Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang yang memiliki

tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Menurut bank dunia

yang dikutip Depkes RI (2002). Rokok merupakan benda yang tidak asing lagi

bagi masyarakatkita, sehingga merokok sudah menjadi kebiasaan yang sangat

umum dan telah menyebar luas ke seluruh msyarakat kita yang menjadikan

rokok seolah-olah sebagai bagiandari kehidupannya walaupun bahaya rokok

terhadap kesehatan tubuh pada umumnya sudah diketahui namun kebiasaan ini

sulit untuk dihilangkan (Rusyanti Y, 1996).

Kebiasaan merokok juga merupakan sala satu penyebab penyakit gigi

dan mulut. Merokok mengakibatkan gigi berwarna coklat atau kusam, muda

terkena gingivitis dan penyakit periodontal, nafas berbau tidak sedap,

prakanker dan kanker mulut, hal ini telah di teliti oleh banyak peneliti

(Natamiharja, 2001).

Terjadinya perubahan dalam rongga mulut dapat di pahami oleh

karena rogga mulut merupakan tempat awal pembakaran rokok. Asap panas

yang yang menghembus ke dalam mulut secara terus menerus merupakan

rangsangan fisik yang dapat berakibat buruk terhadap jaringan mulut (Rusyanti

Y, 1996).

Pengaruh dari menghisap rokok bagian tubuh yang pertama kali

terpapar langsung dengan asap rokok. Merokok dapat menyebabkan

1
2

terganggunya kesehatan gigi dan mulut seperti; bau mulut, diskolorasi gigi,

inflamasi kelenjar saliva, meningkatkan terjadinya penumpukan plak dan

karang gigi pada gigi yang lama kelamaan akan menjadi penyakit periodontal,

kehilangan tulang pada rahang, terjadinya leukoplakia, memperlambat peroses

penyembuhan pada pencabutan gigi dan perawatan periodontal serta

meningkatkan resiko terjadinya kangker di rongga mulut (Daliemunthe, 2001).

Sedangkan keadaan dari bau nafas disebut halitosis umumnya istilah

tersebut digunakan untuk menunjukkan bau nafas yang tidak sedap. “Sebagian

besar halitosis atau cacogeusia termasuk dalam kelompok ini, faktor yang

menyebabkan bau berasal dari mulut adalah sebagai berikut : Bau mulut pada

pagi hari, bau karena lapar, diet, bau pada perokok, dan keadaan patologi dari

mulut yang menimbulkan foetororis (R. Haskell, J.J Gayford 178, 1990).

Dari beberapa hasil penelitian sebelumnya menyatakan bahwa

penyakit gigi dan mulut yang paling banyak dijumpai adalah penyakit

periodontal, tetapi perlu juga di ketahui tentang adanya hubungan antara

penyakit periodontal dengan kebiasaan merokok. Oleh karena itu peneliti

merasa perlu untuk mengkaji tentang hubungan kebiasaan merokok dengan

tingkat keparahan penyakit periondontal dan bau mulut yang dialami

masyarakat. Hal ini disebabkan karena masyarakat membutuhkan sesuatu yang

dapat mengurangi kejenuhan serta menganggap dapat meningkatkan

konsentrasi pada saat melakukan aktifitas. Merokok bagi masyarakat di desa

Masbagik Baru Kabupaten Lombok Timur juga merupakan budaya yang

berkembang di masyarakat yang sudah hal yang biasa di lakukan. Dengan latar

belakang tersebut peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian masalah


3

tersebut dengan tujuan untuk mengetahui adanya hubungan merokok terhadap

penyakit periodontal dan bau mulut di desa Masbagik Utara Baru.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas maka dapat dirumuskan

beberapa masalah sebagai berikut;” Apakah ada pengaruh kebiasaan merokok

terhadap penyakit jaringan periodontal dan halitosis di Desa Masbagik Utara

Baru Kabupaten Lombok Timur”.

1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui tentang hubungan merokok dengan penyakit

jaringan periodontal

b. Untuk mengetahui tentang hubungan merokok dengan halitosis (bau

mulut)

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dala penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk membangun

pengkajian terhadap persoalan mengenai hubungan merokok dengan

penyakit jaringan periodontal dan halitosis (bau mulut), dan hasil

penelitian ini diharapkan juga mampu untuk menambah reprensi bagi

para pihak yang membutuhkan dan berminat untuk mengembangkan

dalap tarap lebih lanjut.

b. Dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang

mengkaji tentang persoalan mengenai hubungan merokok dengan


4

penyakit jaringan periodontal dan halitosis (bau mulut), dan mampu

untuk menumbuh kembangkan kemampuan berfikir secara kritis dan

ilmiah.

c. Dari hasil penelitian ini akan dapart memberikan dan menambah

pengetahuan yang luas dan memperkaya wawsan pembaca tentang

hubungan merokok dengan penyakit jaringan periodontal dan halitosis

(bau mulut).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Rokok

Rokok merupakan silinder dari kertas berukuran panjang sekitar 12 cm

dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah

dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan di biarkan membara

agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain (Mejikuhibiniu, 2007).

Asap rokok tembakau mengandung gas dan bahan-bahan kimia yang

bersifat racun dan atau karsiogenik. Komposisi kimia dari asap rokok

tergantung pada jenis tembakau, disain rokok, seperti ada tidaknya filter,

bahan-bahan tambahan, dan sebagainya, pola merokok dari individu. Satu

batang rokok yang dibakar atau disulut dihasilkan kira-kira 500 mg gas (92 %)

dan bahan-bahan partikel padat (8 %), sebagian besar dari fase gas adalah

karbondioxida, oksigen dan hidrogen. Meskipun persentase karbondioxida

rendah, tetapi cukup menaikkan tekanan darah secara bermakna yang

berakibat akan berpengaruh pada sistem pertukaran hemoglobin. Tar berkisar

antara < 1 – 35 mg dan dalam kelompok ini terdapat bahan karsinogen yang

paling paten. Sedangkan kandungan nikotin berkisar dari < 1 – 3 mg,

mempunyai efek pharmakologis yang mendorong faktor ketergantungan

psikis, yang merupakan suatu sebab mengapa seorang perokok sulit untuk

berhenti merokok ( Ruslan G, 2006 ).

5
6

1. Nikotin

Nikotin adalah suatu bentuk cairan berminyak tidak berwarna. Zat ini bisa

menghambat rasa lapar, maka menyebabkan seseorang merasa tidak lapar

karena mengisap rokok. Zat ini juga dapat membuat kecanduan dan dapat

mempengaruhi sistem syaraf, mempercepat detak jantung (melebihi detak

normal), sehingga menambah resiko terkena penyakit jantung.

2. Tar

Tar adalah cairan kental berwarna coklat tua atau hitam didapatkan dengan

cara distilasi kayu dan arang juga dari getah tembakau.Zat inilah yang

menyebabkan kanker paru-paru. Racun kimia dalam tar juga dapat

meresap kedalam aliran darah dan kemudian dikeluarkan di urin. Tar yang

tersisa di kantung kemih juga dapat menyebabkan penyakit kanker

kantung kemih.

3. Karbon Monoksida

Karbon Monoksida merupakan gas yang tidak berbau, zat ini dihasilkan

dari pembakaran yang tidak sempurna dari unsur zat karbon. Jika karbon

monoxida ini masuk kedalam tubuh dan dibawa oleh hemoglobin kedalam

otot-otot tubuh. Zat ini juga dapat meresap dalam aliran darah dan

mengurangi kemampuan sel-sel darah merah untuk membawa oksigen ke

seluruh tubuh, sehingga sangat besar pengaruhnya terhadap system

peredaran darah. Selain itu,karbon monoksida memudahkan penumpukan

zat-zat penyumbat pembuluh nadi, yang dapat menyebabkan serangan

jantung yang fatal, juga dapat menimbulkan gangguan sirkulasi darah

dikaki.
7

Kandungan ketiga zat berbahaya didalam rokok tersebut memang

berbeda-beda untuk setiap merek rokok, tetapi mengganti merek rokok

yang di hisap bukanlah cara yang efektif untuk mengurangi resiko yang

dapat ditimbulkan dari kebiasaan merokok. Cara terbaik untuk

menghindari rokok adalah dengan berhenti merokok dan jika perokok

berhasil berhenti merokok maka peluang terjadinya gangguan-gangguan

kesehatan seperti diatas akan semakin mengecil setiap tahunnya

(Kurniawan, 2009).

2.2 Pengaruh Rokok Terhadap Mukosa Mulut

Rokok mempunyai banyak dampak negatif terhadap mukosa mulut. Rokok

merusak jaringan-jaringan yang terdapat di mukosa mulut. Bahan-bahan kimia

dan gas dalam rokok, seperti : tar, nikotin, karbonmonoksida, amonia, sianida,

nikotin dan sebagainya merangsang infeksi mukosa. Tar, nikotin, dan

karbonmonoksida merupakan bahan kimia yang paling berbahaya yang

terkandung dalam rokok.

Tar adalah hidrokarbon aromatic polsiklik yang terdapat dalam asap

rokok dan merupakan senyawa yang bersifat karsinogenik. Tar dapat

menyebabkan perubahan awal pada struktur dasar epitel mukosa mulut seperti

deskuamasi, atropi dan keratosis, lebih jauh mengakibatkan dysplasia epitel,

selanjutnya karsinoma in situ atau karsinoma invasive. Kadar tar yang

terkandung dalam asap rokok inilah yang berpotensi menimbulkan

kanker. Nikotin adalah bahan alkaloid toksik dalam tembakau yang dapat

langsung bekerja padasystem saraf perifer, menimbulkan rangsangan

ganglionik dan pelepasan katekolamin yang secara tidak langsung akan


8

menimbulkan ROS. Studi epidomologi yang menunjukkan bahwa dari semua

penderita kanker mulut, lebih dari setengahnya adalah perokok sehingga dapat

dilihat bahwa rokok merupakan bahanyang meningkatkan tingginya penderita

kanker mulut Dan adanya faktor karsinogen memicu untuk terjadinya

karsinoma. Leukoplakia adalah istilah klasik untuk plak atau bercak putih

pada mukosa mulut yang tidak dapat dihapus dan tidak dapat diklasifikasikan

sebagai penyakit lain secara klinis atau histopatologis dimana daerah yang

rentan adalah dasar mulut, ventral dan lateral lidah.

Rokok dapat menstimulasi melanosit mukosa mulut dan menghasilkan

melanin berlebihan, sehingga terjadi pigmentasi coklat pada mukosa bukal,

dan gingiva yang dikenal sebagai lesi Melanosis Perokok. Rokok

menyebabkan tonjolan pada lidah bagian atas menjadi lebih panjang

(hipertropi) yang merusak ujung sensoris tastebuds (alat perasa).

Hasil pembakaran tembakau yang terdapat dalam rokok, disebut ter

menyebabkan adanya noda yang menjadi penyebab perubahan warna pada

gigi. Pada perokok biasa, noda yang ada berwarna coklat, sedangkan pada

perokok pipa terjadi warna perubahan warna menjadi hitam. Apabila merokok

yang berkepanjangan stain akan masuk ke bagian gigi lapisan superficial dan

sulit untuk dihilangkan.

2.3 Bahaya Rokok

Meski semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat rokok,

perilaku merokok tidak pernah surut dan tampaknya merupakan perilaku yang

masih ditolerir oleh masyarakat. Dalam asap rokok terdapat 4000 zat kimia

berbahaya untuk kesehatan, dua diantaranya adalah nikotin yang bersifat


9

adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik (Asril Bahar, harian umum

Republika, Selasa 26 Maret 2002 : 19). Racun dan karsinogen yang timbul

akibat pembakaran tembakau dapat memicu terjadinya kanker. Pada awalnya

rokok mengandung 8-20 mg nikotin dan setelah dibakar nikotin yang masuk

ke dalam sirkulasi darah hanya 25%. Walau demikian jumlah kecil tersebut

memiliki waktu hanya 15 detik untuk sampai ke otak manusia.

Nikotin diterima oleh reseptor asetilkolin-nikotinik yang kemudian

terbagi ke jalur imbalan dan jalur adrenergik. Pada jalur imbalan, perokok

akan merasa nikmat, memacu sistem dopaminergik. Hasilnya perokok akan

merasa lebih tenang, daya pikir serasa lebih cemerlang, dan mampu menekan

rasa lapar. Sementara di jalur adrenergik, zat ini akan mengaktifkan sistem

adrenergik pada bagian otak lokus seruleus yang mengeluarkan sorotin.

Meningkatnya sorotin menimbulkan rangsangan rasa senang sekaligus

keinginan mencari rokok lagi. (Agnes Tineke, Kompas Minggu 5 Mei 2002 :

22). Hal inilah yang menyebabkan perokok sangat sulit meninggalkan rokok,

karena sudah ketergantungan pada nikotin

Efek dari rokok/tembakau memberi stomulasi depresi ringan,

gangguan daya tangkap, alam perasaan, alam pikiran, tingkah laku dan fungsi

psikomotor. Jika dibandingkan zat-zat adiktif lainnya rokok sangatlah rendah

pengaruhnya, maka ketergantungan pada rokok tidak begitu dianggap gawat

(Roan dan Psikiatri, 1979 : 33)

Beberapa resiko kesehatan bagi perokok berdasarkan hasil Survei

Sosial Ekonomi Nasional tahun 2004 antara lain :


10

1. Wanita yang merokok mungkin mengalami penurunan atau penundaan

kemampuan hamil, pada pria meningkatkan risiko impotensi sebesar 50%.

2. Ibu hamil yang merokok selama masa kehamilan ataupun terkena asap

rokok dirumah atau di lingkungannya beresiko mengalami proses

kelahiran yang bermasalah.

3. Seorang bukan perokok yang menikah dengan perokok mempunyai risiko

kanker paru sebesar 20-30% lebih tinggi daripada mereka yang

pasangannya bukan perokok dan juga risiko mendapatkan penyakit

jantung.

4. Lebih dari 43 juta anak Indonesia berusia 0-14 tahun tinggal dengan

perokok dilingkungannya mengalami pertumbuhan paru-paru yang lambat,

dan lebih mudah terkena infeksi saluran pernafasan, infeksi telinga dan

asma.

Disamping itu beberapa penyakit akibat merokok menurut Badan POM RI

antara lain:

1. Penyakit jantung dan stroke.

Satu dari tiga kematian di dunia berhubungan dengan penyakit jantung dan

stroke. Kedua penyakit tersebut dapat menyebabkan “sudden death”

(kematian mendadak).

2. Kanker paru.

Satu dari sepuluh perokok berat akan menderita penyakit kanker paru.

Pada beberapa kasus dapat berakibat fatal dan menyebabkan kematian,

karena sulit dideteksi secara dini. Penyebaran dapat terjadi dengan cepat

ke hepar, tulang dan otak.


11

3. Kanker mulut.

Merokok dapat menyebabkan kanker mulut, kerusakan gigi dan penyakit

gusi.

4. Osteoporosis.

Karbonmonoksida dalam asap rokok dapat mengurangi daya angkut

oksigen darah perokok sebesar 15%, mengakibatkan kerapuhan tulang

sehingga lebih mudah patah dan membutuhkan waktu 80% lebih lama

untuk penyembuhan. Perokok juga lebih mudah menderita sakit tulang

belakang.

5. Katarak.

Merokok dapat menyebabkan gangguan pada mata. Perokok mempunyai

risiko 50% lebih tinggi terkena katarak, bahkan bisa menyebabkan

kebutaan.

6. Psoriasis.

Perokok 2-3 kali lebih sering terkena psoriasis yaitu proses inflamasi kulit

tidak menular yang terasa gatal, dan meninggalkan guratan merah pada

seluruh tubuh.

7. Kerontokan rambut.

Merokok menurunkan sistem kekebalan, tubuh lebih mudah terserang

penyakit seperti lupus erimatosus yang menyebabkan kerontokan rambut,

ulserasi pada mulut, kemerahan pada wajah, kulit kepala dan tangan.

8. Dampak merokok pada kehamilan.

Merokok selama kehamilan menyebabkan pertumbuhan janin lambat dan

dapat meningkatkan risiko Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Risiko


12

keguguran pada wanita perokok 2-3 kali lebih sering karena Karbon

Monoksida dalam asap rokok dapat menurunkan kadar oksigen.

9. Impotensi.

Merokok dapat menyebabkan penurunan seksual karena aliran darah ke

penis berkurang sehingga tidak terjadi ereksi.

2.4 Upaya Penanggulangan Bahaya Rokok Bagi Kesehatan

Betapa sulitnya memberantas kebiasaan merokok. Hampir semua

orang mengetahui bahwa racun nikotin yang terdapat dalam asap rokok

membahayakan bagi kesehatan. Bukan hanya untuk perokok itu sendiri

melainkan juga untuk orang-orang disekitarnya yang ikut menghisap asap

tersebut (perokok pasif). Selain itu, asap rokok juga mengganggu hubungan

sosial antara perokok dan bukan perokok.

Menurut Sarlito Wirawan Sarwono (Psikologi Lingkungan,1992)

orang-orang yang merokok tidak mau menghentikan kebiasaannya karena

beberapa alasan, antara lain :

1. Faktor kenikmatan (kecanduan nikotin).

2. Status (simbol kelaki-lakian).

3. Mengakrabkan hubungan sosial sesama perokok.

Pengendalian masalah rokok sebenarnya telah diupayakan diantaranya

melalui penetapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dibeberapa tatanan dan

sebagian wilayah Jakarta, Kota Bogor, Kota Cirebon dan sebagainya.Begitu

juga beberapa lintas sektor seperti Departemen Perhubungan dengan

menetapkan penerbangan pesawat menjadi penerbangan tanpa asap rokok,

Departemen Pendidikan Nasional menetapkan sekolah menjadi kawasan tanpa


13

rokok, serta beberapa Pemda yang menyatakan tempat kerja sebagai kawasan

tanpa asap rokok.

Kawasan Tanpa Rokok adalah ruangan atau arena yang dinyatakan

dilarang untuk kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi, ataupun

penggunaan rokok. Penetapan Kawasan Tanpa Rokok merupakan upaya

perlindungan masyarakat terhadap risiko ancaman gangguan kesehatan karena

lingkungan tercemar asap rokok. Penetapan Kawasan Tanpa Rokok perlu

diselenggarakan di tempat umum, tempat kerja, angkutan umum, tempat

ibadah, arena kegiatan anak-anak, institusi pendidikan dan tempat pelayanan

kesehatan.

Tujuan umum dari Kawasan Tanpa Rokok adalah menurunkan angka

kesakitan dan kematian akibat rokok. Sedangkan tujuan khusus penetapan

Kawasan Tanpa Rokok adalah :

1. Mewujudkan lingkungan yang bersih, sehat, aman, dan nyaman.

2. Memberikan perlindungan bagi masyarakat bukan perokok.

3. Menurunkan angka perokok.

4. Mencegah perokok pemula.

5. Melindungi generasi muda dari penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika

dan Zat Adiktif.

Disamping itu, manfaat penetapan Kawasan Tanpa Rokok adalah :

1. Bermartabat, yakni menghargai dan melindungi hak asasi bukan perokok.

2. Ekonomis :

a. Meningkatkan produktivitas.

b. Mengurangi beban biaya hidup.


14

c. Menurunkan angka kesakitan.

3. Menciptakan tempat umum, sarana kesehatan, tempat kerja, institusi

pendidikan, arena kegiatan anak-anak, tempat ibadah dan angkutan umum

yang sehat, aman dan nyaman.

Dari keterkaitan berbagai aspek yang ada dalam permasalahan

merokok, maka penanggulangan masalah merokok bukan saja menjadi

tanggung jawab sektor kesehatan, melainkan tanggung jawab berbagai sektor

yang terkait dengan minimal menetapkan Kawasan Tanpa Rokok di tempat

kerja masing-masing. Penetapan Kawasan Tanpa Rokok diberbagai tatanan

dapat diwujudkan melalui penggalangan komitmen bersama untuk

melaksanakannya. Dalam hal ini peran lintas sektor sangatlah penting untuk

menentukan keberhasilan dari penetapan Kawasan Tanpa Rokok sebagai salah

satu upaya penanggulangan bahaya rokok (Sarlito Wirawan Sarwono,1992)

Rendahnya kesadaran masyarakat tentang bahaya rokok menjadi

alasan sulitnya penetapan Kawasan Tanpa Rokok yang ditunjukkan dengan

keadaan hampir 70% perokok di Indonesia mulai merokok sebelum umur 19

tahun. Bahkan data Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) 2003

meyebutkan usia 8 tahun sudah mulai merokok.

2.5 Jaringan Periodontal

Jaringan periodontal merupakan system fungsional jaringan yang

mengelilingi gigi dan melekatkan pada tulang rahang, dengan demikian dapat

mendukung gigi sehingga tidak terlepas dari soketnya. Jaringan periodontal

terdiri atas gingival, tulang alveoral, ligamentum periodontal dan sementum.

Sementum termasuk dalam jaringan periodontal, karena sementum bersama-


15

sama dengan tulang alveolar merupakan tempat tertanamnya serat-serat utama

ligamentum periodontal. Setiap jaringan memainkan peran yang penting

dalam memelihara kesehatan dan fungsi dari periodontal. Keadaan jaringan

periodontal ini sangat bervariasi, bergantung atau dipengaruhi oleh morfologi,

fungsi, maupun usia.

1. Gingiva

Gingiva merupakan bagian dari jaringan periodontal yang paling

luar. Gingiva sering kali dipakai sbagai indicator jika jaringan periodontal

terkena penyakit. Hal ini disebabkan karena kebanyakan penyakit

periodontal dimulai dari gingiva, kadang-kadang juga gingiva dapat

menggambarkan keadaan tulang alveolar yang berada di bawahnya.

Gingiva merupakan bagian dari membran mukosa mulut tipe

mastikasi yang melekat pada tulang alveolar serta menutupi dan

mengelilingi leher gigi. Pada permukaan rongga mulut, gingiva meluas

dari puncak marginal gingiva sampai ke pertautan mukogingival. Pertautan

mukogingival ini merupakan batas antara gingiva dan mukosa mulut

lainnya. Mukosa mulut dapat dibedakan dengan mudah dari gingiva,

karena warnanya merah gelap, dan permukaannya licin atau halus

mengkilat. Hal ini dijumpai pada permukaan vestibular mandibula maupun

maksila serta permukaan oral mandibula. Pada permukaan oral maksila,

tidak dijumpai pertautan mukogingival sama sekali, karena gingiva

berbatasan dengan membrane mukosa mulut yang menutupi palatum

durum, yang tipenya sama dengan gingiva. Gingiva mengelilingi gigi dan

meluas sampai keruang interdental. Gingiva diantara permukaan oral dan


16

vestibular, berhubungan satu sama lain melalui gingiva yang berada di

ruang interdental ini.

2. Pembagian Gingiva

Secara anatomis gingiva dibagi menjadi dua bagian, yaitu gingiva

cekat (attached gingiva) dan gingiva tidak cekat (unattached gingiva) yang

terdiri atas gingiva bebas (Free gingiva) dan marginal gingiva.

Tetapi untuk kepentingan klinis yang khusus, bagian gingiva yang

berada di ruang interdental, dipisahkan secara klinis sebagai suatu bagian

kusus dari gingival. Hal ini disebabkan bagian gingival tersebut digunakan

sebagai indikator yang paling akurat untuk mengetahui terjadinya penyakit

gingiva sedini mungkin. Dengan demikian, untuk pembahasan selanjutnya

gingiva dibagi menjadi tiga bagian yaitu marginal gingiva, papila

interdental dan gingiva cekat.

a. Unattached gingiva ( free gingiva atau marginal gingiva)

Unattached gingiva atau dikenal juga sebagai free gingiva atau

marginal gingiva merupakan bagian gingiva yang tidak melekat erat

pada gigi, mengealilingi daerah leher gigi, membuat lekukan seperti

kulit kerang. Unattached gingiva ini mulai dari arah mahkota sampai

pertautan sementoemail.

Batas antara marginal gingiva dengan gingiva cekat merupakan

suatu lekukan dangkal yang dinamai free gingival groove. Free

gingival groove ini berjalan seajajar deangan margin gingiva. Dalam

keadaan normal free gingival groove ini dapat dipakai sebagai

petunjuk dasar sulkus gingiva.


17

b. Papila Interdental

Papilla interdental atau gingival interdental merupakan bagian

gingiva yang mengisi ruangan interdental, yaitu ruangan di antara dua

gigi yang letaknnya berdekatan dari daerah akar sampai titik kontak.

Gingiva interdental ini terdiri atas bagian lingual dan bagian fasial.

Bagian samping menunjukkan batas yang dibentuk oleh gingiva bebas

dari dua gigi yang berdekatan dan bagian tengah dari papilla

interdental dibentuk oleh gingiva cekat.

c. Gingiva Cekat

Gingiva cekat merupakan lanjutan marginal gingiva, meluas

dari free gingiva groove sampai ke pertautan mukogingival. Gingiva

cekat ini melekat erat ke sementum mulai dari sepertiga bagian akar ke

periosteum tulang alveolar.

Pada permukaan gingiva cekat ini terdapat bintik-bintik atau

lekukan kecil seperti lesung pipi yang disebut stipling. Stipling ini

mengakibatkan permukaan gingiva cekat terlihat seperti kulit jeruk.

Stiling disebabkan oleh adanya tarikan serat-serat kolagen pada

jaringan gingiva cekat ke sementum atau tulang.

2.6 Halitosis (Bau Mulut)

Banyak orang yang tak sadar atau bahkan tidak peduli bila bau mulut

bisa berpengaruh pada pergaulan. Bahkan, jika dibiarkan bisa jadi masalah

yang mengganggu. Secara umum, bau mulut atau halitosis bisa disebabkan

oleh banyak faktor,mulai dari kesehatan rongga mulut hingga penyakit kronis.
18

Bakteri yang hidup di dalamnya pasti akan metabolisasi jaringan-

jaringan mati di situ, yang akhirnya akan menimbulkan bau. Marik

menambahkan, ada berbagai faktor penyebab bau mulut, antara lain makan

makanan yang ”beraroma”. Contohnya jengkol, petai, bawang putih dan

durian. Bertumpuknya plak di gigi, gusi, lidah,dan gigi tiruan.

Penyebab lain yang bisa menyebabkan bau mulut, yaitu hidung,

jantung, atau karena penyakit tertentu. Misalnya kencing manis, infeksi paru-

paru, serta infeksi lambung atau usus. Namun, pada anak, bisa disebabkan ada

benda asing yang masuk ke hidung dan tidak terdeteksi sehingga terjadi

pembusukan. Lalu menimbulkan bau yang tidak sedap (Tarigan, Rasinta DR.

drg. 1994).

Selain itu, bau mulut juga bisa terjadi karena pengaruh sisa-sisa

makanan yang ada di dalam mulut. Apabila ini terjadi, akan mengundang

aktivitas bakteri secara berlebihan. Langkah awal untuk mengetahui apakah

seseorang memiliki bau mulut adalah dengan meletakkan telapak tangan di

depan mulut. Lalu embuskan udara dari mulut. Anda mungkin kaget sendiri

mencium bau yang kurang sedap dari mulut. Atau katupkan bibir rapat-rapat

dan kemudian embuskan udara keras-keras melalui hidung ke arah telapak

tangan atau dengan menggunakan kartu ukuran 3×5 cm. Kemudian dekatkan

telapak atau kartu tersebut pada hidung. Setelah mengetahui bahwa seseorang

bau mulut, langkah selanjutnya dengan mencari penyebabnya. Untuk

menghilangkan bau mulut yang disebabkan oleh gigi, bisa juga menggunakan

obat kumur yang berfungsi sebagai penyegar.


19

Problem bau mulut atau halitosis dalam istilah medis, memang

menjadi problem keseharian yang kalau tidak disadari akan menjadi problem

serius. Masalah bau mulut ini memamng menjadi problem serius, bukan

karena menyangkut relasi sosial saja, namun juga berdampak kepada

kesehatan.

Karena itu jika anda mengalami problem bau mulut berkepanjangan,

jangan sungkan-sungkan untuk pergi ke dokter dan mendeteksi penyakit yang

anda deita. Selain itu, janganl-jangan anda juga mengidap halitosis kronis.

Sebab napas tak sedap jika dibiarkan bisa mengakibatkan hal tersebut.

Untuk mengetahui apakah anda mengidap bau mulut kronis atau tidak,

ada sebuah tips mudah yang bisa anda praktikkan. Ambillah sebuah bola

kapas dan gosokkan kesekitar gigi, gusi dan mulut. Lalu cium bola kapas

tersebut, bila aroma bau busuk muncul berarti anda tengah menghadapi

masalah.

Dalam mulut yang sehat, sel-sel mati akan terkelupas secara alami lalu

tertelan bersama air liur dan tercerna tanpa mengakibatkan bau mulut. Tetapi

dalam mulut yang tidak seahat, bakteri dan plak menumpuk akibat sisa

makanan. Kondisi ini dapat menurunkan jumlah air liur. Alhasil mulut akan

terasa kering dan aroma nafas pun menjadi bau.

Bagi anda mengidap bau mulut kronis, ada empat tahap aktivitas yang

dianjurkan para dokter gigi dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut. Empat

rutinitas wajib tersebut adalah membiasakan diri membersihkan mulut,

melakukan flossing setiap hari, menggosok gigi tiga kali sehari dengan sikat

dan pasta gigi yang tepat, serta menggunakan pembersih lidah.


20

Berdasarkan berbagai riset, bau mulut itu bisa disebabkan karena sepuluh hal:

a. Bakteri Anaerobe

Ini adalah penyebab bau mulut terbesaar yang persentasenya

mencapai 85% - 95%. Bakteri anaerobe adalah bakteri penghasil senyawa

belerang yang hidup di dalam mulut. Bakteri ini juga merupakan flora

normal dalam mulut, fungsinya untuk membantu proses pencernaan. Jadi,

semua orang memilikinya dalam mulut masing-masing dan bakteri ini

tidak dapat dimusnahkan serta tidak menular.

b. Makanan Beraroma Tajam

Makanan seperti bawang putih, durian,ikan, jengkol, pete, dan

beraroma menyengat bisa menyebabkan bau mulut. Khusus untuk bawang

putih, rempas jenis ini kaya akan kandungan sulfur, yang sudah cukup

dikenal sebagai penyebab bau mulut. Bahkan tidak hanya mulut saja yang

bau, keringat juga akan bau jika terlalu banyak mengkonsumsi bawang

putih.

c. Rokok dan Kopi

Merokok akan membuat mulut anda kering dan menjadi sarang

yang nyaman bagi bakteri. Selain itu, kombinasi lebih dari 4000 zat kimia

dalam rokok yang berkumpul di dalam mulut anda, sudah pasti akan

menciptakan aroma kurang sedap. Kopi juga bisa menjadi penyebab bau

mulut. Meski terasa nikmat, tapi efeknya cukup tajam.


21

d. Alkohol

Zat yang satu ini sealain merusak sel tubuh, juga menyebabkan bau

mulut. Hal tersebut karena actor bisa mengurangi produksi air liur di

dalam mulut. Tentu saja bakteri sangat menyukai lingkungan yang kering.

e. Susu, Gula dan Keju

Jika dikira mengkonsumsi susu dan gula tidak bisa menyebabkan

bau mulut. Begitu juga dengan keju. Keju dan produk susu lainnya kaya

akan protein, sehingga menjadi santapan lezat, tak hanya bagi manusia

tetapi juga bagi bakteri penyebab bau mulut. Gula juga demikian, selain

menyeababkan gigi berlubang, gula juga menjadi makanan bagi bakteri.

f. Gangguan Perut

Tekadang gangguan di perut atau usus bisa menyebabkan bau

mulut, terutama saat bersendawa. Diet rendah karbohidrat juga

menyebabkan ketosis, pembakar lemak di tubuh yang menyebabkan bau

tidak sedap.

g. Penyakit

Ada beberapa penyakit yang bisa menyebabkan bau mulut. Di

antaranya infeksi saliran napas, infeksi sinus kronis, diabetes, gangguan

ginjal, lever, dan asam refluks kronis. Penyakit-penyakit gusi seperti

gingivitis dan periodontitis juga bisa menjadi penyebab.

h. Mulut Kering

Mulut yang kering karena kurang minum air juga merupakan

kontributorpenyebab masalah bau mulut. Karena itu, jangan heran ketika

bangun tidur di pagi hari bau mulut kita kurang sedap. Ini karena selama
22

tidur mulut kita kering. Juga kalau konsumsi air di tubuh kita kurang,

mulut kita cepat kering dan bau.

i. Kencing Nanah Tenggorokan

Disinyalir semakin banyak orang mengidap kencing nanah

tenggorokan akibat oral seks. Kuman kencing nanah ditularkan lewat

selaput lender kelamin atau rongga mulut, temasuk tenggorokan, apabila

udah terbentuk luka mini di sana. Kita tahu, seseriang apa pun kegiatan

seks, selaput lender kelamin dan mulut, hamper selalu menimbulkan luka

renik yang belum tentu tampak oleh mata telanjang.

j. Kelainan Organ Tubuh

Umumnya terjadi pada rongga mulut, telinga, hidung dan

tenggorokan, saluran pernapasan atau saluran pencernaan. Tapi sebagian

besar penyebab bau mulut, sebenarnya akibat kelainan pada rongga mulut.

Karies (gigi berlubang), sisa akar gigi, karang gigi, peradangan pada gusi

(gingivitis) atau penggunaan gigi palsu yang tidak benar, sangat berpotensi

menimbulkan bau mulut (Tarigan, Rasinta DR. drg. 1994).


BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Periodontal

Perokok

Halitosis

Gambar 3.1 Hubungan merokok terhadap jaringan periodontal dan halitosis

3.2 Hipotesis Penelitian

Dari uraian latar belakang, kajian terdiri dari hasil penelitian terdahulu

dapat ditarik hipotesis sebagai berikut; Diduga ada pengaruh kebiasaan merokok

terhadap penyakit jaringan periodontal dan halitosis di desa Masbagik Utara Baru

Kabupaten Lombok Timur.

23
24

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik, dimana peneliti

menggali tentang hubungan merokok terhadap jaringan periodontal dan

halitois di desa Masbagik Utara Baru.

4.2 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini diambil seluruh populasi sebanyak 64

orang. Metode ini disebut sampel jenuh atau sensus.

4.2 Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini diambil secara acak selama bulan April

2016 dengan menggunakan total populasi

4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan pada perokok di desa Masbagik Utara

Baru pada bulan April 2016

4.5 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam

penelitian, karena itu seorang peneliti harus terampil dalam mengumpulkan

data agar mendapatkan data yang valid. Pengumpulan data adalah prosedur

yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut :

1. Observasi Langsung

Observasi langsung adalah cara pengambilan data dengan

menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan

24
25

tersebut. Dalam kegiatan sehari-hari, kita selalu menggunakan mata untuk

mengamati sesuatu. Observasi ini digunakan untuk penelitian yang telah

direncanakan secara sistematik tentang hubungan merokok dengan penyakit

jaringan periodontal dan halitosis.

Tujuan menggunakan metode ini untuk mencatat hal-hal, perilaku,

perkembangan, dan sebagainya tentang hubungan merokok dengan penyakit

jaringan periodontal dan halitosis.

2. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya

dengan si penjawab dengan menggunakan alat yang dinamakan interview

guide (panduan wawancara).

Tujuan penulis menggunakan metode ini, untuk memperoleh data

secara jelas dan kongkret tentang hubungan merokok dengan penyakit

jaringan periodontal dan halitosis. Dalam penelitian ini, peneliti akan

mengadakan wawancara dengan perokok.

4.6 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kaca

mulut, sende, pinset, probe dan lembar pemeriksaan untuk memeriksa gigi

pada perokok.

4.7 Definisi Oprasional

Untuk memudahkan pengukuran dari kerangka konsep maka

ditetapkan variabel, definisi operasional, cara pengukuran dan data

pengukurannya adalah sebagai berikut :


26

Tabel 1.2 Variabel Penelitian Dan Desinisi Oprasional Variabel

NO Variabel Definisi Oprasional Skala Pengukuran Data


1 Rokok Rokok merupakan silinder Ordinal
dari kertas berukuran panjang
sekitar 12 cm dengan diameter
sekitar 10 mm yang berisi
daun-daun tembakau yang
telah dicacah.
2 Jaringan Jaringan periodontal Ordinal
periodontal merupakan system fungsional
jaringan yang mengelilingi
gigi dan melekatkan pada
tulang rahang, dengan
demikian dapat mendukung
gigi sehingga tidak terlepas
dari soketnya.
3 Halitosis Bakteri yang hidup di Ordinal
dalamnya pasti akan
memetabolisasi jaringan-
jaringan mati di situ, yang
akhirnya akan menimbulkan
bau mulut.

4.8 Kriteria Penilaian

1. Kebiasaan menyirih, konsumsi tuak dan/atau merokok diperoleh dengan

wawancara secara langsung.

2. Kedalaman poket diukur pada bagian mesial, distal, lingual atau palatal dan

bukal gigi menggunakan probe periodontal, meliputi:

3. Kehilangan perlekatan klinis diukur dengan probe periodontal padabagian

mesial dan bukal gigi, meliputi :

4. Pada penelitian ini, semua gigi sampel diperiksa yang meliputi bagian

mesial, distal, lingual atau palatal dan bukal, dan yang memiliki nilai

tertinggi diambil sebagai data.


27

Perdarahan dinilai dengan menjalankan probe periodontal sepanjang

dinding jaringan lunak dari celah gingiva. skor untuk keempat bidang gigi dapat

dijumlahkan dan dibagi empat untuk memberikan nilai gigi. Dengan

menambahkan nilai gigi bersama-sama dan membagi dengan jumlah gigi

diperiksa, skor GI individu dapat diperoleh. Daerah gingiva semua gigi atau gigi

yang dipilih dapat assesed. skor GI dari 0,1 sampai 1,0 menunjukkan peradangan

ringan, 1,1 sampai 2,0 menunjukkan peradangan sedang, dan 2,1 sampai 3,0

menunjukkan peradangan berat.

Tabel 4.1 Penilaian Untuk Kondisi Jaringan Periodontal

Nilai Kondisi Jaringan Periodontal


Tidak terdapat perdarahan
0 Tidak terdapat kalkulus
Tidak terdapat poket patologis
Perdarahan pada probing margin gingival
1 Tidak terdapat kalkulus
Tidak terdapat poket patologis
Terdapat kalkulus (sub atau supragingiva) dengan atau
2 tanpa perdarahan
Tidak terdapat poket patologis
Poket patologis sedalam 4-5 mm dengan atau tanpa
3
kalkulus dan perdarahan
Poket patologis sedalam 6 mm atau lebih dengan atau tanpa
4
kalkulus dan perdarahan
Sumber: Maduakor dkk, 2000
28

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 64 orang yang merokok selama ≤ 2

tahun dan ≥ 3 tahun, maka di peroleh hasil tentang hubungan merokok terhadap

keparahan penyakit jaringan periodontal pada masyarakat di Desa Masbagik Utara

Baru Kabupaten Lombok Timur seperti pada tabel berikut :

Tabel 2. Rata-Rata Nilai/Skor Keadaan Gigi Sampel Yang Merokok Terhadap


Kondisi Jaringan Periodontal.

Rata-rata Skor Keadaan Gigi Yang Diperiksa Nilai


Lamanya
Jml. rata- Kategori
Merokok
57/56 51 66/67 76/77 71 87/86 rata

≤2
1,2 0,1 0,2 1,2 0,5 1,7 4,7 0,8 Sedang
Tahun
≥3
2,3 1,0 2,3 3,1 1,4 3,1 13,1 2,2 Buruk
Tahun

Berdasarkan tabel 2. menunjukkan bahwa setelah diadakan pemeriksaan

terhadap keadaan jaringan periodontal masyarakat di desa masbagik utara baru

yang lama merokoknya 2 tahun kurang (≤ 2 tahun) maka diperoleh hasil skor rata-

rata 0,2 adalah kategorinya sedang, sedangkan yang lama merokonya 3 tahun atau

lebih (≥ 3 tahun) memiliki skor rata-rata 2,2 adalah kategorinya buruk.

28
29

Tabel 3. Distribusi Status Jaringan Periodontal di desa Masbagik Utara Baru


Berdasarkan Pengukuran CPITN.

Jumlah Persentase
Kondisi jaringan Periodontal Skor CPITN
(n) (%)
Sehat 0 9 14
Perdarahan gingiva tidak disertai
1 8 12
kalkulus
Perdarahan gingiva disertai kalkulus 2 12 19
Poket periodontal 3,5-5,5 mm 3 35 55
Poket periodontal > 5,5 mm 4 0 0
Total 64 100

Berdasarkan tabel 3. menunjukkan bahwa setelah diadakan pemeriksaan

terhadap keadaan status jaringan periodontal masyarakat di desa masbagik utara

perdarahan gingiva disertai kalkulus dengan skor 2 berjumlah 12 orang, sedangkan

terdapat poket periodontal dengan skor 3 berjumlah 35 orang, hal ini menunjukkan

bahwa tingginya jumlah subjek penelitian yang mengalami pocket periodontal

(skor 3) dapat dihubungkan dengan rendahnya kebersihan rongga mulut (oral

hygiene).

5.2 Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perokok yang memiliki jaringan

periodontal sehat, walaupun tidak dalam jumlah yang banyak yaitu 9 orang (14%).

Menghisap rokok terhadap penyakit periodontal masih diperdebatkan jika individu

yang merokok dengan individu yang tidak merokok diperbandingkan. Berdasarkan

usia dan tingkat kebersihan mulutnya, tidak ditemukan adanya perbedaan tingkat

inflamasi gingival dan kerusakan jaringan periodontal. Akan tetapi beberapa

peneliti menemukan gingivitis dan periodontitis yang lebih parah pada individu
30

yang merokok, dimana hal tersebut mungkin terjadi akibat meningkatnya

akumulasi plak. Meskipun beberapa peneliti lainnya menemukan bahwa

meningkatnya akumulasi plak (Rusyanti Y, 1996).

Hasil menunjukkan bahwa setelah diadakan pemeriksaan terhadap keadaan

status jaringan periodontal masyarakat di desa masbagik utara perdarahan gingiva

disertai kalkulus dengan skor 2 berjumlah 12 orang, sedangkan terdapat poket

periodontal dengan skor 3 berjumlah 35 orang, hal ini menujukkan bahwa

tingginya jumlah subjek penelitian yang mengalami pocket periodontal (skor 3)

dapat dihubungkan dengan rendahnya kebersihan rongga mulut (oral hygiene).

Rokok merupakan benda yang tidak asing lagi bagi masyarakat sehingga

merokok sudah menjadi kebiasaan yang sangat umum dan meluas ke seluruh

lapisan masyarakat. Walaupun bahaya rokok terhadap kesehatan tubuh pada

umumnya sudah diketahui namun kebiasaan ini sulit dihilangkan (Rusyanti

Y,1996).

Kebiasaan merokok juga merupakan salah satu penyebab penyakit gigi dan

mulut. Merokok mengakibatkan gigi berwarna coklat atau kusam, mudah terkena

gingivitis dan penyakit periodontal, nafas berbau tidak sedap, prakanker, dan

kanker mulut hal ini telah diteliti oleh banyak peneliti (Natamiharja L, 2001).

Bakteri Anaerobe ini adalah penyebab bau mulut terbesaar yang

persentasenya mencapai 85% - 95%. Bakteri anaerobe adalah bakteri penghasil

senyawa belerang yang hidup di dalam mulut. Jadi rokok juga termasuk dari

bagian yang menyebabkan bau mulut atau halitosis. Berdasarkan pembahasan di

atas maka jelaslah bahwa ada hubungan merokok dengan penyakit jaringan

periodontal dan halitosis (bau mulut).


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Status jaringan periodontal berdasarkan pengukuran CPITN pada hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa 12 orang (19%) mengalami perdarahan

gingiva disertai kalkulus, 9 orang (14%) memiliki jaringan periodontal

sehat, 8 orang (12%) mengalami perdarahan gingiva tidak disertai kalkulus,

35 orang (55%) memiliki poket periodontal 3,5-5,5 mm, dan tidak ada yang

memiliki poket periodontal lebih dari 5,5 mm.

2. Kebutuhan perawatan yang dibutuhkan berdasarkan angka tertinggi

pengukuran CPITN pada hasil penelitian ini ialah skeling.

6.2 Saran

1. Perlu dilakukan survei pada mahasiswa, dosen dan karyawan di Akademi

gigi, mengenai seberapa jauh pemahaman dan informasi yang diperoleh

mengenai bahaya merokok hingga saat ini. Hal ini terkait dengan seberapa

besar motivasi responden untuk berhenti merokok setelah mendapatkan

edukasi mengenai bahaya merokok bagi kesehatan.

2. Perlu diadakan konseling berhenti merokok, yang memberikan informasi

mengenai bahaya merokok dan berbagai penyakit yang dapat timbul

karenanya, serta memberikan pendampingan pada pihak-pihak yang ingin

berhenti merokok.

31
32

DAFTAR PUSTAKA

Dewi D. Pengaruh Kebiasaan Merokok Terhadap Mukosa Mulut.Dentika Dental


Jurnal,vol 10,no.2,2005,Hal.132-133,135

Florensia Sea, 2000. Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut, Akademi Kesehatan Gigi
Departemen Kesehatan Denpasar.

Haskell.J.J.Gayforrd, R. 1990. Penyakit Mulut, Kedokteran EGC, Cetakan 1.


Jakarta.

Houwink, B. 1993. Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan, Gadjah Mada University


Press. Cetakan Pertama, Yogyakarta.

Husodo SM.Jumlah Leukosit Air Ludah Para Perokok.Majalah Kesehatan Gigi


Indonesia,vol 1,no.06,juni 2005,Hal.18

Kurniawan.Zat-Zat yang Terkandung Dalam Rokok. (http://.Wordpres.com


diakses/2012/0/27)

Maduakor, S., Lauverjat, Y., Cadot, S., Da Costa Nobel, R., Laporte, C., Miquel,
J.L. Application Of Community Periodontal Index Treatment Need
(CPITN) In Enugu (Nigeria) : Study Of Secondary School Students
Aged Between 12-18 Years, 2000, Odonto-Stomatologie Tropicale :29.

Meganda Hiranya Putri,dkk, 2009. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras


dan Jaringan Pendukung Gigi,Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Mejikuhibiniu. Definisi Rokok Sigaret dan Kretek.(http://blogspot.com


diakses/2012/02.html

Nainggolan, R.A. 2008. Anda Mau Berhenti Merokok, Cetakan Keempat


Belas,Bandung.

Rudi Hermawan, 2010. Menyehatkan Daerah Mulut, Buku Biru. Cetakan


Pertama. Banguntapang Jogjakarta.

Ruslan G. Efek Merokok Terhadap Rongga Mulut. Jurnal Kedokteran Gigi.no.2,tahun ke


42,1993,Hal.22-25

Rusyanti Y. Pengaruh Merokok Kretek Terhadap Jaringan Gusi.Jurnal Kedokteran


Gigi,vol 8,no.1,Juli 1996,Hal.35-39

Tarigan, Rasinta DR. drg. 1994. Kesehatan Gigi dan Mulut. EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai