Aldhiano telah melakukan program promosi ksehatan dalam
bentuk penyuluhan dan program perubahan perilaku serta proses motivasi,
namun terdapat dua desa yang menolak programnya yaitu desa Senang dan
desa Bahagia. Kedua desa tersebut perbaikan kesehatan giginya hanya
sedikit dan jumlah kunjungan penduduk ke puskesmas hanya 1 persen
padahal jumlah angka kesakitan giginya tinggi.
61
DAFTAR PUSTAKA
Garg S, Goel M, Verma S, Gard V., Yuvika V. 2016, Minimal Invasive dentistry-a
comprehensive review. British journal of medicine and medical research
Opie R, Victoria L. Oral health status and oral impact on daily performance in an
adult population with leprosy living in rural Tanzania. 2009;124–30.
62
63