Anda di halaman 1dari 22

Makalah Negara Dan Kontitusi

Disusun Oleh :

MUH.FATWA AMAL
SABIR GAZALI
MUH.TIRTO NUGROHO
ARDIAN NURMA MAHARA
SULPITRIADI

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PAREPARE
2017/2018
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah membantu
melancarkan pembuatan makalah dengan judul “ Negara dan Konstitusi “ ini yang
jauh dari kata sempurna. Sholawat serta salam tetap tercurahkan pada junjungan kita
Baginda Nabi Muhammad SAW .
Makalah ini dibuat demi memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan. Makalah ini berisi tentang Pengertian Negara, Konstitusionisme
dan Konstitusi Indonesia.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua orang
khususnya bagi yang membaca.
Wassalamu;alaikum Wr. Wb
Daftar Isi

Halaman Judul
Kata Pengantar............................................................................................................i
Daftar Isi....................................................................................................................ii
Bab 1 Pendahuluan
1. Latar Belakang...................................................................................................1
2. Rumusan Masalah..............................................................................................2
3. Tujuan Penulisan................................................................................................2
4. Manfaat Penulisan..............................................................................................2
Bab II Pembahasan
A. Pengertian Negara...............................................................................................3
B. Konstitusionisme…............................................................................................6
C. Konstitusi Indonesia…......................................................................................9
1. Pengantar...........................................................................................................9
2. Hukum Dasar Tertulis.......................................................................................9
3. Hukum Dasar Tidak Tertulis…........................................................................10
4. Pengertian Konstitusi.......................................................................................12
Bab III Penutup
1. Kesimpulan…...............................................................................................18
2. Saran..............................................................................................................18
Daftar Pustaka.........................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Keberadaan UUD 1945 yang selama ini disakralkan, dan tidak boleh diubah
kini telah mengalami beberapa perubahan. Tuntutan perubahan terhadap UUD 1945
itu pada hakekatnya merupakan tuntutan bagi adanya penataan ulang terhadap
kehidupan berbangsa dan bernegara. Atau dengan kata lain sebagai upaya memulai
“kontrak sosial” baru antara warga negara dengan negara menuju apa yang dicita-
citakan bersama yang dituangkan dalam sebuah peraturan dasar (konstitusi).
Perubahan konstitusi ini menginginkan pula adanya perubahan sistem dan kondisi
negara yang otoritarian menuju kearah sistem yang demokratis dengan relasi
lembaga negara yang seimbang. Dengan demikian perubahan konstititusi menjadi
suatu agenda yang tidak bisa diabaikan. Hal ini menjadi suatu keharusan dan amat
menentukan bagi jalannya demokratisasi suatu bangsa.
Realitas yang berkembang kemudian memang telah menunjukkan adanya
komitmen bersama dalam setiap elemen masyarakat untuk mengamandemen UUD
1945. Bagaimana cara mewujudkan komitmen itu dan siapa yang berwenang
melakukannya serta dalam situasi seperti apa perubahan itu terjadi, menjadikan
suatu bagian yang menarik dan terpenting dari proses perubahan konstitusi itu.
Karena dari sini akan dapat terlihat apakah hasil dicapai telah merepresentasikan
kehendak warga masyarakat, dan apakah telah menentukan bagi pembentukan wajah
Indonesia kedepan. Wajah Indonesia yang demokratis dan pluralistis, sesuai dengan
nilai keadilan sosial, kesejahteraan rakyat dan kemanusiaan. Dengan melihat
kembali dari hasil-hasil perubahan itu, kita akan dapat dinilai apakah rumusan-
rumusan perubahan yang dihasilkan memang dapat dikatakan lebih baik dan
sempurna.
2. Rumusan masalah
a. Apa definisi dari Negara itu ?
b. Apa definisi dari Konstitusionisme itu ?
c. Apa definisi dari Hukum Dasar Tertulis itu ?
d. Apa definisi dari Hukum Dasar Tidak Tertulis itu ?
e. Apa definisi dari Konstitusi itu ?

3. Tujuan penulisan
a. Untuk mengetahui definisi dari Negara
b. Untuk mengetahui definisi dari Konstitusionisme
c. Untuk mengetahui definisi dari Hukum Dasar Tertulis
d. Untuk mengetahui definisi dari Hukum Dasar Tidak Tertulis
e. Untuk mengetahui definisi dari Konstitusi

4. Manfaat penulisan
a. Menambah pengetahuan tentang definisi dari Negara
b. Menambah pengetahuan tentang definisi dari Konstitusionisme
c. Menambah pengetahuan tentang definisi dari Hukum Dasar Tertulis
d. Menambah pengetahuan tentang definisi dari Hukum Dasar Tidak Tertulis
e. Menambah pengetahuan tentang definisi dari Konstitusionisme
BAB II
NEGARA DAN KONSTITUSI

A. PENGERTIAN NEGARA
1. Pengertian Negara
Negara merupakan suatu organisasi di antara sekelompok atau beberapa
kelompok manusia yang secara bersama-sama mendiami suatu wilayah tertentu
dengan mengakui adanya suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan
keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang ada di
wilayahnya. Secara umum negara dapat diartikan sebagai suatu organisasi utama
yang ada di dalam suatu wilayah karena memiliki pemerintahan yang berwenang
dan mampu untuk turut campur dalam banyak hal dalam bidang organisasi-
organisasi lainnya.

1.1 Terdapat beberapa elemen yang berperan dalam membentuk suatu negara,
1. Masyarakat
Masyarakat atau rakyat merupakan suatu individu yang berkepentingan dalam
suksesnya suatu tatanan dalam pemerintahan
2. Wilayah
Suatu negara tidak dapat berdiri tanpa adanya suatu wilayah. Disamping
pentingnya unsur wilayah dengan batas-batas yang jelas, penting pula keadaan
khusus wilayah yang bersangkutan.
3. Pemerintahan
Pemerintahan memiliki kekuasaan atas semua anggota masyarakat yang
merupakan penduduk suatu negara dan berada dalam wilayah negara. Ada empat
macam teori mengenai suatu kedaulatan, yaitu teori kedaulatan Tuhan, kedaulatan
negara, kedaulatan hukum dan kedaulatan rakyat.
4. Pengakuan Internasional (secara de facto maupun de jure)
Setiap Negara tentunya memiliki Dasar Negara, dimana Dasar Negara ini
menjadi fandemen yang kokoh dan kuat serta bersumbar dari pandangan hidup atau
falsafah(cerminan dari peradaban, kebudayaan, keluhuran budi yang tumbuh dalam
sejarah perkembangan Negara itu sendiri).

1.2 Pengertian lain tentang negara menurut para ahli:


1) Dikembangkan oleh Agustinus yang merupakan tokoh Katolik.
Ia membagi negara dalam dua pengertian yaitu Civitas Dei dan Civitas
Terrena (Civitas Diaboli).Civitas Dei yang artinya negara Tuhan, Civitas Terrena
(Civitas Diaboli) yang artinya Negara duniawi.
2) Nicolo Machiavelli (1469 – 1527), Negara sebagai Negara
kekuasaan. Machiavelli memandang negaradari sudut kenyataan bahwa
dalam suatu negara harus ada suatu kekuasaan yang dimiliki oleh seorang pemimpin
Negara atau raja. Raja sebagai pemegang kekuasaan Negara tidak mungkin hanya
mengandalkan kekuasaan hanya pada suatu moralitas atau kesusilaan. Kekacauan
timbul dalam suatu Negara karena lemahnya kekuasaan Negara.
3) H.J Laski
Negara adalah suatu masyarakat yang di integrasikan karena mempunyai
wewenang yang bersifat memaksa dan secarah sah, lebih agung dari pada individu
atau kelompok yang merupakan bagian dari masyarakat itu.
4) Robert M.Mac Iver
Negara adalah perkumpulan yang menyelenggarakan penertiban dalam suatu
masyarakat tertentu dengan berdasarkan system hukum dan untuk maksud tersebut
Negara diberikan kekuasaan memaksa.
5) Max weber
Negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam
menggunakan kekerasan fisik secara sah dalah satu wilayah.
6) MAC IVER
Negara adalah asosiasi yang menyelenggarakan penertiban di dalam
suatumasyarakat dalam suatu wilayah dengan berdasarkan sistem hukum yang
diselenggarakan oleh suatu pemerintahan yang untuk maksud tersebut diberi
kekuasaan memaksa.
7) Aristoteles
Negara adalah perpaduan beberapa keluarga mencakupi beberapa desa,
hingga pada akhirnya dapat berdiri sendiri sepenuhnya, dengan tujuan kesenangan
dan kehormatan bersama.
Arti negara menurut Aristoteles adalah persekutuan dari keluarga dan desa
untuk mencapai kehidupan sebaik-baiknya. Aristoteles menggunakan istilah Polis
untuk untuk negara kota (city state) yang berfungsi sebagai tempat tinggal bersama
warga negara dengan pemerintahan dan benteng untuk menjaga keamanan dan
serangan musuh. Menurut Aristoteles, negara terjadi berkat adanya sifat kodrati
setiap individu untuk hidup bersama. Ini secara tidak langsung telah menjelaskan
bahwa manusia bukan semata-mata makhluk yang hanya ingin survive, melainkan
makhluk yang mempunyai rasio dan berdasarkan itu mampu saling mengerti dan
berdiskusi untuk mencapai kesejahteraan bersama.
Sedangkan arti negara menurut Mac Iver adalah persetambatan yang
bertindak lewat hukum yang direalisasikan oleh pemerintah yang memiliki
kekuasaan untuk memaksa demi mencapai ketertiban sosial. Mengacu pada
pengertian tersebut, negara memiliki fungsi mengatur hubungan-hubungan manusia
yang terjadi dalam masyarakat, memberikan pembatasan atau keleluasaan serta
memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Negara menciptakan sistem hak dan
kewajiban yang sangat luas dan hak-hak tersebut dijamin dengan memaksakan
dilakukannya kewajiban-kewajiban.
B. KONSTITUSIONISME
Terwujudnya suatu Negara yang adil dan makmur adalah cita-cita luhur setiap
bangsa yang diperoleh dari tegaknya nilai konstitusionalisme dalam suatu Negara
tersebut.
Konstitusionalisme adalah sesuatu yang merupakan sebuah komponen
integral dari pemerintahan yang demokratik, oleh karena itu Negara yang demokratis
haruslah menerapkan dan menjalankan konstitusionalisme dalam jiwa bangsanya
sehingga pemerintahan yang demoratis dapat terwujud. Hal yang senada
diungkapkan oleh Andrew Heywood yang mengatakan bahwa suatu Negara
menganut paham konstitusionalisme jika seluruh lembaga Negara dan proses
perpolitikan dalam sebuah Negara dibatasi oleh konstitusi. Kita ketahui bersama
fungsi dari konstitusi adalah mengatur dan mengawasi wewenang penguasa,
menjamin hak asasi rakyat, dan mengatur jalannya suatu pemerintahan.
Secara gari besar, pengertian dari konstitusi, konstitusional dan
konstitusionalisme inti dari pemaknaannya sama, akan tetapi penggunaannya saja
yang berbeda. Pendapat demikian muncul karena memang belum ada kesepakatan
dan banyaknya pengertian yang muncul dari para ahli. Secara etimologis, padanan
seluruh istilah tersebut berasal dari bahasa Latin, yaitu constituo atau constitutum,
yang memiliki multi makna tergantung dari sudut mana kita memandangnya. Akan
tetapi jika merujuk pada kamus besar bahasa Indonesia, konstitusionalisme
merupakan suatu paham mengenai pembatasan kekuasaan, dan jaminan hak-hak
rakyat melalui konstitusi. Menurut Abdulkadir, konstitusionalisme mempunyai dua
arti yakni konstitusionalisme dalam arti static dan konstitusionalisme dalam arti
dinamik. Konstitusionalisme dalam arti static lebih condong kepada sifatnya yang
normatif akan tetapi tetap sebagai konsep dalam keadaan diam yang diinginkan
untuk terwujud yang merupakan sebuah penjelmaan dari suatu kontrak social
berdasar ex ante pactum atau perjanjian yang ada sebelumnya. Sedangkan
konstitusionalisme dalam arti dinamik adalah konstitusionalisme yang bersifat
partikal, hubungan interaksi antar komponen, dan tidak hanya sekedar bersifat
yuridis normatif.

Suatu konstitusionalisme itu timbul tidak hanya dipandang secara yuridis saja
melainkan juga dalam arti sosiologis dan filosofis. Konstitusionalisme itu lah yang
melahirkan suatu konstitusi menyesuaikan dengan keadaan bangsa dan zamannya.
Tentu saja pada zaman yunani, roma, abad pertengahan, dan abad modern
mempunyai cerita yang berbeda akan lahirnya suatu konstitusi karena dipengaruhi
oleh konstitusionalisme yang berbeda akibat perbedaan ruang dan waktu. Pada
zaman abad pertengahan misalnya, arah gerak konstitusionalismenya mengalami
pergeseran kearah feodalisme yang disana para tuan tanah lah yang
berkuasa.Keadaan itulah yang melahirkan suatu keyakinan jika setiap orang harus
mengabdi pada salah satu tuan tanah dan raja yang terdapat disana yang semestinya
mendapat tempat untuk memegang kekuasaan tertinggi sedikit demi sedikit
kehilangan kekuasaan.
Suatu konstitusionalisme itu timbul tidak hanya dipandang secara yuridis saja
melainkan juga dalam arti sosiologis dan filosofis. Konstitusionalisme itu lah yang
melahirkan suatu konstitusi menyesuaikan dengan keadaan bangsa dan zamannya.
Tentu saja pada zaman yunani, roma, abad pertengahan, dan abad modern
mempunyai cerita yang berbeda akan lahirnya suatu konstitusi karena dipengaruhi
oleh konstitusionalisme yang berbeda akibat perbedaan ruang dan waktu. Pada
zaman abad pertengahan misalnya, arah gerak konstitusionalismenya mengalami
pergeseran kearah feodalisme yang disana para tuan tanah lah yang
berkuasa.Keadaan itulah yang melahirkan suatu keyakinan jika setiap orang harus
mengabdi pada salah satu tuan tanah dan raja yang terdapat disana yang semestinya
mendapat tempat untuk memegang kekuasaan tertinggi sedikit demi sedikit
kehilangan kekuasaan.
Menurut William G. Andrews, tiga Konsensus yang menjamin prinsip dasar
tegaknya konstitusionalisme pada jaman modern ini adalah sebagai berikut:
1. The general goals of society or general acceptance of the same philosophy of
government—kesepakatan tentang tujuan atau cita-cita bersama.
2. The basis of government—kesepakatan tentang the rule of law sebagai landasan
pemerintahan atau penyelenggaraan negara.
3. The form of institutions and procedures—kesepakatan tentang bentuk institusi-
institusi dan prosedur-prosedur ketatanegaraan.
Dalam konteks Indonesia, Soedjatmoko, salah seorang anggota Dewan
Konstituante mengemukakan, bahwa ciri-ciri dasar negara konstitusional adalah
sebagai berikut:
“Fungsi daripada konstitusi di dalam masyarakat itu ialah, tentunya
menentukan batas-batas daripada kekuasaan politik terhadap kebebasan anggota
masyarakat itu, akan tetapi di samping itu juga hal lain yang ini saya tegaskan,
fungsinya konstitusi di dalam suatu masyarakat yang bebas itu ialah untuk
menentukan prosedur serta alat-alatnya untuk menyalurkan dan menyesuaikan
pertentangan politik serta pertentangan kepentingan yang terdapat di dalam tubuh
masyarakat.”
Sementara Jimly Ashiddiqie menguraikan, bahwa konsensus yang menjaga
tegaknya konstitusionalisme Indonesia adalah lima prinsip dasar Pancasila, yang
berfungsi sebagai landasan filosofis-ideologis dalam mencapai dan mewujudkan
empat tujuan negara. Kelima prinsip dasar tersebut adalah:
(1) ke-Tuhanan Yang Maha Esa; (2) Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab; (3)
Persatuan Indonesia; (4) Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan Perwakilan; dan (5) Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia. Sedangkan keempat tujuan negara yang musti dicapai meliputi: (1)
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesai; (2) meningkatkan
kesejahteraan umum; (3) mencerdaskan kehidupan bangsa; dan (4) ikut
melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
kedilan sosial.Berangkat dari konsensus yang berfungsi sebagai landasan filosofis-
ideologis itulah selanjutnya disusun konstitusi Indonesia, yang materi muatannya
merupakan cerminan dari paham konstitusionalisme yang dianut Indonesia.
Sesungguhnya konstitusionalisme adalah suatu paham yang sudah sangat tua,
yang hadir sebelum lahirnya gagasan tentang konstitusi. Terbutkti
konstitusionalisme sudah menjadi anutan semenjak pemerintahan polis—negara
kota jaman Yunani Kuno, masa Romawi Kuno, dan sejarah kekhalifahan Islam,
sebagaimana terungkap dalam Piagam Madinah. Sederhananya konstitusionalisme
dihadirkan dengan tujuan untuk menjaga berjalannya pemerintahan secara tertib. Hal
ini seperti diutarakan Walton H. Hamilton, bahwa constitutionalism is the name
given to the trust which men respose in the power of words engrossed on parchment
to keep a government in order.
C. KONSTITUSI INDONESIA
1. Pengantar
Dalam, proses reformasi hukum dewasa ini berbagai kajian ilmiah tentang
UUD 1945, banyak yang melontarkan ide untuk melakukan amandemen terhadap
UUD 1945. Memang amandemen tidak dimaksudkan untuk mengganti sama sekali
UUD 1945, akan tetapi merupakan prosedur penyempurnaan terhadap UUD 1945
tanpa harus langsung mengubah UUD-nya sendiri,amandemen lebih merupakan
perlengkapan dan rincian yang dijadikan lampiran otentik bagi UUD tersebut
(Mahfud, 1999:64). Suatu hal yang sangat mendasar bagi pentingnya amandemen
UUD 1945 adalah tidak adanya sistem kekuasaan dengan “ checks and balance
“terutama terhadap kekuasaan eksekutif.Amandemen dilakukan oleh bangsa
Indonesiasejak tahun 1999 dan amandemen terakhir dilakukan pada tahun 2002 dan
disahkan pada tanggal 10 Agustus 2002. UUD 1945 hasil amandemen 2002
dirumuskan dengan melibatkan sebanyak-banyaknya partisipasi rajyat dalam
mengambil keputusan politik, sehingga diharapkan struktur kelembagaan negara
yang lebih demokratis ini akan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
2. Hukum Dasar Tertulis
Hukum Dasar Tertulis Negara Indonesia yaitu Undang-Undang Dasar 1945.
UUD itu rumusannya tertulis dan tidak berubah.Adapun pendapat L.C.S wade dalam
bukunya contution law,UUD menurut sifat dan fungsinya adalah suatu naskah yang
memafarkan kerangk dan tugas-tugas pokok dari badan-badan pemerintshsn suatu
Negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja badan-badan tersebut jadi UUD itu
mengatur mekanisme dan dasar dari setiap sistem pemerintahan.
UUD juga dapat dipandang sebagai lembaga/sekumpulan asas yang
menetapkan bagaimana kekuasaan tersebut bagi mereka memandang suatu Negara
dari sudut kekuasaan dan menganggapnya sebagai suatu organisasi
kekuasaan.Adapun hal tersebut di bagi menjadi tiga badan legislatif,eksekutif dan
yudikatif.
UUD menentukan cara-cara bagaimana pusat-pusat kekuasaan ini
bekerjasama dan menyesuaikan diri satu sama lain.UUD merekam hubungan-
hubungan kekuasaan dalam satu Negara.Dalam penjelasan UUD 1945 disebutkan
bahwa UUD 1945 bersifat singkat dan supel,UUD 1945 hanya memilik 37
pasal,adapun pasal-pasal lain hanya memuat aturan peralihan dan aturan tambahan
yang mengandung makna:
1. Telah cukup jikalau UUD hanya memuat aturan-aturan pokok,hanya memuat
grafis besar intruksi kepada pemerintahpusat dan semua penyelenggara Negara
untuk menyelenggarakan kehidupan Negara dan kesejahteraan social.
2. Sifatnya harus supel (elastic)dimaksudkan bahwa kita harus senantiasa ingat
bahwa masyarakat ini harus terus berkembangdan dinamis seiring perubahaan
zaman .Oleh karena itu,makin supel sifatnya aturan itu makin baik.jadi kita harus
menjaga agar sistem dalam UUD itu jangan ketinggalan zaman.Menurut
dadmowahyono ,seluruh kegiatan Negara dapat dikelompokan menjadi dua macam
penyelenggara kehidupan Negara kesejahteraan social.

2.1 Sifat-sifat UUD


1. Oleh karena sifatnya maka rumusannya merupakan suatu hokum positif yang
mengikat pemerintah sebagai penyelenggara Negara maupun mengikat bagi warga
Negara.
2. UUD 1945 itu bersifat supel dan singkat karena UUD 1945 memuat aturan-aturan
pokok yang setiap kali harus di kembangkan sesuai dengan perkembangan zaman
dan memuat ham.
3. Memuat norma-norma/aturan-aturan/ketentuan-ketentuan yang dapat dan harus
dilaksanakan secara kontituional.
4. UUD 1945 dalam tertib hukum Indonesia merupakan peraturan hukum positif
yang tertinggi,disamping itu sebagai alat kontrol terhadap norma-norma hukum
positif yang lebih rendah dalam hirarki tertib hukum Indonesia.

3. Hukum Dasar Tidak Tertulis (Convensi)


Convensi adalah hukumdasar yang tak tertulis yaitu aturan-aturan dasar yang
timbul dan terperihara dalam [raktek penyelenggaraan Negara meskipun sifatnya
tidak tertulis.
Sifat-sifat:
v Merupakan kebiasaan yang berulang kali dan terpelihara dalampraktek
penyelenggaraan Negara.
v Tak bertentangan dengan UUD dan berjalan sejajar
v Diterima oleh seluruh rakyat/masyarakat
v Bersifat sebagai pelengkap sehingga memungkinkan bahwa

convensi bias menjadi aturan-aturan dasar yang tidak tercantum dalam UUD
1945. Syarat-syarat konvensi adalah :
1. Diakui dan dipergunakan berulang-ulang dalam praktik penyelenggaraan negara.
2. Tidak bertentangan dengan UUD 1945.
3. Memperhatikan pelaksanaan UUD 1945

Contoh :
* Pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah mufakat.menurut pasal 37
ayat(1) dan (4) UUD 1945 segala keputusan MPR diambil berdasarkan suara
terbanyak tetapi sistem ini kurang jiwa kekeluargaan sebagai kepribadian
bangsa.oleh karena itu,dalam praktek-praktek penyelenggaraan Negara selalu di
usahakan untuk mengambil keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat dan
ternyata hamper selalu berhasil.pungutan suara baru ditempuh jika usaha
musyawarah untuk mufakat sudah tak dapat dilaksanakan.
* Praktek-praktek penyelenggaraan Negara yang sudah menjadi hukum dasar tidak
tertulis antara lain:
a. Pidato kenegaraan presiden RI setiap 16 Agustus di dalam sidang DPR
b. Pidato presiden yang di ucapkan sebagai keterangan pemerintah tentang rencana
anggaran pendapatan belanja (RAPB)Negara pada minggu 1, pada bulan januari tiap
tahunnya.

Jika convensi ingin di jadikan rumusan yang bersifat tertulis maka yang
berwenang adalah MPR dan rumusannya bukan lah merupakan suatu hukum dasar
melainkan tertuang dalam ketetapan MPR dan tidak secara otomatis setingkat
dengan UUD melainkan sebagai suatu ketetapan MPR.
4. Pengertian Konstitusi
Kata “Konstitusi” berarti “pembentukan”, berasal dari kata kerja yaitu
“constituer” (Perancis) atau membentuk. Yang dibentuk adalah negara, dengan
demikian konstitusi mengandung makna awal (permulaan) dari segala peraturan
perundang-undangan tentang negara. Belanda menggunakan istilah “Grondwet”
yaitu berarti suatu undang-undang yang menjadi dasar (grond) dari segala hukum.
Indonesia menggunakan istilah Grondwet menjadi Undang-undang Dasar. Menurut
Brian Thompson, secara sederhana pertanya¬an: what is a constitution dapat
dijawab bahwa “…a consti¬tution is a document which contains the rules for the the
operation of an organization” Organisasi dimaksud bera¬gam bentuk dan
kompleksitas struktur¬nya. Negara sebagai salah satu bentuk organisasi, pada
umumnya selalu memiliki naskah yang disebut sebagai konstitusi atau Undang-
Undang Dasar.
Konstitusi pada umumnya bersifat kondifaksi yaitu sebuah dokumen yang
berisian aturan-aturan untuk menjalankan suatu organisasi pemerintahan negara,
namun dalam pengertian ini, konstitusi harus diartikan dalam artian tidak semuanya
berupa dokumen tertulis (formal). Namun menurut para ahli ilmu hukum maupun
ilmu politik konstitusi harus diterjemahkan termasuk kesepakatan politik, negara,
kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan dan distibusi maupun alokasi.
Konstitusi memuat aturan-aturan pokok (fundamental) yang menopang berdirinya
suatu negara. Terdapat dua jenis kontitusi, yaitu konstitusi tertulis (Written
Constitution) dan konstitusi tidak tertulis (Unwritten Constitution). Ini diartikan
seperti halnya “Hukum Tertulis” (geschreven Recht) yang termuat dalam undang-
undang dan “Hukum Tidak Tertulis” (ongeschreven recht) yang berdasar adat
kebiasaan.

4.1 Tujuan Konstitusi


Ø Membatasi kekuasaan penguasa agar tidak bertindak sewenang-wenang,
maksudnya tanpa membatasi kekuasaan penguasa, konstitusi tidak akan berjalan
dengan baik dan bisa saja kekuasaan penguasa akan merajalela Dan bisa merugikan
rakyat banyak.
Ø Melindungi Hak Asasi Manusia (HAM), maksudnya setiap penguasa berhak
menghormati HAM orang lain dan hak memperoleh perlindungan hukum dalam hal
melaksanakan haknya.
Ø Pedoman penyelengaraan Negara, maksudnya tanpa adanya pedoman konstitusi
negara kita tidak akan berdiri dengan kokoh.
Ø Untuk membebaskan kekuasaan dari control mutlak para penguasa, serta
menetapkan bagi penguasa tersebut batasan kekuasaan.

4.2 Klasifikasi Konstitusi


a. Konstitusi tertulis dan konstitusi tidak tertulis (written constitution and unwritten
constitution)
b. Konstitusi fleksibel dan konstitusi rigid (flexible and rigid constitution).
Konstitusi fleksibelitas merupakan konstitusi yang memiliki ciri-ciri pokok:
- Sifat elastis, artinya dapat disesuaikan dengan mudah .
- Dinyatakan dan dilakukan perubahan adalah mudah seperti mengubah undang-
undang.
c. Konstitusi derajat tinggi dan konstitusi derajat tidak derajat tinggi
(Supreme and not supreme constitution). Konstitusi derajat tinggi, konstitusi
yang mempunyai kedudukan tertinggi dalam negara (tingkatan peraturan
perundang-undangan). Konstitusi tidak derajat tinggi adalah konstitusi yang tidak
mempunyai kedudukan seperti yang pertama.
d. Konstitusi Negara Serikat dan Negara Kesatuan (Federal and Unitary
Constitution) Bentuk negara akan sangat menentukan konstitusi negara yang
bersangkutan. Dalam suatu negara serikat terdapat pembagian kekuasaan antara
pemerintah federal (Pusat) dengan negara-negara bagian. Hal itu diatur di dalam
konstitusinya. Pembagian kekuasaan seperti itu tidak diatur dalam konstitusi negara
kesatuan, karena pada dasarnya semua kekuasaan berada di tangan pemerintah pusat.
e. Konstitusi Pemerintahan Presidensial dan pemerintahan Parlementer (President
Executive and Parliamentary Executive Constitution). Dalam sistem pemerintahan
presidensial (strong) terdapat ciri-ciri antara lain:
1. Presiden memiliki kekuasaan nominal sebagai kepala negara, tetapi juga memiliki
kedudukan sebagai Kepala Pemerintahan.
2. Presiden dipilih langsung oleh rakyat atau dewan pemilih.
3. Presiden tidak termasuk pemegang kekuasaan legislatif dan tidak dapat
memerintahkan pemilihan umum.

4.3 Nilai – Nilai Konstitusi


1. Nilai Normatif adalah suatu konstitusi yang resmi diterima oleh suatu bangsa dan
bagi mereka konstitusi itu tidak hanya berlaku dalam arti hukum (legal), tetapi juga
nyata berlaku dalam masyarakat dalam arti berlaku efektif dan dilaksanakan secara
murni dan konsekuen.
2. Nilai Nominal adalah suatu konstitusi yang menurut hokum berlaku, tetrapi tidak
sempurna. Ketidak sempurnaan itu disebabkan pasal-pasal tertentu tidak berlaku
atau tidak seluruh pasal-pasal yang terdapat dalam UUD itu berlaku bagi seluruh
wilayah negara.
3. Nilai Semantik adalah suatu konstitusi yang berlaku hanya untuk kepentingan
penguasa saja. Dalam memobilisasi kekuasaan, penguasa menggunakan konstitusi
sebagai alat untuk melaksanakan kekuasaan politik.

4.4 Syarat terjadinya konstitusi yaitu :


1. Bersifat adil agar suatu bentuk pemerintahan dapat dijalankan secara demokrasi
dengan memperhatikan kepentingan rakyat.
2. Melindungi asas demokrasi.
3. Menciptakan kedaulatan tertinggi yang berada ditangan rakyat untuk
melaksanakan dasar Negara.
4. Menentukan suatu hukum.

4.5 Sifat-Sifat Konstistusi :


1. Fleksibel / Luwes
Apabila konstitusi / undang undang dasar memungkinkan untuk
berubahsesuai dengan perkembangan zaman di suatu negara.
2. Rigid / Kaku
Apabila konstitusi / undang undang dasar jika sulit untuk diubah karena
biasanya konstitusi ini diambil dari tradisi-tradisi terdahulu seperti negarayang
berbentuk kerajaan.

4.6 Macam - Macam Konstitusi :


1. Konstitusi Tertulis (dokumentary constiutution / written constitution) adalah
aturan-aturan pokok dasar negara, bangunan negara dan tata Negara. Konstitusi
Tidak tertulis (nondokumentary constitution) adalah aturan-aturan pokok dasar
negara, bangunan negara dan tata negara.
2. Konstitusi Fleksibel (Luwes) adalah konstitusi yang dapat diubah melalui proses
yang sama dengan undang-undang. Konstitusi Kaku (Kaku / Tegas) adalah suatu
konstitusi dimana perubahannya dilakukan melalui suatu cara-cara atau proses
khusus.

4.7 Ciri-ciri Konstitusi Fleksibel :


a. Sifat elastis, artinya dapat disesuaikan dengan mudah.
b. Dinyatakan dan dilakukan perubahan adalah mudah seperti mengubah Undang-
Undang

4.8 Ciri-ciri Konstitusi Kaku :


a. Memiliki tingkat dan derajat yang lebih tinggi dari undang-undang
b. Hanya dapat diubah dengan tata cara khusus/istimewa

3. Konstitusi Derajat Tinggi adalah konstitusi yang mempunyai derajat kedudukan


yang paling tinggi dalam Negara dan berada diatas peraturan perundang-undang
yang lain. Konstitusi tidak derajat tinggi (Supreme and not supreme constitution)
adalah konstitusi yang tidak mempunyai kedudukan serta derajat.
4. Konstitusi Serikat (Federal constitution) adalah system pembagian kekuasaan
antara pemerintah Negara serikat dengan pemerintah Negara bagian. Konstitusi
Kesatuan (Unitary constitution) yaitu pembagian kekuasaan yang tidak dijumpai
karena seluruh kekuasaannya terpusat pada pemerintah pusat sebagaimana diatur
dalam konstitusi.
5. Konstitusi Sistem Pemerintahan Presidensial adalah system pemerintahan dimana
badan eksekutif dan legislatif memiliki kedudukan yang independen. Konstitusi
Sistem Pemerintahan Parlementer adalah sebuah sistem pemerintahan di mana
parlemen memiliki peranan penting di dalam pemerintahan.

4.9 Hubungan Antara Negara Dan Konstitusi Di Indonesia


Dasar negara Republik Indonesia adalah Pancasila yang merupakan norm
tertinggi. Sebagai dasar negara, Pancasila dapat disebut norma dasar, norma
pertama, norma fundamental negara, atau pokok kaidah negara yang fundamental
dan cita hukum yang menjadi sumber pembentukan konstitusi. Konstitusi yang
merupakan norma hukum di bawah dasar negara bersumber dan berdasar pada dasar
negara ini, meliputi hukum dasar tertulis, yaitu undangundang dasar, serta hukum
dasar tidak tertulis, yaitu konvensi. Penjelasan atau penjabaran (perwujudan) dasar
negara ke dalam aturan hukum yang pertamatama dilakukan melalui konstitusi.
Hubungan dasar negara Pancasila dengan konstitusi UUD 1945 dapat dilihat pada
Pembukaan UUD 1945 dan Batang Tubuh UUD 1945. Pembukaan UUD 1945 yang
menunjukkan suasana kebatinan negara memuat asas kerohanian negara, asas politik
negara, asas tujuan negara, dan dasar hukum pada undangundang dengan pokok-
pokok pikiran sebagai berikut.
a. Pokok pikiran persatuan yang merupakan perwujudan dari sila ketiga Pancasila,
yaitu Persatuan Indonesia, memiliki pengertian bahwa Negara melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Jadi, negara mengatasi segala
paham golongan dan paham perseorangan. Dengan demikian, negara menghendaki
persatuan meliputi segenap bangsa Indonesia.
b. Pokok pikiran keadilan sosial yang merupakan perwujudan dari sila kelima
Pancasila, yaitu Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, memiliki pengertian
bahwa negara bertujuan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
dalam rangka mewujudkan negara yang merdeka, berdaulat, adil, dan makmur
dengan memajukan kesejahteraan umum.
c. Pokok pikiran kedaulatan rakyat yang merupakan perwujuan dari sila keempat
Pancasila, yaitu Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, memiliki pengertian Negara berkedaulatan rakyat
berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan/ perwakilan. Oleh karena itu,
negara memiliki sistem pemerintahan demokrasi Pancasila.
d. Pokok pikiran Ketuhanan Yang Maha Esa atas dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab yang merupakan perwujudan dari sila pertama Pancasila, yaitu Ketuhanan
Yang Maha Esa, serta sila kedua Pancasila, yaitu Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab, mengandung pengertian negara menjunjung tinggi semua agama dan
kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta mewajibkan pemerintah dan
penyelenggara negara untuk memilihara budi pekerti yang luhur dan teguh dalam
memegang cita-cita moral rakyat yang luhur.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Negara merupakan suatu organisasi di antara sekelompok atau beberapa
kelompok manusia yang secara bersama-sama mendiami suatu wilayah tertentu
dengan mengakui adanya suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan
keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang ada di wilayahnya.
Konstitusionalisme adalah sesuatu yang merupakan sebuah komponen
integral dari pemerintahan yang demokratik, oleh karena itu Negara yang demokratis
haruslah menerapkan dan menjalankan konstitusionalisme dalam jiwa bangsanya
sehingga pemerintahan yang demoratis dapat terwujud.
Hukum Dasar Tertulis Negara Indonesia yaitu Undang-Undang Dasar 1945.
UUD juga dapat dipandang sebagai lembaga/sekumpulan asas yang menetapkan
bagaimana kekuasaan tersebut bagi mereka memandang suatu Negara dari sudut
kekuasaan dan menganggapnya sebagai suatu organisasi kekuasaan.

SARAN
Dengan selesainya makalah ini kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang ikut andil dalam penulisan makalah ini. Tak lupa kami
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu saran dan kritik yang membangun selalu kami tunggu dan kami perhatikan.
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan,Achmad zubaidi.2012.Pendidikan Kewarganegaraan.Yogyakarta:paradigma


http://wisnupendem.blogspot.com/2014/06/makalah-negara-dan-konstitusi.html
http://apriyani13.blogspot.com/2013/05/makalah-kalimat-efektif.html
http://rinastkip.wordpress.com/2012/12/24/makalah-pkn-negara-dan-konstitusi/
http://rendy-ivaniar.blogspot.com/2013/04/nilai-penting-sebuah-
konstitusionalisme.html
http://ipenhi.blogspot.com/2013/03/konstitusionalisme-indonesia-1.html
http://populerkan.blogspot.com/2010/11/konstitusi-hukum-dasar-tertulis-dan.html
http://luthfi428.blogspot.com/2012/11/artikel-konstitusi.html

Anda mungkin juga menyukai