MANAJEMEN
PENDEKATAN SISTEM
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat bagi Allah SWT yang telah
memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan
kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Makalah iniberjudul Pendekatan Sistem yangmerupakan tugas mata
kuliah Teori Sistem di program studi Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu
Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta.
Dalam penyusunan dan penulisan makalah ini, penulis telah mendapat
banyak bantuan dari berbagai pihak, baik bantuan yang berupa gagasan pemikiran
maupun bantuan dukungan moril.
Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-
kekurangan dalam penulisan makalahini, oleh karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan
karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Yudi Hasanudin
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Struktur masalah mempengaruhi cara pemecahan masalah. Masalah yang tidak terstruktur
harus dipecahkan oleh manajer, tetapi masalah yang terstruktur dapat dipecahkan oleh
komputer. Manajer dan komputer dapat bekerja sama untuk memcahkan masalah semi-
terstruktur.
Seperti halnya model sistem umum perusahaan cocok pada semua jenis organisasi,
pendekatan sistem memberi landasan yang kokoh untuk membangun system pemecahan
masalah berbasis komputer.
BAB II
PENDEKATAN SISTEM
Suatu pendekatan sistematis untuk pemecahan masalah telah dibuat, dan disebut
pendekatan sistem. Pendekatan sistem terdiri dari tiga jenis usaha-persiapan, definisi, dan
solusi. Dalam mempersiapkan pemecahan masalah, manajer memandang perusahaan
sebagai suatu system memahami lingkungan perusahaan, dan mengideintifikasi
subsistem-subsistem dalam perusahaan.
Dengan kenyataan itu, kita mendefinisikan masalah sebagai suatu kondisi yang
memiliki potensi untuk menimbulkan kerugian atau menghasilkan keuntungan luar biasa.
Jadi pemecahan masalah berarti tindakan memberi respons terhadap masalah untuk
menekan akibat buruknya atau memanfaatkan peluang keuntungannya.
Beberapa elemen harus ada agar seorang manajer berhasil dalam memecahkan
masalah. Tentu saja harus ada satu masalah dan seorang pemecah masalah (manajer).
Elemen-elemen lain kurang menyodok; tetapi jika salah satu elemen tidak ada hasil
akhirnya mungkin akan buruk. Semua elemen tersebut digambarkan dalam gambar 7.1.
Perbedaan antara keadaan saat ini dan keadaan yang diharapkan menggambarkan
kriteri solusi (solusi criterion) atau apa yang diperlukan untuk mengubah keadaan saat ini
menjadi keadaan yang diharapkan. Contohnya, jika standar menetapkan sedikitnya 125
jaket ski terjual sehari, dan rata-rata penjualan adalah 75 jaket, solusi masalah ini adalah
meningkatkan penjualan sedikitnya 50 jaket. Kelima puluh jaket ini adalah kriteria solusi.
Seorang manajer menghadapi tugas yang sama saat dihadapkan pada suatu gejala
seperti laba yang rendah. Sesuatu menyebabkan laba yang rendah. Masalah tersebut
adalah penyebab laba yang rendah. Sebenarnya ada baiknya untuk berpikir bahwa
masalah adalah penyebab dari suatu persoalan atau penyebab dari suatu peluang.
2.4 Struktur masalah
Seorang manajer mungkin memahami bahan sebagian persoalan lebih baik
daripada yang lain. Masalah mengenai berapa banyak persediaan yang harus dipesan
untuk pengisian kembali adalah suatu contoh permasalahan yang mungkin sangat
dipahami oleh seorang manajer. Kenyataannya, seperti terlihat pada bab.6, suatu model
matematika seperti formula EOQ memberikan pemecahan permasalahan itu.
Permasalahan seperti itu disebut masalah terstruktur karena terdiri dari elemen-elemen
dan hubungan antar elemen yang semuanya dipahami oleh pemecah masalah.
Penghitungan atas masalah tak terstruktur sangat sulit, jika tidak mustahil.
Contoh tentang masalah tak terstruktur adalah masalah personel yang ada pada
suatu departemen, yang pegawai-pegawainya tidak dapat bekerja sebagai satu tim karena
perbedaan perilaku. Pertentangan antar pegawai terjadi karena perbedaan kepribadian,
budaya, tujuan, dan lain-lain. Manajer bisnis biasanya kurang diperlengkapi untuk
mendefinisikan permasalahan seperti itu secara terstruktur.
Kerangka kerja Dewey dibiarkan tidur bertahun-tahun, tetapi selama akhir tahun
1960-an dan awal 1970-an, perhatian pada pemecahan masalah sistematis mencapai
puncak yang baru. Para pembuat komputer, management scientist, dan spesialis informasi
semua mencari cara untuk menggunakan komputer dalam memecahkan masalah manajer.
Kerangka kerja yang dianjurkan untuk penggunaan komputer dikenal sebagai pendekatan
sistem—serangkaian langkah pemecahan masalah yang memastikan bahwa masalah itu
pertama-tama dipahami, solusi alternatif dipertimbangkan dan solusi yang dipilih bekerja.
Anda harus melihat perusahaan anda sebagai suatu sistem. Hal ini dapat di
capai dengan menggunakan model sistem umum perusahaan yang telah di uraikan
dalam bab 6.anda harus mampu untuk melihat bagaimana perusahaan anda sesuai
dengan model.
Manajer juga dapat menggunakan arus sumber daya sebagai dasar membagi
perusahaan menjadi subsistem-subsistem. Bentuk fungsional dari organisasi menerapkan
hal ini hingga pada tingkat tertentu. Fungsi keuangan mengkhususkan diri dari pada arus
uang, dan fungsi sumber daya manusia mengkhsususkan diri pada arus personalia.
Sebagian prusahan manufaktur telah menambah satu fungsi manajemen material
tersendiri untuk menengani arus material yang melalui fungsi manufaktur dan pemasaran.
Tetapi, bahkan dalam perusahaan- perusahaan ini, manajer harus melihat melampui
struktur fungsional agar dapat mengisolasi semua arus.
3.2 Upaya Defenisi
Gbr 7.5
Terdefenisi menjadi sejumlah spesifikasi dari suatu sistem yang baru dan
direvisi. Manejer dan analis menggunakan kombinasi metode pengumpulan informasi
untuk memahami masalah. Hasilnya didokumentasikan dengan menggunakan alat-alat
yang di jelaskan dalam lampiran.
Perlu memahami bahwa sistem dapat berada pada tingkat manapun juga.
Tidak perlu memahami dari tingkat perusahaan sebagai suatu sistem. Analisis
dapat diarahkan pada subsistem manapun dalam perusahaan. Selanjutnya,
manajer menganalisis sistem menurut subsiste-subsistemnya. Apakah itu
terintegrasimenjadi suatu unit yang berfungsi lancar? Apakah semua subsistem
bekerja untuk mencapai tujuan sistem?. Tujuan analisis tpo=down ini adalah
untuk mengidentifikasi tingkat sistem dimana peyebabnya berada.
a). Standar harus sah (valid). Yaitu, standar harus merupakan suatu ukuran yang baik dari
kinerja sistem. Misalnya, volume penjualan yang tinggi merupakan bukan standar
yang sah jika tujuannya adalah mencapai suatu tingkat profitbilitas.
b). Standar harus realitis. Kenaikan 20% penjualan tidak realistis jika sebelumnya tidak
pernah tercapai dan tidak ada dasar untuk optimasme tersebut.
c). Standar harus dimengerti oleh mereka yang diharapkan untuk mencapainya.
d). Akhirnya, standar harus terukur, jika standarnya adalah “Laba maksimum”. Manajer
tidak pernah tahu apakah standar telah tercapai.”Membuat laba sebesar 10% dari
penjualan adalah contoh standar yang tidak meragukan.
Suatu penilaian kritis dilakukan atas manaejen sistem dan strktur organisasi.
Apaka tim manajemen yang ada sesuai kebutuhan dalam hal kuantitas dan kualitas?
Apakah terdapat cukup manajer dan apakah mereka memiliki keahlian dan kemampuan
yang tepat? Sinyal-sinyal yang menunjukan bahwa hal ini merupakan masalaha adalah:
Mungkin terdapat tim manajemen yang baik, tetapi tim tersebut tidak
mendapatkan informasi yang diperlukannya.jika ini kasusnya, kebutuhan itu harus
diidentifikasi dan suatu sistem informasi yang memadai harus dirancang dan ditetapkan.
Anda mungkin bertanya, “Bukanlah pengolah informasi yang diburuk menunjukan
menejemen yang buruk? Mungkin manajer tidak punya waktu dicurahkan bagi pengolah
informasinya. Mungkin hal-hal berjalan demikian baik sehingga pengolah informasi terus
disisihkan di belakang. Ini merupakan situasi yang lebih sehat dari pada manejemen yang
buruk. Masalah tidak memadainya pengolah informasi lebih mudah dipecahkan dari pada
masalah manajemen yang buruk.
Bila tingkat analsis sistem ini tercapai, sistem konseptual tidak lagi
merupakan persoalan, dan permsalahan ada pada sistem fisik = Analisis dilakukan baik
dari sumber daya fisik dalam elemen input merupakan sumber daya yang mengalir
melalui elemen tersebut dan lingkingan. Misalnya, apakah perusahaan dok penerimaan
perusahaan memiliki cukup pegawai, dan apakah material yang dipesan dan pemasok
memecahkan transformasi.
3.8 Elemen Enam-Mengevaluasi Proses Transformasi
Gambar 7.7
Baiklah kita berhenti sejenak dan menelan apa yanng telah kita capai dengan
usaha defenisi. Setelah kita mengadopsi suatu sistem cara berpikir , sesuatu telah memicu
proses pemecahan masalah. Kita mendefenisikan masalah mulai dari tingkat sistem dan
terus ke bawah. Pada tiap tingkat, kita mempelajari elemen-elemen sistem itu menurut
urutan tertentu. Gambar 7.7 menunjukan proses ini. Dalam contoh ini, analisis di mula
dari tingkat perusahaan dan bergerak dari suatu satu elemen sistem elemen yang lain.
Inilah pendekatan yang akan dia ambil oleh direktur perusahaan. Jika perlu, analisis turun
ke tingkat sistem selanjutnya yang lebih rendah. Tingkat tersebut di analisis, elemen demi
elemen, dana elemen masalah pada tingkat itu didefenisikan. Jika perlu analisis turun lagi
ke tingkat sistem yang lebih rendah.
Tidak perlu menganalisis ketujuh elemen pada tiap tingkat. Segera setelah
elemen masalah teridentifikasi, perhatian difokuskan pada elemen itu dengan
mempelajarinnya pada tingkat sistem yang lebih rendah. Misalnya, anggaplah direktur
menemukan kenyataan bahwa perusahaan tidak mencapai kuota penjualan tiap bulan.
Karena itu ouput perusahaan tidak mencapai standar. Elemen sistem selanjutnya, yaitu
manajemen, di pelajari dan ternyata kurang mampu. Pada titik ini perlu melanjutkan
analisis pada tingkat perushaan, prioritas pada tiap tingkat, mempelajari lebih dahulu
elemen-elemen yang paling penting.
Elemen masalah dalam hal ini, manajemen harus mengerti segera setelah
teridentifikasi hakikat kekurang-mampuanmmanajemen harus di telusuri. Mungkin
direktur menemukan bahwa tingginya pergantian (turnover) menejer di divisi pemasaran
menghambat perusahaan mencapai standarnya.
Salah satu tugas paling penting yang dihadapi manajer adalah defenisi masalah. Setelah
ini tercapai masalah yang didapatkan.
Jika semua elemen-elemen tersebut ada dan manajer memahaminya, solusi atas
permasalahan tersebut dimungkinkan.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan