Anda di halaman 1dari 438

Laporan Ikhtiologi

 Klasik
 Kartu Lipat
 Majalah
 Mozaik
 Bilah Sisi
 Cuplikan
 Kronologis

1.

Jul

Penggolongan Bentuk Tubuh

Asisten : Nurbety Tarigan

LAPORAN PRAKTIKUM KHTIOLOGI

PENGGOLONGAN, BENTUK TUBUH DAN BAGIAN LUAR TUBUH

IKAN

OLEH :

EMELIA NASUTION
1204113838

MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

LABORATORIUM BIOLOGI PERAIRAN

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

PEKANBARUUNIVERSITAS RIAU
2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan saya

rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan ikhtiologi yang berjudul “Penggolongan,

Bentuk Tubuh dan Bagian Luar Tubuh Ikan” dapat terselesaikan tepat pada waktu yang

telah ditentukan.

Dalam kesempatan ini, saya mengucapkan terimakasih kepada asisten

pembimbing yaitu kak Nurbety Tarigan yang telah banyak membantu saya memberikan

arahan-arahan, saran, bimbingan serta petunjuk selama praktikum dilaksanakan.

Saya telah berupaya memaksimalkan tenaga, waktu dan pikiran saya untuk

membuat kesempurnaan laporan ini. Namun tidak tertutup kemungkinan banyak

kesalahan yang tidak sengaja dalam penulisan laporan ini. Kritik dan saran dari para

pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan pada masa yang akan datang.

Sebagai penutup, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu saya dalam penulisan laporan ini.


Pekanbaru, April 2013

Emelia

Nasution

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikthiologi adalah ilmu yang khusus mempelajari tentang ikan dan segala aspek

kehidupan ikan yang meliputi taksonomi, biologi (morfologi, anatomi, fisiologi, genetika,

reproduksi, dll).

Ikan adalah hewan vertebrata yang hidup di air, bernafas dengan insang, bergerak

dengan sirip, bersifat poikiloterm dan memiliki linnea lateralis. Pada bagian morfologi

ikan, dapat dilihat secara jelas dan dapat dibedakan langsung bagian-bagian tubuhnya.

Ditinjau dari morfologinya, tubuh ikan dibagi atas tiga bagian, yakni kepala (caput),

badan (truncus) dan ekor (caudal). Bagian kepala yakni bagian dari ujung mulut terdepan

hingga hingga ujung operkulum (tutup insang) paling belakang. Pada ikan bentuk tubuh

setiap individu ikan sangat dipengaruhi oleh sistem rangka, sistem otot dan habitat

dimana ikan hidup karena beberapa spesies akan mengalami perubahan bentuk tubuh

secara berangsur-angsur, mulai dari larva hingga dewasa sehingga bentuknya menyerupai

bentuk induknya. Antara jenis yang satu dengan jenis lainnya berbeda- beda. Perbedaan

bentuk tubuh ini pada umumnya disebabkan oleh adanya adaptasi terhadap habitat dan

cara hidupnya. Adapun bentuk-bentuk tubuh ikan tersebut dibagi dua yaitu:

a. Simetri bilateral yaitu ikan yang apabila dibelah dua secara membujur mulai dari ujung

kepala sampai ujung ekor, maka belahan sebelah kanan akan sama persis dengan belahan

sebelah kiri, yakni belahan sebelah kiri merupakan cerminan dari belahan sebelah kanan.

b. Non simetri bilateral yaitu ikan yang apabila dibelah dua secara membujur mulai dari

ujung kepala sampai ujung ekor, maka belahan sebelah kanan tidak akan sama dengan
belahan sebelah kiri, yakni belahan sebelah kiri bukan cerminan dari belahan sebelah

kanan.

Secara garis besar, ikan-ikan yang terdapat dialam terbagi atas dua grup, yakni

agnatha (ikan yang tidak berahang) dan gnathostomata (ikan yang memiliki rahang.

1.2 Tujuan dan Manfaat


Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui penggolongan, bentuk

tubuh dan bagian luar tubuh ikan dan sebagai informasi mengenai pembagian bentuk

tubuh ikan juga untuk memenuhi tugas laporan hasil praktikum Ikhtiologi

Adapun manfaat dari penulisan laporan ini adalah kita dapat mengetahui berbagai

bentuk tubuh bagian luar dari tubuh ikan. Kita juga dapat membedakan perbedaan antara

ikan yang memiliki rahang dengan ikan yang tidak memiliki rahang.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Ilmu pengetahuan tentang ikan dimunculkan oleh rasa ingin tahu manusia dan

kebutuhan akan data base ikan bagi kepentingan perdagangan, industri maupun

pariwisata. Ikan telah mampu bertahan hidup seiring dengan perkembangan variasi dari

tempat hidupnya. Mereka hidup di air tawar yang bersih sampai pada air yang bersalinitas

lebih tinggi pada air laut. Mereka ada dalam air gunung yang mengalir deras, di dalam air

yang sunyi dan gelap dan tidak terdapat hewan vertebrata lainnya dan di lautan luas. Bagi

ikan, air adalah media komunikasi mereka, tempat beranak dan bertelur, tempat tidur,

tempat bermain, toilet, panggung kehidupan dan kuburan bagi mereka (Rajabnadia,

2009).

Secara garis besar ikan-ikan yang terdapat dialam terbagi atas dua grup yaitu

aganatha (ikan yang tidak berahang) dan gnathostomata (ikan yang memiliki rahang).

Grup ikan tersebut dibagi kedalam tiga kelas, yakni kelas cephalospidomophi, kelas

condrichthyes dan kelas osteichthyes ( Manda, 2013).

Pengenalan struktur ikan tidak terlepas dari morfologi ikan yaitu bentuk luar ikan

yang merupakan ciri-ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari jenis-jenis

ikan. Morfologi ikan sangat berhubungan dengan habitat ikan tersebut di perairan.

(Wahyuningsih dan barus, 2006).


Semua ukuran yang digunakan merupakan pengukuran yang diambil dari satu

titik ke titik lain tanpa melalui lengkungan badan.

- Panjang total (TL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxillae)

hingga ujung ekor.

- Panjang standar (SL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxillae)

hingga pertengan pangkal sirip ekor (pangkal sirip ekor bukan berarti sisik terakhir

karena sisik-sisik tersebut biasanya memanjang sampai ke sirip ekor.

- Panjang kepala (HL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxilla)

hingga bagian terbelakang operculum atau membran operculum (Jeffri, 2010).

Rangka ikan berfungsi untuk menegakkan tubuh, menunjang atau atau

menyokong organ-organ tubuh. Secara tidak langsung rangka menentukan bentuk tubuh

ikan yang beraneka ragam. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tulang-tulang yang

membentuk sistem rangka berkaitan dengan terhadap lingkungannya secara terus

menerus (Rahardjo.dkk, 2011).

Sehubungan dengan bervariasinya integumen pada vertebrata khusunya ikan,

maka fungsinya pun bermacam-macam pula, antara lain: pelindung terhadap gangguan

mekanis, fisis, organis atau penyesuaian diri terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi

kehidupannya, termasuk pelindung terhadap hewan lain yang merupakan musuhnya; kulit

juga digunakan sebagai alat ekskresi dan osmoregulasi dan sebagai alat pernapasan pada

beberapa jenis ikan tertentu (Burhanuddin, 2008).


III. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ikhtiologi mengenai “Penggolongan, Bentuk Tubuh dan Bagian Luar

Tubuh Ikan” dilaksanakan pada Jum’ats, 28 Maret 2013 pukul 08.00 WIB sampai dengan

pukul 10.00 WIB bertempat di Laboratorium Biologi Perairan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Universitas Riau, Kampus Bina Widya KM.12,5 Simpang Baru, Panam,

Pekanbaru.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ikan baung sampah (Mystus

nemurus), belut (Monopterus albus), betok (Anabas testudineus), toman (Channa


micropaltes), tambakan (Helostoma temminckii), sepat rawa (Trichogaster trichopterus),

layur (Trichiurus savala), lidah (Cynoglossus lingua), kerapu macan (Ephinephelus

fuscoguttatus) dan serai (Caranx rotteri). Adapun alat yang digunakan dalam praktikum

ini seperti nampan, buku gambar ikhtiologi, buku penuntun praktikum ikhtilogi, serbet,

tissue dan alat tulis.

3.3 Metode Praktikum


Adapun metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode pengamatan

langsung terhadap objek dengan menggunakan analisis secara in situ, yakni sampel di

beli di pasar kemudian dibawa ke Labortorium untuk diambil datanya.

3.4 Prosedur Praktikum

Sebelum masuk ke Laboratorium praktikan terlebih dahulu diperiksa oleh asisten

dari laporan, ikan-ikan yang akan dipraktikumkan dan semua praktikan diwajibkan

membawa ikan sampel yang telah ditentukan untuk masing-masing kelompok. Tak hanya

itu, praktikan juga diwajibkan untuk mengisi klasifikasi sesuai jenis ikan sampel yang

dibawanya pada buku praktikum ikhtiologi dan membawa serta alat tulis yang lengkap

serta tissue da serbet. Setelah semuanya lengkap praktikan diperbolehkan masuk ke

dalam laboratorium. Maka, asisten memberikan respon kepada praktikan tentang materi-

materi yang akan dipraktikumkan. Kemudian asisten menjelaskan langkah-langkah

mengamati sampel. Setelah itu masing-masing ikan sampel diletakkan diatas nampan

untuk diamati lalu praktikan menggambarkan ikan-ikan sampel secara utuh dengan posisi

kepala disebelah kiri lalu masing-masing ikan diberi keterangan seperti panjang baku
(SL), panjang total (TL), panjang kepala (HdL) dan tinggi badan (Bdh). Setelah

gambarnya selesai, buat deskripsi dari masing-masing jenis ikan dengan memperhatikan

penggolongan, bentuk tubuh dan bagian luar tubuh ikan serta mulut dan sungut ikan

yang dipraktikumkan.

Jika praktikum sudah selesai masing-masing kelompok praktikan diwajibkan

mencuci nampan yang mereka pakai dan membersihkan meja praktikum hingga bersih.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Dari semua praktikum dan sepuluh ikan yang dijadikan objek, diperoleh
hasil sebagai berikut :

Ikan baung sampah (Mystus bimaculatus)


Gambar 1. Ikan baung sampah (Mystus bimaculatus)

Ukuran Morphometrik :

TL = 18cm, SL = 14 cm, BdH = 3,5 cm, HdL = 2,5 cm

Nama lokal ikan : Baung sampah

Ordo : Ostariophysi

Family : Bagridae

Genus : Mystus

Species : Mystus bimaculatus

Habitat : Air tawar

Deskripsi

Termasuk kedalam grup gnathostomata (memiliki rahang) dan ordo ostariophsy,

bentuk tubuh bilateral simetris (kepala picak badan pipih), kepala tumpul, posisi mulut

terminal, memiliki sungut 4 pasang, lubang hidung monorhinous, tidak mempunyai sisik,

memiliki sirip sempurna, bentuk mulut protactil, ukuran mulut lebar, dan bibirnya tipis.
Ikan Serai (Caranx rotteri)
Gambar 2. Ikan serai (Caranx rotteri)

Ukuran Morphometrik :

TL = 14cm, SL = 12 cm, BdH = 2,5 cm, HdL = 3 cm

Nama lokal ikan : Serai

Ordo : Perciformes

Family : Carangidae

Genus : Caranx

Species : Caranx rotteri


Habitat : Air laut

Deskripsi

Termasuk grup gnathostomata, selain mempunyai sirip tambahan dari sirip dubur

dan sirip punggung bagian belakangnya, juga mempunyai tanda khas yang merupakan

sisik besar dan berduri, pada gurat sisinya melebar keatas dan kebawah badan.

Ikan Betok (Anabas testudineus)


Gambar 3. Ikan Betok (Anabas testudineus)

Ukuran Morphometrik :

TL = 16,5 cm, SL = 13,5 cm, BdH = 5 cm, HdL = 4,5 cm

Nama lokal ikan : Betok

Ordo : Labyrinthici

Family : Anabantidae

Genus : Anabas

Species : Anabas testudineus


Habitat : Air tawar

Deskripsi

Termasuk grup gnathostomata, kelas osteichthyes, bentuk tubuh bilateral simetris,

bentuk tubuh compressed, bentuk kepala tumpul dan bersisik, bentuk mulut terminal,

dirhinous, mata terletak disisi kanan dan kiri daerah kepala, terdapat operculum, sisik

menutupi tubuh mulai dari kepala sampai pangkal ekor, memiliki Linnea Lateralis dari

operculum sampai ekor, memiliki sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip anus dan

sirip ekor, mulut berbentuk protactile, ukuran mulut lebar, posisi sudut mulut tegak lurus

di depan bola mata, Ukuran bibir tebal, hanya bibir rahang atas yang berlipatan, Bibir

atas bersambung dengan bibir bawah dan bentuk moncong berukuran pendek, tumpul dan

tidak terdapat duri.

Ikan Tambakan (Helostoma temminckii)


Gambar 4. Ikan Tambakan (Helostoma temminckii)

Ukuran Morphometrik :

TL = 15,5 cm, SL = 11,5 cm, BdH = 57cm, HdL = 4 cm

Nama lokal ikan : Tambakan


Ordo : Labyrinthici

Family : Anabantidae

Genus : Helostoma

Species : Helostoma temminckii

Habitat : Air tawar

Deskripsi

Termasuk grup gnathostomata, kelas osteichthyes, memiliki rahang dan termasuk

dirhinous. Bentuk tubuh ikan tambakan kesamping (compresed) dan oval memanjang.

Bentuk mulut proctractile yaitu mulut dapat disembulkan, celah mulut horizintal sangat

kecil, rahang atas dan bawah sama, bibir tebal dan mempunyai deretan gigi yang

ujungnya tajam. Sisik tergolong stenoid, jari-jari sirip dada pertama mengalami

modifikasi berbentuk benang memanjang. (Kordi, 2010)

Ikan Belut (Monopterus albus)


Gambar 5. Ikan Belut (Monopterus albus

Ukuran Morphometrik :

TL = 43 cm, BdH = 2,5 cm, HdL = 3 cm

Nama lokal ikan : Belut

Ordo : Synbrochoitea
Family : Synbranchidea

Genus : Monopterus

Species : Monopterus albus

Habitat : Air tawar

Deskripsi

Belut adalah jenis ikan yang mempunyai bentuk badan panjang dan mirip ular

namun tidak bersisik. Sirip punggung dan sirip dubur berubah bentuk menjadi sembulan

kulit yang tidak berjari-jari. Matanya kecil dan melengkung, kulitnya licin mengeluarkan

lendir, giginya juga kecil runcing berbentuk kerucut dan bibir berupa lipatan kulit yang

lebar di sekeliling mulutnya. Belut mempunyai sirip punggung, sirip dubur, dan sirip ekor

yang sangat kecil, sehingga hampir tidak terlihat oleh mata.


Ikan Lidah (Cynoglossus lingua)
Gambar 6. Ikan Lidah (Cynoglossus

Ukuran Morphometrik :

TL = 29 cm, BdH = 5,5 cm, HdL = 6cm

Nama lokal ikan : Lidah

Ordo : Heterosomata

Family : Soleidae

Genus : Cynoglossus

Species : Cynoglossus lingua

Habitat : Air laut

Deskripsi

Cynoglossus lingua memiliki karakteristik yaitu bentuk badan sangat pipih, kedua

matanya terletak di samping kiri badan, tidak punya sirip dada, sirip punggung dan sirip

bersatu dengan sirip ekor. Pada umumnya mempunyai dua gurat sisi, terdapat 12 – 14

sisik antara gurat sisi, sudut mulut lebih dekat ke arah moncong dari pada ke arah tutup

insang.
Ikan Toman (Channa microphaltes)
Gambar 7. Ikan Toman (Channa microphaltes)

Ukuran Morphometrik :

SL = 31 cm, BdH = 5,5 cm, HdL = 9,5 cm

Nama lokal ikan : Toman

Ordo : Perciformes

Family : Channide

Genus : Channa

Species : Channa microphaltes

Habitat : Air tawar

Deskripsi

Ikan toman (Channa microphaltes ) termasuk kedalam grup gnathostomata

(memiliki rahang), memiliki bantuk tubuh kepala picak dan badan pipih dan memiliki

lima buah sirip, yaitu sirip punggung (pinnae dorsalis), sirip dada (pinnae pectoralis),

sirip perut (pinnae ventralis), sirip dubur (pinnae analis) dan sirip ekor (pinnae caudalis).
Sirip punggung panjangnya hampir kepangkal ekor dan sirip dubur panjang hingga

kepangkal ekor. Sirip ekor mendatar dan berada di belakang dan linea lateralisnya lurus.

Ikan Sepat rawa (Trichogaster trichepterus)


Gambar 8. Ikan Sepat rawa (Trichogaster trichepterus)

Ukuran Morphometrik :

TL = cm, SL = cm, BdH = cm, HdL = cm

Nama lokal ikan : Sepat rawa

Ordo : Labyrinthici

Family : Anabantidae

Genus : Trichogaster

Species : Trichogaster trichepterus


Habitat : Air tawar

Deskripsi

Termasuk kedalam grup gnathostomata (memiliki rahang), bentuk tubuhnya

seperti ikan sepat siam yaitu tubuhnya pipih, kepalanya mirip dengan ikan gurami muda

yaitu lancip. Panjang tubuhnya tidak dapat lebih besar dari 15 cm, permulaan sirip

punggung terdapat di atas bagian yang lemah dari sirip dubur. Pada tubuhnya ada dua

bulatan hitam, satu di tengah-tengah dan satu di pangkal sirip ekor. Sirip ekor terbagi ke

dalam dua lekukan yang dangkal.

Ikan Layur (Trichiurus savala)


Gambar 9. Ikan Layur (Trichiurus sav

Ukuran Morphometrik :

TL = 57 cm, BdH = 6cm, HdL = 6 cm

Nama lokal ikan : Layur

Ordo : Pertromophi

Family : Trichiuridae

Genus : Trichiurus

Species : Trichiurus savala


Habitat : Air laut

Deskripsi

Termasuk dalam kelas osteichtyes, bentuk tubuhnya panjang gepeng, ekornya

panjang seperti pecut. Kulitnya tidak bersisik, warnanya memutih keperak-perakkan.

Sirip punggungnnya satu, dimulai dari belakang kepala terus sampai di ekor, jumlah jari-

jari sirip lunaknya antara 140-150 buah. Sirip ekor tidak tumbuh, sirip dubur terdiri dari

sebaris duri-duri kecil yang lepas-lepas. Tidak mempunyai sirip perut dan ikan ini

bersifat karnivor.

Ikan Kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus)


Gambar 10. Ikan Kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus)

Ukuran Morphometrik :

TL = cm, SL = cm, BdH = cm, HdL = cm

Nama lokal ikan : Kerapu macan

Ordo : Perchomorphi

Family : Serradinae

Genus : Ephinephelus

Species : Ephinephelus fuscoguttatus

Habitat : Air laut

Deskripsi
Termasuk dalam kelas osteichtyes, bentuk ujung sirip ekor, sirip dada, dan sirip

dubur ikan berupa busur. Kepala dan badannya berwarna abu-abu pucat kehijauan atau

kecokelatan. Badan dipenuhi dengan bintik-bintik gelap berwarna jingga kemerahan atau

coklat gelap. Bintik-bintik dibagian tengah lebih gelap dibanding yang di pinggir. Ukuran

bintik semakin mengecil ke arah mulut. Adapun punggung dan pangkal sirip punggung

ikan terdapat bercak besar kehitaman.

Bentuk badan kerapu macan memanjang dan cenderung gepeng (compressed)

atau agak membulat. Panjang total tubuh kerapu macan dapat mencapai 80 cm. Mulut

berukuran lebar dengan posisi serong keatas dan bibir bawah menonjol keatas. Rahang

atas dan bawah dilengkapi dengan gigi-gigi geretan berderet dua baris, lancip dan kuat.

Gigi-gigi terbesar terletak dibagian depan. Sirip ekor berbentuk membulat (rounded).

Lobang hidung besar berada diatas mulut berbentuk bulan sabit.

4.2 Pembahasan

Ikan baung sampah (Mystus bimaculatus) merupakan ikan yang hidup di air

tawar. Ikan jenis ini termasuk kedalam grup gnathostomata (memiliki rahang) dan ordo

ostariophsy, bentuk tubuh bilateral simetris (kepala picak badan pipih), kepala tumpul,

posisi mulut terminal, memiliki sungut 4 pasang, lubang hidung monorhinous, tidak

mempunyai sisik, memiliki sirip sempurna, bentuk mulut protactil, ukuran mulut lebar,

dan bibirnya tipis.


Ikan Serai (Caranx rotteri) termasuk grup gnathostomata, selain mempunyai sirip

tambahan dari sirip dubur dan sirip punggung bagian belakangnya, juga mempunyai

tanda khas yang merupakan sisik besar dan berduri, pada gurat sisinya melebar keatas

dan kebawah badan.

Ikan Betok (Anabas testudineus) termasuk grup gnathostomata, kelas

osteichthyes, bentuk tubuh bilateral simetris, bentuk tubuh compressed, bentuk kepala

tumpul dan bersisik, bentuk mulut terminal, dirhinous, mata terletak disisi kanan dan kiri

daerah kepala, terdapat operculum, sisik menutupi tubuh mulai dari kepala sampai

pangkal ekor, memiliki Linnea Lateralis dari operculum sampai ekor, memiliki sirip

punggung, sirip dada, sirip perut, sirip anus dan sirip ekor, mulut berbentuk protactile,

ukuran mulut lebar, posisi sudut mulut tegak lurus di depan bola mata, Ukuran bibir

tebal, hanya bibir rahang atas yang berlipatan, Bibir atas bersambung dengan bibir bawah

dan bentuk moncong berukuran pendek, tumpul dan tidak terdapat duri.

Betok hidup di danau, sungai, rawa-rawa dan genangan air lainnya. Betok tahan

terhadap kekeringan dan kekurangan oksigen. Kadang-kadang betok dapat hidup selama

1 minggu tanpa air, atau tinggal dalam lumpur ang masih mengandung air selama 1-2

bulan. Betok adalah ikan yang mempunyai alat pernafasan tambahan sehingga mampu

mengambil oksigen langsung dari udara. Oleh karenanya ikan ini dapat hidup diair yang

minim oksigen. (Kordi, 2010).

Ikan Tambakan (Helostoma temminckii) termasuk grup gnathostomata, kelas

osteichthyes, memiliki rahang dan termasuk dirhinous. Bentuk tubuh ikan tambakan

kesamping (compresed) dan oval memanjang. Bentuk mulut proctractile yaitu mulut
dapat disembulkan, celah mulut horizintal sangat kecil, rahang atas dan bawah sama,

bibir tebal dan mempunyai deretan gigi yang ujungnya tajam. Sisik tergolong stenoid,

jari-jari sirip dada pertama mengalami modifikasi berbentuk benang memanjang. Ikan ini

juga suka menempelkan bibir tebalnya pada benda apaun atau pada bibir pasangannya,

yang menyebabkan ikan ini mendapat sebutan kissing gouramy. Tambakan adalah ikan

asli rawa-rawa, sungai dan danau-danau yang bervegetasi lebat. Ikan tambakan juga

mampu menghirup oksigen langsung dari udara bebas karena mempunyai alat pernafasan

yang disebut labirin. Labirin merupakan pengembangan dari insang pertama. (Kordi,

2010).

Ikan Belut (Monopterus albus) adalah jenis ikan yang mempunyai bentuk badan

panjang dan mirip ular namun tidak bersisik. Sirip punggung dan sirip dubur berubah

bentuk menjadi sembulan kulit yang tidak berjari-jari. Matanya kecil dan melengkung,

kulitnya licin mengeluarkan lendir, giginya juga kecil runcing berbentuk kerucut dan

bibir berupa lipatan kulit yang lebar di sekeliling mulutnya. Belut mempunyai sirip

punggung, sirip dubur, dan sirip ekor yang sangat kecil, sehingga hampir tidak terlihat

oleh mata.

Belut tergolong karnivor dan nocturnal. Anakan belut memakan jasad renik, baik

zooplankton maupun zoobenthos. Belut yang lebih besar hingga dewasa memakan jenis

hewan/binatang yang lebh besar, seperti serangga, jentik, siput, cacing, udang kodok dan

ikan-ikan kecil. (Kordi, 2010).

Ikan Lidah (Cynoglossus lingua) memiliki karakteristik yaitu bentuk badan sangat

pipih, kedua matanya terletak di samping kiri badan, tidak punya sirip dada, sirip
punggung dan sirip bersatu dengan sirip ekor. Pada umumnya mempunyai dua gurat sisi,

terdapat 12 – 14 sisik antara gurat sisi, sudut mulut lebih dekat ke arah moncong dari

pada ke arah tutup insang.

Ikan Toman (Channa microphaltes) termasuk kedalam grup gnathostomata

(memiliki rahang), memiliki bantuk tubuh kepala picak dan badan pipih dan memiliki

lima buah sirip, yaitu sirip punggung (pinnae dorsalis), sirip dada (pinnae pectoralis),

sirip perut (pinnae ventralis), sirip dubur (pinnae analis) dan sirip ekor (pinnae caudalis).

Sirip punggung panjangnya hampir kepangkal ekor dan sirip dubur panjang hingga

kepangkal ekor. Sirip ekor mendatar dan berada di belakang dan linea lateralisnya lurus.

Ikan toman (Channa microphaltes) hidup diperairan tawar hingga payau. Ikan ini

mampu hidup diperairanang minim oksigen karena mampu mengambil oksgen langsung

dari udara dan ikan ini juga merupakan ikan karnivora yag memiliki nilai ekonomis yang

tinggi. (Kordi, 2010).

Ikan Sepat rawa (Trichogaster trichepterus) termasuk kedalam grup

gnathostomata (memiliki rahang), bentuk tubuhnya seperti ikan sepat siam yaitu

tubuhnya pipih, kepalanya mirip dengan ikan gurami muda yaitu lancip. Panjang

tubuhnya tidak dapat lebih besar dari 15 cm, permulaan sirip punggung terdapat di atas

bagian yang lemah dari sirip dubur. Pada tubuhnya ada dua bulatan hitam, satu di tengah-

tengah dan satu di pangkal sirip ekor. Sirip ekor terbagi ke dalam dua lekukan yang

dangkal. Ikan ini hidup di air tawar.


Ikan Layur (Trichiurus savala) termasuk dalam kelas osteichtyes, bentuk

tubuhnya panjang gepeng, ekornya panjang seperti pecut. Kulitnya tidak bersisik,

warnanya memutih keperak-perakkan. Sirip punggungnnya satu, dimulai dari belakang

kepala terus sampai di ekor, jumlah jari-jari sirip lunaknya antara 140-150 buah. Sirip

ekor tidak tumbuh, sirip dubur terdiri dari sebaris duri-duri kecil yang lepas-lepas. Tidak

mempunyai sirip perut dan ikan ini bersifat karnivor. Ikan ini hidup di air tawar.

Ikan Kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus) Termasuk dalam kelas

osteichtyes, bentuk ujung sirip ekor, sirip dada, dan sirip dubur ikan berupa busur. Kepala

dan badannya berwarna abu-abu pucat kehijauan atau kecokelatan. Badan dipenuhi

dengan bintik-bintik gelap berwarna jingga kemerahan atau coklat gelap. Bintik-bintik

dibagian tengah lebih gelap dibanding yang di pinggir. Ukuran bintik semakin mengecil

ke arah mulut. Adapun punggung dan pangkal sirip punggung ikan terdapat bercak besar

kehitaman.

Bentuk badan kerapu macan memanjang dan cenderung gepeng (compressed)

atau agak membulat. Panjang total tubuh kerapu macan dapat mencapai 80 cm. Mulut

berukuran lebar dengan posisi serong keatas dan bibir bawah menonjol keatas. Rahang

atas dan bawah dilengkapi dengan gigi-gigi geretan berderet dua baris, lancip dan kuat.

Gigi-gigi terbesar terletak dibagian depan. Sirip ekor berbentuk membulat (rounded).

Lobang hidung besar berada diatas mulut berbentuk bulan sabit.

Kerapu macan termasuk kelompok ikan kerapu yang berharga tinggi. Jenis kerapu

ini merupakan ikan asli Indonesia yang hidup tersebar di berbagai perairan berkarang di
Nusantara. Selain di Indonesia, daerah penyebaran kerapu macan meliputi perairan di

wilayah Indo-Pasifik.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari praktikum Ikhtiologi mengenai Penggolongan,


Bentuk Tubuh dan Bentuk Luar Tubuh Ikan adalah bahwa ikan yang terdapat di alam
mempunyai persamaan dan perbedaan antara satu dengan yang lainnya, hal itu dapat
dilihat dari segi mulut, sirip, hidung, mata, bentuk tubuh, habitat maupun jenis
makanannya. Hal ini akan sangat mempengaruhi terhadap aktivitas atau kebiasaan dari
pergerakan ikan itu sendiri. Bentuk tubuh setiap individu ikan sangat dipengaruhi oleh
sistem rangka, sistem otot dan satuan habitat dimana ikan-ikan itu hidup.

Disamping itu kita juga dapat mengetahui secara langsung bentuk suatu ikan

apakah mulutnya berbentuk proctactile atau non proctactile, bentuk-bentuk tubuh ikan,

posisi mulut terhadap kepala, memiliki sungut atau tidak, bersisik atau tidak, bahkan

letak lobang hidung, mata maupun tutup insang/operculum.

5.2. Saran
Selaku manusia biasa tentu tidak luput dari kekurangan dan kelemahan. Sebagai

praktikan yang baru memulai bangku perkuliahan, saya menyadari masih memiliki

banyak kekurangan dan memiliki banyak kendala dalam mengerjakan laporan praktikum

ini, hal ini karena kurangnya buku-buku yang mendukung untuk kelancaran dan

kemudahan dalam pelaksanaan praktikum dan dalam penyelesaian laporan praktikum.

Jadi, semoga untuk selanjutnya hal tersebut dapat terpenuhi demi kesempurnaan

penulisan berikutnya. Tentunya arahan dan masukan dari para assisten juga sangat saya

butuhkan untuk mempermudah dan memperlancar jalannya pratikum selanjutnya.


DAFTAR PUSTAKA
Burhanuddin, A. Iqbal. 2008. Ikhtiologi Ikan dan Aspek Kehidupannya.Yayasan Citra
Emulsi. Makassar.

Jeffri. 2010. Morfologi Ikan, Universitas Sriwijaya, Palembang.

Kordi.K.2010. Panduan Lengkap Mmelihara Ikan Air Tawar.Lily

Publisher.Yogyakarta

Rajabnadia, L. Abdul. Buku Ajar Ichtyology. Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Universitas Haluoleo. Kendari.

Sulistiyono.2005. Morfologi Dasar Ikan. Mandala Pratama: Jogjakarta.

Rahardjo.M.F dkk, 2011. Ikhtiology, Lubuk Agung, Jakarta.

Wahyuningsih.H dan Barus. 2006. Ikhtiologi. Departemen Biologi FMIPA USU,

Medan.
LAMPIRAN
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum:

Serbet Penggaris
Pena Penghapus

Pensil Buku
penuntun
Buku gambar

Nampan Tissue
Diposkan 3rd July 2013 oleh Emelia Nasution

Tambahkan komentar

2.

Jun

14

Sistem Rangka
LAPORAN PRAKTIKUM IKHTIOLOGI

SISTEM RANGKA

OLEH :

EMELIA NASUTION

1204113838

MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


LABORATORIUM BIOLOGI PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS RIAU

2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkankan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan ikhtiologi yang berjudul “Sistem Rangka”

dapat terselesaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Dalam kesempatan ini, saya mengucapkan terimakasih kepada asisten

laboratorium yaitu kak Nurbety Tarigan yang telah banyak membantu saya dalam

memberikan arahan, saran, bimbingan serta petunjuk selama praktikum dilaksanakan.

Saya telah berupaya semaksimal mungkin untuk kesempurnaan laporan ini.

Namun, tidak tertutup kemungkinan banyak kesalahan yang tidak terdapat dalam

penulisan laporan ini. Kritik dan saran dari para pembaca sangat diharapkan demi

kesempurnaan pada masa yang akan datang.

Sebagai penutup, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu saya dalam penulisan laporan ini.

Pekanbaru, Juni 2013


Emelia Nasution

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Iktiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang segala aspek kehidupan. Ilmu ini

termasuk salah satu cabang biologi. Sebagai suatu mata ajaran maka ia meliputi kegiatan

kuliah dan praktikum. Iktiologi berkembang meliputi beberapa cabang utama antara lain :

Klasifikasi, Anatomi, Evolusi dan Genetika, Natural History dan Ekologi, Fisiologi,

Biokimia dan Konservasi.

Ilmu pengetahuan tentang ikan dimunculkan oleh rasa ingin tahu manusia dan

kebutuhan akan data base ikan bagi kepentingan perdagangan, industri maupun

pariwisata. Ikan telah mampu bertahan hidup seiring dengan perkembangan variasi dari

tempat hidupnya. Mereka hidup di air tawar yang bersih sampai pada air yang bersalinitas

lebih tinggi pada air laut. Mereka ada dalam air gunung yang mengalir deras, di dalam air

yang sunyi dan gelap dan tidak terdapat hewan vertebrata lainnya dan di lautan luas. Bagi

ikan, air adalah media komunikasi mereka, tempat beranak dan bertelur, tempat tidur,
tempat bermain, toilet, panggung kehidupan dan kuburan bagi mereka (Rajabnadia,

2009).

Burhanuddin (2008) mengatakan bahwa ikan adalah hewan berdarah dingin, ciri

khasnya mempunyai tulang belakang, insang dan sirip, dan terutama ikan bergantung atas

air dimana sebagai tempat tinggal mereka. Ikan memilki kemampuan di dalam air untuk

bergerak menggunakan siripnya untuk menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga tidak

tergantung dengan arus yang disebabkan oleh arah angin.

Sistem rangka pada ikan berfungsi untuk menegakkan tubuh, menunjang atau

menyokong tubuh, melindungi organ-organ tubuh dan pembentukan butir-butir darah.

Bahkan pada jenis ikan tertentu terdapat modifikasi tulang penyokong sirip yang

berfungsi sebagai penyalur sperma ke dalam saluran reproduksi induk ikan betina.

Rangka penegak tubuh ikan terdiri dari tulang sejati dan tulang rawan.

Tulang-tulang penyusun rangka terbagi menjadi tiga bagian yaitu rangka axial

yang terdiri dari tulang tengkorak, tulang punggung, tulang rusuk. Kemudian rangka

visceral terdiri dari seluruh tulang lengkung insang dan derivate-derivatnya. Serta rangka

appendicular terdiri dari sirip dan perekat-perekatnya (Penuntun Praktikum Icthyology,

2013).

Tulang tengkorak pada ikan berfungsi untuk membungkus atau melindungi otak

karena otak merupakan organ yang lembut, tetapi mempunyai peranan yang besar bagi

kehidupan ikan. Tengkorak ikan Elasmobranch terbentuk dari satu tulang rawan yang

disebut chondrocranium dan dilengkapi branchiocranium beserta derivate-derivatnya.


Chondrocranium pada ikan elasmobranch memiliki kotak-kotak yang membentuk atap

otak yang tidak komplek. Sedangkan tengkorak ikan bertulang sejati tersusun atas dua

bagian yaitu neurocranium dan branchiocranium. Neurocranium terdiri dari bagian

endosteal yang membentuk lantai kotak otak dan ectosteal yang membentuk atap otak.

Bentuk atap otaklah yang nantinya mempengaruhi bentuk wajah dari ikan tersebut.

Ruas-ruas vertebrae yang membentuk rangka ikan tersusun mulai dari belakang

tengkorak sampai ke pangkal ekor. Susunan vertebrae itu terbagi-bagi atas dua bagian

yakni abdominal dan caudal. Daerah abdominal memiliki tulang rusuk kiri dan tulang

rusuk kanan. Tulang rusuk ini berguna untuk melindungi organ-organ di dalam rongga

badan. Sedangkan rangka appendicular tersusun dari beberapa ruas tulang yang

menghubungkan cucuk haemal maupun cucuk neural dengan dasar jari-jari sirip. Ruas-

ruas tulang itu sangat berperan pada saat sirip-sirip ikan melakukan pergerakan

(Penuntun Praktikum Icthyology, 2011).

Secara garis besar tubuh ikan tersusun atas tiga bagian, yaitu kepala, batang tubuh

dan ekor. Pada tubuh ikan yang berbentuk simetri, yaitu terdiri atas dua belahan yang

sama, apabila tubuh dibela dua menjadi dua belahan yang sama, dari kepala ke sampai

ekor dengan arah punggung perut. Pada ujung depan terdapat mulut, ditas mulut terdapat

cekung hidung yang sebelah-menyebelah, pada bagian kepala terdapat sepasang mata dan

tutup insang. Pada tubuh ikan tertutup oleh selaput tipis yang tembus oleh sinar, kulitnya

banyak mengandung kelenjar lendir yang berfungsi untuk menghindarkan goresan pada

saat ikan berenang dengan cepat. Ikan mempunyai sejumlah sirip, sirip yang berpasangan

adalah untuk gerak maju mundur terdapat pada sirip dada dan sirip perut. Sirip tunggal
adalah untuk keseimbangan, misalnya sirip punggung dan sirip belakang. Sedangkan sirip

belakang terdapat lubang anus (Mahardono, 1979 dalam Armansya, 2009 ).

1.2. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari praktikum ini ialah agar mahasiswa perikanan mampu menganalisis

dan mendeskripsikan serta menjelaskan sistem rangka pada ikan, khususnya ikan yang

dipraktikumkan masing-masing praktikan, dimana penyusun rangka tubuh ikan terdiri

dari rangka axial, visceral, appendicular.

Adapun manfaat praktikum ini menurut saya ialah praktikan dapat mengetahui

secara langsung bentuk dan penyusun rangka tubuh ikan. Tak hanya itu, praktikan juga

dapat melihat dan menemukan hipofisa pada ikan secara langsung sehingga dapat

menambah pengetahuan praktikan tentang bentuk dan warna hipofisa pada ikan.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Tulang-tulang penyusun rangka pada ikan dibagi menjadi 3 yaitu rangka Axial

yang terdiri dari tulang tengkorak, tulang punggung dan tulang rusuk.Tulang viscercal

yang terdiri dari seluruh tulang lengkung insang dan derivat-derivatnya. Tulang

apendicular yang terdiri dari sirip dan pelekat-pelekatnya (Manda et el,2009).

Rangka ikan berfungsi untuk menegakkan tubuh, menunjang atau menyokong

organ-organ tubuh. Secara tidak langsung rangka menentukan bentuk tubuh ikan yang

beraneka ragam. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tulang-tulang yang

membentuk sistem rangka berkaitan dengan lingkungannya secara terus menerus

(Rahardjo, dkk, 2011).

Sistem rangka pada ikan berfungsi untuk menegakkan tubuh, menunjang atau

menyokong tubuh, melindungi organ-organ tubuh dan pembentukan butir-butir darah.

Bahkan pada jenis ikan tertentu terdapat modifikasi tulang penyokong sirip yang
berfungsi sebagai penyalur sperma ke dalam saluran reproduksi induk ikan betina.

Rangka penegak tubuh ikan terdiri dari tulang sejati dan tulang rawan.

Tulang-tulang pengusun rangka terbagi menjadi tiga bagian yaitu rangka axial

yang terdiri dari tulang tengkorak, tulang punggung, tulang rusuk. Kemudian rangka

visceral terdiri dari seluruh tulang lengkung insang dan derivate-derivatnya. Serta rangka

appendicular terdiri dari sirip dan perekat-perekatnya (Penuntun Praktikum Icthyology,

2011).

Tulang tengkorak pada ikan berfungsi untuk membungkus atau melindungi otak

karena otak merupakan organ yang lembut, tetapi mempunyai peranan yang besar bagi

kehidupan ikan. Tengkorak ikan elasmobranch terbentuk dari satu tulang rawan yang

disebut chondrocranium dan dilengkapi branchiocranium beserta derivate-derivatnya.

Chondrocranium pada ikan elasmobranch memiliki kotak-kotak yang membentuk atap

otak yang tidak kompleks. Sedangkan tengkorak ikan bertulang sejati tersusun atas dua

bagian yaitu neurocranium dan branchiocranium. Neurocranium terdiri dari bagian

endosteal yang membentuk lantai kotak otak dan ectosteal yang membentuk atap otak.

Bentuk atap otaklah yang nantinya mempengaruhi bentuk wajah dari ikan tersebut

(Penuntun Praktikum Icthyology, 2013).

Ruas-ruas vertebrae yang membentuk rangka ikan tersusun mulai dari belakang

tengkorak sampai ke pangkal ekor. Susunan vertebrae itu terbagi-bagi atas dua bagian

yakni abdominal dan caudal. Daerah abdominal memiliki tulang rusuk kiri dan tulang

rusuk kanan. Tulang rusuk ini berguna untuk melindungi organ-organ di dalam rongga

badan. Sedangkan rangka appendicular tersusun dari beberapa ruas tulang yang
menghubungkan cucuk haemal maupun cucuk neural dengan dasar jari-jari sirip. Ruas-

ruas tulang itu sangat berperan pada saat sirip-sirip ikan melakukan pergerakan

(Penuntun Praktikum Icthyology, 2012).

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum ikhtiologi mengenai Sistem Rangka dilaksanakan pada hari Jum’at,

tanggal 10 Mei 2013 yang dimulai dari pukul 08.00 WIB – 10.00 WIB. Praktikum ini
diadakan di Laboratorium Biologi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Riau, Kampus Bina Widya KM.12,5 Simpang Baru, Panam, Pekanbaru.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan sebagai objek praktikum adalah ikan pribadi sesuai dengan

hasil dari pembagian dengan cara diundi yang dilakukan oleh masing-masing asisten.

Adapun ikan yang saya dapatkan adalah ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus).

Tak hanya itu, masing-masing praktikan juga diwajibkan membawa ikan mas (Cyprinus

carpio) yang masih hidup atau segar untuk pengambilan hipofisa.

Sedangkan alat yang dipakai pada saat melakukan praktikum adalah nampan

sebagai wadah meletakkan sampel, gunting bedah, serbet, buku gambar, buku penuntun

praktikum dan alat tulis sebagai alat untuk menggambar sistem rangka pada ikan sampel.

3.3. Metode Praktikum


Dalam melakukan praktikum ini, metode yang digunakan adalah menggunakan

metode pengamatan secara langsung terhadap objek yang dipraktikumkan.

3.4. Prosedur Praktikum

Adapun prosedur praktikum yaitu tiga minggu sebelum praktikum mengenai

sistem rangka diadakan, masing-masing praktikan melakukan pencabutan undian jenis

ikan yang akan dipraktikumkan pada materi tentang sistem rangka. Setelah pengundian

selesai, maka masing-masing praktikan harus membawa rangka ikan sesuai dengan jenis

ikan yang didapatkan pada saat pencabutan undian.

Setelah hari praktikum mengenai sistem rangka tiba, maka semua praktikan

berbaris didepan laboratorim Biologi Perikanan dengan sudah memakai jas lab.

Kemudian salah satu asisten mengumpulkan laporan praktikum minggu kemarin dan

memeriksa rangka ikan pada masing-masing praktikan. Kemudian mulailah praktikan

mengamati sistem rangka pada ikan pribadi. Lalu rangka ikan digambar sesuai dengan

pengamatan. Setelah selesai mengambar bagian-bagian dari rangka ikan tersebut, maka

masing-masing praktikan dipersilahkan untuk membelah bagian kepala ikan mas masing-

masing. Hal ini bertujuan untuk mengambil dan mengamati hipofisa yang terdapat pada

bagian kepala ikan. Jika ada praktikan yang berhasil menemukan hipofisa pada ikan

tersebut, maka akan mendapatkan nilai plus dari asistennya masing-masing.


Jika praktikum telah selesai, masing-masing praktikan diwajibkan mencuci

nampan yang mereka pakai dan membersihkan meja praktikum hingga bersih. Setelah

semuanya bersih, asisten pun memberikan respon kepada praktikan mengenai materi

yang baru dipraktikumkan. Setelah itu praktikan pun meninggalkan laboratorium.


IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Dari hasil pengamatan diperoleh penampang melintang rangka ikan kerapu macan

(Epinephelus fuscoguttatus) yang dijelaskan pada uraian di bawah ini:

4.1.1. Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)

Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) dapat diklasifikasikan sebagai

berikut :

Ordo : Percomorphi

Famili : Serranidae
Genus : Epinephelus

Spesies : Epinephelus fuscoguttatus

Habitat : Air laut

Nama perdagangan : brown marble grouper, flowery cod, blotchy rock

cod, carpet cod, akamadaharata, lo fu pan.


Gambar 1. Rangka ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus)
Keterangan :

1. Premaxila 5.Tengkorak

2. Maxilla 6. Sirip dada

3. Neucranium 7. Tulang rusuk

4. Rongga mata 8. Sirip perut

9. Tulang punggung 11. Sirip punggung

10. Ruas tulang punggung 12. Sirip anus

13. Tulang ekor

7. Rongga insang
Gambar 2. Sisi dorso neurocranium ikan kerapu macan (Epinephelus

fuscoguttatus)

Keterangan :
1. Premaxilla 6. Supra occipital

2. Maxilla 7. Suborbital bones

3. Nasal 8. Frontal

4. Sphenotic 9. Pre operculum

5. Post temporal 10. Operculum


Gambar 3. Vertebrae abdominal ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus)

Keterangan : 1. Neural spine 5. Basapophysis

2. Neural arch 6. Intermuscular bone

3. Neural canal 7. Pleural rib

4. Centrum
Gambar 4. Vertebrae caudal ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus)

Keterangan :

1. Neural spine
2. Zygopophysis

3. Hemal spine
Gambar 5. Sirip ekor ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus)
Keterangan :

1. Preural vertebra

2. Ural vertebra

3. Epural

4. Hypurals

5. Parhypural
Gambar 5. Sirip perut ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus)

Keterangan :

1. Pelvic cartilage

2. Propterygium

3. Metapterygium
4. Radials

4.2. Pembahasan

Dari hasil analisis yang telah ada bahwa ikan ini merupakan ikan kerapu macan

(Epinephelus fuscoguttatus) mempunyai bentuk badan yang pipih memanjang dan agak

membulat. Mulut lebar dan di dalamnya terdapat gigi kecil yang runcing, rahang bawah

dan atas dilengkapi dengan gigi yang berderet 2 baris lancip dan kuat. Mempunyai jari-

jari sirip yang keras, pada sirip punggung 11 buah, sirip dubur 3 buah, sirip dada 1 buah

dan sirip perut 1 buah. Jari-jari sirip yang lemah pada sirip puggung terdapat 15-16 buah,

sirip dubur 8 buah, sirip dada 17 buah dan sirip perut 5 buah dan memiliki warna seperti

sawo matang dengan tubuh bagian vertikal agak putih. Pada permukaan tubuh terdapat 4-

6 pita vertikal berwarna gelap serta terdapat noda berwarna merah seperti warna sawo

matang.

Ikan Kerapu Macan merupakan kelompok yang hidup didasar perairan berbatu

dengan kedalaman 60 meter dan daerah dangkal yang mengandung koral. Selama siklus

hidupnya memiliki habitat yang berbeda- beda pada setiap fasenya, juga mampu hidup di

daerah dengan kedalaman 0.,5-3 meter pada area padang lamun, selanjutnya menginjak

dewasa akan berpinda ke tempat yang lebih dalam lagi, dan perpindahan ikan

berlangsung pada pagi hari atau menjelang senja. Ikan kerapu macan (Epinephelus

fuscoguttatus) bersifat nokturnal dimana pada siang hari lebih banyak bersembunyi pada
liang-liang karangdan akan beraktifitas pada malam hari unuk mencari makanan. Ikan ini

merupakan hewan karnifora yang memangsa ikan-ikan kecil, kepiting, dan udang-

udangan sedangkan pada saat larva ikan ini memangsa larva moluska. Ikan ini mencari

makan dengan cara menyergap mangsa dari tempat persembunyiannya dan memakannya

dengan memakan satu per satu ( Hafhizah, 2012).


V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang telah saya lakukan mengenai sistem rangka pada ikan

kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) dapat disimpulkan bahwa ikan ini memiliki

rangka sejati dimana tersusun atas rangka axial, visceral, dan appendicular. Rangka axial

terdiri dari tulang tengkorak, punggung, dan rusuk. Rangka visceral terdiri dari seluruh

tulang lengkung insang dan derivate-derivatnya. Serta rangka appendicular terdiri dari

sirip dan perekat-perekatnya.


5.2. Saran

Selaku manusia biasa tentu tidak luput dari kekurangan dan kelemahan. Sebagai

praktikan yang baru memulai bangku perkuliahan, saya menyadari memiliki banyak

kekurangan dan banyak kendala yang saya hadapi dalam mengerjakan laporan praktikum

ini, hal ini karena kurangnya buku-buku yang mendukung untuk kelancaran dan

kemudahan dalam pelaksanaan praktikum dan dalam penyelesaian laporan praktikum.

Maka dari itu, arahan dan masukan serta buku-buku literature yag mendukung sangat

diperlukan guna menyempurnakan dan membantu penulisan laporan selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Armansya. 2009. Laporan Lengkap Praktikum Ikhtiology.


http://armanhimarin.blogspot.com/2009/05/laporan-lengkap-ikhtiologi.html.
Diakses : 25 Mei 2013, 16:20.
Burhanuddin, A. Iqbal. 2008. Ikhtiologi Ikan dan Aspek Kehidupannya.Yayasan Citra
Emulsi. Makassar.

Hafhizah, Rizky Nur.2012. Morfologi Ikan Kerapu Macan. http://erren03.blogspot.com/.


Diakses : 25 Mei 2013, 15:00.

Manda, R., I. Lukystiowati, C. Pulungan, Windarti dan Budijono. 2006. Penuntun


Praktikum Ichthyologi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.
Pekanbaru.

Manda, R., I. Lukystiowati, C. Pulungan dan Budijono. 2009. Penuntun Praktikum


Ichthyologi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.

Rahardjo.M.F dkk, 2011. Ikhtiology, Lubuk Agung, Jakarta.

Rajabnadia, L. Abdul. Buku Ajar Ichtyology. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Haluoleo. Kendari

Ridwan, Pulungan, Windarti dan Budjiono. 2011. Penuntun Praktikum Ichthyology.


Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru

Ridwan, Pulungan, Windarti dan Budjiono. 2012. Penuntun Praktikum Ichthyology.


Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.

Ridwan, Pulungan, Windarti dan Budjiono. 2013. Penuntun Praktikum Ichthyology.


Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.

Diposkan 14th June 2013 oleh Emelia Nasution

Tambahkan komentar

3.

May

30
Linnea Lateralis, Perhitungan Sisik dan
Morphometrik

LAPORAN PRAKTIKUM IKHTIOLOGI

LINEA LATERALIS, PERHITUNGAN SISIK,

DAN MORPHOMETRIK

OLEH :

EMELIA NASUTION

1204113838

MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


LABORATORIUM BIOLOGI PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS RIAU

2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat

dan karunia-Nya sehingga laporan ikhtiologi yang berjudul “Linea Lateralis, Perhitungn

Sisik dan Morphometrik ” dapat terselesaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Dalam kesempatan ini, saya mengucapkan terimakasih kepada asisten

pembimbing yaitu kak Nurbety Tarigan yang telah banyak membantu saya dalam

memberikan arahan, saran, bimbingan serta petunjuk selama praktikum dilaksanakan.

Saya telah berupaya memaksimalkan tenaga, waktu dan pikiran saya untuk

kesempurnaan laporan ini. Namun tidak tertutup kemungkinan banyak kesalahan yang

tidak sengaja dalam penulisan laporan ini. Kritik dan saran dari para pembaca sangat

diharapkan demi kesempurnaan pada masa yang akan datang.

Sebagai penutup, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu saya dalam penulisan laporan ini.

Pekanbaru, April 2013


Emelia Nasution

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sektor perikanan merupakan salah satu sektor strategi di Indonesia. Lebih dari

60% penduduk Indonesia menggunakan ikan sebagai protein hewani, sementara lebih dari

14.000.000 penduduk menggantungkan kehidupannya sebagai nelayan dan petani ikan

(Poernomo, 2007).

Ikan adalah hewan berdarah dingin, ciri khasnya mempunyai tulang belakang,

insang dan sirip, dan terutama ikan bergantung atas air dimana sebagai tempat tinggal

mereka. Ikan memilki kemampuan di dalam air untuk bergerak menggunakan siripnya
untuk menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga tidak tergantung dengan arus yang

disebabkan oleh arah angin (Burhanuddin, 2008).

Linea lateralis merupakan salah satu bagian tubuh ikan yang dapat dilihat secara

langsung sebagai garis yang gelap di sepanjang kedua sisi tubuh ikan mulai dari

posterior operculum sampai pangkal ekor (peduncle). Pada linea lateralis terdapat lubang-

lubang yang berfungsi untuk menghubungkan kondisi luar tubuh dengan sistem canal

yang menampung sel-sel sensori dan pembuluh syaraf.

Linea lateralis sangat penting keberadaannya sebagai organ sensori ikan yang

dapat mendeteksi perubahan gelombang air dan listrik. Selain itu, linea lateralis juga

berfungsi sebagai echo-location yang membantu ikan untuk mengidentifikasi lingkungan

sekitamya.

1.2 Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan dari praktikum ini ialah agar mahasiswa dapat mengenal lebih jauh

tentang linea lateralis yang merupakan alat sensori atau alat perangsang dari ikan untuk

dapat mengetahui lingkungan di kawasan perairannya, dan juga mampu menghitung

jumlah sisik ikan yang merupakan salah satu indicator dalam penentuan klasifikasinya

serta morfometrik yang pada setiap ikan berbeda-beda berdasarkan umur, jenis kelamin,

maupun keadaan lingkungannya.

Manfaat praktikum Iktiologi mengenai linea lateralis, perhitungan sisik dan

morphometrik yaitu agar praktikan mengetahui, mengerti dan memahami mengenai

perbedaan bentuk sirip pada jenis-jenis ikan tertentu. Selain itu, praktikum ini juga untuk
mengenal bentuk morfologi ikan itu sendiri khususnya pada bagian linnea lateralis,

keadaan sisik dan morphometrik serta sebagai informasi tentang habitat ikan tersebut.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Linea lateralis pada ikan adalah suatu garis yang dibentuk oleh pori,dapat

ditemukan pada ikan bersisik dan tidak bersisik.Bentuk Linea lateralis pada umumnya

bervariasi demikian juga dengan jumlah sisik yang membentuk Linea Lateralis.(Penuntun

Praktikum Ikhtiologi,2011)
Susunan linea latealis terbagi atas tiga, yakni

1. Lengkap dan sempurna (merupakan garis lurus atau melengkung yang

memanjang dari sudut atas operculum sampai kebatas pangkal sirip ekor).

2. Lengkap tetapi tidak sempurna (linea lateralis yang terbentuk dari beberapa

garis yang tidak saling berhubungan).

3. Tidak lengkap (hanya pada bagian tertentu dari badan yang dilalui oleh linea

lateralis) (Manda et al, 2009).

Ridwan et al (2013) menyatakan bahwa cara perhitungan sisik ikan terbagi atas :

1. Jumlah sisik didepan sisik didepan sirip punggung

Jumlah semua sisik yang dilalui oleh garis yang ditarik dari permulaan sirip

punggung sampai kebelakang kepala.

2. Jumlah sisik pipi

Jumlah baris sisik yang dilalui oleh garis yang ditarik dari mata sampai ke

sudut pre operculum.

3. Jumlah sisik di sekeliling badan

Jumlah sisik yang dilalui oleh garis lurus keliling badan yang terletak tepat di

depan sirip punggung. Jumlah ini sangat berarti dalam penentuan ikan yang

tergolongdalam family Cyprinidae.

4. Jumlah sisik batang ekor

Jumlah sisik yang dilalui oleh garis yang mengelilingi batang ekor yang

tersempit.

5. Jumlah sisik pada garis rusuk


Perhitungan dimulai dari sisik yang terletak dibelakang lengkung bahu dan

berakhir pada sisik yang terdapat pada permulaan pangkal ekor.

6. Jumlah sisik di atas dan di bawah garis rusuk

a. Perhitungan dihitung dari permulaan sirip punggung miring kebelakang

kebagian bawah sampai ke garis rusuk (atas garis rusuk).

b. Perhitungan dihitung dari awal sirip anus miring ke depan sampai ke garis

rusuk (bawah ke garis rusuk). Sisik pada bagian gurat sisi tidak perlu

dihitung.

Data pengukuran bagian-bagian tertentu dari tubuh suatu spesies ikan penting,

artinya untuk keperluan determinasi hubungan morphometrik dan analisa pertumbuhan.

Ukuran-ukuran yang diperlukan untuk indentifikasi bukanlah ukuran mutlak, tetapi

ukuran perbandingan yang penting untuk membedakan antara spesies yang berbeda tetapi

masih satu genus (Penuntun praktikum ikhtiologi,2010).

Pengenalan struktur ikan tidak terlepas dari morfologi ikan yaitu bentuk luar ikan

yang merupakan ciri-ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari jenis-jenis

ikan. Morfologi ikan sangat berhubungan dengan habitat ikan tersebut di perairan

(Wahyuningsih dan Barus, 2006).

Semua ukuran yang digunakan merupakan pengukuran yang diambil dari satu

titik ke titik lain tanpa melalui lengkungan badan.

1. Panjang total (TL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxillae)

hingga ujung ekor.


2. Panjang standar (SL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxillae)

hingga pertengan pangkal sirip ekor (pangkal sirip ekor bukan berarti sisik terakhir

karena sisik-sisik tersebut biasanya memanjang sampai ke sirip ekor.

3. Panjang kepala (HL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxilla)

hingga bagian terbelakang operculum atau membran operculum (Jeffri, 2010).

III. BAHAN DAN METODE


3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ikhtiologi mengenai “Linea Lateralis, Perhitungan Sisik dan

Morphometrik” dilaksanakan pada Kamis, 12 April 2013 pukul 10.00 WIB sampai

dengan pukul 11.45 WIB bertempat di Laboratorium Biologi Perairan Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, Kampus Bina Widya KM.12,5 Simpang Baru,

Panam, Pekanbaru.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ikan juaro (Pangasius

polyuranodon), ikan tenggiri (Cybium commersoni), ikan bawal hitam (Stromateus

niger), ikan kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus), ikan pantau (Rasbora

cephalotaenia), ikan tapah (Wallago leeri), ikan kapas-kapas (Geres puntactus), ikan

ingir-ingir (Mystus nigriceps).

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini seperti nampan, buku gambar

ikhtiologi, buku penuntun praktikum ikhtilogi, penggaris, serbet, tissue dan alat tulis

lainnya.

3.3 Metode Praktikum


Dalam melakukan praktikum, metode yang digunakan adalah menggunakan

metode pengamatan secara langsung terhadap objek yang dipraktikumkan, selain itu

praktikum ini berpedoman pada buku penuntun praktikum iktiologi dan buku-buku

literatur yang berhubungan dengan hasil

pengamatan selama praktikum berlangsung.


3.4 Prosedur Praktikum

Sebelum masuk ke laboratorium praktikan terlebih dahulu diperiksa oleh asisten

dari laporan, ikan-ikan yang akan dipraktikumkan dan semua praktikan diwajibkan

membawa ikan sampel yang telah ditentukan untuk masing-masing kelompok. Tak hanya

itu, praktikan juga diwajibkan untuk mengisi klasifikasi sesuai jenis ikan sampel yang

dibawanya pada buku praktikum ikhtiologi dan membawa serta alat tulis yang lengkap

serta tissue da serbet. Setelah semuanya lengkap praktikan diperbolehkan masuk ke

dalam laboratorium. Maka, asisten memberikan respon kepada praktikan tentang materi-

materi yang akan dipraktikumkan. Kemudian asisten menjelaskan langkah-langkah

mengamati sampel. Setelah itu masing-masing ikan sampel diletakkan diatas nampan

untuk diamati lalu praktikan menggambarkan ikan-ikan sampel secara utuh dengan posisi

kepala disebelah kiri lalu masing-masing ikan diberi keterangan seperti panjang baku

(SL), panjang total (TL), panjang kepala (HdL) dan tinggi badan (Bdh). Setelah

gambarnya selesai, buat deskripsi dari masing-masing jenis ikan dengan memperhatikan

penggolongan, bentuk tubuh dan bagian luar tubuh ikan serta mulut dan sungut ikan

yang dipraktikumkan.

Jika praktikum sudah selesai masing-masing kelompok praktikan diwajibkan

mencuci nampan yang mereka pakai dan membersihkan meja praktikum hingga bersih.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil

Dari hasil pengamatan kedelapan ikan di atas diperoleh hasil sebagaimana

dijelaskan pada uraian di bawah ini:

4.1.1. Ikan Juaro (Pangasius polyuranodon)

Ikan Juaro (Pangasius polyuranodon) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo : Ostariophysi

Famili : Pangasidae

Genus : Pangasius

Spesies : Pangasius polyuranodon

Habitat : Air tawar


MKK
Gambar 1. Ikan Juaro (Pangasius polyuranodon)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :

TL = 19cm, SL = 16 cm, BdH = 4 cm, HdL = 3,5 cm, FL= 2 cm


4.1.2. Ikan Tenggiri (Cybium commersoni)

Ikan tenggiri (Cybium commersoni) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo : Perciformes

Famili : Scrombidae

Genus : Cybium

Spesies : Cybium commersoni


Habitat : Air laut
Gambar 2. Ikan Tenggiri (Cybium commersoni)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :
TL = 19cm, SL = 16 cm, BdH = 4 cm, HdL = 4 cm, FL= 2,5 cm

4.1.3. Ikan Bawal Hitam (Stromateus niger)

Ikan bawal hitam (Stromateus niger) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo : Percimorphi

Famili : Carangidae

Genus : Stromateus

Spesies : Stromateus niger

Habitat : Air laut


Gambar 3. Ikan Bawal Hitam (Stromateus niger)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :
TL = 18 cm, SL = 13 cm, BdH =10 cm, HdL = 4 cm, FL= 2,5 cm

4.1.4. Ikan Kerapu Macan (Ephinephelus fuscoguttatus)

Ikan kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus) dapat diklasifikasikan sebagai

berikut :

Ordo : Percomorphi

Famili : Serradinae

Genus : Ephinephelus

Spesies : Ephinephelus fuscoguttatus

Habitat : Air laut


Gambar 4. Ikan Kerapu Macan (Ephinephelus fuscoguttatus)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :
TL = 24 cm, SL = 20 cm, BdH = 7 cm, HdL = 6 cm

Perhitungan sisik :

I. Jumah sisik didepan sirip punggung = 29

II. Jumlah sisik pipi = 64

III. Jumlah sisik disekeliling badan = 70

IV. Jumlah sisik batang ekor = 56

V. Jumlah sisik pada garis rusuk = 75

VI. Jumlah sisik diatas dan dibawah garis rusuk = 42

.1.5. Ikan Pantau (Rasbora cephalotaenia)

Ikan Pantau (Rasbora cephalotaenia) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo : Cyriniformes

Famili : Cyprinidae

Genus : Rasbora

Spesies : Rasbora cephalotaenia


Habitat : Air laut
Gambar 5. Ikan Pantau (Rasbora cephalotaenia)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :

TL = 11,5 cm, SL = 9 cm, BdH = 2,5 cm, HdL = 2 cm, FL= 1,5 cm

Perhitungan sisik :
I. Jumah sisik didepan sirip punggung = -

II. Jumlah sisik pipi = 6

III. Jumlah sisik disekeliling badan = 14

IV. Jumlah sisik batang ekor = 8

V. Jumlah sisik pada garis rusuk = 17

VI. Jumlah sisik diatas dan dibawah garis rusuk = 5

4.1.6. Ikan Tapah (Wallago leeri)

Ikan Tapah (Wallago leeri) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo : Siluriformes

Famili : Siluridae

Genus : Wallago

Spesies : Wallago leeri

Habitat : Air tawar


Gambar 6. Ikan Tapah (Wallago leeri)

Keterangan : 1. TL 5. PoL

2. SL 6. VL

3. HdL 7. SnL

4. BdH 8. IorL

9. NoL
Ukuran Morphometrik :

TL = 27 cm, SL =24 cm, BdH =9 cm, HdL = 5,5 cm

4.1.7. Ikan Kapas-Kapas (Geres puntactus)

Ikan Kapas-Kapas (Geres puntactus) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo : Percomorphi

Famili : Geridae

Genus : Geres

Spesies : Geres puntactus

Habitat : Air laut


Gambar 7. Ikan Kapas-Kapas (Geres puntactus)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :

TL = 21 cm, SL = 16,5 cm, BdH = 6,5 cm, HdL = 5,5 cm, FL= 3 cm
4.1.8. Ikan Ingir-Ingir (Mystus nigriceps)

Ikan tenggiri (Cybium commersoni) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo :

Famili :

Genus : Mystus

Spesies : Mystus nigriceps

Habitat : Air tawar


Gambar 8. Ikan Ingir-Ingir (Mystus nigriceps)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :

TL = 18 cm, SL = 15cm, BdH = 3,5 cm, HdL = 3 cm, FL= 3 cm


4.2 Pembahasan

Ikan juaro (Pangasius polyuranodon) termasuk ke dalam keluarga Pangasidae.

Memiliki ciri-ciri yaitu tidak memiliki sisik, sirip punggung berjari-jari keras dan tajam.

Daerah penyebaran ikan juaro di Indonesia yaitu Sumatera dam Kalimantan namun untuk

penyebaran genus Pangasius di mulai dari India, Birma, Thailand (Ramadhan, 2008).

Ikan tenggiri (Cybium commersoni) merupakan salah satu spesies dari family

scrombidae. Tubuh ikan ini memanjang, memipih lumayan kuat pada sisi-sisinya,

telanjang tidak bersisik kecuali pada gurat sisinya (bidang corselet tidak jelas). Moncong

meruncing, dengan mulut lebar dan gigi-gigi yang tajam dan kuat di rahang atas dan

bawah. Panjang moncong (snout length) lebih pendek daripada sisa kepala bagian

belakang. Sirip punggung dalam dua berkas, yang depan dengan XIII - XXII jari-jari

keras (duri). Sirip punggung dan sirip anal diikuti oleh banyak sirip kecil tambahan

(finlet) (Wikipedia, 2013).

Djuhanda (1991) dalam Murdani (2008) mengatakan bahwa ikan dari keluarga

Scombridae memiliki ciri-ciri seperti : Sirip ekor bercagak dua dan lekuk dari cagak

tersebut dimulai dekat pangkal ekor. Jari-jari lunak dari sirip ekor bercabang pada

pangkalnya dibelakang sirip ekor dan sirip dubur terdapat sirip tambahan yang kecil.

Ikan bawal hitam (Stromateus niger) ciri-ciri marfologinya adalah badan sangat

besar dan gepeng seperti belah ketupat. Sirip ekor bercagak kuat dengan lembaran lebuh

panjang D VII-VIII : 28-30, A III : 28-30. Termasuk pemakan plankton, hidupnya didasar
perairan yang berlumpur sampai kedalaman 100 meter, umumnya dimuara-muara sungai

besar. Warnanya abu-abu keunguan bagian atas, putih perak bagian bawah. Siripnya agak

gelap. Perbedaanya dengan bawal hitam selain sirip dubur yang lebih panjang. Ikan ini

termasuk ikan ekonomis yang banyak dijual dipasar-pasar (Saanin, 1984).

Ikan kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus) termasuk dalam kelas

osteichtyes, bentuk ujung sirip ekor, sirip dada, dan sirip dubur ikan berupa busur. Kepala

dan badannya berwarna abu-abu pucat kehijauan atau kecokelatan. Badan dipenuhi

dengan bintik-bintik gelap berwarna jingga kemerahan atau coklat gelap. Bintik-bintik

dibagian tengah lebih gelap dibanding yang di pinggir. Ukuran bintik semakin mengecil

ke arah mulut. Adapun punggung dan pangkal sirip punggung ikan terdapat bercak besar

kehitaman.

Bentuk badan kerapu macan memanjang dan cenderung gepeng (compressed)

atau agak membulat. Panjang total tubuh kerapu macan dapat mencapai 80 cm. Mulut

berukuran lebar dengan posisi serong keatas dan bibir bawah menonjol keatas. Rahang

atas dan bawah dilengkapi dengan gigi-gigi geretan berderet dua baris, lancip dan kuat.

Gigi-gigi terbesar terletak dibagian depan. Sirip ekor berbentuk membulat (rounded).

Lobang hidung besar berada diatas mulut berbentuk bulan sabit.

Kerapu macan termasuk kelompok ikan kerapu yang berharga tinggi. Jenis kerapu

ini merupakan ikan asli Indonesia yang hidup tersebar di berbagai perairan berkarang di

Nusantara. Selain di Indonesia, daerah penyebaran kerapu macan meliputi perairan di

wilayah Indo-Pasifik.
Ikan Pantau (Rasbora bornensis) adalah ikan pelagik yang terdapat di sungai-

sungai (air tawar). Mulutnya terminal, mempunyai tutup insang , berwarna kuning

keemasan,liniea literalis sempurna, mempunyai sirip punggung, sirip dada, sirip perut,

sirip anus, dan sirip ekor. Sirip ekor berbentuk cagak, sirip punggung dan sirip anus tidak

bersatu hubungan sirip dada dan sirip perut abdominal, sisik berbentuk cycloid, tidak

berbahaya (Saanin, 1968 dalam Kisaz, 2008).

Secara taksonomi ikan kapas-kapas merupakan kelompok ikan yang mempunyai

ukuran tubuh yang relatif kecil, bentuk bdan pipih tegak dengan kepala melengkung,

mulut terletak di ujung depan kepala dan dapat di sembulkan kedepan, tubuh di tutupi

oleh sisik berukuran besar, sirip dada panjang dan runcing serta warna tubuh keperakan

(Fishypedia, 2006).

Ikan tapah (Wallago leeri) memiliki badan yang panjang dan padat. Ikan ini bisa

tumbuh hingga 2,4 meter (8 kaki). Kepalanya lebar dengan mulut yang besar dan

melekuk. Sudut-sudut mulutnya menjangkau kebelakang matanya. Gigi ikan ini sangat

tajam dan bisa menggigit manusia. Matanya kecil dengan tepi disekelilingnya. Ikan ini
juga mempunyai dua pasang duri, dengan sirip dorsal yang kecil dan sirip sirip belakang

yang panjang (Fishypedia, 2006).

Ikan ingir-ingir (Mystus nigriceps) memiliki mulut berbentuk nonprotactile,

ukuran mulutnya sempit posisi sudut mulut tegak lurus atau sedikit dibelakang bola mata,

keuda rahang bibir tidak berlipatan, bibir atas bersambung dengan bibir bawah, bentuk

bibir tidak bergerigi, ukuran sungut mencapai batang ekor, rostrum ujungnya tumpul

jumlah sungut pada rahang atas dua pasang dan pada rahang bawah juga dua pasang

(Putra, 2008).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari praktikum Ikhtiologi mengenai Linea Lateralis,


Perhitungan sisik dan Morphometrik adalah bahwa ikan yang terdapat di alam
mempunyai persamaan dan perbedaan antara satu dengan yang lainnya, hal itu dapat
dilihat linea lateralis yang dimilikinya, perhitungan sisk, maupun ukuran
morphometriknya. Hal ini akan sangat mempengaruhi terhadap aktivitas atau kebiasaan
dari pergerakan ikan itu sendiri.

Disamping itu kita juga dapat mengetahui secara apakah ikan tersebut memiliki

sisk atau tidak serta dapat mengitung berapa jumlah sisik didepan sirip punggung,

jumlah sisik di pipi, jumlah sisik disekeliling badan, jumlah sisik batang ekor, jumlah

sisik pada garis rusuk dan jumlah sisik diatas dan dibwah garis rusuk.

5.2. Saran

Selaku manusia biasa tentu tidak luput dari kekurangan dan kelemahan. Sebagai

praktikan yang baru memulai bangku perkuliahan, saya menyadari masih memiliki

banyak kekurangan dan memiliki banyak kendala dalam mengerjakan laporan praktikum

ini, hal ini karena kurangnya buku-buku yang mendukung untuk kelancaran dan

kemudahan dalam pelaksanaan praktikum dan dalam penyelesaian laporan praktikum.

Jadi, semoga untuk selanjutnya hal tersebut dapat terpenuhi demi kesempurnaan
penulisan berikutnya. Tentunya arahan dan masukan dari para asissten juga sangat saya

butuhkan untuk mempermudah dan memperlancar jalannya pratikum selanjutnya

DAFTAR PUSTAKA

Fishypedia. 2006. Ikan Kapas-Kapas. http://www.iftfishing.com/fishypedia/ikan-kapas-


kapas/. Diakses 17 April 2013 pukul 20:44.

Fishypedia. 2006. Ikan Kapas Tapah. http://www.iftfishing.com/fishypedia/ikan-tapah /.


Diakses 17 April 2013 pukul 21:12.

Putra. 2008. Literatur Perikana n(Ikhtiologi).


http://ebrieunri.blogspot.com/2008/10/literatur-perikanan-ikhtiologi.html. Diakses 17
April 2013 pukul 23:15.

Jeffri. 2010. Morfologi Ikan, Universitas Sriwijaya, Palembang.


Kisaz. 2008. Morfometrik dan Pola Pertumbuhan Ikan Pantau (Rasbora sp) di Oxbow
Belanti Desa Mentulik Kecamatan Kampar Kiri Hilir Kabupaten Kampar Provinsi
Riau. Skripsi. Faperika. Universitas Riau. Pekanbaru.

Murdani. 2008. “Karakteristik Sensoris Dan Kimia Pada Ikan Kebung (Restrelliger sp)
Yang Difermentasi Pada Suhu Berbeda”. Skripsi. Pekanbaru: FAPERIKA, Universitas
Riau.

Manda, et al. 2013. Penuntun Praktikum Ichthyology. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru

Poernomo. 2007. Urgensi Sektor Perikanan dalam Majalah Perikanan Tahun 2007.
Jakarta.

Ramadhan, P.P. 2008. “Studi Kebiasaan Makanan Ikan Juaro (Pangasius polyuranodon)
di Daerah Aliran Sungai Musi, Sumatera Selatan”. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Ridwan, dkk. 2009. Penuntun Praktikum Ichthyology. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.

Ridwan, dkk. 2010. Penuntun Praktikum Ichthyology. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru

Ridwan, dkk. 2011. Penuntun Praktikum Ichthyology. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru

Wahyuningsih.H dan Barus. 2006. Ikhtiologi. Departemen Biologi FMIPA USU,

Medan.

Wikipedia. 2013. Tenggiri. http://id.wikipedia.org/wiki/Tenggiri. Diakses 16 April, 2013


pukul 17:26.

Diposkan 30th May 2013 oleh Emelia Nasution


0

Tambahkan komentar

4.

May

30

Linnea Lateralis, Perhitungan Sisik dan


Morphometrik

LAPORAN PRAKTIKUM IKHTIOLOGI

LINEA LATERALIS, PERHITUNGAN SISIK,

DAN MORPHOMETRIK

OLEH :

EMELIA NASUTION

1204113838
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

LABORATORIUM BIOLOGI PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS RIAU

2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat

dan karunia-Nya sehingga laporan ikhtiologi yang berjudul “Linea Lateralis, Perhitungn

Sisik dan Morphometrik ” dapat terselesaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Dalam kesempatan ini, saya mengucapkan terimakasih kepada asisten

pembimbing yaitu kak Nurbety Tarigan yang telah banyak membantu saya dalam

memberikan arahan, saran, bimbingan serta petunjuk selama praktikum dilaksanakan.

Saya telah berupaya memaksimalkan tenaga, waktu dan pikiran saya untuk

kesempurnaan laporan ini. Namun tidak tertutup kemungkinan banyak kesalahan yang

tidak sengaja dalam penulisan laporan ini. Kritik dan saran dari para pembaca sangat

diharapkan demi kesempurnaan pada masa yang akan datang.

Sebagai penutup, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu saya dalam penulisan laporan ini.


Pekanbaru, April 2013

Emelia Nasution

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sektor perikanan merupakan salah satu sektor strategi di Indonesia. Lebih dari

60% penduduk Indonesia menggunakan ikan sebagai protein hewani, sementara lebih dari

14.000.000 penduduk menggantungkan kehidupannya sebagai nelayan dan petani ikan

(Poernomo, 2007).
Ikan adalah hewan berdarah dingin, ciri khasnya mempunyai tulang belakang,

insang dan sirip, dan terutama ikan bergantung atas air dimana sebagai tempat tinggal

mereka. Ikan memilki kemampuan di dalam air untuk bergerak menggunakan siripnya

untuk menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga tidak tergantung dengan arus yang

disebabkan oleh arah angin (Burhanuddin, 2008).

Linea lateralis merupakan salah satu bagian tubuh ikan yang dapat dilihat secara

langsung sebagai garis yang gelap di sepanjang kedua sisi tubuh ikan mulai dari

posterior operculum sampai pangkal ekor (peduncle). Pada linea lateralis terdapat lubang-

lubang yang berfungsi untuk menghubungkan kondisi luar tubuh dengan sistem canal

yang menampung sel-sel sensori dan pembuluh syaraf.

Linea lateralis sangat penting keberadaannya sebagai organ sensori ikan yang

dapat mendeteksi perubahan gelombang air dan listrik. Selain itu, linea lateralis juga

berfungsi sebagai echo-location yang membantu ikan untuk mengidentifikasi lingkungan

sekitamya.

1.2 Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan dari praktikum ini ialah agar mahasiswa dapat mengenal lebih jauh

tentang linea lateralis yang merupakan alat sensori atau alat perangsang dari ikan untuk

dapat mengetahui lingkungan di kawasan perairannya, dan juga mampu menghitung

jumlah sisik ikan yang merupakan salah satu indicator dalam penentuan klasifikasinya

serta morfometrik yang pada setiap ikan berbeda-beda berdasarkan umur, jenis kelamin,

maupun keadaan lingkungannya.


Manfaat praktikum Iktiologi mengenai linea lateralis, perhitungan sisik dan

morphometrik yaitu agar praktikan mengetahui, mengerti dan memahami mengenai

perbedaan bentuk sirip pada jenis-jenis ikan tertentu. Selain itu, praktikum ini juga untuk

mengenal bentuk morfologi ikan itu sendiri khususnya pada bagian linnea lateralis,

keadaan sisik dan morphometrik serta sebagai informasi tentang habitat ikan tersebut.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Linea lateralis pada ikan adalah suatu garis yang dibentuk oleh pori,dapat

ditemukan pada ikan bersisik dan tidak bersisik.Bentuk Linea lateralis pada umumnya
bervariasi demikian juga dengan jumlah sisik yang membentuk Linea Lateralis.(Penuntun

Praktikum Ikhtiologi,2011)

Susunan linea latealis terbagi atas tiga, yakni

1. Lengkap dan sempurna (merupakan garis lurus atau melengkung yang

memanjang dari sudut atas operculum sampai kebatas pangkal sirip ekor).

2. Lengkap tetapi tidak sempurna (linea lateralis yang terbentuk dari beberapa

garis yang tidak saling berhubungan).

3. Tidak lengkap (hanya pada bagian tertentu dari badan yang dilalui oleh linea

lateralis) (Manda et al, 2009).

Ridwan et al (2013) menyatakan bahwa cara perhitungan sisik ikan terbagi atas :

1. Jumlah sisik didepan sisik didepan sirip punggung

Jumlah semua sisik yang dilalui oleh garis yang ditarik dari permulaan sirip

punggung sampai kebelakang kepala.

2. Jumlah sisik pipi

Jumlah baris sisik yang dilalui oleh garis yang ditarik dari mata sampai ke

sudut pre operculum.

3. Jumlah sisik di sekeliling badan

Jumlah sisik yang dilalui oleh garis lurus keliling badan yang terletak tepat di

depan sirip punggung. Jumlah ini sangat berarti dalam penentuan ikan yang

tergolongdalam family Cyprinidae.

4. Jumlah sisik batang ekor


Jumlah sisik yang dilalui oleh garis yang mengelilingi batang ekor yang

tersempit.

5. Jumlah sisik pada garis rusuk

Perhitungan dimulai dari sisik yang terletak dibelakang lengkung bahu dan

berakhir pada sisik yang terdapat pada permulaan pangkal ekor.

6. Jumlah sisik di atas dan di bawah garis rusuk

a. Perhitungan dihitung dari permulaan sirip punggung miring kebelakang

kebagian bawah sampai ke garis rusuk (atas garis rusuk).

b. Perhitungan dihitung dari awal sirip anus miring ke depan sampai ke garis

rusuk (bawah ke garis rusuk). Sisik pada bagian gurat sisi tidak perlu

dihitung.

Data pengukuran bagian-bagian tertentu dari tubuh suatu spesies ikan penting,

artinya untuk keperluan determinasi hubungan morphometrik dan analisa pertumbuhan.

Ukuran-ukuran yang diperlukan untuk indentifikasi bukanlah ukuran mutlak, tetapi

ukuran perbandingan yang penting untuk membedakan antara spesies yang berbeda tetapi

masih satu genus (Penuntun praktikum ikhtiologi,2010).

Pengenalan struktur ikan tidak terlepas dari morfologi ikan yaitu bentuk luar ikan

yang merupakan ciri-ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari jenis-jenis

ikan. Morfologi ikan sangat berhubungan dengan habitat ikan tersebut di perairan

(Wahyuningsih dan Barus, 2006).

Semua ukuran yang digunakan merupakan pengukuran yang diambil dari satu

titik ke titik lain tanpa melalui lengkungan badan.


1. Panjang total (TL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxillae)

hingga ujung ekor.

2. Panjang standar (SL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxillae)

hingga pertengan pangkal sirip ekor (pangkal sirip ekor bukan berarti sisik terakhir

karena sisik-sisik tersebut biasanya memanjang sampai ke sirip ekor.

3. Panjang kepala (HL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxilla)

hingga bagian terbelakang operculum atau membran operculum (Jeffri, 2010).


III. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ikhtiologi mengenai “Linea Lateralis, Perhitungan Sisik dan

Morphometrik” dilaksanakan pada Kamis, 12 April 2013 pukul 10.00 WIB sampai

dengan pukul 11.45 WIB bertempat di Laboratorium Biologi Perairan Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, Kampus Bina Widya KM.12,5 Simpang Baru,

Panam, Pekanbaru.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ikan juaro (Pangasius

polyuranodon), ikan tenggiri (Cybium commersoni), ikan bawal hitam (Stromateus

niger), ikan kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus), ikan pantau (Rasbora

cephalotaenia), ikan tapah (Wallago leeri), ikan kapas-kapas (Geres puntactus), ikan

ingir-ingir (Mystus nigriceps).

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini seperti nampan, buku gambar

ikhtiologi, buku penuntun praktikum ikhtilogi, penggaris, serbet, tissue dan alat tulis

lainnya.
3.3 Metode Praktikum

Dalam melakukan praktikum, metode yang digunakan adalah menggunakan

metode pengamatan secara langsung terhadap objek yang dipraktikumkan, selain itu

praktikum ini berpedoman pada buku penuntun praktikum iktiologi dan buku-buku

literatur yang berhubungan dengan hasil

pengamatan selama praktikum berlangsung.


3.4 Prosedur Praktikum

Sebelum masuk ke laboratorium praktikan terlebih dahulu diperiksa oleh asisten

dari laporan, ikan-ikan yang akan dipraktikumkan dan semua praktikan diwajibkan

membawa ikan sampel yang telah ditentukan untuk masing-masing kelompok. Tak hanya

itu, praktikan juga diwajibkan untuk mengisi klasifikasi sesuai jenis ikan sampel yang

dibawanya pada buku praktikum ikhtiologi dan membawa serta alat tulis yang lengkap

serta tissue da serbet. Setelah semuanya lengkap praktikan diperbolehkan masuk ke

dalam laboratorium. Maka, asisten memberikan respon kepada praktikan tentang materi-

materi yang akan dipraktikumkan. Kemudian asisten menjelaskan langkah-langkah

mengamati sampel. Setelah itu masing-masing ikan sampel diletakkan diatas nampan

untuk diamati lalu praktikan menggambarkan ikan-ikan sampel secara utuh dengan posisi

kepala disebelah kiri lalu masing-masing ikan diberi keterangan seperti panjang baku

(SL), panjang total (TL), panjang kepala (HdL) dan tinggi badan (Bdh). Setelah

gambarnya selesai, buat deskripsi dari masing-masing jenis ikan dengan memperhatikan

penggolongan, bentuk tubuh dan bagian luar tubuh ikan serta mulut dan sungut ikan

yang dipraktikumkan.

Jika praktikum sudah selesai masing-masing kelompok praktikan diwajibkan

mencuci nampan yang mereka pakai dan membersihkan meja praktikum hingga bersih.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil

Dari hasil pengamatan kedelapan ikan di atas diperoleh hasil sebagaimana

dijelaskan pada uraian di bawah ini:

4.1.1. Ikan Juaro (Pangasius polyuranodon)

Ikan Juaro (Pangasius polyuranodon) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo : Ostariophysi

Famili : Pangasidae

Genus : Pangasius

Spesies : Pangasius polyuranodon

Habitat : Air tawar


MKK
Gambar 1. Ikan Juaro (Pangasius polyuranodon)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :

TL = 19cm, SL = 16 cm, BdH = 4 cm, HdL = 3,5 cm, FL= 2 cm


4.1.2. Ikan Tenggiri (Cybium commersoni)

Ikan tenggiri (Cybium commersoni) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo : Perciformes

Famili : Scrombidae

Genus : Cybium

Spesies : Cybium commersoni


Habitat : Air laut
Gambar 2. Ikan Tenggiri (Cybium commersoni)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :
TL = 19cm, SL = 16 cm, BdH = 4 cm, HdL = 4 cm, FL= 2,5 cm

4.1.3. Ikan Bawal Hitam (Stromateus niger)

Ikan bawal hitam (Stromateus niger) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo : Percimorphi

Famili : Carangidae

Genus : Stromateus

Spesies : Stromateus niger

Habitat : Air laut


Gambar 3. Ikan Bawal Hitam (Stromateus niger)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :
TL = 18 cm, SL = 13 cm, BdH =10 cm, HdL = 4 cm, FL= 2,5 cm

4.1.4. Ikan Kerapu Macan (Ephinephelus fuscoguttatus)

Ikan kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus) dapat diklasifikasikan sebagai

berikut :

Ordo : Percomorphi

Famili : Serradinae

Genus : Ephinephelus

Spesies : Ephinephelus fuscoguttatus

Habitat : Air laut


Gambar 4. Ikan Kerapu Macan (Ephinephelus fuscoguttatus)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :
TL = 24 cm, SL = 20 cm, BdH = 7 cm, HdL = 6 cm

Perhitungan sisik :

I. Jumah sisik didepan sirip punggung = 29

II. Jumlah sisik pipi = 64

III. Jumlah sisik disekeliling badan = 70

IV. Jumlah sisik batang ekor = 56

V. Jumlah sisik pada garis rusuk = 75

VI. Jumlah sisik diatas dan dibawah garis rusuk = 42

.1.5. Ikan Pantau (Rasbora cephalotaenia)

Ikan Pantau (Rasbora cephalotaenia) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo : Cyriniformes

Famili : Cyprinidae

Genus : Rasbora

Spesies : Rasbora cephalotaenia


Habitat : Air laut
Gambar 5. Ikan Pantau (Rasbora cephalotaenia)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :

TL = 11,5 cm, SL = 9 cm, BdH = 2,5 cm, HdL = 2 cm, FL= 1,5 cm

Perhitungan sisik :
I. Jumah sisik didepan sirip punggung = -

II. Jumlah sisik pipi = 6

III. Jumlah sisik disekeliling badan = 14

IV. Jumlah sisik batang ekor = 8

V. Jumlah sisik pada garis rusuk = 17

VI. Jumlah sisik diatas dan dibawah garis rusuk = 5

4.1.6. Ikan Tapah (Wallago leeri)

Ikan Tapah (Wallago leeri) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo : Siluriformes

Famili : Siluridae

Genus : Wallago

Spesies : Wallago leeri

Habitat : Air tawar


Gambar 6. Ikan Tapah (Wallago leeri)

Keterangan : 1. TL 5. PoL

2. SL 6. VL

3. HdL 7. SnL

4. BdH 8. IorL

9. NoL
Ukuran Morphometrik :

TL = 27 cm, SL =24 cm, BdH =9 cm, HdL = 5,5 cm

4.1.7. Ikan Kapas-Kapas (Geres puntactus)

Ikan Kapas-Kapas (Geres puntactus) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo : Percomorphi

Famili : Geridae

Genus : Geres

Spesies : Geres puntactus

Habitat : Air laut


Gambar 7. Ikan Kapas-Kapas (Geres puntactus)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :

TL = 21 cm, SL = 16,5 cm, BdH = 6,5 cm, HdL = 5,5 cm, FL= 3 cm
4.1.8. Ikan Ingir-Ingir (Mystus nigriceps)

Ikan tenggiri (Cybium commersoni) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo :

Famili :

Genus : Mystus

Spesies : Mystus nigriceps

Habitat : Air tawar


Gambar 8. Ikan Ingir-Ingir (Mystus nigriceps)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :

TL = 18 cm, SL = 15cm, BdH = 3,5 cm, HdL = 3 cm, FL= 3 cm


4.2 Pembahasan

Ikan juaro (Pangasius polyuranodon) termasuk ke dalam keluarga Pangasidae.

Memiliki ciri-ciri yaitu tidak memiliki sisik, sirip punggung berjari-jari keras dan tajam.

Daerah penyebaran ikan juaro di Indonesia yaitu Sumatera dam Kalimantan namun untuk

penyebaran genus Pangasius di mulai dari India, Birma, Thailand (Ramadhan, 2008).

Ikan tenggiri (Cybium commersoni) merupakan salah satu spesies dari family

scrombidae. Tubuh ikan ini memanjang, memipih lumayan kuat pada sisi-sisinya,

telanjang tidak bersisik kecuali pada gurat sisinya (bidang corselet tidak jelas). Moncong

meruncing, dengan mulut lebar dan gigi-gigi yang tajam dan kuat di rahang atas dan

bawah. Panjang moncong (snout length) lebih pendek daripada sisa kepala bagian

belakang. Sirip punggung dalam dua berkas, yang depan dengan XIII - XXII jari-jari

keras (duri). Sirip punggung dan sirip anal diikuti oleh banyak sirip kecil tambahan

(finlet) (Wikipedia, 2013).

Djuhanda (1991) dalam Murdani (2008) mengatakan bahwa ikan dari keluarga

Scombridae memiliki ciri-ciri seperti : Sirip ekor bercagak dua dan lekuk dari cagak

tersebut dimulai dekat pangkal ekor. Jari-jari lunak dari sirip ekor bercabang pada

pangkalnya dibelakang sirip ekor dan sirip dubur terdapat sirip tambahan yang kecil.

Ikan bawal hitam (Stromateus niger) ciri-ciri marfologinya adalah badan sangat

besar dan gepeng seperti belah ketupat. Sirip ekor bercagak kuat dengan lembaran lebuh

panjang D VII-VIII : 28-30, A III : 28-30. Termasuk pemakan plankton, hidupnya didasar
perairan yang berlumpur sampai kedalaman 100 meter, umumnya dimuara-muara sungai

besar. Warnanya abu-abu keunguan bagian atas, putih perak bagian bawah. Siripnya agak

gelap. Perbedaanya dengan bawal hitam selain sirip dubur yang lebih panjang. Ikan ini

termasuk ikan ekonomis yang banyak dijual dipasar-pasar (Saanin, 1984).

Ikan kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus) termasuk dalam kelas

osteichtyes, bentuk ujung sirip ekor, sirip dada, dan sirip dubur ikan berupa busur. Kepala

dan badannya berwarna abu-abu pucat kehijauan atau kecokelatan. Badan dipenuhi

dengan bintik-bintik gelap berwarna jingga kemerahan atau coklat gelap. Bintik-bintik

dibagian tengah lebih gelap dibanding yang di pinggir. Ukuran bintik semakin mengecil

ke arah mulut. Adapun punggung dan pangkal sirip punggung ikan terdapat bercak besar

kehitaman.

Bentuk badan kerapu macan memanjang dan cenderung gepeng (compressed)

atau agak membulat. Panjang total tubuh kerapu macan dapat mencapai 80 cm. Mulut

berukuran lebar dengan posisi serong keatas dan bibir bawah menonjol keatas. Rahang

atas dan bawah dilengkapi dengan gigi-gigi geretan berderet dua baris, lancip dan kuat.

Gigi-gigi terbesar terletak dibagian depan. Sirip ekor berbentuk membulat (rounded).

Lobang hidung besar berada diatas mulut berbentuk bulan sabit.

Kerapu macan termasuk kelompok ikan kerapu yang berharga tinggi. Jenis kerapu

ini merupakan ikan asli Indonesia yang hidup tersebar di berbagai perairan berkarang di

Nusantara. Selain di Indonesia, daerah penyebaran kerapu macan meliputi perairan di

wilayah Indo-Pasifik.
Ikan Pantau (Rasbora bornensis) adalah ikan pelagik yang terdapat di sungai-

sungai (air tawar). Mulutnya terminal, mempunyai tutup insang , berwarna kuning

keemasan,liniea literalis sempurna, mempunyai sirip punggung, sirip dada, sirip perut,

sirip anus, dan sirip ekor. Sirip ekor berbentuk cagak, sirip punggung dan sirip anus tidak

bersatu hubungan sirip dada dan sirip perut abdominal, sisik berbentuk cycloid, tidak

berbahaya (Saanin, 1968 dalam Kisaz, 2008).

Secara taksonomi ikan kapas-kapas merupakan kelompok ikan yang mempunyai

ukuran tubuh yang relatif kecil, bentuk bdan pipih tegak dengan kepala melengkung,

mulut terletak di ujung depan kepala dan dapat di sembulkan kedepan, tubuh di tutupi

oleh sisik berukuran besar, sirip dada panjang dan runcing serta warna tubuh keperakan

(Fishypedia, 2006).

Ikan tapah (Wallago leeri) memiliki badan yang panjang dan padat. Ikan ini bisa

tumbuh hingga 2,4 meter (8 kaki). Kepalanya lebar dengan mulut yang besar dan

melekuk. Sudut-sudut mulutnya menjangkau kebelakang matanya. Gigi ikan ini sangat

tajam dan bisa menggigit manusia. Matanya kecil dengan tepi disekelilingnya. Ikan ini
juga mempunyai dua pasang duri, dengan sirip dorsal yang kecil dan sirip sirip belakang

yang panjang (Fishypedia, 2006).

Ikan ingir-ingir (Mystus nigriceps) memiliki mulut berbentuk nonprotactile,

ukuran mulutnya sempit posisi sudut mulut tegak lurus atau sedikit dibelakang bola mata,

keuda rahang bibir tidak berlipatan, bibir atas bersambung dengan bibir bawah, bentuk

bibir tidak bergerigi, ukuran sungut mencapai batang ekor, rostrum ujungnya tumpul

jumlah sungut pada rahang atas dua pasang dan pada rahang bawah juga dua pasang

(Putra, 2008).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari praktikum Ikhtiologi mengenai Linea Lateralis,


Perhitungan sisik dan Morphometrik adalah bahwa ikan yang terdapat di alam
mempunyai persamaan dan perbedaan antara satu dengan yang lainnya, hal itu dapat
dilihat linea lateralis yang dimilikinya, perhitungan sisk, maupun ukuran
morphometriknya. Hal ini akan sangat mempengaruhi terhadap aktivitas atau kebiasaan
dari pergerakan ikan itu sendiri.

Disamping itu kita juga dapat mengetahui secara apakah ikan tersebut memiliki

sisk atau tidak serta dapat mengitung berapa jumlah sisik didepan sirip punggung,

jumlah sisik di pipi, jumlah sisik disekeliling badan, jumlah sisik batang ekor, jumlah

sisik pada garis rusuk dan jumlah sisik diatas dan dibwah garis rusuk.

5.2. Saran

Selaku manusia biasa tentu tidak luput dari kekurangan dan kelemahan. Sebagai

praktikan yang baru memulai bangku perkuliahan, saya menyadari masih memiliki

banyak kekurangan dan memiliki banyak kendala dalam mengerjakan laporan praktikum

ini, hal ini karena kurangnya buku-buku yang mendukung untuk kelancaran dan

kemudahan dalam pelaksanaan praktikum dan dalam penyelesaian laporan praktikum.

Jadi, semoga untuk selanjutnya hal tersebut dapat terpenuhi demi kesempurnaan
penulisan berikutnya. Tentunya arahan dan masukan dari para asissten juga sangat saya

butuhkan untuk mempermudah dan memperlancar jalannya pratikum selanjutnya

DAFTAR PUSTAKA

Fishypedia. 2006. Ikan Kapas-Kapas. http://www.iftfishing.com/fishypedia/ikan-kapas-


kapas/. Diakses 17 April 2013 pukul 20:44.

Fishypedia. 2006. Ikan Kapas Tapah. http://www.iftfishing.com/fishypedia/ikan-tapah /.


Diakses 17 April 2013 pukul 21:12.

Putra. 2008. Literatur Perikana n(Ikhtiologi).


http://ebrieunri.blogspot.com/2008/10/literatur-perikanan-ikhtiologi.html. Diakses 17
April 2013 pukul 23:15.

Jeffri. 2010. Morfologi Ikan, Universitas Sriwijaya, Palembang.


Kisaz. 2008. Morfometrik dan Pola Pertumbuhan Ikan Pantau (Rasbora sp) di Oxbow
Belanti Desa Mentulik Kecamatan Kampar Kiri Hilir Kabupaten Kampar Provinsi
Riau. Skripsi. Faperika. Universitas Riau. Pekanbaru.

Murdani. 2008. “Karakteristik Sensoris Dan Kimia Pada Ikan Kebung (Restrelliger sp)
Yang Difermentasi Pada Suhu Berbeda”. Skripsi. Pekanbaru: FAPERIKA, Universitas
Riau.

Manda, et al. 2013. Penuntun Praktikum Ichthyology. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru

Poernomo. 2007. Urgensi Sektor Perikanan dalam Majalah Perikanan Tahun 2007.
Jakarta.

Ramadhan, P.P. 2008. “Studi Kebiasaan Makanan Ikan Juaro (Pangasius polyuranodon)
di Daerah Aliran Sungai Musi, Sumatera Selatan”. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Ridwan, dkk. 2009. Penuntun Praktikum Ichthyology. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.

Ridwan, dkk. 2010. Penuntun Praktikum Ichthyology. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru

Ridwan, dkk. 2011. Penuntun Praktikum Ichthyology. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru

Wahyuningsih.H dan Barus. 2006. Ikhtiologi. Departemen Biologi FMIPA USU,

Medan.

Wikipedia. 2013. Tenggiri. http://id.wikipedia.org/wiki/Tenggiri. Diakses 16 April, 2013


pukul 17:26.

Diposkan 30th May 2013 oleh Emelia Nasution


0

Tambahkan komentar

5.

May

30

Linnea Lateralis, Perhitungan Sisik dan


Morphometrik

LAPORAN PRAKTIKUM IKHTIOLOGI

LINEA LATERALIS, PERHITUNGAN SISIK,

DAN MORPHOMETRIK

OLEH :

EMELIA NASUTION

1204113838
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

LABORATORIUM BIOLOGI PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS RIAU

2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat

dan karunia-Nya sehingga laporan ikhtiologi yang berjudul “Linea Lateralis, Perhitungn

Sisik dan Morphometrik ” dapat terselesaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Dalam kesempatan ini, saya mengucapkan terimakasih kepada asisten

pembimbing yaitu kak Nurbety Tarigan yang telah banyak membantu saya dalam

memberikan arahan, saran, bimbingan serta petunjuk selama praktikum dilaksanakan.

Saya telah berupaya memaksimalkan tenaga, waktu dan pikiran saya untuk

kesempurnaan laporan ini. Namun tidak tertutup kemungkinan banyak kesalahan yang

tidak sengaja dalam penulisan laporan ini. Kritik dan saran dari para pembaca sangat

diharapkan demi kesempurnaan pada masa yang akan datang.

Sebagai penutup, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu saya dalam penulisan laporan ini.


Pekanbaru, April 2013

Emelia Nasution

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sektor perikanan merupakan salah satu sektor strategi di Indonesia. Lebih dari

60% penduduk Indonesia menggunakan ikan sebagai protein hewani, sementara lebih dari

14.000.000 penduduk menggantungkan kehidupannya sebagai nelayan dan petani ikan

(Poernomo, 2007).
Ikan adalah hewan berdarah dingin, ciri khasnya mempunyai tulang belakang,

insang dan sirip, dan terutama ikan bergantung atas air dimana sebagai tempat tinggal

mereka. Ikan memilki kemampuan di dalam air untuk bergerak menggunakan siripnya

untuk menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga tidak tergantung dengan arus yang

disebabkan oleh arah angin (Burhanuddin, 2008).

Linea lateralis merupakan salah satu bagian tubuh ikan yang dapat dilihat secara

langsung sebagai garis yang gelap di sepanjang kedua sisi tubuh ikan mulai dari

posterior operculum sampai pangkal ekor (peduncle). Pada linea lateralis terdapat lubang-

lubang yang berfungsi untuk menghubungkan kondisi luar tubuh dengan sistem canal

yang menampung sel-sel sensori dan pembuluh syaraf.

Linea lateralis sangat penting keberadaannya sebagai organ sensori ikan yang

dapat mendeteksi perubahan gelombang air dan listrik. Selain itu, linea lateralis juga

berfungsi sebagai echo-location yang membantu ikan untuk mengidentifikasi lingkungan

sekitamya.

1.2 Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan dari praktikum ini ialah agar mahasiswa dapat mengenal lebih jauh

tentang linea lateralis yang merupakan alat sensori atau alat perangsang dari ikan untuk

dapat mengetahui lingkungan di kawasan perairannya, dan juga mampu menghitung

jumlah sisik ikan yang merupakan salah satu indicator dalam penentuan klasifikasinya

serta morfometrik yang pada setiap ikan berbeda-beda berdasarkan umur, jenis kelamin,

maupun keadaan lingkungannya.


Manfaat praktikum Iktiologi mengenai linea lateralis, perhitungan sisik dan

morphometrik yaitu agar praktikan mengetahui, mengerti dan memahami mengenai

perbedaan bentuk sirip pada jenis-jenis ikan tertentu. Selain itu, praktikum ini juga untuk

mengenal bentuk morfologi ikan itu sendiri khususnya pada bagian linnea lateralis,

keadaan sisik dan morphometrik serta sebagai informasi tentang habitat ikan tersebut.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Linea lateralis pada ikan adalah suatu garis yang dibentuk oleh pori,dapat

ditemukan pada ikan bersisik dan tidak bersisik.Bentuk Linea lateralis pada umumnya
bervariasi demikian juga dengan jumlah sisik yang membentuk Linea Lateralis.(Penuntun

Praktikum Ikhtiologi,2011)

Susunan linea latealis terbagi atas tiga, yakni

1. Lengkap dan sempurna (merupakan garis lurus atau melengkung yang

memanjang dari sudut atas operculum sampai kebatas pangkal sirip ekor).

2. Lengkap tetapi tidak sempurna (linea lateralis yang terbentuk dari beberapa

garis yang tidak saling berhubungan).

3. Tidak lengkap (hanya pada bagian tertentu dari badan yang dilalui oleh linea

lateralis) (Manda et al, 2009).

Ridwan et al (2013) menyatakan bahwa cara perhitungan sisik ikan terbagi atas :

1. Jumlah sisik didepan sisik didepan sirip punggung

Jumlah semua sisik yang dilalui oleh garis yang ditarik dari permulaan sirip

punggung sampai kebelakang kepala.

2. Jumlah sisik pipi

Jumlah baris sisik yang dilalui oleh garis yang ditarik dari mata sampai ke

sudut pre operculum.

3. Jumlah sisik di sekeliling badan

Jumlah sisik yang dilalui oleh garis lurus keliling badan yang terletak tepat di

depan sirip punggung. Jumlah ini sangat berarti dalam penentuan ikan yang

tergolongdalam family Cyprinidae.

4. Jumlah sisik batang ekor


Jumlah sisik yang dilalui oleh garis yang mengelilingi batang ekor yang

tersempit.

5. Jumlah sisik pada garis rusuk

Perhitungan dimulai dari sisik yang terletak dibelakang lengkung bahu dan

berakhir pada sisik yang terdapat pada permulaan pangkal ekor.

6. Jumlah sisik di atas dan di bawah garis rusuk

a. Perhitungan dihitung dari permulaan sirip punggung miring kebelakang

kebagian bawah sampai ke garis rusuk (atas garis rusuk).

b. Perhitungan dihitung dari awal sirip anus miring ke depan sampai ke garis

rusuk (bawah ke garis rusuk). Sisik pada bagian gurat sisi tidak perlu

dihitung.

Data pengukuran bagian-bagian tertentu dari tubuh suatu spesies ikan penting,

artinya untuk keperluan determinasi hubungan morphometrik dan analisa pertumbuhan.

Ukuran-ukuran yang diperlukan untuk indentifikasi bukanlah ukuran mutlak, tetapi

ukuran perbandingan yang penting untuk membedakan antara spesies yang berbeda tetapi

masih satu genus (Penuntun praktikum ikhtiologi,2010).

Pengenalan struktur ikan tidak terlepas dari morfologi ikan yaitu bentuk luar ikan

yang merupakan ciri-ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari jenis-jenis

ikan. Morfologi ikan sangat berhubungan dengan habitat ikan tersebut di perairan

(Wahyuningsih dan Barus, 2006).

Semua ukuran yang digunakan merupakan pengukuran yang diambil dari satu

titik ke titik lain tanpa melalui lengkungan badan.


1. Panjang total (TL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxillae)

hingga ujung ekor.

2. Panjang standar (SL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxillae)

hingga pertengan pangkal sirip ekor (pangkal sirip ekor bukan berarti sisik terakhir

karena sisik-sisik tersebut biasanya memanjang sampai ke sirip ekor.

3. Panjang kepala (HL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxilla)

hingga bagian terbelakang operculum atau membran operculum (Jeffri, 2010).


III. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ikhtiologi mengenai “Linea Lateralis, Perhitungan Sisik dan

Morphometrik” dilaksanakan pada Kamis, 12 April 2013 pukul 10.00 WIB sampai

dengan pukul 11.45 WIB bertempat di Laboratorium Biologi Perairan Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, Kampus Bina Widya KM.12,5 Simpang Baru,

Panam, Pekanbaru.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ikan juaro (Pangasius

polyuranodon), ikan tenggiri (Cybium commersoni), ikan bawal hitam (Stromateus

niger), ikan kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus), ikan pantau (Rasbora

cephalotaenia), ikan tapah (Wallago leeri), ikan kapas-kapas (Geres puntactus), ikan

ingir-ingir (Mystus nigriceps).

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini seperti nampan, buku gambar

ikhtiologi, buku penuntun praktikum ikhtilogi, penggaris, serbet, tissue dan alat tulis

lainnya.
3.3 Metode Praktikum

Dalam melakukan praktikum, metode yang digunakan adalah menggunakan

metode pengamatan secara langsung terhadap objek yang dipraktikumkan, selain itu

praktikum ini berpedoman pada buku penuntun praktikum iktiologi dan buku-buku

literatur yang berhubungan dengan hasil

pengamatan selama praktikum berlangsung.


3.4 Prosedur Praktikum

Sebelum masuk ke laboratorium praktikan terlebih dahulu diperiksa oleh asisten

dari laporan, ikan-ikan yang akan dipraktikumkan dan semua praktikan diwajibkan

membawa ikan sampel yang telah ditentukan untuk masing-masing kelompok. Tak hanya

itu, praktikan juga diwajibkan untuk mengisi klasifikasi sesuai jenis ikan sampel yang

dibawanya pada buku praktikum ikhtiologi dan membawa serta alat tulis yang lengkap

serta tissue da serbet. Setelah semuanya lengkap praktikan diperbolehkan masuk ke

dalam laboratorium. Maka, asisten memberikan respon kepada praktikan tentang materi-

materi yang akan dipraktikumkan. Kemudian asisten menjelaskan langkah-langkah

mengamati sampel. Setelah itu masing-masing ikan sampel diletakkan diatas nampan

untuk diamati lalu praktikan menggambarkan ikan-ikan sampel secara utuh dengan posisi

kepala disebelah kiri lalu masing-masing ikan diberi keterangan seperti panjang baku

(SL), panjang total (TL), panjang kepala (HdL) dan tinggi badan (Bdh). Setelah

gambarnya selesai, buat deskripsi dari masing-masing jenis ikan dengan memperhatikan

penggolongan, bentuk tubuh dan bagian luar tubuh ikan serta mulut dan sungut ikan

yang dipraktikumkan.

Jika praktikum sudah selesai masing-masing kelompok praktikan diwajibkan

mencuci nampan yang mereka pakai dan membersihkan meja praktikum hingga bersih.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil

Dari hasil pengamatan kedelapan ikan di atas diperoleh hasil sebagaimana

dijelaskan pada uraian di bawah ini:

4.1.1. Ikan Juaro (Pangasius polyuranodon)

Ikan Juaro (Pangasius polyuranodon) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo : Ostariophysi

Famili : Pangasidae

Genus : Pangasius

Spesies : Pangasius polyuranodon

Habitat : Air tawar


MKK
Gambar 1. Ikan Juaro (Pangasius polyuranodon)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :

TL = 19cm, SL = 16 cm, BdH = 4 cm, HdL = 3,5 cm, FL= 2 cm


4.1.2. Ikan Tenggiri (Cybium commersoni)

Ikan tenggiri (Cybium commersoni) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo : Perciformes

Famili : Scrombidae

Genus : Cybium

Spesies : Cybium commersoni


Habitat : Air laut
Gambar 2. Ikan Tenggiri (Cybium commersoni)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :
TL = 19cm, SL = 16 cm, BdH = 4 cm, HdL = 4 cm, FL= 2,5 cm

4.1.3. Ikan Bawal Hitam (Stromateus niger)

Ikan bawal hitam (Stromateus niger) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo : Percimorphi

Famili : Carangidae

Genus : Stromateus

Spesies : Stromateus niger

Habitat : Air laut


Gambar 3. Ikan Bawal Hitam (Stromateus niger)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :
TL = 18 cm, SL = 13 cm, BdH =10 cm, HdL = 4 cm, FL= 2,5 cm

4.1.4. Ikan Kerapu Macan (Ephinephelus fuscoguttatus)

Ikan kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus) dapat diklasifikasikan sebagai

berikut :

Ordo : Percomorphi

Famili : Serradinae

Genus : Ephinephelus

Spesies : Ephinephelus fuscoguttatus

Habitat : Air laut


Gambar 4. Ikan Kerapu Macan (Ephinephelus fuscoguttatus)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :
TL = 24 cm, SL = 20 cm, BdH = 7 cm, HdL = 6 cm

Perhitungan sisik :

I. Jumah sisik didepan sirip punggung = 29

II. Jumlah sisik pipi = 64

III. Jumlah sisik disekeliling badan = 70

IV. Jumlah sisik batang ekor = 56

V. Jumlah sisik pada garis rusuk = 75

VI. Jumlah sisik diatas dan dibawah garis rusuk = 42

.1.5. Ikan Pantau (Rasbora cephalotaenia)

Ikan Pantau (Rasbora cephalotaenia) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo : Cyriniformes

Famili : Cyprinidae

Genus : Rasbora

Spesies : Rasbora cephalotaenia


Habitat : Air laut
Gambar 5. Ikan Pantau (Rasbora cephalotaenia)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :

TL = 11,5 cm, SL = 9 cm, BdH = 2,5 cm, HdL = 2 cm, FL= 1,5 cm

Perhitungan sisik :
I. Jumah sisik didepan sirip punggung = -

II. Jumlah sisik pipi = 6

III. Jumlah sisik disekeliling badan = 14

IV. Jumlah sisik batang ekor = 8

V. Jumlah sisik pada garis rusuk = 17

VI. Jumlah sisik diatas dan dibawah garis rusuk = 5

4.1.6. Ikan Tapah (Wallago leeri)

Ikan Tapah (Wallago leeri) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo : Siluriformes

Famili : Siluridae

Genus : Wallago

Spesies : Wallago leeri

Habitat : Air tawar


Gambar 6. Ikan Tapah (Wallago leeri)

Keterangan : 1. TL 5. PoL

2. SL 6. VL

3. HdL 7. SnL

4. BdH 8. IorL

9. NoL
Ukuran Morphometrik :

TL = 27 cm, SL =24 cm, BdH =9 cm, HdL = 5,5 cm

4.1.7. Ikan Kapas-Kapas (Geres puntactus)

Ikan Kapas-Kapas (Geres puntactus) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo : Percomorphi

Famili : Geridae

Genus : Geres

Spesies : Geres puntactus

Habitat : Air laut


Gambar 7. Ikan Kapas-Kapas (Geres puntactus)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :

TL = 21 cm, SL = 16,5 cm, BdH = 6,5 cm, HdL = 5,5 cm, FL= 3 cm
4.1.8. Ikan Ingir-Ingir (Mystus nigriceps)

Ikan tenggiri (Cybium commersoni) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo :

Famili :

Genus : Mystus

Spesies : Mystus nigriceps

Habitat : Air tawar


Gambar 8. Ikan Ingir-Ingir (Mystus nigriceps)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :

TL = 18 cm, SL = 15cm, BdH = 3,5 cm, HdL = 3 cm, FL= 3 cm


4.2 Pembahasan

Ikan juaro (Pangasius polyuranodon) termasuk ke dalam keluarga Pangasidae.

Memiliki ciri-ciri yaitu tidak memiliki sisik, sirip punggung berjari-jari keras dan tajam.

Daerah penyebaran ikan juaro di Indonesia yaitu Sumatera dam Kalimantan namun untuk

penyebaran genus Pangasius di mulai dari India, Birma, Thailand (Ramadhan, 2008).

Ikan tenggiri (Cybium commersoni) merupakan salah satu spesies dari family

scrombidae. Tubuh ikan ini memanjang, memipih lumayan kuat pada sisi-sisinya,

telanjang tidak bersisik kecuali pada gurat sisinya (bidang corselet tidak jelas). Moncong

meruncing, dengan mulut lebar dan gigi-gigi yang tajam dan kuat di rahang atas dan

bawah. Panjang moncong (snout length) lebih pendek daripada sisa kepala bagian

belakang. Sirip punggung dalam dua berkas, yang depan dengan XIII - XXII jari-jari

keras (duri). Sirip punggung dan sirip anal diikuti oleh banyak sirip kecil tambahan

(finlet) (Wikipedia, 2013).

Djuhanda (1991) dalam Murdani (2008) mengatakan bahwa ikan dari keluarga

Scombridae memiliki ciri-ciri seperti : Sirip ekor bercagak dua dan lekuk dari cagak

tersebut dimulai dekat pangkal ekor. Jari-jari lunak dari sirip ekor bercabang pada

pangkalnya dibelakang sirip ekor dan sirip dubur terdapat sirip tambahan yang kecil.

Ikan bawal hitam (Stromateus niger) ciri-ciri marfologinya adalah badan sangat

besar dan gepeng seperti belah ketupat. Sirip ekor bercagak kuat dengan lembaran lebuh

panjang D VII-VIII : 28-30, A III : 28-30. Termasuk pemakan plankton, hidupnya didasar
perairan yang berlumpur sampai kedalaman 100 meter, umumnya dimuara-muara sungai

besar. Warnanya abu-abu keunguan bagian atas, putih perak bagian bawah. Siripnya agak

gelap. Perbedaanya dengan bawal hitam selain sirip dubur yang lebih panjang. Ikan ini

termasuk ikan ekonomis yang banyak dijual dipasar-pasar (Saanin, 1984).

Ikan kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus) termasuk dalam kelas

osteichtyes, bentuk ujung sirip ekor, sirip dada, dan sirip dubur ikan berupa busur. Kepala

dan badannya berwarna abu-abu pucat kehijauan atau kecokelatan. Badan dipenuhi

dengan bintik-bintik gelap berwarna jingga kemerahan atau coklat gelap. Bintik-bintik

dibagian tengah lebih gelap dibanding yang di pinggir. Ukuran bintik semakin mengecil

ke arah mulut. Adapun punggung dan pangkal sirip punggung ikan terdapat bercak besar

kehitaman.

Bentuk badan kerapu macan memanjang dan cenderung gepeng (compressed)

atau agak membulat. Panjang total tubuh kerapu macan dapat mencapai 80 cm. Mulut

berukuran lebar dengan posisi serong keatas dan bibir bawah menonjol keatas. Rahang

atas dan bawah dilengkapi dengan gigi-gigi geretan berderet dua baris, lancip dan kuat.

Gigi-gigi terbesar terletak dibagian depan. Sirip ekor berbentuk membulat (rounded).

Lobang hidung besar berada diatas mulut berbentuk bulan sabit.

Kerapu macan termasuk kelompok ikan kerapu yang berharga tinggi. Jenis kerapu

ini merupakan ikan asli Indonesia yang hidup tersebar di berbagai perairan berkarang di

Nusantara. Selain di Indonesia, daerah penyebaran kerapu macan meliputi perairan di

wilayah Indo-Pasifik.
Ikan Pantau (Rasbora bornensis) adalah ikan pelagik yang terdapat di sungai-

sungai (air tawar). Mulutnya terminal, mempunyai tutup insang , berwarna kuning

keemasan,liniea literalis sempurna, mempunyai sirip punggung, sirip dada, sirip perut,

sirip anus, dan sirip ekor. Sirip ekor berbentuk cagak, sirip punggung dan sirip anus tidak

bersatu hubungan sirip dada dan sirip perut abdominal, sisik berbentuk cycloid, tidak

berbahaya (Saanin, 1968 dalam Kisaz, 2008).

Secara taksonomi ikan kapas-kapas merupakan kelompok ikan yang mempunyai

ukuran tubuh yang relatif kecil, bentuk bdan pipih tegak dengan kepala melengkung,

mulut terletak di ujung depan kepala dan dapat di sembulkan kedepan, tubuh di tutupi

oleh sisik berukuran besar, sirip dada panjang dan runcing serta warna tubuh keperakan

(Fishypedia, 2006).

Ikan tapah (Wallago leeri) memiliki badan yang panjang dan padat. Ikan ini bisa

tumbuh hingga 2,4 meter (8 kaki). Kepalanya lebar dengan mulut yang besar dan

melekuk. Sudut-sudut mulutnya menjangkau kebelakang matanya. Gigi ikan ini sangat

tajam dan bisa menggigit manusia. Matanya kecil dengan tepi disekelilingnya. Ikan ini
juga mempunyai dua pasang duri, dengan sirip dorsal yang kecil dan sirip sirip belakang

yang panjang (Fishypedia, 2006).

Ikan ingir-ingir (Mystus nigriceps) memiliki mulut berbentuk nonprotactile,

ukuran mulutnya sempit posisi sudut mulut tegak lurus atau sedikit dibelakang bola mata,

keuda rahang bibir tidak berlipatan, bibir atas bersambung dengan bibir bawah, bentuk

bibir tidak bergerigi, ukuran sungut mencapai batang ekor, rostrum ujungnya tumpul

jumlah sungut pada rahang atas dua pasang dan pada rahang bawah juga dua pasang

(Putra, 2008).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari praktikum Ikhtiologi mengenai Linea Lateralis,


Perhitungan sisik dan Morphometrik adalah bahwa ikan yang terdapat di alam
mempunyai persamaan dan perbedaan antara satu dengan yang lainnya, hal itu dapat
dilihat linea lateralis yang dimilikinya, perhitungan sisk, maupun ukuran
morphometriknya. Hal ini akan sangat mempengaruhi terhadap aktivitas atau kebiasaan
dari pergerakan ikan itu sendiri.

Disamping itu kita juga dapat mengetahui secara apakah ikan tersebut memiliki

sisk atau tidak serta dapat mengitung berapa jumlah sisik didepan sirip punggung,

jumlah sisik di pipi, jumlah sisik disekeliling badan, jumlah sisik batang ekor, jumlah

sisik pada garis rusuk dan jumlah sisik diatas dan dibwah garis rusuk.

5.2. Saran

Selaku manusia biasa tentu tidak luput dari kekurangan dan kelemahan. Sebagai

praktikan yang baru memulai bangku perkuliahan, saya menyadari masih memiliki

banyak kekurangan dan memiliki banyak kendala dalam mengerjakan laporan praktikum

ini, hal ini karena kurangnya buku-buku yang mendukung untuk kelancaran dan

kemudahan dalam pelaksanaan praktikum dan dalam penyelesaian laporan praktikum.

Jadi, semoga untuk selanjutnya hal tersebut dapat terpenuhi demi kesempurnaan
penulisan berikutnya. Tentunya arahan dan masukan dari para asissten juga sangat saya

butuhkan untuk mempermudah dan memperlancar jalannya pratikum selanjutnya

DAFTAR PUSTAKA

Fishypedia. 2006. Ikan Kapas-Kapas. http://www.iftfishing.com/fishypedia/ikan-kapas-


kapas/. Diakses 17 April 2013 pukul 20:44.

Fishypedia. 2006. Ikan Kapas Tapah. http://www.iftfishing.com/fishypedia/ikan-tapah /.


Diakses 17 April 2013 pukul 21:12.

Putra. 2008. Literatur Perikana n(Ikhtiologi).


http://ebrieunri.blogspot.com/2008/10/literatur-perikanan-ikhtiologi.html. Diakses 17
April 2013 pukul 23:15.

Jeffri. 2010. Morfologi Ikan, Universitas Sriwijaya, Palembang.


Kisaz. 2008. Morfometrik dan Pola Pertumbuhan Ikan Pantau (Rasbora sp) di Oxbow
Belanti Desa Mentulik Kecamatan Kampar Kiri Hilir Kabupaten Kampar Provinsi
Riau. Skripsi. Faperika. Universitas Riau. Pekanbaru.

Murdani. 2008. “Karakteristik Sensoris Dan Kimia Pada Ikan Kebung (Restrelliger sp)
Yang Difermentasi Pada Suhu Berbeda”. Skripsi. Pekanbaru: FAPERIKA, Universitas
Riau.

Manda, et al. 2013. Penuntun Praktikum Ichthyology. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru

Poernomo. 2007. Urgensi Sektor Perikanan dalam Majalah Perikanan Tahun 2007.
Jakarta.

Ramadhan, P.P. 2008. “Studi Kebiasaan Makanan Ikan Juaro (Pangasius polyuranodon)
di Daerah Aliran Sungai Musi, Sumatera Selatan”. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Ridwan, dkk. 2009. Penuntun Praktikum Ichthyology. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.

Ridwan, dkk. 2010. Penuntun Praktikum Ichthyology. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru

Ridwan, dkk. 2011. Penuntun Praktikum Ichthyology. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru

Wahyuningsih.H dan Barus. 2006. Ikhtiologi. Departemen Biologi FMIPA USU,

Medan.

Wikipedia. 2013. Tenggiri. http://id.wikipedia.org/wiki/Tenggiri. Diakses 16 April, 2013


pukul 17:26.

Diposkan 30th May 2013 oleh Emelia Nasution


0

Tambahkan komentar

6.

May

30

Linnea Lateralis, Perhitungan Sisik dan


Morphometrik

LAPORAN PRAKTIKUM IKHTIOLOGI

LINEA LATERALIS, PERHITUNGAN SISIK,

DAN MORPHOMETRIK

OLEH :

EMELIA NASUTION

1204113838
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

LABORATORIUM BIOLOGI PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS RIAU

2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat

dan karunia-Nya sehingga laporan ikhtiologi yang berjudul “Linea Lateralis, Perhitungn

Sisik dan Morphometrik ” dapat terselesaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Dalam kesempatan ini, saya mengucapkan terimakasih kepada asisten

pembimbing yaitu kak Nurbety Tarigan yang telah banyak membantu saya dalam

memberikan arahan, saran, bimbingan serta petunjuk selama praktikum dilaksanakan.

Saya telah berupaya memaksimalkan tenaga, waktu dan pikiran saya untuk

kesempurnaan laporan ini. Namun tidak tertutup kemungkinan banyak kesalahan yang

tidak sengaja dalam penulisan laporan ini. Kritik dan saran dari para pembaca sangat

diharapkan demi kesempurnaan pada masa yang akan datang.

Sebagai penutup, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu saya dalam penulisan laporan ini.


Pekanbaru, April 2013

Emelia Nasution

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sektor perikanan merupakan salah satu sektor strategi di Indonesia. Lebih dari

60% penduduk Indonesia menggunakan ikan sebagai protein hewani, sementara lebih dari

14.000.000 penduduk menggantungkan kehidupannya sebagai nelayan dan petani ikan

(Poernomo, 2007).
Ikan adalah hewan berdarah dingin, ciri khasnya mempunyai tulang belakang,

insang dan sirip, dan terutama ikan bergantung atas air dimana sebagai tempat tinggal

mereka. Ikan memilki kemampuan di dalam air untuk bergerak menggunakan siripnya

untuk menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga tidak tergantung dengan arus yang

disebabkan oleh arah angin (Burhanuddin, 2008).

Linea lateralis merupakan salah satu bagian tubuh ikan yang dapat dilihat secara

langsung sebagai garis yang gelap di sepanjang kedua sisi tubuh ikan mulai dari

posterior operculum sampai pangkal ekor (peduncle). Pada linea lateralis terdapat lubang-

lubang yang berfungsi untuk menghubungkan kondisi luar tubuh dengan sistem canal

yang menampung sel-sel sensori dan pembuluh syaraf.

Linea lateralis sangat penting keberadaannya sebagai organ sensori ikan yang

dapat mendeteksi perubahan gelombang air dan listrik. Selain itu, linea lateralis juga

berfungsi sebagai echo-location yang membantu ikan untuk mengidentifikasi lingkungan

sekitamya.

1.2 Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan dari praktikum ini ialah agar mahasiswa dapat mengenal lebih jauh

tentang linea lateralis yang merupakan alat sensori atau alat perangsang dari ikan untuk

dapat mengetahui lingkungan di kawasan perairannya, dan juga mampu menghitung

jumlah sisik ikan yang merupakan salah satu indicator dalam penentuan klasifikasinya

serta morfometrik yang pada setiap ikan berbeda-beda berdasarkan umur, jenis kelamin,

maupun keadaan lingkungannya.


Manfaat praktikum Iktiologi mengenai linea lateralis, perhitungan sisik dan

morphometrik yaitu agar praktikan mengetahui, mengerti dan memahami mengenai

perbedaan bentuk sirip pada jenis-jenis ikan tertentu. Selain itu, praktikum ini juga untuk

mengenal bentuk morfologi ikan itu sendiri khususnya pada bagian linnea lateralis,

keadaan sisik dan morphometrik serta sebagai informasi tentang habitat ikan tersebut.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Linea lateralis pada ikan adalah suatu garis yang dibentuk oleh pori,dapat

ditemukan pada ikan bersisik dan tidak bersisik.Bentuk Linea lateralis pada umumnya
bervariasi demikian juga dengan jumlah sisik yang membentuk Linea Lateralis.(Penuntun

Praktikum Ikhtiologi,2011)

Susunan linea latealis terbagi atas tiga, yakni

1. Lengkap dan sempurna (merupakan garis lurus atau melengkung yang

memanjang dari sudut atas operculum sampai kebatas pangkal sirip ekor).

2. Lengkap tetapi tidak sempurna (linea lateralis yang terbentuk dari beberapa

garis yang tidak saling berhubungan).

3. Tidak lengkap (hanya pada bagian tertentu dari badan yang dilalui oleh linea

lateralis) (Manda et al, 2009).

Ridwan et al (2013) menyatakan bahwa cara perhitungan sisik ikan terbagi atas :

1. Jumlah sisik didepan sisik didepan sirip punggung

Jumlah semua sisik yang dilalui oleh garis yang ditarik dari permulaan sirip

punggung sampai kebelakang kepala.

2. Jumlah sisik pipi

Jumlah baris sisik yang dilalui oleh garis yang ditarik dari mata sampai ke

sudut pre operculum.

3. Jumlah sisik di sekeliling badan

Jumlah sisik yang dilalui oleh garis lurus keliling badan yang terletak tepat di

depan sirip punggung. Jumlah ini sangat berarti dalam penentuan ikan yang

tergolongdalam family Cyprinidae.

4. Jumlah sisik batang ekor


Jumlah sisik yang dilalui oleh garis yang mengelilingi batang ekor yang

tersempit.

5. Jumlah sisik pada garis rusuk

Perhitungan dimulai dari sisik yang terletak dibelakang lengkung bahu dan

berakhir pada sisik yang terdapat pada permulaan pangkal ekor.

6. Jumlah sisik di atas dan di bawah garis rusuk

a. Perhitungan dihitung dari permulaan sirip punggung miring kebelakang

kebagian bawah sampai ke garis rusuk (atas garis rusuk).

b. Perhitungan dihitung dari awal sirip anus miring ke depan sampai ke garis

rusuk (bawah ke garis rusuk). Sisik pada bagian gurat sisi tidak perlu

dihitung.

Data pengukuran bagian-bagian tertentu dari tubuh suatu spesies ikan penting,

artinya untuk keperluan determinasi hubungan morphometrik dan analisa pertumbuhan.

Ukuran-ukuran yang diperlukan untuk indentifikasi bukanlah ukuran mutlak, tetapi

ukuran perbandingan yang penting untuk membedakan antara spesies yang berbeda tetapi

masih satu genus (Penuntun praktikum ikhtiologi,2010).

Pengenalan struktur ikan tidak terlepas dari morfologi ikan yaitu bentuk luar ikan

yang merupakan ciri-ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari jenis-jenis

ikan. Morfologi ikan sangat berhubungan dengan habitat ikan tersebut di perairan

(Wahyuningsih dan Barus, 2006).

Semua ukuran yang digunakan merupakan pengukuran yang diambil dari satu

titik ke titik lain tanpa melalui lengkungan badan.


1. Panjang total (TL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxillae)

hingga ujung ekor.

2. Panjang standar (SL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxillae)

hingga pertengan pangkal sirip ekor (pangkal sirip ekor bukan berarti sisik terakhir

karena sisik-sisik tersebut biasanya memanjang sampai ke sirip ekor.

3. Panjang kepala (HL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxilla)

hingga bagian terbelakang operculum atau membran operculum (Jeffri, 2010).


III. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ikhtiologi mengenai “Linea Lateralis, Perhitungan Sisik dan

Morphometrik” dilaksanakan pada Kamis, 12 April 2013 pukul 10.00 WIB sampai

dengan pukul 11.45 WIB bertempat di Laboratorium Biologi Perairan Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, Kampus Bina Widya KM.12,5 Simpang Baru,

Panam, Pekanbaru.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ikan juaro (Pangasius

polyuranodon), ikan tenggiri (Cybium commersoni), ikan bawal hitam (Stromateus

niger), ikan kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus), ikan pantau (Rasbora

cephalotaenia), ikan tapah (Wallago leeri), ikan kapas-kapas (Geres puntactus), ikan

ingir-ingir (Mystus nigriceps).

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini seperti nampan, buku gambar

ikhtiologi, buku penuntun praktikum ikhtilogi, penggaris, serbet, tissue dan alat tulis

lainnya.
3.3 Metode Praktikum

Dalam melakukan praktikum, metode yang digunakan adalah menggunakan

metode pengamatan secara langsung terhadap objek yang dipraktikumkan, selain itu

praktikum ini berpedoman pada buku penuntun praktikum iktiologi dan buku-buku

literatur yang berhubungan dengan hasil

pengamatan selama praktikum berlangsung.


3.4 Prosedur Praktikum

Sebelum masuk ke laboratorium praktikan terlebih dahulu diperiksa oleh asisten

dari laporan, ikan-ikan yang akan dipraktikumkan dan semua praktikan diwajibkan

membawa ikan sampel yang telah ditentukan untuk masing-masing kelompok. Tak hanya

itu, praktikan juga diwajibkan untuk mengisi klasifikasi sesuai jenis ikan sampel yang

dibawanya pada buku praktikum ikhtiologi dan membawa serta alat tulis yang lengkap

serta tissue da serbet. Setelah semuanya lengkap praktikan diperbolehkan masuk ke

dalam laboratorium. Maka, asisten memberikan respon kepada praktikan tentang materi-

materi yang akan dipraktikumkan. Kemudian asisten menjelaskan langkah-langkah

mengamati sampel. Setelah itu masing-masing ikan sampel diletakkan diatas nampan

untuk diamati lalu praktikan menggambarkan ikan-ikan sampel secara utuh dengan posisi

kepala disebelah kiri lalu masing-masing ikan diberi keterangan seperti panjang baku

(SL), panjang total (TL), panjang kepala (HdL) dan tinggi badan (Bdh). Setelah

gambarnya selesai, buat deskripsi dari masing-masing jenis ikan dengan memperhatikan

penggolongan, bentuk tubuh dan bagian luar tubuh ikan serta mulut dan sungut ikan

yang dipraktikumkan.

Jika praktikum sudah selesai masing-masing kelompok praktikan diwajibkan

mencuci nampan yang mereka pakai dan membersihkan meja praktikum hingga bersih.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil

Dari hasil pengamatan kedelapan ikan di atas diperoleh hasil sebagaimana

dijelaskan pada uraian di bawah ini:

4.1.1. Ikan Juaro (Pangasius polyuranodon)

Ikan Juaro (Pangasius polyuranodon) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo : Ostariophysi

Famili : Pangasidae

Genus : Pangasius

Spesies : Pangasius polyuranodon

Habitat : Air tawar


MKK
Gambar 1. Ikan Juaro (Pangasius polyuranodon)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :

TL = 19cm, SL = 16 cm, BdH = 4 cm, HdL = 3,5 cm, FL= 2 cm


4.1.2. Ikan Tenggiri (Cybium commersoni)

Ikan tenggiri (Cybium commersoni) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo : Perciformes

Famili : Scrombidae

Genus : Cybium

Spesies : Cybium commersoni


Habitat : Air laut
Gambar 2. Ikan Tenggiri (Cybium commersoni)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :
TL = 19cm, SL = 16 cm, BdH = 4 cm, HdL = 4 cm, FL= 2,5 cm

4.1.3. Ikan Bawal Hitam (Stromateus niger)

Ikan bawal hitam (Stromateus niger) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo : Percimorphi

Famili : Carangidae

Genus : Stromateus

Spesies : Stromateus niger

Habitat : Air laut


Gambar 3. Ikan Bawal Hitam (Stromateus niger)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :
TL = 18 cm, SL = 13 cm, BdH =10 cm, HdL = 4 cm, FL= 2,5 cm

4.1.4. Ikan Kerapu Macan (Ephinephelus fuscoguttatus)

Ikan kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus) dapat diklasifikasikan sebagai

berikut :

Ordo : Percomorphi

Famili : Serradinae

Genus : Ephinephelus

Spesies : Ephinephelus fuscoguttatus

Habitat : Air laut


Gambar 4. Ikan Kerapu Macan (Ephinephelus fuscoguttatus)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :
TL = 24 cm, SL = 20 cm, BdH = 7 cm, HdL = 6 cm

Perhitungan sisik :

I. Jumah sisik didepan sirip punggung = 29

II. Jumlah sisik pipi = 64

III. Jumlah sisik disekeliling badan = 70

IV. Jumlah sisik batang ekor = 56

V. Jumlah sisik pada garis rusuk = 75

VI. Jumlah sisik diatas dan dibawah garis rusuk = 42

.1.5. Ikan Pantau (Rasbora cephalotaenia)

Ikan Pantau (Rasbora cephalotaenia) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo : Cyriniformes

Famili : Cyprinidae

Genus : Rasbora

Spesies : Rasbora cephalotaenia


Habitat : Air laut
Gambar 5. Ikan Pantau (Rasbora cephalotaenia)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :

TL = 11,5 cm, SL = 9 cm, BdH = 2,5 cm, HdL = 2 cm, FL= 1,5 cm

Perhitungan sisik :
I. Jumah sisik didepan sirip punggung = -

II. Jumlah sisik pipi = 6

III. Jumlah sisik disekeliling badan = 14

IV. Jumlah sisik batang ekor = 8

V. Jumlah sisik pada garis rusuk = 17

VI. Jumlah sisik diatas dan dibawah garis rusuk = 5

4.1.6. Ikan Tapah (Wallago leeri)

Ikan Tapah (Wallago leeri) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo : Siluriformes

Famili : Siluridae

Genus : Wallago

Spesies : Wallago leeri

Habitat : Air tawar


Gambar 6. Ikan Tapah (Wallago leeri)

Keterangan : 1. TL 5. PoL

2. SL 6. VL

3. HdL 7. SnL

4. BdH 8. IorL

9. NoL
Ukuran Morphometrik :

TL = 27 cm, SL =24 cm, BdH =9 cm, HdL = 5,5 cm

4.1.7. Ikan Kapas-Kapas (Geres puntactus)

Ikan Kapas-Kapas (Geres puntactus) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo : Percomorphi

Famili : Geridae

Genus : Geres

Spesies : Geres puntactus

Habitat : Air laut


Gambar 7. Ikan Kapas-Kapas (Geres puntactus)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :

TL = 21 cm, SL = 16,5 cm, BdH = 6,5 cm, HdL = 5,5 cm, FL= 3 cm
4.1.8. Ikan Ingir-Ingir (Mystus nigriceps)

Ikan tenggiri (Cybium commersoni) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo :

Famili :

Genus : Mystus

Spesies : Mystus nigriceps

Habitat : Air tawar


Gambar 8. Ikan Ingir-Ingir (Mystus nigriceps)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :

TL = 18 cm, SL = 15cm, BdH = 3,5 cm, HdL = 3 cm, FL= 3 cm


4.2 Pembahasan

Ikan juaro (Pangasius polyuranodon) termasuk ke dalam keluarga Pangasidae.

Memiliki ciri-ciri yaitu tidak memiliki sisik, sirip punggung berjari-jari keras dan tajam.

Daerah penyebaran ikan juaro di Indonesia yaitu Sumatera dam Kalimantan namun untuk

penyebaran genus Pangasius di mulai dari India, Birma, Thailand (Ramadhan, 2008).

Ikan tenggiri (Cybium commersoni) merupakan salah satu spesies dari family

scrombidae. Tubuh ikan ini memanjang, memipih lumayan kuat pada sisi-sisinya,

telanjang tidak bersisik kecuali pada gurat sisinya (bidang corselet tidak jelas). Moncong

meruncing, dengan mulut lebar dan gigi-gigi yang tajam dan kuat di rahang atas dan

bawah. Panjang moncong (snout length) lebih pendek daripada sisa kepala bagian

belakang. Sirip punggung dalam dua berkas, yang depan dengan XIII - XXII jari-jari

keras (duri). Sirip punggung dan sirip anal diikuti oleh banyak sirip kecil tambahan

(finlet) (Wikipedia, 2013).

Djuhanda (1991) dalam Murdani (2008) mengatakan bahwa ikan dari keluarga

Scombridae memiliki ciri-ciri seperti : Sirip ekor bercagak dua dan lekuk dari cagak

tersebut dimulai dekat pangkal ekor. Jari-jari lunak dari sirip ekor bercabang pada

pangkalnya dibelakang sirip ekor dan sirip dubur terdapat sirip tambahan yang kecil.

Ikan bawal hitam (Stromateus niger) ciri-ciri marfologinya adalah badan sangat

besar dan gepeng seperti belah ketupat. Sirip ekor bercagak kuat dengan lembaran lebuh

panjang D VII-VIII : 28-30, A III : 28-30. Termasuk pemakan plankton, hidupnya didasar
perairan yang berlumpur sampai kedalaman 100 meter, umumnya dimuara-muara sungai

besar. Warnanya abu-abu keunguan bagian atas, putih perak bagian bawah. Siripnya agak

gelap. Perbedaanya dengan bawal hitam selain sirip dubur yang lebih panjang. Ikan ini

termasuk ikan ekonomis yang banyak dijual dipasar-pasar (Saanin, 1984).

Ikan kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus) termasuk dalam kelas

osteichtyes, bentuk ujung sirip ekor, sirip dada, dan sirip dubur ikan berupa busur. Kepala

dan badannya berwarna abu-abu pucat kehijauan atau kecokelatan. Badan dipenuhi

dengan bintik-bintik gelap berwarna jingga kemerahan atau coklat gelap. Bintik-bintik

dibagian tengah lebih gelap dibanding yang di pinggir. Ukuran bintik semakin mengecil

ke arah mulut. Adapun punggung dan pangkal sirip punggung ikan terdapat bercak besar

kehitaman.

Bentuk badan kerapu macan memanjang dan cenderung gepeng (compressed)

atau agak membulat. Panjang total tubuh kerapu macan dapat mencapai 80 cm. Mulut

berukuran lebar dengan posisi serong keatas dan bibir bawah menonjol keatas. Rahang

atas dan bawah dilengkapi dengan gigi-gigi geretan berderet dua baris, lancip dan kuat.

Gigi-gigi terbesar terletak dibagian depan. Sirip ekor berbentuk membulat (rounded).

Lobang hidung besar berada diatas mulut berbentuk bulan sabit.

Kerapu macan termasuk kelompok ikan kerapu yang berharga tinggi. Jenis kerapu

ini merupakan ikan asli Indonesia yang hidup tersebar di berbagai perairan berkarang di

Nusantara. Selain di Indonesia, daerah penyebaran kerapu macan meliputi perairan di

wilayah Indo-Pasifik.
Ikan Pantau (Rasbora bornensis) adalah ikan pelagik yang terdapat di sungai-

sungai (air tawar). Mulutnya terminal, mempunyai tutup insang , berwarna kuning

keemasan,liniea literalis sempurna, mempunyai sirip punggung, sirip dada, sirip perut,

sirip anus, dan sirip ekor. Sirip ekor berbentuk cagak, sirip punggung dan sirip anus tidak

bersatu hubungan sirip dada dan sirip perut abdominal, sisik berbentuk cycloid, tidak

berbahaya (Saanin, 1968 dalam Kisaz, 2008).

Secara taksonomi ikan kapas-kapas merupakan kelompok ikan yang mempunyai

ukuran tubuh yang relatif kecil, bentuk bdan pipih tegak dengan kepala melengkung,

mulut terletak di ujung depan kepala dan dapat di sembulkan kedepan, tubuh di tutupi

oleh sisik berukuran besar, sirip dada panjang dan runcing serta warna tubuh keperakan

(Fishypedia, 2006).

Ikan tapah (Wallago leeri) memiliki badan yang panjang dan padat. Ikan ini bisa

tumbuh hingga 2,4 meter (8 kaki). Kepalanya lebar dengan mulut yang besar dan

melekuk. Sudut-sudut mulutnya menjangkau kebelakang matanya. Gigi ikan ini sangat

tajam dan bisa menggigit manusia. Matanya kecil dengan tepi disekelilingnya. Ikan ini
juga mempunyai dua pasang duri, dengan sirip dorsal yang kecil dan sirip sirip belakang

yang panjang (Fishypedia, 2006).

Ikan ingir-ingir (Mystus nigriceps) memiliki mulut berbentuk nonprotactile,

ukuran mulutnya sempit posisi sudut mulut tegak lurus atau sedikit dibelakang bola mata,

keuda rahang bibir tidak berlipatan, bibir atas bersambung dengan bibir bawah, bentuk

bibir tidak bergerigi, ukuran sungut mencapai batang ekor, rostrum ujungnya tumpul

jumlah sungut pada rahang atas dua pasang dan pada rahang bawah juga dua pasang

(Putra, 2008).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari praktikum Ikhtiologi mengenai Linea Lateralis,


Perhitungan sisik dan Morphometrik adalah bahwa ikan yang terdapat di alam
mempunyai persamaan dan perbedaan antara satu dengan yang lainnya, hal itu dapat
dilihat linea lateralis yang dimilikinya, perhitungan sisk, maupun ukuran
morphometriknya. Hal ini akan sangat mempengaruhi terhadap aktivitas atau kebiasaan
dari pergerakan ikan itu sendiri.

Disamping itu kita juga dapat mengetahui secara apakah ikan tersebut memiliki

sisk atau tidak serta dapat mengitung berapa jumlah sisik didepan sirip punggung,

jumlah sisik di pipi, jumlah sisik disekeliling badan, jumlah sisik batang ekor, jumlah

sisik pada garis rusuk dan jumlah sisik diatas dan dibwah garis rusuk.

5.2. Saran

Selaku manusia biasa tentu tidak luput dari kekurangan dan kelemahan. Sebagai

praktikan yang baru memulai bangku perkuliahan, saya menyadari masih memiliki

banyak kekurangan dan memiliki banyak kendala dalam mengerjakan laporan praktikum

ini, hal ini karena kurangnya buku-buku yang mendukung untuk kelancaran dan

kemudahan dalam pelaksanaan praktikum dan dalam penyelesaian laporan praktikum.

Jadi, semoga untuk selanjutnya hal tersebut dapat terpenuhi demi kesempurnaan
penulisan berikutnya. Tentunya arahan dan masukan dari para asissten juga sangat saya

butuhkan untuk mempermudah dan memperlancar jalannya pratikum selanjutnya

DAFTAR PUSTAKA

Fishypedia. 2006. Ikan Kapas-Kapas. http://www.iftfishing.com/fishypedia/ikan-kapas-


kapas/. Diakses 17 April 2013 pukul 20:44.

Fishypedia. 2006. Ikan Kapas Tapah. http://www.iftfishing.com/fishypedia/ikan-tapah /.


Diakses 17 April 2013 pukul 21:12.

Putra. 2008. Literatur Perikana n(Ikhtiologi).


http://ebrieunri.blogspot.com/2008/10/literatur-perikanan-ikhtiologi.html. Diakses 17
April 2013 pukul 23:15.

Jeffri. 2010. Morfologi Ikan, Universitas Sriwijaya, Palembang.


Kisaz. 2008. Morfometrik dan Pola Pertumbuhan Ikan Pantau (Rasbora sp) di Oxbow
Belanti Desa Mentulik Kecamatan Kampar Kiri Hilir Kabupaten Kampar Provinsi
Riau. Skripsi. Faperika. Universitas Riau. Pekanbaru.

Murdani. 2008. “Karakteristik Sensoris Dan Kimia Pada Ikan Kebung (Restrelliger sp)
Yang Difermentasi Pada Suhu Berbeda”. Skripsi. Pekanbaru: FAPERIKA, Universitas
Riau.

Manda, et al. 2013. Penuntun Praktikum Ichthyology. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru

Poernomo. 2007. Urgensi Sektor Perikanan dalam Majalah Perikanan Tahun 2007.
Jakarta.

Ramadhan, P.P. 2008. “Studi Kebiasaan Makanan Ikan Juaro (Pangasius polyuranodon)
di Daerah Aliran Sungai Musi, Sumatera Selatan”. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Ridwan, dkk. 2009. Penuntun Praktikum Ichthyology. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.

Ridwan, dkk. 2010. Penuntun Praktikum Ichthyology. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru

Ridwan, dkk. 2011. Penuntun Praktikum Ichthyology. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru

Wahyuningsih.H dan Barus. 2006. Ikhtiologi. Departemen Biologi FMIPA USU,

Medan.

Wikipedia. 2013. Tenggiri. http://id.wikipedia.org/wiki/Tenggiri. Diakses 16 April, 2013


pukul 17:26.

Diposkan 30th May 2013 oleh Emelia Nasution


0

Tambahkan komentar

7.

May

30

Linnea Lateralis, Perhitungan Sisik dan


Morphometrik

LAPORAN PRAKTIKUM IKHTIOLOGI

LINEA LATERALIS, PERHITUNGAN SISIK,

DAN MORPHOMETRIK

OLEH :

EMELIA NASUTION

1204113838
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

LABORATORIUM BIOLOGI PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS RIAU

2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat

dan karunia-Nya sehingga laporan ikhtiologi yang berjudul “Linea Lateralis, Perhitungn

Sisik dan Morphometrik ” dapat terselesaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Dalam kesempatan ini, saya mengucapkan terimakasih kepada asisten

pembimbing yaitu kak Nurbety Tarigan yang telah banyak membantu saya dalam

memberikan arahan, saran, bimbingan serta petunjuk selama praktikum dilaksanakan.

Saya telah berupaya memaksimalkan tenaga, waktu dan pikiran saya untuk

kesempurnaan laporan ini. Namun tidak tertutup kemungkinan banyak kesalahan yang

tidak sengaja dalam penulisan laporan ini. Kritik dan saran dari para pembaca sangat

diharapkan demi kesempurnaan pada masa yang akan datang.

Sebagai penutup, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu saya dalam penulisan laporan ini.


Pekanbaru, April 2013

Emelia Nasution

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sektor perikanan merupakan salah satu sektor strategi di Indonesia. Lebih dari

60% penduduk Indonesia menggunakan ikan sebagai protein hewani, sementara lebih dari

14.000.000 penduduk menggantungkan kehidupannya sebagai nelayan dan petani ikan

(Poernomo, 2007).
Ikan adalah hewan berdarah dingin, ciri khasnya mempunyai tulang belakang,

insang dan sirip, dan terutama ikan bergantung atas air dimana sebagai tempat tinggal

mereka. Ikan memilki kemampuan di dalam air untuk bergerak menggunakan siripnya

untuk menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga tidak tergantung dengan arus yang

disebabkan oleh arah angin (Burhanuddin, 2008).

Linea lateralis merupakan salah satu bagian tubuh ikan yang dapat dilihat secara

langsung sebagai garis yang gelap di sepanjang kedua sisi tubuh ikan mulai dari

posterior operculum sampai pangkal ekor (peduncle). Pada linea lateralis terdapat lubang-

lubang yang berfungsi untuk menghubungkan kondisi luar tubuh dengan sistem canal

yang menampung sel-sel sensori dan pembuluh syaraf.

Linea lateralis sangat penting keberadaannya sebagai organ sensori ikan yang

dapat mendeteksi perubahan gelombang air dan listrik. Selain itu, linea lateralis juga

berfungsi sebagai echo-location yang membantu ikan untuk mengidentifikasi lingkungan

sekitamya.

1.2 Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan dari praktikum ini ialah agar mahasiswa dapat mengenal lebih jauh

tentang linea lateralis yang merupakan alat sensori atau alat perangsang dari ikan untuk

dapat mengetahui lingkungan di kawasan perairannya, dan juga mampu menghitung

jumlah sisik ikan yang merupakan salah satu indicator dalam penentuan klasifikasinya

serta morfometrik yang pada setiap ikan berbeda-beda berdasarkan umur, jenis kelamin,

maupun keadaan lingkungannya.


Manfaat praktikum Iktiologi mengenai linea lateralis, perhitungan sisik dan

morphometrik yaitu agar praktikan mengetahui, mengerti dan memahami mengenai

perbedaan bentuk sirip pada jenis-jenis ikan tertentu. Selain itu, praktikum ini juga untuk

mengenal bentuk morfologi ikan itu sendiri khususnya pada bagian linnea lateralis,

keadaan sisik dan morphometrik serta sebagai informasi tentang habitat ikan tersebut.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Linea lateralis pada ikan adalah suatu garis yang dibentuk oleh pori,dapat

ditemukan pada ikan bersisik dan tidak bersisik.Bentuk Linea lateralis pada umumnya
bervariasi demikian juga dengan jumlah sisik yang membentuk Linea Lateralis.(Penuntun

Praktikum Ikhtiologi,2011)

Susunan linea latealis terbagi atas tiga, yakni

1. Lengkap dan sempurna (merupakan garis lurus atau melengkung yang

memanjang dari sudut atas operculum sampai kebatas pangkal sirip ekor).

2. Lengkap tetapi tidak sempurna (linea lateralis yang terbentuk dari beberapa

garis yang tidak saling berhubungan).

3. Tidak lengkap (hanya pada bagian tertentu dari badan yang dilalui oleh linea

lateralis) (Manda et al, 2009).

Ridwan et al (2013) menyatakan bahwa cara perhitungan sisik ikan terbagi atas :

1. Jumlah sisik didepan sisik didepan sirip punggung

Jumlah semua sisik yang dilalui oleh garis yang ditarik dari permulaan sirip

punggung sampai kebelakang kepala.

2. Jumlah sisik pipi

Jumlah baris sisik yang dilalui oleh garis yang ditarik dari mata sampai ke

sudut pre operculum.

3. Jumlah sisik di sekeliling badan

Jumlah sisik yang dilalui oleh garis lurus keliling badan yang terletak tepat di

depan sirip punggung. Jumlah ini sangat berarti dalam penentuan ikan yang

tergolongdalam family Cyprinidae.

4. Jumlah sisik batang ekor


Jumlah sisik yang dilalui oleh garis yang mengelilingi batang ekor yang

tersempit.

5. Jumlah sisik pada garis rusuk

Perhitungan dimulai dari sisik yang terletak dibelakang lengkung bahu dan

berakhir pada sisik yang terdapat pada permulaan pangkal ekor.

6. Jumlah sisik di atas dan di bawah garis rusuk

a. Perhitungan dihitung dari permulaan sirip punggung miring kebelakang

kebagian bawah sampai ke garis rusuk (atas garis rusuk).

b. Perhitungan dihitung dari awal sirip anus miring ke depan sampai ke garis

rusuk (bawah ke garis rusuk). Sisik pada bagian gurat sisi tidak perlu

dihitung.

Data pengukuran bagian-bagian tertentu dari tubuh suatu spesies ikan penting,

artinya untuk keperluan determinasi hubungan morphometrik dan analisa pertumbuhan.

Ukuran-ukuran yang diperlukan untuk indentifikasi bukanlah ukuran mutlak, tetapi

ukuran perbandingan yang penting untuk membedakan antara spesies yang berbeda tetapi

masih satu genus (Penuntun praktikum ikhtiologi,2010).

Pengenalan struktur ikan tidak terlepas dari morfologi ikan yaitu bentuk luar ikan

yang merupakan ciri-ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari jenis-jenis

ikan. Morfologi ikan sangat berhubungan dengan habitat ikan tersebut di perairan

(Wahyuningsih dan Barus, 2006).

Semua ukuran yang digunakan merupakan pengukuran yang diambil dari satu

titik ke titik lain tanpa melalui lengkungan badan.


1. Panjang total (TL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxillae)

hingga ujung ekor.

2. Panjang standar (SL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxillae)

hingga pertengan pangkal sirip ekor (pangkal sirip ekor bukan berarti sisik terakhir

karena sisik-sisik tersebut biasanya memanjang sampai ke sirip ekor.

3. Panjang kepala (HL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxilla)

hingga bagian terbelakang operculum atau membran operculum (Jeffri, 2010).


III. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ikhtiologi mengenai “Linea Lateralis, Perhitungan Sisik dan

Morphometrik” dilaksanakan pada Kamis, 12 April 2013 pukul 10.00 WIB sampai

dengan pukul 11.45 WIB bertempat di Laboratorium Biologi Perairan Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, Kampus Bina Widya KM.12,5 Simpang Baru,

Panam, Pekanbaru.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ikan juaro (Pangasius

polyuranodon), ikan tenggiri (Cybium commersoni), ikan bawal hitam (Stromateus

niger), ikan kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus), ikan pantau (Rasbora

cephalotaenia), ikan tapah (Wallago leeri), ikan kapas-kapas (Geres puntactus), ikan

ingir-ingir (Mystus nigriceps).

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini seperti nampan, buku gambar

ikhtiologi, buku penuntun praktikum ikhtilogi, penggaris, serbet, tissue dan alat tulis

lainnya.
3.3 Metode Praktikum

Dalam melakukan praktikum, metode yang digunakan adalah menggunakan

metode pengamatan secara langsung terhadap objek yang dipraktikumkan, selain itu

praktikum ini berpedoman pada buku penuntun praktikum iktiologi dan buku-buku

literatur yang berhubungan dengan hasil

pengamatan selama praktikum berlangsung.


3.4 Prosedur Praktikum

Sebelum masuk ke laboratorium praktikan terlebih dahulu diperiksa oleh asisten

dari laporan, ikan-ikan yang akan dipraktikumkan dan semua praktikan diwajibkan

membawa ikan sampel yang telah ditentukan untuk masing-masing kelompok. Tak hanya

itu, praktikan juga diwajibkan untuk mengisi klasifikasi sesuai jenis ikan sampel yang

dibawanya pada buku praktikum ikhtiologi dan membawa serta alat tulis yang lengkap

serta tissue da serbet. Setelah semuanya lengkap praktikan diperbolehkan masuk ke

dalam laboratorium. Maka, asisten memberikan respon kepada praktikan tentang materi-

materi yang akan dipraktikumkan. Kemudian asisten menjelaskan langkah-langkah

mengamati sampel. Setelah itu masing-masing ikan sampel diletakkan diatas nampan

untuk diamati lalu praktikan menggambarkan ikan-ikan sampel secara utuh dengan posisi

kepala disebelah kiri lalu masing-masing ikan diberi keterangan seperti panjang baku

(SL), panjang total (TL), panjang kepala (HdL) dan tinggi badan (Bdh). Setelah

gambarnya selesai, buat deskripsi dari masing-masing jenis ikan dengan memperhatikan

penggolongan, bentuk tubuh dan bagian luar tubuh ikan serta mulut dan sungut ikan

yang dipraktikumkan.

Jika praktikum sudah selesai masing-masing kelompok praktikan diwajibkan

mencuci nampan yang mereka pakai dan membersihkan meja praktikum hingga bersih.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil

Dari hasil pengamatan kedelapan ikan di atas diperoleh hasil sebagaimana

dijelaskan pada uraian di bawah ini:

4.1.1. Ikan Juaro (Pangasius polyuranodon)

Ikan Juaro (Pangasius polyuranodon) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo : Ostariophysi

Famili : Pangasidae

Genus : Pangasius

Spesies : Pangasius polyuranodon

Habitat : Air tawar


MKK
Gambar 1. Ikan Juaro (Pangasius polyuranodon)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :

TL = 19cm, SL = 16 cm, BdH = 4 cm, HdL = 3,5 cm, FL= 2 cm


4.1.2. Ikan Tenggiri (Cybium commersoni)

Ikan tenggiri (Cybium commersoni) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo : Perciformes

Famili : Scrombidae

Genus : Cybium

Spesies : Cybium commersoni


Habitat : Air laut
Gambar 2. Ikan Tenggiri (Cybium commersoni)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :
TL = 19cm, SL = 16 cm, BdH = 4 cm, HdL = 4 cm, FL= 2,5 cm

4.1.3. Ikan Bawal Hitam (Stromateus niger)

Ikan bawal hitam (Stromateus niger) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo : Percimorphi

Famili : Carangidae

Genus : Stromateus

Spesies : Stromateus niger

Habitat : Air laut


Gambar 3. Ikan Bawal Hitam (Stromateus niger)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :
TL = 18 cm, SL = 13 cm, BdH =10 cm, HdL = 4 cm, FL= 2,5 cm

4.1.4. Ikan Kerapu Macan (Ephinephelus fuscoguttatus)

Ikan kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus) dapat diklasifikasikan sebagai

berikut :

Ordo : Percomorphi

Famili : Serradinae

Genus : Ephinephelus

Spesies : Ephinephelus fuscoguttatus

Habitat : Air laut


Gambar 4. Ikan Kerapu Macan (Ephinephelus fuscoguttatus)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :
TL = 24 cm, SL = 20 cm, BdH = 7 cm, HdL = 6 cm

Perhitungan sisik :

I. Jumah sisik didepan sirip punggung = 29

II. Jumlah sisik pipi = 64

III. Jumlah sisik disekeliling badan = 70

IV. Jumlah sisik batang ekor = 56

V. Jumlah sisik pada garis rusuk = 75

VI. Jumlah sisik diatas dan dibawah garis rusuk = 42

.1.5. Ikan Pantau (Rasbora cephalotaenia)

Ikan Pantau (Rasbora cephalotaenia) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo : Cyriniformes

Famili : Cyprinidae

Genus : Rasbora

Spesies : Rasbora cephalotaenia


Habitat : Air laut
Gambar 5. Ikan Pantau (Rasbora cephalotaenia)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :

TL = 11,5 cm, SL = 9 cm, BdH = 2,5 cm, HdL = 2 cm, FL= 1,5 cm

Perhitungan sisik :
I. Jumah sisik didepan sirip punggung = -

II. Jumlah sisik pipi = 6

III. Jumlah sisik disekeliling badan = 14

IV. Jumlah sisik batang ekor = 8

V. Jumlah sisik pada garis rusuk = 17

VI. Jumlah sisik diatas dan dibawah garis rusuk = 5

4.1.6. Ikan Tapah (Wallago leeri)

Ikan Tapah (Wallago leeri) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo : Siluriformes

Famili : Siluridae

Genus : Wallago

Spesies : Wallago leeri

Habitat : Air tawar


Gambar 6. Ikan Tapah (Wallago leeri)

Keterangan : 1. TL 5. PoL

2. SL 6. VL

3. HdL 7. SnL

4. BdH 8. IorL

9. NoL
Ukuran Morphometrik :

TL = 27 cm, SL =24 cm, BdH =9 cm, HdL = 5,5 cm

4.1.7. Ikan Kapas-Kapas (Geres puntactus)

Ikan Kapas-Kapas (Geres puntactus) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo : Percomorphi

Famili : Geridae

Genus : Geres

Spesies : Geres puntactus

Habitat : Air laut


Gambar 7. Ikan Kapas-Kapas (Geres puntactus)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :

TL = 21 cm, SL = 16,5 cm, BdH = 6,5 cm, HdL = 5,5 cm, FL= 3 cm
4.1.8. Ikan Ingir-Ingir (Mystus nigriceps)

Ikan tenggiri (Cybium commersoni) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo :

Famili :

Genus : Mystus

Spesies : Mystus nigriceps

Habitat : Air tawar


Gambar 8. Ikan Ingir-Ingir (Mystus nigriceps)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :

TL = 18 cm, SL = 15cm, BdH = 3,5 cm, HdL = 3 cm, FL= 3 cm


4.2 Pembahasan

Ikan juaro (Pangasius polyuranodon) termasuk ke dalam keluarga Pangasidae.

Memiliki ciri-ciri yaitu tidak memiliki sisik, sirip punggung berjari-jari keras dan tajam.

Daerah penyebaran ikan juaro di Indonesia yaitu Sumatera dam Kalimantan namun untuk

penyebaran genus Pangasius di mulai dari India, Birma, Thailand (Ramadhan, 2008).

Ikan tenggiri (Cybium commersoni) merupakan salah satu spesies dari family

scrombidae. Tubuh ikan ini memanjang, memipih lumayan kuat pada sisi-sisinya,

telanjang tidak bersisik kecuali pada gurat sisinya (bidang corselet tidak jelas). Moncong

meruncing, dengan mulut lebar dan gigi-gigi yang tajam dan kuat di rahang atas dan

bawah. Panjang moncong (snout length) lebih pendek daripada sisa kepala bagian

belakang. Sirip punggung dalam dua berkas, yang depan dengan XIII - XXII jari-jari

keras (duri). Sirip punggung dan sirip anal diikuti oleh banyak sirip kecil tambahan

(finlet) (Wikipedia, 2013).

Djuhanda (1991) dalam Murdani (2008) mengatakan bahwa ikan dari keluarga

Scombridae memiliki ciri-ciri seperti : Sirip ekor bercagak dua dan lekuk dari cagak

tersebut dimulai dekat pangkal ekor. Jari-jari lunak dari sirip ekor bercabang pada

pangkalnya dibelakang sirip ekor dan sirip dubur terdapat sirip tambahan yang kecil.

Ikan bawal hitam (Stromateus niger) ciri-ciri marfologinya adalah badan sangat

besar dan gepeng seperti belah ketupat. Sirip ekor bercagak kuat dengan lembaran lebuh

panjang D VII-VIII : 28-30, A III : 28-30. Termasuk pemakan plankton, hidupnya didasar
perairan yang berlumpur sampai kedalaman 100 meter, umumnya dimuara-muara sungai

besar. Warnanya abu-abu keunguan bagian atas, putih perak bagian bawah. Siripnya agak

gelap. Perbedaanya dengan bawal hitam selain sirip dubur yang lebih panjang. Ikan ini

termasuk ikan ekonomis yang banyak dijual dipasar-pasar (Saanin, 1984).

Ikan kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus) termasuk dalam kelas

osteichtyes, bentuk ujung sirip ekor, sirip dada, dan sirip dubur ikan berupa busur. Kepala

dan badannya berwarna abu-abu pucat kehijauan atau kecokelatan. Badan dipenuhi

dengan bintik-bintik gelap berwarna jingga kemerahan atau coklat gelap. Bintik-bintik

dibagian tengah lebih gelap dibanding yang di pinggir. Ukuran bintik semakin mengecil

ke arah mulut. Adapun punggung dan pangkal sirip punggung ikan terdapat bercak besar

kehitaman.

Bentuk badan kerapu macan memanjang dan cenderung gepeng (compressed)

atau agak membulat. Panjang total tubuh kerapu macan dapat mencapai 80 cm. Mulut

berukuran lebar dengan posisi serong keatas dan bibir bawah menonjol keatas. Rahang

atas dan bawah dilengkapi dengan gigi-gigi geretan berderet dua baris, lancip dan kuat.

Gigi-gigi terbesar terletak dibagian depan. Sirip ekor berbentuk membulat (rounded).

Lobang hidung besar berada diatas mulut berbentuk bulan sabit.

Kerapu macan termasuk kelompok ikan kerapu yang berharga tinggi. Jenis kerapu

ini merupakan ikan asli Indonesia yang hidup tersebar di berbagai perairan berkarang di

Nusantara. Selain di Indonesia, daerah penyebaran kerapu macan meliputi perairan di

wilayah Indo-Pasifik.
Ikan Pantau (Rasbora bornensis) adalah ikan pelagik yang terdapat di sungai-

sungai (air tawar). Mulutnya terminal, mempunyai tutup insang , berwarna kuning

keemasan,liniea literalis sempurna, mempunyai sirip punggung, sirip dada, sirip perut,

sirip anus, dan sirip ekor. Sirip ekor berbentuk cagak, sirip punggung dan sirip anus tidak

bersatu hubungan sirip dada dan sirip perut abdominal, sisik berbentuk cycloid, tidak

berbahaya (Saanin, 1968 dalam Kisaz, 2008).

Secara taksonomi ikan kapas-kapas merupakan kelompok ikan yang mempunyai

ukuran tubuh yang relatif kecil, bentuk bdan pipih tegak dengan kepala melengkung,

mulut terletak di ujung depan kepala dan dapat di sembulkan kedepan, tubuh di tutupi

oleh sisik berukuran besar, sirip dada panjang dan runcing serta warna tubuh keperakan

(Fishypedia, 2006).

Ikan tapah (Wallago leeri) memiliki badan yang panjang dan padat. Ikan ini bisa

tumbuh hingga 2,4 meter (8 kaki). Kepalanya lebar dengan mulut yang besar dan

melekuk. Sudut-sudut mulutnya menjangkau kebelakang matanya. Gigi ikan ini sangat

tajam dan bisa menggigit manusia. Matanya kecil dengan tepi disekelilingnya. Ikan ini
juga mempunyai dua pasang duri, dengan sirip dorsal yang kecil dan sirip sirip belakang

yang panjang (Fishypedia, 2006).

Ikan ingir-ingir (Mystus nigriceps) memiliki mulut berbentuk nonprotactile,

ukuran mulutnya sempit posisi sudut mulut tegak lurus atau sedikit dibelakang bola mata,

keuda rahang bibir tidak berlipatan, bibir atas bersambung dengan bibir bawah, bentuk

bibir tidak bergerigi, ukuran sungut mencapai batang ekor, rostrum ujungnya tumpul

jumlah sungut pada rahang atas dua pasang dan pada rahang bawah juga dua pasang

(Putra, 2008).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari praktikum Ikhtiologi mengenai Linea Lateralis,


Perhitungan sisik dan Morphometrik adalah bahwa ikan yang terdapat di alam
mempunyai persamaan dan perbedaan antara satu dengan yang lainnya, hal itu dapat
dilihat linea lateralis yang dimilikinya, perhitungan sisk, maupun ukuran
morphometriknya. Hal ini akan sangat mempengaruhi terhadap aktivitas atau kebiasaan
dari pergerakan ikan itu sendiri.

Disamping itu kita juga dapat mengetahui secara apakah ikan tersebut memiliki

sisk atau tidak serta dapat mengitung berapa jumlah sisik didepan sirip punggung,

jumlah sisik di pipi, jumlah sisik disekeliling badan, jumlah sisik batang ekor, jumlah

sisik pada garis rusuk dan jumlah sisik diatas dan dibwah garis rusuk.

5.2. Saran

Selaku manusia biasa tentu tidak luput dari kekurangan dan kelemahan. Sebagai

praktikan yang baru memulai bangku perkuliahan, saya menyadari masih memiliki

banyak kekurangan dan memiliki banyak kendala dalam mengerjakan laporan praktikum

ini, hal ini karena kurangnya buku-buku yang mendukung untuk kelancaran dan

kemudahan dalam pelaksanaan praktikum dan dalam penyelesaian laporan praktikum.

Jadi, semoga untuk selanjutnya hal tersebut dapat terpenuhi demi kesempurnaan
penulisan berikutnya. Tentunya arahan dan masukan dari para asissten juga sangat saya

butuhkan untuk mempermudah dan memperlancar jalannya pratikum selanjutnya

DAFTAR PUSTAKA

Fishypedia. 2006. Ikan Kapas-Kapas. http://www.iftfishing.com/fishypedia/ikan-kapas-


kapas/. Diakses 17 April 2013 pukul 20:44.

Fishypedia. 2006. Ikan Kapas Tapah. http://www.iftfishing.com/fishypedia/ikan-tapah /.


Diakses 17 April 2013 pukul 21:12.

Putra. 2008. Literatur Perikana n(Ikhtiologi).


http://ebrieunri.blogspot.com/2008/10/literatur-perikanan-ikhtiologi.html. Diakses 17
April 2013 pukul 23:15.

Jeffri. 2010. Morfologi Ikan, Universitas Sriwijaya, Palembang.


Kisaz. 2008. Morfometrik dan Pola Pertumbuhan Ikan Pantau (Rasbora sp) di Oxbow
Belanti Desa Mentulik Kecamatan Kampar Kiri Hilir Kabupaten Kampar Provinsi
Riau. Skripsi. Faperika. Universitas Riau. Pekanbaru.

Murdani. 2008. “Karakteristik Sensoris Dan Kimia Pada Ikan Kebung (Restrelliger sp)
Yang Difermentasi Pada Suhu Berbeda”. Skripsi. Pekanbaru: FAPERIKA, Universitas
Riau.

Manda, et al. 2013. Penuntun Praktikum Ichthyology. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru

Poernomo. 2007. Urgensi Sektor Perikanan dalam Majalah Perikanan Tahun 2007.
Jakarta.

Ramadhan, P.P. 2008. “Studi Kebiasaan Makanan Ikan Juaro (Pangasius polyuranodon)
di Daerah Aliran Sungai Musi, Sumatera Selatan”. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Ridwan, dkk. 2009. Penuntun Praktikum Ichthyology. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.

Ridwan, dkk. 2010. Penuntun Praktikum Ichthyology. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru

Ridwan, dkk. 2011. Penuntun Praktikum Ichthyology. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru

Wahyuningsih.H dan Barus. 2006. Ikhtiologi. Departemen Biologi FMIPA USU,

Medan.

Wikipedia. 2013. Tenggiri. http://id.wikipedia.org/wiki/Tenggiri. Diakses 16 April, 2013


pukul 17:26.

Diposkan 30th May 2013 oleh Emelia Nasution


0

Tambahkan komentar

8.

May

30

Linnea Lateralis, Perhitungan Sisik dan


Morphometrik

LAPORAN PRAKTIKUM IKHTIOLOGI

LINEA LATERALIS, PERHITUNGAN SISIK,

DAN MORPHOMETRIK

OLEH :

EMELIA NASUTION

1204113838
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

LABORATORIUM BIOLOGI PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS RIAU

2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat

dan karunia-Nya sehingga laporan ikhtiologi yang berjudul “Linea Lateralis, Perhitungn

Sisik dan Morphometrik ” dapat terselesaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Dalam kesempatan ini, saya mengucapkan terimakasih kepada asisten

pembimbing yaitu kak Nurbety Tarigan yang telah banyak membantu saya dalam

memberikan arahan, saran, bimbingan serta petunjuk selama praktikum dilaksanakan.

Saya telah berupaya memaksimalkan tenaga, waktu dan pikiran saya untuk

kesempurnaan laporan ini. Namun tidak tertutup kemungkinan banyak kesalahan yang

tidak sengaja dalam penulisan laporan ini. Kritik dan saran dari para pembaca sangat

diharapkan demi kesempurnaan pada masa yang akan datang.

Sebagai penutup, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu saya dalam penulisan laporan ini.


Pekanbaru, April 2013

Emelia Nasution

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sektor perikanan merupakan salah satu sektor strategi di Indonesia. Lebih dari

60% penduduk Indonesia menggunakan ikan sebagai protein hewani, sementara lebih dari

14.000.000 penduduk menggantungkan kehidupannya sebagai nelayan dan petani ikan

(Poernomo, 2007).
Ikan adalah hewan berdarah dingin, ciri khasnya mempunyai tulang belakang,

insang dan sirip, dan terutama ikan bergantung atas air dimana sebagai tempat tinggal

mereka. Ikan memilki kemampuan di dalam air untuk bergerak menggunakan siripnya

untuk menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga tidak tergantung dengan arus yang

disebabkan oleh arah angin (Burhanuddin, 2008).

Linea lateralis merupakan salah satu bagian tubuh ikan yang dapat dilihat secara

langsung sebagai garis yang gelap di sepanjang kedua sisi tubuh ikan mulai dari

posterior operculum sampai pangkal ekor (peduncle). Pada linea lateralis terdapat lubang-

lubang yang berfungsi untuk menghubungkan kondisi luar tubuh dengan sistem canal

yang menampung sel-sel sensori dan pembuluh syaraf.

Linea lateralis sangat penting keberadaannya sebagai organ sensori ikan yang

dapat mendeteksi perubahan gelombang air dan listrik. Selain itu, linea lateralis juga

berfungsi sebagai echo-location yang membantu ikan untuk mengidentifikasi lingkungan

sekitamya.

1.2 Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan dari praktikum ini ialah agar mahasiswa dapat mengenal lebih jauh

tentang linea lateralis yang merupakan alat sensori atau alat perangsang dari ikan untuk

dapat mengetahui lingkungan di kawasan perairannya, dan juga mampu menghitung

jumlah sisik ikan yang merupakan salah satu indicator dalam penentuan klasifikasinya

serta morfometrik yang pada setiap ikan berbeda-beda berdasarkan umur, jenis kelamin,

maupun keadaan lingkungannya.


Manfaat praktikum Iktiologi mengenai linea lateralis, perhitungan sisik dan

morphometrik yaitu agar praktikan mengetahui, mengerti dan memahami mengenai

perbedaan bentuk sirip pada jenis-jenis ikan tertentu. Selain itu, praktikum ini juga untuk

mengenal bentuk morfologi ikan itu sendiri khususnya pada bagian linnea lateralis,

keadaan sisik dan morphometrik serta sebagai informasi tentang habitat ikan tersebut.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Linea lateralis pada ikan adalah suatu garis yang dibentuk oleh pori,dapat

ditemukan pada ikan bersisik dan tidak bersisik.Bentuk Linea lateralis pada umumnya
bervariasi demikian juga dengan jumlah sisik yang membentuk Linea Lateralis.(Penuntun

Praktikum Ikhtiologi,2011)

Susunan linea latealis terbagi atas tiga, yakni

1. Lengkap dan sempurna (merupakan garis lurus atau melengkung yang

memanjang dari sudut atas operculum sampai kebatas pangkal sirip ekor).

2. Lengkap tetapi tidak sempurna (linea lateralis yang terbentuk dari beberapa

garis yang tidak saling berhubungan).

3. Tidak lengkap (hanya pada bagian tertentu dari badan yang dilalui oleh linea

lateralis) (Manda et al, 2009).

Ridwan et al (2013) menyatakan bahwa cara perhitungan sisik ikan terbagi atas :

1. Jumlah sisik didepan sisik didepan sirip punggung

Jumlah semua sisik yang dilalui oleh garis yang ditarik dari permulaan sirip

punggung sampai kebelakang kepala.

2. Jumlah sisik pipi

Jumlah baris sisik yang dilalui oleh garis yang ditarik dari mata sampai ke

sudut pre operculum.

3. Jumlah sisik di sekeliling badan

Jumlah sisik yang dilalui oleh garis lurus keliling badan yang terletak tepat di

depan sirip punggung. Jumlah ini sangat berarti dalam penentuan ikan yang

tergolongdalam family Cyprinidae.

4. Jumlah sisik batang ekor


Jumlah sisik yang dilalui oleh garis yang mengelilingi batang ekor yang

tersempit.

5. Jumlah sisik pada garis rusuk

Perhitungan dimulai dari sisik yang terletak dibelakang lengkung bahu dan

berakhir pada sisik yang terdapat pada permulaan pangkal ekor.

6. Jumlah sisik di atas dan di bawah garis rusuk

a. Perhitungan dihitung dari permulaan sirip punggung miring kebelakang

kebagian bawah sampai ke garis rusuk (atas garis rusuk).

b. Perhitungan dihitung dari awal sirip anus miring ke depan sampai ke garis

rusuk (bawah ke garis rusuk). Sisik pada bagian gurat sisi tidak perlu

dihitung.

Data pengukuran bagian-bagian tertentu dari tubuh suatu spesies ikan penting,

artinya untuk keperluan determinasi hubungan morphometrik dan analisa pertumbuhan.

Ukuran-ukuran yang diperlukan untuk indentifikasi bukanlah ukuran mutlak, tetapi

ukuran perbandingan yang penting untuk membedakan antara spesies yang berbeda tetapi

masih satu genus (Penuntun praktikum ikhtiologi,2010).

Pengenalan struktur ikan tidak terlepas dari morfologi ikan yaitu bentuk luar ikan

yang merupakan ciri-ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari jenis-jenis

ikan. Morfologi ikan sangat berhubungan dengan habitat ikan tersebut di perairan

(Wahyuningsih dan Barus, 2006).

Semua ukuran yang digunakan merupakan pengukuran yang diambil dari satu

titik ke titik lain tanpa melalui lengkungan badan.


1. Panjang total (TL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxillae)

hingga ujung ekor.

2. Panjang standar (SL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxillae)

hingga pertengan pangkal sirip ekor (pangkal sirip ekor bukan berarti sisik terakhir

karena sisik-sisik tersebut biasanya memanjang sampai ke sirip ekor.

3. Panjang kepala (HL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxilla)

hingga bagian terbelakang operculum atau membran operculum (Jeffri, 2010).


III. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ikhtiologi mengenai “Linea Lateralis, Perhitungan Sisik dan

Morphometrik” dilaksanakan pada Kamis, 12 April 2013 pukul 10.00 WIB sampai

dengan pukul 11.45 WIB bertempat di Laboratorium Biologi Perairan Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, Kampus Bina Widya KM.12,5 Simpang Baru,

Panam, Pekanbaru.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ikan juaro (Pangasius

polyuranodon), ikan tenggiri (Cybium commersoni), ikan bawal hitam (Stromateus

niger), ikan kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus), ikan pantau (Rasbora

cephalotaenia), ikan tapah (Wallago leeri), ikan kapas-kapas (Geres puntactus), ikan

ingir-ingir (Mystus nigriceps).

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini seperti nampan, buku gambar

ikhtiologi, buku penuntun praktikum ikhtilogi, penggaris, serbet, tissue dan alat tulis

lainnya.
3.3 Metode Praktikum

Dalam melakukan praktikum, metode yang digunakan adalah menggunakan

metode pengamatan secara langsung terhadap objek yang dipraktikumkan, selain itu

praktikum ini berpedoman pada buku penuntun praktikum iktiologi dan buku-buku

literatur yang berhubungan dengan hasil

pengamatan selama praktikum berlangsung.


3.4 Prosedur Praktikum

Sebelum masuk ke laboratorium praktikan terlebih dahulu diperiksa oleh asisten

dari laporan, ikan-ikan yang akan dipraktikumkan dan semua praktikan diwajibkan

membawa ikan sampel yang telah ditentukan untuk masing-masing kelompok. Tak hanya

itu, praktikan juga diwajibkan untuk mengisi klasifikasi sesuai jenis ikan sampel yang

dibawanya pada buku praktikum ikhtiologi dan membawa serta alat tulis yang lengkap

serta tissue da serbet. Setelah semuanya lengkap praktikan diperbolehkan masuk ke

dalam laboratorium. Maka, asisten memberikan respon kepada praktikan tentang materi-

materi yang akan dipraktikumkan. Kemudian asisten menjelaskan langkah-langkah

mengamati sampel. Setelah itu masing-masing ikan sampel diletakkan diatas nampan

untuk diamati lalu praktikan menggambarkan ikan-ikan sampel secara utuh dengan posisi

kepala disebelah kiri lalu masing-masing ikan diberi keterangan seperti panjang baku

(SL), panjang total (TL), panjang kepala (HdL) dan tinggi badan (Bdh). Setelah

gambarnya selesai, buat deskripsi dari masing-masing jenis ikan dengan memperhatikan

penggolongan, bentuk tubuh dan bagian luar tubuh ikan serta mulut dan sungut ikan

yang dipraktikumkan.

Jika praktikum sudah selesai masing-masing kelompok praktikan diwajibkan

mencuci nampan yang mereka pakai dan membersihkan meja praktikum hingga bersih.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil

Dari hasil pengamatan kedelapan ikan di atas diperoleh hasil sebagaimana

dijelaskan pada uraian di bawah ini:

4.1.1. Ikan Juaro (Pangasius polyuranodon)

Ikan Juaro (Pangasius polyuranodon) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo : Ostariophysi

Famili : Pangasidae

Genus : Pangasius

Spesies : Pangasius polyuranodon

Habitat : Air tawar


MKK
Gambar 1. Ikan Juaro (Pangasius polyuranodon)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :

TL = 19cm, SL = 16 cm, BdH = 4 cm, HdL = 3,5 cm, FL= 2 cm


4.1.2. Ikan Tenggiri (Cybium commersoni)

Ikan tenggiri (Cybium commersoni) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo : Perciformes

Famili : Scrombidae

Genus : Cybium

Spesies : Cybium commersoni


Habitat : Air laut
Gambar 2. Ikan Tenggiri (Cybium commersoni)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :
TL = 19cm, SL = 16 cm, BdH = 4 cm, HdL = 4 cm, FL= 2,5 cm

4.1.3. Ikan Bawal Hitam (Stromateus niger)

Ikan bawal hitam (Stromateus niger) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo : Percimorphi

Famili : Carangidae

Genus : Stromateus

Spesies : Stromateus niger

Habitat : Air laut


Gambar 3. Ikan Bawal Hitam (Stromateus niger)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :
TL = 18 cm, SL = 13 cm, BdH =10 cm, HdL = 4 cm, FL= 2,5 cm

4.1.4. Ikan Kerapu Macan (Ephinephelus fuscoguttatus)

Ikan kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus) dapat diklasifikasikan sebagai

berikut :

Ordo : Percomorphi

Famili : Serradinae

Genus : Ephinephelus

Spesies : Ephinephelus fuscoguttatus

Habitat : Air laut


Gambar 4. Ikan Kerapu Macan (Ephinephelus fuscoguttatus)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :
TL = 24 cm, SL = 20 cm, BdH = 7 cm, HdL = 6 cm

Perhitungan sisik :

I. Jumah sisik didepan sirip punggung = 29

II. Jumlah sisik pipi = 64

III. Jumlah sisik disekeliling badan = 70

IV. Jumlah sisik batang ekor = 56

V. Jumlah sisik pada garis rusuk = 75

VI. Jumlah sisik diatas dan dibawah garis rusuk = 42

.1.5. Ikan Pantau (Rasbora cephalotaenia)

Ikan Pantau (Rasbora cephalotaenia) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo : Cyriniformes

Famili : Cyprinidae

Genus : Rasbora

Spesies : Rasbora cephalotaenia


Habitat : Air laut
Gambar 5. Ikan Pantau (Rasbora cephalotaenia)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :

TL = 11,5 cm, SL = 9 cm, BdH = 2,5 cm, HdL = 2 cm, FL= 1,5 cm

Perhitungan sisik :
I. Jumah sisik didepan sirip punggung = -

II. Jumlah sisik pipi = 6

III. Jumlah sisik disekeliling badan = 14

IV. Jumlah sisik batang ekor = 8

V. Jumlah sisik pada garis rusuk = 17

VI. Jumlah sisik diatas dan dibawah garis rusuk = 5

4.1.6. Ikan Tapah (Wallago leeri)

Ikan Tapah (Wallago leeri) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo : Siluriformes

Famili : Siluridae

Genus : Wallago

Spesies : Wallago leeri

Habitat : Air tawar


Gambar 6. Ikan Tapah (Wallago leeri)

Keterangan : 1. TL 5. PoL

2. SL 6. VL

3. HdL 7. SnL

4. BdH 8. IorL

9. NoL
Ukuran Morphometrik :

TL = 27 cm, SL =24 cm, BdH =9 cm, HdL = 5,5 cm

4.1.7. Ikan Kapas-Kapas (Geres puntactus)

Ikan Kapas-Kapas (Geres puntactus) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo : Percomorphi

Famili : Geridae

Genus : Geres

Spesies : Geres puntactus

Habitat : Air laut


Gambar 7. Ikan Kapas-Kapas (Geres puntactus)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :

TL = 21 cm, SL = 16,5 cm, BdH = 6,5 cm, HdL = 5,5 cm, FL= 3 cm
4.1.8. Ikan Ingir-Ingir (Mystus nigriceps)

Ikan tenggiri (Cybium commersoni) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo :

Famili :

Genus : Mystus

Spesies : Mystus nigriceps

Habitat : Air tawar


Gambar 8. Ikan Ingir-Ingir (Mystus nigriceps)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :

TL = 18 cm, SL = 15cm, BdH = 3,5 cm, HdL = 3 cm, FL= 3 cm


4.2 Pembahasan

Ikan juaro (Pangasius polyuranodon) termasuk ke dalam keluarga Pangasidae.

Memiliki ciri-ciri yaitu tidak memiliki sisik, sirip punggung berjari-jari keras dan tajam.

Daerah penyebaran ikan juaro di Indonesia yaitu Sumatera dam Kalimantan namun untuk

penyebaran genus Pangasius di mulai dari India, Birma, Thailand (Ramadhan, 2008).

Ikan tenggiri (Cybium commersoni) merupakan salah satu spesies dari family

scrombidae. Tubuh ikan ini memanjang, memipih lumayan kuat pada sisi-sisinya,

telanjang tidak bersisik kecuali pada gurat sisinya (bidang corselet tidak jelas). Moncong

meruncing, dengan mulut lebar dan gigi-gigi yang tajam dan kuat di rahang atas dan

bawah. Panjang moncong (snout length) lebih pendek daripada sisa kepala bagian

belakang. Sirip punggung dalam dua berkas, yang depan dengan XIII - XXII jari-jari

keras (duri). Sirip punggung dan sirip anal diikuti oleh banyak sirip kecil tambahan

(finlet) (Wikipedia, 2013).

Djuhanda (1991) dalam Murdani (2008) mengatakan bahwa ikan dari keluarga

Scombridae memiliki ciri-ciri seperti : Sirip ekor bercagak dua dan lekuk dari cagak

tersebut dimulai dekat pangkal ekor. Jari-jari lunak dari sirip ekor bercabang pada

pangkalnya dibelakang sirip ekor dan sirip dubur terdapat sirip tambahan yang kecil.

Ikan bawal hitam (Stromateus niger) ciri-ciri marfologinya adalah badan sangat

besar dan gepeng seperti belah ketupat. Sirip ekor bercagak kuat dengan lembaran lebuh

panjang D VII-VIII : 28-30, A III : 28-30. Termasuk pemakan plankton, hidupnya didasar
perairan yang berlumpur sampai kedalaman 100 meter, umumnya dimuara-muara sungai

besar. Warnanya abu-abu keunguan bagian atas, putih perak bagian bawah. Siripnya agak

gelap. Perbedaanya dengan bawal hitam selain sirip dubur yang lebih panjang. Ikan ini

termasuk ikan ekonomis yang banyak dijual dipasar-pasar (Saanin, 1984).

Ikan kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus) termasuk dalam kelas

osteichtyes, bentuk ujung sirip ekor, sirip dada, dan sirip dubur ikan berupa busur. Kepala

dan badannya berwarna abu-abu pucat kehijauan atau kecokelatan. Badan dipenuhi

dengan bintik-bintik gelap berwarna jingga kemerahan atau coklat gelap. Bintik-bintik

dibagian tengah lebih gelap dibanding yang di pinggir. Ukuran bintik semakin mengecil

ke arah mulut. Adapun punggung dan pangkal sirip punggung ikan terdapat bercak besar

kehitaman.

Bentuk badan kerapu macan memanjang dan cenderung gepeng (compressed)

atau agak membulat. Panjang total tubuh kerapu macan dapat mencapai 80 cm. Mulut

berukuran lebar dengan posisi serong keatas dan bibir bawah menonjol keatas. Rahang

atas dan bawah dilengkapi dengan gigi-gigi geretan berderet dua baris, lancip dan kuat.

Gigi-gigi terbesar terletak dibagian depan. Sirip ekor berbentuk membulat (rounded).

Lobang hidung besar berada diatas mulut berbentuk bulan sabit.

Kerapu macan termasuk kelompok ikan kerapu yang berharga tinggi. Jenis kerapu

ini merupakan ikan asli Indonesia yang hidup tersebar di berbagai perairan berkarang di

Nusantara. Selain di Indonesia, daerah penyebaran kerapu macan meliputi perairan di

wilayah Indo-Pasifik.
Ikan Pantau (Rasbora bornensis) adalah ikan pelagik yang terdapat di sungai-

sungai (air tawar). Mulutnya terminal, mempunyai tutup insang , berwarna kuning

keemasan,liniea literalis sempurna, mempunyai sirip punggung, sirip dada, sirip perut,

sirip anus, dan sirip ekor. Sirip ekor berbentuk cagak, sirip punggung dan sirip anus tidak

bersatu hubungan sirip dada dan sirip perut abdominal, sisik berbentuk cycloid, tidak

berbahaya (Saanin, 1968 dalam Kisaz, 2008).

Secara taksonomi ikan kapas-kapas merupakan kelompok ikan yang mempunyai

ukuran tubuh yang relatif kecil, bentuk bdan pipih tegak dengan kepala melengkung,

mulut terletak di ujung depan kepala dan dapat di sembulkan kedepan, tubuh di tutupi

oleh sisik berukuran besar, sirip dada panjang dan runcing serta warna tubuh keperakan

(Fishypedia, 2006).

Ikan tapah (Wallago leeri) memiliki badan yang panjang dan padat. Ikan ini bisa

tumbuh hingga 2,4 meter (8 kaki). Kepalanya lebar dengan mulut yang besar dan

melekuk. Sudut-sudut mulutnya menjangkau kebelakang matanya. Gigi ikan ini sangat

tajam dan bisa menggigit manusia. Matanya kecil dengan tepi disekelilingnya. Ikan ini
juga mempunyai dua pasang duri, dengan sirip dorsal yang kecil dan sirip sirip belakang

yang panjang (Fishypedia, 2006).

Ikan ingir-ingir (Mystus nigriceps) memiliki mulut berbentuk nonprotactile,

ukuran mulutnya sempit posisi sudut mulut tegak lurus atau sedikit dibelakang bola mata,

keuda rahang bibir tidak berlipatan, bibir atas bersambung dengan bibir bawah, bentuk

bibir tidak bergerigi, ukuran sungut mencapai batang ekor, rostrum ujungnya tumpul

jumlah sungut pada rahang atas dua pasang dan pada rahang bawah juga dua pasang

(Putra, 2008).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari praktikum Ikhtiologi mengenai Linea Lateralis,


Perhitungan sisik dan Morphometrik adalah bahwa ikan yang terdapat di alam
mempunyai persamaan dan perbedaan antara satu dengan yang lainnya, hal itu dapat
dilihat linea lateralis yang dimilikinya, perhitungan sisk, maupun ukuran
morphometriknya. Hal ini akan sangat mempengaruhi terhadap aktivitas atau kebiasaan
dari pergerakan ikan itu sendiri.

Disamping itu kita juga dapat mengetahui secara apakah ikan tersebut memiliki

sisk atau tidak serta dapat mengitung berapa jumlah sisik didepan sirip punggung,

jumlah sisik di pipi, jumlah sisik disekeliling badan, jumlah sisik batang ekor, jumlah

sisik pada garis rusuk dan jumlah sisik diatas dan dibwah garis rusuk.

5.2. Saran

Selaku manusia biasa tentu tidak luput dari kekurangan dan kelemahan. Sebagai

praktikan yang baru memulai bangku perkuliahan, saya menyadari masih memiliki

banyak kekurangan dan memiliki banyak kendala dalam mengerjakan laporan praktikum

ini, hal ini karena kurangnya buku-buku yang mendukung untuk kelancaran dan

kemudahan dalam pelaksanaan praktikum dan dalam penyelesaian laporan praktikum.

Jadi, semoga untuk selanjutnya hal tersebut dapat terpenuhi demi kesempurnaan
penulisan berikutnya. Tentunya arahan dan masukan dari para asissten juga sangat saya

butuhkan untuk mempermudah dan memperlancar jalannya pratikum selanjutnya

DAFTAR PUSTAKA

Fishypedia. 2006. Ikan Kapas-Kapas. http://www.iftfishing.com/fishypedia/ikan-kapas-


kapas/. Diakses 17 April 2013 pukul 20:44.

Fishypedia. 2006. Ikan Kapas Tapah. http://www.iftfishing.com/fishypedia/ikan-tapah /.


Diakses 17 April 2013 pukul 21:12.

Putra. 2008. Literatur Perikana n(Ikhtiologi).


http://ebrieunri.blogspot.com/2008/10/literatur-perikanan-ikhtiologi.html. Diakses 17
April 2013 pukul 23:15.

Jeffri. 2010. Morfologi Ikan, Universitas Sriwijaya, Palembang.


Kisaz. 2008. Morfometrik dan Pola Pertumbuhan Ikan Pantau (Rasbora sp) di Oxbow
Belanti Desa Mentulik Kecamatan Kampar Kiri Hilir Kabupaten Kampar Provinsi
Riau. Skripsi. Faperika. Universitas Riau. Pekanbaru.

Murdani. 2008. “Karakteristik Sensoris Dan Kimia Pada Ikan Kebung (Restrelliger sp)
Yang Difermentasi Pada Suhu Berbeda”. Skripsi. Pekanbaru: FAPERIKA, Universitas
Riau.

Manda, et al. 2013. Penuntun Praktikum Ichthyology. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru

Poernomo. 2007. Urgensi Sektor Perikanan dalam Majalah Perikanan Tahun 2007.
Jakarta.

Ramadhan, P.P. 2008. “Studi Kebiasaan Makanan Ikan Juaro (Pangasius polyuranodon)
di Daerah Aliran Sungai Musi, Sumatera Selatan”. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Ridwan, dkk. 2009. Penuntun Praktikum Ichthyology. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.

Ridwan, dkk. 2010. Penuntun Praktikum Ichthyology. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru

Ridwan, dkk. 2011. Penuntun Praktikum Ichthyology. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru

Wahyuningsih.H dan Barus. 2006. Ikhtiologi. Departemen Biologi FMIPA USU,

Medan.

Wikipedia. 2013. Tenggiri. http://id.wikipedia.org/wiki/Tenggiri. Diakses 16 April, 2013


pukul 17:26.

Diposkan 30th May 2013 oleh Emelia Nasution


0

Tambahkan komentar

9.

May

30

Linnea Lateralis, Perhitungan Sisik dan


Morphometrik

LAPORAN PRAKTIKUM IKHTIOLOGI

LINEA LATERALIS, PERHITUNGAN SISIK,

DAN MORPHOMETRIK

OLEH :

EMELIA NASUTION

1204113838
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

LABORATORIUM BIOLOGI PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS RIAU

2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat

dan karunia-Nya sehingga laporan ikhtiologi yang berjudul “Linea Lateralis, Perhitungn

Sisik dan Morphometrik ” dapat terselesaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Dalam kesempatan ini, saya mengucapkan terimakasih kepada asisten

pembimbing yaitu kak Nurbety Tarigan yang telah banyak membantu saya dalam

memberikan arahan, saran, bimbingan serta petunjuk selama praktikum dilaksanakan.

Saya telah berupaya memaksimalkan tenaga, waktu dan pikiran saya untuk

kesempurnaan laporan ini. Namun tidak tertutup kemungkinan banyak kesalahan yang

tidak sengaja dalam penulisan laporan ini. Kritik dan saran dari para pembaca sangat

diharapkan demi kesempurnaan pada masa yang akan datang.

Sebagai penutup, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu saya dalam penulisan laporan ini.


Pekanbaru, April 2013

Emelia Nasution

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sektor perikanan merupakan salah satu sektor strategi di Indonesia. Lebih dari

60% penduduk Indonesia menggunakan ikan sebagai protein hewani, sementara lebih dari

14.000.000 penduduk menggantungkan kehidupannya sebagai nelayan dan petani ikan

(Poernomo, 2007).
Ikan adalah hewan berdarah dingin, ciri khasnya mempunyai tulang belakang,

insang dan sirip, dan terutama ikan bergantung atas air dimana sebagai tempat tinggal

mereka. Ikan memilki kemampuan di dalam air untuk bergerak menggunakan siripnya

untuk menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga tidak tergantung dengan arus yang

disebabkan oleh arah angin (Burhanuddin, 2008).

Linea lateralis merupakan salah satu bagian tubuh ikan yang dapat dilihat secara

langsung sebagai garis yang gelap di sepanjang kedua sisi tubuh ikan mulai dari

posterior operculum sampai pangkal ekor (peduncle). Pada linea lateralis terdapat lubang-

lubang yang berfungsi untuk menghubungkan kondisi luar tubuh dengan sistem canal

yang menampung sel-sel sensori dan pembuluh syaraf.

Linea lateralis sangat penting keberadaannya sebagai organ sensori ikan yang

dapat mendeteksi perubahan gelombang air dan listrik. Selain itu, linea lateralis juga

berfungsi sebagai echo-location yang membantu ikan untuk mengidentifikasi lingkungan

sekitamya.

1.2 Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan dari praktikum ini ialah agar mahasiswa dapat mengenal lebih jauh

tentang linea lateralis yang merupakan alat sensori atau alat perangsang dari ikan untuk

dapat mengetahui lingkungan di kawasan perairannya, dan juga mampu menghitung

jumlah sisik ikan yang merupakan salah satu indicator dalam penentuan klasifikasinya

serta morfometrik yang pada setiap ikan berbeda-beda berdasarkan umur, jenis kelamin,

maupun keadaan lingkungannya.


Manfaat praktikum Iktiologi mengenai linea lateralis, perhitungan sisik dan

morphometrik yaitu agar praktikan mengetahui, mengerti dan memahami mengenai

perbedaan bentuk sirip pada jenis-jenis ikan tertentu. Selain itu, praktikum ini juga untuk

mengenal bentuk morfologi ikan itu sendiri khususnya pada bagian linnea lateralis,

keadaan sisik dan morphometrik serta sebagai informasi tentang habitat ikan tersebut.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Linea lateralis pada ikan adalah suatu garis yang dibentuk oleh pori,dapat

ditemukan pada ikan bersisik dan tidak bersisik.Bentuk Linea lateralis pada umumnya
bervariasi demikian juga dengan jumlah sisik yang membentuk Linea Lateralis.(Penuntun

Praktikum Ikhtiologi,2011)

Susunan linea latealis terbagi atas tiga, yakni

1. Lengkap dan sempurna (merupakan garis lurus atau melengkung yang

memanjang dari sudut atas operculum sampai kebatas pangkal sirip ekor).

2. Lengkap tetapi tidak sempurna (linea lateralis yang terbentuk dari beberapa

garis yang tidak saling berhubungan).

3. Tidak lengkap (hanya pada bagian tertentu dari badan yang dilalui oleh linea

lateralis) (Manda et al, 2009).

Ridwan et al (2013) menyatakan bahwa cara perhitungan sisik ikan terbagi atas :

1. Jumlah sisik didepan sisik didepan sirip punggung

Jumlah semua sisik yang dilalui oleh garis yang ditarik dari permulaan sirip

punggung sampai kebelakang kepala.

2. Jumlah sisik pipi

Jumlah baris sisik yang dilalui oleh garis yang ditarik dari mata sampai ke

sudut pre operculum.

3. Jumlah sisik di sekeliling badan

Jumlah sisik yang dilalui oleh garis lurus keliling badan yang terletak tepat di

depan sirip punggung. Jumlah ini sangat berarti dalam penentuan ikan yang

tergolongdalam family Cyprinidae.

4. Jumlah sisik batang ekor


Jumlah sisik yang dilalui oleh garis yang mengelilingi batang ekor yang

tersempit.

5. Jumlah sisik pada garis rusuk

Perhitungan dimulai dari sisik yang terletak dibelakang lengkung bahu dan

berakhir pada sisik yang terdapat pada permulaan pangkal ekor.

6. Jumlah sisik di atas dan di bawah garis rusuk

a. Perhitungan dihitung dari permulaan sirip punggung miring kebelakang

kebagian bawah sampai ke garis rusuk (atas garis rusuk).

b. Perhitungan dihitung dari awal sirip anus miring ke depan sampai ke garis

rusuk (bawah ke garis rusuk). Sisik pada bagian gurat sisi tidak perlu

dihitung.

Data pengukuran bagian-bagian tertentu dari tubuh suatu spesies ikan penting,

artinya untuk keperluan determinasi hubungan morphometrik dan analisa pertumbuhan.

Ukuran-ukuran yang diperlukan untuk indentifikasi bukanlah ukuran mutlak, tetapi

ukuran perbandingan yang penting untuk membedakan antara spesies yang berbeda tetapi

masih satu genus (Penuntun praktikum ikhtiologi,2010).

Pengenalan struktur ikan tidak terlepas dari morfologi ikan yaitu bentuk luar ikan

yang merupakan ciri-ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari jenis-jenis

ikan. Morfologi ikan sangat berhubungan dengan habitat ikan tersebut di perairan

(Wahyuningsih dan Barus, 2006).

Semua ukuran yang digunakan merupakan pengukuran yang diambil dari satu

titik ke titik lain tanpa melalui lengkungan badan.


1. Panjang total (TL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxillae)

hingga ujung ekor.

2. Panjang standar (SL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxillae)

hingga pertengan pangkal sirip ekor (pangkal sirip ekor bukan berarti sisik terakhir

karena sisik-sisik tersebut biasanya memanjang sampai ke sirip ekor.

3. Panjang kepala (HL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxilla)

hingga bagian terbelakang operculum atau membran operculum (Jeffri, 2010).


III. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ikhtiologi mengenai “Linea Lateralis, Perhitungan Sisik dan

Morphometrik” dilaksanakan pada Kamis, 12 April 2013 pukul 10.00 WIB sampai

dengan pukul 11.45 WIB bertempat di Laboratorium Biologi Perairan Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, Kampus Bina Widya KM.12,5 Simpang Baru,

Panam, Pekanbaru.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ikan juaro (Pangasius

polyuranodon), ikan tenggiri (Cybium commersoni), ikan bawal hitam (Stromateus

niger), ikan kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus), ikan pantau (Rasbora

cephalotaenia), ikan tapah (Wallago leeri), ikan kapas-kapas (Geres puntactus), ikan

ingir-ingir (Mystus nigriceps).

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini seperti nampan, buku gambar

ikhtiologi, buku penuntun praktikum ikhtilogi, penggaris, serbet, tissue dan alat tulis

lainnya.
3.3 Metode Praktikum

Dalam melakukan praktikum, metode yang digunakan adalah menggunakan

metode pengamatan secara langsung terhadap objek yang dipraktikumkan, selain itu

praktikum ini berpedoman pada buku penuntun praktikum iktiologi dan buku-buku

literatur yang berhubungan dengan hasil

pengamatan selama praktikum berlangsung.


3.4 Prosedur Praktikum

Sebelum masuk ke laboratorium praktikan terlebih dahulu diperiksa oleh asisten

dari laporan, ikan-ikan yang akan dipraktikumkan dan semua praktikan diwajibkan

membawa ikan sampel yang telah ditentukan untuk masing-masing kelompok. Tak hanya

itu, praktikan juga diwajibkan untuk mengisi klasifikasi sesuai jenis ikan sampel yang

dibawanya pada buku praktikum ikhtiologi dan membawa serta alat tulis yang lengkap

serta tissue da serbet. Setelah semuanya lengkap praktikan diperbolehkan masuk ke

dalam laboratorium. Maka, asisten memberikan respon kepada praktikan tentang materi-

materi yang akan dipraktikumkan. Kemudian asisten menjelaskan langkah-langkah

mengamati sampel. Setelah itu masing-masing ikan sampel diletakkan diatas nampan

untuk diamati lalu praktikan menggambarkan ikan-ikan sampel secara utuh dengan posisi

kepala disebelah kiri lalu masing-masing ikan diberi keterangan seperti panjang baku

(SL), panjang total (TL), panjang kepala (HdL) dan tinggi badan (Bdh). Setelah

gambarnya selesai, buat deskripsi dari masing-masing jenis ikan dengan memperhatikan

penggolongan, bentuk tubuh dan bagian luar tubuh ikan serta mulut dan sungut ikan

yang dipraktikumkan.

Jika praktikum sudah selesai masing-masing kelompok praktikan diwajibkan

mencuci nampan yang mereka pakai dan membersihkan meja praktikum hingga bersih.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil

Dari hasil pengamatan kedelapan ikan di atas diperoleh hasil sebagaimana

dijelaskan pada uraian di bawah ini:

4.1.1. Ikan Juaro (Pangasius polyuranodon)

Ikan Juaro (Pangasius polyuranodon) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo : Ostariophysi

Famili : Pangasidae

Genus : Pangasius

Spesies : Pangasius polyuranodon

Habitat : Air tawar


MKK
Gambar 1. Ikan Juaro (Pangasius polyuranodon)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :

TL = 19cm, SL = 16 cm, BdH = 4 cm, HdL = 3,5 cm, FL= 2 cm


4.1.2. Ikan Tenggiri (Cybium commersoni)

Ikan tenggiri (Cybium commersoni) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo : Perciformes

Famili : Scrombidae

Genus : Cybium

Spesies : Cybium commersoni


Habitat : Air laut
Gambar 2. Ikan Tenggiri (Cybium commersoni)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :
TL = 19cm, SL = 16 cm, BdH = 4 cm, HdL = 4 cm, FL= 2,5 cm

4.1.3. Ikan Bawal Hitam (Stromateus niger)

Ikan bawal hitam (Stromateus niger) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo : Percimorphi

Famili : Carangidae

Genus : Stromateus

Spesies : Stromateus niger

Habitat : Air laut


Gambar 3. Ikan Bawal Hitam (Stromateus niger)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :
TL = 18 cm, SL = 13 cm, BdH =10 cm, HdL = 4 cm, FL= 2,5 cm

4.1.4. Ikan Kerapu Macan (Ephinephelus fuscoguttatus)

Ikan kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus) dapat diklasifikasikan sebagai

berikut :

Ordo : Percomorphi

Famili : Serradinae

Genus : Ephinephelus

Spesies : Ephinephelus fuscoguttatus

Habitat : Air laut


Gambar 4. Ikan Kerapu Macan (Ephinephelus fuscoguttatus)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :
TL = 24 cm, SL = 20 cm, BdH = 7 cm, HdL = 6 cm

Perhitungan sisik :

I. Jumah sisik didepan sirip punggung = 29

II. Jumlah sisik pipi = 64

III. Jumlah sisik disekeliling badan = 70

IV. Jumlah sisik batang ekor = 56

V. Jumlah sisik pada garis rusuk = 75

VI. Jumlah sisik diatas dan dibawah garis rusuk = 42

.1.5. Ikan Pantau (Rasbora cephalotaenia)

Ikan Pantau (Rasbora cephalotaenia) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo : Cyriniformes

Famili : Cyprinidae

Genus : Rasbora

Spesies : Rasbora cephalotaenia


Habitat : Air laut
Gambar 5. Ikan Pantau (Rasbora cephalotaenia)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :

TL = 11,5 cm, SL = 9 cm, BdH = 2,5 cm, HdL = 2 cm, FL= 1,5 cm

Perhitungan sisik :
I. Jumah sisik didepan sirip punggung = -

II. Jumlah sisik pipi = 6

III. Jumlah sisik disekeliling badan = 14

IV. Jumlah sisik batang ekor = 8

V. Jumlah sisik pada garis rusuk = 17

VI. Jumlah sisik diatas dan dibawah garis rusuk = 5

4.1.6. Ikan Tapah (Wallago leeri)

Ikan Tapah (Wallago leeri) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo : Siluriformes

Famili : Siluridae

Genus : Wallago

Spesies : Wallago leeri

Habitat : Air tawar


Gambar 6. Ikan Tapah (Wallago leeri)

Keterangan : 1. TL 5. PoL

2. SL 6. VL

3. HdL 7. SnL

4. BdH 8. IorL

9. NoL
Ukuran Morphometrik :

TL = 27 cm, SL =24 cm, BdH =9 cm, HdL = 5,5 cm

4.1.7. Ikan Kapas-Kapas (Geres puntactus)

Ikan Kapas-Kapas (Geres puntactus) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo : Percomorphi

Famili : Geridae

Genus : Geres

Spesies : Geres puntactus

Habitat : Air laut


Gambar 7. Ikan Kapas-Kapas (Geres puntactus)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :

TL = 21 cm, SL = 16,5 cm, BdH = 6,5 cm, HdL = 5,5 cm, FL= 3 cm
4.1.8. Ikan Ingir-Ingir (Mystus nigriceps)

Ikan tenggiri (Cybium commersoni) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo :

Famili :

Genus : Mystus

Spesies : Mystus nigriceps

Habitat : Air tawar


Gambar 8. Ikan Ingir-Ingir (Mystus nigriceps)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :

TL = 18 cm, SL = 15cm, BdH = 3,5 cm, HdL = 3 cm, FL= 3 cm


4.2 Pembahasan

Ikan juaro (Pangasius polyuranodon) termasuk ke dalam keluarga Pangasidae.

Memiliki ciri-ciri yaitu tidak memiliki sisik, sirip punggung berjari-jari keras dan tajam.

Daerah penyebaran ikan juaro di Indonesia yaitu Sumatera dam Kalimantan namun untuk

penyebaran genus Pangasius di mulai dari India, Birma, Thailand (Ramadhan, 2008).

Ikan tenggiri (Cybium commersoni) merupakan salah satu spesies dari family

scrombidae. Tubuh ikan ini memanjang, memipih lumayan kuat pada sisi-sisinya,

telanjang tidak bersisik kecuali pada gurat sisinya (bidang corselet tidak jelas). Moncong

meruncing, dengan mulut lebar dan gigi-gigi yang tajam dan kuat di rahang atas dan

bawah. Panjang moncong (snout length) lebih pendek daripada sisa kepala bagian

belakang. Sirip punggung dalam dua berkas, yang depan dengan XIII - XXII jari-jari

keras (duri). Sirip punggung dan sirip anal diikuti oleh banyak sirip kecil tambahan

(finlet) (Wikipedia, 2013).

Djuhanda (1991) dalam Murdani (2008) mengatakan bahwa ikan dari keluarga

Scombridae memiliki ciri-ciri seperti : Sirip ekor bercagak dua dan lekuk dari cagak

tersebut dimulai dekat pangkal ekor. Jari-jari lunak dari sirip ekor bercabang pada

pangkalnya dibelakang sirip ekor dan sirip dubur terdapat sirip tambahan yang kecil.

Ikan bawal hitam (Stromateus niger) ciri-ciri marfologinya adalah badan sangat

besar dan gepeng seperti belah ketupat. Sirip ekor bercagak kuat dengan lembaran lebuh

panjang D VII-VIII : 28-30, A III : 28-30. Termasuk pemakan plankton, hidupnya didasar
perairan yang berlumpur sampai kedalaman 100 meter, umumnya dimuara-muara sungai

besar. Warnanya abu-abu keunguan bagian atas, putih perak bagian bawah. Siripnya agak

gelap. Perbedaanya dengan bawal hitam selain sirip dubur yang lebih panjang. Ikan ini

termasuk ikan ekonomis yang banyak dijual dipasar-pasar (Saanin, 1984).

Ikan kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus) termasuk dalam kelas

osteichtyes, bentuk ujung sirip ekor, sirip dada, dan sirip dubur ikan berupa busur. Kepala

dan badannya berwarna abu-abu pucat kehijauan atau kecokelatan. Badan dipenuhi

dengan bintik-bintik gelap berwarna jingga kemerahan atau coklat gelap. Bintik-bintik

dibagian tengah lebih gelap dibanding yang di pinggir. Ukuran bintik semakin mengecil

ke arah mulut. Adapun punggung dan pangkal sirip punggung ikan terdapat bercak besar

kehitaman.

Bentuk badan kerapu macan memanjang dan cenderung gepeng (compressed)

atau agak membulat. Panjang total tubuh kerapu macan dapat mencapai 80 cm. Mulut

berukuran lebar dengan posisi serong keatas dan bibir bawah menonjol keatas. Rahang

atas dan bawah dilengkapi dengan gigi-gigi geretan berderet dua baris, lancip dan kuat.

Gigi-gigi terbesar terletak dibagian depan. Sirip ekor berbentuk membulat (rounded).

Lobang hidung besar berada diatas mulut berbentuk bulan sabit.

Kerapu macan termasuk kelompok ikan kerapu yang berharga tinggi. Jenis kerapu

ini merupakan ikan asli Indonesia yang hidup tersebar di berbagai perairan berkarang di

Nusantara. Selain di Indonesia, daerah penyebaran kerapu macan meliputi perairan di

wilayah Indo-Pasifik.
Ikan Pantau (Rasbora bornensis) adalah ikan pelagik yang terdapat di sungai-

sungai (air tawar). Mulutnya terminal, mempunyai tutup insang , berwarna kuning

keemasan,liniea literalis sempurna, mempunyai sirip punggung, sirip dada, sirip perut,

sirip anus, dan sirip ekor. Sirip ekor berbentuk cagak, sirip punggung dan sirip anus tidak

bersatu hubungan sirip dada dan sirip perut abdominal, sisik berbentuk cycloid, tidak

berbahaya (Saanin, 1968 dalam Kisaz, 2008).

Secara taksonomi ikan kapas-kapas merupakan kelompok ikan yang mempunyai

ukuran tubuh yang relatif kecil, bentuk bdan pipih tegak dengan kepala melengkung,

mulut terletak di ujung depan kepala dan dapat di sembulkan kedepan, tubuh di tutupi

oleh sisik berukuran besar, sirip dada panjang dan runcing serta warna tubuh keperakan

(Fishypedia, 2006).

Ikan tapah (Wallago leeri) memiliki badan yang panjang dan padat. Ikan ini bisa

tumbuh hingga 2,4 meter (8 kaki). Kepalanya lebar dengan mulut yang besar dan

melekuk. Sudut-sudut mulutnya menjangkau kebelakang matanya. Gigi ikan ini sangat

tajam dan bisa menggigit manusia. Matanya kecil dengan tepi disekelilingnya. Ikan ini
juga mempunyai dua pasang duri, dengan sirip dorsal yang kecil dan sirip sirip belakang

yang panjang (Fishypedia, 2006).

Ikan ingir-ingir (Mystus nigriceps) memiliki mulut berbentuk nonprotactile,

ukuran mulutnya sempit posisi sudut mulut tegak lurus atau sedikit dibelakang bola mata,

keuda rahang bibir tidak berlipatan, bibir atas bersambung dengan bibir bawah, bentuk

bibir tidak bergerigi, ukuran sungut mencapai batang ekor, rostrum ujungnya tumpul

jumlah sungut pada rahang atas dua pasang dan pada rahang bawah juga dua pasang

(Putra, 2008).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari praktikum Ikhtiologi mengenai Linea Lateralis,


Perhitungan sisik dan Morphometrik adalah bahwa ikan yang terdapat di alam
mempunyai persamaan dan perbedaan antara satu dengan yang lainnya, hal itu dapat
dilihat linea lateralis yang dimilikinya, perhitungan sisk, maupun ukuran
morphometriknya. Hal ini akan sangat mempengaruhi terhadap aktivitas atau kebiasaan
dari pergerakan ikan itu sendiri.

Disamping itu kita juga dapat mengetahui secara apakah ikan tersebut memiliki

sisk atau tidak serta dapat mengitung berapa jumlah sisik didepan sirip punggung,

jumlah sisik di pipi, jumlah sisik disekeliling badan, jumlah sisik batang ekor, jumlah

sisik pada garis rusuk dan jumlah sisik diatas dan dibwah garis rusuk.

5.2. Saran

Selaku manusia biasa tentu tidak luput dari kekurangan dan kelemahan. Sebagai

praktikan yang baru memulai bangku perkuliahan, saya menyadari masih memiliki

banyak kekurangan dan memiliki banyak kendala dalam mengerjakan laporan praktikum

ini, hal ini karena kurangnya buku-buku yang mendukung untuk kelancaran dan

kemudahan dalam pelaksanaan praktikum dan dalam penyelesaian laporan praktikum.

Jadi, semoga untuk selanjutnya hal tersebut dapat terpenuhi demi kesempurnaan
penulisan berikutnya. Tentunya arahan dan masukan dari para asissten juga sangat saya

butuhkan untuk mempermudah dan memperlancar jalannya pratikum selanjutnya

DAFTAR PUSTAKA

Fishypedia. 2006. Ikan Kapas-Kapas. http://www.iftfishing.com/fishypedia/ikan-kapas-


kapas/. Diakses 17 April 2013 pukul 20:44.

Fishypedia. 2006. Ikan Kapas Tapah. http://www.iftfishing.com/fishypedia/ikan-tapah /.


Diakses 17 April 2013 pukul 21:12.

Putra. 2008. Literatur Perikana n(Ikhtiologi).


http://ebrieunri.blogspot.com/2008/10/literatur-perikanan-ikhtiologi.html. Diakses 17
April 2013 pukul 23:15.

Jeffri. 2010. Morfologi Ikan, Universitas Sriwijaya, Palembang.


Kisaz. 2008. Morfometrik dan Pola Pertumbuhan Ikan Pantau (Rasbora sp) di Oxbow
Belanti Desa Mentulik Kecamatan Kampar Kiri Hilir Kabupaten Kampar Provinsi
Riau. Skripsi. Faperika. Universitas Riau. Pekanbaru.

Murdani. 2008. “Karakteristik Sensoris Dan Kimia Pada Ikan Kebung (Restrelliger sp)
Yang Difermentasi Pada Suhu Berbeda”. Skripsi. Pekanbaru: FAPERIKA, Universitas
Riau.

Manda, et al. 2013. Penuntun Praktikum Ichthyology. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru

Poernomo. 2007. Urgensi Sektor Perikanan dalam Majalah Perikanan Tahun 2007.
Jakarta.

Ramadhan, P.P. 2008. “Studi Kebiasaan Makanan Ikan Juaro (Pangasius polyuranodon)
di Daerah Aliran Sungai Musi, Sumatera Selatan”. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Ridwan, dkk. 2009. Penuntun Praktikum Ichthyology. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.

Ridwan, dkk. 2010. Penuntun Praktikum Ichthyology. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru

Ridwan, dkk. 2011. Penuntun Praktikum Ichthyology. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru

Wahyuningsih.H dan Barus. 2006. Ikhtiologi. Departemen Biologi FMIPA USU,

Medan.

Wikipedia. 2013. Tenggiri. http://id.wikipedia.org/wiki/Tenggiri. Diakses 16 April, 2013


pukul 17:26.

Diposkan 30th May 2013 oleh Emelia Nasution


0

Tambahkan komentar

10.

May

30

Linnea Lateralis, Perhitungan Sisik dan


Morphometrik

LAPORAN PRAKTIKUM IKHTIOLOGI

LINEA LATERALIS, PERHITUNGAN SISIK,

DAN MORPHOMETRIK

OLEH :

EMELIA NASUTION

1204113838
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

LABORATORIUM BIOLOGI PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS RIAU

2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat

dan karunia-Nya sehingga laporan ikhtiologi yang berjudul “Linea Lateralis, Perhitungn

Sisik dan Morphometrik ” dapat terselesaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Dalam kesempatan ini, saya mengucapkan terimakasih kepada asisten

pembimbing yaitu kak Nurbety Tarigan yang telah banyak membantu saya dalam

memberikan arahan, saran, bimbingan serta petunjuk selama praktikum dilaksanakan.

Saya telah berupaya memaksimalkan tenaga, waktu dan pikiran saya untuk

kesempurnaan laporan ini. Namun tidak tertutup kemungkinan banyak kesalahan yang

tidak sengaja dalam penulisan laporan ini. Kritik dan saran dari para pembaca sangat

diharapkan demi kesempurnaan pada masa yang akan datang.

Sebagai penutup, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu saya dalam penulisan laporan ini.


Pekanbaru, April 2013

Emelia Nasution

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sektor perikanan merupakan salah satu sektor strategi di Indonesia. Lebih dari

60% penduduk Indonesia menggunakan ikan sebagai protein hewani, sementara lebih dari

14.000.000 penduduk menggantungkan kehidupannya sebagai nelayan dan petani ikan

(Poernomo, 2007).
Ikan adalah hewan berdarah dingin, ciri khasnya mempunyai tulang belakang,

insang dan sirip, dan terutama ikan bergantung atas air dimana sebagai tempat tinggal

mereka. Ikan memilki kemampuan di dalam air untuk bergerak menggunakan siripnya

untuk menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga tidak tergantung dengan arus yang

disebabkan oleh arah angin (Burhanuddin, 2008).

Linea lateralis merupakan salah satu bagian tubuh ikan yang dapat dilihat secara

langsung sebagai garis yang gelap di sepanjang kedua sisi tubuh ikan mulai dari

posterior operculum sampai pangkal ekor (peduncle). Pada linea lateralis terdapat lubang-

lubang yang berfungsi untuk menghubungkan kondisi luar tubuh dengan sistem canal

yang menampung sel-sel sensori dan pembuluh syaraf.

Linea lateralis sangat penting keberadaannya sebagai organ sensori ikan yang

dapat mendeteksi perubahan gelombang air dan listrik. Selain itu, linea lateralis juga

berfungsi sebagai echo-location yang membantu ikan untuk mengidentifikasi lingkungan

sekitamya.

1.2 Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan dari praktikum ini ialah agar mahasiswa dapat mengenal lebih jauh

tentang linea lateralis yang merupakan alat sensori atau alat perangsang dari ikan untuk

dapat mengetahui lingkungan di kawasan perairannya, dan juga mampu menghitung

jumlah sisik ikan yang merupakan salah satu indicator dalam penentuan klasifikasinya

serta morfometrik yang pada setiap ikan berbeda-beda berdasarkan umur, jenis kelamin,

maupun keadaan lingkungannya.


Manfaat praktikum Iktiologi mengenai linea lateralis, perhitungan sisik dan

morphometrik yaitu agar praktikan mengetahui, mengerti dan memahami mengenai

perbedaan bentuk sirip pada jenis-jenis ikan tertentu. Selain itu, praktikum ini juga untuk

mengenal bentuk morfologi ikan itu sendiri khususnya pada bagian linnea lateralis,

keadaan sisik dan morphometrik serta sebagai informasi tentang habitat ikan tersebut.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Linea lateralis pada ikan adalah suatu garis yang dibentuk oleh pori,dapat

ditemukan pada ikan bersisik dan tidak bersisik.Bentuk Linea lateralis pada umumnya
bervariasi demikian juga dengan jumlah sisik yang membentuk Linea Lateralis.(Penuntun

Praktikum Ikhtiologi,2011)

Susunan linea latealis terbagi atas tiga, yakni

1. Lengkap dan sempurna (merupakan garis lurus atau melengkung yang

memanjang dari sudut atas operculum sampai kebatas pangkal sirip ekor).

2. Lengkap tetapi tidak sempurna (linea lateralis yang terbentuk dari beberapa

garis yang tidak saling berhubungan).

3. Tidak lengkap (hanya pada bagian tertentu dari badan yang dilalui oleh linea

lateralis) (Manda et al, 2009).

Ridwan et al (2013) menyatakan bahwa cara perhitungan sisik ikan terbagi atas :

1. Jumlah sisik didepan sisik didepan sirip punggung

Jumlah semua sisik yang dilalui oleh garis yang ditarik dari permulaan sirip

punggung sampai kebelakang kepala.

2. Jumlah sisik pipi

Jumlah baris sisik yang dilalui oleh garis yang ditarik dari mata sampai ke

sudut pre operculum.

3. Jumlah sisik di sekeliling badan

Jumlah sisik yang dilalui oleh garis lurus keliling badan yang terletak tepat di

depan sirip punggung. Jumlah ini sangat berarti dalam penentuan ikan yang

tergolongdalam family Cyprinidae.

4. Jumlah sisik batang ekor


Jumlah sisik yang dilalui oleh garis yang mengelilingi batang ekor yang

tersempit.

5. Jumlah sisik pada garis rusuk

Perhitungan dimulai dari sisik yang terletak dibelakang lengkung bahu dan

berakhir pada sisik yang terdapat pada permulaan pangkal ekor.

6. Jumlah sisik di atas dan di bawah garis rusuk

a. Perhitungan dihitung dari permulaan sirip punggung miring kebelakang

kebagian bawah sampai ke garis rusuk (atas garis rusuk).

b. Perhitungan dihitung dari awal sirip anus miring ke depan sampai ke garis

rusuk (bawah ke garis rusuk). Sisik pada bagian gurat sisi tidak perlu

dihitung.

Data pengukuran bagian-bagian tertentu dari tubuh suatu spesies ikan penting,

artinya untuk keperluan determinasi hubungan morphometrik dan analisa pertumbuhan.

Ukuran-ukuran yang diperlukan untuk indentifikasi bukanlah ukuran mutlak, tetapi

ukuran perbandingan yang penting untuk membedakan antara spesies yang berbeda tetapi

masih satu genus (Penuntun praktikum ikhtiologi,2010).

Pengenalan struktur ikan tidak terlepas dari morfologi ikan yaitu bentuk luar ikan

yang merupakan ciri-ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari jenis-jenis

ikan. Morfologi ikan sangat berhubungan dengan habitat ikan tersebut di perairan

(Wahyuningsih dan Barus, 2006).

Semua ukuran yang digunakan merupakan pengukuran yang diambil dari satu

titik ke titik lain tanpa melalui lengkungan badan.


1. Panjang total (TL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxillae)

hingga ujung ekor.

2. Panjang standar (SL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxillae)

hingga pertengan pangkal sirip ekor (pangkal sirip ekor bukan berarti sisik terakhir

karena sisik-sisik tersebut biasanya memanjang sampai ke sirip ekor.

3. Panjang kepala (HL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxilla)

hingga bagian terbelakang operculum atau membran operculum (Jeffri, 2010).


III. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ikhtiologi mengenai “Linea Lateralis, Perhitungan Sisik dan

Morphometrik” dilaksanakan pada Kamis, 12 April 2013 pukul 10.00 WIB sampai

dengan pukul 11.45 WIB bertempat di Laboratorium Biologi Perairan Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, Kampus Bina Widya KM.12,5 Simpang Baru,

Panam, Pekanbaru.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ikan juaro (Pangasius

polyuranodon), ikan tenggiri (Cybium commersoni), ikan bawal hitam (Stromateus

niger), ikan kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus), ikan pantau (Rasbora

cephalotaenia), ikan tapah (Wallago leeri), ikan kapas-kapas (Geres puntactus), ikan

ingir-ingir (Mystus nigriceps).

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini seperti nampan, buku gambar

ikhtiologi, buku penuntun praktikum ikhtilogi, penggaris, serbet, tissue dan alat tulis

lainnya.
3.3 Metode Praktikum

Dalam melakukan praktikum, metode yang digunakan adalah menggunakan

metode pengamatan secara langsung terhadap objek yang dipraktikumkan, selain itu

praktikum ini berpedoman pada buku penuntun praktikum iktiologi dan buku-buku

literatur yang berhubungan dengan hasil

pengamatan selama praktikum berlangsung.


3.4 Prosedur Praktikum

Sebelum masuk ke laboratorium praktikan terlebih dahulu diperiksa oleh asisten

dari laporan, ikan-ikan yang akan dipraktikumkan dan semua praktikan diwajibkan

membawa ikan sampel yang telah ditentukan untuk masing-masing kelompok. Tak hanya

itu, praktikan juga diwajibkan untuk mengisi klasifikasi sesuai jenis ikan sampel yang

dibawanya pada buku praktikum ikhtiologi dan membawa serta alat tulis yang lengkap

serta tissue da serbet. Setelah semuanya lengkap praktikan diperbolehkan masuk ke

dalam laboratorium. Maka, asisten memberikan respon kepada praktikan tentang materi-

materi yang akan dipraktikumkan. Kemudian asisten menjelaskan langkah-langkah

mengamati sampel. Setelah itu masing-masing ikan sampel diletakkan diatas nampan

untuk diamati lalu praktikan menggambarkan ikan-ikan sampel secara utuh dengan posisi

kepala disebelah kiri lalu masing-masing ikan diberi keterangan seperti panjang baku

(SL), panjang total (TL), panjang kepala (HdL) dan tinggi badan (Bdh). Setelah

gambarnya selesai, buat deskripsi dari masing-masing jenis ikan dengan memperhatikan

penggolongan, bentuk tubuh dan bagian luar tubuh ikan serta mulut dan sungut ikan

yang dipraktikumkan.

Jika praktikum sudah selesai masing-masing kelompok praktikan diwajibkan

mencuci nampan yang mereka pakai dan membersihkan meja praktikum hingga bersih.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil

Dari hasil pengamatan kedelapan ikan di atas diperoleh hasil sebagaimana

dijelaskan pada uraian di bawah ini:

4.1.1. Ikan Juaro (Pangasius polyuranodon)

Ikan Juaro (Pangasius polyuranodon) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo : Ostariophysi

Famili : Pangasidae

Genus : Pangasius

Spesies : Pangasius polyuranodon

Habitat : Air tawar


MKK
Gambar 1. Ikan Juaro (Pangasius polyuranodon)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :

TL = 19cm, SL = 16 cm, BdH = 4 cm, HdL = 3,5 cm, FL= 2 cm


4.1.2. Ikan Tenggiri (Cybium commersoni)

Ikan tenggiri (Cybium commersoni) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo : Perciformes

Famili : Scrombidae

Genus : Cybium

Spesies : Cybium commersoni


Habitat : Air laut
Gambar 2. Ikan Tenggiri (Cybium commersoni)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :
TL = 19cm, SL = 16 cm, BdH = 4 cm, HdL = 4 cm, FL= 2,5 cm

4.1.3. Ikan Bawal Hitam (Stromateus niger)

Ikan bawal hitam (Stromateus niger) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo : Percimorphi

Famili : Carangidae

Genus : Stromateus

Spesies : Stromateus niger

Habitat : Air laut


Gambar 3. Ikan Bawal Hitam (Stromateus niger)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :
TL = 18 cm, SL = 13 cm, BdH =10 cm, HdL = 4 cm, FL= 2,5 cm

4.1.4. Ikan Kerapu Macan (Ephinephelus fuscoguttatus)

Ikan kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus) dapat diklasifikasikan sebagai

berikut :

Ordo : Percomorphi

Famili : Serradinae

Genus : Ephinephelus

Spesies : Ephinephelus fuscoguttatus

Habitat : Air laut


Gambar 4. Ikan Kerapu Macan (Ephinephelus fuscoguttatus)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :
TL = 24 cm, SL = 20 cm, BdH = 7 cm, HdL = 6 cm

Perhitungan sisik :

I. Jumah sisik didepan sirip punggung = 29

II. Jumlah sisik pipi = 64

III. Jumlah sisik disekeliling badan = 70

IV. Jumlah sisik batang ekor = 56

V. Jumlah sisik pada garis rusuk = 75

VI. Jumlah sisik diatas dan dibawah garis rusuk = 42

.1.5. Ikan Pantau (Rasbora cephalotaenia)

Ikan Pantau (Rasbora cephalotaenia) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo : Cyriniformes

Famili : Cyprinidae

Genus : Rasbora

Spesies : Rasbora cephalotaenia


Habitat : Air laut
Gambar 5. Ikan Pantau (Rasbora cephalotaenia)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :

TL = 11,5 cm, SL = 9 cm, BdH = 2,5 cm, HdL = 2 cm, FL= 1,5 cm

Perhitungan sisik :
I. Jumah sisik didepan sirip punggung = -

II. Jumlah sisik pipi = 6

III. Jumlah sisik disekeliling badan = 14

IV. Jumlah sisik batang ekor = 8

V. Jumlah sisik pada garis rusuk = 17

VI. Jumlah sisik diatas dan dibawah garis rusuk = 5

4.1.6. Ikan Tapah (Wallago leeri)

Ikan Tapah (Wallago leeri) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo : Siluriformes

Famili : Siluridae

Genus : Wallago

Spesies : Wallago leeri

Habitat : Air tawar


Gambar 6. Ikan Tapah (Wallago leeri)

Keterangan : 1. TL 5. PoL

2. SL 6. VL

3. HdL 7. SnL

4. BdH 8. IorL

9. NoL
Ukuran Morphometrik :

TL = 27 cm, SL =24 cm, BdH =9 cm, HdL = 5,5 cm

4.1.7. Ikan Kapas-Kapas (Geres puntactus)

Ikan Kapas-Kapas (Geres puntactus) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo : Percomorphi

Famili : Geridae

Genus : Geres

Spesies : Geres puntactus

Habitat : Air laut


Gambar 7. Ikan Kapas-Kapas (Geres puntactus)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :

TL = 21 cm, SL = 16,5 cm, BdH = 6,5 cm, HdL = 5,5 cm, FL= 3 cm
4.1.8. Ikan Ingir-Ingir (Mystus nigriceps)

Ikan tenggiri (Cybium commersoni) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo :

Famili :

Genus : Mystus

Spesies : Mystus nigriceps

Habitat : Air tawar


Gambar 8. Ikan Ingir-Ingir (Mystus nigriceps)

Keterangan :

1. TL 6. PoL

2. FL 7. VL

3. SL 8. SnL

4. HdL 9. IorL

5. BdH 10. NoL

Ukuran Morphometrik :

TL = 18 cm, SL = 15cm, BdH = 3,5 cm, HdL = 3 cm, FL= 3 cm


4.2 Pembahasan

Ikan juaro (Pangasius polyuranodon) termasuk ke dalam keluarga Pangasidae.

Memiliki ciri-ciri yaitu tidak memiliki sisik, sirip punggung berjari-jari keras dan tajam.

Daerah penyebaran ikan juaro di Indonesia yaitu Sumatera dam Kalimantan namun untuk

penyebaran genus Pangasius di mulai dari India, Birma, Thailand (Ramadhan, 2008).

Ikan tenggiri (Cybium commersoni) merupakan salah satu spesies dari family

scrombidae. Tubuh ikan ini memanjang, memipih lumayan kuat pada sisi-sisinya,

telanjang tidak bersisik kecuali pada gurat sisinya (bidang corselet tidak jelas). Moncong

meruncing, dengan mulut lebar dan gigi-gigi yang tajam dan kuat di rahang atas dan

bawah. Panjang moncong (snout length) lebih pendek daripada sisa kepala bagian

belakang. Sirip punggung dalam dua berkas, yang depan dengan XIII - XXII jari-jari

keras (duri). Sirip punggung dan sirip anal diikuti oleh banyak sirip kecil tambahan

(finlet) (Wikipedia, 2013).

Djuhanda (1991) dalam Murdani (2008) mengatakan bahwa ikan dari keluarga

Scombridae memiliki ciri-ciri seperti : Sirip ekor bercagak dua dan lekuk dari cagak

tersebut dimulai dekat pangkal ekor. Jari-jari lunak dari sirip ekor bercabang pada

pangkalnya dibelakang sirip ekor dan sirip dubur terdapat sirip tambahan yang kecil.

Ikan bawal hitam (Stromateus niger) ciri-ciri marfologinya adalah badan sangat

besar dan gepeng seperti belah ketupat. Sirip ekor bercagak kuat dengan lembaran lebuh

panjang D VII-VIII : 28-30, A III : 28-30. Termasuk pemakan plankton, hidupnya didasar
perairan yang berlumpur sampai kedalaman 100 meter, umumnya dimuara-muara sungai

besar. Warnanya abu-abu keunguan bagian atas, putih perak bagian bawah. Siripnya agak

gelap. Perbedaanya dengan bawal hitam selain sirip dubur yang lebih panjang. Ikan ini

termasuk ikan ekonomis yang banyak dijual dipasar-pasar (Saanin, 1984).

Ikan kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus) termasuk dalam kelas

osteichtyes, bentuk ujung sirip ekor, sirip dada, dan sirip dubur ikan berupa busur. Kepala

dan badannya berwarna abu-abu pucat kehijauan atau kecokelatan. Badan dipenuhi

dengan bintik-bintik gelap berwarna jingga kemerahan atau coklat gelap. Bintik-bintik

dibagian tengah lebih gelap dibanding yang di pinggir. Ukuran bintik semakin mengecil

ke arah mulut. Adapun punggung dan pangkal sirip punggung ikan terdapat bercak besar

kehitaman.

Bentuk badan kerapu macan memanjang dan cenderung gepeng (compressed)

atau agak membulat. Panjang total tubuh kerapu macan dapat mencapai 80 cm. Mulut

berukuran lebar dengan posisi serong keatas dan bibir bawah menonjol keatas. Rahang

atas dan bawah dilengkapi dengan gigi-gigi geretan berderet dua baris, lancip dan kuat.

Gigi-gigi terbesar terletak dibagian depan. Sirip ekor berbentuk membulat (rounded).

Lobang hidung besar berada diatas mulut berbentuk bulan sabit.

Kerapu macan termasuk kelompok ikan kerapu yang berharga tinggi. Jenis kerapu

ini merupakan ikan asli Indonesia yang hidup tersebar di berbagai perairan berkarang di

Nusantara. Selain di Indonesia, daerah penyebaran kerapu macan meliputi perairan di

wilayah Indo-Pasifik.
Ikan Pantau (Rasbora bornensis) adalah ikan pelagik yang terdapat di sungai-

sungai (air tawar). Mulutnya terminal, mempunyai tutup insang , berwarna kuning

keemasan,liniea literalis sempurna, mempunyai sirip punggung, sirip dada, sirip perut,

sirip anus, dan sirip ekor. Sirip ekor berbentuk cagak, sirip punggung dan sirip anus tidak

bersatu hubungan sirip dada dan sirip perut abdominal, sisik berbentuk cycloid, tidak

berbahaya (Saanin, 1968 dalam Kisaz, 2008).

Secara taksonomi ikan kapas-kapas merupakan kelompok ikan yang mempunyai

ukuran tubuh yang relatif kecil, bentuk bdan pipih tegak dengan kepala melengkung,

mulut terletak di ujung depan kepala dan dapat di sembulkan kedepan, tubuh di tutupi

oleh sisik berukuran besar, sirip dada panjang dan runcing serta warna tubuh keperakan

(Fishypedia, 2006).

Ikan tapah (Wallago leeri) memiliki badan yang panjang dan padat. Ikan ini bisa

tumbuh hingga 2,4 meter (8 kaki). Kepalanya lebar dengan mulut yang besar dan

melekuk. Sudut-sudut mulutnya menjangkau kebelakang matanya. Gigi ikan ini sangat

tajam dan bisa menggigit manusia. Matanya kecil dengan tepi disekelilingnya. Ikan ini
juga mempunyai dua pasang duri, dengan sirip dorsal yang kecil dan sirip sirip belakang

yang panjang (Fishypedia, 2006).

Ikan ingir-ingir (Mystus nigriceps) memiliki mulut berbentuk nonprotactile,

ukuran mulutnya sempit posisi sudut mulut tegak lurus atau sedikit dibelakang bola mata,

keuda rahang bibir tidak berlipatan, bibir atas bersambung dengan bibir bawah, bentuk

bibir tidak bergerigi, ukuran sungut mencapai batang ekor, rostrum ujungnya tumpul

jumlah sungut pada rahang atas dua pasang dan pada rahang bawah juga dua pasang

(Putra, 2008).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari praktikum Ikhtiologi mengenai Linea Lateralis,


Perhitungan sisik dan Morphometrik adalah bahwa ikan yang terdapat di alam
mempunyai persamaan dan perbedaan antara satu dengan yang lainnya, hal itu dapat
dilihat linea lateralis yang dimilikinya, perhitungan sisk, maupun ukuran
morphometriknya. Hal ini akan sangat mempengaruhi terhadap aktivitas atau kebiasaan
dari pergerakan ikan itu sendiri.

Disamping itu kita juga dapat mengetahui secara apakah ikan tersebut memiliki

sisk atau tidak serta dapat mengitung berapa jumlah sisik didepan sirip punggung,

jumlah sisik di pipi, jumlah sisik disekeliling badan, jumlah sisik batang ekor, jumlah

sisik pada garis rusuk dan jumlah sisik diatas dan dibwah garis rusuk.

5.2. Saran

Selaku manusia biasa tentu tidak luput dari kekurangan dan kelemahan. Sebagai

praktikan yang baru memulai bangku perkuliahan, saya menyadari masih memiliki

banyak kekurangan dan memiliki banyak kendala dalam mengerjakan laporan praktikum

ini, hal ini karena kurangnya buku-buku yang mendukung untuk kelancaran dan

kemudahan dalam pelaksanaan praktikum dan dalam penyelesaian laporan praktikum.

Jadi, semoga untuk selanjutnya hal tersebut dapat terpenuhi demi kesempurnaan
penulisan berikutnya. Tentunya arahan dan masukan dari para asissten juga sangat saya

butuhkan untuk mempermudah dan memperlancar jalannya pratikum selanjutnya

DAFTAR PUSTAKA

Fishypedia. 2006. Ikan Kapas-Kapas. http://www.iftfishing.com/fishypedia/ikan-kapas-


kapas/. Diakses 17 April 2013 pukul 20:44.

Fishypedia. 2006. Ikan Kapas Tapah. http://www.iftfishing.com/fishypedia/ikan-tapah /.


Diakses 17 April 2013 pukul 21:12.

Putra. 2008. Literatur Perikana n(Ikhtiologi).


http://ebrieunri.blogspot.com/2008/10/literatur-perikanan-ikhtiologi.html. Diakses 17
April 2013 pukul 23:15.

Jeffri. 2010. Morfologi Ikan, Universitas Sriwijaya, Palembang.


Kisaz. 2008. Morfometrik dan Pola Pertumbuhan Ikan Pantau (Rasbora sp) di Oxbow
Belanti Desa Mentulik Kecamatan Kampar Kiri Hilir Kabupaten Kampar Provinsi
Riau. Skripsi. Faperika. Universitas Riau. Pekanbaru.

Murdani. 2008. “Karakteristik Sensoris Dan Kimia Pada Ikan Kebung (Restrelliger sp)
Yang Difermentasi Pada Suhu Berbeda”. Skripsi. Pekanbaru: FAPERIKA, Universitas
Riau.

Manda, et al. 2013. Penuntun Praktikum Ichthyology. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru

Poernomo. 2007. Urgensi Sektor Perikanan dalam Majalah Perikanan Tahun 2007.
Jakarta.

Ramadhan, P.P. 2008. “Studi Kebiasaan Makanan Ikan Juaro (Pangasius polyuranodon)
di Daerah Aliran Sungai Musi, Sumatera Selatan”. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Ridwan, dkk. 2009. Penuntun Praktikum Ichthyology. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.

Ridwan, dkk. 2010. Penuntun Praktikum Ichthyology. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru

Ridwan, dkk. 2011. Penuntun Praktikum Ichthyology. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru

Wahyuningsih.H dan Barus. 2006. Ikhtiologi. Departemen Biologi FMIPA USU,

Medan.

Wikipedia. 2013. Tenggiri. http://id.wikipedia.org/wiki/Tenggiri. Diakses 16 April, 2013


pukul 17:26.

Diposkan 30th May 2013 oleh Emelia Nasution


0

Tambahkan komentar

Memuat
Tema Tampilan Dinamis. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai