ATELEKTASIS
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat dalam Menjalankan Kepaniteraan Klinik Senior
Disusun Oleh :
1607101030148
Pembimbing :
BANDA ACEH
2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang memberikan ilmu dengan perantara pena
dan mengajarkan kepada manusia apa yang tidak pernah ia ketahui serta memberi seluruh
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis telah dapat menyelesaikan penulisan laporan kasus
yang berjudul “Atelektasis”. Shalawat beserta salam penulis sanjung sajikan kepangkuan Nabi
Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikut beliau yang senantiasa istiqamah dan
setia di jalannya hingga akhir zaman.
Penyusunan laporan kasus ini disusun sebagai salah satu tugas dalam menjalani
Kepaniteraan Klinik pada Bagian/ SMF Pulmonologi RSUD dr. Zainoel Abidin Fakultas
Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
Ucapan terima kasih dan penghormatan penulis sampaikan kepada
dr. Teuku Zulfikar, Sp. P (K), FISR yang telah bersedia meluangkan waktu membimbing
penulis dalam penulisan laporan kasus ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada para
sahabat dan rekan-rekan yang telah memberikan dorongan moril dan materil sehingga tugas ini
dapat selesai.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat menjadi sumbangan
pemikiran dan memberikan manfaat bagi semua pihak khususnya bidang kedokteran dan
berguna bagi para pembaca dalam mempelajari dan mengembangkan ilmu. Semoga Allah
SWT selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, Amin.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Atelektasis pertama kali di jelaskan oleh Laennec pada tahun 1819. Atelektasis berasal
dari kata ateles yang berarti “tidak sempurna” dan ektasis yang berarti “ekspansi”. Secara
keseluruhan atelektasis mempunyai arti ekspansi yang tidak sempurna. Atelektasis di
definisikan sebagai kolapsnya alveoli dan berkurangnya udara di dalam ruang
intrapulmonal atau kolapsnya semua atau sebagian paru. Keadaan ini sering menjadi
komplikasi paru pasca operasi dengan bukti pemeriksaan radiografi mencapai 70% pada
pasien yang sedang menjalani thorakotomy dan celiotomy.1,2,3,4
Komplikasi pada paru relatif sering terjadi pasca operasi dan dapat dikaitkan
dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas, yang paling umum terjadi adalah setelah
operasi thorakoabdominal, dan operasi jantung. Kejadian ini dilaporkan bahwa komplikasi
paru pasca operasi berkisar 5 hingga 80%, diantaranya adalah : atelektasis, bronkospasme,
pneumonia, dan penyakit paru eksarserbasi kronis. Komplikasi pada paru merupakan resiko
pasca operasi, dimana keadaan ini tergantung oleh faktor anastesia, faktor bedah, dan
pasiennya sendiri. 4,5
Penyebab atelektasis bervariasi, diantaranya adalah sumbatan mukus pada
bronkus, kompresi ekstrinsik dari hemopneumothoraks dan hipoventilasi alveolus.
Keadaan ini timbul karena penurunan volume tidal pernapasan yang sering dicetuskan oleh
nyeri insisi selama beberapa hari pertama setelah operasi. Terdapat tiga faktor utama yang
merupakan faktor pencetus pada perkembangan terjadinya atelektasis pada pasien pasca
bedah, yaitu posisi terlentang untuk waktu yang lama, ventilasi dengan gas tinggi dalam
konsentrasi oksigen yang tinggi, dan pengurangan surfaktan paru setelah operasi.6
BAB II
LAPORAN KASUS
Nama : T. M. Syah
Pekerjaan : Pensiunan
Suku : Aceh
Agama : Islam
2.2 Anamnesis
Pasien datang ke IGD RSUZA dirujuk dari RS Petramedika dengan keluhan sesak nafas
berat sejak 2 tahun yang lalu dan memberat dalam 1 bulan ini, sesak nafas tidak disertai suara
mengi dan tidak dipengaruhi posisi. Batuk berdahak yang sulit dikeluarkan, dahak bewarna
putih. Nyeri dada (sulit dinilai). Riwayat batuk berdarah tidak ada. Demam dikeluhkan sejak 2
minggu yang lalu, naik turun dan memberat dalam 2 hari SMRS. Pasien merasa lemas,
penurunan berat badan dan keringat malam tidak dikeluhkan pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien mempunyai riwayat hipertensi sejak 5 tahun yang lalu dan stroke 2 tahun yang
lalu dan berulang
Riwayat pengobatan:
Tidak ada pihak keluarga yang mengalami hal yang sama seperti yang dialami oleh pasien
Pasien merupakan seorang pensiunan pegawai negeri sipil. Pasien tidak mempunyai
riwayat merokok selama hidupnya
Kesadaran : E4 M5 V4
Tanda vital
Kulit : warna kulit sawo matang , sianosis (-), turgor kulit normal
Thoraks anterior
Pemeriksaan Fisik
Thorax Dekstra Thorax Sinistra
Paru
Inspeksi Statis : Normochest
Dinamis : Normochest
Palpasi
Atas Fremitus taktil normal, Fremitus taktil normal,
nyeri tekan (sulit dinilai) nyeri tekan (sulit dinilai)
Tengah Fremitus taktil normal, Fremitus taktil normal ,
nyeri tekan (sulit dinilai) nyeri tekan (sulit dinilai)
Bawah Fremitus taktil normal , Fremitus taktil normal,
nyeri tekan (sulit dinilai) nyeri tekan (sulit dinilai)
Perkusi
Atas sonor sonor
Tengah sonor sonor
Bawah sonor sonor
Auskultasi
Atas Vesikuler(+), rhonki(+), Vesikuler(+), rhonki(+),
wheezing (-) wheezing (-)
Tengah Vesikuler(+), rhonki(+), Vesikuler(+), rhonki(+),
wheezing (-) wheezing (-)
Bawah Vesikuler(+), rhonki (+), Vesikuler(+), rhonki (+),
wheezing (-) wheezing (-)
Thoraks Posterior
Pemeriksaan Fisik
Thorax Dekstra Thorax Sinistra
Paru
Inspeksi Statis : Normochest
Dinamis : Normochest
Palpasi
Atas Fremitus taktil normal, Fremitus taktil normal,
nyeri tekan (sulit dinilai) nyeri tekan (sulit dinilai)
Tengah Fremitus taktil normal, Fremitus taktil normal ,
Bawah nyeri tekan (sulit dinilai) nyeri tekan (sulit dinilai)
Fremitus taktil normal , Fremitus taktil normal,
nyeri tekan (sulit dinilai) nyeri tekan (sulit dinilai)
Perkusi
Atas sonor sonor
Tengah sonor sonor
Bawah sonor sonor
Auskultasi Auskultasi
Atas Atas Vesikuler(+), rhonki(+),
wheezing (-)
Tengan Tengah Vesikuler(+), rhonki(+),
wheezing (-)
Bawah Bawah Vesikuler(+), rhonki (+),
wheezing (-)
Jantung
Auskultasi : Bunyi jantung I-II regular tunggal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Ekstremitas : akral hangat (+), edema (-/-), sianosis (-), Capillary Refill Time < 2 detik.
Diagnosis :
2.6 Tatalaksana
Non Medikamentosa :
Tirah baring
Medikamentosa:
2.7 Planning
Konsul HCU Medical (+)
Suction berkala
Bronkial toilet
Cek darah lengkap (+)
Atasi sepsis
2.8 Prognosis
I= Simetris I= Simetris
I= Simetris statis dan dinamis
P= Sf ka = Sf ki P= Sf ka = Sf ki
P= Sf ka = Sf ki
P= sonor/sonor P= sonor/sonor
P= sonor/sonor
A=vesikuler (↑/+), A=vesikuler(↑/+),
A=vesikuler(+/+),
rh(+/+), wh(-/-) rh(+/+),wh(-/-)
rh(+/+), wh(-/-)