PEMBAHASAN
Dan Abubakar Atjeh juga berpendapat bahwa dari segi bahasa, filsafat
ialah keinginnan yang dalam untuk mendapat kebijakan, atau kebijakan keinginan
yang mendalam untuk menjadi bijak.
Dakwah adalah terma yang terambil dari Al-Qur'an. Ada banyak ayat yang
diantara kata-katanya sama dengan akar kata dakwah, yaitu dal, ain, wawu.
Menurut hasil penelitian, Al-Qur'an menyebutkan kata da'wah dan derivasinya
sebanyak 198 kali, tersebar dalam 55 surat dan bertempat dalam 176 ayat. Ayat-
ayat tersebut sebagian besar (sebanyak 141) turun di Makkah, 30 ayat turun di
Madinah dan 5 ayat dipertentangkan antara Makkah dan Madinah sebagai tempat
turunnya, karena ada perbedaan tentang tempat turunnya Surat al-Hajj (QS 22),
Yakni surat yang memuat kelima ayat tersebut.
4
5
Dalam kaitan itu maka filsafat dakwah dapat diberi pengertian sebagai
kajian filsafat Islam yang mendalam tentang status, tujuan dan hakekat dakwah.
Dan filsafat dakwah mendiskusikan persoalan-persoalan mendasar yang timbul
dari proses dakwah, untuk ditemukan jawaban yang mendalam dari berbagai
persoalan filsafat pada bidang dakwah bukanlah semata-mata mengenai materi
pesan dalam dakwah yang didekati secara filosofis, melainkan berkaitan dengan
kebutuhan dakwah sebagai subtansi kegiatan orang beriman yang menjadi dasar
pertumbuhan dan pelahiran ilmu dakwah.
Jika dilihat dari persoalan yang dikaji dari kedua kedudukan itu,
ditemukan persoalan yang dikaji sebagai berikut. Bahwa dalam kedudukan
sebagian besar dari ilmu dakwah, filsafat dakwah terutama mengkaji status
dakwah dalam sistem ajaran Islam, apa tugas kekhalifahan manusia, bagaimana
perwujudan masyarakat adil makmur yang diridhai Allah, apakah tujuan dakwah.
The Liang Gie mengidentifikasi, ada enam cirri utama sesuatu persoalan
itu dianggap sebagai persoalan filsafati diantaranya:
Dalam kaitan itu, maka filsafat dakwah dapat diberi pengerian sebagai
kajian islam yang mendalam tentang status tujuan dan hakikat dakwah. Filsafat
dawah mendikusikan persoalan-persoalan mendasar yang timbul dari peroses
dakwah, untuk ditemukan jawaban yang mendalam dari berbagai persoalan
filsafati dalam bidang dakwah. Pembahasan filsafat dakwah bukanlah semata-
9
semata mengenai materi pesan dalam dakwah yang didekati sacara filosofis,
melainkan berkaitan dengan keutuhan dakwah sebagai substansi kegiatan orang
yang beriman yang menjadi dasar pertumbuhan dan kelahiran ilmu dakwah.
Isi filsafat ditentukan oleh objek apa yang dipikirkan. Objek yang
dipikirkan oleh filosof ialah segala yang ada dan yang mungkin ada jadi luas
sekali. Objek yang diselidiki filsafat inidisebut objek materia, yaitu segala yang
ada dan mungkin ada tadi. Tentang objek materia ini banyak yang sama dengan
objek materia sains. Bedanya ialah dalam dua hal.
abtrak logis, kebenarannya hannya dipertanggung jawabkan secara logis pula jika
diringkaskan, dapat juga dikatakan bahwa fisafat ialah pengetahuan yang logis
yang tidak dapat dibuktikan secara empiris.
Pemahaman pada obyek materia filsafat, yaitu obyek yang diteliti oleh
filsafat, ialah semua yang ada dan yang mungkin ada, yang diselidikinya ialah
bagian yang abtrak tentang obyek itu. Jadi, jika yang diteliti manusia, maka yang
dihadapinya manusia tetapi yang hendak diketahuinya ialah bagian yang abtrak
tentang manusia itu, orang mengatakan bagian yang merupakan hakekat tentang
manusia tersebut.Secara teknis, untuk mempelajari filsafat dapat ditempu tiga
cara: historis, sistemmatis, keritis.
Hasi pemikiran para filosof telah didukung sudah lama. Pemikiran itu
dapat digolongkan dalam tiga golongan besar yaitu mengenai cara memperoleh
pengetahuan (disebut teori pengetahuan), mengenai hakikat (ini yang disebut teori
hakikat), dan mengenai kegunaan (ini yang disebut teori nilai). Jadi, sitematika
filasafat itu teri pengetahuan teori hakikat dan teori nilai. Masing-masing dibagi
lagi dan teori hakikat mengandung banyak sekali cabang filsafat.
Obyek material dakwah, menurut penjelasan cik hasan bisri adalah unsur
subtansial ilmu dakwah yang terdiri dari enam komponen, yaitu Da'i, mad'u,
metode, materi, media dan tujuan dakwah.
Dari uraian diatas dapat ditekankan bahwa obyek yang dikaji ilmu dakwah
berkaitan dengan obyek kajian ilimu-ilmu keislaman, ilmu-ilmu sosial dan
prilaku-prilaku teknologi selainnya. Namun sudut pandang yang menjadi titik
pembeda ilmu dakwah dengan lainnya terletak pada obyek forma kajian ilmu
dakwah. forma kajian ilmu dakwah adalah kegiatan manusia yang memihak dan
menerapkan kedalam segi-segi kehidupan umat manusia ajaran islam
sebagaimana dipahami dari sumber-sumber pokoknya, termasuk nilai-nilai
12
kebenaran dan kemanusian upaya yang menjadi obyek forma ilmu dakwah itu
berfungsi untuk mengembalikan manusia dalam garis fitrah mereka.
Maka dari itu obyek forma ilmu dakwah secara terperinci dapat dipahami
sebagai problematika yang timbul dari interaksi antar unsur dalam sistem dakwah.
Unsur-unsur yang dimaksud adalah Doktrin Islam (DI), Da'i (D), Tujuan Dakwah
(TD) dan Mad'u (M). Problem yang terjadi antar unsur-unsur tersebut disebut
obyek forma dakwah yang dapat dirujukan sumber ilmunya secara tertentu dari
macam-macam sumber tersebut. Interaksi tersebut dapat dilihat dari gambar
berikut:
13
DOKTRIN
ISLAM
DAI
TUJUAN MAD'U
DAKWAH
Interaksi antara unsur doktrin Islam dan Da'i (DI-D) melahirkan realitas
dakwah berupa problematika pemahaman da'i terhadap hakekat, status dan fungsi
dakwah dalam sistematika ajaran Islam. Problematika mempersoalkan dasar-dasar
umum dan hakekat dakwah sebagai realitas dari sistem Islam, , esensi pesan
Islam, pemahaman terdahap dinamika dakwah dalam sejarah menurut perspektip
Al-Qur'an dan Hadits dan produk pemikiran mengenai ajaran Islam itu sendiri,
baik yang tertuang dalam disiplin ilmu fiqh, ilmu kalam, ilmu taswuf dan ilmu-
ilmu keislaman lainnyayg dirujukan pada doktrin Islam. Realitas dakwah yang
turun dari interaksi antar unsur Da'i dan Doktrin Islam (DI-I) ini merupakan oyek
forma ilmu dakwah akan lahir pengetahuan dari teori dakwah yang berkaitan
dengan realitas dakwah dari interaksi dua unsur tersebut bersumber dari wahyu
(otoritas) dan akal (termasuk intuisi). Hal itu sejalan dengan cakupan Doktrin
Islam yang meliputi al-Qur'an, hadits dan sejarah Islam. Sedangkan unsur Da'i
meliputi seseorang atau sekelompok orang yang berusaha memahami dan
mengaktualisasikan doktrin Islam.
Realitas dakwah yang muncul dari interaksi antara unsur da'i dan mad'u
adalah kemungkinan penerimaan dan penolakan mad'u terhadap pesan dakwah,
dampak praktek dakwah terhadad kedua unsur tersebut baik secara psikologis
maupun sosiologis, problematika perencanaan penyajian pesan dakwah yang yang
14
berdasarkan fakta empiris yang ada pada da'i dam mad'u, pengenalan pemahaman
dan empati da'i terhadap realitas dakwah yang muncul dari interaksi D-M ini
merupkan obyek forma dakwah terutama program studi tabligh Islam. Dari kajian
terhadap realitas itu akan lahir teori dan pengetahuan tabligh, sumber ilmu yang
relevan dengan obyek forma ini adalah indra, akal, intuisi (anfus) dan alam (al-
afaq).
Hasil kajian terhadap obyek forma ilmu dakwah daro interaksi model M-
TD iniad pengetahuan dakwah yang bercorak empiris dan fenomenologis. Oleh
karena itu sumber ilmu dalam konteks realitas tersebut adalah indra, akal, intuisi
(anfus) dan alam (Al-falaq), serta sejarah. Sumber ilmu wahyu dalam konteks ini
lebih cenderung bersifat konfirmatif dan komplementatif. Hal itu karena sumber
wahyu tidak memiliki hubungan langsung dengan dunia empirik.
Manfaat filsafat dakwah adalah berguna untuk menentukan para da’I agar mampu
memahami ajaran islam secara radikal, sampai keakar-akarnya sehingga
menemukan kebenaran yang hakiki. Para da’I mampu menjelaskan bahwa islam
universal, tidak bertentangan logika dan akal sehat. Dengan demikian ajaran islam
disampaikan tidak hanya diterima secara dokmatis dan absolut semata, tetapi juga
melalui kerangka fikiran yang rasional yang mampu memberikan arti penting
dalam menyadari otoritas diri sebagi makhluk yang berdimensi dalam memahami
diri dan hak miliknya.