Oleh:
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam Permendiknas nomor 22 th 2006 (Standar Isi) disebutkan
bahwa Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di
SMP/MTs merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai
oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di
setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada
pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah,
dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru.
Pada materi IPA kelas VII semester 1 siswa mempelajari materi IPA
dengan Standar Kompetensi 1. Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajari
benda-benda alam dengan menggunakan peralatan. Kompetensi Dasar 1.3
Melakukan pengukuran dasar secara teliti dengan menggunakan alat ukur
yang sesuai dan sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Perumusan Masalah
Beberapa masalah yang terdapat di sekolah tempat penelitian
dilaksanakan, yang terindentifikasi adalah :
Pertama, Nilai Ujian Tengah semester yang dicapai siswa khususnya pada
pembacaan alat ukur jangka sorong rendah.
Kedua, Siswa tidak dapat atau tidak terampil menggunakan dan membaca
hasil pengukuran jangka sorong untuk kegiatan pengamatan atau percobaan
dengan baik.
Ketiga, Jumlah alat ukur yang dimiliki laboratorium sekolah terutama jangka
sorong terbatas (ada 2).
Keempat, Waktu yang diperlukan untuk membahas materi Pengukuran dalam
Silabus dan RPP kurang atau tidak sebanding dengan jumlah alat ukur yang
dimiliki sekolah,
Dalam penelitian ini peneliti membatasi pada cakupan yang
memungkinkan dilaksanakan. Adapun keterbatasan yang dimaksud adalah :
1) Penelitian dilakukan pada materi Pengukuran dan di khususkan pada
penggunaan dan cara membaca hasil pengukuran Jangka sorong.
2) Sasaran penelitian terbatas pada siswa kelas VII-A di SMP Negeri 10
Probolinggo.
3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang diidentifikasi di atas, penelitian ini
bertujuan agar :
1) Nilai Ujian siswa khususnya pada pembacaan alat ukur jangka sorong
menjadi lebih baik.
2) Siswa dapat atau terampil menggunakan dan membaca hasil pengukuran
B. PEMBAHASAN
1. Kajian Teori
Fisika adalah bagian dari IPA atau Sains yang pada hakekatnya
merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh berdasarkan fakta, hasil
pemikiran para ahli dan hasil-hasil eksperimen yang dilakukan para ahli.
Perkembangan sains ditunjukkan oleh produk ilmiah berupa fakta, teori,
konsep dan generalisasi.
Fungsi pembelajaran fisika di SMP juga mencakup komponen-
komponen produk ilmiah, metode ilmiah dan sikap ilmiah. Metode dan sikap
ilmiah tersebut meliputi : (1) mengembangkan dan menggunakan ketrampilan
proses untuk memperoleh konsep-konsep fisika ; (2) melatih siswa
menggunakan metode ilmiah dalam memecahkan masalah yang dihadapinya ;
(3) memupuk daya kreasi dan kemampuan bernalar ; (4) menunjang mata
pelajaran IPA lain (Biologi) dan mata pelajaran lainnya serta membantu siswa
memahami gagasan atau informasi baru dalam teknologi (Depdikbud, 1993 :
1).
Agar tercapai tujuan/fungsi pembelajaran fisika (IPA) sebagaimana
tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 dan 23
tersebut, banyak cara yang bisa digunakan dalam kegiatan belajar mengajar.
Untuk menyampaikan materi pelajaran telah dikembangkan berbagai model
pembelajaran oleh pakar perancang pembelajaran. Berbagai model
pembelajaran yang telah dikembangkan dan banyak digunakan antara lain :
model pembelajaran kooperative (cooperative learning), model pengajaran
langsung (direct instruction), dan model pengajaran berdasarkan masalah
(problem based instruction).
Pengajaran langsung (direct instruction) merupakan salah satu model
pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran fisika
khususnya materi pelajaran yang mempunyai karakteristik pengetahuan
prosedural dan pengetahuan deklaratif. Dengan model pengajaran langsung
diharapkan pemahaman pengetahuan prosedural dan deklaratif siswa dapat
meningkat. Pengajaran langsung adalah pembelajaran yang dirancang khusus
untuk membimbing siswa belajar pengetahuan prosedural dan pengetahuan
deklaratif yang diajarkan langkah demi langkah (Arends, 1997).
Pengajaran langsung didasarkan pada prinsip-prinsip belajar perilaku
dan teori belajar sosial yang dikembangkan oleh Albert Bandura. Menurut
Bandura, ada empat fase belajar dari model, yaitu fase perhatian (attentional
phase), fase retensi (retention phase), fase reproduksi (reproduction phase)
dan fase motivasi (motivasi phase).
Pengajaran langsung dirancang khusus untuk menunjang proses
belajar yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan
prosedural yang telah terstruktur dengan baik. Model pengajaran langsung ini
dapat diajarkan dengan pola kegiatan selangkah demi selangkah (Arends,
1997).
Ada lima fase atau langkah penting dalam pengajaran langsung. Lima
fase model pengajaran langsung itu diikhtisarkan sebagaimana tabel berikut :
Dengan kondisi peralatan yang terbatas maka siswa dibagi dalam lima
kelompok, dimana masing-masing kelompok berjumlah delapan siswa. Pada
pembahasan Neraca Ohauss dan Stop watch tidak terlalu bermasalah karena
jumlah peralatan masih mencukupi untuk setiap kelompok. Namun pada
pembahasan alat ukur panjang yaitu pada materi jangka sorong dan
micrometer skrup tidak dapat dilakukan kegiatan sesuai dengan RPP karena
keterbatasan peralatan yang ada. Pada materi jangka sorong siswa dilatih
secara bergantian dan bergiliran secara berkelompok.
Karena hanya dua jangka sorong yang ada maka pembelajaran untuk
materi jangka sorong kurang maksimal. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai
yang diperoleh siswa kelas VII A untuk materi jangka sorong pada Ulangan
Tengah Semester hanya 37,5.
Dengan keterbatasan peralatan itu maka perlu dilakukan inovasi dalam
kegiatan pembelajaran jangka sorong, sehingga semua siswa dapat melakukan
kegiatan secara bersama. Sebagai pengganti jangka sorong yang digunakan
siswa dalam pembelajaran dibuatlah media bantu Penampang Jangka sorong.
Penampang Jangka sorong dapat dibuat menggunakan plastic
transparan untuk presentasi guru di depan kelas. Dan juga dapat dibuat dengan
menggunakan kertas sebagaimana gambar terlampir yang dapat dipakai siswa
untuk belajar membaca hasil pengukuran menggunakan jangka sorong.
Penampang Jangka Sorong dibuat untuk mempermudah pemahaman
siswa dalam mempelajari cara menggunakan Jangka Sorong terutama cara
membaca hasil pengukuran. Untuk membuat dan menggunakan Penampang
Jangka Sorong diperlukan peralatan sebagai berikut :
1. Plastik Transparan
2. Spidol
3. OHP
Dalam membuat Penampang Jangka Sorong, pada plastik transparan
digambar Penampang Jangka Sorong yang terdiri dari dua macam skala, yaitu
skala utama dan skala nonius yang dibuat pada plastik transparan atau kertas
yang berbeda, agar dapat digerakkan atau dipindahkan sesuai dengan
keinginan kita.
Untuk menggunakan Penampang Jangka Sorong diperlukan OHP dan
Layar, Cara menggunakannya :
Letakkan Skala Utama Penampang Jangka Sorong pada OHP
Letakkan skala Nonius diatas skala utama.
Geser skala nonius sesuai dengan pengukuran yang dilakukan
Hasil pengukuran diperoleh dengan menggabungkan penunjukkan skala
utama dengan skala nonius.
Dengan menggunakan media bantu penampang jangka sorong, akan
mempermudah bagi guru dalam mempresentasikan pada siswa bagaimana
cara pembacaan skala jangka sorong dengan lebih jelas, dan sekaligus untuk
seluruh siswa di kelas. Jika tidak menggunakan media bantu penampang
jangka sorong maka guru akan kesulitan menjelaskan kepada seluruh kelas
secara langsung dan bersama karena alat ukur jangka sorong yang berukuran
kecil.
Setelah siswa belajar membaca skala jangka sorong menggunakan
media bantu, siswa secara bergantian dapat menerapkan lansung
menggunakan alat ukur yang sebenarnya
3. Proses Penilaian
Setelah melakukan presentasi cara membaca skala jangka sorong
menggunakan media bantu, dan siswa telah mencoba menerapkan lansung
menggunakan alat ukur yang sebenarnya, untuk melihat hasil yang dicapai
siswa dalam belajar maka siswa mengerjakan soal – soal berikut :
3 4
1 Hasil pembacaan panjang benda
yang diukur adalah…….. … cm.
0 5 10
0 1
2 Hasil pembacaan panjang benda
yang diukur adalah…….. … cm.
0 5 10
0 5 10
1 2
4 Hasil pembacaan panjang benda
yang diukur adalah…….. … cm.
0 5 10
2 3
0
5 Hasil pembacaan panjang benda
yang diukur adalah…….. … cm.
NILAI SISWA
NO NAMA
SEBELUM SESUDAH
3 ARI SUBAKTI 80 80
11 DWI YULIAN 0 78
13 ERIKA YULIANTI 80 68
14 HENDRIATI PERTIWI 80 66
16 INTAN 80 60
17 IQBAL RAMADHAN 80 76
18 JEFRY ASISTIA 80 72
19 KURNIA ANGGI PRADANAN P 20 80
20 LAKSAMANA CAESAR P 20 80
22 LUKMAN RASIDI 10 80
25 MEGA FAJARWATI 20 84
26 MUHAMMAD JAELANI 80 80
29 NURAINI HUSNIYAH 20 80
30 NURLAILA 10 96
31 NURUL HUDA 20 96
36 SISKA WULANDARI 80 42
37 SITI FATIMAH 20 80
Kesimpulan
Berdarkan Uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa :
1) Nilai Ujian/test siswa khususnya pada pembacaan alat ukur jangka sorong
dapat meningkat.
2) Siswa dapat atau terampil menggunakan dan membaca hasil pengukuran
jangka sorong untuk kegiatan pengamatan atau percobaan dengan baik.
3) Jumlah alat ukur yang dimiliki laboratorium sekolah terutama jangka
sorong harus ditambah, agar pembelajaran siswa lebih lancer dan
mencapai hasil yang lebih maksimal.
4) Waktu yang diperlukan untuk membahas materi Pengukuran dalam
Mohammad Nur, Prof. Dr., Guru yang Berhasil dan Model Pengajaran Langsung,
Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah
Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Timur, 2005
Ali Saukah,M.A., Ph.D., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, IKIP Malang, 1993
Langkah-langkah Kegiatan
PERTEMUAN PERTAMA
a. Kegiatan Pendahuluan
Motivasi dan apersepsi
- Bagaimana cara mengukur volume sebuah batu atau benda yang bentuknya
tak beraturan?
- Bagaimana mendapatkan hasil pengukuran yang tepat?
Prasyarat pengetahuan
- Apakah Satuan Internasional (SI) dari besaran panjang, massa dan waktu?
- Bagaimana mengkonversi satuan dari hasil pengukuran ke dalam Satuan
Internasional (SI) ?
Pra eksperimen
- Berhati-hatilah menggunakan peralatan yang digunakan dalam pengukuran.
b. Kegiatan Inti
. Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok.
. Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk mengambil mistar, jangka
sorong dan mikro-meter sekrup.
. Guru mempresentasikan bagian-bagian mistar, jangka sorong dan
mikrometer sekrup dan menunjukkannya kepada peserta didik.
. Guru meminta salah satu peserta didik untuk melakukan hal yang sama
seperti yang ditunjukkan oleh guru, jika ada kesalahan langsung diberi
umpan balik.
. Guru mendemonstrasikan langkah-langkah penggunaan alat ukur,
pengukuran suatu objek, cara membaca skala, menentukan nilai dan
membandingkan tingkat ketelitian dari hasil pengukuran dengan
menggunakan mistar, jangka sorong dan mikrometer sekrup.
. Guru juga melakukan hal yang sama terhadap alat ukur neraca Ohaus, neraca
elektronik dan stopwatch.
. Peserta didik mengerjakan lembar kerja yang sudah disiapkan oleh guru.
. Guru memeriksa kegiatan pengukuran yang dilakukan peserta didik apakah
sudah dilakukan dengan benar atau belum. Jika masih ada peserta didik atau
kelompok yang belum dapat melakukannya dengan benar, guru dapat
langsung memberikan bimbingan.
c. Kegiatan Penutup
. Guru memberikan penghargaan pada kelompok dengan kinerja baik.
. Peserta didik (dibimbing oleh guru) merangkum kegiatan yang telah
dilaksanakan.
. Uji kompetensi lisan:
- Sebutkan bagian-bagian dari jangka sorong, mikrometer sekrup dan
neraca Ohaus.
- Sebutkan tingkat ketelitian dari hasil pengukuran dengan menggunakan
mistar, jangka sorong dan mikrometer sekrup.
PERTEMUAN KEDUA
a. Kegiatan Pendahuluan
. Motivasi dan apersepsi
- Bagaimana mengukur volume dari benda berbentuk teratur dan benda
tidak teratur?
- Bagaimana cara menggunakan alat-alat di laboratorium dengan aman?
. Prasyarat pengetahuan
- Bagaimana rumus untuk menghitung volume bangun ruang?
- Bagaimana cara mengetahui volume benda yang berbentuk tidak teratur?
- Alat-alat apa sajakah yang ada di laboratorium?
. Pra eksperimen
- Berhati-hatilah menggunakan peralatan yang di gunakan dalam
pengukuran!
b. Kegiatan Inti
. Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok.
. Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk mengambil jangka sorong,
gelas ukur, tiga buah benda yang bentuknya tidak teratur dan beberapa balok
yang terbuat dari kayu, aluminium dan besi.
. Peserta didik dalam setiap kelompok mengukur panjang (p), lebar (l) dan
tinggi (t) dari bebe-rapa balok dengan menggunakan jangka sorong.
. Peserta didik dalam kelompok menghitung volume balok yang telah diukur
dengan menggunakan rumus V = p l t .
. Guru mendemonstrasikan langkah-langkah untuk menghitung volume zat
cair dengan menggunakan gelas ukur.
. Guru mendemonstrasikan langkah-langkah untuk menghitung volume balok
secara langsung dan beberapa benda tidak teratur berdasarkan selisih volume
cair pada gelas ukur.
. Guru meminta seorang peserta didik untuk melakukan hal yang sama seperti
telah ditun-jukkan oleh guru; jika ada kesalahan langsung diberi umpan balik.
. Peserta didik mengerjakan lembar kerja yang sudah disiapkan oleh guru.
. Guru memeriksa kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh peserta didik
apakah sudah dilakukan dengan benar atau belum. Jika masih ada peserta
didik atau kelompok yang belum dapat melakukannya dengan benar, guru
dapat langsung memberikan bimbingan.
. Guru mempresentasikan alat-alat laboratorium yang lain beserta fungsinya
dan menunjuk-kannya kepada peserta didik.
c. Kegiatan Penutup
. Guru memberi penghargaan pada kelompok dengan kinerja baik.
. Peserta didik (dibimbing oleh guru) berdiskusi untuk membuat rangkuman.
. Guru memberikan tugas rumah berupa latihan soal.
Sumber Belajar
a. Buku IPA Terpadu Jl.1A (Esis) halaman 43-66
b. Buku kerja
c. Alat-alat ukur
0 5 10