Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Prevalensi gangguan kesehatan jiwa di Indonesia menurut hasil studi Bahar dkk

(1995) adalah 18,5%, yang berarti dari 1000 penduduk terdapat sedikitnya 185 penduduk

dengan gangguan kesehatan jiwa atau tiap-tiap rumah tangga terdapat seorang anggota

keluarga yang menderita gangguan kesehatan jiwa. (1)

Khusus untuk anak dan remaja masalah kesehatan jiwa perlu diangkat menjadi

fokus utama dalam tiap upaya peningkatan sumber daya manusia, mengingat anak dan remaja

merupakan generasi yang perlu dipersiapkan sebagai kekuatan bangsa Indonesia. Jika ditinjau

dari proporsi penduduk, 40% dari total populasi terdiri dari anak dan remaja berusia 0-16

tahun, 13% dari jumlah populasi penduduk adalah anak berusia dibawah lima tahun

(balita).Ternyata 7%-14% dari populasi anak dan remaja mengalami gangguan kesehatan

jiwa dan resiko tinggi mengalami gangguan perilaku. (2)

Keperawatan sebagai bagian integral dari sistem kesehatan di Indonesia turut

menentukan dalam menanggulangi masalah kesehatan jiwa anak dan remaja. Perawat

merupakan kelompok mayoritas tenaga kesehatan dan mempunyai kesempatan 24 jam dalam

memberikan pelayanan asuhan keperawatan baik secara langsung maupun tak langsung

kepada anak dan remaja dalam tiap tatanan pelayanan pada masyarakat. Kontribusi

keperawatan jiwa akan maksimal apabila perawat menggunakan metode penyelesaian

masalah yang disebut dengan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan yang diberikan

kepada anak dan remaja serta keluarganya. (2)

B. Permasalahan
Permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini adalah Konsep Dasar Asuhan

Keperawatan Jiwa Anak Dan Remaja.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran umum tentang Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Jiwa Anak Dan

Remaja.

2. Tujuan khusus

2.1. Diketahui defenisi keperawatan jiwa pada anak dan remaja.

2.2. Diketahui konsep-konsep teori perkembangan anak dan remaja.

2.3. Diketahui proses keperawatan jiwa anak dan remaja;

2.3.1. Pengkajian.

2.3.2. Masalah Keperawatan.

2.3.3. Perencanaan Keperawatan.

2.3.4. Implementasi Keperawatan.

2.3.5. Evaluasi Keperawatan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Keperawatan Jiwa Anak

1. Defenisi Keperawatan Jiwa Anak

Keperawatan jiwa anak merupakan bagian spesialisasi dari keperawatan psikiatrik dan

memberikan asuhan keperawatan jiwa yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan


normal pada anak dengan berlandaskan pada teori perkembangan fisio-biologis, kognitif,

sosial, sensori motoris, moral dan filosofi. (1)

2. Teori Perkembangan Anak

2.1. Teori Fisio-Biologis

Tiga konsep utama yang melandasi teori fisio-biologis perkembangan anak adalah

kepribadian, sifat (Traits) dan tempramen. Kepribadian didefenisikan sebagai elemen-elemen

yang membentuk reaksi menyeluruh anak terhadap lingkungan. Tempramen adalah gaya

perilaku anak sebagai reaksinya terhadap lingkungan dan berkaitan dengan Sifat yang

merupakan atribut kepribadian yang membentuk tempramen. (1)

Walaupun tidak bersifat genetik, sifat bawaan (Inborn Traits) menghasilkan gaya

respon sosial berbeda yang mempengaruhi pola keterikatan kepribadian (Attachment

Personal Pattern) dan perkembangan psikopatologi pada anak. (1)

Body image (Citra tubuh) merupakan konsep biofisik yang juga mempunyai dimensi

biologis dan sosial dalam perkembangan anak, bersifat dinamis dan berkembang mengikuti

perkembangan interpersonal, lingkungan dan citra tubuh ideal serta penyesuaian sebagai

respon terhadap pertumbuhan fisik pada anak. Maturasi secara teratur dan berangsur

terbentuk yang mempunyai peranan dalam psikopatologik anak. (1)

2.2. Teori Perkembangan Psikologis

Teori yang mendasari teori perkembangan psikologis dikemukan oleh dua orang ahli

dengan teori mereka yang dikenal dengan; Teori Psikoanalitis yang dikemukan oleh Freud,

menyatakan bahwa perkembangan kepribadian orang dewasa dalam pengobatan psikologis

sangat bergantung pada tahap perkembangan dan pengaruh masa kecil. Disini Freud

mengemukakan bahwa masa lima tahun pertama kehidupan anak sangat penting dan pada

usia lima tahun karakter dasar yang dimiliki anak terbentuk dan tidak dapat diubah

lagi. (1)
Teori interpersonal psikiatris yang dikenalkan oleh Sullivan yang mendasari teori

perkembangan psikologis lebih memfokuskan teori perkembangan anak pada hubungan

antara manusia. Tema sentral teori ini berkisar pada ansietas dan menekankan bahwa

masyarakat sebagai pembentuk kepribadian pada anak dan anak belajar berperilaku tertentu

karena adanya hubungan interpersonal. (1)


2.3. Teori Perkembangan Kognitif

Teori perkembangan kognitif dikemukan oleh Piaget dengan teorinya yang dikenal

dengan Teori Piaget. Disini piaget menekankan bahwa cara berpikir anak berbeda dengan

orang dewasa, bahkan anak belajar secara spontan tanpa mendapatkan masukan dari orang

dewasa. Menurut Piaget, anak belajar melalui proses meniru dan bermain yang menunjukkan

proses kegiatan asimilasi anak dan akomodasi yang menjabarkan tiap tahap dan usia dari

kematangan kognitif pada anak. (1)

Perkembangan kognitif pada anak mengintegrasikan struktur pola perilaku

sebelumnya kearah pola perilaku baru yang lebih kompleks. Kecepatan tiap tahap

perkembangan pada anak dipengaruhi oleh perbedaan tiap-tiap anak dan pengaruh sosial. (1)

2.4. Teori Perkembangan Bahasa

Penguasaan bahasa merupakan struktur perkembangan utama pada masa anak-anak,

dimana struktur linguistik dan kognitif berkembang secara paralel. Chomsky (1975), dalam

teorinya menyatakan bahwa anak menggunakan dan menginterpretasikan kalimat baru

melalui proses kognitif internal yang disebut dengan transformasi penyusunan kata menjadi

kalimat. (1)

2.5. Teori Perkembangan Moral

Perkembangan moral diartikan sebagai konversi sikap dan konsep primitif pada anak

ke dalam standar moral yang komprehensif. Proses transformasi ini merupakan bagian dari

kumpulan pertumbuhan kognitif anak yang timbul sejalan dengan hubungan anak dengan

dunia luar. Teori perkembangan moral pada anak ini di kemukakan oleh Kohlberg. (1)

2.6. Teori Psikologi-Ego

Teori Psikologi-Ego yang menjembatani psikoanalitis dengan psikologi

perkembangan ini menggunakan pendekatan struktural untuk memahami anak dengan

berfokus pada ego atau diri sebagai unsur mandiri pada anak. Oleh karena itu dalam
keperawatan jiwa pada anak dapat digunakan suatu pendekatan yang berfokus pada

keterampilan kompetensi ego anak. Menurut Stuart dan Sunden (1995) pendekatan

kompetensi ego ini sangat efektif dan sensitif secara kultural dalam merencanakan dan

mengimplementasikan intervensi keperawatan apapun, diagnosis psikiatrik atau dimanapun

tatanan pelayanan kesehatan jiwa diberikan. Menurut Strayhorn (1989) ada sembilan

keterampilan kompetensi ego yang perlu dimiliki oleh anak dalam proses perkembangan

psikoanalitis untuk membentuk kepribadian anak tersebut yakni;

2.6.1. Menjalin hubungan dekat yang penuh rasa percaya.

2.6.2. Mengatasi perpisahan dan membuat keputusan mandiri.

2.6.3. Membuat keputusan dan mengatasi konflik interpersonal secara bersama.

2.6.4. Mengatasi frustasi dan kejadian yang tidak menyenangkan.

2.6.5. Menyatakan perasaan senang dan merasakan kesenangan.

2.6.6. Mengatasi penundaan kepuasan.

2.6.7. Bersantai dan bermain.

2.6.8. Proses kognitif melalui kata, simbol dan citra (Image).

2.6.9. Membina perasaan adaptif terhadap arah dan tujuan. (1)

3. Proses Keperawatan

Sesuai dengan tahap proses keperawatan dan dengan berorientasi pada keterampilan

kompetensi ego anak, maka tahap dari poses keperawatan yang harus dilakukan perawat

adalah; (2)

3.1. Pengkajian

Pada proses pengkajian perawat mengkaji penguasaan anak terhadap tiap area

keterampilan yang dibutuhkan anak untuk dapat melalui proses tumbuh kembang secara

komprehensif. Selain mengkaji keterampilan yang telah diuraikan tersebut perawat juga perlu
(2)
mengkaji hal-hal sebagai berikut;
3.1.1. Data demografi

Pengkajian data demografi meliputi; nama, usia, tempat dan tanggal lahir, nama orang tua,

pendidikan orang tua, alamat orang tua serta data lain yang dianggap perlu diketahui.

Riwayat kelahiran, alergi, penyakit dan pengobatan yang pernah diterima anak juga perlu

dikaji. Selain itu aktivitas kehidupan sehari-hari anak meliputi keadaan gizi termasuk berat

badan, jadwal makan, dan minat terhadap makanan tertentu, tidur termasuk kebiasaan dan

kualitas tidur, eliminasi meliputi kebiasaan dan masalah yang berkaitan dengan eliminasi,

kecacatan dan keterbatasan lainnya. (2)


3.1.2. Data fisik

Dalam pengkajian fisik perlu diperiksa keadaan kulit, kepala, rambut, mata, telinga, hidung,

mulut, pernapasan, kardiovaskular, muskuloskletal dan neurologis anak. Pemeriksaan fisik

lengkap sangat diperlukan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh gangguan fisik terhadap

perilaku anak. Selain itu pemeriksaan fisik berguna sebagai dasar dalam menentukan

pengobatan yang diperlukan. Bahkan untuk mengetahui bekas penganiayaan yang pernah

dialami anak. (2)

3.1.3. Data status mental

Pemeriksaan status mental anak bermanfaat untuk memberikan gambaran mengenai fungsi

ego anak. Perawat membandingkan perilaku dengan tingkat fungsi ego anak dari waktu ke

waktu. Oleh karena itu status mental anak perlu dikaji setiap waktu dengan suasana yang

santai dan nyaman bagi anak. Menggunakan alat bermain sangat bermanfaat untuk

mengalihkan fokus dari anak (bagi anak yang menimbulkan ansietas) ke karakter yang

digunakan dalam permainannya. Data dicatat sesuai dengan perilaku yang diamati untuk

menjaga objektivitas pengkajian, kesan, perasaan dan pendapat perawat. (2)

Pemeriksaan status mental meliputi; keadaan emosi, proses berpikir dan isi pikiran

(halusinasi dan persepsi, cara bicara dan orientasi). Pengkajian terhadap hubungan

interpersonal anak dilihat dalam hubungannya dengan anak sebayanya yang penting untuk

mengetahui kesesuaian perilaku dengan usia. Bentuk contoh pertanyaan yang perlu

diperhatikan perawat ketika mengkaji hubungan interpersonal anak antara lain;

 Apakah anak berhubungan dengan anak sebaya dan jenis kelamin tertentu?

 Apa posisi anak dalam struktur kekuasaan dalam kelompok?

 Bagaimana keterampilan sosial anak ketika menjalin dan berhubungan dengan anak lain?

 Apakah anak mempunyai teman dekat? (2)


Kemampuan anak berhubungan dengan orang dewasa juga penting dikaji untuk mengetahui

kebutuhan anak akan tokoh panutan dan kebutuhan anak akan dukungan dan kasih sayang. (2)

3.1.4. Riwayat Personal dan Keluarga

Riwayat personal dan keluarga meliputi faktor pencetus masalah, riwayat gejala, tumbuh

kembang anak, biasanya dikumpulkan oleh tim kesehatan. Data ini sangat diperlukan untuk

mengerti perilaku anak dan membantu menyusun tujuan asuhan keperawatan. Pengumpulan

data keluarga merupakan bagian penting dari pengkajian melalui pengalihan fokus dari anak

sebagai individu ke sistem keluarga. Tiap anggota keluarga diberi kesempatan untuk

mengidentifikasi siapa yang bermasalah dan apa yang telah dilakukan oleh keluarga untuk

menyelesaikan masalah tersebut.(2)


3.2. Masalah Keperawatan

Untuk menentukan masalah keperawatan data yang telah dikumpulkan kemudian

dianalisa sebagai dasar perencanaan asuhan keperawatan selanjutnya. (2)

3.3. Perencanaan Keperawatan

Setelah pengkajian selesai dan masalah keperawatan pada anak telah ditentukan dan

teridentifikasi, rencana perawatan dan pengobatan yang komprehensif disusun dengan tujuan

asuhan keperawatan disusun sesuai dengan kebutuhan anak seperti; modifikasi penyesuaian

sekolah anak dan perubahan lingkungan pada anak. Contoh tujuan umum dari rencana

keperawatan jiwa pada anak adalah sebagai berikut;

3.3.1. Memenuhi kebutuhan emosi anak dan kebutuhan untuk dihargai.

3.3.2. Mengurangi ketegangan pada anak dan kebutuhan untuk berperilaku defensif.

3.3.3. Membantu anak menjalin hubungan positif dengan orang lain.

3.3.4. Membantu mengembangkan identitas anak.

3.3.5. Memberikan anak kesempatan untuk menjalani kembali tahapan perkembangan terdahulu

yang belum terselesaikan secara tuntas.

3.3.6. Membantu anak berkomunikasi secara efektif.

3.3.7. Mencegah anak untuk menyakiti baik diri sendiri maupun orang lain.

3.3.8. Membantu anak memelihara kesehatan fisik.

3.3.9. Meningkatkan uji coba realitas yang tepat. (2)


3.4. Implementasi

Berbagai bentuk terapi pada anak dan keluarga dapat diterapkan yang terdiri dari;

3.4.1. Terapi Bermain

Pada umumnya merupakan media yang tepat bagi anak untuk mengekspresikan konflik yang

belum terselesaikan, selain itu juga berfungsi untuk;

 Menguasai dan mengasimilasikan kembali pengalaman yang telah lalu dan tidak dapat

dikendalikan.

 Berkomunikasi dengan kebutuhan yang tidak disadari.

 Berkomunikasi dengan orang lain.

 Menggali dan mencoba belajar bagaimana berhubungan dengan diri sendiri, dunia luar dan

orang lain.

 Mencocokkan tuntutan dan dorongan dari dalam diri dengan realitas. (2)

3.4.2. Terapi Keluarga

Semua anggota keluarga perlu diikutsertakan dalam terapi keluarga . Orang tua perlu belajar

secara bertahap tentang peran mereka dalam permasalahan yang dihadapi dan bertanggung

jawab terhadap perubahan yang terjadi pada anak dan keluarga. Biasanya cukup sulit bagi

keluarga untuk menyadari bahwa keadaan dalam keluarga turut menimbulkan gangguan pada

anak. Oleh karena itu perawat perlu berhati-hati dalam meningkatkan kesadaran keluarga. (2)

3.4.3. Terapi Kelompok

Terapi kelompok dapat berupa suatu kelompok yang melakukan kegiatan atau berbicara.

Terapi kelompok ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan uji realitas, mengendalikan

impuls (dorongan internal), meningkatkan harga diri, memfasilitasi pertumbuhan,

kematangan dan keterampilan sosial anak. Kelompok dengan lingkungan yang terapeutik
memungkinkan anggotanya untuk menjalin hubungan dan pengalaman sosial yang positif

dalam suatu lingkungan yang terkendali. (2)

3.4.4. Terapi Psikofarmakologi

Walaupun terapi obat belum sepenuhnya diterima dalam psikitarik anak, tetapi tetap

bermanfaat untuk mengurangi gejala (hiperaktif, depresi, impulsif dan ansietas) dan

membantu agar pengobatan lainnya lebih efektif. Pemberian obat ini tetap diawasi oleh

dokter dan menggunakan pedoman yang tepat. (2)

3.4.5. Terapi Individu

Ada berbagai terapi individu, terapi bermain psikoanalitik, psikoanalitis berdasarkan

psikoterapi dan terapi bermain pengalaman. Hubungan antara anak dengan Therapist

memberikan kesempatan pada anak untuk mendapatkan pengalaman mengenai hubungan

positif dengan orang dewasa dengan penuh kasih sayang dan uji realitas. (2)
3.4.6. Pendidikan pada orang tua

Pendidikan pada orang tua merupakan hal yang penting untuk mencegah gangguan kesehatan

jiwa pada anak., begitu pula untuk meningkatkan kembali penyembuhan setelah dirawat.

Orang tua diajarkan tentang tahap tumbuh kembang anak, sehingga orang tua dapat

mengetahui perilaku sesuai dengan usia anak. Keterampilan berkomunikasi juga

meningkatkan pengertian dan empati antara orang tua dan anak. Tekhnik yang tepat dalam

mengasuh anak juga diperlukan untuk mengembangkan disiplin diri anak. Hal-hal lain seperti

psikodinamika keluarga, konsep kesehatan jiwa dan penggunaan obat-obatan juga diajarkan.
(2)

3.4.5. Terapi Lingkungan

Konsep dari terapi lingkungan dilandaskan pada kejadian dalam kehidupan sehari-hari yang

dialami anak. Lingkungan yang aman dan kegiatan yang teratur dan terprogram,

memungkinkan anak untuk mencapai tugas terapeutik dari rencana penyembuhan dengan

berfokus pada modifikasi perilaku. (2)

Peran perawat dan orang tua dituntut untuk mampu menciptakan lingkungan yang terbuka,

komunikasi yang jujur dan memberikan gambaran yang jelas tentang batasan hubungan anak

dengan orang dewasa. (2)

Lingkungan yang terapeutik juga harus memberikan perlindungan pada anak dari ancaman

dinamika keluarga yang patologis. (2)

3.5. Evaluasi

Pada umumnya fasilitas penyembuhan bagi anak dengan gangguan jiwa mempunyai

program yang dirancang untuk jangka waktu tertentu. Waktu perawatan jangka pendek

biasanya berkisar antara 2 sampai 4 minggu dan direncanakan untuk menentukan masalah

keperawatan dan menegakkan diagnosa keperawatan, intervensi krisis dan perencanaan yang

disertai dengan implementasi yang komprehensif dan evaluasi hasil keperawatan yang
spesifik untuk masalah keperawatan jiwa yang dialami oleh anak tersebut. Aspek yang perlu

dievaluasi pada keperawatan jiwa pada anak adalah sebagai berikut;

 Keefektifan intervensi penanggulangan perilaku anak.

 Kemampuan untuk berhubungan dengan teman sebaya, orang dewasa dan orang tua secara

wajar.

 Kemampuan untuk menggunakan kegiatan program sebagai rekreasi dan proses belajar.

 Respon terhadap peraturan dan rutinitas.

 Status mental secara menyeluruh.

 Koordinasi dan rencana pemulangan. (2)


B. Keperawatan Jiwa Remaja

1. Defenisi Keperawatan Jiwa Remaja

Keperawatan jiwa remaja merupakan keperawatan psikiatrik yang memberikan asuhan

keperawatan jiwa pada masa peralihan suatu individu dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

dengan rentang usia antara 12-18 tahun. (1)

2. Landasan Teoritis Keperawatan Jiwa Remaja

Menurut Wilson dan Kneisl (1988), mengemukakan dua teori yang menjadi landasan

utama untuk memahami tentang perkembangan remaja yakni; (1)

2.1. Teori Perkembangan

Pada teori perkembangan memungkinkan perawat untuk mengidentifikasi penyimpangan

yang terjadi pada proses tumbuh kembang remaja.

Teori Sigmun Freud, Erik Erikson dan Sullivan memberikan penghayatan kepada perawat

tentang perjuangan remaja dalam mencapai keremajaan;

Disini dinyatakan proses perkembangan identitas diri remaja memerlukan Self Image (citra

diri) juga hubungan antar peran yang akan datang dengan pengalaman masa lalu. Untuk

mendapatkan kesamaan dan kesinambungan, pada umumnya remaja harus mengulangi

penyelesaian krisis masa lalu dengan mengintegrasikan elemen masa lalu dan membina

identitas akhir. Periode krisis yang perlu ditinjau kembali ialah rasa percaya, rasa otonomi

dan rasa inisiatif. (1)

Pada tahap pertama, remaja perlu mencari ide dan objek untuk tempat melimpahkan rasa

percaya (SenseOf Trust). Konflik yang tidak terselesaikan pada tahap pertama ini membuat

remaja merasa ditinggalkan, biasanya dimanifestasikan melalui perilaku makan yang

berlebihan, ucapan kasar dan bermusuhan serta menyakiti diri sendiri, orang lain dan merusak

lingkungan. (1)
Pada tahap kedua, adalah rasa otonomi, remaja belajar bertindak dan membuat keputusan

secara mandiri. Konflik masa lalu yang tidak terselesaikan membuat remaja takut mengikuti

kegiatan yang akan membuat dia ragu akan kemampuannya. (1)

Pada tahap ketiga, adalah rasa inisiatif, dimana remaja tidak mementingkan bagaimana

sesuatu akan terjadi baik itu perilaku yang mengarah kepada hal yang positif maupun negatif,

tetapi apa yang dapat dilakukan dengan kemampuan tersebut. Pada tahapan ini mereka

mengujicobakan apa yang mungkin dilakukan dan bukan apa yang dapat dilakukan. (1)

2.2. Teori Interaksi Humanistik

Perawat perlu mengintegrasikan prinsip-prinsip interaksi humanistik dalam proses

keperawatan jiwa pada remaja untuk mengembangkan hubungan saling percaya dengan

remaja. Perawat perlu memperhatikan dampak tahapan perkembangan, faktor sosial budaya,

pengaruh keluarga dan konflik psikodinamika yang dimanifestasikan dalam perilaku remaja.
(1)
Contoh pertanyaan yang perlu digali dari remaja dalam mengatasi permasalahan/konflik yang

dihadapinya;

 Apa arti perilaku atau masalah bagi remaja?

 Apa yang dikatakan remaja tentang perilakunya?

 Apa dampak masalah yang dihadapi bagi remaja? Apakah hal tersebut biasanya terjadi pada

diri remaja tersebut?

 Bagaimana perubahan ini mempengaruhi remaja dan hubungan dengan orang lain?

 Apa tujuan yang dimiliki remaja dalam waktu dekat dan yang akan datang dalam rangka

mengatasi konflik yang dihadapinya?

 Apa kekuatan personal yang dimiliki remaja untuk mengatasi konflik yang sedang

dihadapinya?

 Pertimbangan apa yang telah dibuat remaja berkaitan dengan faktor keluarga, sosial budaya

dan biologis untuk mengatasi konflik tersebut?

3. Proses Keperawatan Jiwa Remaja

Sebagaimana halnya dengan asuhan keperawatan jiwa pada anak, proses keperawatan
(2)
jiwa juga diterapkan dalam asuhan keperawatan bagi remaja;

3.1. Pengkajian

Pengumpulan data tentang status kesehatan remaja meliputi observasi dan interpretasi pola

perilaku yang mencakup informasi;

 Pertumbuhan dan perkembangan.

 Keadaan bio-fisik (Penyakit dan Kecelakaan)

 Keadaan emosi (status mental, termasuk proses berpikir dan pikiran tentang bunuh diri atau

membunuh orang lain).

 Latar belakang sosial dan budaya, ekonomi dan agama.

 Penampilan kegiatan kehidupan sehari-hari (di rumah dan di sekolah).


 Pola penyelesaian masalah (pertahanan ego seperti; denial, acting out dan menarik diri).

 Pola interaksi (keluarga, teman sebaya dan dengan orang lain).

 Persepsi remaja tentang kepuasan terhadap kesehatannya.

BAB III

KESIMPULAN

1. Keperawatan jiwa pada anak dan remaja memerlukan kepekaan dan keterampilan

khusus perawat. Perawat perlu memahami setiap pertumbuhan dan perkembang anak

dan remaja, tingkat keterampilan kompetensi anak dan pengetahuan tentang dampak

konflik yang tidak terselesaikan pada tahapan sebelumnya terhadap perkembangan

jiwa anak dan remaja.

2. Proses keperawatan; pengkajian, identifikasi masalah keperawatan, perencanaan

keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan dilakukan secara

sistematis dan menyeluruh dengan melibatkan tidak saja anak dan remaja tetapi juga

orang tua dan orang lain yang berinteraksi dengan anak dan remaja tersebut sehingga

proses keperawatan jiwa pada anak dan remaja dapat diterapkan pada tiap tatanan

pelayanan kesehatan baik bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Anda mungkin juga menyukai