Eksodonsia dilakukan untuk menghilangkan gigi yang menimbulkan penyakit dan bila
dan tindakan eksodonsia itu memmbulkan hal-hal yang merugikan baik selama eksodonsia
itu berlangsung maupun setelah selesai dilakukan eksodonsia maka yang dihadapi adalah
suatu komplikasi eksodonsia. Komplikasi eksodonsia meliputi beberapa hal, yaitu: 1) Fraktur
akar gigi; 2) Alveolalgia; 3) Perdarahan; 4) Fistula Oro-Antral; 5) Sinkop dan Syok; 6)
Dislokasi Mandibula; 7) Kasus Komplikasi Eksodonsia Lain adalah:
1. Malignansi Oral
2. Fraktur Rahang
3. Gigi terdorong ke dalani rongga Submandibular
4. Peradangan Akut (Flehmon)
2. Alveolalgia
Alveolalgia yang juga disebut dry socket yaitu keadaan soket gigi pascaekstraksi yang
ditandai dengan keadaan soket gigi yang kosong tidak diisi jendalan darah, infeksi terbatas
yang disertai jaringan nekrotis dan rasa sakit.
Patogenesis
Bourgoyne berpendapat bahwa sebab utama alveolalgia atau dry socket ini ialah ada
gangguan nutrisi di daerah alveolus yang bersangkutan yang berasal dan kerusakan vasa
darah pokok yang member makanan kepada soket gigi bersangkutan.
Simtoma
Novitsky melukiskan simtoma alveolalgia sebagai berikut ini. Beberapa hari setelah
ekstraksi gigi, tepi gusi membulat kasar, membengkak, warna merah kebirubiruan, tulang
alveolus tidak ditutupi jaringan baru, terdapat rasa sakit dan penyembuhan terhambat.
Pandangan Ilmu Bedah Mulut adalah keadaan alveolus gigi sudah dapat dikatakan
menderita dry socket bila pasca ekstraksi gigi alveolus gigi yang bersangkutan tidak terisi
jendalan darah, atau jendalan darah yang sudah terjadi rusak atau lepas dari soket gigi.
Etiologi
Perawatan Alveolalgia
Banyak cara untuk merawat alveolalgia, diantaranya adalah cara berikut ini:
(1). Cara Bourgoyne. Pertama-tama soket gigi dibersihkan dengan larutan
antibaktensidal misalnya metaphen, merthiolet, iodine dll terutama pada bagian yang
tennfeksi. Tulang alveolus yang runcing harus segera dihaluskan. Keringkan kemudian
dengan kapas yang steril dan kering. Kain kasa yang telah diberi yodoform dicelupkan pada
minyak cengkeh lalu dimasukkan dalam soket gigi tanpa tekanan dan jangan menutup soket
terlalu kuat. Biarkan kain kasa tinggal dalam soket selama 24 jam sampai penderita kembali
untuk mengganti kain kasa itu diberi obat methylen blue sulfa; dressing ini dibiarkan sampai
2 kali 24 jam dan kalau perlu diganti dengan kain kasa yang dibasahi dengan minyak
cengkeh.
3. Perdarahan
Dalam hal ini yang dimaksud dengan perdarahan adalah perdarahan dari sudut ilmu
bedah mulut. Perdarahan lain yang dikenal yaitu yang berasal dari penyakit kelainan darah
(blood dyscrasia). Perdarahan yang berasal dan keadaan patologis perlu juga diketahui.
Menurut Bourgoyne perdarahan adalah suatu keadaan, bukan suatu penyakit. Secara
umum perdarahan adalah keadaan darah keluar dan pembuluh darah. Tindakan bedah
termasuk eksodonsia selalu mengait pada perdarahan karena pembuluh darah terpotong
dan lumen pembuluh darah terbuka dan darah keluar. Keadaan yang berbeda teijadi pada
beberapa kasus perdarahan dan pendenta berpenyakit sistemik (misalnya kelainan elemen
darah seperti hemofihi, lekemia), perdarahan terjadi elemen darah yang mendukung
penjendalan darah tidak ada, atau karena pembulub darah sangat rapuh dan mudah pecah.
Dalam keadaan normal keparahan perdarahan tergantung pada ukuran dan sifat
lumen pembuluh darah. Perdarahan dapat berasal dan pembuluh darah vena, arteria,
kapiler. Untuk membedakan asal ketiga perdarahan itu maka seorang operator secara ganis
besar harus mengetahui sifat histologis pembuluh darah arteri, vena, dan kapiler yang
sangat berguna untuk menentukan asal perdarahan itu terutama saat menggunakan
hemostat agar tidak melukainya.
Menunut Archer (1975) pada semua tindakan bedah bila ingin mencapai basil yang
baik diperlukan usaha untuk menghentikan perdarahan yang terjadi (hemostatis). Pada
daerah bedah tertentu usaha hemostatis menemui bambatan5 misalnya pada daerah yang
terus-menerus secara tetap terkena troma selama berbicara dan penelanan shingga di
daerah bedah tidak ada kesempatan untuk istirahat sebagai yang dipersyaratkan dalam
ligasi suatu pembuluh darah. Luka ekstraksi tidak dapat ditutup sebagaimana seharusnya
penutupan luka bedah. Soket gigi pasca ekstraksi gigi mengalami perdarahan rembesan
(oozing) dan luka ekstraksi hanya dapat ditutup secara penutupan luka setengah terbuka
(semi-open closure). Untung secara alami ada mekanisme menghentikan perdarahan
dengan mekanisme untuk mengontrol perdarahan itu. Apabila mekanisme mi terganggu atau
bekerja tidak baik karena suatu penyakit sitemik maka bukan hemostatis yang akan terjadi
melainkan suatu perdarahan.
Sebab Perdarahan
Menurut Archer (1975) sebab perdarahan yang abnormal dapat mekanis atau
biokimiawi. Perdarahan mekams yaitu perdarahan yang berasal dari berbagai ukuran
pembuluh darah yang terluka yang tak dapat berhenti karena jendalan darah tidak dapat
terbentuk atau karena jendalan darah yang sudah jadi pecah atau lepas dan ujung pembuluh
darah yang terbuka. mi mungkin disebabkan, misalnya karena ukuran pembuluh darah dan
kecepatan darah (vena dan arten), atau karena jumlah pembuluh darah kecil dan/atau troma
pasca-operatif yang diterimanya (kapiler), dll. Sebagai contoh adalah perdarahan dan
ekstraksi gigi, insisi jaringan lunak, laserasi jaringan lunak, troma tuiang rahang, hematoma
karena alat suntik menusuk pembuluh darah arteri atau berasal dan troma pukulan, dll.
Perdarahan biokimiawi adalah abnormaiitas eiemen darah atau sistem vaskular yang
menghambat pembentukan jendalan darah dan organisasi darah normal. Perdarahan
biokimiawi ditemui pada hemofihia, gangguan hepar, dan kelainan darah, hipertensi dan
iiifeksi jaringan seperti padapyorrhoe alveolaris.
Pada perawatan kasus perdarahan, operator dihadapkan dengan kedua masalah yaitu
a) pre-operatif operator telah melihat ada kecenderungan perdarahan pada penderita.
Semua penderita pre-operatif harus dievaluasi untuk kecenderungan perdarahan. Rowayat
perdarahan berlebihan saat ekstraksi gigi sebeiumnya harus sudah diwaspadai operator
namun belum periu mencatat penderita sebagai seorang bleeder. B) penderita yang
dilihatnya untuk pertamakali ketika seseorang telah mengerjakan operasi dan sedang
menghathpi bahaya akibat perdarahan itu.
Berdasar masalah itu pendenta yang dicungai sebagai seorang bleeder harus
menjalani uji darah.
Penderita hemofili memberi nwayat yang khas yang menyangkut faktor keturunan
keluarga dan nwayat kesehatan yang lampau. Juga terdapat riwayat gangguan waktu
penjendalan darah (proglonged coagulation time). Penyandang perdarahan (bleeder) yang
idiopatik tidak hanya mempunyai riwayat perdarahan dalam keluarga yang dihubungkan
dengan hanya anggota keluarga laki-laki saja (misalnya dengan kematian diantara laki-laki
dalam keluarga sehubungan dengan perdarahan yang berlebihan), juga tidak hanya ada
gangguan waktu penjethian darah.
Ecchymosis
Ekimosis adalah suatu keadaan diskolonsasi fasial yang bergerak dan warna merah
muda sampai warna ungu kebiruan, dan umumnya terjadi pasca prosedur bedah.
Perdarahan mi biasanya dalam bentuk oozing.
Ekimosis dapat teijadi pula pada pasca ekstraksi gigi yang umumnya disebabkan oleh
keadaan benikut:
Perawatan hematoma
(a)ada yang menganjurkan aspirasi darah yang tergenang. Jalan ini banyak menemui
kegagalan;
(b)Archer (1975) menganjurkan perawatan sebagai berikut:
(1) istirahatkan penderita, dalam waktu 24 jam berikan aplikasi kompres dingin pada
daerah pembengkakan dengan maksud agar perdarahan berkurang atau berhenti;
(2) bila perdarahan telah diyakini berhenti lalu berikan aplikasi hangat di daerah itu
dengan maksud terjadi absorbsi darah yang terkumpul;
(3) bila hematoma berasal dari perdarahan arterial sebagai akibat perdarahan lapisan
mukoperiosteal, maka temukan dulu lokasi arteri yang mengalami perdarahan dan segera
meligasi arteri itu untuk menghentikan perdarahan.
(4) Bila perdarahan berasal dari processus alveolaris, usahakan untuk menghentikan
perdarahan itu dengan jalan menekan pembuluh darah tulang sehingga lumen pernbuluh
darah yang terbuka dengan lilin-tulang.
Catatan
Di bawah ini akan dibicarakan kasus sederhana yang penulis jumpai dalam
perawatanlubang kecil fistula oro-antral tetapi telah lama terjadi.
Ringkasan/ Kesimpulan
Sinkop dan syok sangat penting untuk diketahui dokter gigi praktek. Sinkop masih
berhubungan erat dengan syok sehingga pertolongan harus segera diberikan sedini mungkin
pada keadaan sinkop. Kasus-kasus sinkop lebih banyak ditemui dalam praktek daripada
kasus-kasus syok.
Meskipun demikian para dokter gigi harus bersiaga menghadapi suatu kasus darurat
(emergency dentistry cases) dengan menyediakan obat-obat sebagai berikut:
1. Oksigen 100% siap dalam tabung oksigen untuk ganguan pemafasan dan
jantung.
2. Pentobartibal sodium (Nembutal) atau Secobarbital sodium untuk kelebihan
dosis toksis (toxic overdose) atau idiosinkrasi.
3. Benadryl atau Epinefrmn untuk kasus reaksi alergi.
4. Succinycholin chloride untuk kasus konvulsi.
6. Dislokasi Mandibula
Dislokasi mandibula adalah setiap variasi dari posisi normal facies articularis suatu
persendian
Kruger (1984) menggambarkan dislokasi mandibula sebagai berikut. Selama gerak
membuka mulut dapat teijadi keadaan dislokasi atau luksasi sendi temporo mandibulare
karena kapsula dan ligamentum temporo mandibulare dalam keadaan cukup kendoruntuk
Perawatan.
Reduksi dislokasi mandibula anterior adalah sebagai berikut.
1. Penderita didudukkan pada kursi gigi lalu kursi gigi diatur sampai pada kedudukan kursi
gigi yang paling rendah.
2. Kedua ibu jari tangan operator dibalut dengan handuk/kainkasa yang dimaksudkan
sebagai pelindung terhadap gigitan yang terjadi tiba-tiba saat mandibula mengatup
kembali pada posisi semula.
3. Kedua ibu jari tangan dimasukkan ke dalam rongga mulut penderita untuk memegang
gigi-gigi mandibula posterior di kedua sisi, dan keempatjan operator lainnya memegang
dagu penderita (lihat gambar dibawah).
4. Mandibula ditekan ke bawah pada gigi-gigi posterior dan tekan keatas pada dagu disertai
tekkanan dorongan keseluruhan bagian mandibula ke belakang.
5. Posisi operator, adalah berdiri di muka menghadap penderita. Pada umumnya prosedur
ini mudah dijalankan tetapi kadang-kadang dijumpai keadaan yang sukar yaitu apabila
terdapat hambatan dan kekejangan otot-otot penutup mulut. Pada kasus terakhir
tersebut, maka diperlukan tindakan mengendorkan otot penutup mulut untuk
memudahkan reduksi kondilus mandibula.
Untuk mengendorkan otot-otot tersebut digunakan cara dengan suntikan anestesi
umum dan bila perlu dibenkan obat relaksan otot (muscle relaxing drug).
Johnson telah melaporkan bahwa beliau berhasil secara spontan mereduksi dislokasi
persendian rahang (temporo mandibular joint) dengan memberikan suntukan anestesi
infiltrasi lokal ke dalam otot yang berada di sekeliling kondilus. Cara yang dipakai Johnson
WHUVHEXW WLGDN PHPHUOXNDQ PDQLSXODVL JHUDNDQ NDUHQD RWRW PHQMDGL ³OHPDK´ XQWXN
NHPXGLDQ
memudahkan kondilus dimasukkan kembali ke posisi normal dalam fosa glenoidea.
Sebagai catatan bahwa kasus yang dikerjakan Johnson tersebut, bila dari tipe
dislokasi mandibula yang bilateral maka penyuntikan anestesi dapat diberikan hanya pada
satu sisi kondilus saja untuk mendapatkan reduksi yang bilateral.
th
Archer, H.W., 1975, Oral and Maxillofacial Surgery, 5 ed., W.B. Saunders, University Book
Publishing Co. Taipei Taiwan, The Republic of China.
th
Kruger, G.O., 1989, Oral and Maxillofacial Surgery., 6 ed., The CV. Mosby Co., Saint Louis
Toronto
rd
Peterson, L.J., 1998, Oral and Maxillofacial Surgery., 3 ed., Mosby-Year Book Inc., Saint
Louis.
Thoma, K.H., 1969, Oral Surgery, 5thed., The CV. Mosby Co. Saint Louis
th
Thoma, K.H., and Gold man,H.M., 1960, Oral Pathology, 5 ed., The CV. Mosby Co., Saint
Louis.