Anda di halaman 1dari 22

PENGGUNAAN MEDIA BANTU

PENAMPANG JANGKA SORONG DALAM


MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA
KELAS VII A SMP NEGERI 10 PROBOLINGGO

Oleh:

LILIS INDAYANI, S.Pd


NIP. 132145486

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO


DINAS PENDIDIKAN
SMP NEGERI 10 PROBOLINGGO
Tahun 2007

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Dalam Permendiknas nomor 22 th 2006 (Standar Isi) disebutkan
bahwa Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di
SMP/MTs merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai
oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di
setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada
pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah,
dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru.

SKL IPA SMP/MTs no. 1 “Melakukan pengamatan dengan peralatan


yang sesuai, melaksanakan percobaan sesuai prosedur, mencatat hasil
pengamatan dan pengukuran dalam tabel dan grafik yang sesuai, membuat
kesimpulan dan mengkomunikasikannya secara lisan dan tertulis sesuai
dengan bukti yang diperoleh” (Permendiknas nomor 23 Th 2006 - Standar
Kompetensi Lulusan)
Fisika sebagai bagian dari IPA atau Sains yang pada hakekatnya
merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh berdasarkan fakta, hasil
pemikiran para ahli dan hasil-hasil eksperimen yang dilakukan para ahli.
Perkembangan sains ditunjukkan oleh produk ilmiah berupa fakta, teori,
konsep dan generalisasi. Seiring dengan itu berkembang juga metode ilmiah
dan sikap ilmiah. Metode dan sikap ilmiah tersebut meliputi : (1)
mengembangkan dan menggunakan ketrampilan proses untuk memperoleh
konsep-konsep fisika ; (2) melatih siswa menggunakan metode ilmiah dalam
memecahkan masalah yang dihadapinya ; (3) memupuk daya kreasi dan
kemampuan bernalar ; (4) menunjang mata pelajaran IPA lain (Biologi) dan
mata pelajaran lainnya serta membantu siswa memahami gagasan atau
informasi baru dalam teknologi (Depdikbud, 1993 : 1)
Banyak cara untuk menyampaikan materi pelajaran sains yang telah
dikembangkan oleh pakar perancang pembelajaran. Pengajaran langsung
(direct instruction) merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran fisika khususnya materi pelajaran
yang mempunyai karakteristik pengetahuan prosedural dan pengetahuan
deklaratif. Sehingga dengan model pengajaran langsung diharapkan
pemahaman pengetahuan prosedural dan deklaratif siswa dapat meningkat.
Pengajaran langsung didasarkan pada prinsip-prinsip belajar perilaku
dan teori belajar sosial. Pengajaran langsung dirancang khusus untuk
menunjang proses belajar yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan
pengetahuan prosedural yang telah terstruktur dengan baik. Model pengajaran
langsung ini dapat diajarkan dengan pola kegiatan selangkah demi selangkah
(Arends, 1997).

Pada materi IPA kelas VII semester 1 siswa mempelajari materi IPA
dengan Standar Kompetensi 1. Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajari
benda-benda alam dengan menggunakan peralatan. Kompetensi Dasar 1.3
Melakukan pengukuran dasar secara teliti dengan menggunakan alat ukur
yang sesuai dan sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Pada KD 1.3 Melakukan pengukuran dasar secara teliti dengan


menggunakan alat ukur yang sesuai dan sering digunakan dalam kehidupan
sehari-hari siswa mempelajari cara menggunakan dan membaca hasil
pengukuran beberapa jenis alat ukur yang mempunyai karakteristik
pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif. Sehingga pembelajaran
pada materi Pengukuran ini cocok menggunakan model pengajaran langsung.
Pada materi Pengukuran siswa diajarkan cara mengukur besaran
Panjang, Massa, dan Waktu. Pada pengukuran besaran panjang, siswa
diajarkan cara menggunakan alat ukur antara lain penggaris, jangka sorong
dan mikrometer. Untuk pengukuran besaran massa siswa diajarkan cara
menggunakan Neraca Ohaus. Sedangkan pengukuran besaran waktu siswa
diajarkan cara menggunakan stop watch.
Banyaknya alat ukur yang digunakan pada kegiatan, dan banyaknya
alat yang belum siswa kenal, menyebabkan dibutuhkannya waktu yang cukup
banyak untuk membahas materi tersebut. Permasalahan yang dihadapi
ternyata tidak hanya itu, karena jumlah alat yang dimiliki sekolah juga
mempengaruhi berapa lama waktu yang diperlukan untuk membahas materi
dan kedalaman materi yang dapat/mampu diserap oleh siswa.
Untuk membantu siswa dalam proses transfer pengetahuan yang baru
mereka kenal seperti pengenalan alat ukur, kebutuhan adanya alat ukur yang
digunakan mutlak diperlukan. Namun keterbatasan jumlah alat yang dimiliki
sekolah, seharusnya tidak mempengaruhi semangat guru dalam kegiatan
belajar mengajar.
Dengan keterbatasan kondisi peralatan laboratorium sekolah, guru
dituntut untuk lebih kreatif. Guru harus dapat berinovasi dalam kegiatan
belajar mengajar dengan memanfaatkan dan memaksimalkan potensi yang
dimiliki sekolah.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti memilih materi Pengukuran (KD
1.3) khususnya tentang jangka sorong untuk kegiatan penelitian. Pemilihan ini
didasarkan pada banyaknya pengetahuan deklaratif dan pengetahuan
prosedural dalam materi tersebut. Penulis bermaksud mengadakan penelitian
tentang PENGGUNAAN MEDIA BANTU PENAMPANG JANGKA
SORONG DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA
KELAS VII A SMP NEGERI 10 PROBOLINGGO

2. Perumusan Masalah
Beberapa masalah yang terdapat di sekolah tempat penelitian
dilaksanakan, yang terindentifikasi adalah :
Pertama, Nilai Ujian Tengah semester yang dicapai siswa khususnya pada
pembacaan alat ukur jangka sorong rendah.
Kedua, Siswa tidak dapat atau tidak terampil menggunakan dan membaca
hasil pengukuran jangka sorong untuk kegiatan pengamatan atau percobaan
dengan baik.
Ketiga, Jumlah alat ukur yang dimiliki laboratorium sekolah terutama jangka
sorong terbatas (ada 2).
Keempat, Waktu yang diperlukan untuk membahas materi Pengukuran dalam
Silabus dan RPP kurang atau tidak sebanding dengan jumlah alat ukur yang
dimiliki sekolah,
Dalam penelitian ini peneliti membatasi pada cakupan yang
memungkinkan dilaksanakan. Adapun keterbatasan yang dimaksud adalah :
1) Penelitian dilakukan pada materi Pengukuran dan di khususkan pada
penggunaan dan cara membaca hasil pengukuran Jangka sorong.
2) Sasaran penelitian terbatas pada siswa kelas VII-A di SMP Negeri 10
Probolinggo.

3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang diidentifikasi di atas, penelitian ini
bertujuan agar :
1) Nilai Ujian siswa khususnya pada pembacaan alat ukur jangka sorong
menjadi lebih baik.
2) Siswa dapat atau terampil menggunakan dan membaca hasil pengukuran

jangka sorong untuk kegiatan pengamatan atau percobaan dengan baik.

3) Jumlah alat ukur yang dimiliki laboratorium sekolah terutama jangka

sorong bias ditambah.

4) Waktu yang diperlukan untuk membahas materi Pengukuran dalam

Silabus dan RPP ditambah.

B. PEMBAHASAN

1. Kajian Teori
Fisika adalah bagian dari IPA atau Sains yang pada hakekatnya
merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh berdasarkan fakta, hasil
pemikiran para ahli dan hasil-hasil eksperimen yang dilakukan para ahli.
Perkembangan sains ditunjukkan oleh produk ilmiah berupa fakta, teori,
konsep dan generalisasi.
Fungsi pembelajaran fisika di SMP juga mencakup komponen-
komponen produk ilmiah, metode ilmiah dan sikap ilmiah. Metode dan sikap
ilmiah tersebut meliputi : (1) mengembangkan dan menggunakan ketrampilan
proses untuk memperoleh konsep-konsep fisika ; (2) melatih siswa
menggunakan metode ilmiah dalam memecahkan masalah yang dihadapinya ;
(3) memupuk daya kreasi dan kemampuan bernalar ; (4) menunjang mata
pelajaran IPA lain (Biologi) dan mata pelajaran lainnya serta membantu siswa
memahami gagasan atau informasi baru dalam teknologi (Depdikbud, 1993 :
1).
Agar tercapai tujuan/fungsi pembelajaran fisika (IPA) sebagaimana
tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 dan 23
tersebut, banyak cara yang bisa digunakan dalam kegiatan belajar mengajar.
Untuk menyampaikan materi pelajaran telah dikembangkan berbagai model
pembelajaran oleh pakar perancang pembelajaran. Berbagai model
pembelajaran yang telah dikembangkan dan banyak digunakan antara lain :
model pembelajaran kooperative (cooperative learning), model pengajaran
langsung (direct instruction), dan model pengajaran berdasarkan masalah
(problem based instruction).
Pengajaran langsung (direct instruction) merupakan salah satu model
pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran fisika
khususnya materi pelajaran yang mempunyai karakteristik pengetahuan
prosedural dan pengetahuan deklaratif. Dengan model pengajaran langsung
diharapkan pemahaman pengetahuan prosedural dan deklaratif siswa dapat
meningkat. Pengajaran langsung adalah pembelajaran yang dirancang khusus
untuk membimbing siswa belajar pengetahuan prosedural dan pengetahuan
deklaratif yang diajarkan langkah demi langkah (Arends, 1997).
Pengajaran langsung didasarkan pada prinsip-prinsip belajar perilaku
dan teori belajar sosial yang dikembangkan oleh Albert Bandura. Menurut
Bandura, ada empat fase belajar dari model, yaitu fase perhatian (attentional
phase), fase retensi (retention phase), fase reproduksi (reproduction phase)
dan fase motivasi (motivasi phase).
Pengajaran langsung dirancang khusus untuk menunjang proses
belajar yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan
prosedural yang telah terstruktur dengan baik. Model pengajaran langsung ini
dapat diajarkan dengan pola kegiatan selangkah demi selangkah (Arends,
1997).
Ada lima fase atau langkah penting dalam pengajaran langsung. Lima
fase model pengajaran langsung itu diikhtisarkan sebagaimana tabel berikut :

Tabel Sintaks Model Pengajaran Langsung


Fase Perilaku Guru

Fase 1: Menyampaikan tujuan Guru mengkomunikasikan garis besar


dan memotifvasi siswa tujuan pelajaran tersebut, member
informasi latar belakang, dan
menjelaskan mengapa pelajaran itu
penting. Mempersiapkan siswa untuk
belajar.
Fase 2: Mempresentasikan
pengetahuan atau Guru mempresentasikan pengetahuan
mendemonstrasikan tersebut dengan benar atau
ketrampilan. mendemonstrasikan ketrampilan
langkah demi langkah.
Fase 3: Memberi latihan
terbimbing Guru memberi dan membimbing
latihan awal.
Fase 4: Mengecek pemahaman
dan member umpan Guru mengecek untuk mencari tahu
balik. apakah siswa melakukan tugas dengan
benar dan memberi umpan balik.

Fase 5: Memberi latihan Guru mempersiapkan kondisi untuk


lanjutan dan transfer. latihan lanjutan dengan memusatkan
perhatian pada transfer ketrampilan
tersebut ke situasi-situasi lebih
kompleks.

2. Proses Pembelajaran Inovasi


Pada kegiatan pembelajaran awal (sebelum dilakukan inovasi
pembelajaran) siswa telah mengikuti proses pembelajaran sebagaimana telah
dituliskan dalam RPP. Namun tidak semua kelompok menerima alat secara
lengkap, karena keterbatasan peralatan laboratorium yang dimiliki oleh
sekolah.
Ketersedian alat yang dimiliki laboratorium IPA SMP Negeri 10
Probolinggo untuk kegiatan pembelajaran KD 1.3 (materi pengukuran)
terbatas dalam hal jumlah, sebagaimana terlihat dari data pada tabel berikut :
Tabel Ketersediaan alat Laboratorium IPA untuk KD 1.3
No Nama Alat Laboratorium Jumlah Kondisi Alat
1 Jangka sorong 2 Baik
2 Mikrometer skrup 1 Rusak
3 Neraca Ohaus 3 lengan 5 Baik
4 Neraca Ohaus 4 lengan 5 Baik
5 Stop watch 6 baik

Dengan kondisi peralatan yang terbatas maka siswa dibagi dalam lima
kelompok, dimana masing-masing kelompok berjumlah delapan siswa. Pada
pembahasan Neraca Ohauss dan Stop watch tidak terlalu bermasalah karena
jumlah peralatan masih mencukupi untuk setiap kelompok. Namun pada
pembahasan alat ukur panjang yaitu pada materi jangka sorong dan
micrometer skrup tidak dapat dilakukan kegiatan sesuai dengan RPP karena
keterbatasan peralatan yang ada. Pada materi jangka sorong siswa dilatih
secara bergantian dan bergiliran secara berkelompok.
Karena hanya dua jangka sorong yang ada maka pembelajaran untuk
materi jangka sorong kurang maksimal. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai
yang diperoleh siswa kelas VII A untuk materi jangka sorong pada Ulangan
Tengah Semester hanya 37,5.
Dengan keterbatasan peralatan itu maka perlu dilakukan inovasi dalam
kegiatan pembelajaran jangka sorong, sehingga semua siswa dapat melakukan
kegiatan secara bersama. Sebagai pengganti jangka sorong yang digunakan
siswa dalam pembelajaran dibuatlah media bantu Penampang Jangka sorong.
Penampang Jangka sorong dapat dibuat menggunakan plastic
transparan untuk presentasi guru di depan kelas. Dan juga dapat dibuat dengan
menggunakan kertas sebagaimana gambar terlampir yang dapat dipakai siswa
untuk belajar membaca hasil pengukuran menggunakan jangka sorong.
Penampang Jangka Sorong dibuat untuk mempermudah pemahaman
siswa dalam mempelajari cara menggunakan Jangka Sorong terutama cara
membaca hasil pengukuran. Untuk membuat dan menggunakan Penampang
Jangka Sorong diperlukan peralatan sebagai berikut :
1. Plastik Transparan
2. Spidol
3. OHP
Dalam membuat Penampang Jangka Sorong, pada plastik transparan
digambar Penampang Jangka Sorong yang terdiri dari dua macam skala, yaitu
skala utama dan skala nonius yang dibuat pada plastik transparan atau kertas
yang berbeda, agar dapat digerakkan atau dipindahkan sesuai dengan
keinginan kita.
Untuk menggunakan Penampang Jangka Sorong diperlukan OHP dan
Layar, Cara menggunakannya :
 Letakkan Skala Utama Penampang Jangka Sorong pada OHP
 Letakkan skala Nonius diatas skala utama.
 Geser skala nonius sesuai dengan pengukuran yang dilakukan
 Hasil pengukuran diperoleh dengan menggabungkan penunjukkan skala
utama dengan skala nonius.
Dengan menggunakan media bantu penampang jangka sorong, akan
mempermudah bagi guru dalam mempresentasikan pada siswa bagaimana
cara pembacaan skala jangka sorong dengan lebih jelas, dan sekaligus untuk
seluruh siswa di kelas. Jika tidak menggunakan media bantu penampang
jangka sorong maka guru akan kesulitan menjelaskan kepada seluruh kelas
secara langsung dan bersama karena alat ukur jangka sorong yang berukuran
kecil.
Setelah siswa belajar membaca skala jangka sorong menggunakan
media bantu, siswa secara bergantian dapat menerapkan lansung
menggunakan alat ukur yang sebenarnya

3. Proses Penilaian
Setelah melakukan presentasi cara membaca skala jangka sorong
menggunakan media bantu, dan siswa telah mencoba menerapkan lansung
menggunakan alat ukur yang sebenarnya, untuk melihat hasil yang dicapai
siswa dalam belajar maka siswa mengerjakan soal – soal berikut :

TULISLAH HASIL PENGUKURAN PANJANG MENGGUNAKAN


JANGKA SORONG BERDASARKAN GAMBAR BERIKUT !

3 4
1 Hasil pembacaan panjang benda
yang diukur adalah…….. … cm.

0 5 10

0 1
2 Hasil pembacaan panjang benda
yang diukur adalah…….. … cm.

0 5 10

3 Hasil pembacaan panjang benda


6 7 yang diukur adalah…….. … cm.

0 5 10

1 2
4 Hasil pembacaan panjang benda
yang diukur adalah…….. … cm.

0 5 10

2 3

0
5 Hasil pembacaan panjang benda
yang diukur adalah…….. … cm.

4. Laporan Hasil Akhir Pembelajaran

Dengan menggunakan format penilaian diatas maka diperoleh hasil


penilaian sebagaimana data berikut :
Tabel Hasil Penilaian Siswa Kelas VII A

NILAI SISWA
NO NAMA
SEBELUM SESUDAH

1 ALVIN WAHYU ANGGRIANTO 80 80

2 ANGGUN ALIFIA UMMA 20 100

3 ARI SUBAKTI 80 80

4 BAYU ANDIKA CAHYO 20 80

5 CANDRA BINTARA YUDI 80 80

6 DESI RATNA LISTYA 10 66

7 DIMAS ADRI WICAKSONO 80 72

8 DIMAS ANGGA AFRIANTO 80 80

9 DWI CAHYO NUGROHO 20 96

10 DWI MEGA APRILIA 20 68

11 DWI YULIAN 0 78

12 EGA SUKMA PRATAMA 10 76

13 ERIKA YULIANTI 80 68

14 HENDRIATI PERTIWI 80 66

15 INDRA YULIANTOKO PUTRA 80 80

16 INTAN 80 60

17 IQBAL RAMADHAN 80 76

18 JEFRY ASISTIA 80 72
19 KURNIA ANGGI PRADANAN P 20 80

20 LAKSAMANA CAESAR P 20 80

21 LINA PURNAMA SARI 20 86

22 LUKMAN RASIDI 10 80

23 MAHAPUTRI ADE PRADANI N 10 80

24 MAYTRIKE RISKY WIDYA A 20 92

25 MEGA FAJARWATI 20 84

26 MUHAMMAD JAELANI 80 80

27 NINE DESSY HOSPITA WATIE 20 76

28 NUGROHO TRI MULYONO 80 80

29 NURAINI HUSNIYAH 20 80

30 NURLAILA 10 96

31 NURUL HUDA 20 96

32 REZITA EFRILLA DEBBI S 10 80

33 RISQI ARIF HADI PUTRA 0 96

34 ROFITA AYU NINGRUM 10 100

35 ROY SETYO NUGROHO 20 96

36 SISKA WULANDARI 80 42

37 SITI FATIMAH 20 80

38 SITI IRA AGUSTININGSIH 10 96

39 TITIS HARUMMANING ATI 0 76

40 YUDHI TRI LAKSONO 20 72

RATA-RATA 37,5 80,15


C. PENUTUP

Kesimpulan
Berdarkan Uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa :
1) Nilai Ujian/test siswa khususnya pada pembacaan alat ukur jangka sorong
dapat meningkat.
2) Siswa dapat atau terampil menggunakan dan membaca hasil pengukuran
jangka sorong untuk kegiatan pengamatan atau percobaan dengan baik.
3) Jumlah alat ukur yang dimiliki laboratorium sekolah terutama jangka
sorong harus ditambah, agar pembelajaran siswa lebih lancer dan
mencapai hasil yang lebih maksimal.
4) Waktu yang diperlukan untuk membahas materi Pengukuran dalam

Silabus dan RPP ditambah, agar penguasaan siswa terhadap masing-

masing alat ukur dapat menjadi lebih baik.

5) Keterbatasan alat yang dimiliki sekolah seharusnya tidak menghalangi

siswa dalam kegiatan belajar, tapi menuntut kreatifitas guru dalam

berinovasi dalam proses pembelajaran.


DAFTAR RUJUKAN

Mohammad Nur, Prof. Dr., Guru yang Berhasil dan Model Pengajaran Langsung,
Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah
Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Timur, 2005

Mohammad Nur, Prof. Dr., Pembelajaran Kooperatif, Departemen Pendidikan


Nasional, Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Lembaga Penjamin Mutu
Pendidikan (LPMP) Jawa Timur, 2005

Tri Waluyo, M.Pd. Drs., Teori-Teori Belajar, Departemen Pendidikan Nasional,


Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Timur, 2006

Ali Saukah,M.A., Ph.D., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, IKIP Malang, 1993

Wartono, Materi Pelatihan Terintegrasi Mata Pelajaran Sains, Departemen


Pendidikan Nasional, Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat
Pendidikan Lanjutan Pertama, 2004
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22, Standar Isi, 2006

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23, Standar Kompetensi Lulusan,


2006

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


( RPP )

Sekolah : SMP Negeri 10 Probolinggo


Kelas / Semester : VII (tujuh) / Semester 1
Mata Pelajaran : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
Standar Kompetensi : 1. Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajari benda-
benda alam dengan menggunakan peralatan.
Kompetensi Dasar : 1.3 Melakukan pengukuran dasar secara teliti dengan
menggunakan alat ukur yang sesuai dan sering
digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Indikator : 1. Mengukur besaran fisika secara baik dan benar
dengan menggunakan alat ukur
2. Memperhatikan dan menerapkan keselamatan kerja
dalam pengukuran.
Tujuan Pembelajaran : Peserta didik dapat:
1. Mengetahui cara menentukan besaran panjang suatu
benda dengan menggunakan mistar, jangka sorong
dan mikrometer sekrup.
2. Mengetahui cara menentukan besaran massa suatu
benda dengan menggunakan neraca Ohaus dan neraca
elektronik.
3. Mengetahui cara menentukan besaran waktu dengan
menggunakan stopwatch.
4. Mengetahui cara menentukan volume benda padat
yang bentuknya teratur dan tidak teratur.
Materi Pembelajaran : Pengukuran
Metode Pembelajaran : Model:
- Direct Instruction (DI)
- Cooperative Learning
Metode:
- Diskusi kelompok
- Eksperimen
Waktu : 4 X 40’

Langkah-langkah Kegiatan
PERTEMUAN PERTAMA

a. Kegiatan Pendahuluan
Motivasi dan apersepsi
- Bagaimana cara mengukur volume sebuah batu atau benda yang bentuknya
tak beraturan?
- Bagaimana mendapatkan hasil pengukuran yang tepat?
Prasyarat pengetahuan
- Apakah Satuan Internasional (SI) dari besaran panjang, massa dan waktu?
- Bagaimana mengkonversi satuan dari hasil pengukuran ke dalam Satuan
Internasional (SI) ?
Pra eksperimen
- Berhati-hatilah menggunakan peralatan yang digunakan dalam pengukuran.
b. Kegiatan Inti
. Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok.
. Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk mengambil mistar, jangka
sorong dan mikro-meter sekrup.
. Guru mempresentasikan bagian-bagian mistar, jangka sorong dan
mikrometer sekrup dan menunjukkannya kepada peserta didik.
. Guru meminta salah satu peserta didik untuk melakukan hal yang sama
seperti yang ditunjukkan oleh guru, jika ada kesalahan langsung diberi
umpan balik.
. Guru mendemonstrasikan langkah-langkah penggunaan alat ukur,
pengukuran suatu objek, cara membaca skala, menentukan nilai dan
membandingkan tingkat ketelitian dari hasil pengukuran dengan
menggunakan mistar, jangka sorong dan mikrometer sekrup.
. Guru juga melakukan hal yang sama terhadap alat ukur neraca Ohaus, neraca
elektronik dan stopwatch.
. Peserta didik mengerjakan lembar kerja yang sudah disiapkan oleh guru.
. Guru memeriksa kegiatan pengukuran yang dilakukan peserta didik apakah
sudah dilakukan dengan benar atau belum. Jika masih ada peserta didik atau
kelompok yang belum dapat melakukannya dengan benar, guru dapat
langsung memberikan bimbingan.

c. Kegiatan Penutup
. Guru memberikan penghargaan pada kelompok dengan kinerja baik.
. Peserta didik (dibimbing oleh guru) merangkum kegiatan yang telah
dilaksanakan.
. Uji kompetensi lisan:
- Sebutkan bagian-bagian dari jangka sorong, mikrometer sekrup dan
neraca Ohaus.
- Sebutkan tingkat ketelitian dari hasil pengukuran dengan menggunakan
mistar, jangka sorong dan mikrometer sekrup.

PERTEMUAN KEDUA

a. Kegiatan Pendahuluan
. Motivasi dan apersepsi
- Bagaimana mengukur volume dari benda berbentuk teratur dan benda
tidak teratur?
- Bagaimana cara menggunakan alat-alat di laboratorium dengan aman?
. Prasyarat pengetahuan
- Bagaimana rumus untuk menghitung volume bangun ruang?
- Bagaimana cara mengetahui volume benda yang berbentuk tidak teratur?
- Alat-alat apa sajakah yang ada di laboratorium?
. Pra eksperimen
- Berhati-hatilah menggunakan peralatan yang di gunakan dalam
pengukuran!

b. Kegiatan Inti
. Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok.
. Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk mengambil jangka sorong,
gelas ukur, tiga buah benda yang bentuknya tidak teratur dan beberapa balok
yang terbuat dari kayu, aluminium dan besi.
. Peserta didik dalam setiap kelompok mengukur panjang (p), lebar (l) dan
tinggi (t) dari bebe-rapa balok dengan menggunakan jangka sorong.
. Peserta didik dalam kelompok menghitung volume balok yang telah diukur
dengan menggunakan rumus V = p  l  t .
. Guru mendemonstrasikan langkah-langkah untuk menghitung volume zat
cair dengan menggunakan gelas ukur.
. Guru mendemonstrasikan langkah-langkah untuk menghitung volume balok
secara langsung dan beberapa benda tidak teratur berdasarkan selisih volume
cair pada gelas ukur.
. Guru meminta seorang peserta didik untuk melakukan hal yang sama seperti
telah ditun-jukkan oleh guru; jika ada kesalahan langsung diberi umpan balik.
. Peserta didik mengerjakan lembar kerja yang sudah disiapkan oleh guru.
. Guru memeriksa kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh peserta didik
apakah sudah dilakukan dengan benar atau belum. Jika masih ada peserta
didik atau kelompok yang belum dapat melakukannya dengan benar, guru
dapat langsung memberikan bimbingan.
. Guru mempresentasikan alat-alat laboratorium yang lain beserta fungsinya
dan menunjuk-kannya kepada peserta didik.
c. Kegiatan Penutup
. Guru memberi penghargaan pada kelompok dengan kinerja baik.
. Peserta didik (dibimbing oleh guru) berdiskusi untuk membuat rangkuman.
. Guru memberikan tugas rumah berupa latihan soal.

Sumber Belajar
a. Buku IPA Terpadu Jl.1A (Esis) halaman 43-66
b. Buku kerja
c. Alat-alat ukur

Penilaian Hasil Belajar


a. Teknik Penilaian:
- Tes unjuk kerja
- Tes tertulis
b. Bentuk Instrumen:
- Uji petik kerja produk
- Uraian
c. Contoh Instrumen:
- Instrumen eksperimen
Menentukan volume benda padat yang bentuknya tidak teratur dengan
menggunakan gelas ukur.
Benda Volume air Volume benda + Volume benda
air
Benda 1
Benda 2
Benda 3

- Contoh tes uraian


1. Panjang sebuah benda diukur dengan menggunakan jangka sorong
seperti pada gambar di bawah ini.
3 4 Hasil pembacaan panjang benda
yang diukur adalah…….. … cm.

0 5 10

2. Perhatikan gambar berikut ini!


50 mL 50 mL
Massa gelas ukur kosong (gb. 1) 40 40
adalah 40 gram, massa zat cair
30 30
dan gelas ukur (gb. 2) adalah 176
gram. Berdasarkan data pada 20 20
gambar di atas hitunglah : (tulis 10 10
lengkap dengan caranya)
a. Massa zat cair = Gb.2
…………………………..gram Gb.1
b. Volume zat cair =
……………………………cm3
PENAMPANG JANGKA SORONG

Anda mungkin juga menyukai