Laporan PKP
LAPORAN
Disusun Oleh :
Nama : Siti Khodijah
Nim : 815118466
Pokjar : BANDUNG
UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ BANDUNG
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya setiap manusia bersifat dinamis dan memiliki dorongan
ingin tahu tentang segala sesuatu, baik yang berhubungan dengan makhluk hidup
lain, kebendaan, kejadian maupun perbuatan. Sifat dinamis dan rasa ingin tahu
merupakan potensi dasar yang harus dikembangkan secara terarah dan optimal.
Dengan sifat dasar alami setiap manusia, kita bisa melihat dengan nyata
dimana anak-anak begitu sering asyik bermain-main dengan sesuatu benda atau
melakukan sesuatu perbuatan yang dirinya sendiri belum mengetahui manfaat dan
bahayanya. Kondisi ini merupakan indikasi objektif yang membenarkan bahwa
setiap manusia bersifat dinamis dan memiliki rasa ingin tahu, misalnya tentang
benda-benda tajam seperti pisau, silet, cutter, alat mencocok, gunting dan lain-
lain.
Gunting sebagai salah satu dari sekian banyak benda tajam sering anak-
anak temukan, baik di rumah maupun di sekolah. Aktivitas yang dilakukan anak-
anak dengan menggunakan gunting, itu sebenarnya suatu gejala awal yang positif
dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak, semestinya mendapat
respon yang positif dari guru dan orang tua. Gejala tersebut merupakan modal
dasar dan momentum awal yang baik bagi suatu proses belajar, karena belajar
hakikatnya adalah proses aktivitas yang terencana dan sadar tujuan. Namun
demikian kenyataan yang dilakukan pada umumnya oleh guru dan orang tua justru
bersifat kontradiktif dengan dasar-dasar kependidikan. Umumnya guru TK atau
orang tua justru melarang murid dan anak-anak mereka untuk memegang dan
menggunakan gunting, tanpa memberi penjelasan kepada anaknya. Sikap perilaku
tersebut semata-mata hanya karena kekhawatiran guru dan orang tua yang takut
anaknya terluka karena tergunting, barang-barangnya rusak/berantakan atau
mungkin merasa jengkel dengan segala aktivitas anaknya tersebut. Sikap
semacam itu bukan hanya tidak bijaksana, tetapi juga sekaligus dapat mematikan
potensi positif dalam diri anak.
Sebenarnya aktivitas anak merupakan kunci pokok dari suatu kegiatan
belajar. Sementara itu interaksi anak dengan sesuatu benda atau suatu perbuatan
yang dilakukan anak merupakan suatu kegiatan yang dapat direkayasa sedemikian
rupa, sehingga menjadi suatu kegiatan belajar. Seperti halnya kegiatan
menggunting. Dengan demikian sifat dinamis dan rasa ingin tahu anak tentang
sesuatu benda atau perbuatan bisa didesain menjadi suatu proses edukatif. Dalam
hal ini anak dapat diarahkan pada perkembangan motorik.
Sujiono (2007: 1.12), Perkembangan motorik adalah proses seorang anak
belajar untuk terapil menggerakan anggota tubuh. Perkembangan motorik pada
anak meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang
menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang
dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Seperti brrjalan, melompat, berlari,
naik sepeda. Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus
atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk
belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan,
mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua
kemampuan tersebut jelas sangat diperlukan anak agar mereka dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal.
Dalam standar kompetensi kurikulum TK tercantum bahwa tujuan pendidikan
di TK adalah membantu mengembangkan berbagai potensi anak baik psikis dan
fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif,
bahasa, fisik/motorik, kemandirian, dan seni untuk memasuki pendidikan dasar.
Untuk itu anak TK belajar dari guru tentang berbagai hal termasuk gerakan
motorik halus.
Berdasarkan observasi di TK Qanitah anak-anak menunjukkan keterlambatan
dalam keterampilan motorik halusnya, yang ditandai dengan kurang terampilnya
siswa dalam penggunaan media gunting. Ketidakmaksimalan ini penyebabnya
adalah pengelolaan kelas, yaitu penggunaan media dalam menumbuhkembangkan
kreativitas anak dalam meningkatkan keterampilan motorik halusnya.
Pendidikan di TK dalam pelaksanaan pembelajaran guru harus mempunyai
kemampuan menyesuaikan media sesuai dengan karakteristik tujuan anak yang
diberi pembelajaran.
Untuk pengembangan kemampuan dasar anak dilihat dari kemampuan
motorik halusnya, maka guru-guru TK Qanitah akan membantu meningkatkan
keterampilan motorik halus anak dalam hal memperkenalkan dan melatih gerakan
halus anak, meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol gerakan tubuh dan
koordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh sehingga dapat menunjang
pertumbuhan jasmani yang kuat, sehat dan terampil.
Dengan demikian, belajar melalui benda konkrit seperti media gunting untuk
meningkatkan motorik halus anak dipandang akan lebih efektif. Oleh karena itu
dalam penelitian ini akan diangkat suatu judul “Penggunaan Media Gunting
untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak di Tk Qanitah
Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka secara umum
pokok permasalahan penelitian ini adalah : Bagaimana penggunaan media gunting
dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK Qanitah. Mengingat
luasnya permasalahan tersebut maka penulis batasi pada sub-sub masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana Gambaran kemampuan motorik halus anak di TK Qanitah Kecamatan
Cipatat Kabupaten Bandung Barat?
2. Bagaimana Efektivitas penggunaan media gunting dalam pembelajaran 3M di TK
Qanitah Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat ?
3. Bagaimana pengaruh penggunaan media gunting dalam meningkatkan
kemampuan motorik halus anak di TK Qanitah Kecamatan Cipatat Kabupaten
Bandung Barat?
C. Tujuan Perbaikan
1. Tujuan Secara Umum :
Untuk mengetahui bagaimana penggunaan media gunting dapat
meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK Qanitah Kecamatan Cipatat
Kabupaten Bandung Barat.
2. Tujuan Secara Khusus :
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
a. Untuk memperoleh Gambaran kemampuan motorik halus anak di TK Qanitah
Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat.
b. Untuk mengetahui efektivitas penggunaan media gunting dalam pembelajaran 3M
di TK Qanitah Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat?
c. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan media gunting dalam meningkatkan
kemampuan motorik halus anak di TK Qanitah Kecamatan Cipatat Kabupaten
Bandung Barat?
D. Manfaat Perbaikan
1. Manfaat Secara Teoritis :
a. Penelitian ini senantiasa menjadi wahana untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan guru dalam penggunaan media pembelajaran pada jenjang TK.
b. Penelitian ini senantiasa menjadi wahana untuk menerapkan kemampuan
penelitian ilmiah dalam mengkaji permasalahan di bidang pendidikan pada
jenjang TK
A. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media
Istilah media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari
“medium”. Secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Pengertian umumnya
adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi
kepada penerima informasi.
Media menurut AECT adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk
menyalurkan pesan. Sedangkan Gagne mengartikan media sebagai jenis
komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar.
Briggs mengartikan media sebagai alat untuk memberikan perangsang bagi siswa
agar terjadi proses belajar
2. Media Pembelajaran
Istilah pembelajaran lebih menggambarkan usaha guru untuk membuat
belajar para siswanya. Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti jika tidak
menghasilkan kegiatan belajar pada para siswanya. Kegiatan belajar hanya akan
berhasil jika si belajar secara aktif mengalami sendiri proses belajar. Seorang guru
tidak dapat mewakili belajar siswanya. Seorang siswa belum dapat dikatakan telah
belajar hanya karena ia sedang berada dalam satu ruangan dengan guru yang
sedang mengajar.
Pekerjaan mengajar tidak selalu harus diartikan sebagai kegiatan
menyajikan materi pelajaran. Meskipun penyajian materi pelajaran memang
merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran, tetapi bukanlah satu-satunya.
Masih banyak cara lain yang dapat dilakukan guru untuk membuat siswa belajar.
Peran yang seharusnya dilakukan guru adalah mengusahakan agar setiap siswa
dapat berinteraksi secara aktif dengan berbagai sumber balajar yang ada.
Media pembelajaran adalah media yang digunakan dalam pembelajaran,
yaitu meliputi alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari
sumber belajar ke penerima pesan belajar (siswa). Sebagai penyaji dan penyalur
pesan, media belajar dalam hal-hal tertentu bisa mewakili guru menyajiakan
informasi belajar kepada siswa.
Peran media dalam komunikasi pembelajaran di TK sangat penting artinya
mengingat perkembangan anak saat itu berada pada masa konkrit. Oleh karena itu,
salah satu prinsip pembelajaran di TK adalah kekonkritan. Dengan demikian
pembelajaran di TK harus menggunakan sesuatu yang memungkinkan anak dapat
belajar secara konkret. Prinsip kekonkritan tersebut mengisyaratkan perlunya
digunakan media sebagai saluran penyampai pesan dari guru kepada anak agar
pesan tersebut dapat diserap anak dengan baik. Dengan demikian diharapkan
terjadi perubahan-perubahan perilaku berupa kemampuan dalam pengetahuan,
sikap dan keterampilan.
Banyak hasil penelitian menunjukan bahwa proses pembelajaran akan lebih
berhasil bila anak turut aktif dalam proses pembelajaran tersebut. Dengan kata
lain yang menjadi pusat dalam kegiatan pembelajaran bukanlah guru melainkan
anak. Hal ini berarti perlunya beragai fasilitas belajar, termasuk media
pembelajaran.
Hasil penelitian British Audio-Visual Association menghasilkan temuan
bahwa rata-rata jumlah informasi yang diterima indra adalah :
75 % melalui indra penglihatan
13 % melalui indra pendengaran
6 % melalui indra sentuhan dan perabaan
6 % melalui indra penciuman dan lidah.
Dari data tersebut menunjukan bahwa penggunaan media yang dapat dilihat
(visual) dalam pembelajaran di TK lebih menguntungkan dibandingkan dengan
penyampaian secara verbal. Gunting sebagai salah satu media pembelajaran dapat
digunakan guru untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
3. Gunting
Dalam Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pendidikan Dasar hal 249 dituliskan
“Gunting” kb 1 alat perkakas untuk memotong kain (rambut dan sebagainya) 2
menggunting kk memotong (memangkas dan sebagainya) dengan memakai
gunting.
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN
1. Siklus I
a. Perencanaan
Perencanaan pada siklus 1 diawali dengan membuat perencanaan pembelajaran
atau SKH (Satuan Kegiatan Harian).
SKH 1
1) Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang macam-
macam makanan kesukaan dan bernyanyi “aku anak sehat”.
2) Inti
Di kegiatan ini anak menggunting gambar buah apel, menghubungkan tulisan
dengan gambar dan mengelompokkan gambar macam-macam makanan.
3) Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu, kemudian bermain
bersama.
4) Penutup
Di kegiatan akhir anak bermain tepuk “tepuk sate”, evaluasi, berdo’a,
mengucapkan salam dan pulang.
SKH 2
1) Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang makanan
kesukaan dan bertepuk “tepuk kuman”.
2) Inti
Di kegiatan ini anak menggunting gambar es krim, mengurutkan gambar dengan
huruf dan menghitung jumlah makanan.
3) Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu, kemudian bermain
bersama.
4) Penutup
Di kegiatan akhir anak bernyanyi “buah-buahan (Bahasa Inggris)”, evaluasi,
berdo’a, mengucapkan salam dan pulang.
SKH 3
1) Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang makanan
binatang dan bernyanyi individual.
2) Inti
Di kegiatan ini anak menggunting gambar ikan, menghubungkan makanan
binatang dengan tulisannya dan mengelompokkan makanan binatang.
3) Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu, kemudian bermain
bersama.
4) Penutup
Di kegiatan akhir anak bermain tepuk “tepuk ikan”, evaluasi, berdo’a,
mengucapkan salam dan pulang.
SKH 4
1) Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang macam-
macam minuman dan bernyanyi “pok ame-ame”.
2) Inti
Di kegiatan ini anak menggunting gambar gelas, menebalkan tulisan macam-
macam minuman dan menghubungkan gambar dengan bilangan.
3) Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu, kemudian bermain
bersama.
4) Penutup
Di kegiatan akhir anak mendengarkan sajak sederhana “aku sehat”, evaluasi,
berdo’a, mengucapkan salam dan pulang.
SKH 5
1) Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang minuman
kesukaan dan menebak judul lagu .
2) Inti
Di kegiatan ini anak menggunting gambar minuman kesukaan dari koran atau
majalah, menghubungkan gambar dengan tulisannya dan mengelompokkan
gambar minuman.
3) Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu, kemudian bermain
bersama.
4) Penutup
Di kegiatan akhir anak bernyanyi “kalau kau senang hati”, evaluasi, berdo’a,
mengucapkan salam dan pulang.
b. Langkah-langkah perbaikan
1) Skenario perbaikan SKH 1
Guru memberikan penjelasan tentang manfaat gunting dengan
menggunakan bahasa yang jelas dan sederhana, menggunakan alat peraga,
memberikan penjelasan tentang bahaya gunting, cara memegang gunting,
memberikan contoh cara menggunting, memberi kesempatan anak untuk bertanya,
meminta anak untuk berhati-hati menggunakan gunting, meminta anak untuk
memegang gunting, menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat proses
menggunting, membantu anak yang belum bisa menggunting, memberikan
penilaian, mengajak anak untuk menceritakan proses menggunting dan
menyimpan kembali gunting ke tempat semula.
3) Tugas Supervisor
Memberikan orientasi PKP, membimbing dan memberikan supevisi, menilai
rancangan satu siklus dalam tiap siklus, mereview SKH, skenario perbaikan,
lembar observasi, refleksi dan mereview hasil APKG 1 dan 2, menilai simulasi,
membimbing dan memberi masukan terhadap laporan PKP, menilai laporan,
merekapitulasi nilai praktek dan menyerahkan rekapitulasi nilai praktek dan
laporan PKP ke UPBJJ UT.
d. Prosedur Kegiatan Pengembangan
Prosedur kegiatan pengembangan yang utama adalah memberikan
penjelasan tentang gunting, mengenal bentuk, cara memegang, dan menyuruh
anak menggunting gambar yang telah disediakan guru juga yang di ambil dari
koran dan majalah dengan mengutamakan proses pelaksanaan pembelajaran dari
pada melihat hasil akhir.
e. Pengamatan/Pengumpulan data/instrumen
Dalam melaksanakan perbaikan pengembangan pembelajaran pada siklus 1
dan 2 menggunakan pengumpulan data melalui hasil karya atau penugasan kepada
anak, menetapkan instrumen penilaian dan data observasi
f. Refleksi
Setelah melaksanakan perbaikan dalam kegiatan pengembangan penelitian
meninjau kembali apa saja kelemahan dan kekuatan dari pembelajaran yang telah
dilaksanakan dan apa saja hal-hal yang perlu diperbaiki selanjutnya. Hasil refleksi
dari skenario perbaikan 1-5 kekuatan dan kelemahan tindakan perbaikan setelah
melaksanakan :
Skenario perbaikan 1
Kekuatan : dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan
bahaya gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna juga
berbahaya.
Kelemahan : masih ada anak yang belum bisa memegang gunting dengan benar.
Skenario perbaikan 2
Kekuatan : dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan
bahayanya gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna
juga berbahaya.
Kelemahan: masih ada anak yang belum bisa menggunakan gunting dengan benar.
Skenario perbaikan 3
Kekuatan : dengan memberikan penjelasan tentang cara menggunakan, memegang dan
melaksanakan kegiatan menggunting sehingga anak menjadi tahu menggunting
bentuk.
Kelemahan: masih ada anak yang belum bisa menggunting gambar dengan benar.
Skenario perbaikan 4
Kekuatan : dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan
bahayanya gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna
juga berbahaya.
Kelemahan : masih ada anak yang belum rapi dalam menggunting gambar pola.
Skenario perbaikan 5
Kekuatan : dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan
bahayanya gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna
juga berbahaya.
Kelemahan : masih ada anak yang belum rapi dalam menggunting gambar dari majalah atau
koran.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Perencanaan pada siklus II diawali dengan membuat perencanaan
pembelajaran atau SKH (Satuan Kegiatan Harian).
SKH 6
1). Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang macam-
macam jenis pakaian dan bermain tepuk “tepuk polisi”.
2). Inti
Di kegiatan ini anak menggunting gambar baju, menghubungkan gambar macam-
macam pakaian dengan tulisannya dan mengelompokkan gambar macam-macam
pakaian.
3). Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu, kemudian bermain
bersama.
4). Penutup
Di kegiatan akhir anak bernyanyi “polingga”, evaluasi, berdo’a, mengucapkan
salam dan pulang.
SKH 7
1) Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang pakaian
untuk bekerja dan bertepuk “tepuk dokter”.
2) Inti
Di kegiatan ini anak menggunting gambar jenis-jenis pakaian untuk bekerja,
menebalkan tulisan dan menghitung gambar pakaian.
3) Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu, kemudian bermain
bersama.
4) Penutup
Di kegiatan akhir anak bernyanyi “pak pilot”, evaluasi, berdo’a, mengucapkan
salam dan pulang.
SKH 8
1) Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang pakaian
daerah dan bernyanyi “senggol dendang”.
2) Inti
Di kegiatan ini anak menggunting gambar pakaian adat,menulis huruf depan
gambar dan menyebutkan urutan bilangan dengan gambar.
3) Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu, kemudian bermain
bersama.
4) Penutup
Di kegiatan akhir anak bermain tepuk “tepuk kabayan”, evaluasi, berdo’a,
mengucapkan salam dan pulang.
SKH 9
1) Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang baju
boneka dan bernyanyi “abdi gaduh boneka”.
2) Inti
Di kegiatan ini anak menggunting gambar boneka, menebalkan tulisan minuman
dan mengelompokkan gambar dengan bilangan.
3) Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu, kemudian bermain
bersama.
4) Penutup
Di kegiatan akhir anak bermain tepuk “tepuk badut”, evaluasi, berdo’a,
mengucapkan salam dan pulang.
SKH 10
1) Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang asal mula
pakaian dan bernyanyi kelompok.
2) Inti
Di kegiatan ini anak menggunting kain, menghubungkan gambar dengan
tulisannya dan mengurutkan gambar dengan angka.
3) Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu, kemudian bermain
bersama.
4) Penutup
Di kegiatan akhir anak bermain tepuk “tepuk kupu-kupu”, evaluasi, berdo’a,
mengucapkan salam dan pulang.
b. Langkah-langkah perbaikan
1) Skenario perbaikan SKH 6
Guru memberikan penjelasan tentang manfaat gunting dengan
menggunakan bahasa yang jelas dan sederhana, menggunakan alat peraga,
memberikan penjelasan tentang bahaya gunting, cara memegang gunting,
memberikan contoh cara menggunting, memberi kesempatan anak untuk bertanya,
meminta anak untuk berhati-hati menggunakan gunting, meminta anak untuk
memegang gunting, menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat proses
menggunting, membantu anak yang belum bisa menggunting, memberikan
penilaian, mengajak anak untuk menceritakan proses menggunting dan
menyimpan kembali gunting ke tempat semula.
c. Pelaksanaan
1) Menentukan Penilai 1 dan 2
Penilai 1 adalah Ibu Nani Cahyani, S.Pd, dan penilai 2 adalah Bapak
Carlim, S.Ag., dengan menggunakan surat pernyataan kesediaan berperan menjadi
penilai dan ditandatangani oleh kepala sekolah TK Qanitah yang beralamat di Kp.
Kiara RT 01 RW 12 Desa Mandalawangi Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung
Barat.
e. Pengamatan/Pengumpulan data/instrumen
Dalam melaksanakan perbaikan pengembangan pada siklus 1 dan 2
menggunakan pengumpulan data melalui hasil karya atau penugasan kepada anak,
menetapkan instrumen penilaian dan data observasi.
f. Refleksi
Setelah melaksanakan perbaikan dalam kegiatan pembelajaran dan
pengembangan, peneliti melakukan refleksi diri apakah selama melaksanakan
perbaikan pengembangan memiliki kelebihan atau kekurangan untuk diperbaiki
selanjutnya.
Skenario perbaikan 6
Kekuatan : dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan
bahayanya gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna
juga berbahaya.
Kelemahan : masih ada anak yang belum bisa memegang gunting dengan benar.
Skenario perbaikan 7
Kekuatan : dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan
bahayanya gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna
juga berbahaya.
Kelemahan: masih ada anak yang belum bisa menggunakan gunting dengan benar.
Skenario perbaikan 8
Kekuatan : dengan memberikan penjelasan tentang cara menggunakan, memegang dan
melaksanakan kegiatan menggunting sehingga anak menjadi tahu menggunting
bentuk.
Kelemahan: masih ada anak yang belum bisa menggunting gambar dengan benar.
Skenario perbaikan 9
Kekuatan : dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan
bahayanya gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna
juga berbahaya.
Kelemahan : masih ada anak yang belum rapi dalam menggunting gambar pola.
Skenario perbaikan 10
Kekuatan : dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan
bahayanya gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna
juga berbahaya.
Kelemahan : masih ada anak yang belum rapi dalam menggunting gambar dari majalah atau
koran.
Dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran terdapat
kekuatan dan kelemahan diri. Hal ini dikarenakan masih kurangnya kegiatan
pembelajaran yang menggunakan media gunting, sehingga setelah melaksanakan
tindakan perbaikan pengembangan dalam rancangan satu siklus, dapat
disimpulkan :
Kekuatan diri : sebelum membuat perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, terlebih dahulu melihat
kemampuan dan karakteristik anak, sehingga dalam pelaksanaan kegiatan
perbaikan pengembangan pembelajaran dapat terlaksana dengan hasil yang sesuai,
dan merupakan tantangan baru bagi peneliti untuk menggunakan strategi
pembelajaran dan anak merasa senang dengan kegiatan yang dilaksanakan.
Kelemahan diri : selain memberikan penjelasan peneliti juga harus dapat memberikan kegiatan
yang tidak membosankan bagi anak, melaksanakan kegiatan pengembangan
pembelajaran dengan menggunakan media gunting sering dilakukan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel : 1
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus I Tampilan ke-1
Siklus I
Nilai Prosentase Keterangan
Frekuensi
(%)
• 2 15,38 Baik
√ 3 23,08 Sedang
O 8 61,54 Kurang
Jumlah 13 100
Sumber : Data Hasil Observasi
Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan
kategori baik yaitu berjumlah 2 orang anak, jumlah anak yang berhasil
menggunting dengan kategori sedang 3 orang anak dan sisanya anak yang kurang
berjumlah 8 orang anak. Sehingga dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil belajar belum sesuai
dengan yang diharapkan guru.
Siklus I
Nilai Prosentase Keterangan
Frekuensi
(%)
• 3 23,08 Baik
√ 4 30,77 Sedang
O 6 46,15 Kurang
Jumlah 13 100
Sumber : Data Hasil Observasi
Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan
kategori baik yaitu berjumlah 3 orang anak, jumlah anak yang berhasil
menggunting dengan kategori sedang 4 orang anak dan sisanya anak yang kurang
berjumlah 6 orang anak. Sehingga dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil belajar belum sesuai
dengan yang diharapkan guru.
Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting dengan
kategori baik baru 23,08 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran belum
berhasil.
Tabel : 3
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus I Tampilan ke-3
Siklus I
Nilai Prosentase Keterangan
Frekuensi
(%)
• 4 30,77 Baik
√ 4 30,77 Sedang
O 5 38,46 Kurang
Jumlah 13 100
Sumber : Data Hasil Observasi
Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan
kategori baik yaitu berjumlah 4 orang anak, jumlah anak yang berhasil
menggunting dengan kategori sedang 4 orang anak dan sisanya anak yang kurang
berjumlah 5 orang anak. Sehingga dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil belajar belum sesuai
dengan yang diharapkan guru.
Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting dengan
kategori baik baru 30,77 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran belum
berhasil.
Tabel : 4
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus I Tampilan ke-4
Siklus I
Nilai Prosentase Keterangan
Frekuensi
(%)
• 5 38,46 Baik
√ 3 23,08 Sedang
O 5 38,46 Kurang
Jumlah 13 100
Sumber : Data Hasil Observasi
Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan
kategori baik yaitu berjumlah 5 orang anak, jumlah anak yang berhasil
menggunting dengan kategori sedang 3 orang anak dan sisanya anak yang kurang
berjumlah 5 orang anak. Sehingga dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil belajar belum sesuai
dengan yang diharapkan guru.
Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting dengan
kategori baik baru 38,46 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran belum
berhasil.
Tabel : 5
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus I Tampilan ke-5
Sikulus I
Nilai Prosentase Keterangan
Frekuensi
(%)
• 6 46,15 Baik
√ 3 23,08 Sedang
O 4 30,77 Kurang
Jumlah 13 100
Sumber : Data Hasil Observasi
Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan
kategori baik yaitu berjumlah 6 orang anak, jumlah anak yang berhasil
menggunting dengan kategori sedang 3 orang anak dan sisanya anak yang kurang
berjumlah 4 orang anak. Sehingga dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil belajar belum sesuai
dengan yang diharapkan guru.
Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting dengan
kategori baik baru 46,15 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran belum
berhasil.
b. Tampilan Guru Dalam Pembelajaran
Data hasil observasi Siklus I yang dilakukan observer terhadap
penampilan guru dalam pembelajaran dengan mengunakan gunting untuk
meningkatkan kemampuan motorik halus anak dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel : 6
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus I Tampilan 1
Dari Tabel di atas diketahui bahwa penampilan guru dari 15 aspek yang
diamati oleh observer dalam lembar observasi 13 aspek menunjukan kemunculan
ya dan 2 aspek sisanya menunjukan kemunculan tidak . Ini artinya bahwa
penampilan guru masih belum sesuai dengan perencanaan yang dibuat.
Dilihat dari jumlah prosentase aspek kemunculan ya sebesar 87 %. Hal ini
menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah
baik.
Tabel : 7
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus I Tampilan 2
Dari Tabel di atas diketahui bahwa penampilan guru dari 15 aspek yang
diamati oleh observer dalam lembar observasi 14 aspek menunjukan kemunculan
ya dan 1 aspek sisanya menunjukan kemunculan tidak . Ini artinya bahwa
penampilan guru masih belum sesuai dengan perencanaan yang dibuat.
Dilihat dari jumlah prosentase aspek kemunculan ya sebesar 93 %. Hal ini
menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah
baik.
Tabel : 8
Data Hasil Observasi Tentang Peanampilan Guru Siklus I Tampilan 3
Dari Tabel di atas diketahui bahwa penampilan guru dari 15 aspek yang
diamati oleh observer dalam lembar observasi 15 aspek menunjukan kemunculan
ya dan 0 aspek sisanya atau tidak ada aspek yang menunjukan kemunculan tidak .
Ini artinya bahwa penampilan guru sudah sesuai dengan perencanaan yang dibuat.
Namun demikian masih ada 2 komentar yang merupan kekurangan yang
ditunjukan oleh guru dalam pembelajaran.
Dilihat dari jumlah prosentase aspek kemunculan ya sebesar 100 %. Hal
ini menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah
baik.
Tabel : 9
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus I Tampilan 4
Tabel : 10
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus I Tampilan 5
c. Refleksi
Data temuan penelitian bersama teman sejawat yang dapat dihimpun adalah
sebagai berikut :
1) Refleksi komponen pembelajaran.
Kegiatan yang telah dilaksanakan suadah sesuai dengan indikator yang
ditentukan, materi yang disajikan juga sesuai dengan tingkat perkembangan anak,
media pembelajaran telah sesuai dengan indikator yang telah ditentukan, reaksi
anak terhadap metode pembelajaran yang digunakan dapat diterima sebagai
pengalaman yang beragam. Alat penilaian yang digunakan sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
2) Refleksi proses kegiatan
Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan sudah sesuai dengan SKH yang telah
disusun, namun masih ada kelemahan dalam hal penataan kegiatan, pengelolaan
kelas, juga pemanfaatan waktu yang belum maksimal. Penyebabnya karena
mungkin guru baru pertama dan belum beradaptasi dengan lingkungan serta
belum optimalnya penataan kegiatan. Dalam memperbaiki kelemahan tersebut
guru melakukannya dengan cara menyesuaikan keadaan dan kegiatan yang
biasa/rutin dilaksanakan. Kekuatan guru dalam merancang kegiatan sudah
disesuaikan dengan tema dan perkembangan anak. Penyebab kekuatan dalam
merancang kegiatan disesuaikan dengan atan dengan memberi kesempatan kepada
anak agar dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal-hal unik positif
yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagian besar anak dapat
menerima dan melaksanakan kegiatan tersebut. Alasan guru yang dapat
dipertangungjawabkan dalam mengambil keputusan dan tindakan mengajar adalah
menerapkan prinsip belajar sambil bermain dan bermain seraya belajar. Reaksi
anak terhadap pengelolaan kelas belum sepenuhnya dapat menerima pembelajaran
yang dilaksanakan guru karena masih ada anak yang asyik dengan kegiatannya
sendiri. Sebagaian anak dapat menangkap penjelasan yang diberikan guru. Dalam
penilaian reaksi anak sangat antusias karena anak senang dengan pujian dan tanda
bintang. Anak telah mencapai indikator kemampuan yang ditetapkan guru. Guru
juga telah dapat mengatur dan memanfaatkan waktu kegiatan sebaik mungkin.
Untuk kegiatan penutup telah dapat meningkatkan penguasaan anak terhadap
materi yang disampaikan.
2. Siklus II
a. Hasil Belajar Anak
Siklus kedua saya laksanakan berdasarkan hasil yang belum maksimal dari
siklus I maka diadakan pendekatan bagi siswa yang masih jauh dari yang
diharapkan tentang pelaksanaan kegiatan pembelajarannya. Penulis memberikan
dorongan kepada siswa untuk lebih berani mencoba menggunakan gunting dan
pemberian motivasi melalui pejelasan tentang penggunaan gunting.
Siklus II dilaksanakan tanggal 10 – 14 Oktober 2011, dari kegiatan siklus II
ini diperoleh data sebagai berikut :
Tabel : 11
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus II Tampilan ke-1
Siklus I
Nilai Prosentase Keterangan
Frekuensi
(%)
• 7 53,85 Baik
√ 2 15,38 Sedang
O 4 30,77 Kurang
Jumlah 13 100
Sumber : Data Hasil Observasi
Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan
kategori baik yaitu berjumlah 7 orang anak, jumlah anak yang berhasil
menggunting dengan kategori sedang 2 orang anak dan sisanya anak yang kurang
berjumlah 4 orang anak. Sehingga dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil belajar belum sesuai
dengan yang diharapkan guru.
Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting dengan
kategori baik baru 53,85 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran belum
berhasil.
Tabel : 12
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus II Tampilan ke-2
Siklus I
Nilai Prosentase Keterangan
Frekuensi
(%)
• 8 61,54 Baik
√ 3 23,08 Sedang
O 2 15,38 Kurang
Jumlah 13 100
Sumber : Data Hasil Observasi
Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan
kategori baik yaitu berjumlah 8 orang anak, jumlah anak yang berhasil
menggunting dengan kategori sedang 3 orang anak dan sisanya anak yang kurang
berjumlah 2 orang anak. Sehingga dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil belajar sudah sesuai
dengan yang diharapkan guru.
Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting dengan
kategori baik baru 61,54%. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran belum
berhasil.
Tabel : 13
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus II Tampilan ke-3
Sikulus I
Nilai Prosentase Keterangan
Frekuensi
(%)
• 9 69,23 Baik
√ 2 15,38 Sedang
O 2 15,38 Kurang
Jumlah 13 100
Sumber : Data Hasil Observasi
Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan
kategori baik yaitu berjumlah 9 orang anak, jumlah anak yang berhasil
menggunting dengan kategori sedang 2 orang anak dan sisanya anak yang kurang
berjumlah 2 orang anak. Sehingga dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil belajar sudah sesuai
dengan yang diharapkan guru.
Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting dengan
kategori baik baru 69,23 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran sudah
berhasil.
Tabel : 14
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus II Tampilan ke-4
Siklus I
Nilai Prosentase Keterangan
Frekuensi
(%)
• 10 76,92 Baik
√ 3 23,08 Sedang
O 0 0,00 Kurang
Jumlah 13 100
Sumber : Data Hasil Observasi
Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan
kategori baik yaitu berjumlah 10 orang anak, jumlah anak yang berhasil
menggunting dengan kategori sedang 3 orang anak dan sisanya anak yang kurang
berjumlah 0 orang anak. Sehingga dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil belajar sudah sesuai
dengan yang diharapkan guru.
Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting dengan
kategori baik mencapai 76,92 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran sudah
berhasil.
Tabel : 15
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus II Tampilan ke-5
Siklus I
Nilai Prosentase Keterangan
Frekuensi
(%)
• 12 92,31 Baik
√ 1 7,69 Sedang
O 0 0,00 Kurang
Jumlah 13 100
Sumber : Data Hasil Observasi
Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan
kategori baik yaitu berjumlah 12 orang anak, jumlah anak yang berhasil
menggunting dengan kategori sedang 1 orang anak dan sisanya anak yang kurang
berjumlah 0 orang anak. Sehingga dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil belajar sudah sesuai
dengan yang diharapkan guru.
Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting dengan
kategori baik baru mencapai 92,31 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran
sangat berhasil.
Secara keseluruhan dari tabel data hasil belajar anak dengan menggunakan
media gunting siklus I dan II di atas dapat kita lihat untuk kategori Baik (B)
adalah sebagai berikut Tampilan 1 sebanyak 2 orang anak atau = 15,38 %,
Tampilan 2 bertambah menjadi 3 orang anak atau = 23,08 %, Tampilan 3
bertambah menjadi 4 orang anak atau = 30,77 %, Tampilan 4 bertambah menjadi
5 orang anak atau 38,46 %, Tampilan 5 bertambah menjadi 6 orang anak atau =
46,15 %, Tampilan 1 Siklus II bertambah 7 orang anak atau = 53,85 %, Tampilan
2 bertambah menjadi 8 orang anak atau = 61,54%, Tampilan 3 bertambah
menjaadi 9 orang anak atau 69,23, Tampilan 4 bertambah menjadi 10 orang anak
atau = 76,92 % dan Tampilan 5 bertambah menjadi 12 orang anak atau = 92,31 %.
Hasil belajar anak dalam pembelajaran dengan menggunakan media gunting
untuk kategori Sedang (S) siklus I adalah sebagai berikut : Tampilan 1 sebanyak 3
siswa atau = 23,08 %, Tampilan 2 bertambah menjadi 4 siswa atau = 30,77 %,
Tampilan 3 tetap 4 siswa atau = 30,77 %, Tampilan 4 tetap 3 siswa atau 23,08 %,
Tampilan 5 tetap 3 orang anak atau = 23,08 %, Siklus II Tampilan 1 berkurang
lagi menjadi 2 orang anak atau = 15,38 %, Tampilan 2 bertambah menjadi 3 orang
anak atau = 23,08%, Tampilan 3 berkurang menjadi 2 orang anak atau 15,38,
Tampilan 4 bertambah menjadi 3 orang anak atau = 23,08 % dan Tampilan 5
berkurang menjadi 1 orang anak atau =7,69 %. Hasil belajar anak dalam
pembelajaran dengan menggunakan media gunting untuk kategori Kurang (K)
siklus I adalah sebagai berikut : Tampilan 1 sebanyak 8 orang anak atau = 61,54
%, Tampilan 2 berkurang menjadi 6 orang anak atau = 46,15 %, Tampilan 3
bertambah menjadi 5 orang anak atau = 38,46 %, Tampilan 4 tetap 5 orang anak
atau 38,46 %, Tampilan 5 berkurang menjadi 4 orang anak atau = 30,77 %, siklus
II Tampilan 1 berkurang menjadi 4 orang anak atau = 30,77 %, Tampilan 2
berkurang menjadi 2 oranag anak atau = 15,38%, Tampilan 3 tetap 2 orang anak
atau = 15,38 %, Tampilan 4 dan Tampilan 5 berkurang menjadi 0 siswa atau =
0,00 %.
Dari siklus I dan II dengan 10 kali tampilan hasil belajar siswa dengan
menggunakan media gunting menunjukan peningkatan yang signifikan. Hal ini
berarti juga bahwa kemampuan motorik halus anak dalam pembelajaran dengan
menggunakan media gunting meningkat secara signifikan. Lebih lanjut dapat
dilihat pada grafik dibawah ini :
Grafik : 1
Grafik Jumlah Anak Dalam Pencapaian Hasil Belajar Siswa
Dari grafik 1 di atas dapat dilihat jumlah anak dalam pencapaian hasil
belajar untuk kategori baik menunjukan adanya peningkatan dari 2 orang anak
pada tampilan satu siklus I bertambah menjadi 6 orang anak pada tampilan 5 akhir
siklus I, dan 7 orang anak pada tampilan 1 siklus II meningkat menjadi 12 orang
anak pada tampilan 5 siklus II. Untuk kategori sedang terjadi perubahan secara
dinamis dari 3 orang anak pada tampilan 1 siklus I menjadi 1 orang anak pada
tampilan 5 akhir siklus II. Untuk kategori kurang terjadi penurunan dari 8 orang
anak pada tampilan 1 siklus I berkurang menjadi 0 orang anak pada tampilan 5
akhir siklus II.
Grafik : 2
Grafik Prosentase Pencapaian Hasil Belajar Siswa Per Tampilan
Sum
Sumber : Olah Data Hasil Observasi
Dari grafik 2 terlihat bahwa prosentase anak yang hasil belajarnya Kurang
(K) dari 61,54 % pada tampilan ke-1 siklus I berkurang terus sampai tidak ada
atau 0 % anak pada tampilan ke-5. Anak yang Sedang (S) dari 23,08 % pada
tampilan ke-1 mengalami perubahan secara dinamis sehingga pada tampilan ke-5
tinggal 7,69 %, sedangkan untuk anak Baik (B) dari 15,38 % pada tampilan ke-1
bertambah terus menjadi 92,31 % diakhir tampilan siklus II. Jadi dapat
disimpulkan bahwa penggunaan media gunting dapat meningkatkan kemampuan
motorik halus anak TK. Dalam penelitian ini penulis melaksanankannya dalam 2
siklus dan masing-masing siklus sebanyak 5 kali tampilan. Dan tiap tampilan
sekitar 30 menit.
Secara keseluruhan perkembangan hasil belajar anak dengan menggunakan
media gunting dengan kategori Baik dapat kita lihat pada grafik berikut :
Grafik : 3
Grafik Pencapaian Hasil Belajar Siswa Berkriteria Baik
Grafik : 4
Grafik Prosentase Pencapaian Hasil Belajar Siswa Per Siklus
Berkategori Baik
Tabel : 16
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus II Tampilan 1
Tabel : 17
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus II Tampilan 2
Tabel : 18
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus II Tampilan 3
Dari Tabel di atas diketahui bahwa peanampilan guru dari 15 aspek yang
diamati oleh observer dalam lembar observasi semua aspek menunjukan
kemunculan ya. Ini artinya bahwa penampilan guru sudah sesuai dengan
perencanaan yang dibuat.
Dilihat dari jumlah prosentase aspek kemunculan ya sebesar 100 %. Hal
ini menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah
baik.
Tabel : 19
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus II Tampilan 4
Dari Tabel di atas diketahui bahwa peanampilan guru dari 15 aspek yang
diamati oleh observer dalam lembar observasi semua aspek menunjukan
kemunculan ya. Ini artinya bahwa penampilan guru sudah sesuai dengan
perencanaan yang dibuat.
Dilihat dari jumlah prosentase aspek kemunculan ya sebesar 100 %. Hal
ini menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah
baik.
Jika dirata-ratakan aspek penampilan guru pada tiap siklus dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel : 21
Penampilan guru pada siklus I
Tabel : 22
Penampilan guru pada siklus II
c. Refleksi
Data temuan penelitian bersama teman sejawat yang dapat dihimpun adalah
sebagai berikut :
1) Refleksi komponen pembelajaran.
Kegiatan yang telah dilaksanakan suadah sesuai dengan indikator yang
ditentukan, materi yang disajikan juga sesuai dengan tingkat perkembangan anak,
media pembelajaran telah sesuai dengan indikator yang telah ditentukan, reaksi
anak terhadap metode pembelajaran yang digunakan dapat diterima sebagai
pengalaman yang beragam. Alat penilaian yang digunakan sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
2) Refleksi proses kegiatan
Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan sudah sesuai dengan SKH yang telah
disusun, namun masih ada kelemahan dalam hal penataan kegiatan, pengelolaan
kelas, juga pemanfaatan waktu yang belum maksimal. Penyebabnya karena
mungkin guru baru pertama dan belum beradaptasi dengan lingkungan serta
belum optimalnya penataan kegiatan. Dalam memperbaiki kelemahan tersebut
guru melakukannya dengan cara menyesuaikan keadaan dan kegiatan yang
biasa/rutin dilaksanakan. Kekuatan guru dalam merancang kegiatan sudah
disesuaikan dengan tema dan perkembangan anak. Penyebab kekuatan dalam
merancang kegiatan disesuaikan dengan atan dengan memberi kesempatan kepada
anak agar dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal-hal unik positif
yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagian besar anak dapat
menerima dan melaksanakan kegiatan tersebut. Alasan guru yang dapat
dipertangungjawabkan dalam mengambil keputusan dan tindakan mengajar adalah
menerapkan prinsip belajar sambil bermain dan bermain seraya belajar. Reaksi
anak terhadap pengelolaan kelas belum sepenuhnya dapat menerima pembelajaran
yang dilaksanakan guru karena masih ada anak yang asyik dengan kegiatannya
sendiri. Sebagaian anak dapat menangkap penjelasan yang diberikan guru. Dalam
penilaian reaksi anak sangat antusias karena anak senang dengan pujian dan tanda
bintang. Anak telah mencapai indikator kemampuan yang ditetapkan guru. Guru
juga telah dapat mengatur dan memanfaatkan waktu kegiatan sebaik mungkin.
Untuk kegiatan penutup telah dapat meningkatkan penguasaan anak terhadap
materi yang disampaikan.
B. Pembahasan
Motorik adalah semua gerakan yang mungkin dapat dilakukan oleh
seluruh tubuh, sedangkan gerakan motorik dapat disebut sebagai perkembangan
dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Perkembangan motorik ini
erat kaitannya dengan pusat motorik di otak. Perkembangan motorik berkembang
sejalan dengan kematangan syaraf dan otak. Oleh sebab itu, setiap gerakan yang
dilakukan anak sesederhana apapun, sebenarnya merupakan hasil pola interaksi
yang kompleks dari berbagai dan sistem dalam tubuh yang dikontrol otak, otaklah
yang berfungsi sebagai bagian dari susunan syaraf yang mengatur dan
mengontrol semua aktivitas fisik dan mental seseorang.
Aktivitas anak terjadi di bawah kontrol otak. Secara simultan dan
berkesinambungan, otak terus mengolah informasi yang ia terima. Bersamaan
dengan itu, otak bersama jaringan syaraf yang membentuk sistem syaraf pusat
yang mencakup lima pusat kontrol, akan mendiktekan setiap gerak anak. Dalam
kaitannya dengan perkembangan motorik anak, perkembangan motorik
berhubungan dengan perkembangan kemampuan gerak anak. Gerak merupakan
unsur utama dalam perkembangan motorik anak, oleh sebab itu, perkembangan
kemampuan motorik anak akan dapat terlihat secara jelas melalui berbagai
gerakan dan permainan yang mereka lakukan.
Gerakan motorik halus adalah bila gerakan hanya melibatkan bagian-bagin
tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan
menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat.
Gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat.
Gerakan motorik halus yang terlihat saat usia TK, antara lain adalah anak
mulai dapat menyikat giginya, menyisir, memakai sepatu sendiri, menggunting
dan sebagainya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan temuan-temuan selama perbaikan pembelajaran dengan
menggunakan gunting sebagaimana telah dipaparkan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa : sebelum dilakukan perbaikan kemampuan motorik halus
anak TK Qanitah secara umum sangat lemah. Lemahnya kemampuan motorik
halus anak terlihat ketika guru menyuruh anak untuk melakukan menggunting
kertas, menyatukan dua lembar kertas, dan menganyam kertas, Pada umumnya
mereka masih belum terampil dalam menggerakan otot halusnya. Perhatian
mereka masih tidak fokus dalam pembelajaran dan anak kurang berani dalam
melakukan tindakan atau melakukan gerakan-gerakan yang menuntut otot
halusnya. Hal ini dapat dimengerti karena memang banyak foktor yang
mempengaruhinya. Selain faktor kematangan anak itu sendiri juga cara mengajar
guru.
Dari temuan-temuan dan hasil diskusi dengan teman sejawat tentang
penggunaan gunting dalam pembelajaran untuk meingkatkan kemampuan motorik
halus anak perlu direncanakan dengan sebaik-baiknya dan pelaksanaannya harus
disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Di
samping pemberian kesempatan waktu belajar yang lebih panjang dan fleksibel.
Artinya waktu belajar diperpanjang durasinya dan waktu kegiatannya dapat
dilaksanakan sebelum masuk, waktu istirahat maupun waktu siswa hendak
pulang.
Untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak TK sudah barang
tentu memerlukan bantuan guru. Disini guru dituntut untuk dapat menjalankan
perannya sebagai guru TK sehingga anak benar-benar dapat berkembang secara
optimal.
B. Saran
Berdasarkan temuan hasil penelitian tindakan perbaikan tentang penggunaan
media gunting untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak TK Qanitah
Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat disarankan sebagai berikut:
1. Upaya peningkatan kemampuan motorik halus anak di TK Qanitah selain selain
dengan upaya-upaya di atas juga harus dibarengi dengan tersedianya kesempatan
waktu belajar yang lebih panjang dan fleksibel. Artinya waktu belajar
diperpanjang durasinya dan waktu kegiatannya dapat dilaksanakan sebelum
masuk, waktu istirahat maupun waktu siswa hendak pulang.
2. Agar hasil belajar lebih baik disarankan kesiapan belajar siswa ditingkatkan lagi.
3. Media gunting dapat diterapkan lebih lanjut pada bidang pengembangan
kemampuan motorik halus sejenis atau yang lain dengan mengambil tema yang
berbeda.
4. Pemilihan gambar-gambar berpola agar lebih bervariatif dan menarik supaya
kemampuan motorik halus anak betul-betul terlatih.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Nugraha, 2008. “Kurikulum dan Bahan Belajar TK” Universitas Terbuka, Jakarta.
Bambang Sujiono, dkk, 2007, “Metode Pengembangan Fisik”, Universitas Terbuka, Jakarta
Tim PKP PG-PAUD, 2009, “Panduan Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM)
Program D-II PGTK”, Universitas Terbuka, Jakarta
Tim PKP PG-PAUD, 2010, “Panduan Pemantapan Kemampuan Profesional”, Universitas Terbuka,
Jakarta
Tim TAP FKIP UT, 2011, “Panduan Tugas Akhir Program Sarjana FKIP”, Universitas Terbuka,
Jakarta