Anda di halaman 1dari 5

Jean Piaget (1962)

a. Sensory Motor Play (± ¾ bulan -1/2 tahun)

Bermain dimulai pada periode perkembangan kognitif sensori motor, sebelum usia 3-4 bulan,
gerakan atau kegiatan anak belum dapat dikategorikan sebagai bermain. Kegiatan bayi hanya
merupakan pengulangan dari hal-hal yang dilakukan sebelumnya, dan Piaget menamakannya
reproductive assimilation. Pada usia 7-11 bulan kegiatan yang dilakukan anak bukan semata-mata
berupa pengulangan, namun sudah disertai dengan variasi. Misalnya anak melihat wajah di balik
bantal yan g disingkapkan, anak melakukan terus dengan berbagai variasinya. Pada usia 18 bulan
tampak adanya percobaan-percobaan aktif pada kegiatan bermain anak. Contohnya anak yang
bermain dengan kaleng bekas dan sepotong kayu, secara tidak sengaja memukul kaleng dari sisi
yang berbeda. Ternyata menimbulkan suara berbeda, sehingga dari pengalaman ini ia mendapat
pengetahuan baru.

b. Symbolic atau Make Belive Play (±2-7 tahun)

Symbolic atau Make Belive Play merupakan ciri periode pra operasional yang terjadi antara usia
2-7 tahun yang ditandai dengan bermain khayal dan bermain pura-pura. Misalnya menggunakan
sapu sebagai kuda-kudaan, menganggap sobekan kertas sebagai uang. Bermain simbolik juga
berfungsi untuk mengasimilasikan dan mengkonsilidasikan (menggabungkan) pengalaman
emosional anak.

c. Social Play Games with Rules (±8 tahun-11 tahun)

Dalam bermain tahap yang tertinggi, penggunaan simbol lebih banyak diwarnai oleh nalar, logika
yang bersifat obyektif, sejak usia 8-11 tahun anak lebih banyak terlibat dalam kegiatan games with
rulers. Kegiatan anak lebih banyak dikendalikan oleh aturan permainan.

d. Games With Rules & Sports (11 tahun keatas)

Olah raga adalah kegiatan bermain yang menyenangkan dan dinikmati anak-anak, walaupun
aturannya jauh lebih ketat dan diberlakukan secara kaku dibandingkan dengan permainan yang
tergolong games seperti kartu. Karena bukan hanya rasa senang saja yang menjadi tujuan, tetapi
ada suatu hasil akhir tertentu seperti ingin menang, memperoleh hasil kerja yang baik.
B. Jean Piaget (1962)
Menurut Piaget ada 4 tahapan bermain pada anak yaitu :
1. Sensory Motor Play (+/- ¾ bulan-1,5 tahun)
Pada tahapan ini, kegiatan anak mulai lebih terkoordinasi dan ia mulai belajar dari
pengalaman bermainnya.
2. Symbolic atau Make Believe Play (+/- 2-7 tahun)
Merupakan ciri periode operasional yang ditandai dengan bermain khayal (pura-pura).
. Pada tahapan ini, anak sudah mulai dapat menggunakan berbagai benda sebagai
simbol atau representasi benda lain.
3. Social Play Games with Rules (+/- 8-11 tahun)
Pada tahap ini anak menggunakan simbol yang banyak diwarnai nalar dan logika yang
bersifat objektif dalam bermain. Kegiatan anak lebih banyak dikendalikan oleh aturan
permainan.
4. Games with rules and Sports (11 tahun ke atas)
Aturan pada olahraga jauh lebih ketat dan kaku, namun pada tahap ini anak senang
melakukan kegiatan ini berulang-ulang dan terpacu untuk mencapai prestasi sebaik-
baiknya. Pada tahap ini, bukan hanya rasa senang saja yang menjadi tujuan tetapi ada
suatu hasil akhir tertentu seperti ingin menang, memperoleh hasil kerja yang baik

TAHAPAN OPERASIONAL FORMAL


PADA ANAK
Ditulis pada 15 Mei 2016
TAHAPAN OPERASIONAL FORMAL ini antara umur 11/12 – 18 tahun.
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis
dengan menggunakan pola berpikir “kemungkinan”. Model berpikir ilmiah dengan tipe hipothetico-
dedutive dan inductive sudah mulai dimiliki anak, dengan kemampuan menarik kesimpulan,
menafsirkan dan mengembangkan hipotesa. Pada tahap ini kondisi berpikir anak sudah dapat :
1. Bekerja secara efektif dan sistematis.
2. Menganalisis secara kombinasi. Dengan demikian telah diberikan dua kemungkinan penyebabnya,
C1 dan C2 menghasilkan R, anak dapat merumuskan beberapa kemungkinan.
3. Berpikir secara proporsional, yakni menentukan macam-macam proporsional tentang C1, C2 dan
R misalnya.
4. Menarik generalisasi secara mendasar pada satu macam isi. Pada tahap ini mula-mula Piaget
percaya bahwa sebagian remaja mencapai formal operations paling lambat pada usia 15 tahun. Tetapi
berdasarkan penelitian maupun studi selanjutnya menemukan bahwa banyak siswa bahkan
mahasiswa walaupun usianya telah melampaui, belum dapat melakukan formal operation.
Proses belajar yang dialami seorang anak pada tahap sensorimotor tentu akan berbeda dengan proses
belajar yang dialami oleh seorang anak pada tahap preoperasional, dan akan berbeda pula dengan
mereka yang sudah berada pada tahap operasional konkret, bahkan dengan mereka yang sudah
berada pada tahap operasional formal. Secara umum, semakin tinggi tahap perkembangan kognitif
seseorang akan semakin teratur dan semakin abstrak cara berpikirnya. Guru seharusnya memahami
tahap-tahap perkembangan kognitif pada muridnya agar dalam merancang dan melaksanakan proses
pembelajarannya sesuai dengan tahap-tahap tersebut. Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan
tidak sesuai dengan kemampuan dan karakteristik siswa tidak akan ada maknanya bagi siswa.
Tahap Operasional Formal
Adapun ciri-ciri perkembangan intelektual tahap operasional formal adalah sebagai berikut:
• Peserta didik umumnya berada pada kisaran usia 11 14 tahun.
• Peserta didik dengan tahapan perkembangan intelektual operasional formal mempunyai
kemampuan dalam mengkoordinasi 2 jenis kemampuan kognitif.
• Contoh dari kemampuan mengkoordinasi 2 jenis kemampuan kognitif ini misalnya kapasitas dalam
membuat rumusan hipotetik dan penggunaan prinsip-prinsip yang bersifat abstrak.

Perkembangan Intelektual Peserta Didik dan Kaitannya dengan Teori Piaget


Jean Piaget mengemukanan 3 buah dalil pokok yang berkaitan dengan tahap perkembangan
intelektual peserta didik, yaitu:
• Perkembangan intelektual peserta didik umumnya terjadi dengan melewati tahap-tahap secara
berurutan dan berkesinambungan.
• Tahap-tahap perkembangan intelektual peserta didik dapat didefinisikan sebagai suatu kluster dari
operasi mental yang menunjukkan adanya suatu tingkah laku intelektual.
• Pergerakan melalui tahap-tahap perkembangan intelektual peserta didik dilengkapi dengan
keseimbangan, yaitu sebuah proses pengembangan tentang interaksi antara pengalaman dan sruktur
kognitif yang muncul dalam pemikiran peserta didik.

Beberapa Istilah Penting dalam Perkembangan Intelektual Peserta Didik


Perkembangan intelektual peserta didik merupakan hasil gabungan dari kedewasaan otak dan sistem
saraf, serta adaptasi pada lingkungan kita. Piaget menggunakan beberapa istilah untuk
mendeskripsikan bagaimana dinamika perkembangan intelektual atau kognitif pada diri peserta didik,
misalnya:
• Skema, adalah struktur mental atau pola berpikir yang orang gunakan untuk mengatasi situasi
tertentu di lingkungan.
• Adaptasi, merupakan proses menyesuaikan pemikiran dengan memasukkan informasi baru ke
dalam pemikiran individu. Peserta didik akan menyesuaikan diri dengan cara asimilasi dan
akomodasi.
• Asimilasi, adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan proses dalam memperoleh informasi
baru dan memasukkannya ke dalam skema sekarang sebagai bentuk respon terhadap stimulus
lingkungan yang baru.
• Akomodasi, merupakan istilah yang digunakan untuk proses penyesuaian pada informasi baru.
Akomodasi dilakukan dengan menciptakan skema yang baru ketika skema lama tidak berhasil
menyesuaikan dengan informasi tersebut. Anak-anak melihat mungkin melihat anjing untuk pertama
kalinya (asimilasi), tapi kemudian belajar bahwa beberapa anjing man untuk dipelihara dan anjing
lainnya tidak (akomodasi).

Pustaka : DR. C. Asri Budiningsih, 2004. Belajar dan Pembelajaran. Penerbit Rinika
Cipta, Yogyakarta. Hal. 39-40.

Board game memiliki manfaat dan peran dalam kehidupan sosial. Berikut ini adalah fungsi board game
(Adieb, par.4): a. Peraturan permainan Setiap permainan board game selalu mengandung peraturan.
Melalui peraturan ini anak dapat belajar untuk mentaati peraturan yang ada dan belajar kedisiplinan.
Peraturan juga merupakan pembentuk alur permainan dan keasikan dalam permainan. b. Interaksi Sosial
Board game yang dimainkan di satu tempat dan papan yang sama pasti memicu adanya interaksi sosial
antar pemain. Pemain bisa berkomunikasi, bersaing, bermain peran dengan orang di sekitarnya. c. Edukasi
Kebanyakan board game mengharuskan para pemainnya untuk berpikir, memecahkan masalah, dan
mengambil keputusan. Faktor edukasi ini terdapat pada semua permainan tidak terkecuali digital online
game yang saat ini ramai dimainkan. Namun pengalaman dan pembelajaran yang didapat dari bermain
board game berbeda dari digital game online, Para pemain dapat langsung belajar rekasi setiap pemain
dalam bermain, hasil dari keputusan yang diambil dalam permainan dan dampaknya bagi pemain itu
sendiri. d. Simulasi kehidupan Simulasi merupakan metode pelatihan yg meragakan sesuatu dl bentuk
tiruan yg mirip dng keadaan yg sesungguhnya(“kbbi”). Berdasarkan definisi di atas, maka board game
merupakan gambaran dari kehidupan nyata. Segala bentuk kecurangan, diplomasi, kerja sama antar
pemain, keberuntungan akan menghasilkan hubungan timbal balik langsung antar pemain. Jadi board
game merupakan permainan yang melatih kehidupan bermasyarakat dengan memberikan simulasi situasi
nyata pada pemainnya. e. Jejaring Generasi Tidak semua orang mampu memainkan permainan digital
dengan baik, terutama orang tua. Hal itu disebabkan karena dibutuhkan ketangkasan para pemainnya
dalam mengoperasikan teknologi yang canggih seperti gadget, mouse, joypad, dan lain-lain. Board game
dapat dimainkan baik oleh orang tua maupun anak. Dengan bermain bersama anak, orang tua dapat
mengdukasi anaknya dan mengawasi anak agar terhindar dari permainan yang membawa dampak negatif
bagi remaja. Jenis-Jenis Board Game Dalam perkembangannya, Board game telah berkembang menjadi
banyak jenis. Kebanyakan board game mengandalkan strategy, diplomasi dan kreatifitas. Berikut ini
adalah beberapa kategori board game (Bell 5-23): a. Strategy Board game Strategy Board game ini
menggunakan strategi dan juga keahlian dari pemainnya untuk memenangkan permainan. Contoh
permainan ini adalah catur. Pada permainan ini, setiap bidak memiliki cara bergerak yang berbeda satu
sama lain. b. German-Style Board game atau Eurogames Jenis board game ini memiliki peraturan yang
sederhana, dan mengajak pemainnya untuk lebih mengolah strategi, tidak bergantung pada
keberuntungan. Board game jenis ini kebanyakan bertemakan tentang ekonomi dan kesederhanaan,
bukan tentang perang. Contoh German-Style Board game atau Eurogames adalah Puerto Rico. c. Race
Game Cara bermain board game jenis ini adalah dengan berlomba untuk mencapai akhir permainan
dengan cara menggerakan bidak mereka. Contoh permainan ini adalah Pachisi yang pada saat ini lebih
dikenal dengan nama ludo. d. Roll and Move Game Permainan jenis ini menggunakan dadu atau media
lain untuk menghasilkan jumlah / angka acak. Angka tersebut nantinya digunakan untuk menentukan
jumlah langkah yang harus diambil pemain. Permainan jenis ini sangat mengandalkan keberuntungan.
Contoh permainan ini adalah monopoly dan game of life. e. Trivia Game Permainan jenis ini lebih
mengandalkan pengetahuan umum pemainnya. Pemain yang dapat menjawab pertanyaan paling
banyaklah yang jadi pemenangnya. Contoh permainan jenis ini adalah trivial pursuit.

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab I
    Bab I
    Dokumen9 halaman
    Bab I
    puspitasarinurlia
    Belum ada peringkat
  • METODE PENELITIAN
    METODE PENELITIAN
    Dokumen16 halaman
    METODE PENELITIAN
    puspitasarinurlia
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen22 halaman
    Bab Iv
    puspitasarinurlia
    Belum ada peringkat
  • RPL (Kejujuran Dan Integritas)
    RPL (Kejujuran Dan Integritas)
    Dokumen4 halaman
    RPL (Kejujuran Dan Integritas)
    puspitasarinurlia
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii-1
    Bab Ii-1
    Dokumen23 halaman
    Bab Ii-1
    puspitasarinurlia
    Belum ada peringkat
  • Surat Keterangan Dokter 222202021919
    Surat Keterangan Dokter 222202021919
    Dokumen1 halaman
    Surat Keterangan Dokter 222202021919
    puspitasarinurlia
    Belum ada peringkat
  • CaraMemilihEkskul
    CaraMemilihEkskul
    Dokumen4 halaman
    CaraMemilihEkskul
    puspitasarinurlia
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen2 halaman
    Bab V
    puspitasarinurlia
    Belum ada peringkat
  • Pilihan Karir Setelah Lulus SMP
    Pilihan Karir Setelah Lulus SMP
    Dokumen4 halaman
    Pilihan Karir Setelah Lulus SMP
    smp segodorejo
    Belum ada peringkat
  • RPL (Implementasi Iman Dan Taqwa)
    RPL (Implementasi Iman Dan Taqwa)
    Dokumen5 halaman
    RPL (Implementasi Iman Dan Taqwa)
    puspitasarinurlia
    Belum ada peringkat
  • Undurdiri
    Undurdiri
    Dokumen1 halaman
    Undurdiri
    puspitasarinurlia
    Belum ada peringkat
  • Buku Panduan Psikososial 2
    Buku Panduan Psikososial 2
    Dokumen62 halaman
    Buku Panduan Psikososial 2
    puspitasarinurlia
    Belum ada peringkat
  • Banner Tanah
    Banner Tanah
    Dokumen2 halaman
    Banner Tanah
    puspitasarinurlia
    Belum ada peringkat
  • RPL (Kepribadian Manusia)
    RPL (Kepribadian Manusia)
    Dokumen5 halaman
    RPL (Kepribadian Manusia)
    puspitasarinurlia
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen52 halaman
    Bab Iv
    puspitasarinurlia
    Belum ada peringkat
  • Pelatihan Efikasi Diri
    Pelatihan Efikasi Diri
    Dokumen12 halaman
    Pelatihan Efikasi Diri
    puspitasarinurlia
    Belum ada peringkat
  • AKUNTABILITAS NGABEN MASAL
    AKUNTABILITAS NGABEN MASAL
    Dokumen12 halaman
    AKUNTABILITAS NGABEN MASAL
    puspitasarinurlia
    Belum ada peringkat
  • PTSD PDF
    PTSD PDF
    Dokumen8 halaman
    PTSD PDF
    puspitasarinurlia
    Belum ada peringkat
  • Uts PAUD
    Uts PAUD
    Dokumen11 halaman
    Uts PAUD
    puspitasarinurlia
    Belum ada peringkat
  • Manusia Unggul
    Manusia Unggul
    Dokumen7 halaman
    Manusia Unggul
    puspitasarinurlia
    Belum ada peringkat
  • Naskah Publikasi
    Naskah Publikasi
    Dokumen16 halaman
    Naskah Publikasi
    puspitasarinurlia
    Belum ada peringkat
  • Guru Multikultural
    Guru Multikultural
    Dokumen5 halaman
    Guru Multikultural
    puspitasarinurlia
    Belum ada peringkat
  • Leng Kap
    Leng Kap
    Dokumen24 halaman
    Leng Kap
    puspitasarinurlia
    Belum ada peringkat
  • Persepsi Gepeng
    Persepsi Gepeng
    Dokumen106 halaman
    Persepsi Gepeng
    puspitasarinurlia
    Belum ada peringkat
  • Uts PAUD
    Uts PAUD
    Dokumen11 halaman
    Uts PAUD
    puspitasarinurlia
    Belum ada peringkat
  • SKALA EMOSI
    SKALA EMOSI
    Dokumen28 halaman
    SKALA EMOSI
    puspitasarinurlia
    Belum ada peringkat
  • Adler AFRED
    Adler AFRED
    Dokumen15 halaman
    Adler AFRED
    puspitasarinurlia
    Belum ada peringkat
  • Catatan Bab4 Kognisi
    Catatan Bab4 Kognisi
    Dokumen4 halaman
    Catatan Bab4 Kognisi
    puspitasarinurlia
    Belum ada peringkat
  • Kode Etik Bab 5
    Kode Etik Bab 5
    Dokumen19 halaman
    Kode Etik Bab 5
    puspitasarinurlia
    Belum ada peringkat