Anda di halaman 1dari 10

Nama : Siti iawandari

NIM : 155090700111005
Terangkan
1. Batuan sedimen klastik
2. Batuan sedimen piroklastik
3. Batuan sedimen non klastik
4. Batuan sedimen karbonat
Jawab
1. Sedimen merupakan bahan atau partikel yang terdapat di permukaan bumi (di
daratan ataupun lautan), yang telah mengalami proses pengangkutan (transportasi) dari
satu tempat (kawasan) ke tempat lainnya. Air dan angin merupakan agen pengangkut yang
utama. Sedimen ini apabila mengeras (membatu) akan menjadi batuan sedimen. Ilmu yang
mempelajari batuan sedimen disebut dengan sedimentologi.
Faktor-faktor yang mengontrol terbentuknya sedimen adalah iklim, topografi,
vegetasi dan juga susunan yang ada dari batuan. Sedangkan faktor yang mengontrol
pengangkutan sedimen adalah air, angin, dan juga gaya gravitasi. Sedimen dapat terangkut
baik oleh air, angin, dan bahkan salju/gletser. Mekanisme pengangkutan sedimen oleh air
dan angin sangatlah berbeda. Pertama, karena berat jenis angin relatif lebih kecil dari air
maka angin sangat susah mengangkut sedimen yang ukurannya sangat besar. Besar
maksimum dari ukuran sedimen yang mampu terangkut oleh angin umumnya sebesar
ukuran pasir. Kedua, karena sistem yang ada pada angin bukanlah sistem yang terbatasi
(confined) seperti layaknya channel atau sungai maka sedimen cenderung tersebar di
daerah yang sangat luas bahkan sampai menuju atmosfer.
Secara garis besar, genesa batuan sedimen dapat dibagi menjadi dua, yaitu : Batuan
Sedimen Klastik dan Batuan Sedimen Non-klastik. Batuan sedimen klastik adalah batuan
yang terbentuk dari hasil rombakan batuan yang sudah ada (batuan beku, metamorf, atau
sedimen) yang kemudian diangkut oleh media (air, angin, gletser) dan diendapkan disuatu
cekungan.
Sedimen dapat diangkut dengan tiga cara, yaitu :
a) Suspension: ini umumnya terjadi pada sedimen-sedimen yang sangat kecil ukurannya
(seperti lempung) sehingga mampu diangkut oleh aliran air atau angin yang ada.
b) Bed load: ini terjadi pada sedimen yang relatif lebih besar (seperti pasir, kerikil,
kerakal,bongkah) sehingga gaya yang ada pada aliran yang bergerak dapat
berfungsi memindahkan partikel-partikel yang besar di dasar. Pergerakan dari
butiran pasir dimulai pada saat kekuatan gaya aliran melebihi kekuatan inertia
butiran pasir tersebut pada saat diam. Gerakan-gerakan sedimen tersebut bisa
menggelundung, menggeser, atau bahkan bisa mendorong sedimen yang satu
dengan lainnya.
c) Saltation : yang dalam bahasa latin artinya meloncat umumnya terjadi pada sedimen
berukuran pasir dimana aliran fluida yang ada mampu menghisap dan mengangkut
sedimen pasir sampai akhirnya karena gaya grafitasi yang ada mampu
mengembalikan sedimen pasir tersebut ke dasar.
Asal mula mula batuan sedimen klastik adalah akibat dari proses-proses yang
menyangkut siklus sedimentasi (pelapukan - erosi - transport - sedimentasi - diagenesa).
Dalam pembentukan batuan sedimen klastik ada 2 fase proses yaitu :
1. Fase pembentukan endapan
2. Fase pembentukan batuan sedimen klastik

1. Fase pembentukan endapan Fase ini meliputi :

 Proses pelapukan
 Proses erosi
 Proses transportasi
 Proses pengendapan
2. Fase pembentukan batuan sedimen klastik Fase ini sedimen yang telah terendapkan akan
mengalami beberapa proses yaitu:
 Sementasi, endapan tersemenkan oleh larutan kimia (karbonat, silika, oksida besi)
 Pemadatan (compaction), memadatnya massa endapan karena pengisian semen
 Pemampatan (desication), keluarnya air dari rongga-rongga batuan
 Pembatuan (litification), membatunya endapan yang telah kompak

Berdasarkan cara dan proses pembentukkannya, Terrigenous (detrital atau klastik).


Batuan sedimen klastik merupakan batuan yang berasal dari suatu tempat yang kemudian
tertransportasi dan diendapkan pada suatu cekungan. Contoh: a). Konglomerat atau Breksi;
b). Batupasir; c). Batulanau; d). Lempung.
Batuan sedimen klastik dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis batuan atas
dasar ukuran butirnya. Batulempung adalah batuan sedimen klastik yang ukuran butirnya
ukuran lempung; batulanau adalah batuan sedimen klastik yang berukuran lanau; batupasir
adalah batuan sedimen klastik yang ukuran butirnya pasir, sedangkan konglomerat dan
breksi adalah batuan sedimen klastik yang ukuran butirnya mulai dari lempung hingga
bongkah. Konglomerat dan breksi dibedakan berdasarkan perbedaan bentuk butirnya,
dimana bentuk butir konglomerat membundar sedangkan breksi memiliki bentuk butir
yang menyudut. Klasifikasi ukuran butir yang dipakai dalam pengelompokkan batuan
sedimen klastik menggunakan klasifikasi dari Wentword seperti yang diperlihatkan pada
Tabel berikut
Tabel Skala Ukuran Butir Wentword

2. Batuan piroklastik adalah batuan yang dihasilkan dari proses litifikasi bahan-bahan yang
dihembuskan dari pusat vulkanik selama masa erupsi yang memiliki sifat eksplosif.
Dimana nantinya bahan-bahan tersebut akan jatuh ke permukaan bumi yang kemudian
akan mengalami litifikasi baik itu sebelum di transport maupun hasil dari reworking.
Menurut Williams, Turner dan Guillbert pada tahun 1954, batuan ini merupakan batuan
yang tersusun atas fragmen-fragmen hasil dari erupsi vulkanik.
Tekstur dari batuan piroklastik adalah suatu parameter yang digunakan untuk
mendeskripsikan apakah batuan tersebut merupakan batuan piroklastik atau tidak, berikut
adalah hal-hal yang perlu diketahui tentang tekstur umum dari batuan piroklastik:
 Ukuran butirnya berdasarkan pendapat dari Wentworth dan Fisher. Menurut
Wentworth, debu/tufanya memiliki ukuran butir 0-2 mm, lapili memiliki ukuran butir
2-32 mm, block/bom memiliki ukuran butir 32-256 mm. Sedangkan menurut Fisher,
debu/tufanya memiliki ukuran butir <2 mm, lapili memiliki ukuran butir 2-64 mm dan
block/bomb memiliki ukuran butir >64mm.
 Bentuk butirnya bulat sempurna seperti bola dan memiliki sudut di setuap
permukaannya. Bentuk butir ini merupakan keadaan dari batuan tersebut.
 Kompaksinya terdiri atas kompaksi yang mudah hancur dan kompak, dimana
kompaksi yang mudah hancur bila dipegang akan meninggalkan serbuk di tangan,
sedangkan kompaksi yang kompak memiliki permukaan yang kuat, keras dan padat.
Selain tekstur umum yang terdapat pada batuan piroklastik, ada juga tektur lain yang
terdapat pada tufa yang diantaranya adalah:
1. Weldered Tufa – Weldered tufa merupakan tufa yang identik memiliki aliran yang
sama dengan aliran lavanya, hal ini disebabkan karena fusi yang berjalan ke seluruh
bagian pada tufa pada saat proses pengendapan.
2. Sindered Tufa – Sindered tufa terbentuk karena adanya percampuran dari bahan-
bahan tufa panas yang berasal dari aliran lava pada saat proses pengendapan.
3. Pumiceous (Pumisan) – Pumiceous adalah jenis tufa yang memiliki pori-pori
vesikuler yang bersifat halus dengan permeabilitak yang buruk.

Struktur dari batuan piroklastik memiliki butiran yang kasar maupun halus, dimana struktur
tersebut sering kali terdapat pada batuan sedimen seperti halnya perlapisan. Batuan
piroklastik yang berbutir halus terkadang memperlihatkan tekstur yang hampir pada batuan
beku lelehan. Butiran halus yang terdapat pada batuan piroklastik sering disebut sebagai
tufa, dimana struktur tufa ini akan mempengaruhi penamaan dari batuan piroklastik yang
kemudian terbagi menjadi 3 jenis, yaitu:
 Aglomerat – Aglomerat merupakan jenis batuan sedimen klastik. Aglomerat
merupakan batuan piroklastik yang hampir sama dengan batuan konglomerat, akan
tetapi memiliki komposisi yang berbeda. Dimana aglomerat berasal dari material
vulkanik, sedangkan konglomerat berasal dari material sedimen. Aglomerat ini
memiliki ukuran butir >32 mm.
 Breksi Vulkanik – Breksi vulkanik merupakan breksi yang menyerupai batuan
sedimen akan tetapi komposisinya berasal dari material vulkanik yang mempunyai
ukuran butir >32 mm.
 Tufa Lapili – Tufa merupakan batuan piroklastik yang berukuran halus, batuan ini
terdiri atas material fragmen yang mengkristal atau berasal dari mneral. Berdasarkan
komponen yang memiliki kandungan fragmen kristal/mineral yang terkandung, tufa
terbagi atas 3 jenis, yaitu tufa vitric yang memiliki banyak fragmen gelas, tufa kristal
yang memiliki banyak fragmen kristal dan tufa lithik yang memiliki banyak fragmen
batuan.

3. Batuan sedimen non-klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari proses
kimiawi, seperti batu halit yang berasal dari hasil evaporasi dan batuan rijang sebagai
proses kimiawi. Batuan sedimen non-klastik dapat juga terbentuk sebagai hasil proses
organik, seperti batugamping terumbu yang berasal dari organisme yang telah mati atau
batubara yang berasal dari sisa tumbuhan yang terubah. Batuan ini terbentuk sebagai
proses kimiawi, yaitu material kimiawi yang larut dalam air (terutamanya air laut).
Material ini terendapkan karena proses kimiawi seperti proses penguapan membentuk
kristal garam, atau dengan bantuan proses biologi (seperti membesarnya cangkang oleh
organisme yang mengambil bahan kimia yang ada dalam air).

Proses yang terlibat sangat kompleks, dan sukar untuk dibedakan antara bahan yang
terbentuk hasil proses kimia, atau proses biologi (yang juga melibatkan proses kimia
secara tak langsung). Jadi lebih sesuai dari kedua-dua jenis sedimen ini dimasukan dalam
satu kelas yang sama, yaitu sedimen endapan kimiawi / biokimia. Yang termasuk dalam
kelompok ini adalah sedimen evaporit (evaporites), karbonat (carbonates), batugamping
dan dolomit (limestones and dolostone), serta batuan bersilika (siliceous rocks), rijang
(chert).
Berikut adalah penamaan Batuan Sedimen Non-klastik (berdasarkan genesa
pembentukannya).
Gambar Klasifikasi Batuan Sedimen Non-Klastik

4. Batuan sedimen karbonat merupakan batuan dengan kandungan material karbonat


lebih dari 50 % yang tersusun atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau
karbonat kristalin hasil presipitasi langsung. batuan ini termasuk dalam jenis batuan non
klastik. Secara umum batuan karbonat ini mengandung fase primer, sekunder dan butiran
reworked. Fase primer ini merupakan mineral presipitasi yang dihasilkan oleh organisme,
sementara mineral karbonat sekunder dihasilkan oleh presipitasi alami non organik yang
terjadi saat proses diagenesis berlangsung. Material reworked ini sama dengan mekanisme
yang terjadi pada batuan terigen klastik yaitu hasil abrasi pelapukan batuan sebelumnya.
Ada 4 komponen penyusun batuan sedimen karbonat yaitu skeletal grain, non skeletal,
micrite dan semen/sparit.
Skeletal grain :
Merupakan butiran cangkang penyusun batuan karbonat yang terdiri dari seluruh
mikrofosil, butiran fosil ataupun pecahan dari fosil-fosil makro. Cangkang ini merupakan
allochem yang paling umum dijumpai dalam batugamping.

Gambar : Skeletal Grain berupa Fosil Foraminifera

Non skeletal grain :


Merupakan komponen yang bukan berasal dari tubuh fosil atau murni hasil presipitasi,
terdiri atas ooid dan pisoid, peloid, pellet serta aggregat dan intraklast.Ooid adalah butiran
karbonat yang berbentuk bulat atau elips yang mempunyai satu atau lebih struktur lamina
yang konsentris dan mengelilingi inti. Inti penyusun biasanya partikel karbonat atau butiran
kuarsa. Ooid memiliki ukuran butir <2 mm dan apabila memiliki ukuran >2 mm disebut
pisoid.
Gambar : Ooid dan Pisoid dalam Sayatan Tipis

Peloid :
merupakan butiran karbonat yang berbentuk bulat, elipsoid atau meruncing yang tersusun
oleh micrite dan tanpa struktur internal ukuran dari peloid antara 0,1 - 0,5 mm.

Gambar : Peloid

Pellet :
merupakan partikel berukuran <1 mm berbentuk spheris atau elips dengan komposisi
CaCO3. Secara genetic pellet merupakan kotoran dari organisme.

Gambar : Pellet dalam Sayatan Tipis


Aggregat :
merupakan kumpulan dari beberapa macam butiran karbonat yang tersemen bersama-sama
oleh semen mikrokristalin atau tergabung akibat material organik. Sedangkan intraklas
ialah fragmen dari sedimen yang sudah terlitifikasi atau setengah terlitifikasi yang terjadi
akibat pelepasan air lumpur pada daerah pasang surut/tidal flat.

Gambar : Aggregat dan Intraklast dalam Sayatan Tipis

Micrite :
Merupakan matriks yang biasanya berwarna gelap. Pada batugamping hadir sebagai butir
yang sangat halus. Micrite memiliki ukuran butir kurang dari 4 mikrometer. Micrite dapat
mengalami alterasi dan dapat tergantikan oleh mosaik mikrospar yang kasar.

Gambar : Micrite dalam Sayatan Tipis

Semen/sparit :
Merupakan material halus yang menjadi pengikat antar butir dan mengisi rongga pori yang
terendapkan setelah fragmen dan matriks. Semen dapat berupa kalsit, silika, sulfat atau
oksida besi.
Gambar : Semen dalam Sayatan Tipis

Klasifikasi Batuan Sedimen Karbonat


Klasifikasi yang sering digunakan untuk penentuan nama batuan sedimen karbonat
yaitu klasifikasi Folk (1959), Dunham (1962) yang kemudian dikembangkan menjadi
klasifikasi Embry & Klovan (1971).

Dasar klasifikasi Folk (1959) yang dipakai dalam membuat klasifikasi ini adalah bahwa
proses pengendapan pada batuan karbonat sebanding dengan batupasir, begitu juga dengan
komponen-komponen penyusun batuannya, yaitu :
Allochem, sama dengan pasir atau gravel pada batupasir. Ada empat macam allochem yang
umum dijumpai yaitu intraklas, oolit, fosil dan pellet
Microcrystalline calcite ooze, sama dengan matrik pada batupasir. Disebut juga micrite
(mikrit) yang tersusun oleh butiran berukuran 1-4 mikrometer.
Sparry calcite (sparit), sama sebagai semen. Pada umumnya dibedakan dengan mikrit
karena kenampakannya yang sangat jernih. Merupakan pengisi rongga antar pori.
Folk (1959)

Gambar : Klasifikasi Folk (1959)


Klasifikasi Dunham (1962) didasarkan pada tekstur deposisi dari batugamping. Karena
menurut Dunham, dalam sayatan tipis, tekstur deposisional merupakan aspek yang tetap.
Kriteria dasar dari tekstur deposisi yang diambil Dunham (1962) berbeda dengan Folk
(1959).
Dasar yang dipakai oleh Dunham untuk menentukan tingkat energi adalah fabrik
batuan. Bila batuan bertekstur mud supported diinterpretasikan terbentuk pada energi
rendah karena Dunham beranggapan lumpur karbonat hanya terbentuk pada lingkungan
yang berarus tenang. Sebaliknya Dunham berpendapat bahwa batuan dengan fabrik grain
supported terbentuk pada energi gelombang kuat sehingga hanya komponen butiran yang
dapat mengendap.
Batugamping dengan kandungan beberapa butir (<10 %) di dalam matriks lumpur
karbonat disebut mudstone, dan bila mudstone tersebut mengandung butiran tidak saling
bersinggungan disebut wackestone. Lain halnya bila antar butirannya saling bersinggungan
disebut packstone atau grainstone; packstone mempunyai tekstur grain-supported dan
biasanya memiliki matriks mud. Dunham memakai istilah boundstone untuk batugamping
dengan fabrik yang mengindikasikan asal-usul komponennya yang direkatkan bersama
selama proses deposisi (misalnya : pengendapan lingkungan terumbu). Dalam hal ini
boundstone ekuivalen dengan istilah biolithite dari Folk.
Klasifikasi Dunham (1962) memiliki kemudahan dan kesulitan. Kemudahannya
adalah tidak perlunya menentukan jenis butiran dengan detail karena tidak menentukan
dasar nama batuan. Kelebihan yang lain dari klasifikasi ini adalah dapat dipakai untuk
menentukan tingkat diagenesis karena apabila sparit dideskripsi maka hal ini bertujuan
untuk menentukan tingkat diagenesis.
Kesulitan adalah di dalam sayatan petrografi, fabrik yang menjadi dasar klasifikasi
kadang tidak selalu terlihat jelas karena di dalam sayatan hanya memberi kenampakan dua
dimensi, oleh karena itu harus dibayangkan bagaimana bentuk amensi batuannya agar tidak
salah dalam penafsirannya. Dunham (1962)

Gambar : Klasifikasi Dunham (1962)


Klasifikasi Embry dan Klovan (1971) merupakan pengembangan dari klasifikasi
Dunham (1962 dengan membagi batugamping menjadi dua kelompok besar yaitu
autochtonous limestone dan allochtonous limestone berupa batugamping yang komponen-
komponen penyusunnya tidak terikat secara organis selama proses deposisi. Embry dan
Klovan (1971)

Gambar : Klasifikasi Embry dan Klovan (1971)


Pembagian allochtonous dan autochtonous limestone oleh Embry dan Klovan (1971) telah
dilakukan oleh Dunham (1%2) hanya saja tidak terperinci. Dunham hanya memakainya
sebagai dasar pengklasifikasiannya saja antara batugamping yang tidak terikat (packstone,
mudstone, wackestone, grainstone) dan terikat (boundstone) ditegaskan. Sedangkan Embry
dan Klovan (1971) membagi lagi boundstone menjadi tiga kelompok yaitu framestone,
bindstone,dan bafflestone, berdasarkan atas komponen utama terumbu yang berfungsi
sebagai perangkap sedimen. Selain itu juga ditambahkan nama kelompok batuan yang
mengandung komponen berukuran lebih besar dari 2 cm >10 %. Nama yang mereka
berikan adalah rudstone untuk component-supported dan floatstone untuk matriks
supported.

Anda mungkin juga menyukai