Anda di halaman 1dari 5

Manajemen Konstruksi

EVALUASI PERILAKU TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACT) DAN KONDISI


TIDAK AMAN (UNSAFE CONDITION) PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG
RUKO BERTINGKAT DI PALANGKA RAYA
(058K)

Subrata Aditama Kittie Aidon Uda1 dan Erik Adi Gunawan2

1
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Palangka Raya Jl.Yos Sudarso Kompl Tunjung Nyaho Palangka Raya
Email : subrata_aditama@yahoo.com
2
Jurusan Teknik Sipil, Laboratorium Komputasi Sipil UNPAR, Jl.Yos Sudarso Palangka Raya

ABSTRAK
Kecelakaan kerja pada suatu proyek konstruksi sering terjadi. Pada umumnya, kecelakaan kerja
diakibatkan oleh dua faktor utama yaitu tindakan tidak aman (unsafe act) dan kondisi tidak aman
(unsafe condition). Berdasarkan statistik di Indonesia yang mengacu pada tulisan Silalahi (1995),
80% kecelakaan diakibatkan oleh tindakan tidak aman (Unsafe Act) dan 20% oleh kondisi tidak
aman (Unsafe Condition), sedangkan di Amerika, 85% kecelakaan diakibatkan oleh tindakan tidak
aman (Unsafe Act) dan 15% oleh kondisi tidak aman (Unsafe Condition) (Clough and Sears, 1994).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui unsafe act index dan unsafe condition index yang
menentukan tingkat keamanan kondisi lapangan proyek. Penelitian ini juga menghasilkan jenis
tindakan tidak aman yang sering dilakukan oleh para pekerja serta kondisi tidak aman yang ada pada
suatu proyek. Data penelitian ini didapatkan dari observasi pada proyek pembangunan gedung ruko
bertingkat yang terletak di Jl. Rajawali, Kota Palangka Raya. Hasil analisa menunjukkan bahwa
unsafe act index untuk alat pelindung diri (APD) adalah sebesar 98,4%, unsafe act index tingkah
laku (TL) sebesar 62,1% dan unsafe condition sebesar 66,1%. Tindakan tidak aman yang paling
banyak dilakukan oleh para pekerja untuk alat pelindung diri (APD) adalah dalam hal penggunaan
helm selama proyek berlangsung, sedangkan untuk unsafe act tingkah laku (TL) yang paling sering
dilakukan oleh para pekerja adalah memanjat. Jenis kondisi tidak aman (unsafe condition) yang
sering membahayakan para pekerja adalah house keeping yang tidak baik, tidak adanya peringatan
perlindungan terhadap kecelakaan, serta konstruksi tangga yang buruk selama proyek berlangsung.
Kata kunci: kecelakaan kerja, gedung ruko bertingkat, konstruksi, tindakan tidak aman, kondisi
tidak aman, unsafe act index, unsafe condition index.

1. PENDAHULUAN
Pada saat ini penerapan standar keselamatan dan kesehatan kerja dalam setiap pekerjaan konstruksi
merupakan suatu keharusan bagi perusahaan jika ingin tetap bersaing. Hal ini menjadi sangat penting mengingat
bahwa nyawa manusia merupakan suatu hal yang sangat berharga. Tetapi pada kenyataannya masih banyak
dijumpai perusahaan kontraktor yang kurang memperhatikan keselamatan kerja karyawan maupun pekerjanya.
Saat ini, pembangunan gedung ruko bertingkat yang ada di Jl. Rajawali kota Palangka Raya termasuk yang
paling pesat. Namun, kontraktor yang mendapat proyek pembangunan gedung ruko bertingkat ini seringkali lalai
dalam memperhatikan dan mengawasi pekerjaan para pekerja dan karyawannya sehingga mereka sering kali tidak
memperhatikan keselamatannya sendiri karena hampir keseluruhan kecelakaan ini disebabkan oleh banyaknya
Unsafe Act (tindakan tidak aman) yang dilakukan oleh para pekerja dan karyawan dalam proses kegiatan konstruksi.
Hal ini tidak dapat diabaikan mengingat bahwa unsafe act memegang pengaruh yang besar terhadap
kecelakaan kerja dibandingkan Unsafe Condition. Walaupun nilai persentase terlihat lebih besar untuk Unsafe Act,
bukan berarti Unsafe Condition tidak diperhitungkan. Tetapi justru kedua hal tersebut saling terkait, terutama saat
kondisi tidak aman maka akan terjadi tindakan tidak anam. Menyadari betapa pentingnya peninjauan terhadap
tindakan tidak aman (Unsafe Act) terhadap kondisi tidak aman (Unsafe Condition) pada proyek konstruksi dewasa
ini, maka akan dilakukan penelitian mengenai kondisi tidak aman dan tindakan tidak aman terhadap para pekerja
yang berada di lapangan
Tujuan dari penelitian ini adalah mencari Unsafe Act Index dan Unsafe Condition Index secara total pada
suatu proyek konstruksi gedung ruko bertingkat di Jl. Rajawali, Palangka Raya serta Menentukan jenis tindakan
tidak aman (Unsafe Act) dan kondisi tidak aman (Unsafe Condition) yang sering dilakukan oleh para pekerja pada
suatu proyek konstruksi gedung ruko bertingkat di Jl. Rajawali, Palangka Raya.

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)


Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 K - 67
Manajemen Konstruksi

2. METODOLOGI PENELITIAN
Kawasan Penelitian dan Waktu Penelitian
Kawasan penelitian berada pada Jl. Rajawali Kota Palangka Raya. Waktu penelitian dilakukan selama tiga
bulan dengan pengumpulan data ata dilakukan pada gedung ruko bertingkat yang memenuhi persyaratan. Pengamatan
kalibrasi dilakukan pada tanggal 10 Januari 2012 s.d 5 April 2012. Berikut Gambar Lokasi Penelitian.

Gambar 1. Lokasi Penelitian


Pengumpulan Data
Data yang diperoleh adalah data dari pengamatan di lapangan dengan lokasi penelitian di Jl. Rajawali Kota
Palangka Raya pada bangunan gedung ruko bertingkat yang sedang dibangun. Data yang dianalisis adalah data
Unsafe Act dan Unsafe Condition yang ada di lokasi proyek selama penelitian berlangsung dengan cara mengisi
form pengambilan data sesuai dengan observed item.
Observed Item yang maksud di sini adalah semua jenis Unsafe Act (alat pelindung diri dan tingkah laku)
dan Unsafe Condition yang akan diteliti di lapangan. Tidak semua jenis Unsafe Act (alat pelindung diri dan tingkah
laku) dan Unsafe Condition yang tersebut akan digunakan sebagai Observed Item melainkan jenis jenis-jenis Unsafe Act
(alat pelindung diri dan tingkah laku) dan Unsafe Condition yang sering terjadi dan secara objektif dapat dilihat oleh
peneliti. Di bawah ini Observed Iteim yang akan digunakan dalam form pengambilan data:
 Unsafe Act Alat Pelindung Diri
Tidak menggunakan atribut perlindungan diri atau menggunakan peralatan yang tidak layak pakai, yaitu:
1. Tidak memakai helm.
2. Tidak memakai sarung tangan.
3. Tidak memakai sepatu boot.
 Unsafe Act Tingkah Laku
Tingkah Laku pekerja di lapangan yang berbahaya, yaitu:
1. Melempar.
2. Melompat.
3. Memanjat.
4. Berlari.
5. Merokok.
6. Bergurau.
7. Berdiri.
 Unsafe Condition
1. House keeping
a. Jalan akses yang tidak bersih dan tidak rata.
b. Daerah pekerjaan / lantai kerja banyak sampah, sehingga jalannya pekerjaan terhambat.
2. Elektrikal dan Pencahayaan
a. Kabel yang terkelupas / terbuka dan terpotong.
b. Tidak adanya lampu / penerangan pada area proyek yang gelap.
c. Peralatan listrik dalam kondisi yang tidak baik.
3. Scaffolding dan Tangga.
a. Pemasangan tangga yang tidak aman (dalam hal sudut kemiringan dan ikatan tangga).
b. Scaffolding tidak dibracing
bracing dengan baik dan tidak diikat dengan benar.
4. Perlindungan terhadap kecelakaan
a. Tidak adanya tanda peringatan dan perlindungan di area bangunan.
b. Tidak adanya tanda peringatan penggunaan alat pelindung diri.
c. Adanya material pada bangunan yang berbahaya

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)


K - 68 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta
Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Manajemen Konstruksi

Analisis Data
Dari hasil form pengambilan data yang sudah didata peneliti, maka nilai
dari Unsafe Act Index untuk alat pelindung diri dan tingkah laku dapat diambil persentase tiap minggunya selama
masa penelitian sehingga dapat dibuat diagram hubungan Unsafe Act Index dengan wak waktu yang bersangkutan
(minggu). Selain itu dikumpulkan juga data
data-data dari perhitungan form pengambilan data alat pelindung diri dan
tingkah laku untuk Unsafe Act.
Form pengambilan data yang nantinya dibuatkan dalam bentuk tabel perhitungan dan diagram dalam
bentuk persentase sehingga dapat dibandingkan secara keseluruhan dari setiap jenis Unsafe Act yang diteliti, jenis
apa yang paling sering dilakukan kemudian masih di pecah lagi menjadi subkategori. Contoh dari alat pelindung diri
dipecah
tersebut yaitu persentase antara helm, boot, dan sarung tangan sendiri untuk tiap minggunya maupun secara total
dapat dibandingkan.
Index, peneliti membandingkan nilai Unsafe Condition Index dengan waktu
Untuk Unsafe Condition Index
penelitian (minggu). Selain itu Unsafe Condition dapat dipecah lagi menjadi subkategori, sehingga dalam Unsafe
Condition dapat membandingkan tiap jenis kondisi setiap minggunya.
Safe / Unsafe Index
Setelah Observed Item ditentukan, maka penelitian akan dilakukan dengan mengisi kolom penilaian Safe /
Unsafe yang kemudian setiap kolom akan dijumlahkan sesuai dengan data yang diisi kemudian dicantumkan dengan
kolom total. Setelah per kategori ditotal maka keseluruhan total Safe dan Unsafe akan di subtotal yang kemudian
akan digunakan sebagai variabel dalam perhitungan Unsafe Act Index.
Unsafe Act Index adalah suatu Index pendekatan yang digunakan untuk menghitung sampel dari total
pekerja pada suatu proyek di mana total Unsafe Act dibagi dengan total Unsafe Act ditambah dengan total Safe Act
yang hasilnya dikali dengan 100% sehingga didapat persentasi yang bervariasi antara 0 – 100%. Singkatnya, jika
Index observasi didapat 60% artinya 60 dari 100 unit observasi telah melakuka
melakukann tindakan tidak aman ((Unsafe Act).
Tidak jauh beda dengan Unsafe Act
Act, Unsafe Condition juga dapat menghasilkan sebuah Index pendekatan
terhadap nilai safety-nya
nya karena prinsip pengambilan sampelnya dilakukan dengan cara dan metode yang sama.
Penelitian Unsafe Condition ini mendata jumlah Unsafe Condition yang ada di lapangan / suatu area tertentu dengan
memperhitungkan adanya Safe Condition yang terdapat di daerah tersebut. Data Unsafe Condition yang tercatat
tersebut, kemudian dioleh dengan metode yang sama dari Unsafe Act,, yaitu dengan menggunakan metode Unsafe
Condition Index,, sehingga menghasilkan nilai Index. Dari nilai Index ini, baru dapat diketahui daerah mana yang
memiliki kadar bahaya untuk suatu kondisi proyek.

Gambar 2. Rumus Unsafe Act Index dan


Unsafe Condition Index

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Proyek ini secara garis besar terdapat 3 jenis pekerjaan yaitu pekerjaan pembesian, pekerjaan formwork dan
pekerjaan dinding. Sedangkan pekerjaan mengecor beton dimasukkan ke dalam pekerjaan pembesian dan pekerjaan
scaffolding dimasukkan ke dalam pekerjaan formwork.work. Data observasi selama masa penelitian tersebut dapat dilihat
dalam rekapitulasi data selama
lama penelitian. Jumlah data observasi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Jumlah Data Observasi Total


Sampel
No Jenis Total
Safe Unsafe
1. Alat Pelindung Diri 15 942 957
2. Tingkah Laku 427 701 1128
3. Kondisi 225 438 663

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)


Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24
24-26 Oktober 2013 K - 69
Manajemen Konstruksi

Unsafe Act Index Alat Pelindung Diri (APD) Total


Setelah dilakukan penelitian pada suatu proyek, didapatkan data Unsafe Act Index untuk alat pelindung diri
98,4% dan safe Act Index untuk alat pelindung diri sebesar 1,6%. peneliti juga menampilkan persentase
perbandingan Unsafe Index dan Safe Act Index alat pelindung diri berdasarkan pekerjaan yang terbagi menjadi 3
(tiga) pekerjaan. Jumlah data observasi alat pelindung diri dapat dilihat dalam Tabel 2.
Tabel 2 Jumlah Data Observasi Alat Pelindung Diri
Sampel
No Jenis Total (%)
Safe (%) Unsafe (%)
0
1. APD Pembesian 444 (100%) 444 (100%)
(0%)
2. APD Formwork 13 (2,7%) 461 (97,3%) 474 (100%)
3. APD Dinding 2 (5,1%) 37 (94,9%) 39 (100%)
4. Alat Pelindung Diri (Total) 15 (1,6%) 942 (98,4%) 957 (100%)
Nilai persentase untuk unsafe act alat pelindung diri (APD) mempunyai nilai yang sangat tinggi yaitu 95%
- 100%. Dari nilai unsafe act yang yang dihasilkan, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa proyek tersebut tergolong
rendah untuk alat pelindung diri.
Unsafe Act Index Tingkah Laku Total
Setelah data diolah lebih lanjut maka didapat nilai Unsafe Act Index tingkah laku sebesar 62,1% di mana
nilai tersebut masih lebih tinggi dibandingkan safe Act Index tingkah laku yang bernilai 37,9% saja. Untuk Unsafe
Act Index tingkah laku juga dihasilkan persentase tiap pekerjaan yang terbagi menjadi tiga pekerjaan. Jumlah data
observasi tingkah laku dapat dilihat dalam Tabel 2.
Tabel 3 Jumlah Data Observasi Tingkah Laku
Sampel
No. Jenis Total (%)
Safe (%) Unsafe (%)
1. TL Pembesian 233 (42,4%) 316 (57,6%) 549 (100%)
2. TL Formwork 181 (33,2%) 364 (66,8%) 545 (100%)
3. TL Dinding 13 (61,9%) 8 (38,1%) 21 (100%)
4. TL (Total) 427 (37,9%) 701 (62,1%) 1128 (100%)
Berdasarkan dari hasil di atas, secara total maupun dibagi menurut pekerjaan nilai persentase untuk unsafe
act tingkah laku mempunyai nilai yang relatif lebih bervariasi yang berkisar 33% - 67%. Dari nilai unsafe act yang
dihasilkan, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa proyek tersebut masih tergolong tidak baik untuk aktivitas tingkah
laku pekerja di lapangan.
Unsafe Condition Index Total
Unsafe Condition Index adalah indeks kondisi tidak aman yang ada pada suatu proyek, di mana indeks
yang terjadi antara 0% - 100% dan semakin besar indeks maka semakin banyak kondisi tidak aman yang terjadi
pada proyek tersebut. Di mana dalam penelitian ini indeks kondisi tidak aman diteliti berdasarkan 4 faktor yang
mempengaruhi kondisi tidak aman.
Penelitian terhadap kondisi pada proyek pembagunan gedung ruko bertingkat telah dilakukan. Peneliti
mengumpulkan data sebanyak 663 data sehingga indeks kondisi tidak aman setelah data diolah mempunyai nilai
persentase sebesar 66,1% dan indeks kondisi aman sebesar 33,9%. Di mana nilai indeks kondisi tidak aman lebih
tinggi daripada indeks kondisi aman itu sendiri. Jumlah data dan persentase untuk tiap point pengamatan kondisi
tidak aman dapat dilihat dalam Tabel 4 berikut ini.
Tabel 4 Persentase Unsafe Condition
No Jenis Kondisi Jumlah Persentase
1 Unsafe House Keeping 170 25,7%
2 Unsafe Elektrikal dan Pencahayaan 52 7,8%
3 Unsafe Scaffold dan Tangga 126 19%
4 Unsafe Perlindungan Terhadap Kecelakaan 90 13,6%
5 Safe Condition 225 33,9%
6 Total 663 100%

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)


K - 70 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Manajemen Konstruksi

4. KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada Unsafe Act dalam proyek pembangunan gedung ruko
bertingkat yang terletak di Jl. Rajawali Kota Palangka Raya, didapat bahwa alat pelindung diri (APD) memiliki
Unsafe Act Index sebesar 98,4%. Berbeda dengan Unsafe Act tingkah laku yang menghasilkan Unsafe Act Index
sebesar 62,1%. Sedangkan untuk Unsafe Condition Index sebesar 66,1%.
Dari kedua pernyataan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa peluang kecelakaan kerja lebih dipengaruhi
oleh faktor Unsafe Act daripada Unsafe Condition. Hal ini membuktikan penelitian sebelumnya yang menyatakan
bahwa Unsafe Act berpengaruh lebih besar terhadap terjadinya kecelakaan kerja daripada Unsafe Condition.
Jenis tindakan tidak aman (Unsafe Act) yang sering dilakukan oleh para pekerja dalam proyek pembangunan
gedung ruko bertingkat yang terletak di Jl. Rajawali Kota Palangka Raya, didapat bahwa untuk Unsafe Act alat
pelindung diri (APD) para pekerja untuk penggunaan helm sebesar 100%, penggunakan sepatu boot dan sarung
tangan hanya digunakan pada saat-saat tertentu seperti pada saat pelaksanaan proses pengecoran. Sedangkan untuk
Unsafe Act tingkah laku yang paling sering dilakukan oleh para pekerja adalah memanjat. Jenis kondisi tidak aman
(Unsafe Condition) pada suatu proyek konstruksi gedung ruko bertingkat di Jl. Rajawali, Palangka Raya yang sering
membahayakan para pekerja adalah house keeping yang tidak baik, tidak adanya peringatan perlindungan terhadap
kecelakaan, serta konstruksi tangga yang buruk selama proyek berlangsung.

5. SARAN
Pihak kontraktor harus lebih tegas dalam penerapkan prinsip keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
terutama dalam poin alat pelindung diri (APD) dan tingkah laku pekerja yang bekerja/berada di lokasi proyek.
Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) menjadi salah satu cara agar program keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) dapat diaplikasikan dalam proyek dengan baik.
Faktor house keeping, tangga dan perlindungan terhadap kecelakaan menjadi poin yang harus
digarisbawahi untuk menciptakan kondisi yang aman bagi para pekerja maupun masyarakat yang berada di sekitar
bangunan. Hal ini dapat diatasi dengan penerapan manajemen yang tepat, baik internal maupun eksternal dalam
aplikasi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) selama pelaksanaan proyek.
Hasil Penelitian ini dapat menjadi dasar dalam penelitian berikutnya dengan menambahkan kuesioner
kepada para pekerja untuk mengetahui penyebab akan kurangnya kesadaran dalam penerapan prinsip keselamatan
dan kesehatan kerja (K3) yang lebih spesifik.

DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari., (2004), Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Alfabeta, Bandung.
Hinze. (1997), Construction safety. Gainesville: University of Florida.
Holt, A. (2006), Principles of construction safety. UK: Blackwell Science Ltd.
Nunnally. 1998, Construction methods and management. Ohio: Prentice Hall.
Oshman.(2009), Workplace injury glossary, Retrieved March 2, 2009 from :
http://www.oshmanlaw.com/workplace-injuryglossary/workplace_injury_glossaryu.html
Silalahi, B. (1995), Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Jakarta: PPM.
Simanjuntak, P.J. (1994), Manajemen keselamatan kerja. Jakarta: Himpunan Pembina Sumber
Daya Manusia Indonesia (HIPSMI).
Work Cover New South Wales. (2001), Safety meter positive performance measurement tools,
Retrieved February 22, 2009 from:
http://www.set.ait.ac.th/people/kusumo/aitcem/OSH/Download/Additional Readings/gen
safetymeter 977.pdf.

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)


Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 K - 71

Anda mungkin juga menyukai