Aspek Biologi Reproduksi Ikan Cucut Kacangan (Hemitriakis Reproductive Biology of Indonesian Houndshark (Hemitriakis
Aspek Biologi Reproduksi Ikan Cucut Kacangan (Hemitriakis Reproductive Biology of Indonesian Houndshark (Hemitriakis
ABSTRAK
Cucut kacangan (Hemitriakis indroyonoi) merupakan spesies endemik di Indonesia yang tertangkap di perairan
selatan Bali dan Lombok. Penelitian tentang ukuran dan biologi reproduksi cucut kacangan dilakukan di dua lokasi
pendaratan ikan, yaitu Kedonganan, Bali dan di Tanjung Luar, Lombok Timur pada bulan Maret 2010-Januari 2011.
Pengamatan meliputi panjang tubuh, nisbah kelamin serta panjang klasper yang dilakukan dengan pengukuran dan
pengamatan langsung secara visual di lapangan. Hasil penelitian menunjukkan kisaran panjang total untuk cucut
kacangan terdistribusi pada ukuran antara 54-111 cm TL dengan panjang rata-rata 83,07 cm TL. Cucut kacangan
memiliki dua kelompok umur dengan modus, yaitu 75 cm dan 100 cm kisaran panjang masing-masing adalah 60-85
cm dan 90-110 cm. Hubungan panjang berat cucut kacangan mengikuti persamaan W=0,001x FL3,209 ( r = 0,965;
n=39) untuk jenis betina dan W=0,012x FL2,664 ( r = 0,90; n=47) untuk jenis jantan. Terdapat dua kondisi klasper
yaitu kondisi belum mengandung zat kapur dengan ukuran panjang antara 54-87 cm (n= 33 ekor) dan kondisi penuh
dengan zat kapur dengan ukuran antara 82-105 cm (n=27 ekor). Perbandingan kelamin cucut kacangan antara betina
dan jantan adalah 1:1,11 (52,6: 47,4%).
ABSTRACT
Indonesian houndshark (Hemitriakis indroyonoi) is an endemic species of Indonesia caught in the southern
Bali and Lombok waters (Indian Ocean). The research that aimed to obtain information on the size distribution and
reproductive biology of Indonesian houndshark and was conducted in landing site of Kedonganan, Bali and
Tanjung Luar, Lombok Timur from March 2010 to January 2011. Body length, sex ratio and clasper length were
visually observed and directly measured in the field. Results showed that length distribution of Indonesian houndshark
ranged between 54-111 cm with an average total length (TL) 83.1 cm. The Indonesian houndshark at least have two
cohorts with the modus of 75 cm TL and 100 cm TL, length class between 60-85 cm and 90-110 cm TL . There are
two clasper conditions i.e. non calcification with TL of 54-87 cm TL (n = 33) and full calcification with TL of 82-
105 cm (n & 27). Length weight relationships for female and male are W = 0.001 x FL 3, 209 (R2 = 0.965, N = 39)
and W = 0.012 x FL2, 664 (R2 = 0.90, N = 47), respectively. Sex ratio between female and male was 1:1,11 (47.4:52.6%).
terhadap tekanan penangkapan yang berlebihan. Data panjang dan distribusi frekuensinya, hubungan panjang
statistik hasil tangkapan cucut baru tercatat pada beberapa berat, rasio kelamin dan tingkat kematangan kelamin.
spesies, hal ini karena masih kurangnya pengetahuan
pengenalan jenis cucut, padahal data ini sangat diperlukan BAHANDANMETODE
untuk mengetahui kecenderungan jumlah dan komposisi
spesies hasil tangkapan yang didaratkan dan sebagai Waktu dan Lokasi Penelitian
informasi dasar untuk mengetahui status konservasinya.
Oleh karena itu untuk dapat memahami dan mengkaji Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Maret
status perikanan cucut khususnya cucut kacangan di 2010 hingga Januari 2011 di dua pendaratan ikan, yaitu
Indonesia, diperlukan data dan informasi dasar mengenai Kedonganan, pantai selatan Bali dan di Tanjung Luar,
parameter biologi perikanan cucut yang meliputi ukuran pantai selatan Lombok (Gambar 1).
1).
142
R. Faizah., et al. / BAWAL Vol. 4 (3) Desember 2012 : 141-147
¦
( fo fn)
Betina = W=0,001x FL3,209 ( r=0,965 ; n=54)
k 2 Jantan= W=0,012x FL2,664 ( r2 = 0,90; n=60)
X2
i 1 fn
(a) (b)
Gambar 3 Distribusi panjang cucut kacangan (Hemitriakis indroyonoi) jantan (a) dan betina (b) yang tertangkap di
perairan Samudera Hindia pada bulan Maret 2010-Januari 2011
Figure 3. Length distribution of Indonesian houndshark (Hemitriakis indroyonoi) of male (a) and female (b) in
Indian Ocean caught in Indian Ocean,March 2010- January 2011
143
R. Faizah., et al. / BAWAL Vol. 4 (3) Desember 2012 : 141-147
4500
5000 Jantan, n =60
Betina, n=54 4000
4500 3500 W = 0.012FL 2.664
4000 W= 0.001FL 3.209 r=0,90
3000
r= 0.965
Berat(g)
3500
2500
Berat(g)
3000
2000
2500
1500
2000
1000
1500
1000 500
500 0
0 40 50 60 70 80 90 100 110
40 50 60 70 80 90 100 110 120 Panjang total (cm)
Panjang total (cm)
(a) (b)
Gambar 4. Hubungan panjang berat cucut kacangan (Hemitriakis indroyonoi) betina (a) dan jantan (b) yang tertangkap
di Samudera Hindia , Maret 2010—Januari 2011
Figure 4. Length weight relationship of Indonesian houndshark (Hemitriakis indroyonoi) of female (a) and male
(b )caught in Indian Ocean, March 2010-January 2011
Rasio kelamin adalah suatu angka yang menunjukkan Selama penelitian, cucut kacangan betina yang
perbandingan jumlah individu jantan dengan betina dalam teridentifikasi hanya ditemukan dua tingkat kematangan
suatu populasi. Secara alamiah, di suatu perairan yang gonad yaitu I dan II. Ukuran panjang ikan cucut dengan
normal diperkirakan perbandingan betina: jantan adalah tingkat kematangan gonad I berkisar antara 69-99 cmTL
1:1 ( Bal & Rao,1984). Pada penelitian ini, jumlah contoh dimana ovari kecil, tipis dan masih lunak, sedangkan
cucut kacangan yang diamati sebanyak 114 ekor, dengan tingkat kematangan gonad II terdapat pada ukuran 101-
perbandingan jumlah betina 54 ekor dan jantan 60 ekor 111cm dimana ovari berisi kantong telur berukuran kecil.
atau 1:1,11.
Gambar 5. Hubungan antara panjang klasper dengan panjang total tubuh cucut kacangan (Hemitriakis indroyonoi)
yang tertangkap di Samudera Hindia, Maret 2010-Januari 2011
Figure 5. Relationship between clasper length and total length of Indonesian houndshark (Hemitriakis indroyonoi)
caught in Indian Ocean, March 2010-January 2011
144
R. Faizah., et al. / BAWAL Vol. 4 (3) Desember 2012 : 141-147
145
R. Faizah., et al. / BAWAL Vol. 4 (3) Desember 2012 : 141-147
Hemitriakis japanica jantan yaitu berkisar antara 85 -110 Castro, J.L., C.M. Woodley & L.L. Brudek. 1999. A
cm (Chen & Mizue, 1973), namun ukuran ini masih lebih preliminary evaluation of the status of shark species.
besar daripada ukuran Hemitriakis complicofasciata yaitu FAO Fisheries. Tech. Pap. (380). 72 p.
76-80,5 cm (Takahashi & Nakaya, 2004). Perbedaan dalam
ukuran matang kelamin ini diduga disebabkan oleh adanya Chen, C.T & K. Mizue .1973. Studies on sharks-VI.
perbedaan spesies dan kondisi lingkungan perairan. reproduction of Galeorhinus japonicas. Bulletin of
the Faculty Fisheries, Nagasaki University. 36: 37-51.
KESIMPULAN
Clark, E. & K. von Schmidt. 1965. Shark of the Central Gulf
Dari hasil pengamatan dan analisis terhadap data yang coats of Florida. Bulletin Marine Science. 15: 13-83.
dikumpulkan dari kedua pusat pendaratan ikan, yaitu
Kedonganan, dan Tanjung Luar, maka dapat dikemukakan Compagno, L. J. V. 1984. FAO species catalogue. Vol.4.
beberapa kesimpulan sebagai berikut. Sharks of the world. An annotated and illustrated
catalogue of shark species known to date. Part 2-
1. Sebagian besar cucut kacangan (Hemitriakis Carcharhiniformes. FAO Fish. Synopsis. (125) Vol.4. p.
indroyonoi) yang tertangkap relatif masih muda 250-655.
dengan ukuran panjang ikan antara 65-85 cm TL.
2. Pola pertumbuhan cucut kacangan jantan dan betina Compagno, L.J.V. 1998. Shark In Carpenter, K.E. & V.H.
memiliki pola yang berbeda. Cucut jantan memiliki pola Niem (Eds.): The living marine resources of the
pertumbuhan cenderung allometrik negatif, sedangkan Western Central Pacific.Vol. 2. Cephalopods,
cucut betina pola pertumbuhannya cenderung Crustaceans, Holothurians and Sharks. FAO. Rome:
allometrik positif. p. 687-1396.
3. Berdasarkan pada kondisi klasper, hubungan antara
panjang total dan panjang klasper menunjukkan Dharmadi, Fahmi & M. Adrim. 2007. Distribusi Frekuensi
korelasi positif dimana bertambahnya panjang klasper Panjang, Hubungan Panjang Tubuh,Panjang Klasper,
akan diiringi dengan pertambahan panjang total tubuh Dan Nisbah Kelamin Cucut Lanjaman (Carcharhinus
cucut. falciformis). Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia.
4. Perbandingan jenis kelamin cucut kacangan 3 (3).
(Hemitriakis indroyonoi) antara jantan dan betina
relatif seimbang. Efendie I.M. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka
Nusantara.
PERSANTUNAN
Efendie I.M. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi FAO. 2000. Fisheries Management: 1. Conservation and
Sumberdaya Ikan dan Dr. William White dari ACIAR- Management of Sharks. FAO Tech. Guidelines for
CSIRO Australia atas kerja sama yang baik selama Responsible Fisheries. Suppl. 1. FAO. Rome: 37 p.
pelaksanaan penelitian berlangsung. Tulisan ini
merupakan hasil riset Developing new assessment and Garrick, J. A. F. 1982. Sharks of the genus Carcharhinus
policy frameworks for Indonesia’s marine fisheries, NOAA Tech. Rep. N. M. F. S. Circular. (445): 1-194.
including The control and management of Illegal,
Unregulated and Unreported (IUU) Fishing., T.A. 2010- Kohler, N.E., JG Casey & PATurner. 1994. Length-weight
2011. relationship for 13 species of sharks from the western
North Atlantic. Fishery Bulletin. 93(2).
DAFTAR PUSTAKA
Last, P.R. & J.D. Stevens. 1994. Sharks and rays of
Bal, D. V. & K. V Rao. 1984. Marine fisheries. Tata Mc. Australia. CSIRO. Australia. 513 p.
Graw-Hill Publishing Company Limited. New Delhi.:
5-24. Nikolsky, G.V. 1963. The Ecology of Fishes. Academic
Press., London : 352 p.
Carrier, J. C., J.A. Musick, & M. R. Herthaus. 2004. Biology
of Sharks and their relatives. Texbook. CRC Press. Oshitani, S. H. Nakano, & S. Tanaka. 2003.Age and growth
Washington D. C: 596 p. of the silky shark Carcharhinus falciformis from the
Pacific Ocean. Fisheries Science. 2003. 69: 456-464.
146
R. Faizah., et al. / BAWAL Vol. 4 (3) Desember 2012 : 141-147
Parsons G.R. 1983. The reproductive biology of the Atlantic The Journal of Shimonoseki University of Fisheries.
sharpnose shark Rhizoprionodon terraenovae 29: 113-199.
(Richardson). Fishery Bulletin US .88 : 61-73.
White, W.T, Compagno, L.J.V & Dharmadi. 2009.
Pitcher, T.J & P.J.B, Hart. 1982. Fisheries Ecology. Hemitriakis indroyonoi sp.nov., new species of
American Edition. The AVI Publishing Company, INC. houndshark from Indonesia (Carcharhiniformes
Westport, Connecticut : 408 p. :Triakidae). Zootaxa. 2110: 41-57.
Stell R.G.H & J.H Torrie. 1989. Prinsip dan Prosedur White, W.T.. 2007. Aspect of the biology of
Statistika : Suatu Pendekatan Biometrik (Terjemahan carcharhiniform sharks in Indonesia waters. Journal
dari Principle and procedure of statistic : a biometri Marine Biology. Assessment. U.K. 87:1269-1276.
approach). Sumantri B (penerjemah). Edisi kedua.
PT.Gramedia. Jakarta : 748 p. White, W. T., P. R. Last, J. D. Stevens, G. K. Yearsley,
Fahmi, & Dharmadi. 2006. Economically important
Sugiyono. 2004. Statistik Nonparametris Untuk sharks and rays of Indonesia. National Library of
Penelitian. Penerbit CV. Alfabeta. Bandung. 158 p. Australia Cataloging-in-Publication entry. Australia.
329 p.
Takahashi, M & K. Nakaya. 2004. Hemitriakis
complicofasciata, a new whitefin topeshark White W. T., M. E. Platell, & I. C. Potter. 2001. Relationship
(Carchahiniformes : Triakidae) from Japan. between reproductive biology and age composition
Ichthyiological Research, 51: 248-255. and growth in Urolophus lobatus (Batoidea:
Urolophidae). Marine Biology. 138: 135-147.
Teshima, K., M. Ahmad, & K. Mizue. 1978. Studies on
sharks-14. Reproduction in the Telok Anson shark Yano, K., A. Ali, A. C. Gambang, I. A. Hamid, S. A. Razak,
collected from Perak River. Malaysia. Jap. Journal. & A. Zainal. 2005. Sharks and rays of Malaysia and
Ichthyology. 25: 181-189. Brunei Darussalam. Marine Fishery Research
Development and Management Departement
Teshima, K. 1981. Studies on the reproduction of Japanese Southeast Asian Fisheries Development Center.
smooth dogfishes, Mustelus manazo and M. griseus. Terengganu, Malaysia: 213 p.
147
148