TESIS
Oleh
HERLINAWATI
067010005/KK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
TERHADAP COLD STRESS PADA TENAGA KERJA
COLD STORAGE PT.X DI BELAWAN
TESIS
Oleh
HERLINAWATI
067010005/KK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Evawany Aritonang, MSi dr. Halinda Sari Lubis, MKKK
Ketua Anggota
Dr. Drs.R. Kintoko Rochadi, MKM Prof. Dr. Ir. T Chairun Nisa B, MSc
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Telah diuji pada
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Ir. Indra Chahaya, MSi
PERNYATAAN
TESIS
Dengan ini menyatakan bahwa dalam Tesis ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan
Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
HERLINAWATI
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...................................................................................................... i
ABSTRACT .................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... x
vi
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
BAB 4. HASIL PENELITIAN ..................................................................... 37
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................... 37
4.2. Karakeristik Responden .............................................................. 40
4.3. Konsumsi Makananan ................................................................ 43
4.3.1. Konsumsi Makanan Utama .............................................. 43
4.3.1. Konsumsi Energi dan Protein ................................ 43
4.3.2. Konsumsi Makanan Tambahan ........................................ 45
4.3.3. Tingkat Konsumsi Makanan ............................................ 45
4.4. Suhu Tubuh ................................................................................. 49
4.5. Tekanan Darah ............................................................................ 50
4.5.1. Tekanan Darah Sistolik .................................................... 50
4.5.2. Tekanan Darah Diastolik .................................................. 51
vii
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
DAFTAR TABEL
4.3. Zat Gizi Tenaga Kerja pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol
Sebelum dan Setelah Intervensi ................................................... 43
4.4. Suhu Tubuh Tenaga Kerja pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol
Sebelum dan Setelah Intervensi ................................................... 49
viii
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
DAFTAR GAMBAR
ix
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
BAB 1
PENDAHULUAN
menerus dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai cita-cita luhur yakni
terciptanya masyarakat yang adil dan makmur baik material maupun spiritual
meningkat pula keterlibatan tenaga kerja. Searah dengan hal tersebut kebijakan
ilmu pengetahuan dan teknologi diperlukan adanya sumber daya manusia yang
berkualitas dan memiliki produktivitas yang tinggi sehingga mampu bersaing diera
globalisasi.
Gizi kerja adalah pemberian gizi yang diterapkan kepada masyarakat tenaga
tubuh serta menyeimbangkan kebutuhan gizi dan kalori terhadap tuntutan tugas kerja
1 2008.
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan,
USU e-Repository © 2008
Secara khusus gizi kerja adalah zat makanan yang bersumber dari bahan makanan
yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis
Berbagai hal yang dapat mempengaruhi status kesehatan dan status gizi
tenaga kerja adalah faktor tenaga kerja itu sendiri dan faktor di luar tenaga kerja yang
meliputi proses kerja dan lingkungan kerja. Adapun faktor lingkungan kerja terdiri
atas beberapa komponen yaitu komponen fisik, komponen biologi maupun komponen
kimia. Komponen dari faktor fisik di lingkungan kerja merupakan faktor di tempat
kerja yang bersifat fisika yang terdiri dari iklim kerja, kebisingan, getaran dan lain-
lain (KEP-51/MEN/1999).
Kebutuhan gizi setiap orang berbeda satu sama lainnya dan tergantung dari
pekerjaan yang dilakukan, kondisi tubuh tertentu dan kondisi lingkungan. Pada
tempat-tempat yang dingin kebutuhan gizi lebih tinggi dari pada tempat dengan suhu
gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga
kerja sebagai akibat pekerjaannya (Kep Men Tenaga Kerja No. KEP-51/MEN/1999).
Bagi orang Indonesia suhu udara dirasakan nyaman antara 24oC-26oC, kelembaban
relatif 30%-70%, dan kecepatan udara sekitar 0,05-0,2 meter per detik. Suhu ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Cilingir (1985) yang menemukan
bahwa suhu nyaman untuk bekerja di daerah tropis adalah antara 24OC-25oC dengan
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
kelembaban 60%-70% (Agati, 2003). Menurut Suma’mur (1979) di dalam tulisan
Agati (2003) menyatakan bahwa suhu udara yang optimum untuk tenaga kerja di
suhu udara di atas maupun di bawah suhu udara yang optimum bagi pekerja. Adapun
lingkungan kerja yang mempunyai suhu udara di bawah 190C adalah lingkungan
Terpapar suhu dingin merupakan ancaman langsung pada tubuh tenaga kerja.
Cold stress bisa menyebabkan ketegangan tubuh atau mental. Efek utama dari cold
stress adalah jaringan mendingin dan suhu tubuh turun. Berbagai studi tentang efek
dingin pada tenaga kerja juga menunjukkan cold stress merupakan bahaya
dingin. Pada temperatur yang lebih rendah, dingin mempengaruhi otot lebih dalam,
yang menyebabkan penurunan kekuatan otot dan kekakuan sendi. Suhu tubuh yang
rendah menimbulkan gejala-gejala seperti : menggigil terus menerus, bibir dan jari-
jari tangan membiru, perilaku yang tidak rasional dan membingungkan, kewaspadaan
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
(kekurangan gizi) dapat mengurangi bahan bakar yang tersedia untuk memperoleh
panas tubuh.
Bagi tenaga kerja yang bekerja pada lingkungan dingin, maka sebagian
energi tubuh digunakan untuk menjaga tubuh tetap hangat. Tubuh kita akan mulai
mengalihkan aliran darah dari anggota tubuh (tangan, kaki, lengan) dan kulit luar ke
bagian inti (dada, perut). Hal ini membuat kulit terpapar dan anggota tubuh menjadi
Hasil penelitian Amalia dan Hestyn (2006) pada cold storage di PT.Aneka
bekerja di lingkungan dengan suhu <180C mengalami keluhan cold stress. Penelitian
Berbagai upaya dapat dilakukan untuk melindungi tenaga kerja dari suhu
yang rendah yaitu dengan menggunakan alat pelindung diri, pelatihan tentang
kesehatan dan keselamatan kerja, pengaturan jam kerja serta pemberian makanan
tambahan. Pemberian makanan tambahan diantara waktu makan pagi dan siang
dapat mempertahankan kondisi tubuh agar tidak menurun dimana tubuh tidak lagi
bergerak di bidang hasil-hasil perikanan yang akan diekspor ke luar negeri seperti
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Vietnam, Singapura, Jepang, Korea, Turki, Mesir dan lain-lain terutama Asia
Tenggara. Perusahaan ini resmi didirikan pada Januari tahun 2005 dengan lokasi di
Gabion Belawan. Pada PT.X tenaga kerja keseluruhan berjumlah 87 orang dan di
bagian processing berjumlah 73 orang yang terdiri dari laki-laki dan perempuan.
Tenaga kerja masuk pukul 9.00 WIB sampai 17.00 WIB, dan istirahat 1 jam (12.00
tenaga kerja di bagian processing terpapar suhu antara 50 C sampai dengan 100 C,
dimana tenaga kerja menggunakan alat pelindung diri berupa penutup kepala, sarung
tangan, celemek plastik, sepatu bot dan masker. Para tenaga kerja juga mendapat
makanan tambahan berupa susu, kopi, teh manis, goreng pisang, goreng ubi dan lain-
lain tetapi tidak setiap hari. Keluhan seperti menggigil, jaringan mendingin, kebas
sehingga memungkinkan ada efek terhadap kesehatan tenaga kerja dan pada
lingkungan suhu dingin kebutuhan gizi lebih tinggi. Untuk mencegah gangguan-
gangguan yang telah diungkapkan sebelumnya pada tenaga kerja di cold storage
maka perlu adanya upaya pemberian makanan tambahan dari konsumsi normal yang
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
1.2 Permasalahan
Tenaga kerja di bagian processing yang terpapar suhu dingin (50C - 100C) ,
sangat berisiko terhadap cold stress dengan keluhan seperti menggigil, jaringan
mendingin, kebas pada ujung jari. Berbagai usaha untuk mengurangi pengaruh cold
stress di PT.X telah dilakukan seperti pemakaian alat pelindung diri, akan tetapi
keluhan akibat cold stress masih tetap terjadi. Berangkat dari permasalahan di atas,
terhadap cold stress pada tenaga kerja cold storage PT. X di Belawan.
1. Untuk mengetahui konsumsi energi dan protein pada tenaga kerja cold storage
3. Untuk mengetahui cold stress pada tenaga kerja cold storage PT. X Belawan dari
hasil pengukuran suhu tubuh dan tekanan darah sebelum dan sesudah intervensi.
1.4 Hipotesis
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
1.5 Manfaat Penelitian
1. Sebagai informasi konsumsi energi dan protein pada tenaga kerja cold storage
PT. X. Belawan.
2. Sebagai informasi tentang cold stress pada tenaga kerja cold storage PT.X
Belawan.
makanan tambahan secara teratur diantara makan utama bagi tenaga kerja cold
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Cold stress adalah suatu gabungan antara kondisi suhu (dingin), kecepatan
angin dan kelembaban yang membahayakan tubuh. Cold stress dapat terjadi pada
suhu <180C. Hipothermia merupakan salah satu efek dari cold stress (Amalia dan
Hestyn, 2006). Cold stress adalah reaksi tubuh pada kondisi dingin di tempat kerja,
terpapar suhu dingin merupakan ancaman langsung pada tubuh tenaga kerja, dan bisa
tubuh adalah menggigil disaat tubuh menghasilkan panas. Menggigil adalah kontraksi
dan ekspansi dari otot jaringan dalam skala besar (Alaska Department of labor and
abnormal dengan suhu tubuh rendah. Hal ini berkembang ketika panas tubuh hilang
karena lingkungan yang dingin dan terjadi dengan cepat, sering terjadi naik tekanan
merupakan gangguan yang berhubungan dengan suhu. Suhu tubuh kurang dari 350C.
Hipothermia dianggap sebagai gangguan bila tubuh tidak mampu mendapatkan panas
yang memadai untuk menjaga fungsi yang ada dengan effisien (SARBC, 2007).
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008 8
adalah penurunan temperatur tubuh di bawah 35oC (Blair E, 1964). Hipothermia
didefinisikan sebagai suhu tubuh inti kurang dari 35oC, hal ini sulit dideteksi karena
didefinisikan bahwa temperatur inti tubuh <95oF (35oC), terjadi pada seseorang yang
rendah” yang merupakan kondisi kesehatan yang serius. Hal ini terjadi ketika
pelepasan panas tubuh ke lingkungan dingin lebih cepat dibandingkan adaptasi tubuh
normal. Tubuh dapat beradaptasi terhadap suhu udara dengan membangun sistem
pengatur suhu dengan sensor temperatur di dalam kulit. Respon dari menurunnya
suhu tubuh adalah menggigil, disaat tubuh menghasilkan panas. Menggigil adalah
kontraksi dan ekspansi dari otot jaringan dalam skala besar (Alaska Departement of
Cold stress bisa terjadi disetiap pekerjaan di ruang terbuka pada musim
dingin, dan tenaga kerja yang bekerja di ruangan tertutup dalam lingkungan dingin
produknya yang berupa es, lemari dingin (refrigerator rumah tangga), kamar dingin
(chillroom), gudang atau kamar beku (cold storage), pabrik es dan lain-lain.
Seterusnya efek refrigerasi dinikmati hampir seluruh umat manusia dalam berbagai
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
jenis dan bentuk pangan yang didinginkan dan dibekukan seperti ikan dan udang
Hipothermia dapat diketahui segera saat terjadi, ringan, sedang dan parah,
Segera terjadi :Temperatur tubuh berkurang menjadi 96,80F (360C). Individu akan
meningkatkan gerakan untuk mencoba memanaskan tubuh. Kulit menjadi pucat, mati
rasa. Otot menjadi tegang dan mulai menggigil. Kelelahan dan kelemahan mulai
terlihat.
Ringan : Temperatur tubuh menurun menjadi 93,2 0F (340C). Menggigil yang tidak
dapat dikendalikan. Individu tetap siaga dan mampu membantu diri, pergerakan jadi
Sedang : Temperatur tubuh telah turun menjadi 87,7 0F (310C). Menggigil lambat
atau berhenti dengan sepenuhnya, kebingungan dan kelesuan terjadi. Suara melambat,
dan kurang jelas. Bernafas menjadi lambat dan dangkal dan menjadi mengantuk.
bantuan. Ini awal dari hilangnya kesadaran secara perlahan-lahan. Ada sedikit atau
tidak bernafas. Tidak adanya tanggapan verbal atau dari stimulus sakit dan kelihatan
Development, 2005).
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Dalam artikel Wikipedia, the free encyclopedia (2007) tahapan hipothermia
1. Tahap 1 yaitu suhu tubuh turun 1,8-3,6 derajat Fahrenheit (10C-20C), menggigil
ringan mulai terjadi, pembuluh darah bagian luar mulai kehilangan panas,
pernafasan terganggu.
2. Tahap 2 yaitu suhu tubuh berkurang 3,6-7.2 derajat Fahrenheit (20C-40C), menggigil
menjadi lebih jelas, pembuluh darah bagian permukaan berkurang karena tubuh
terfokus untuk menjaga sumber yang ada supaya organ tubuh tetap hangat. Korban
3.Tahap 3 yaitu suhu tubuh turun di bawah 32,20C (900F), proses metabolik celluler
denyut jantung yang berlebihan, tekanan darah naik/tinggi, keadaan tonus otot tegang
tidak mampu berjalan, bingung dan tidak logis, kekakuan otot parah, sangat
dapat menyebabkan berbagai penyakit. Ternyata sebagian besar kasus cold stress
berkembang pada temperatur udara antara -10C (300F) dan 100 C (500 F) (Killham D,
2007).
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
2.3 Temperatur Tubuh
jantung, dan di dalam perut, temperaturnya berfluktuasi sekitar 370C yang disebut
sebagai temperatur inti utama (core temperatur). Suatu core temperatur yang konstan
adalah merupakan prasyarat untuk fungsi normal dari fungsi vital yang paling
penting. Sebaliknya lawan dari core temperatur yang terdapat di dalam otot, tangan,
variasi tertentu. Secara psikologis dikatakan oleh Grandjean (1986) dalam tulisan
(Nurmianto, 2004) bahwa jika temperatur sekeliling sangatlah dingin maka akan ada
perbedaan temperatur yang menyolok (steep temperature gradient) pada bagian kulit
yaitu dari bagian dalam kulit kearah keluar kulit. Sebagai contoh, dalam udara yang
dingin temperatur permukaan kulit akan menurun sampai 350C. Sedangkan dalam
suhu sekeliling yang hangat masih berada sekitar 35-36 derajat Celsius yang hanya
berada sekitar beberapa milimeter di bawah kulit. Kapasitas untuk beradaptasi ini
membuat manusia mudah untuk mentolelir kekurangan panas secara temporer yang
Pertukaran panas pada tubuh manusia dibagi menjadi 3 zona yaitu : superficial,
intermediate dan deep atau inti. Zona superficial terdiri dari kulit dan jaringan
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
pengambilan atau tanda peringatan untuk perubahan suhu di lingkungan. Zona ini
juga sebagai lapisan luar untuk perubahan panas antara zona dalam dan bagian luar.
Aktivitas ini tergantung pada banyaknya darah yang mengalir dalam kulit dan lapisan
umum terjadi dari tempat ini selama fase awal induksi hipothermi. Pada kondisi awal,
otot rangka berperan penting dalam produksi panas dan sebagian besar berasal dari
viscera. Namun, jika dingin terjadi suhu berkurang maka otot rangka digerakkan ke
dalam produksi panas. Massa otot besar merupakan bagian yang paling efektif
terhadap system pertukaran panas yang tidak efisien, karena persediaan darah dan
aliran darah dapat menambah tingkat yang dibutuhkan. Darah merupakan mekanisme
Zona dalam atau inti terdiri dari semua struktur yang terletak antara ruang
tubuh. Suhu normal secara umum adalah 37oC, namun hal ini kurang akurat, variasi
dapat terjadi seperti yang ditentukan sebelumnya dan disebabkan ukuran suhu,
aktivitas metabolik pada organ tertentu. Untuk kesederhanaan dalam pencatatan 37oC
diterima sebagai point acuan. Dalam hal ini ada gradient kecil dan biasanya antara
inti dan zona intermediate dengan jumlah 0,5 – 1.0. Gradient antara inti dan zona
superficial lebih besar berkisar 2-3oC. Inti (core) adalah puncak system thermal
menyeluruh dan pemeliharaan terhadap suhu yang merupakan ciri homeotherm (Blair
E, 1964).
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Gambar 1. Zona Thermal pada manusia
(Sumber : Blair E,1964)
dihasilkan di dalam tubuh dengan lingkungan sekitar. Produksi panas di dalam tubuh
tergantung dari kegiatan fisik tubuh, makanan, pengaruh dari berbagai bahan kimia,
dan gangguan pada sistim pengatur panas, misalnya pada keadaan demam. Faktor-
faktor yang menyebabkan pertukaran panas di antara tubuh dengan sekitarnya adalah
konduksi, konveksi, radiasi dan penguapan. Konduksi ialah pertukaran panas diantara
tubuh dan benda-benda sekitar dengan melalui sentuhan atau kontak. Konduksi dapat
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
menghilangkan panas dari tubuh, apabila benda-benda sekitar lebih dingin suhunya,
dan dapat menambah panas kepada tubuh, manakala benda-benda sekitar lebih panas
dari badan manusia. Konveksi adalah pertukaran panas dari badan dengan lingkungan
melalui kontak udara dengan tubuh. Udara adalah penghantar panas yang baik, tetapi
dengan kontak ke tubuh dapat terjadi pertukaran panas dengan tubuh. Tergantung dari
suhu udara dan kecepatan angin, konveksi memainkan peranan dalam pertukaran
panas. Konveksi dapat mengurangi atau menambah panas kepada tubuh manusia.
Tergantung dari suhu benda-benda sekitar, tubuh menerima atau kehilangan panas
lewat mekanisme radiasi. Selain itu penting sekali, manusia dapat berkeringat yang
dengan penguapan di permukaan kulit atau melalui paru-paru tubuh kehilangan panas
Gizi kerja adalah pemberian gizi yang diterapkan kepada masyarakat pekerja
dengan tujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan, efisien dan produktivitas kerja
Manusia memerlukan zat gizi yang bersumber dari makanan. Bahan makanan
yang diperlukan tubuh mengandung unsur utama seperti karbohidrat, protein, lemak,
vitamin dan mineral. Fungsi dari zat-zat gizi tersebut adalah sebagai sumber tenaga
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
atau kalori ( karbohidrat, lemak dan protein), membangun dan memelihara jaringan
tubuh (protein, air dan mineral) dan mengatur proses tubuh (vitamin dan mineral).
Secara khusus, gizi kerja adalah zat makanan yang bersumber dari bahan makanan
yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis
pekerjaan dan lingkungan kerjanya. Selanjutnya hal-hal yang perlu diketahui dalam
yang dikonsumsi dengan oksigen. Bila banyaknya makanan yang dikonsumsi setiap
hari tidak seimbang dengan tenaga yang dikeluarkan maka tubuh akan mengalami
yang dikonsumsi dengan tenaga yang dikeluarkan sangat beragam. Jika makanan
yang dimakan berlebih dibanding tenaga yang dikeluarkan maka tubuh akan menjadi
gemuk, sebaliknya jika makanan yang dimakan kurang maka tubuh akan menjadi
kurus. Kedua masalah ini akan mempengaruhi derajat kesehatan seseorang dan
akhirnya akan berpengaruh pada efisiensi dan produktivitas kerja. Oleh karena itu
sedapat mungkin diusahakan agar jumlah makanan yang dikonsumsi baik dalam
kualitas maupun kuantitas sesuai dengan kebutuhan khususnya terhadap tenaga yang
dikeluarkan(Tarwaka dkk,2004).
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
2.4.1 Tingkat Kecukupan Zat Gizi
kecukupan yang dianjurkan. Untuk Indonesia, Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang
digunakan saat ini secara nasional adalah hasil widya karya Nasional Pangan dan Gizi
VI tahun 1998. Daftar AKG yang dimaksud dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi (umur 16-19 tahun ,20-45 tahun dan 46-59
tahun)
Perempuan
16-19 tahun 50 154 2000 51
20-45 tahun 54 156 2200 48
46-59 tahun 54 156 2100 48
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
2.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi
Menurut Tarwaka dkk (2004), kebutuhan gizi setiap orang berbeda satu sama
a. Ukuran tubuh, semakin besar ukuran tubuh seseorang maka semakin besar pula
kebutuhan kalorinya, meskipun usia, jenis kelamin dan aktivitas yang dilakukan
sama.
b Usia, Anak-anak dan remaja membutuhkan relatif lebih banyak kalori dan zat gizi
lainnya dibanding dengan orang dewasa tua, karena selain diperlukan untuk
kalori dan protein lebih besar dari pada mereka yang bekerja sedang dan ringan.
bekerja serta lamanya penggunaan otot-otot tersebut. Disamping itu protein yang
diperlukan juga lebih tinggi dari normal, karena harus mengganti atau membentuk
jaringan baru yang lebih banyak dari pada keadaan biasa untuk mempertahankan
e. Kondisi tubuh tertentu. Pada orang yang baru sembuh dari sakit akan
membutuhkan lebih banyak kalori dan zat gizi lainnya dari pada sebelum ia sakit.
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
sel/jaringan tubuh yang rusak selama sakit. Demikian pula bagi wanita hamil dan
menyusui anaknya akan memerlukan kalori dan gizi lainnya yang lebih tinggi dari
f. Kondisi lingkungan. Pada musim hujan membutuhkan kalori lebih tinggi/ banyak
dibandingkan pada musim panas. Demikian pula pada tempat-tempat yang dingin
lebih tinggi dari pada tempat dengan suhu panas. Di mana tambahan kalori pada
snack dan istirahat pendek akan meningkatkan pengeluaran biaya dan merugikan
perusahaan. Namun jika dikaji lebih jauh, sebenarnya banyak keuntungan yang
b. Pemberian makanan/snack secara cuma-cuma pada jam tertentu, dimana hal ini
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
c. Pemberian makanan tambahan dan adanya kantin diperusahaan dapat mencegah
terjadinya penyakit, sehingga kehilangan waktu kerja karena absensi sakit dapat
ditekan.
e. Menerapkan hasil penelitian tentang gizi kerja yang telah dilakukan untuk
meningkatkan status gizi tenaga kerja dalam upaya meningkatkan efisiensi dan
tingginya pengetahuan dan penerapan gizi seimbang bagi tenaga kerja merupakan
aspek yang mutlak harus dilakukan. Dengan gizi seimbang maka kesehatan tenaga
kerja dapat dipertahankan dan tenaga kerja akan dapat bekerja dengan baik, tidak
mudah lelah dan mengurangi tingkat kesalahan. Hal ini berarti dapat mengurangi
kuantitas panas yang dihasilkan oleh suatu aktivitas kerja dengan total konsumsi
makanan. Seorang tenaga kerja tidak dapat bekerja dengan energi yang melebihi
dari apa yang diperoleh dari makanan kecuali jika ”meminjam” atau menggunakan
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
cadangan energi tubuh, namun kebiasaan meminjam ini akan menyebabkan keadaan
Makanan merupakan sumber energi bagi tubuh. Perubahan energi kimia dari
makanan menjadi panas dengan tenaga mekanik disebut dengan metabolisme, dimana
oksigen mempunyai peran yang sangat penting dalam proses ini. Karbohidrat dan
lemak merupakan sumber utama bagi energi untuk aktivitas tubuh, sedangkan protein
jaringan. Sistem pencernaan (lambung dan usus) berperan memecah protein menjadi
asam amino, lemak menjadi asam lemak dan karbohidrat menjadi gula terutama
glukosa. Sebagaian besar dari pecahan tersebut akan disimpan di dalam hati dan otot
sebagai cadangan energi dalam bentuk glikogen. Tetapi tidak semua glukosa diubah
menjadi glikogen, ada sebagian langsung dipergunakan atau disimpan di dalam darah
sebagai gula darah. Asam lemak sebelum dimanfaatkan akan disimpan di dalam
jaringan, bila diperlukan maka sedikit demi sedikit akan ditarik oleh darah memasuki
Bila glikogen digunakan untuk melakukan aktivitas tubuh (kerja otot) maka
glikogen akan terpecah menjadi asam laktat dengan menimbulkan energi. Asam
laktat merupakan racun bagi tubuh. Tetapi asam laktat tersebut akan diubah menjadi
glukosa dan senyawa yang berenergi tinggi, sedang sisanya teroksidasi lanjut menjadi
air dan karbondioksida. Jadi oksigen diperlukan untuk membantu proses regenerasi
bagi glukosa dan senyawa fosfat berenergi tinggi. Berdasarkan proses tersebut maka
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
dapat disimpulkan bahwa glukosa dan oksigen mempunyai peranan yang amat
Setelah makan, kadar glukosa darah naik hingga kurang lebih 30 menit dan
secara perlahan kembali ke kadar gula puasa (70-100 mg/100ml) setelah 90 – 180
menit. Kadar maksimal gula darah dan kecepatan untuk kembali pada kadar normal
bergantung pada jenis makanan. Dalam waktu 1 – 4 jam setelah selesai makan, pati
nonkarbohidrat atau serat makanan dan sebagian kecil pati yang tidak dicerna masuk
sel-sel tubuh, yang kemudian diubah menjadi energi. Glukosa memegang peranan
dari karbohidrat seperti sel darah merah serta sebagian besar otak dan sistem syaraf.
Tubuh dapat menyimpan glikogen dalam jumlah terbatas, yaitu untuk keperluan
energi beberapa jam. Agar tubuh selalu memperoleh glukosa untuk keperluan energi,
hendaknya seseorang tiap hari memakan sumber karbohidrat pada selang waktu
(sintesis glukosa dari rantai karbon nonkarbohidrat). Sebagai sumber energi, protein
2004).
Kadar glukosa di dalam darah tergantung pada kadar glukosa yang terdapat
dalam makanan atau minuman yang kita konsumsi. Produktivitas ini akan menurun
sampai waktu makan siang tiba. Berkisar tiga jam setelah makan siang produktivitas
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
tenaga kerja dapat dipertahankan menghasilkan energi dan panas tubuh dapat
dipertahankan dan akan menurun kembali sampai waktu kerja habis. Hal itu
disebabkan karena setelah tiga atau empat jam bekerja dari waktu makan utama maka
kadar gula darah (glukosa) akan menurun sehingga daya kerja tubuh juga menurun
(Agustina, 2001)).
Pemberian makanan tambahan bagi pekerja maka tubuh pekerja tidak akan
kekurangan kalori sampai waktu makan utama tiba. Kondisi badan pekerja akan tetap
segar, aktif dan tidak lemah. Beberapa studi juga menunjukkan bahwa produktivitas
(Agustina, 2001).
penyedian makanan perlu diatur agar pemenuhannya terbagi sesuai dengan waktu
energi juga mudah dimakan, tidak mengganggu waktu bekerja dan pelaksanaan
pemberiannya sesuai dengan saat yang tepat dalam meningkatkan produktivitas kerja
Produktivitas kerja yang digambarkan dari hasil kerja sehari-hari yang tidak
optimal mungkin ada kaitannya dengan pemenuhan makanan pekerja terutama energi.
Tidak terpenuhinya energi disebabkan karena masukan energi yang tidak cukup atau
tidak sesuainya waktu makan dengan keluaran energinya atau pola makan tidak
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Makanan tambahan merupakan makanan selingan yang dihidangkan diantara
dua waktu makan utama yaitu makan pagi dan makan siang, atau makan siang dan
makan malam. Makanan tambahan bagi tenaga kerja dirancang sekitar 300 kalori
ataupun tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja
untuk keperluan suatu asaha di mana terdapat sumber-sumber bahaya (UU 1/1970
tentang Keselamatan Kerja). Sumber bahaya yang ditemukan di tempat kerja sangat
banyak, salah satunya adalah bahaya kondisi fisik berupa tekanan udara dingin.
Sumber paparan dingin yaitu pada daerah sub tropis pada musim dingin,
teknologi refrigerasi lebih dikenal dalam bentuk produknya yang berupa es, lemari
dingin (refrigerator rumah tangga), kamar dingin (chillroom), gudang atau kamar
Suhu tubuh yang lebih rendah menimbulkan tanda-tanda dan gejala sebagai
dihasilkan dengan total kalori yang dikonsumsi, seseorang tidak dapat menghasilkan
energi atau panas dengan energi melebihi yang diperoleh dari makanan kecuali
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
memecahkan energi ini akan menyebabkan kurang gizi dan daya tahan tubuh
menurun. Dengan gizi yang seimbang maka kesehatan tenaga kerja dapat
dipertahankan dan tenaga kerja akan dapat bekerja dengan baik, tidak mudah lelah
kerja yang optimal, karena pekerja tidak akan kekurangan kalori sampai waktu makan
penyedian makanan perlu diatur agar pemenuhannya terbagi sesuai dengan waktu
energi juga mudah dimakan, tidak mengganggu waktu bekerja dan pelaksanaan
pemberiannya sesuai dengan saat yang tepat dalam meningkatkan produktivitas kerja
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
2.7 Kerangka Konsep
- Umur
- Pendidikan
- Masa kerja
Makanan Utama
-Jenis
-Jumlah
Konsumsi Zat gizi COLD STRESS
- Energi - Suhu tubuh
- Protein - Tekanan darah
Makanan Tambahan
-Jenis
-Jumlah
= Variabel pengganggu
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
BAB 3
METODE PENELITIAN
eksperimen pre-test and post-test control group design, yang terdiri dari 2 kelompok
yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol (Arikunto, 2006). Pada kelompok
perlakuan diberi makanan tambahan 2 kali sehari (selama 1 bulan) berupa bubur
kacang hijau, kue basah atau telur, sedangkan pada kelompok kontrol diberikan 1 kali
sehari (selama 1 bulan) berupa kue basah . Perhitungan tingkat konsumsi, pengukuran
suhu tubuh dan tekanan darah responden dilakukan sebelum dan sesudah intervensi.
K O3 X2 O4
Keterangan :
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
3. 2. Lokasi dan waktu Penelitian
2. Bagian processing cold storage PT.X Belawan merupakan unit kerja yang tenaga
kerja terpapar suhu dingin 50C – 100C yaitu sekitar 7 jam setiap hari dan 6 hari
Penelitian ini dilakukan selama 7 bulan dari bulan Januari 2008 sampai Juli
3.3.1 Populasi
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
3.3.2 Sampel
Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga kerja
perempuan PT.X yang berada di bagian processing dengan jumlah 70 orang (Total
Sampling). Dengan kriteria inklusi tersebut di bawah ini jumlah sampel menjadi 60
orang.
5. Tidak menggunakan obat tertentu yang dapat mencegah pengaturan suhu tubuh,
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Cara penarikan sampel seperti skema di bawah :
Kriteria Inklusi
Secara Random
Intervensi
1 Bulan
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Data sekunder yaitu gambaran umum perusahaan Cold storage PT.X Belawan.
Data primer :
melalui wawancara dengan metode recall 2 x 24 jam pada hari Senin dan
Selasa, mencatat jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi pada periode 24
jam yang lalu. Kemudian dihitung dan dibandingkan dengan nilai kalori yang
sampel dengan alat thermometer yang diletakkan pada ketiak (aksila) sampel,
kemudian ditunggu lebih kurang 5 menit, secara otomatis air raksa akan naik
pada angka tertentu sesuai dengan temperatur tubuh. Satuan suhu dinyatakan
c. Data tentang tekanan darah diperoleh dengan mengukur tekanan darah sampel
yang berguna untuk mengetahui bunyi denyut jantung systole dan diastole.
atas sambil mengunci balon. Stetoscope diletakkan pada kedua telinga dan
ujung stetoscope berada pada arteri branchialis, pompa hingga jarum tensi
bergerak secara perlahan-lahan buka pengunci balon sambil melihat jarum dan
terdengar bunyi detakan “dug” yang pertama hingga bunyi terakhir. Bunyi
pertama itulah systolic dan bunyi terakhir diastolic. Satuan tekanan darah
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
dinyatakan dalam mmHg(millimeter air raksa). Pengukuran tekanan darah
Data sekunder :
a. Makanan tambahan adalah makanan selingan berupa bubur kacang hijau, kue
basah atau telur rebus yang mengandung sekitar 300 kalori yang diberikan
b. Cold stress adalah suatu keadaan penurunan suhu tubuh dan kenaikan tekanan
darah akibat suhu dingin yang terjadi pada tenaga kerja perempuan.
c. Konsumsi energi dan protein adalah jumlah energi dan protein dalam sehari.
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
3.6 Pelaksanaan Penelitian
3.6.2 Intervensi
hijau pada pagi hari(sekitar jam 10. 00 WIB) dan kue basah atau telur rebus pada
sore hari (sekitar jam 14.00 WIB) yang mengandung kira-kira 300 kalori 1 kali
dilaksanakan setiap hari kerja selama 1 bulan. Makanan tambahan dipesan dari
Setelah sampel diberi makanan tambahan selama 1 bulan (26 hari kerja) baru
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
a. Wawancara dengan metode recall 2 x 24 jam pada hari Jum,at dan Sabtu.
b. Pengukuran suhu tubuh sampel pada pukul 12. 00 WIB dan 15. 00 WIB.
c. Pengukuran tekanan darah sampel pada pukul 12.00 WIB dan 15.00 WIB.
a. Konsumsi Makanan
klasifikasi tingkat konsumsi dibagi menjadi empat dengan cut of points seperti :
Sedang : 80 - 99 % AKG
Kurang : 70 – 80 % AKG
b. Suhu tubuh normal orang dewasa adalah 360C-370C, sedangkan dalam kondisi
c. Tekanan darah normal orang dewasa yaitu 120/80 mmHg sedangkan dalam
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Tabel 3.1. Aspek Pengukuran
70-80%
AKG
= Kurang
Suhu Tubuh Suhu tubuh normal 360C – 370C Alat Thermometer Interval
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
3.8 Metode Analisis Data
Data yang telah diperoleh dianalisa melalui proses pengolahan data yang
b. Coding, pemberian kode dan skoring pada tiap jawaban untuk memudahkan
g. Analisis data bivariat, untuk melihat pengaruh antara variabel bebas dan
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
BAB 4
HASIL PENELITIAN
hasil-hasil perikanan. Perusahaan ini didirikan pada Januari 2005 dengan kapasitas
bahan baku sekitar 5 sampai 6 ton per hari. Adapun jenis-jenis ikan yang diekspor
adalah ikan selar kuning, sotong dan gurita dengan negara tujuan ekspor yaitu negara
Vietnam, Singapura, Malaysia, Jepang, Korea, Turki, Mesir dan lain-lain terutama
Nusantara no.4 Belawan. PT. X ini didirikan di lokasi yang mempunyai luas lebih
kurang 4500m2 (panjang = 90m dan lebar 50m), khusus areal kerja dengan luas 2250
m2 (panjang = 50m dan lebar 45m). Batas-batas bangunan PT. X adalah sebagai
Pada PT.X tenaga kerja keseluruhan berjumlah 87 orang dimana pada bagian
administrasi, satpam, teknik dan supir. Berdasarkan status tenaga kerja dibagi atas
karyawan harian dengan jumlah 49 orang dan karyawan borongan dengan jumlah 38
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
orang. Tenaga kerja masuk pukul 9.00 WIB sampai 17.00 WIB, dan istirahat 1 jam
Bahan baku yang dibeli dari nelayan diadakan penyortiran yaitu melakukan
pemisahan antara yang baik atau utuh secara fisik dengan ikan-ikan yang
mempunyai suhu 100C. Tenaga kerja di sini menggunakan sepatu boot, topi,
b. Proses penyiangan
maksudnya adalah membuang kotoran, sirip dan insang ikan. Hal ini
bakteri. Sebelum dan sesudah penyiangan ikan tetap direndam dalam air es.
Kemudian bahan baku ditimbang dan disusun dalam kotak aluminium yang
berukuran 30x20 cm. Tenaga kerja berhubungan dengan es atau air es dan
terpapar suhu 100C. Tenaga kerja pada proses penyiangan juga menggunakan
sarung tangan karet, baju kerja, topi, masker, celemek dan sepatu boot.
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
c. Proses pembekuan
Bahan baku yang telah dimasukkan dalam kotak aluminium dan dibungkus
pada ruangan dengan suhu 50C. Dengan demikian tenaga kerja yang berada
pada ruangan ini juga terpapar dengan suhu dingin 50C. Perlengkapan tenaga
d. Proses pengepakan
Bahan baku beku yang berada dalam freezers dikeluarkan lalu dimasukkan
ke kotak karton untuk kemudian dimasukkan ke cold room. Proses ini berada
di ruangan bersuhu 50C, kondisi ini mengakibatkan tenaga kerja juga terpapar
e. Proses penyimpanan
Bahan baku yang telah dikemas dalam kotak karton sebelum diekspor ke luar
negeri dimasukkan ke dalam cold room dengan suhu – 200C. Tenaga kerja
yang berbeda dengan bagian lain seperti menggunakan jaket tebal, penutup
kepala dan wajah, sarung tangan wool serta sepatu boot. Adapun tugas-tugas
tenaga kerja yang berada pada bagian penyimpanan (cold room) adalah untuk
tenaga kerja dalam cold room antara 15 menit sampai 30 menit, dan setelah
keluar dari cold room tenaga kerja minum air hangat. Pada saat ikan akan
diekspor tenaga kerja ini membongkar bahan baku di cold room untuk
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
dimasukkan ke truk dan siap dibawa ke pelabuhan. Untuk lebih jelasnya
1 di bawah ini.
Penyortiran
Penyiangan
Pembekuan
Pengepakan
Penyimpanan Diekspor
penelitian ini adalah sebanyak 60 orang, dari 73 orang yang bekerja di bagian
sampelnya semua perempuan adalah agar data yang diperoleh lebih homogen dan
respon dari sampel terhadap pengaruh dingin relatif sama. Seluruh sampel yang
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
terpilih secara simple random sampling ditentukan kelompok perlakuan atau kontrol.
Distribusi sampel berdasarkan umur, tingkat pendidikan dan masa kerja tertera pada
Tabel 4.1.
Umur
1. < 20 tahun 5 16,67 9 30,00
2. ≥ 20 tahun 25 83,33 21 70,00
Tingkat Pendidikan
1. SD 3 10,00 2 6,67
2. SMP 17 56,66 18 60,00
3. SMA 8 26,67 10 33,33
4. D1 2 6,67 0 0,00
Masa Kerja
1. < 2 tahun 13 43,33 24 80,00
2. ≥ 2 tahun 17 56,67 6 20,00
Dari tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja berusia di atas 20
tahun untuk kelompok perlakuan 25 orang (83,33%) serta untuk kelompok kontrol
sebanyak 21 orang (70%). Begitu juga tingkat pendidikan tenaga kerja lebih dominan
pembagian kerja di cold storage PT. X Belawan. Masa kerja untuk kelompok
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
perlakuan sebanyak 17 orang (56,67%) di atas 2 tahun sedangkan untuk kelompok
pengukuran berat badan sebelum dan setelah intervensi. Dari hasil pengukuran berat
Tabel 4.2. Berat Badan Tenaga Kerja pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol
sebelum dan setelah Intervensi
Dari tabel 4.2 menunjukkan bahwa rata-rata berat badan tenaga kerja sebelum
intervensi untuk kelompok perlakuan adalah 50,23 kg dan sesudah intervensi 50, 43
kg. Terlihat bahwa setelah intervensi 1 bulan terjadi kenaikan berat badan dengan
kontrol mengalami penurunan berat badan sebesar 0,24 kg. Dari hasil uji t sebelum
intervensi pada kelompok perlakuan dan kontrol tidak menunjukkan ada perbedaan
rata-rata berat badan yang signifikan dengan nilai p = 0,46 atau (p > 0,05) demikian
juga setelah intervensi pada kelompok perlakuan dan kontrol tidak menunjukkan
perbedaan rata –rata berat badan yang signifikan dengan nilai p= 0,58 atau (p > 0,05).
Sedangkan pada kelompok perlakuan antara sebelum dan setelah intervensi ada
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
4.3 .Konsumsi Makanan
Sebelum intervensi tenaga kerja cold storage diwawancara recall 2 x24 jam
pada hari Senin dan Selasa. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden
diperoleh hasil konsumsi zat gizi ( energi dan protein) yang dilakukan dengan
mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam
yang lalu pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Pemberian makanan
recall kembali pada hari Jumat dan Sabtu. Hasil wawancara dengan recall 2x24 jam
Tabel4.3 Zat Gizi Tenaga Kerja pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol
sebelum dan sesudah Intervensi
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Sebelum intervensi jumlah energi dalam makanan utama pada kelompok
perlakuan sebesar 1676,39 kkal dan kelompok kontrol sebesar 1670,53 kkal di mana
perbedaan antara kedua kelompok adalah 5,86 kkal. Sedangkan untuk jumlah protein
dalam makanan utama pada kelompok perlakuan sebesar 38, 30 gr dan kelompok
kontrol sebesar 38,32 gr sedangkan perbedaan antara kedua kelompok sebesar 0,02
gr. Hasil pengukuran jumlah energi dan protein sebelum intervensi antara kelompok
perlakuan dan kontrol menunjukkan jumlah yang hampir sama. Dari hasil uji t
konsumsi energi dan protein sebelum intervensi pada kelompok perlakuan dan
kontrol menunjukkan (p > 0, 05), hal ini berarti konsumsi energi dan protein sebelum
intervensi tidak dijumpai perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan dan
kontrol.
Dari tabel 4.3 menunjukkan setelah intervensi, total energi sebesar 2318,02
kkal dan total protein sebesar 55,69 gr untuk kelompok perlakuan sedangkan untuk
kelompok kontrol, total energi sebesar 1776,49 kkal dan total protein 43,39 gr. Hasil
uji beda rata-rata nilai energi dan protein menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan (p < 0,05) antara sebelum dan setelah intervensi pada kelompok perlakuan.
Demikian juga pada kelompok kontrol setelah intervensi ada perbedaan yang
signifikan (p < 0,05) dimana kelompok kontrol juga diberi kue basah 1 kali sehari
yang mengandung energi sekitar 100 kkal dan protein sekitar 4,3 gr.
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
4.3.2. Konsumsi Makanan Tambahan
berupa bubur kacang hijau, kue basah atau telur rebus yang mengandung sekitar 300
kalori. Makanan tambahan diberikan pada pagi (sekitar pukul 10 WIB) dan sore hari
Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa sebelum intervensi, jumlah energi dan
protein masih 0 (tidak ada) pada kelompok perlakuan maupun kontrol. Sedangkan
setelah intervensi jumlah energi menjadi sekitar 600 kalori dan protein sebesar 16,70
gr. Pada kelompok kontrol diberikan makanan tambahan juga tetapi hanya kue basah
yang mengandung sekitar 100 kkal dan protein sebesar 4,30 gr.
kecukupan konsumsi gizi tenaga kerja. Tingkat konsumsi energi sebelum dan setelah
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
50
40
30
Perlakuan
20 Kontrol
10
0
BAIK SEDANG KURANG DEFISIT
energi tenaga kerja pada kelompok perlakuan dengan angka kecukupan gizi baik
sebanyak 5 orang (16,67%) dan tingkat konsumsi defisit adalah sedang sebanyak 8
orang (26,67%).
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
80
70
60
50 Perlakuan
40 Kontrol
30
20
10
0
BAIK SEDANG KURANG DEFISIT
tenaga kerja pada kelompok perlakuan dengan angka kecukupan gizi baik menjadi 22
orang (73,33%) dan tingkat konsumsi defisit menjadi tidak ada (0%).
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
60
50
40
Perlakuan
30 Kontrol
20
10
0
BAIK SEDANG KURANG DEFISIT
protein tenaga kerja dengan angka kecukupan gizi baik sebesar 4 orang (13,33%), dan
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
90
80
70
60
Perlakuan
50
40 Kontrol
30
20
10
0
BAIK SEDANG KURANG DEFISIT
protein menjadi 27 orang (90%) dan tingkat konsumsi protein yang defisit setelah
Hasil penelitian terhadap pengukuran suhu tubuh tenaga kerja pada cold
Tabel 4.4 Suhu Tubuh Tenaga Kerja pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol
Sebelum dan Sesudah Intervensi
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Dari tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa rata-rata suhu tubuh tenaga kerja
sebelum intervensi pada kelompok perlakuan adalah 34,940C dan kelompok kontrol
adalah 35,150C setelah intervensi pada kelompok perlakuan 36,610C dan kelompok
kontrol sebesar 35,020C. Hasil pengukuran suhu tubuh memberikan gambaran bahwa
perbedaan rata-rata antara sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok perlakuan
perbedaan rata-rata pengukuran sebelum dan setelah intervensi maka dilakukan uji t.
Dari hasil uji menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan suhu tubuh rata-rata
antara sebelum dan setelah intervensi secara signifikan berbeda (p < 0,05).
Hasil penelitian terhadap pengukuran tekanan darah sistolik tenaga kerja pada
Tabel 4.5 Tekanan darah sistolik pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol
Sebelum dan Sesudah Intervensi
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Dari tabel 4.5 menunjukkan bahwa rata-rata tekanan darah sistolik tenaga
kerja sebelum intervensi pada kelompok perlakuan adalah 123,17 mmHg dan
sesudah intervensi 112,00 mmHg . Tekanan darah sistolik untuk kelompok kontrol
sebelum intervensi adalah 123,83 mmHg dan sesudah intervensi 111,50 mmHg.
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada tekanan darah sistolik dengan
nilai p = 0,58 atau (p > 0,05) demikian juga uji beda kelompok perlakuan dan
kontrol setelah intervensi menunjukkan tidak adanya perbedaan tekanan darah sistolik
dengan nilai p = 0.82 atau (p > 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa intervensi
Tabel 4.6 Tekanan Darah Diastolik Tenaga Kerja pada kelompok perlakuan
dan Kontrol sebelum dan sesudah Intervensi
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa rata-rata tekanan darah diastolik tenaga kerja
sebelum intervensi pada kelompok perlakuan adalah 87,67 mmHg dan sesudah
intervensi 79,33 mmHg. Tekanan diastolik rata-rata pada kelompok kontrol sebelum
menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan pada tekanan darah diastolik
yang mana nilai p = 0,74 atau (p > 0,05) demikian juga uji t kelompok perlakuan dan
kontrol setelah intervensi juga menunjukkan tidak adanya perbedaan tekanan darah
diastolik dengan nilai p = 0,13 atau (p> 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa intervensi
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
BAB 5
PEMBAHASAN
cara penentuan status gizi secara tidak langsung yang dapat dipakai sebagai bukti
awal akan terjadinya kekurangan gizi pada seseorang atau masyarakat. Hasil
pengukuran konsumsi makanan dapat dipakai antara lain untuk menentukan tingkat
kecukupan konsumsi gizi masyarakat yang dalam penelitian ini pada tenaga kerja di
intervensi adalah sebesar 1676,39 kkal sedangkan pada kelompok kontrol sebesar
1670,53 kkal. Dari hasil uji t tidak dijumpai perbedaan yang signifikan rata-rata
jumlah energi sebelum intervensi antara kelompok perlakuan dan kontrol. Dari hasil
wawancara dengan metode recall 2x24 jam jumlah energi sebelum intervensi
tergolong kategori rendah, hal ini dapat diasumsikan tenaga kerja mempunyai tingkat
ekonomi yang sama, Jonni (2007) juga berpendapat bahwa keadaan ekonomi
merupakan faktor yang penting dalam menentukan jumlah dan macam barang atau
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
pangan yang tersedia dalam rumah tangga. Menurut Almatsier (2004), menyebutkan
bahwa konsumsi makanan oleh masyarakat atau oleh keluarga bergantung pada
jumlah dan jenis pangan yang dibeli, pemasakan, distribusi dalam keluarga, dan
kebiasaan makan secara perorangan. Hal ini bergantung pula pada pendapatan,
tersebut jumlah energi yang dibutuhkan oleh tenaga kerja diperoleh dari makanan
melalui proses metabolisme yaitu berubahnya energi kimia dari makanan menjadi
panas dan tenaga mekanik. Bila tenaga kerja kekurangan energi maka tubuh akan
gizi khususnya energi. Dengan demikian, persediaan energi selama bekerja dari
Setelah diberi makanan tambahan maka jumlah total energi menjadi 2318, 02
kkal. Berdasarkan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun 1998 ditetapkan
bahwa rata-rata Angka Kecukupan Gizi pada tingkat konsumsi penduduk Indonesia
adalah 2.170 kkal (Supariasa, 2002). Hal ini berarti jumlah kalori setelah intervensi
pada kelompok perlakuan, maka dilakukan uji t rata-rata antara kelompok perlakuan
dan kontrol, dari hasil uji tersebut terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata energi
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
setelah diberikan makanan tambahan (p < 0,05). Hal ini berarti makanan tambahan
intervensi jumlah protein pada kelompok perlakuan berjumlah 38, 30 gr dan kontrol
38,32. Jumlah antara kedua kelompok hampir sama dan dari hasil uji t menunjukkan
tidak signifikan antara kelompok perlakuan dan kontrol. Dapat diasumsikan bahwa
tenaga kerja mempunyai tingkat ekonomi yang sama, Jonni (2007) juga berpendapat
bahwa keadaan ekonomi merupakan faktor yang penting dalam menentukan jumlah
dan macam barang atau pangan yang tersedia dalam rumah tangga. Yuliana (2008)
juga mengemukakan ada kaitan antara pertumbuhan ekonomi dengan status gizi,
dimana menurunnya pendapatan secara negatif berdampak pada kualitas dan pola
glukosa dari rantai karbon nonkarbohidrat). Sebagai sumber energi, protein ekivalen
Setelah diberi makanan tambahan, maka nilai total protein menjadi 55,69 gr,
berarti telah melewati jumlah kecukupan protein bagi perempuan umur 16-19 tahun
sebesar 51 gr, 20- 45 tahun sebesar 48 dan 46-59 tahun berjumlah 48gr (Supariasa,
2002). Dari hasil uji t menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
5.2. Konsumsi Makanan Tambahan
Dari hasil perhitungan makanan tambahan (tabel 4.3) dapat dilihat bahwa
mempunyai tambahan jumlah energi sebesar 600 kkal dan protein sebesar 16,70 gr.
Makanan tambahan berupa bubur kacang hijau, kue basah atau telur rebus.
kerja antara waktu makan utama. Pada penelitian ini makanan tambahan berupa
bubur kacang hijau yang diberikan pada pagi hari (sekitar pukul 10. 00 WIB) dan kue
basah atau telur rebus yang diberikan pada sore hari (sekitar pukul 14.00 WIB) yang
setelah makan, kadar glukosa darah naik hingga kira-kira 30 menit dan secara
perlahan kembali ke kadar gula puasa (70-100 mg/100ml) setelah 90 – 180 menit.
Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dengan pemberian makanan tambahan
tenaga kerja pada kelompok perlakuan mempunyai tambahan jumlah energi sebesar
600 kkal dan protein sebesar 16,70 gr. Makanan tambahan berupa bubur kacang
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
5.3 Kontribusi Makanan Tambahan terhadap Energi Total
tambahan menunjukkan hasil 2318,02 kkal. Dari hasil uji t menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan jumlah energi yang signifikan (p < 0,05) antara sebelum dan
setelah pemberian makanan tambahan. Dari tabel 4.3 menunjukkan tambahan energi
sebesar 600 kkal pada kelompok perlakuan berarti besarnya kontribusi makanan
kelompok kontrol, tambahan energi sekitar 100 kkal di mana besarnya kontribusi
menunjukkan hasil 55,69 gr. Dari hasil uji t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
protein yang signifikan (p <0,05) antara sebelum dan setelah pemberian makanan
tambahan. Dari tabel 4.3 menunjukkan pada kelompok perlakuan mendapat tambahan
Dari tabel 4.4 menunjukkan bahwa perbedaan rata-rata suhu pada kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol sebelum intervensi adalah 0,24 berdasarkan uji t
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada derajat kepercayaan 95%
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
antara pengukuran pada kelompok perlakuan dan kontrol sebelum intervensi (p >
0,05).
dingin, khusus di bagian processing mempunyai suhu 50C – 100C yang berguna untuk
mempertahankan mutu ikan. Cold storage juga sebagai tempat kerja untuk
penyimpanan. Keberadaan tenaga kerja dalam cold storage selama proses kerja akan
terpapar suhu dingin yang akan mengakibatkan cold stress yang mana dalam
penelitian ini diketahui dari hasil pengukuran suhu tubuh. Hal ini sesuai dengan
pendapat Amalia dan Hestin (2006), bahwa hipothermia merupakan salah satu efek
dengan sesudah intervensi (p < 0,05). Hal ini berarti bahwa makanan tambahan yang
diberikan dapat meningkatkan suhu tubuh tenaga kerja. Sementara pada kelompok
kontrol perbedaan antara sebelum dan sesudah intervensi suhu rata-rata adalah 0,130C
dan dari hasil uji t menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan suhu rata-rata
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Apabila tubuh tidak mampu untuk mendapatkan panas yang memadai maka
akan terjadi gangguan, begitu juga menurut Killham D (2007), bahwa efek
menimbulkan berbagai penyakit. Sebagian besar kasus cold stress berkembang pada
Dari tabel 4.4 menunjukkan ada perbedaan varians suhu tubuh antara
kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol (p < 0,05). Hal ini berarti bahwa
makanan tambahan dapat meningkatkan suhu tubuh tenaga kerja. Menurut pendapat
Tarwaka (2004), bahwa pada lingkungan yang dingin membutuhkan kalori lebih
tinggi/banyak untuk mempertahankan suhu tubuh. Begitu juga menurut Biem, J, et.al
(2003), menyatakan bahwa salah satu kondisi yang menambah kerentanan terhadap
Pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolik dilakukan pada tenaga kerja
tabel 4.5 dapat diketahui perbedaan rata-rata tekanan darah sistolik sebelum
intervensi pada kelompok perlakuan dan kontrol adalah 0,66 mmHg. Pada tabel 4.6
dapat dilihat perbedaan rata-rata tekanan darah diastolik sebelum intervensi pada
kelompok perlakuan dan kontrol sebesar 0,33 mmHg. Dari hasil uji t tidak ada
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
perbedaan yang signifikan pada derajat kepercayaan 95% sebelum intervensi
(p > 0.05). Pengukuran pada kelompok perlakuan dan kontrol terjadi penurunan
tekanan darah sistolik maupun diastolik sebelum dan setelah intervensi. Di mana
untuk kelompok perlakuan perbedaan rata-rata tekanan darah sistolik sebelum dan
setelah intervensi sebesar 11,17 mmHg sedangkan tekanan darah diastolik 8,33
mmHg, untuk kelompok kontrol perbedaan rata-rata tekanan darah sistolik sebelum
dan setelah intervensi sebesar 12,33 mmHg, sedangkan tekanan darah diastolik
7,17 mmHg.
signifikan antara pengukuran sebelum dan setelah intervensi (p < 0,05) pada
hipothermia ringan (temperatur inti tubuh > 320C) bisa menaikkan tekanan darah.
diberikan pada kelompok perlakuan, maka dilakukan uji t rata-rata antara kelompok
varians sistolik antara kelompok perlakuan dan kontrol tidak signifikan (p > 0,05),
sehingga hasil uji t independen menunjukkan tidak ada perbedaan tekanan rata-rata
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
sistolik (p > 0,05). Ini berarti bahwa makanan tambahan belum tentu dapat
sistolik rata-rata 12,33 mmHg dan dari hasil uji juga menunjukkan tidak signifikan
perbedaan sistolik rata-rata antara sebelum dan sesudah intervensi (p > 0,05).
darah sistolik dan diastolik ( p> 0,05). Ini berarti bahwa makanan tambahan belum
tentu dapat mencerminkan kondisi tekanan darah sistolik dan diastolik seorang
mempengaruhi tekanan darah. Menurut Pearce dan Evelyn C (1992) keadaan ini
pembuluh darah, tahanan tepi, dan keadaan pembuluh darah kecil pada kulit.
antara kelompok perlakuan dan kontrol, karena pada kelompok kontrol hanya
diberi makanan tambahan berupa kue basah yang mengandung sekitar 100
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
BAB 6
6.1 Kesimpulan
makan utama yang mengandung sekitar 300 kalori dapat meningkatkan energi
diastolik.
6.2. Saran
teratur diantara makan utama yaitu pagi sekitar pukul 10.00 WIB dan sore
hari sekitar pukul 14.00 WIB, yang mengandung sekitar 300 kalori.
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
2. Cold storage mempunyai lingkungan kerja yang dingin, tenaga kerja
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier S, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004.
Amalia, Hestyn, Beberapa Faktor yang Berhubungan Dengan Keluhan Akibat cold
stress (studi tentang cold stress di PT. Aneka Tuna Indonesia Gempol
Pasuruan), Airlangga University Library. 2006.
http://adln.lib.unair.ac.id/go.php?. Diakses 19 Februari-2008.
Anonymous. Cold Stress, Emergency Preparedness and Response: Safety and Health
Guides, www.osha.gov Diakses 28-Agust 2007.
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Anonymous. Cold Stress, Princenton University, Environmental Health, file://D:\
Artikel Cold stress\ Cold stress.htm Diakses 28-Agust-2007.
Blair E, Clinical Hypothermia. New York: McGraw- Hill Book Company 1964.
Brian M. Cold Stress Revisited professional Safety. Park Ridge. 1992. Available at :
http://proquest.umi.com/pqdweb? did=721899&sid3&Fmt=3&clientld=6
Diakses 2-Juli- 2007
Ilyas S.Teknologi refrigerasi hasil perikanan: Teknik Pendingin Ikan. Jilid I Jakarta .
1983.
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Ilyas S. Teknologi Refrigenerasi Hasil Perikanan : Teknik pembekuan ikan.Jilid II.
Jakarta. 1993.
Issekutz, B etal, Effect of savere cold stress on Nitrogen Balance of Men Under
Different Dietary Condition, Journal of Nurtition Diakses 13-Februari 2008.
Killham D, Cold Stress : achilling effect Published by the Workers Health and Safety
Centre, Toronto, www.whsc.on.c .Diakses 2-Juli-2007
Kep.Men tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja, DepNaKer,
1999.
Nurmianto E, Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, edisi kedua, Guna Widya,
Surabaya 2004.
Pearce dan Evelyn C.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis PT. Gramedia Pustaka
Utama, cetakan kelima belas, Jakarta.1992.
Supariasa I dkk, Penilaian status gizi, Penerbit Buku Kedokteran EGC,Jakarta 2002.
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Tarwaka dkk. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Produktivitas.Uniba Press. Surakarta 2004.
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Lampiran 1
Jadwal Penelitian
Bulan Pelaksanaan
No Kegiatan
Des‘07 Jan’08 Feb’08 Mar’08 Apr’08 Mei’08 Juni,08 Juli,08
1 Penelusuran Pustaka √ √
2 Studi Pendahuluan √ √
3 Konsultasi Pembimbing √ √ √ √ √ √ √
4 Persiapan Kolokium √
5 Kolokium √
6 Persiapan alat dan bahan √ √
7 Pengumpulan Data √ √
Pengolahan dan analisa
8 Data √ √
Penyusunan laporan
9 Tesis √ √ √
10 Seminar Hasil √
11 Sidang Meja Hijau
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
KUESIONER PENELITIAN
A. DATA UMUM
NO/Kode Responden :
Tanggal Wawancara :
Alamat :
B. Karakteristik Responden
1. Nama :
2. Umur : tahun
3. Berat Badan : kg
4. Tinggi badan : cm
5. Pendidikan :
C. Data Khusus
o
1. Suhu tubuh : C
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
D. FORMULIR FOOD RECALL
Hari Ke-1
URT Gram
Pagi/jam
Siang/jam
Malam/jam
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Hari ke-2
Jenis Banyaknya
URT gram
Pagi/jam
Siang/jam
Malam/jam
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier S, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004.
Amalia, Hestyn, Beberapa Faktor yang Berhubungan Dengan Keluhan Akibat cold
stress (studi tentang cold stress di PT. Aneka Tuna Indonesia Gempol
Pasuruan), Airlangga University Library. 2006.
http://adln.lib.unair.ac.id/go.php?. Diakses 19 Februari-2008.
Anonymous. Cold Stress, Emergency Preparedness and Response: Safety and Health
Guides, www.osha.gov Diakses 28-Agust 2007.
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Anonymous. Cold Stress, Princenton University, Environmental Health, file://D:\
Artikel Cold stress\ Cold stress.htm Diakses 28-Agust-2007.
Blair E, Clinical Hypothermia. New York: McGraw- Hill Book Company 1964.
Brian M. Cold Stress Revisited professional Safety. Park Ridge. 1992. Available at :
http://proquest.umi.com/pqdweb? did=721899&sid3&Fmt=3&clientld=6
Diakses 2-Juli- 2007
Ilyas S.Teknologi refrigerasi hasil perikanan: Teknik Pendingin Ikan. Jilid I Jakarta .
1983.
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Ismawati R, Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan dari Tepung Formula Tempe
dengan Fortifikasi Fe terhadap Penambahan Berat Badan dan Kadar
Hemoglobin pada Balita KEP Anemia di Kecamatan Benowo Kota Surabaya,
Perpustakaan Pusat Unikom/ Member /http://digilib.unikom.ac.id/go.php?
Diakses 10-Januari-2008.
Issekutz, B etal, Effect of savere cold stress on Nitrogen Balance of Men Under
Different Dietary Condition, Journal of Nurtition Diakses 13-Februari 2008.
Killham D, Cold Stress : achilling effect Published by the Workers Health and
Safety Centre, Toronto, www.whsc.on.c .Diakses 2-Juli-2007
Kep.Men tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja, DepNaKer,
1999.
Nurmianto E, Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, edisi kedua, Guna Widya,
Surabaya 2004.
Pearce dan Evelyn C.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis PT. Gramedia Pustaka
Utama, cetakan kelima belas, Jakarta.1992.
Supariasa I dkk, Penilaian status gizi, Penerbit Buku Kedokteran EGC,Jakarta 2002
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Yuliana, Kaitan Pertumbuhan Ekonomi, kemiskinan dan status gizi,
http://tumoutou.net/6 sem2 023/Yuliana.htm, Diakses 2-Juli-2008
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Lampiran 1
Jadwal Penelitian
Bulan Pelaksanaan
No Kegiatan
Des‘07 Jan’08 Feb’08 Mar’08 Apr’08 Mei’08
1 Penelusuran Pustaka √ √
2 Studi Pendahuluan √ √
3 Konsultasi Pembimbing √ √ √ √ √
4 Persiapan Kolokium √
5 Kolokium √
6 Persiapan alat dan bahan √ √
7 Pengumpulan Data √ √
Pengolahan dan analisa
8 Data √ √
9 Penyusunan laporan Tesis √ √
10 Seminar Hasil √
11 Sidang Meja Hijau √
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
KUESIONER PENELITIAN
A. DATA UMUM
NO/Kode Responden :
Tanggal Wawancara :
Alamat :
B. Karakteristik Responden
1. Nama :
2. Umur : tahun
3. Berat Badan : kg
4. Tinggi badan : cm
5. Pendidikan :
C. Data Khusus
o
1. Suhu tubuh : C
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
D. FORMULIR FOOD RECALL
Hari Ke-1
URT Gram
Pagi/jam
Siang/jam
Malam/jam
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Hari ke-2
Jenis Banyaknya
URT gram
Pagi/jam
Siang/jam
Malam/jam
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008.
USU e-Repository © 2008