Anda di halaman 1dari 12

TIPE - TIPE KEPEMIMPINAN

Disusun Oleh :
Nama : Nina Annisa
Kelas : MB-3A
Nim : 1605171012
Matkul : Manaj. Sumber Daya Manusia
Dosen : Cipta Dharma

JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA


PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
2018
A. Pengertian Kepemimpinan

Secara harfiah kepemimpinan atau leadership berarti adalah sifat, kapasitas dan kemampuan
seseorang dalam memimpin. Arti dari kepemimpinan sendiri sangat luas dan bervariasi
berdasarkan para ilmuwan yang menjelaskannya. Menurut Charteris-Black (2007), definisi
dari kepemimpinan adalah “leadership is process whereby an individual influence a group of
individuals to achieve a common goal”. Kepemimpinan adalah sifat dan nilai yang dimiliki
oleh seorang leader. Teory kepemimpinan telah berkembang sejak puluhan tahun yang lalu
dan sudah banyak berbagai referensi dalam bentuk beraneka macam mengenai topic ini yang
dihasilkan dari berbagai penelitian. Fungsi kepemimpinan dalam sebuah organisasi atau
kelompok sangat penting karena fungsi kepemimpinanlah sebuah organisasi dapat mencapai
tujuannya melalui jalan dan cara yang benar. Memahami dengan baik mengenai konsep
kepemimpinan sangat membantu seseorang dan organisasi bekerja lebih efektif dan efisien
dalam mencapai tujuan dan kondisi yang diinginkan.

Beberapa pendapat para ahli tentang kepemimpinan mengandung pengertian dan makna yang
sama. Antara lain dikemukakan oleh:

1. Sutarto
Kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan penataan berupa kemampuan mempengaruhi
perilaku orang lain dalam situasi tertentu agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.

2. Sondang P. Siagian
Kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain agar melaksanakan pekerjaan
bersama menuju suatu tujuan tertentu.

3. Ordway Tead
Kepemimpinan adalah aktifitas mempengaruhi orang-orang agar mau bekerjasama untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
4. George Terry
Kepemimpinan adalah hubungan yang erat ada dalam diri orang atau pemimpin,
mempengaruhi orang-orang lain untuk bekerja sama secara sadar dalam hubungan tugas
untuk mencapai keinginan pemimpin.

5. Franklin G. Mooore
Kepemimpinan adalah kemampuan membuat orang-orang bertindak sesuai dengan keinginan
pemimpin.
B. Tanggung Jawab Pimpinan

Menurut Robert Miljees ada beberapa tanggung jawab pimpinan:

 Menentukan tujuan pelaksanaan kerja yang realistis.


 Melengkapi para bawahan dengan sumber-sumber dana yang diperlukan untuk
penyelesaian tugasnya.
 Menjelaskan kepada bawahan secara terperinci apa-apa yang diharapkan dari mereka.
 Menyusun dan menetapkan imbalan yang sepadan untuk merangsang prestasinya.
 Mendelegasikan wewenang bila diperlukan dan mengundang partisipasi apabila
memungkinkan.
C. Tipe – Tipe Kepemimpinan

Hubungan antara pemimpin dengan yang dipimpin akan nampak dalam suatu pola yang
menggambarkan tipe kepemimpinan seseorang. Proses hubungan antara seseorang yang
memimpin dengan seseorang yang dipimpin juga akan nampak dalam pribadi seorang
pemimpin, dan atas dasar inilah maka timbul beberapa tipe kepemimpinan, sebagai berikut:

1. Autocratic Leadership (Kepemimpinan Otoriter).

2. Democratic Leadership (Kepemimpinan Demokrasi).

3. Free Rein Leadership (Kepemimpinan Bebas).

4. Paternalistic Leadership (Kepemimpinan Kebapaan).


1. Autocratic Leadership (Kepemimpinan Otoriter)

Pemimpin tipe ini sangat otoriter, mempunyai kepercayaan yang rendah terhadap
bawahannya, memotivasi bawahan melalui ancaman atau hukuman. Gaya kepemimpinan
otokratis ini dipandang sebagai karakteristik yang negatif. Dilihat dari persepsinya seorang
pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang sangat egois. Seorang pemimpin yang
otoriter akan menunjukan sikap yang menonjolkan “keakuannya”, antara lain dalam bentuk
kecenderungan memperlakukan para bawahannya sama dengan alat-alat lain dalam
organisasi, seperti mesin, dan dengan demikian kurang menghargai harkat dan martabat
mereka. Pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa
mengkaitkan pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahannya.
Pengabaian peranan para bawahan dalam proses pengambilan keputusan.

Dalam gaya otokratis, pengambilan keputusan adalah hak prerogatif dari pemimpin.
semuanya langsung dilakukan dan ditentukan oleh pemimpin itu sndiri tanpa masukan dari
siapa pun. Komunikasi yang dilakukan satu arah ke bawah (top-down) sehingga komunikasi
pemimpin dengan pengikutnya terbatas dan diadakan sekadar untuk memberi instruksi
pekerjaan. Gaya pemimpin ini memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari
dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si
pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang
telah diberikan.

Kepemimpinan otokratik lebih menitikberatkan pada otoritas pemimpin dengan


mengesampingkan partiispasi dan gaya kreatif para pengikutnya. Kepemimpinan yang
berorientasi pada tugas atau pekerjaan. Menggunakan kekuasaan posisi dan kekuatan dalam
memimpin. Pemimpin menentukan semua tujuan yang akan dicapai dalam pengambilan
keputusan. Informasi yang diberikan hanya pada kepentingan tugas. Motivasi dengan reward
dan punishment.

Ciri–Ciri:

1. Memperlakukan para pengikut sama dengan alat – alat lain dalam organisasi,
sehingga kurang menghargai harkat dan martabat mereka.
2. Mengutamakan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa
mengaitkan pelaksanaan tugas tersebut dengan kepentingan dan kebutuhan para
pengikut.
3. Mengabaikan peranan para pengikut dalam proses pengambilan keputusan.
4. Wewenang mutlak berada pada pimpinan maka dari itu keputusan dan
kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan.
5. Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan.
6. Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahan
dilakukan secara ketat.
7. Prakarsa harus selalu berasal dari pimpinan.
8. Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran, pertimbangan atau
pendapat sehingga lebih banyak kritik daripada pujian.
9. Tugas-tugas dari bawahan diberikan secara instruktif.
10. Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat.
11. Pimpinan menuntut kesetiaan tanpa syarat.
12. Cenderung adanya paksaan, ancaman dan hukuman serta kasar dalam bersikap.
13. Tanggung jawab dalam keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pimpinan.

Gaya ini pula menggambarkan pemimpin yang dikendalikan oleh pencapaian hasil atau
target, dengan sedikit atau bahkan tidak ada perhatian pada manusia kecuali dalam rangka
keterlibatan mereka dalam menyelesaikan pekerjaan. Pemimpin-pemimpin ini bercorak
pengendali, pengarah, terlalu kuat, dan penuntut. Mereka bukan kolega kerja yang
menyenangkan. Sejumlah penelitian menunjukkan tingkat keluar-masuk karyawan yang
tinggi dengan gaya kepemimpinan semacam ini.
Kepemimpinan otokratik dengan menggunakan “kepemimpinan klasik“. Kepetuhan
pengikut terhadap pemimpin merupakan corak gaya kepemimpinan otokratik. Para
pemimpin dengan gaya otokratik menjadikan tujuan organisasi identik dengan tujuan
pribadi. Dilihat dari perspektif kepemimpinannya seorang pemimpin otokratik adalah
seseorang yang sangat egois. Dengan egoisme yang demikian besar seorang pemimpin
otokratik melihat perannya sebagai sumber segala sesuatu dalam kehidupan
organisasianal. Seoerang pemimpin yang otokratik cenderung menganut nilai
oraganisasional yang berkisar pada pembenaran segala cara yang ditempuh untuk
mencapai tujuan.

Kelebihan :

 Keputusan akan dapat diambil dengan cepat karena mutlak hak pemimpin, tak ada
bantahan dari bawahan
 Pemimpin yang bersifat otoriter pasti bersifat tegas, sehingga apabila terjadi
kesalahan dari bawahan maka pemimpin tak segan untuk menegur
 Mudah dilakukan pengawasan

Kekurangan :

 Suasana kaku, mencekam dan menakutkan karena sifat keras dari pemimpin
 Menimbulkan permusuhan, keluhan dan rawan terjadi perpindahan karena bawahan
tidak merasa nyaman
 Bawahan akan merasa tertekan karena apabila terjadi perbedaan pendapat, pemimpin
akan menganggapnya sebagai pembangkangan dan kelicikan
 Kreativitas dari bawahan sangatlah minim karena tidak diberikan kesempatan
mengajukan pendapat.
 Disiplin yang terjadi seakan-akan karena ketakutan dan hukuman bahkan pemecatan
dari atasan
2. Democratic Leadership (Kepemimpinan Demokrasi)

Gaya Kepempimpinan ini merupakan gabungan antara otoriter dan demokratis, yaitu
pemimpin yang menyampaikan hasil analisis masalah dan kemudian mengusulkan
tindakan tersebut pada bawahannya. Gaya ini menitik beratkan pada usaha seorang
pemimpin dalam melibatkan partisipasi para pengikutnya dalam setiap pengambilan
keputusan. Staf dimintai saran dan kritiknya serta mempertimbangkan respon staf
terhadap usulannya, dan keputusan akhir ada pada kelompok atau bisa dikatakan bahwa
pimpinan ini sangat konsultatif dengan para bawahan serta kecenderungan menggunakan
evaluasi yang berasal dari opini dan saran bawahan sebelum manajer membuat keputusan.
Selain itu juga Pemimpin ini memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung
jawab dan wewenang secara luas pada para bawahannya.

Gaya partisipatif mengarah ke pengembangan kepercayaan dan loyalitas para bawahan


kepada pemimpin, karena pemimpin membawa mereka ke dalam pertimbangan penuh,
menggunakan keterampilan dan pengetahuan mereka dan mengambil masukan mereka,
sebelum tiba pada suatu keputusan. gaya partisipatif bekerja dengan sangat baik dimana
pemimpin baru saja bergabung dalam organisasi,

Pemimpin ini sangat menghargai sifat dan kemampuan setiap staf. Menggunakan
kekuatan posisi dan pribadinya untuk mendorong ide dari staf, memotivasi kelompok
untuk menentukan tujuan sendiri. Membuat rencana dan pengontrolan dalam
penerapannya.

Ciri–Ciri :

1. Wewenang pimpinan tidak mutlak.


2. Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan.
3. Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan.
4. Komunikasi berlangsung timbal balik.
5. Pengawasan dilakukan secara wajar.
6. Prakarsa datang dari bawahan.
7. Banyak kesempatan dari bawahan untuk menyampaikan saran dan pertimbangan.
8. Tugas-tugas dari bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan daripada
instruktif.
9. Pujian dan kritik seimbang.
10. Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam batas masing-
masing.
11. Pimpinan kesetiaan bawahan secara wajar.
12. Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak.
13. Tercipta suasana saling percaya saling hormat menghormati, dan saling
menghargai.
14. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa
tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik.
15. Kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada pemimpinnya akan tetapi
terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok.
16. Kepemimpinan ini menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat
dan sugesti bawahan.
17. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing.
18. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat
dan kondisi yang tepat.

Keuntungan - keuntungan yang diperoleh dari gaya kepemimpinan partisipatif adalah:

1. Konsultasi kebawah dapat digunakan dalam rangka meningkatkan kualitas keputusan


dengan menarik keahlian yang dimilki oleh para pengikut, sehingga para pengikut akan
dapat menerima semua keputusan yang diambil serta dapat menjalankannya.
2. Konsultasi lateral, pemimpin melibatkan serta orang – orang dalam berbagai sub unit
untuk mengatasi keterbatasan kemampuan yang dimilki pemimpin,
3. Konsultasi ke atas, memungkinkan seorang pemimpin untuk menaruh keahlian seorang
atasan yang berkemampuan lebih dari manajer.

Kelebihan :

 Hubungan antara pemimpin dan bawahan harmonis dan tidak kaku.


 Keputusan dan kebijaksanaan diambil melalui diskusi sehingga bawahan akan merasa
dihargai dan dibutuhkan peranannya.
 Mengembangkan daya kreatif dari bawahan karena dapat mengajukan pendapat dan
saran.
 Bawahan akan merasa percaya diri dan nyaman sehingga bisa mengeluarkan
kemampuan terbaiknya untuk menyelesaikan tugasnya.
 Bawahan akan merasa bersemangat karena merasa diperhatikan.
 Tidak mudah lahir kubu oposisi karena pemimpin dan bawahan sejalan.

Kekurangan :

 Proses pengambilan keputusan akan berlangsung lama karena diambil secara


musyawarah.
 Sulitnya dalam pencapaian kata mufakat karna pendapat setiap orang jelas berbeda.
 Akan memicu konflik apabila keputusan yang diambil tidak sesuai dan apabila ego
masing-masing anggota tinggi.
3. Free Rein Leadership (Kepemimpinan Bebas)
4.
Kepemimpinan gaya liberal atau Laisssez Faire adalah kemampuan mempengaruhi
orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan dengan cara berbagai
kegiatan dan pelaksanaanya dilakukan lebih banyak diserahkan kepada bawahan.
Pemimpin jenis ini hanya terlibat delam kuantitas yang kecil di mana para bawahannya
yang secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian masalah yang dihadapi.

Ciri–Ciri :

a). Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan.


b). Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan.
c). Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh bawahan.
d). Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahan.
e). Hampir tiada pengawasan terhadap tingkah laku.
f). Prakarsa selalu berasal dari bawahan.
g). Hampir tiada pengarahan dari pimpinan.
h). Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok.
i). Kepentingan pribadi lebih penting dari kepentingan kelompok.
j). Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh perseorangan.

Hal itu semua terjadi karena disebabkan Pemimpin ini berpandangan bahwa umumnya
organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri
dari orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan
organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus ditunaikan oleh
masing-masing anggota dan pemimpin tidak terlalu sering intervensi.

Ciri – ciri lain seorang pemimpin yang bergaya lezess faire adalah:

A. Pendelegaian wewenang terjadi secara ekstensif.


B. Pengambilan keputusan diserahkan kepada pejabat pemimpin yang lebih rendah
dan kepada para petugas operasional.
C. Status Quo organisasi tidak terganggu.
D. Pertumbuhan dan pengembangan kemampuan berpikir dan bertindak yang
inovatif diserahkan kepada anggota organisasi yang bersangkutan.
E. Selama anggota organisasi menunjukan perilaku dan prestasi kerja yang dinamai
intervensi pimpinan dalam perjalanan organisasi berada pada tingkat yang sangat
minimum.

Kelebihan :

 Keputusan ada di tangan bawahan sehingga bawahan bisa bersikap mandiri dan
memiliki inisiatif
 Pemimpin tidak memiliki dominasi besar
 Bawahan tidak akan merasa tertekan dalam menjalankan tugas

Kekurangan :

 Pemimpin membiarkan bawahan untuk bertindak sesuka hati karena tidak ada kontrol
 Mudah terjadi kekacauan dan bentrokan
 Tujuan organisasi akan sulit tercapai apabila bawahan tidak memiliki inisiatif yang
tepat dan dedikasi tinggi
4. Paternalistic Leadership (Kepemimpinan Kebapaan)

5.
Tipe pemimpin paternalistik adalah suatu gaya kepemimpinan yang menganggap bahwa
manajemen adalah sebagai Bapak dari bawahan dan bersikap melindungi bawahan,
dengan demikian maka hubungan antara bawahan kepada atasan seperti anak dengan
ayah. Salah satu ciri utama masyarakat tradisional ialah rasa hormat yang tinggi yang
ditujukan oleh para anggota masyarakat kepada orang tua atau seseorang yang dituakan.
Pemimpin seperti ini kebapakan, sebagai tauladan atau panutan masyarakat. Biasanya
tokoh-tokoh adat, para ulama dan guru. Pemimpin ini sangat mengembangkan sikap
kebersamaan. Ini terlihat jelas dari slogannya yaitu seluruh anggota organisasi
merupakan anggota satu keluarga besar. Berdasarkan nilai kebersamaan itu, dalam
organisas iyang dipimpin oleh seorang pemimpin yang paternalistik kepentingan
bersama dan perlakuan yang seragam terlihat menonjol pula.

Ciri–Ciri :

a. Bersikap mempunyai wawasan yang luas.


b. Menutup kesempatan pada bawahan untuk berkreasi dan berfantasi.
c. Bersifat terlalu melindungi.
d. Menganggap bahwa bawahan tidak dewasa.
e. Jarang memberi kesempatan untuk memberikan keputusan.

Kelebihan :

 Pemimpin pasti memiliki sifat yang tegas dalam mengambil keputusan


 Bawahan akan merasa aman karena mendapat perlindungan

Kekurangan :

 Bawahan tidak memiliki inisiatif dalam bertindak karena tidak diberi kesempatan.
 Keputusan yang diambil tidak berdasarkan musyawarah bersama karena menganggap
dirinya sudah melakukan yang benar.
 Daya imajinasi dan kreativitas para pengikut cukup rendah karena tidak ada
kesempatan untuk mengembangkannya.

Anda mungkin juga menyukai