BAB. I Identitas Nasional
BAB. I Identitas Nasional
Identitas nasional berasal dari kata "national identity" yang dapat di artikan
sebagai "kepribadian internasional" atau "jatidiri nasional". Identitasnasional adalah jatidiri yang
dimiliki oleh suatu bangsa. Identitas bangsa indonesia akan berbeda dengan identitas bangsa
Australia, bangsa Amerika dan bangsa lainnya. Identitas nasional itu terbentuk karena bangsa
indonesia mempunyai pengalaman bersama, sejarah yang yang sama, dan penderitaan yang sama
dan juga terbentuk melalui adanyta saling kerjasama antara kelompok yang satu dengan kelompok
yang lain. Meskipun memiliki banyak perbedaan, namun keinginan kuat diantara mereka untuk
saling merekatkan kelompoknya dengan kelompok lain dapat juga membentuk identitas.
Suku Bangsa adalah golongan sosial yang khusus yang sudah ada sejak lahir, yang sama coraknya
dengan golongan umur dan jenis kelamin.
b. Agama
Bangsa indonesia dikenal sebagai bangsa yang agamis. Agama yang berkembang di indonesia
antara lain Islam, Kristen, Katholik, Budha, Kong hu cu, Agama kong hu cu pada masa orde baru
tidak diakui sebagai agama resmi indonesia namun sejak pemerintahanpresiden Abdurrahman
Wahid, istilah agama resmi dihapuskan.
c. Kebudayaan
Kebudayaan merupakan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang berisikan perangkat-
perangkat atau model-model pengetahuan yang secara kolektif digunakan oleh pendukung-
pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami lingkungan yan dihadapi dan digunakan sebagai
pedoman untuk bertindak dalam bentuk kekuatan dan benda-benda kebudayaan.
d.Bahasa
Bahasa merupakan unsur komunikasi yang dibentuk atas unsur-unsur bunyi ucapan manusia dan
digunakan sebagai sarana berinteraksi antar manusia
a. Menurut Hans Kohn (Jerman), bangsa adalah buah hasil karya atau tenaga hidup
manusia. Pada umumnya bangsa memiliki faktor-faktor objektif tertentu yang membedakannya
dengan bangsa lain, di antaranya persamaan keturunan, wilayah, bahasa, adat-istiadat, kesamaan
politik, perasaan, dan keyakinan (agama).
b. Menurut F. Ratzel (Jerman), bangsa terbentuk karena adanya hasrat tertentu atau
adanya keinginan yang sama. Hasrat tersebut timbul karena adanya rasa kesatuan antara sesama
manusia dan tempat tinggal.
c. Menurut Otto Bauer (Jerman), bangsa adalah kelompok manusia yang mempunyai
persamaan karakter. Karakter tersebut tumbuh karena adanya persamaan senasib dan
sepenanggungan.
Faktor objektif terpenting terbentuknya suatu bangsa adalah adanya kehendak atau kemauan
bersama atau “nasionalisme”. Freidrich Hertz dalam bukunya Nationality in History and Politic
mengemukakan bahwa ada empat unsur yang berpengaruh dalam terbentuknya suatu bangsa, yaitu :
a. Keinginan untuk mencapai kesatuan nasional yang terdiri atas kesatuan sosial, politik, ekonomi,
agama, kebudayaan, komunikasi, dan solidaritas.
b. Keinginan untuk mencapai kemerdekaan dan kebebasan nasional sepenuhnya, yaitu bebas dari
dominasi dan campur tangan bangsa asing terhadap urusan dalam negerinya.
c. Keinginan akan kemandirian, keunggulan, individualitas, dan keaslian atau kekhasan. Contohnya
menjunjung tinggi bahasa nasional yang mandiri.
a. Teori Teokrasi
Teori teokrasi terbagi dua, yaitu teori teokrasi langsung dan tidak langsung. Teori teokrasi langsung
adalah teori yang menyatakan bahwa yang berkuasa di suatu negara adalah langsung Tuhan dan
negara terbentuk atas kehendak Tuhan. Teori teokrasi tidak langsung mengatakan bahwa yang
memerintah di suatu negara secara tidak langsung adalah raja atas nama Tuhan. Raja memerintah
atas kehandak Tuhan sebagai karunia.
b. Teori Kekuasaan
Kekuasaan itu ada setelah terbentuknya suatu negara dengan tujuan untuk mempertahankan dan
mewujudkan cita-cita suatu negara.
c. Teori Yuridis
Teori Yuridis dapat dikaitkan dengan teori patriarkhal, teori patrimonial, dan teori perjanjian. Teori
patriarkhal, yaitu didasarkan pada hukum keluarga. Teori patrimonial, yaitu raja mempunyai hak milik
terhadap daerahnya, maka semua penduduk di daerahnya harus tunduk kepadanya. Adapun teori
perjanjian merupakan dasar hukum bagi kekuasaan negara. Teori perjanjian tersebut dikemukakan
oleh Thomas Hobbes, John Locke, dan J.J. Rousseau.
Menurut Thomas Hobbes, manusia selalu hidup dalam ketakutan, yaitu takut akan diserang oleh
manusia lain yang lebih kuat keadaan jasmaninya. Oleh karena itu, perlu adanya perjanjian. Menurut
John Locke, perlu diadakan perjanjian antara raja dengan rakyat atas dasar perjanjian tersebut raja
berkuasa untuk melindungi hak-hak rakyat. Adapun menurut J.J. Rousseau, kedaulatan rakyat ini
tidak pernah diserahkan kepada raja, bahkan kalau ada raja yang memerintah, maka raja itu harus
bertindak sebagai mandataris dari rakyat.
1. Rakyat
Rakyat suatu negara adalah semua orang yang secara nyata berada dalam wilayah suatu negara yang
tunduk dan patuh pada peraturan dalam negara tersebut. Rakyat suatu negara dibedakan menjadi :
a. Penduduk, yaitu orang-orang yang berdomisili secara tetap dalam wilayah suatu negara untuk
jangka waktu yang lama. Penduduk suatu negara dapat dibedakan lagi menjadi warga negara dan
bukan warga negara.
b. Bukan penduduk, yaitu mereka yang ada dalam suatu negara tidak secara menetap atau tinggal di
suatu wilayah negara hanya untuk sementara waktu. Status kewarganegaraan yang dimiliki, yaitu
warga negara asing.
2. Wilayah
Wilayah merupakan unsur mutlak suatu negara, jika warga negara merupakan dasar personal suatu
negara, maka wilayah merupakan landasan materiil atau landasan fisik negara. Suatu bangsa
nomaden (selalu berpindah-pindah) tidak mungkin mempunyai negara, walaupun mereka memiliki
warga negara dan penguasa sendiri. Wilayah Negara secara umum dapat dibedakan atas wilayah
daratan, wilayah lautan, wilayah udara, dan wilayah ekstrateritorial.
3. Pemerintahan yang Berdaulat
Adanya suatu pemerintahan yang berkuasa atas seluruh wilayahnya dan segenap rakyatnya
merupakan syarat mutlak keberadaan negara. Pemerintahan lain atau negara lain tidak berkuasa di
wilayah dan rakyat negara itu. Pemerintahan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pemerintahan dalam
arti sempit dan pemerintahan dalam arti luas. Pemerintahan dalam arti sempit, yaitu seluruh alat
kelengkapan negara yang hanya menjalankan pemerintahan saja, seperti presiden dan wakil presiden
serta para menteri (kabinet), sedangkan pemerintahan dalam arti luas, meliputu seluruh kekuasaan,
yaitu kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
Adapun kedaulatan yang dapat dimiliki pemerintah, yaitu :
a. Kedaulatan ke dalam, artinya pemerintahan memiliki kewenangan tertinggi dalam mengatur dan
menjalankan organisasi negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Kedaulatan ke luar, artinya pemerintah berkuasa bebas, tidak terikat, dan tidak tunduk kepada
kekuatan lain, serta harus saling menghormati kedaulatan negara masing-masing.
Pengakuan dari negara lain merupakan unsur penguat terbentuknya sebuah negara. Pengakuan dari
negara lain merupakan unsur yang menerangkan bahwa suatu negara telah berdiri, sehingga negara
tersebut dikenal oleh negara-negara lain. Pengakuan dari negara lain terbagi menjadi dua macam,
yaitu :
a. Pengakuan de facto, adalah pengakuan berdasarkan kenyataan yang ada atau fakta yang sungguh-
sungguh nyata tentang berdirinya suatu negara.
b. Pengakuan de jure, adalah pengakuan berdasarkan pernyataan resmi menurut hukum
internasional.
Kewarganegaraan.
Kewarganegaraan merupakan keanggotaan seseorang dalam kontrol satuan politik tertentu (secara
khusus: negara) yang dengannya membawa hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik. Seseorang
dengan keanggotaan yang demikian disebut warga negara. Seorang warga negara berhak
memiliki paspor dari negara yang dianggotainya.
Kewarganegaraan merupakan bagian dari konsep kewargaan (bahasa Inggris: citizenship). Di dalam
pengertian ini, warga suatu kota atau kabupaten disebut sebagai warga kota atau warga kabupaten, karena
keduanya juga merupakan satuan politik. Dalam otonomi daerah, kewargaan ini menjadi penting, karena
masing-masing satuan politik akan memberikan hak (biasanya sosial) yang berbeda-beda bagi warganya.
ASAS KEWARGANEGARAAN
DAN PEWARGANEGARAAN
1. Asas Kewarganegaraan
Sesuai undang-undang No.12 tahun 2006 bahwa untuk memenuhi tuntutan masyarakat
dan melaksanakan amanat Undang-Undang Dasar 1945 maka asas kewarganegaraan
meliputi asas kewarganegaraan umum atau universal yaitu asas ius sanguinis, ius soli,
dan campuran. Adapun asas yang dianut dalam UU No. 12 tahun2006 adalah berikut
ini.
Untuk mengatasi keslitan diatas diadakan perundingan dengan negara lain untuk
menentukan pewarganegaraan seseorang terdapat 2 macam stetsel yaitu stetsel pasif
dan aktif. Stetsel pasif adalah semua penduduk diakui sebagai wargnegara kecuali ia
menolak menjadi warga negara atau hak repudiasi. Stetsel aktif adalah untuk menjadi
warga negara seseorang harus menggunakan hak opsi atau hak untuk memilih menjadi
warga negara.
2. Pewarganegaraan (Naturalisasi)
Negara Republik Indonesia memberi kesempatan kepada orang asing (bukan warga
negara) untuk menjadi warga negara. Dalam hal permohonan kewarganegaraan atau
naturalisasi. Naturalisasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu naturalisasi biasa dan
istimewa.
a. Naturalisasi Biasa
- Dapat berbahasa Indonesia dan mengakui dasar negara Pancasila dan UUD 1945.
- Tidak pernah dijatuhi pidana karena tindak pidana yang diancam sanksi penjara 1
tahun atau lebih.
Nauralisasi istemewa di neara RI dapat diberikan kepada warga negara asing yang
status kewarganegaraannya sebagai berikut.
- Anak WNI yang lahir diluar perkawinan yang sah, belum berusia 18 tahun atau belum
kawin diakui secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing.
- Anak WNI yang belum berusia 5 tahun meskipun secara sah sebagai anak oleh WNA
berdasarkan penetapan pengadilan, tetap sebagai WNI.
- Perkawinan WNI dan WNA baik sah maupun tidak sah dan diakui orang tuanya yang
WNI, atau perkawinan yang melahirkan anak di wilayah RI meskipun status
kewarganegaraan orang tuanya tidak jelas berakibat anak berkewarganegaraan ganda
hingga usia 18 tahun atau sudah kawin.
- Warga asing yang telah berjasa kepada negara RI dengan pernyataannya sendiri
(permohonan) untuk menjadi warga negara RI, atau dapat diminta oleh negara RI.
Kemudian mereka mengucapkan sumpah atau janji setia. Cara ini diberikan oleh
Presiden dengan persetujuan DPR.
c. Akibat Pewarganegaraan
- Kehilangan kewarganegaraan RI bagi suami atau istri yang terikat perkawinan sah
tidak menyebabkan kehilangan status kewarganegaraan itu.
- Anak yang belum berumur 18 tahun dan belum kawin yang mempunyai hubungan
hukum kekeluargaan dengan ayahnya sebelum ayah itu memperoleh kewarganegaraan
RI turut memperoleh kewarganegaraan RI.
- Seorang anak yang lahir dari perkawinan WNA dan WNI tanpa memandang
kedudukan hukukm ayahnya baik sah maupun tidak sebelum usia 18 tahun memiliki
kewarganegaran ganda. Setelah 18 tahun diharuskan memilih kewaranegaraan.
- Anak yang lahir di wilayah negara RI yang saat lahir tidak jelas kedudukan orang
tuanya atau tidak diketahui orang tuanya merupakan kewarganegaraan RI.
- Anak dibawah usia 5 tahun telah ditetapkan secara sah sebagai anak WNA
berdasarkan pengadilan, tetap diakui sebagai WNI.