Hak Cipta Dilindungi Undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagaian atau isi
seluruh buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.
ISBN :
978-602-14134-0-1
Prosiding ini merupakan himpunan dari makalah-makalah para penulis yang tersajikan
dalam acara Seminar Nasional Quantum 2013. Seminar ini diselenggarakan dengan tujuan untuk
memberikan masukan untuk perbaikan sistem pendidikan di sekolah, khususnya dalam bidang
Fisika dan menjadi sarana promosi dalam rangka meningkatkan daya tarik Fisika di tengah-
Banyak nama yang turut andil selama pelaksanaan Seminar maupun proses pembuatan
prosiding ini, untuk itu kami segenap panitia penyelenggara mengucapkan rasa terimakasih yang
sebesar-besarnya untuk setiap bantuan yang telah disumbangkan. Kami sepenuhnya sadar
selama proses pelaksanaan seminar dari awal hingga rampung masih banyak kekurangan di
segala lini, kritik yang membangun selalu kami nantikan melalui surat maya di
quantum2013hmps[at]ymail.com.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, rasa syukur kami curahkan kepada Allah Tuhan
semesta alam, segala shalawat serta salam selalu tertujukan kepada Nabi Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa salam. Semoga prosiding ini selalu memberikan faidah di atas segala keterbatasannya.
Pendahuluan
Globalisasi dan modernisasi telah mengalir dan meresap ke seluruh ruang di muka
bumi. Seluruh sendi kehidupan tersentuh tanpa kecuali. Setiap orang, tua-muda, laki-
perempuan, di kota megapolitan maupun di pelosok dusun tanpa pandang bulu harus
menerima kehadirannya. Globalisasi dan modernisasi ditandai dan diakibatkan oleh
membanjirnya produk-produk teknologi. Produk-produk inilah yang memungkinkan dunia
menjadi satu.
Sekedar ilustrasi, sensasi eyang Subur dengan sekian istrinya, niatan DPRD DKI
menginterpelasi Gubernus Jokowi dan perseteruan Farhat Abbas dengan kelompok etnis
Cina langsung dapat diketahui oleh warga Indonesia yang tinggal di belahan utara bumi
Rusia atau di ujung Afrika Selatan. Dominique Venner aktivis sayap kanan Prancis yang
mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri di depan altar Katedral Notre Dame Paris Selasa 21
Mei 2013 sebagai bentuk protes atas disahkannya UU perkawinan sejenis di Prancis segera
diketahui masyarakat dunia. Skor dan pergantian pemain di setiap pertandingan liga Eropa
sana dapat disimak hampir setiap malam oleh tukang-tukang ojek sambil menunggu
penumpang di pangkalannya masing-masing.
Pola hidup pun takterelakkan mengalami perubahan drastis. Tradisi lama pelan tapi
pasti menghilang tergerus dan hanyut oleh arus modernisasi. Tradisi baru yang asing mulai
tumbuh di mana-mana. Sayangnya, tradisi baru yang muncul seringkali berupa berupa
sampah dan bukan substansi dari modernisasi. Indonesia yang mulanya dikenal sebagai
bangsa dengan karakter santun dan suka bergotong royong kini menjadi bangsa yang saling
telikung dan tikam sesama warganya.
Indonesia yang kaya sumber daya alam tetapi menjadi bangsa yang miskin. Keadaan
ini terekspresi dalam bentuk banyaknya warga Negara Indonesia yang hijrah keluar negeri
untuk mencari dan mendapat kerja kasar atau rendahan. Akibatya di luar negeri seperti Arab
Saudi, Malaysia bahkan Brunei yang kecil orang Indonesia dipandang sebagai warga kelas
dua. Di antara jutaan warga yang miskin dan terpaksa bertahan hidup di luar negeri ini
ternyata ada orang-orang di ibukota yang hidup dalam gelimang kemewahan dan sayangnya
kekayaan itu merupakan hasil jarahan atas kekayaan Negara. Selain itu, pembangunan yang
berlangsung di Indonesia ternyata juga diiringi kesenjangan antara kota dan desa, Jawa dan
luar Jawa yang tampak menyolok.
Karakter Bangsa
Karakter berasal dari bahasa Yunani kharakter yang berarti alat penanda, cap atau
stempel. Karakter adalah sekumpulan sifat dan keistimewaan seseorang, sesuatu atau
sekelompok orang. Meskipun bisa untuk sifat negatif tetapi umumnya karakter dikaitkan
dengan sifat dan kualitas moral positip seperti kejujuran, keberanian dan integritas. Singkat
kata, karakter adalah penanda seseorang atau masyarakat.
*) Seminar Nasional “Implementasi Fisika dalam Pendidikan Karakter dan Agama”, oleh HMPS
Pendidikan Fisika UAD, 2 Juni 2013
**) Doktor Fisika Teori, Pengajar Pascasarjana Fisika ITS Surabaya, Penulis buku Ayat-Ayat Semesta dan
Nalar Ayat-Ayat Semesta.
Saturnus
mars
bumi bulan
merkurius Jupiter
matahari
i. Hukum Pertama: setiap benda terus diam atau bergerak serbasama di dalam lintasan
garis lurus selama tidak ada sesuatu (gaya) yang mempengaruhinya.
ii. Hukum Kedua: Efek gaya pada gerak benda bermassa akan sebanding dengan massa
benda tersebut.
iii. Hukum Ketiga: setiap benda yang melakukan aksi (memberi gaya) kepada benda lain
akan mengalami reaksi yang sama besar dan arah berlawanan oleh benda kedua.
Ketiga hukum tersebut absah di semua lingkungan dan semua benda baik obyek-obyek di
Bumi maupun di langit. Semua gerak terjadi di dalam ruang dan diukur oleh waktu.
Dengan buku Principianya, Newton dikenal sebagai perumus dan pemberi pondasi
matematis tentang pandangan ruang, waktu dan materi. Ruang dan waktu tidak dipengaruhi
oleh kehadiran atau ketidakhadiran benda. Ruang dan waktu absolut dalam sifatnya sendiri
tanpa hubungan dengan sesuatu di luarnya, tetap sama, dan tidak bergerak. Waktu absolut
dari dirinya sendiri dan dari sifatnya, mengalir secara sama tanpa hubungan dengan sesuatu
di luar. Asumsi Newton tentang ruang dan waktu menjadi pondasi bagi teori jagad rayanya,
dan diterima melalui sejumlah besar prediksinya yang terkonfirmasi secara eksperimental.
Dari sekian sumbangan Newton, yang terbesar adalah pada bidang mekanika benda
langit yang mana ia menghasilkan sintesa pertama di dalam teori jagad raya: gaya yang sama
yang membuat sesuatu jatuh, yaitu gravitasi, bertanggung jawab bagi gerak Bulan di sekitar
Bumi dan planet-planet di sekitar matahari. Dua obyek yang dipisahkan oleh jarak tertentu
akan mengalami gaya tarik yang sebanding dengan perkalian masing-masing massa dan
berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya. Apel jatuh dari pohonnya dikendalikan oleh
gaya yang sama dengan gaya yang mengendalikan Bulan beredar mengitari Bumi, gaya
gravitasi.
Dari persamaan persamaan gravitasi dan persamaan dinamika Newton juga dapat
dijelaskan lintasan planet mengelilingi matahari berupa lintasan elip, bukan lingkaran
sebagaimana fisika Aristotelian. Teori Newton juga meneguhkan secara kuantitatif
matematis hasil eksperimen Galileo tentang kecepatan benda jatuh yang tidak bergantung
pada massa.
Teori Elektromagnetik. Obyek fisika yang diuraikan di depan adalah benda langit dan
obyek materi. Pada saat yang sama sebenarnya ada fenomena lain yang tidak kalah
menariknya yakni tentang listrik dan magnet. Fenomena listrik pertama kali diamati oleh
Thales dari Yunani pada abad ke 6 SM. Setelah itu, masalah listrik terlupakan dan baru
dipelajari kembali oleh William Gilbert dokter kerajaan Inggris ratu Elizabeth I pada tahun
1600. Bahan yang bersifat seperti batu ambar dikatakan bersifat electric, dari kata Yunani
electron yang berarti batu ambar.
Tahun 1733 ahli kimia Perancis Charles Francis de Cisternay Du Fay
mengidentifkasi dua jenis muatan listrik dari batu ambar dan kaca. Benjamin Franklin yang
kemudian menjadi presiden Amerika membuat eksperimen dan mengusulkan tanda positif
dan negatif untuk kedua macam muatan listrik pada gelas dan batu ambar. Tahun 1740 John
Theophile Desaguliers mengusulkan nama conductor bagi bahan penghantar fluida listrik
dan insulator bagi bahan yang tidak memungkinkan fluida listrik bergerak bebas. Tahun
1745 E. Gorg von Kleist dari Jerman membuat piranti yang saat ini disebut condenser atau
kapasitor.
Tahun 1785 fisikawan Perancis Charles Augustin de Coulomb melakukan
pengukuran kuantitatif gaya tolak maupun gaya tarik listrik. Coulomb mendapatkan bahwa
gaya listrik mirip gaya gravitasi yakni berbanding terbalik dengan jarak kuadrat antar muatan
dan sebanding dengan masing-masing besar muatan.
Penemuan muatan listrik bergerak dimulai oleh ahli anatomi Itali Luigi Galvani tahun
1791. Galvani mendapatkan bahwa otot-otot paha katak berperilaku seperti benda yang
Tahun 1820 fisikawan Denmark Hans Christian Oersted mengamati bahwa kawat
yang dialiri arus listrik membelokkan jarum kompas yang berada di dekat kawat. Artinya,
terdapat garis-garis gaya magnetik di sekitar kawat berarus listrik. Masih di tahun 1820an
Michael Faraday melakukan eksperimen berupa kertas yang ditaburi serbuk besi dan
diletakkan di atas batang magnet. Ia dapatkan bahwa serbuk besi segera berbaris sesuai
garis-garis dari kutub utara ke kutub selatan. Faraday menyatakan bahwa garis-garis ini
merupakan garis gaya magnetik yang membentuk medan magnet di sekitar bahan magnetik.
Sementara itu Andre Marie Ampere dari Perancis menindaklanjuti penemuan Oersted
dengan membuat eksperimen berupa dua kawat yang dialiri arus listrik. Ampere
mendapatkan bahwa bila dua kawat diletakkan dalam posisi arah arus sejajar kedua kawat
saling tarik atau mendekat dan bila arah arus berlawanan keduanya saling tolak atau
menjauh. Ampere juga memperlihatkan bahwa gulungan silindrik kawat yang dialiri arus
juga berkelakuan seperti magnet batangan.
Pada tahun 1831 Faraday membuat dua eksperimen berturut-turut. Pertama, dua
kawat yang digulungkan pada dua batang besi yang berbeda. Gulungan pertama
Bumi
Formulasi dari prinsip ekivalensi ini menghasilkan satu persamaan tensorial yang
dikenal sebagai persamaan medan Einstein dan memuat sepuluh persamaan
R adalah tensor Ricchi, R skalar kelengkungan, g tensor metrik yang menggambarkan
kelengkungan ruang waktu, dan T tensor yang memuat informasi kerapatan massa-energi
dan momentum. G adalah tetapan gravitasi Newton, sedangkan c adalah kecepatan cahaya.
Persamaan medan Einstein juga memberikan persamaan gerak bagi planet berupa
lintasan elips sebagaimana dijelaskan oleh teori gravitasi klasik, gravitasi Newton.
Penjelasan yang dapat dilakukan oleh teori Einstein tetapi tidak dapat dilakukan oleh teori
Newton adalah gerak presisi planet. Merkurius adalah planet paling dekat dengan Matahari
dan paling eksentrik sehingga efeknya paling mungkin diamati. Untuk gerak Merkurius di
sekitar Matahari, teori relativitas umum memberi pergeseran sumbu orbit elips =
43,03”/abad. Prediksi teoritis ini bersesuaian sangat baik dengan data pengamatan, dan tidak
dijelaskan oleh teori Newton..
o
Jika benda hitam dipanaskan maka radiasi akan terpancar keluar. Kerapatan energi
radiasi yang terpancar diukur untuk aneka panjang gelombang dan temperatur kemudian
diplot dalam grafik. Bentuk kurva cukup membingungkan dalam arti tidak dapat dijelaskan
dengan konsep yang ada, radiasi gelombang elektromagnetik. Teori gelombang
elektromagnetik dalam rongga memberikan kurva dengan nilai membesar pada panjang
gelombang pendek, yang tidak sesuai dengan hasil pengukuran. Nilai besar kerapatan energi
pada panjang gelombang pendek (ultraviolet, ultraungu) menurut teori lama ini dikenal
sebagai bencana ultraungu.
Selama lebih dari satu dasa warsa para hali fisika mencoba menjelaskan kurva radiasi
benda hitam, hasilnya nihil. Gagal! Akhirnya, pada tahun 1900 ahli fisika Jerman Max
Planck melakukan terobosan dengan keluar dari cara berfikir lama, gelombang sebagai
gelombang. Planck membuat hipotesis, gelombang radiasi di dalam rongga berlaku seperti
osilator harmonik dengan frekwensi diskrit f, 2f, 3f, ... dan seterusnya, tidak dapat bernilai
kontinyu atau di antaranya. Planck pun memperkenalkan tetapan baru h untuk membungkus
gelombangnya dalam paket energi hf, 2hf, 3hf, ...
Gelombang terpaket tersebut dan statistik klasik memberi penjelasan yang akurat
tentang kurva radiasi benda hitam. Meskipun berhasil menjelaskan kurva radiasi benda
hitam tetapi Planck masih meragukan gagasan atau hipotesisnya sendiri. Ia tidak puas karena
tidak sesuai dengan teori yang telah ada dan mapan. Akhirnya, tahun 1905 Einstein
meminjam gagasan Planck untuk menjelaskan fenomena lain yang juga tidak dapat
dijelaskan oleh mekanika klasik Newtonian maupun medan elektromagnetik Maxwell.
Fenomena tersebut adalah efek fotolistrik.
Elektron lepas dari permukaan logam setelah disinari cahaya tertentu dengan
intensitas lemah sekalipun. Sebaliknya, elektron tidak terpancar ketika disinari cahaya
tertentu lainnya meskipun intensitasnya sangat kuat. Ketika energi kinetik elektron terpancar
oleh beberapa macam cahaya yang memancarkan ternyata energi kinetik elektron berbeda
dan bergantung cahaya penumbuknya.
Sebagaimana Planck, ketika cahaya diperlakukan sebagai cahaya dan energi cahaya
digunakan untuk menggoyang elektron agar dapat lepas dari ikatan atom maka perlu waktu
dua pekan. Elektron dapat segera lepas jika cahaya diperlakukan sebagai partikel dengan
energi hf dan menumbuk elektron seperti tumbukan klasik.
Hasil eksperimen lain yang tidak dapat dijelaskan secara klasik, gelombang sebagai
gelombang, adalah hamburan foton oleh elektron. Foton terhambur mempunyai panjang
gelombang lebih besar atau energi lebih rendah. Perilaku kurva panjang gelombang terhadap
sudut hambur gagal dijelaskan dengan pendekatan gelombang sebagai gelombang.
Yang telah menciptakanmu lalu menyempurnakanmu dan menjadikanmu seimbang, (QS al-
Infithar 82:7)
Alam di sekeliling kita ternyata sering menampakkan diri dalam bentuknya yang
simetri. Perhatikan dengan seksama aneka bunga dan dedaunan di kebun dan taman-taman
bunga, juga serangga-serangga seperti semut, lebah dan kupu-kupu yang mengerumuninya.
Kita akan mendapatkan bahwa bentuk dan pola warna sangat serasi, dan simetri; karenanya
sangat mempesona. Kita pun lantas meniru pola simetri ini ke dalam barang-barang
keseharian ataupun barang hiasan rumah. Misalnya piring, gelas dan teko dibentuk serta
digores dengan lukisan yang simetri. Demikian juga gambar atau lukisan grafis dan ukiran
penghias ruang tamu kita. Bahkan baju atau busana muslim yang kita kenakan dihias dengan
motif-motif yang simetris.
Simetri tidak hanya terjadi pada benda tampak dan menarik serta memberi inspirasi
para seniman lukis atau seniman pahat dalam berkarya, melainkan juga mampu menyita
perhatian para ahli fisika, kimia dan matematik. Simetri juga terjadi pada tingkat molecular
dan kristal seperti air dan ammonia.
H C H
C C
C C
H C H
Kegagalan awal dari O. Klein dan W. Gordon mengawinkan teori kuantum dan teori
relativitas khusus di tahun 1926 memaksa ahli fisika Inggris Paul Andre Maurice Dirac
memperkenalkan teori yang sederhana, indah dan egaliter dua tahun kemudian. Sederhana
karena persamaan hanya muncul dalam bentuk diferensial orde pertama. Sedangkan egaliter
karena baik ruang maupun waktu muncul dalam orde yang sama yang diferensial orde
pertama tidak sebagaimana teori-teori terdahulu yang seringkali muncul dalam orde berbeda,
orde satu dan orde dua. Berangkat dari bentuk matematika teori kuantum relativistik yang
indah ini Dirac memprediksi keberadaan antipartikel sekaligus pasangan dari elektron. Bukti
eksperimental pasangan elektron pada 1932, empat tahun setelah prediksi teoritis melahirkan
wacana baru alam semesta yang berasal dari ketiadaan materi. Wacana ini berangkat dari
sifat elektron dan positron bila bertemu dapat saling melenyapkan dan menjadi foton
sebaliknya produksi pasangan elektron-positron dapat diperoleh dari foton.
foton
positron
Herman Weyl ahli fisika matematika tidak mau membuang teori grupnya yang gagal
diterapkan pada teori gravitasi karena faktor keindahannya. Lima puluh tahun kemudian
gagasan Weyl baru mendapatkan tempat di dalam teori elektrodinamika kuantum. Teori grup
adalah konsep matematika yang berangkat dari prinsip-prinsip simetri. Gagasan atau teori
grup mulanya dirumuskan oleh para ahli matematika di awal abad sembilan belas. Meskipun
demikian, teori ini baru mengalami perkembangan secara signifikan dan menemukan
realisasi setelah mendapat sentuhan para ahli fisika yang sedang membidani kelahiran teori
kuantum di paruh pertama abad dua puluh.
Keindahan yang di dalamya mengandung kesederhanaan, keselarasan dan daya terang
merupakan dasar utama untuk kebenaran ilmiah. Artinya, para ilmuwan juga melihat
keindahan suatu teori untuk menentukan kesahihan serta kecanggihan teori tersebut.
Keindahan mendapat tempat di dalam dunia ilmiah terlebih lagi di dalam fisika. Teori
relativitas khusus maupun teori relativitas umum dari Einstein dan teori interaksi lemah
Richard Philip Feynman dan Murray Gell-Man adalah contoh lain yang sangat indah dan
mampu menjelaskan fenomena alamiah secara mengagumkan. Molekul DNA yang
ditemukan biolog James Watson juga mengisyaratkan hal yang sama, keindahan.
Hal yang membuat simetri menarik bagi para fisikawan adalah adanya kuantitas kekal
(conserve) bagi sistem yang mempunyai simetri tertentu, sebagaimana telah dibuktikan oleh
fisikawati teoritis Emi Noether. Sebagai contoh, sistem yang simetri terhadap transformasi
translasi ruang yaitu suatu sistem yang digeser lurus sejauh jarak tertentu dari posisi awalnya
dan keadaan sebelum serta sesudah digeser tidak berubah maka momentum linier sistem
tersebut kekal. Sedangkan sistem yang invarian terhadap transformasi rotasi maka
momentum sudut sistem tersebut kekal, tidak berubah. Jika keadaan sistem di waktu kemarin
dan sekarang tidak berubah dikatakan sistem simetri terhadap translasi waktu dan energi
total sistem tersebut merupakan kuantitas tetap.
Simetri di atas merupakan simetri terhadap transformasi ruang-waktu, yaitu
transformasi Poincare yang telah mapan (established) baik secara teoritis maupun
eksperimental. Simetri ruang-waktu lainnya adalah simetri paritas (pembalikan ruang) dan
pembalikan waktu.
Selain simetri ruang-waktu juga ada simetri yang dikenal sebagai simetri internal. Di dalam
atom, elektron dan proton berinteraksi melalui gaya elektronik yaitu gaya Coulomb
sedangkan antara elektron dan netron tidak terjadi interaksi. Meskipun demikian, antara
netron dan proton saling berinetraksi dalam inti atom. Dalam hal ini, antara proton dan
netron adalah identik dan simetri yang mengaitkan antara keduanya adalah simetri internal
isospin. Simetri internal lainnya adalah simetri konjugasi muatan yang mengaitkan antara
partikel dan antipartikelnya seperti elektron dan positron. Gabungan antara simetri ruang-
Tidaklah mungkin bagi Matahari mendahului Bulan dan malampun tidak dapat
mendahului siang. dan masing-masing beredar pada garis edarnya.(QS Yaasiin 36:40)
Matahati tidak mungkin mendahului Bulan dapat berarti bahwa gerak ralatif Matahari lebih
lambat daripada gerak relatif Bulan mengitari Bumi. Analisis mekanis dan konfrontir dengan
fenomena ketinggian Bulan sabit di ufuk barat akan bermuara pada kesimpulan Bumi
berotasi bukan diam.
Selain itu, pengamatan lebih cermat pada teks memberikan fakta menarik yaitu deretan
huruf pada”kullun fiy falakin” ()كل في فلك. Frasa ini sekaligus merupakan inti dri ayat, semua
beredar di orbitnya masing-masing. Jika huruf-huruf ditulis terpisah tidak bersambung akan
tampak secara jelas urutan berikut
ك- ف – ل- ي- ف- ل- ك
Urutan huruf-huruf ini memperlihatkan simetri kanan-kiri dengan huruf tengahnya
ya. Pertanyaannya kemudian adalah apakah orbit benda langit dalam bentuk simetri. Jika ya,
apa jenis simetrinya. Semua pertanyaan harus dijawab melalui penelitian tahap demi tahap.
Inilah epistemologi Islam, epistemologi yang menggunakan al-Quran sebagai sumber ide,
dan merupakan bagian dari bangunan besar sains berbasis wahyu
Agama dan Sains
Ungkapan populer “Science without religion is blind and religion without science is
lame” menggambarkan hubungan antara ilmu pengetahuan dan agama. Ilmu pengetahuan
dan agama saling melengkapi, tidak bisa saling meniadakan dan masing-masing mempunyai
domainnya sendiri-sendiri. Ilmu pengetahuan memberi cahaya dan kekuatan sedangkan
agama memberi cinta, harapan dan kehangatan. Ilmu pengetahuan membantu menciptakan
peralatan dan mempercepat laju kemajuan, agama mengarahkan dan menetapkan tujuan
upaya manusia tersebut.
Ilmu pengetahuan memperindah akal dan pikiran, agama memperindah jiwa dan
perasaan. Ilmu pengetahuan dan agama membuat manusia merasa nyaman. Ilmu
pengetahuan melindungi manusia dari aneka penyakit, banjir, gempa bumi dan badai. Agama
melindungi manusia dari keresahan, kesepian dan pikiran picik. Ilmu pengetahuan menuntun
pada revolusi lahiriah, sedangkan agama membawa pada revolusi batiniah.
Persoalannya, tradisi ilmiah dan minat umat islam dalam usaha menguasai ilmu
pengetahuan sangat rendah. Di dalam buku “Science, Technology and Development in the
Muslim World” Sardar menulis, “Dunia Muslim hingga kini hanya memberikan perhatian
kecil pada sistem pendukung penelitian sains. Ini bisa dilihat dari rencana-rencana
pembangunan mereka”. Di bagian lain ia menyatakan,”Di dunia Muslim, kesarjanaan hanya
merupakan kumpulan fakta-fakta, catatan-catatan parlementer dan sidang-sidang kabinet,
pertemuan-pertemuan luar biasa dan semacamnya. Kesarjanaan sains belum pernah
terdengar”.
Keadaan ini tidak bisa dilepaskan dari pandangan dunia (world view) umat islam
yang didominasi kalam al-Asy‟ariyah. Dalam usahanya menjaga keagungan dan superioritas
Sang Pencipta aliran ini telah menegasikan peran atau kodrat manusia dan alam sedemikian
rupa. Al-Ghazali, juru bicara terkemuka al-Asy‟ariyah, seperti halnya Hume menyatakan
Pendidikan Fisikan, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
1
Surel: fitriayudistia@ymail.com
Intisari. Siswa tunanetra SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta, MAN Maguwoharjo dan SMAN 1 Sewon belum memiliki
sumber belajar mandiri berupa modul Braille khususnya pada materi Hukum Newton. Berdasarkan kenyataan ini maka
dibutuhkan sebuah sumber belajar yang didesain khusus bagi siswa tunanetra di kelas Inklusi yakni modul Braille pada
pokok bahasan Hukum Newton.
Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk: (1) mengembangkan modul fisika pokok bahasan Hukum Newton untuk
siswa tunanetra SMA/MA kelas X sebagai sumber belajar mandiri, (2) mengetahui kualitas modul fisika Braille materi
Hukum Newton untuk siswa tunanetra SMA/MA kelas X, (3) mengetahui respon siswa terhadap modul fisika Braille yang
telah dikembangkan.
Penelitian ini merupakan penelitian R & D dengan model prosedural yang mengadaptasi dari pengembangan perangkat
model 4-D, yakni Define, Design, Develop, and Disseminate. Instrumen penelitian berupa angket kualitas modul yaitu
menggunakan skala Likert yang dibuat dalam bentuk checklist. Instrumen untuk siswa berupa angket respon siswa yaitu
menggunakan skala Guttman yang dibuat dalam bentuk checklist. Modul dinilai kualitasnya oleh 3 ahli materi, 1 ahli
media, dan 2 guru fisika SMA/MA. Kelayakan modul berdasarkan respon siswa pada uji coba terbatas sebanyak 2 siswa
dan uji coba luas sebanyak 8 siswa.
Hasil penelitian berdasarkan penilaian dari ahli materi, ahli media dan guru fisika SMA/MA modul memiliki kategori
sangat baik (SB). Persentase keidealan menurut ahli materi adalah 87,88%; persentase keidealan menurut ahli media
adalah 90,00% dan persentase keidealan menurut guru Fisika SMA/MA adalah 75,00%. Respon siswa terhadap modul
fisika Braille pada uji coba terbatas diperoleh persentase 97,22%; sedangkan pada uji coba luas diperoleh persentase
89,58%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa modul layak dijadikan sebagai salah satu sumber belajar mandiri bagi
siswa tunanetra.
keseluruhan adalah 97,22% dengan presentasi tiap- Diagram 5. Diagram Presentase Keidealan Respon
tiap aspek seperti diagram 4. Siswa terhadap Modul Fisika Braille pada Uji Coba
Luas
Diagram 4. Diagram Presentase Keidealan Respon
Siswa terhadap Modul Fisika Braille pada Uji
CobaTerbatas
1,2
Program Magister Pendidikan Fisika, Program Pascasarjana
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Kampus II, Jl. Pramuka 42 Lt.3, Yogyakarta 55161
* Surel: maninblueadi@yahoo.co.id
Intisari. Gerak parabola adalah gerak yang banyak dijadikan sebagai model untuk pengajaran Fisika khususnya
kinematika dalam hal penjumlahan kecepatan; dalam hal ini gerak lurus beraturan (GLB) dalam arah horisontal dan
gerak lurus berubah beraturan (GLBB) dalam arah vertikal. Dalam kenyataannya, gerak parabola dipengaruhi oleh
variabel lain yaitu adanya hambatan udara yang membuat trayektori lintasan tidak lagi berbentuk parabola dengan
asumsi adanya gesekan udara. Tendangan Bola dengan melibatkan faktor spin akan membuat lintasan lateral berbentuk
melengkung karena adanya Efek Magnus. Dengan menganalisa faktor-faktor yang berpengaruh dalam gerakan benda
dan dibantu dengan software Modellus dan Excell, maka dibuat pemodelan untuk gerak benda.
Kata Kunci : gerak parabola, gaya drag, efek Magnus.
Gaya Drag
Kita dapat mengestimasi gaya hambat
pada sebuah bola. Selain bergantung pada
kecepatan,gaya hambat juga bergantung pada
kerapatan udara, temperatur dan ketinggian
TUJUAN PERCOBAAN (altitude). Berdasarkan model persamaan gaya
hambat, kuantitasnya dipengaruhi oleh Bilangan
1. Memberi gambaran tentang perbedaan gerak Reynolds dimana bilangan ini bergantung pada
parabola dengan drag dan tanpa drag.
vD fx y
R .................................................(1)
fy
Bilangan Reynolds menentukan macam
aliran udara yaitu : R < 2000 bersifat aliran mg
laminer, R > 3000 bersifat turbulen, 2000 < R <
3000 bersifat arus tidak stabil (turbulen dapat Arah dari dengan arah v ,
f berlawanan
timbul dan menghilang). Hambatan kritis (critical sehingga bisa dinyatakan sebagai f Dvv dan
drag) terjadi ketika aliran laminer pada lapisan
batas mulai terpisah dan menjadi turbulen. Energi komponen dari f adalah :
kinetik hilang di dalam lapisan batas turbulen, pada
kondisi ini koefisien drag dapat turun karena f x Dvv x ....................................(3)
rendahnya bilangan Reynolds akibat permukaan f y Dvv y
bola yang kasar.[2]
Ada dua drag yang terjadi pada bola, yaitu
skin friction drag (gaya hambat akibat gesekan Dan tiap komponen adalah berlawanan arah
antara udara dengan bola) dan pressure drag (gaya dengan tiap komponen kecepatan sehingga
hambat akibat aliran ulakan di belakang bola). f f x2 f y2 . Dengan hukum II Newton
Pada bola licin, aliran dari depan akan terbelah di
sekitar bola, bergerak ke belakang, namun aliran didapatkan :
terlepas sebelum sampai di ujung belakang, dan
terjadi ulakan-ulakan kecil di belakang bola. F x Dvv x ma x
F
Alirannya adalah aliran laminar. Pada bola seperti
bola golf yang memiliki dimple/alur, pelepasan y mg Dvv y ma y
aliran ini dapat ditunda, artinya titik pelepasan
aliran dapat dapat digeser lebih ke belakang, komponen dari percepatan termasuk efek dari
ulakannya pun lebih sedikit. Aliran pada bola gravitasi dan drag adalah :
dengan dimple adalah aliran turbulen. Pressure
drag pada aliran turbulen lebih kecil daripada a x ( D / m)vv x
aliran laminer. Jadi, dengan memberi .........................(4)
a y g ( D / m)vv y
dimple/lubang kecil pada permukaan bola
(menambahkan kekasaran/ roughness) memang
akan meningkatkan skin friction drag, tetapi Konstanta D bergantung pada kerapatan
pengurangan/reduksi terhadap pressure drag- udara ρ, luasan penampang benda A (terlihat dari
nya jauh lebih besar, sehingga drag totalnya lebih depan), konstanta tak berdimensi D yang
kecil.[2] dinyatakan sebagai :
Pada kecepatan suatu bola tennis dipukul,
CA
besar f atau gaya hambatan udara D ............................................(5)
1 2
f ρv 2 C d A .................................(2)
2
yang menyatakan bahwa besarnya gaya berbanding Ide dasar dari perhitungan numerik adalah
lurus dengan massa jenis udara ρ, kecepatan relatif komponen percepatan ax dan ay selalu berubah
benda terhadap udara v, koefisien drag Cd dan luas dengan komponen kecepatan. Tapi untuk selang
penampang benda yang terkena udara A [2]. waktu yang kecil ∆t, dapat dianggap bahwa
Untuk lebih singkatnya maka : percepatan itu konstan. Bila koordinat dan
komponen kecepatan pada suatu waktu t
f = Dv2 diketahui, dapat ditentukan besaran ini pada selang
waktu kemudian t+∆t untuk percepatan konstan.
Selama selang waktu ∆t, komponen percepatan
Dimana v v x2 v 2y , asumsi bahwa udara rata-rata adalah a x v x / t dan kecepatan-x vx
diam, sehingga v adalah kecepatan proyektil berubah sebesar v x a x t . Demikian juga, vy
relatif terhadap tanah dan udara, seperti berubah dengan sebesar v y a y t .[1]
digambarkan di diagram benda bebas berikut:
Nilai dari komponen-x dan komponen y di akhir
tiap interval adalah :
v x v x v x a x t v y v y v y a y t
1
x (v x v x / 2)t v x t a x (t ) 2
2
Persamaan Bernoulli menyatakan bahwa
Demikian pula untuk y. Sehingga koordinat tekanan statis dan tekanan dinamis yang bekerja
proyektil pada akhir interval adalah : pada aliran laminar adalah konstan dinyatakan
sebagai berikut :
1
x x x v x t a x (t ) 2
2
1
y y y v y t a y (t ) 2
2
Nilai awal x, y, vx, dan vy ditentukan dulu,
selanjutnya kalkulasi nilai posisi dan kecepatan
pada akhir tiap interval sebagai kelipatan dari nilai
awalnya, dan akhirnya bisa ditentukan nilai di
akhir sejumlah interval.[1]
1 2
p v gh kons tan ...........................(7)
Efek Magnus 2
Fenomena tendangan pisang yang banyak Dari persamaan Bernoulli,adanya rotasi bola
mengecoh penjaga gawang adalah contoh dari mengakibat kan adanya perbedaan tekanan pada
aplikasi hukum Fisika yang disebut dengan Efek sisi bola yang menghasilkan gaya Magnus.
Magnus (Gustav Magnus, 1852).[3] Besarnya gaya
Magnus dinyatakan sebagai Karena adanya rotasi bola ω dengan jari jari R
maka kecepatan bola akan menjadi :
FM C L D 3 fvFˆ ....................................(6)
v1 v R (1)
Dimana CL adalan koefisien Lift, D adalah v 2 v R (2)
diameter bola, ρ adalah massa jenis udara, f
adalah frekuensi spin bola dan v adalah kecepatan Bila pers(1) dan (2) dimasukkan ke persamaan
bola. [2]Untuk mempermudah pemahaman Bernoulli maka akan menjadi seperti berikut :
pengaruh spin bola pada arah gaya Magnus maka 1 1
p1 (v R) 2 p 2 (v R) 2
bisa dilihat pada gambar berikut. Bila spin putar 2 2
kiri maka tendangan akan melengkung ke kiri dan p p1 p 2
bila spin putar kanan maka tendangan akan putar
1
kanan. p [( v R) 2 (v R) 2 ]
2
p 2 Rv.............................................................(8)
F Aeff .p
Dengan Aeff adalah luas permukaan efektif yang
terpapar pada aliran udara sebesar :
Aeff R 2
Jadi besarnya Gaya Magnus adalah :
Diperoleh :
Komponen i :
C L D 3 fv y ma x g A vo sin v o sin
x t sin(t ) cos(t ) .........(
19)
dv
C L D 3 fv y m x ...............................................(11)
dt A v o sin A
y cos(t ) sin(t ) .............................(20)
dv y d 2vx
C L D 3 f m
dt dt 2
Komponen j:
C L D 3 fv x mg ma y ......................................(12) Persamaan gerak spin bola putar kiri
dv y
C L D 3 fv x mg m ...................................(13) [2]Peristiwa sebaliknya bila bola berotasi
dt berlawanan arah jarum jam atau dari samping
dv x d 2v y bergerak ke sumbu x- apabila dirumuskan sebagai
C L D 3 f m ......................................(14) berikut:
dt dt 2
F ma
Bila disubstitusikan persamaan (11) dan (14)
Fm mgˆj m(a x iˆ a y ˆj )
maka:
C L D 3 f (v x ˆj v y iˆ) mgˆj m(a x iˆ a y ˆj )
dvx CL D fv y
3
KESIMPULAN
1. Gerak parabola dengan drag memiliki lintasan
yang lebih pendek dibandingkan dengan gerak
parabola yang tanpa drag.
2. Efek Magnus muncul karena adanya spin bola
Bila divariasikan nilai dari kecepatan ketika sedang melayang, yang mengakibatkan
awal bola vo dengan spin bola rendah akan lintasan bola melengkung.
terbentuk lintasan tidak terlalu melengkung tapi 3. Tendangan lengkung muncul karena energi
cenderung mendekati garis lurus. Tetapi sebaliknya kinetik translasi bola direduksi ke dalam energi
bila frekuensi spin bola f ditingkatkan dengan vo kinetik rotasi yang muncul ketika bola
yang rendah maka bola akan melengkung dengan melakukan spin.
kecepatan linier bola akan berkurang.
Hal ini terjadi karena besarnya energi
kinetik translasi bola tereduksi kedalam energi
kinetik rotasi. Bila tendangan lurus tanpa spin
berarti energi kinetik murni hanya untuk translasi UCAPAN TERIMA KASIH
saja, sedangkan pemberian spin bola mengurangi
tenaga kinetik bola. Jadi untuk menghasilkan 1. Kaprodi S-2 Fisika.
tendangan lengkung yang baik tendangan 2. Drs.Ishafit, M.Si. sebagai pembimbing tulisan
dilakukan tidak terlalu cepat tapi spin bolanya ini.
tinggi. Dari tendangan seperti ini dihasilkan 3. Segenap Panitia Seminar.
tendangan yang lurus tapi melengkung tajam
diujungnya.
Bentuk tendangan dengan spin bola REFERENSI
disebabkan karena adanya tendangan yang
dikenakan pada sisi bagian dalam atau sisi bagian
luar, seperti digambarkan berikut ini: 1. University Physics, Hugh D. Young and Roger
Freedmann, New York, Addison Wesley, 2000,
p.146-147.
2. http://www.scribd.com/doc/76438941/Dianto-
artikel-kolokium-analisis-efek-magnus-pada-
lintasan-sepak-bola
3. http://www3.wooster.edu/physics/jris/
Files/Ahmad_Web_Article.pdf
4. http://universitasfisika.wordpress.com/kajian-
fenomena/analisis-sepak-bola-fisika/
,*
Arif Rahman Aththibby1 dan Widodo2
Intisari. Telah dilakukan penelitian berupa perancangan media pembelajaran fisika pokok bahasan Usaha, Daya, dan
Energi, yang dapat dijadikan sebagai bahan belajar bagi siswa SMA kelas XI. Subjek penelitian ini adalah media
pembelajaran fisika berbasis animasi komputer pokok bahasan Usaha, Daya, dan Energi dengan menggunakan software
Macromedia Flash 8. Media disusun dengan mengacu pada model pengembangan ADDIE yaitu Analysis, Design,
Development, Implementation, dan Evaluation. Program diuji oleh pakar bidang studi fisika dan pakar media untuk
mengetahui tingkat kelayakan media (program) berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa media pembelajaran yang dikembangkan, untuk kriteria tampilan program termasuk dalam
kategori baik, kesesuaian program terhadap bahan ajar fisika pokok bahasan Usaha, Daya, dan Energi dalam kategori
baik dengan persentase keberhasilan 81,97%, dan kriteria kualitas teknisnya juga temasuk dalam kategori baik dengan
persentase keberhasilan 88,15%. Pengguna dapat memilih menu (form) berupa petunjuk, pengantar, kompetensi, materi,
latihan soal, sumber dan penyusun. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa media yang dikembangkan
layak dijadikan sebagi media pembelajaran dan dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran.
Kata kunci: Perancangan, Media Pembelajaran, Animasi Komputer, Usaha, Daya, dan Energi.
B. Pengujian Program
Program dianggap berhasil jika input,
proses dan output aplikasi berjalan dengan
baik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan
program maka diperlukan suatu proses
pengujian untuk menganalisis data
Gambar 3. Diagram model berdasarkan kisi-kisi angket yang telah
pengembangan ADDIE dibuat. Maksud dari analisis data yaitu untuk
mengetahui kelayakan media sebagai media
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran fisika pokok bahasan Usaha,
pada pada penelitian pengembangan ini, digunakan Daya, dan Energi untuk SMA kelas XI.
angket. Angket digunakan untuk mengukur Pengujian angket media dilakukan dengan
indikator program yang berkenaan dengan, format dua cara yaitu angket kepada beberapa ahli
dan sistematika materi, isi serta tata bahsa dari segi bidang studi fisika dan angket ahli
ahli maetri. Sedangkan program media perancangan media. Adapun hasil pengujian
pembelajaran, tampilan, sistem operasi dan tombol angket sebagai berikut :
navigasi merupakan parameter yang dinilai dari 1. Analisis skor angket ahli bidang studi
segi kelayakan media. Angket menggunakan Fisika
Berdasarkan hasil analisis angket ahli
format respon empat poin dari skala Likert, bidang fisika mengenai program media
dimana alternatif responnya adalah Sangat Setuju pembelajaran yang dikembangkan
(4 point), Setuju (3 point), Kurang Setuju (2 point), menghasilkan persentase sebesar 81,97%
dan Tidak Setuju (1 point). tergolong dalam katagori baik.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
dapat diambil kesimpulan bahwa, media
pembelajaran fisika berbasis animasi komputer
materi pokok bahasan Usaha, Daya, dan Energi
untuk SMA kelas XI telah berhasil dibuat. Media
ini termasuk dalam kategori baik sebagai media
pembelajaran. Dengan demikian program yang
dikembangkan layak dijadikan sebagi media
Gambar 5. Grafik Persentase Kelayakan pembelajaran dan dapat dimanfaatkan dalam
Media pembelajaran Fisika pokok bahasan Usaha, Daya,
dan Energi untuk siswa SMA kelas XI .
2. Analisis skor angket pakar media
Berdasarkan hasil analisis angket dari REFERENSI
pakar perancangan media mengenai
program media pembelajaran yang 1. Sugiharti, P., 2005, “Penerapan Teori Multiple
dikembangkan menghasilkan persentase Intelligence dalam Pembelajaran Fisika,”
sebesar 88,15 % tergolong dalam katagori
(Versi elektronik) Jurnal Pendidikan Penabur
baik.
5, 29-42.
2. Triana, suci. (2007). Pengaruh media kartu
fisika terhadap prestasi belajar fisika pokok
bahasan gaya pada siswa kelas VII SMPN 2
Pangkah, kabupaten tegal. Skripsi.
Yogyakarta: UAD.
3. Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran.
Jakarta: Rajawali.
4. Usman, B. dan Asnawir. 2002. Media
Gambar 7. Grafik Persentase Kelayakan Pembelajaran. Jakarta: Delia Citra Utama.
Media 5. Sadiman, Arief et al. 2008. Media Pendidikan
(Pengertian Pengembangan Pemanfaatannya).
C. Pembahasan Jakarta: Rajawali.
Berdasarkan hasil pengujian yang telah 6. Kanginan, Marthen. 2007. IPA FISIKA Untuk
dilakukan, diperoleh bahwa media ini dapat SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
dimanfaatkan dalam pembelajaran fisika 7. Tipler, Paul A. 1998. Físika (Untuk Sains dan
pokok bahasan Usaha, Daya, dan Energi
Teknik). Jakarta: Erlangga.
untuk SMA kelas XI. Penggunaan program
relatif mudah dan sederhana, hanya 8. Young, H. D. dan Freedman. 2004. Fisika
memasukan input (program) lalu tinggal Universitas Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
meng-klik menggunakan mouse sehingga 9. Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar
Output akan ditampilkan pada layar. Media Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
ini telah memenuhi syarat kelayakan
dengan kriteria, kesesuaian media bahan
ajar fisika pokok bahasan Usaha, Daya, dan
Energi SMA kelas XI sebesar 81,97% atau
termasuk dalam kategori baik (B), dan
kualitas teknisnya sebesar 88,15% temasuk
dalam kategori baik (B).
Mahmudah*
Intisari Telah digunakan alat peraga alarm kebakaran untuk penguasaan konsep pemuaian zatpadat bagi siswa kelas XI
TITL SMK Negeri 7 Purworejo, Jawa Tengah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji efektivitas penggunaan alat
peraga terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa. Subjek penelitian ini.Data dikumpulkan menggunakan tes
keterampilan berpikir kritis yang terintegrasi dengan penguasaan konsep fisika. Data dianalisis menggunakan uji beda
rerata dan skor gain yang dinormalisasi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ada peningkatan prestasi belajar siswa yang
ditunjukkan dari adanya perbedaan antara hasil pre-test dan post-test yaitu skor rata-rata pre-test 15,57, standar deviasi
4,48 skor rata-rata post-test 22,07 dengan standar deviasi 3,97. Skor rata-rata Gain 6,50 dengan standar deviasi 4,53, dan
skor rata-rata Nilai Gain 0,41 dengan standar deviasi 0,23. Dengan rata-rata nilai pre-test = 51,89 dan rata-rata nilai post-
tes = 73,56. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan alat peraga alarm kebakaran efektif dalam mendukung
pembelajaran fisika, sehingga penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritisnya menjadi lebih baik.
Keterangan:
standar deviasi 4,48 skor rata-rata post-test 22,07 Dengan rata-rata nilai pre-test = 51,89 dan rata-
dengan standar deviasi 3,97. Skor rata-rata Gain rata nilai post-tes = 73,56
6,50 dengan standar deviasi 4,53, dan skor rata-rata
Nilai Gain 0,41 dengan standar deviasi 0,23.
Intisari. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengembangkan video pembelajaran IPA Fisika berbasis potensi lokal
untuk siswa SMP/MTs kelas VIII pada materi tekanan, (2) mengetahui kualitas video pembelajaran IPA Fisika berbasis
potensi lokal pada materi tekanan untuk siswa SMP/MTs, (3) mengetahui respon siswa terhadap video pembelajaran
IPA Fisika berbasis potensi lokal yang dikembangkan.
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan,(Research and Development/R&D) model prosedural deskriptif
yang menunjukkan langkah-langkah yang harus diikuti yaitu model 4D yang meliputi 4 langkah yaitu (1) define, (2)
design ,(3) develop, dan (4) disseminate. Penelitian dibatasi pada tahap develop. Pengumpulan data menggunakan
lembar penilaian (skala Likert) dan lembar respon siswa (skala Guttman) yang sudah divalidasi oleh validator. Data
kualitas video diperoleh dari 6 penilai. Kelayakan video berdasarkan respon siswa uji coba terbatas pada 9 siswa dan uji
coba luas pada 20 siswa. Data hasil penilaian dan respon siswa terhadap video pembelajaran dianalisis dengan
pedoman kategori penilaian ideal untuk menentukan kualitas produk.
Hasil penelitian ini antara lain: (1) produk pembelajaran berupa video pembelajaran IPA Fisika berbasis potensi lokal
pada materi tekanan untuk siswa SMP/MTs, (2) kualitas video pembelajaran yang dikembangkan memiliki kualitas
Sangat Baik (SB) dengan persentase 75,00% dari ahli materi; 80,00% dari ahli media; 82,92% dari guru, (3) respon
siswa terhadap video pembelajan IPA Fisika berbasis potensi lokal pada uji coba terbatas diperoleh persentase 89,00%
sedangkan pada uji coba luas diperoleh persentase 84,00%.
Kata kunci: Video Pembelajaran, Potensi Lokal
dalam pembelajaran dan diwujudkan dalam media sebagai perantara. Kerumitan bahan
pembelajaran berbasis potensi lokal merupakan pelajaran dapat disederhanakan dengan bantuan
suatu bentuk demokratisasi dan desenteralisasi media. Media dapat mewakili apa yang kurang
pendidikan sebagaimana menjadi salah satu ciri mampu pendidik ucapkan melalui kata-kata atau
paradigma baru pendidikan nasional seperti yang kalimat (Sudarwan danim, 2008:16).
diamanatkan dalam Undang-undang RI Nomor 20 Media video ini membutuhkan biaya yang
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. relatif terjangkau dalam pengoperasian, sehingga
Pembelajaran IPA Fisika di SMP N 2 memungkinkan untuk digandakan dan
Pundong Kabupaten Bantul, MTs Negeri 2 disebarluaskan. Keterjangkauan dan kemudahan
Yogyakarta dan MTs Negeri Sleman Kota pemakaian media video inilah yang diharapkan
Kabupaten Sleman berdasarkan hasil wawancara dapat memberikan sedikit sumbangsih dalam
dengan guru IPA Fisika yaitu masih menerapkan pengembangan media pembelajaran ke semua
kurikulum terpisah-pisah (separated curriculum). lapisan masyarakat dan satuan pendidikan.
Pola pembelajaran IPA Fisika di sekolah tersebut Sehingga dikembangkan video pembelajaran IPA
belum banyak mengalami perubahan dari pola Fisika berbasis potensi lokal pada materi tekanan
pembelajaran menggunakan kurikulum 1994 ke untuk siswa SMP/MTs.
dalam kurikulum KTSP (2006). Pembelajaran IPA Tujuan penelitian ini adalah (1)
Fisika masih didominasi dengan metode ceramah, Mengembangkan video pembelajaran IPA Fisika
bahan ajar masih terbatas pada modul, belum berbasis potensi lokal pada materi tekanan untuk
dimanfaatkannya video sebagai media siswa SMP/MTs, (2) mengetahui kualitas video
pembelajaran dan video pembelajaran yang ada pembelajaran IPA Fisika berbasis potensi lokal
masih sangat terbatas, media pembelajaran yang pada materi tekanan untuk siswa SMP/MTs (3)
mendukung pembelajaran secara mandiri masih mengetahui respon siswa terhadap video
sangat kurang, interaksi antara subyek belajar pembelajaran IPA Fisika berbasis potensi lokal
dengan objek belajar masih minim dan masih pada materi tekanan untuk siswa SMP/MTs.
kurangnya pengembangan video yang dilakukan
oleh guru. Hasil wawancara dengan beberapa METODE PENELITIAN
siswa di sekolah tersebut yaitu masih adanya
kebingungan dalam memahami IPA Fisika karena Penelitian ini termasuk jenis Penelitian
menganggap IPA Fisika adalah mata pelajaran dan Pengembangan (Research and Development/
yang abstrak, terlalu banyak rumus yang dipakai, R&D). Model pengembangan yang dilakukan
dan sulit memahami simbol-simbol IPA Fisika. dalam penelitian ini adalah model prosedural
Edgar Dale (Azhar Arsyad:2011) deskriptif. Model prosedural adalah model
menjelaskan dalam kerucut pengalaman atau cone deskriptif yang menggambarkan alur atau langkah-
of experience, penggunaan media dalam langkah prosedural yang harus diikuti untuk
pembelajaran dapat mempermudah siswa menghasilkan suatu produk tertentu (Punaji
memahami yang abstrak menjadi konkrit. Edgar Setysari, 2010:200). Salah satu model prosedural
Dale juga mengatakan bahwa pengetahuan akan deskriptif adalah model 4-D. Model ini terdiri dari
semakin abstrak apabila pesan hanya disampaikan 4 tahap pengembangan yaitu Define, Design,
melalui kata verbal. Hal ini memungkinkan Develop,dan Disseminate.
terjadinya verbalism yaitu siswa hanya mengetahui Video divalidas oleh validator materi dan
tentang kata tanpa memahami dan mengerti makna validator media kemudian dinilai kualitasnya oleh
yang terkandung di dalamnya. Hal ini akan 2 ahli materi, 2 ahli media, dan 2 guru IPA Fisika
menimbulkan kesalahan persepsi siswa. Sebaiknya SMP/MTs. Aspek yang diuji meliputi aspek
siswa memiliki pengalaman yang lebih konkret, kebenaran konsep, kedalaman konsep, keluasan
pesan yang ingin disampaikan benar-benar dapat konsep, kejelasan kalimat, kebahasaan, penampilan
mencapai sasaran dan tujuan. Media pembelajaran fisik, keterlaksanaan, suara, gambar dan
yang ditawarkan untuk mengatasi hal itu kemudahan penggunaan. Instrumen penelitian
merupakan media pembelajaran berupa media berupa lembar penilaian kualitas video yaitu
audio-visual yang mengimplementasikan kejadian menggunakan skala Likert yang dibuat dalam
konkret/nyata berdasarkan potensi lokal. bentuk checklist.
Media video dapat membuat konsep yang
abstrak menjadi konkret, dapat menampilkan gerak
yang dipercepat maupun diperlambat sehingga HASIL DAN PEMBAHASAN
lebih mudah diamati, dapat menampilkan detail
suatu benda atau proses, serta membuat penyajian Penelitian ini telah berhasil
pembelajaran lebih menarik. Djamerah dan Zain mengembangkan produk berupa video
(1996:136) dalam kegiatan belajar mengajar pembelajaran IPA Fisika berbasis potensi lokal.
menjelaskan bahwa ketidakjelasan bahan yang Video dikemas dalam CD (Compact Disc) dengan
disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan format file (.avi). Desain video menerapkan potensi
lokal di Yogyakarta sebagai sarana belajar dan Berdasarkan hasil penilaian 2 ahli media,
sebagai sumber pengetahuan. Materi dalam kualitas video dikategorikan memiliki kualitas
pengembangan video ini adalah tekanan, dengan Sangat Baik (SB) dengan persentase keidealan
mengambil potensi lokal berupa kerajinan ukiran, sebesar 80,00%.
pantai Depok dan gunung Merapi dikaitkan dengan
materi tekanan sebagai visualisasi materi
pembelajaran. Kerajinan ukiran membahas tekanan
dalam zat padat, pantai Depok untuk tekanan
dalam zat cair dan gunung Merapi untuk tekana
berdasarkan ketinggian tempat.
Validasi adalah proses permintaan
persetujuan atau pengesahan terhadap kesesuaian
modul dengan kebutuhan (Depdiknas, 2003: 16).
Validasi produk dilakukan oleh dua orang validator
yaitu validator materi dan validator media.
Gambar 2. Persentase Ideal Video Pembelajaran
Kemudian dilakukan revisi dari validator media
IPA Fisika Berbasis Potensi Lokal dari Ahli Media
yaitu menambahkan route/peta untuk setiap lokasi
potensi lokal, penjelasan masing-masing potensi
Menurut 2 ahli media secara keseluruhan
lokal, mempersingkat durasi video. Dan revisi dari
video sudah mencukupi sebagai media
validator materi yaitu menambahkan SKKD dan
pembelajaran, namun ada beberapa yang perlu
indikator, memperbaiki praktikum hidrostatika,
diperbaiki dan dalam pengembangan tahap
memperbaiki kualitas volume dan gambar,
selanjutnya, yaitu cover CD harus mampu
memperbaiki konsistensi penulisan. Setelah revisi
mendeskripsikan isi video; penggunaan warna juga
draft video mendapatkan persetujuan dari
harus tepat, jangan memadukan warna gelap
validator. Hasil revisi dari validator dihasilkan
seperti merah dengan biru; opening diberi
produk video II yang kemudian video dapat dinilai
backsound agar tidak vacum; penyesuaian audio
kualitasnya oleh para ahli.
dan visual; peta/ route boleh dipakai asalkan
Penilaian kualitas produk berdasarkan
redaksinya diganti; closing kurang tepat karena
tinjauan 2 ahli materi, 2 ahli media, 2 guru
tidak menunjukan yogyakarta, padahal potensi
SMP/MTs dengan mengisi lembar penilaian
lokal yang diangkat di Yogyakarta; identitas
(lembar checklist).
pengembang perlu ditampilkan; diberi penugasan
Berdasarkan hasil penilaian ahli materi, kualitas
atau contoh soal.
video dikategorikan memiliki kualitas Sangat Baik
Berdasarkan hasil penilaian 2 guru SMP,
(SB) dengan persentase keidealan sebesar 75,00%.
kualitas video dikategorikan memiliki kualitas
Sangat Baik (SB) dengan persentase keidealan
sebesar 82,92%
.
hukum Archimedes karena dapat membuat Learning and Motivation in Online Course. The
bingung siswa. American Journal of Distance Education vol.4
Setelah merevisi draft II berdasarkan no.19
masukan ahli materi, ahli media dan guru fisika, 5. Djemari Mardapi. 2008. Penyusunan Tes Hasil
Belajar. Yogyakarta: Program Pascasarjana UNY
maka didapat draft III yang selanjutnya akan 6. Halliday dan Resnick. 1985. Fisika Edisi ke 3 Jilid
diujicobakan kepada siswa dalam uji coba terbatas. 1. Jakarta: Erlangga
Hasil analisis dari uji coba terbatas didapat 7. I Gde Wawan Sudatha dan I Made Tegeh. 2009.
presentase aspek secara keseluruhan adalah Desain Multimedia Pembelajaran. Singaraja:
89,00%. Denan 4 sub variabel penilaian yaitu Unesa
konsep dalam video mendapat respon dengan 8. Isiaka, Babaloka. 2007. Effectiveness Of Video As
persentase 83,00%, video sebagai bahan rujukan An Intructional Medium In Teaching Rural
dengan persentase 87,00%, memotivasi siswa agar Children Agricultural And Environmental Sciences.
lebih giat belajar dengan persentase 96,00% dan Journal of Educational and Development using
Information and Communication Technology
desain video dengan persentase 94,00%. (IJEDICT), 2007, Vol.3, Issue 3, pp.105-114
Pada tahap uji coba terbatas terdapat 9. Nipan Maniar. 2008. The Effect of screen size
beberapa masukan dari siswa yakni menambah mobile phone on video based learning. University
volume suara, memperbaiki tulisan. of Portsmouth, Portsmouth, United Kingdom.
Setelah menindaklanjuti masukan dari uji Journal of software. Vol.3. Nomer. 4. April 2008
coba terbatas, maka didapatkan draft IV yang 10. Punaji Setyosari. 2010. Metode Penelitian
selanjutnya diujicobakan kepada siswa dalam uji Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Kencana
coba luas. Pada uji coba luas diperoleh presentase Prenada Media Grup
aspek secara keseluruhan adalah 84,00%. Dari 4 11. Sears & Zemansky. 2000. Fisika Universitas Edisi
Kesepuluh Jilid 2 Young and Freedman. Jakarta:
sub variabel penilaian yaitu konsep dalam video Erlangga.
mendapat penilaian dengan persentase 81,00%, 12. Sudarwan danim. 2008. Media Komunikasi
video sebagai bahan rujukan dengan persentase Pendidikan: Pelayanan Profesional Pembelajaran
82,00%, memotivasi siswa agar lebih giat belajar dan Mutu Hasil Belajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara
dengan persentase 93,00% dan desain video 13. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan
dengan persentase 73,00%. Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Skor rata-rata dan presentase respon siswa Bandung: Alfabeta
pada uji coba terbatas lebih tinggi dibandingkan 14. Suharsimi Arikunto. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi
presentase respon siswa pada uji coba luas Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara
15. Sumarwan, Sumartini, dkk. 2010. Science for
dikarenakan pada uji coba terbatas siswa dapat Junior High School Grade VIII 2nd Semester.
memperhatikan video dengan seksama dan tenang. Jakarta: Erlangga
Sedangkan pada uji coba luas 20 siswa di kelas 16. Wasis, Sugeng Yuli Irianto. 2008. Ilmu
VIIID memiliki karakter yang berbeda. Siswa Pengetahuan Alam untuk SMP/MTs Kelas VIII.
disini kurang memperhatikan video yang Jakarta: Depdiknas
ditayangkan disamping itu pada saat penelitian 17. Wawan S, dkk. 2007. Ilmu dan Aplikasi
terdapat kendala yaitu hujan deras sehingga suara Pendidikan. Bandung: Pedagogianan Press
video tidak terdengar dengan jelas. 18. Widoyoko. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen
Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
19. Winarno, Abdullah dan Abu Yasid, dkk. 2009.
UCAPAN TERIMA KASIH Teknik Evaluasi Multimedia Pembelajaran. Jakarta:
Genius Prima Media.
Terimakasih kepada Program Studi
Pendidikan Fisika dan Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah
memfasilitasi dalam melakukan penelitian ini.
REFERENSI
1. Andi Kristanto. 2011. Pengembangan Model Media
Video Pembelajaran Mata Kuliah Pengembangan
Media Video/TV Program Studi Teknologi
Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Surabaya. Jurnal Teknologi Pendidikan,
Vol.11 No.11, April 2011 (12-22)
2. Azhar Arsyad. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta:
Rajawali Pers
3. Cheppy Riana. 2007. Pedoman Pengembangan
media Video. Bandung : Program P3AI UPI
4. Choi, Hee Jun dan Scott D. Johnson. 2005. The
Effect of Context-Based Video Instruction on
1),2)
Program Magister Pendidikan Fisika, Program Pascasarjana
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Kampus II, Jl. Pramuka 42 Lt.3, Yogyakarta 55161
*Surel : butiktiara@yahoo.com
Intisari. Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah tomat dan cabai bisa dimanfaatkan sebagai sumber
energy alternatif. dengan pengukuran beda potensial pada tomat dan cabai.
Dengan memanfaatkan baterai bekas, yang kemudian kita ambil bagian MnO 2, dan sebagai gantinya kita gunakan
tumbukan cabai dan atau tomat sebagai larutan elektrolit di dalam baterai. Setelah cabai dan atau tomat dimasukkan ke
dalam baterai bekas, dimasukkan kembali batang arang pada baterai dan ditutup dengan bantuan lakban. Kemudian
diukur beda potensial pada baterai yang sudah diisi tumbukan cabai atau tomat. Dalam percobaan itu dihasilkan
tegangan untuk baterai tomat ±0,8 volt, baterai cabai sekitar 0,8 volt dan campuran antara tomat dan cabai dengan kadar
50% masing-masing dihasilkan beda potensial sktr 0.9 volt.
Kalibra 0.01
jam 1/(t x 3600) Tmt(volt) Cb (volt) (t+c )volt
1 0.000278 0.8 0.8 0.9
2 0.000139 0.7 0.8 0.7
3 0.000093 0.7 0.7 0.6
DAFTAR PUSTAKA
Intisari. Telah dilakukan perancangan alat karakterstik transistor menggunakan simulator proteus VSM. Konfigurasi
transistor yang digunakan common emitor. Sistem akuisi data menggunakan ATmega8 yang diprogram menggunakan
micropascal dan program penampil menggunakan Delphi7. Komunikasi data antara ATmega8 dan program penampil
dilakukan secara virtual menggunakan Virtual Serial Port dari Eltima. Pada penelitian ini digunakan transistor n-p-n
2N3904 sebagai bahan uji sistem . Hasil yang diperoleh setelah pengujian proteus dapat digunakan untuk media
simulasi karakteristik transistor karena secara visualiasi telah mempresentasikan karakteristik transistor tetapi untuk
nilai-nilai yang dihasilkan perlu dicocokan dengan nilai hasil pengukuran realnya.
Kata kunci: Karakterisasi transistor, common emitor, ATmega8, Proteus VSM, Virtual Serial Port
(a) (b)
GAMBAR 2. Kurva karakteristik transistor (a)
kurva basis
(b) kurva kolektor GAMBAR 3. Diagram Sistem
(b) (c)
(a) (b)
DAC 8bit dan step 5 ditunjukan pada Gambar 7 UCAPAN TERIMA KASIH
dan untuk DAC 10bit ditunjukan pada Gambar 8
Kami ucapkan terimakasih kepada
Laboratorium Fisika Dasar UAD dan teman-teman
yang berkaitan dengan penelitian ini , sehingga
penelitian ini terselesaikan
REFERENSI
1. N. Istichoroh dan A. Prihanto, Simulasi Karakteristik
Dioda Dengan Menggunakan Bahasa
Pemprograman Delphi 7.0, Jurnal Fisika, Vol 02 No
(a) (b) 01 , 2013, pp 01-06
2. R.Sobari, Pembuatan Alat Penampil Kurva
Karakteristik Keluaran Transistor Dengan
GAMBAR 7. Karakteristik Transistor pada Rc =200 Ω, Antarmuka Komputer, S1.Thesis, Undip, 1999
Rb =100k dan DAC 8bit (a) karakteristik masukan (b) 3. K.T. Yuwono dan Suprapto, Pengembangan Modul
karakteristik keluaran Praktikum Mikrokontroler(AVR) menggunakan
Perangkat Lunak Proteus Profesional v7.5 SP3,
Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Vol 20
No 1, 2011
4. Tristanto, Implementasi Software Proteus Sebagai
Media Pembelajaran Berbasis Komputer Untuk
Mata Pelajaran Mikroprosesor Dan Mikrokontroler
(Mpmk) Siswa Kelas Xi Semester 1 Di Smk Muda
Patria Kalasan Yogyakarta,S1. Thesis, UNY,2011
5. Y.Andri, Pengaruh Penggunaan Media Software
Simulasi Proteus Terhadap Prestasi Belajar Siswa
Pada Mata Diklat Elektronika, S1. Thesis,
(a) (b) UNY,2012
6. Anonim, AVR131:Using the AVR’s High-Speed
GAMBAR 8. Karakteristik Transistor pada Rc =200 Ω, PWM,2003, www.atmel.com/Images/doc2542.pdf
Rb =100k dan DAC 10bit (a) karakteristik masukan (b) (diakses tanggal 28 Mei 2013)
karakteristik keluaran
KESIMPULAN
Proteus dapat digunakan sebagai media
simulasi karakeristik masukan dan keluaran
transistor akan tetapi perlu dilakukan komparasi
dengan pengukuran manual agar nilai V-Inya dapat
disesuaikan dan untuk melakukan uji coba sistem
rangkaian karakteristik transistor sebelum
diwujudkan ke instrument yang sebenarnya
1
Program Magister Pendidikan Fisika, Program Pascasarjana
Kampus II, Jl. Pramuka 42 Lt 3, Sidikan, Umbulharjo, Yogyakarta 55161
2
Program Studi Pendidikan Fisika,Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Kampus III, Jl. Prof. Dr. Soepomo SH, Janturan, Umbulharjo, Yogyakarta 55164
Surel : rita_ferawati@yahoo.com
Intisari. Percobaan penentuan modulus elastisitas bahan dilakukan dengan menggunakan metode osilasi cantilever.
Metode yang digunakan adalah dengan analisis regresi linier hubungan antara kuadrat dari periode osilasi T2 terhadap
massa beban M dan pengambilan data untuk penentuan nilai modulus elastisitas bahan dilakukan dengan osilasi
penggaris dengan variasi massa beban. Setiap variasi massa, penggaris diosilasikan sebanyak 10 kali osilasi. Setiap 10
kali osilasi akan dibaca waktu yang dibutuhkan untuk satu periode osilasinya. Koefisien elastisitas bahan dapat dihitung
dari gradien garis hasil regresi antara kuadrat periode osilasi dengan massa beban. Setelah dilakukan regresi dari 30 data
eksperimen diperoleh nilai koefisien elastisitas bahan sebesar (117,00 ± 5,74) ×109 N/m2, mendekati nilai acuan
modulus elastisitas besi cor abu-abu 130×109 N/m2.
. (8)
Persamaan (8), diintegralkan menghasilkan
, (9)
jadi
. (10)
Pada titik B, x=L dan y=S, maka
, (11)
maka
, (12)
Gambar 1. Kurva hubungan antara tegangan dan dengan S merupakan perubahan panjang pegas,
regangan [4] maka
Ukuran besarnya struktur terdeformasi atau
. (13)
teregang bergantung pada besarnya tegangan yang
diberikan pada material. Untuk sebagian besar Persamaan (13), disubstitusikan ke persamaan
logam yang diberi tekanan yang relatif kecil, periode osilasi, maka
besarnya tegangan dan regangan akan sebanding. , (14)
Kesebandingan ini diungkapkan dengan persamaan dan
yang dikenal dengan hukum Hooke[5]. Pada saat
hukum Hooke berlaku maka hubungan antara , (15)
tegangan dan regangan adalah linear atau berada dengan
pada zona elastis. I , (16)
dengan r adalah tebal penggaris dan d adalah
b. Penentuan Nilai Koefisien Elastisitas kedudukan z dari lebar penggaris, maka
Bahan , (17)
Penentuan nilai koefisien elastisitas bahan (Modulus
Young) dapat dicari dengan menggunakan dengan M adalah massa beban, L adalah panjang
persamaan berikut penggaris, l adalah lebar penggaris, m adalah massa
, (3) penggaris dan T2 adalah kuadrat periode osilasi.
Dengan menggunakan analisis regresi linier, maka
dengan
. (4) . (18)
Persamaan di atas merupakan persamaan linier
dengan , dan x=M, berbentuk
, (19)
dengan a merupakan gradien garis lurus dan b
merupakan titik potong kurva pada sumbu y adalah
koefisien-koefisien yang dapat dicari dengan regresi
linier tanpa bobot, dengan nilai a adalah gradien
garis lurus,
, (20)
dan b adalah titik potong kurva pada sumbu y,
(21)
dengan ralat baku estimasi adalah
Gambar 2. Skema eksperimen penentuan modulus
elastisitas bahan menggunakan metode osilasi , (22)
cantilever[6]
Dari gambar di atas, strain = z/R, maka diperoleh ralat a dapat dihitung dari
. (5) (23)
Slight bending dirumuskan sebagai berikut
, (6) dan ralat b dapat dihitung dari
karena (24)
REFERENSI
[1] Adi, Pribadi dkk. 2011. Karakteristik Elastisitas
Bahan. Bandung: ITB Bandung Indonesia.
[2] Martini, Dwi, dan R. Oktova. 2009. Penentuan
Modulus Young Kawat Besi Dengan Percobaan
Regangan. Jurnal Berkala Fisika Indonesia, Vol. 2
Gambar 4 . Grafik hubungan antara penambahan massa, No.1,
M terhadap kuadrat periode osilasi, T2. http://journal.uad.ac.id/index.php/BFI/article/view/2
74/109
Dari grafik hubungan antara penambahan massa [3] Iswanto, Apri Heri. 2008. Pengujian Modulus
(M) terhadap kuadrat periode osilasi (T2) yang Elastisitas Kayu Dengan Menggunakan Metode Two
disajikan dalam Gambar 4, terlihat bahwa nilai M Point Loading. Karya Tulis.Sumatera Utara:Fakultas
Pertanian
meningkat dengan semakin besar T2, sehingga dapat
USU.http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345678
kami simpulkan data tersebut merupakan data yang 9/850/1/08E00822.pdf
linier. Dari hasil analisis data diperoleh nilai a [4] http://msctechnology.wikispaces.com/
sebesar (6,80±0,16) s2/kg dan b sebesar (0,21±0,01) file/view/HF_stressstraincurve.gif/198295456/HF_st
s2. Dengan adanya nilai a yang sudah didapatkan, ress-straincurve.gif
maka besarnya modulus elastisitas besi cor bisa [5] Callister, William. 2007. Material Science and
dicari dengan memasukkan nilai a (6,80±0,16) s2/kg, Engineering. New York : John Willey and Sons, Inc.
r (52,0±0,5)×10-5 m, d (36,0±0,5)×10-4m dan L Hal. 137
(50,00±0,05) ×10-2 m ke dalam persamaan (26). [6] Tyler, F. 1967. A Laboratory Manual of Physics.
London:Edward Arnold (Publisher).
Nilai modulus elastisitas besi cor abu-abu yang
diperoleh nilai (117,00±5,74)×109 N/m2 mendekati
nilai acuan yaitu 130×109 N/m2. Percobaan
penentuan nilai modulus elastisitas besi cor abu-abu
yang diperoleh dengan menggunakan metode osilasi
cantilever dengan analisis regresi linier terbukti
lebih teliti khususnya dan logam yang lain pada
umumnya.
Setiap penambahan massa menghasilkan nilai
kuadrat periode osilasi yang semakin besar. Selama
percobaan ditemui kesulitan dalam pembuatan
variasi massa yang sama. Hal ini disebabkan oleh
kesulitan dalam pemotongan massa tambahan yang
sama ukurannya.
KESIMPULAN
1, 2
Program Magister Pendidikan Fisika, Program Pascasarjana
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Kampus II, Jl. Pramuka 42 Lt 3, Sidikan, Umbulharjo, Yogyakarta 55161
*
Surel: ria_asep@yahoo.com
Intisari. Telah dilakukan analisis hubungan antara intensitas bunyi dengan konsentrasi larutan gula menggunakan
Software Logger pro pada percobaan resonansi. Larutan yang dipakai adalah larutan gula dengan konsentrasi 20%,
40%, 60%, 80% dan 100%. Pengukuran intensitas bunyi menggunakan interface labquest microphone , dan diperoleh
intensitas bunyi pada nada dasar, nada atas 1 dan nada atas 2. Data dianalisis menggunakan microsoft excel untuk
mengetahui intensitas maksimum. Diperoleh gafik intensitas nada dasar, nada atas 1 dan nada atas 2 pada masing-
masing konsentrasi larutan gula. Hubungan antara intensitas bunyi dengan konsentrasi larutan gula pada nada dasar
yaitu y 0,001x 0,0612 , pada nada atas 1 yaitu y 9E - 06x2 - 0,0002x 0,0982 dan pada nada atas 2 yaitu
y 5E - 06x2 0,0002x 0,1051 . Sehingga diperoleh hubungan terbaik antara intesitas bunyi dengan konsentrasi
larutan gula yaitu pada nada dasar karena hanya pada nada dasar yang memenuhi persamaan linear.
Kata kunci: Intensitas bunyi, Konsentrasi larutan,
PENDAHULUAN
LANDASAN TEORI
Fisika adalah salah satu ilmu yang paling dasar
dalam ilmu pengetahuan. Ilmuwan dari segala a. Logger Pro
disiplin ilmu memanfaatkan ide- ide dari fisika, Logger Pro adalah perangkat lunak yang dapat
mulai dari ahli kimia yang mempelajari struktur digunakan untuk menganalisis gejala-gejala fisika
molekul sampai ahli planteologi yang berusaha lewat video atau gambar. Logger Pro mempunyai
merekrontruksi bagaimana dinosaurus berjalan. kemampuan untuk menganalisis bunyi yaitu dengan
Fisika juga merupakan dasar dari semua ilmu Vernier Microphone. Vernier Microphone adalah
rekayasa dan tegnologi. Fisika merupakan ilmu suatu alat yang beroperasi dengan prinsip membran
eksperimental. Fisikawan mengamati fenomena yang bergetar yang mampu mengubah energi bunyi
alam dan berusaha menemukan pola dan prinsip menjadi bentuk sinyallistrik yang digunakan untuk
yang menghubungkan fenomena- fenomena ini. Pola merekam bentuk gelombang suara atau bunyi yang
ini disebut teori fisika atau, ketika mereka sudah dihasilkan oleh sumber bunyi, sehingga dapat
benarbenar terbukti dan digunakan luas, disebut mengirim informasi dan bentuk suara yang
hukum atau prinsip fisika. Perkembangan teori fisika ditangkapnya yang juga melibatkan suatu alat yang
memerlukan kreativitas dalam setiap tahapnya[1]. berfungsi untuk mendeteksi atau mengukur suara
Resonansi merupakan suatu fenomena dimana yang digunakan untuk merubah variasi mekanis,
sebuah sistem yang bergetar dengan amplitudo yang magnetik, panas, sinar dan kimia menjadi tegangan
maksimum akibat adanya impuls gaya yang dan arus[3].
berubah- ubah yang bekerja pada impuls tersebut.
Kondisi seperti ini dapat terjadi bila frekuensi gaya b. Resonansi
yang bekerja tersebut berimpit atau sama dengan Gelombang bunyi adalah gelombang mekanis
frekuensi getar yang tidak diredamkan dari sistem longitudinal. Gelombang bunyi tersebut dapat
tersebut[2]. dijalarkan di dalam benda padat, benda cair, dan gas.
Terdapat perbedaan intensitas bunyi pada Resonansi merupakan suatu fenomena dimana
berbagai konsentrasi, maka akan digunakan software sebuah sistem yang bergetar dengan amplitudo yang
logger pro ini untuk menganalisis intensitas bunyi maksimum akibat adanya impuls gaya yang
dengan berbagai konsentrasi larutan gula. Sehingga berubah-ubah yang bekerja pada impuls tersebut.
diketahui hubungan antara intensitas bunyi dengan Partikel-partikel bahan yang mentransmisikan
berbagai konsentrasi larutan gula. sebuah gelombang seperti itu berosilasi di dalam
arah penjalaran gelombang itu sendiri.
Gelombang yang terbentuk dalam kolom
udara merupakan gelombang bunyi berdiri.
Peristiwa resonansi terjadi saat frekuensi sumber
2. Prosedur penelitian:
a. Membuat larutan gula dengan konsentrasi
100%, 80%, 60%, 40% dan 20%.
b. Merangkai alat seperti pada Gambar 1.
TABEL 1. Data antara konsentrasi terhadap intensitas kalibrasi terbaik antara intensitas bunyi dengan
bunyi tiap – tiap nada. larutan gula adalah pada nada dasar.
Konsentrasi Intensitas Bunyi (dB)
Larutan
Gula (%) nada dasar nada atas 1 nada atas 2
20 0,08302808 0,09768010 0,10989011
UCAPAN TERIMA KASIH
40 0,10500611 0,10866911 0,12698413
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada
60 0,11965812 0,12087912 0,13797314 pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan
80 0,13798413 0,14163614 0,15340900 makalah ini, sehingga makalah ini dapat diselesaikan
dengan baik.
100 0,16971917 0,17338217 0,18284501
KESIMPULAN
Telah dilakukan analisis hubungan antara
intensitas bunyi dengan konsentrasi larutan gula
dengan menggunakan software Logger pro. Didapat
persamaan antara intesitas bunyi dengan konsentrasi
larutan gula yaitu pada nada dasar y 0,001x 0,0612 ,
nada atas satu y 9E - 06x2 - 0,0002x 0,0982
dan nada atas
dua y 5E - 06x2 0,0002x 0,1051 . Dari
persamaan yang diperoleh pada nada dasar
memenuhi persamaan fungsi linear, sedangkan pada
nada atas 1 dan nada atas 2 memenuhi persamaan
funsi kuadrat. Sehingga dapat disimpulkan kurva
Novitasari Sutadi
Intisari. Berkas cahaya dari udara yang masuk ke dalam air akan mengalami peristiwa pembelokan. Peristiwa tersebut
disebut pembiasan cahaya. Hal ini disebabkan medium udara dan air memiliki kerapatan optik yang berbeda. Udara
memiliki kerapatan optik lebih kecil daripada air. Sehingga sudut yang dibentuk oleh berkas cahaya terhadap garis
normal pada kedua medium menjadi berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan sudut sinar datang dan sinar
bias yang melewati medium udara ke air. Untuk mengukur sudut sinar datang dan sinar bias dibutuhkan LoggerPro.
Visualisasi yang dihasilkan dengan kamera diimport ke dalam LoggerPro. Hasil tracking gejala fisis direpresentasikan
dalam bentuk data dan grafik. Outputnya dianalisis dengan Microsoft Excel. Hasilnya menunjukkan sudut sinar datang
(pada medium udara) terhadap garis normal lebih besar daripada sudut sinar biasnya (pada medium air). Dengan
demikian, sinar bias mendekati garis normal (sudutnya lebih kecil) ketika sinar datang dari medium udara ke medium
air. Hal ini sesuai dengan kajian teori.
Kata kunci: pembiasan cahaya, sudut sinar datang, sudut sinar bias, logger pro.
PENDAHULUAN
Ketika cahaya melintas dari suatu medium ke
medium lainya, sebagian cahaya datang
dipantulkan pada perbatasan, dan sisanya lewat ke
medium yang baru. Cahaya yang melalui bidang
batas antara dua medium yang berbeda, akan
mengalami perubahan arah rambat atau GAMBAR 1. Pelangi sebagai salah satu contoh
pembelokan. Peristiwa perubahan arah rambat peristiwa pembiasan cahaya
cahaya pada batas dua medium berbeda tersebut
pada dasarnya disebabkan adanya perbedaan HUKUM SNELLIUS
kecepatan (v) merambat cahaya pada satu medium
ke medium yang lain [1]. Peristiwa inilah yang Pada sekitar tahun 1621, Willbrord Snell
disebut sebagai pembiasan cahaya. melakukan eksperimen untuk mencari hubungan
Berkas cahaya dari udara (medium 1) yang antara sudut datang dengan sudut bias. Hasil
masuk ke dalam air (medium 2) juga akan eksperimen tersebut dikenal dengan nama hukum
mengalami peristiwa pembiasan. Udara memiliki Snell yang kedua [2] yang berbunyi:
kerapatan optik lebih kecil daripada air. Sehingga a. Sinar datang, garis normal, dan sinar bias
sudut yang dibentuk oleh berkas cahaya terhadap terletak pada satu bidang datar
garis normal pada kedua medium tersebut menjadi b. Perbandingan sinus sudut datang (i) dengan
berbeda. Sudut yang dibentuk oleh sinar bias sinus sudut sinar bias (r) selalu konstan. Nilai
dengan garis normal disebut sebagai sudut bias (r). konstanta dinamakan indeks bias (n).
Terbentuknya warna pelangi dikarenakan sinar
yang jatuh pada titik-titik air hujan polikromatik
yaitu sinar putih, warnanya jadi terurai. Terurainya
sinar putih dikarenakan tiap-tiap warna memiliki
indeks bias yang berbeda
Secara matematika hukum snellius tersebut laser, kamera handphone, komputer, software
dapat ditulis dengan persamaan: Logger Pro , Microsoft Offiice Excel (selanjutnya
sin i v1 n2 disingkat Ms.Excel).
a) Eksperimen yang dilakukan direkam/
sin r v2 n1 divisualisa- sikan dalam bentuk foto dengan
menggunakan kamera handphone. Foto tersebut
SOFTWARE LOGGER PRO harus dalam extention JPEG. Selanjutnya
dilakukan analisis lewat Logger Pro. Dengan
Vernier Software & Technology mengembang- melakukan tracking pada setiap gerak jalannya
kan Logger Pro sebagai perangkat lunak untuk sinar, maka secara otomatis pada layar Logger Pro
mengambil dan menganalisis data dari Vernier Lab ditampilkan data dan grafik secara simultan
Pro 3, yang memiliki fasilitas Video Analysis sehingga diperoleh titik-titik ke-a yaitu (Xa,Ya)
untuk membuat dan menganalisis grafik pada sumbu tegak (X) dan sumbu datar (Y) bidang
representasi gerak yang terlihat dalam video, dan koordinat. Setelah data terkumpul, dieksport dan
grafik hasil foto. Kontrol panel utama dari dianalisis dengan menggunakan Mic. Excel,
perangkat lunak secara otomatis atau manual sehingga dapat ditentukan sudut sinar datang (i)
dengan mudah dioperasikan dalam menjalankan dan sudut sinar bias (r) dengan persamaan:
rekaman video dari frame ke frame sehingga
Y
kejadian atau perubahan gejala sebagai fungsi a arc tan a (1)
waktu dapat teramati [3 ]. Xa
Dalam pustaka [4] mengemukakan bahwa VBL dan satuan sudut yang digunakan adalah radian.
merupakan alat pendidikan yang dapat memadukan
aspek teoritis dana eksperimental dalam
pengajaran fisika. Video digital interaktif dalam
VBL memberikan kesempatan pada siswa untuk
terlibat secara aktif dalam pembelajaran sains [5].
Beichner dan Abbot (1999) berpendapat bahwa
dengan melihat keduanya yaitu kejadian
sebenarnya dengan penyajian grafik secara abstrak
dalam VBL maka siswa akan lebih mudah
membuat hubungan kognitif bila dihadapkan pada GAMBAR 3. Hasil tracking data pada logger Pro
munculnya miskonsepsi terhadap gerak [6].
Program Logger Pro merupakan salah satu Berdasarkan hasil analisis Mic. Excel diperoleh
software dari VBL yang mempunyai keistimewaan sudut sinar datang (i) rata-rata adalah 0,594 radian,
mampu menyajikan gejala fisika secara nyata baik dan sudut sinar bias (r) rata-rata adalah 0,385
berupa data kuantitatif yang grafiknya secara radian. Hal ini menunjukkan bahwa sudut sinar
simultan memberikan jembatan antara datang (medium udara) lebih besar dari pada sudut
pengamatan langsung dengan representasi abstrak sinar biasnya (medium air). Perbedaan ini
dari berbagai fenomena fisika. Seperti halnya saat dikarenakan medium air memiliki kerapatan optik
menentukan sudut datang (pada medium udara) lebih besar dari medium udara. Kecepatan rambat
dan sudut bias (pada medium air) dimana tingkat cahaya yang berada di medium air menjadi lebih
kesulitan terletak pada pengukuran sudut biasnya. lambat dibandingkan saat berada di udara.
Karena pengukuran sudut bias pada medium air Akibatnya, gerakan sinar dalam medium air
tidak bisa dilakukan dengan menggunakan busur. mendekati garis normal.
Hal ini dikarenakan sudut pandang pengamat tidak Hasil eksperimen tersebut membuktikan bahwa
jelas, dan ini dapat menyebabkan data eksperimen (a) telah terjadi peristiwa pembiasan cahaya, (b)
menjadi tidak akurat. sudut sinar bias (medium air) lebih kecil daripada
Pelacakan posisi pergerakan cahaya dengan sudut sinar datang (medium udara), (c) sinar
warna tampilan yang berbeda dalam suatu gambar datang, garis normal, dan sinar bias berada pada
video atau foto, mampu mengubah data yang satu bidang datar yaitu bidang batas antara medium
dihasilkan ke dalam bentuk nilai dan grafik secara udara dan air. Pembuktian ini sesuai dengan teori
jelas dan akurat sehingga menawarkan banyak Snellius.
kemungkinan untuk membangun dan menguji Oleh karena itu, penentuan sudut sinar datang
model fisika baik secara konseptual maupun dan sudut sinar bias dengan menggunakan Logger
analitis. Pro dapat membantu siswa dalam memahami
konsep pembiasan cahaya.
Hasil Penelitian
Untuk mendukung proses pelaksanaan penelitian,
media dan alat penelitian yang digunakan adalah
REFERENSI
2. Rasta Vian, 2010, refraksi/ pembiasan.
http://arvanrastavian.blogspot.com/2010/12/refraksip
embiasan.html (diakses 18 Mei 2013)
2. Yessi Pratiwi, 2008, http://pernikilmu.com/2008/10
/karena-cahaya-dibelokkan-saat-memasuki-air/
(diakses 18 Mei 2013)
3. Vernier International, 2004, Data Collection with
Computer and Handhelds 2004 Catalog.
http://www.vernier-intl.com (diakses 22 Pebruari
2013)
4. Gamboa, F., et al., 1999, Specification and
Development of
Physics Video Based Laboratory, Instrumentation an
d Development Vol. 4 Nr. 5.
5. Escalada, L. T., et al., 1996, Application of
Interactive Digital Video in a Physics Classroom,
Journal of Educational Multimedia and Hypermedia,
5(1), pp.73-97.
6. Beichner, R. J., and Abbott, D. S., 1999, Video-
Based Labs for Introductory Physics Courses, JCST
November 99.
Lili Maenani
Intisari – Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh polusi kendaraaan bermotor terhadap watak magnetik
tanah permukaan Terminal Kota Yogyakarta yaitu Terminal Giwangan dan Terminal Jombor. Ukuran dasar yang
menunjukkan watak magnetik bahan adalah suseptibilitas magnetik (χm). Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran
suseptibilitas magnetik (χm) sampel tanah dari Terminal Giwangan dan Terminal Jombor. Dua sampel di tiap tempat yaitu
sampel dari permukaan atas (dari permukaan s.d 0,5 cm) dan permukaan di bawahnya (0,6 cm s.d 1 cm). Keempat sampel
tanah kemudian di magnetisasi dengan memasukkan sampel ke dalam kumparan yang terdiri dari 3 000 lilitan dan
dihubungkan dengan sumber tegangan listrik, multimaster dan gaussmeter. Dengan merubah kuat arus listrik (I) yang
melewati kumparan maka diperoleh medan magnetik (B) yang kemudian di buat grafik hubungan kuat arus listrik (I) dan
medan magnetik (B) dan difitting secara garis lurus. Nilai suseptibilitas magnetik diperoleh dengan persamaan
2al , dengan a = kemiringan grafik, l = panjang kumparan dan n = jumlah lilitan. Hasil penelitian menunjukkan
m 1
0 n
bahwa suseptibilitas magnetik tanah permukaan atas Terminal Giwangan adalah χm = -0,02295 dan permukaan bawah χm = -
0,03941. Suseptibilitas magnetik tanah permukaan atas Terminal Jombor adalah χm = -0,01796 dan permukaan bawah χm =
-0,02644.Semua sampel tanah memiliki nilai suseptibilitas negatif hal ini menunjukkan bahwa tanah permukaan Terminal
Giwangan dan Terminal Jombor merupakan bahan diamagnetik. Jika dibandingkan nilaisuseptibilitas magnetik tanah
permukaan atas pada kedua sampel lebih tinggi dibandingkan dengan nilai suseptibilitas magnetik tanah permukaan bawah.
Hal ini memperkuat dugaan bahwa terdapat partikel-partikel emisi kendaraan bermotor yang mengnedap dipermukaan
tanah. Dengan demikian terdapat pengaruh polusi kendaraan bermotor terhadap watak magnetik tanah permukaan. Selisih
suseptibilitas magnetik tanah permukaan atas dan bawah Giwangan m 0,01646 lebih tinggi dari selisih suseptibilitas
magnetik tanah permukaan atas dan bawah Terminal Jombor m 0,00848 . Hal ini menunjukkan pencemaran tanah
akibat polusi kendaraan bermotor di Terminal Giwangan lebih tinggi daripada di terminal Jombor.
dipermukaan tanah sampai kedalaman 0,5 cm dari grafik. Persamaan grafik linear mempunyai model
permukaan. Sedangkan sampel bawah adalah , dengan x variabel bebas yang
sampel tanah yang diambil tepat dibawah sampel terletak pada sumbu datar dan y adalah variabel
atas sampai kedalama 1 cm. Dengan demikian terikat yang terletak pada sumbu tegak. Sedangkan
sampel tanah permukaan atas dan bawah dapat a adalah kemiringan (gradien) garis dan b adalah
dianggap memiliki stuktur dan komposisi tanah titik potong garis lurus dengan sumbu tegak
yang sama. (Toifur,2010:23).
Dari persamaan (2) diperoleh medan
B. Alat dan Bahan magnet di pusat solenoida adalah
1. Sampel tanah permukaan n
2. Multimaster B 0 (1 m ) i
2l
3. Gaussmeter y ax b
4. Kumparan/Solenoida
5. Power Supply Dengan memisalkan a (1 m) n dan i = x,
0
2l
6. Statif
maka diperoleh persamaan untuk menentukan
7. Kabel
suseptibilitas magnetik bahan
8. Jangka sorong
9. Neraca Ohaus
2al
m 1
0 n (3)
B. Prosedur Penelitian
1. Menyusun alat-alat menjadi rangkaian
eksperimen
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Setelah dilakukan eksperimen maka
diperoleh yaitu data kuat arus (i) dan medan
magnet (B). Kemudian data difitting dengan
persamaan garis lurus. Grafik hubungan kuat arus
(i) dengan madan magnet (B) untuk masing-
masing sampel menurut garis lurus ditunjukkan
pada gambar 1.
Tabel 1. Persamaan garis linier dan suseptibilitas nilai suseptibilitas magnetik tanah permukaan atas
magnetik sampel dan bawah Terminal Jombor adalah ∆ m =
Sampel Persamaan A χm 0,00848. Dengan demikian selisih nilai
- suseptibilitas magnetik tanah permukaan atas dan
Udara y = 0,020x + 0,000 0,02060 0,74305 bawah sampel tanah permukaan Terminal
- Giwangan lebih tinggi dari selisih nilai
A y = 0,018x + 0,000 0,01876 0,76600 suseptibilitas tanah permukaan atas dan bawah
- Terminal Jombor hal ini menunjukkan bahwa
B y = 0,017x + 0,000 0,01744 0,78246 tingkat pencemaran tanah permukaan Terminal
- Giwangan akibat polusi kendaraan bermotor lebih
C y = 0,019x + 0,000 0,01916 0,76101 tinggi dari pada tingkat pencemaran tanah
- permukaaan Terminal Jombor. Hal disebabkan
D y = 0,018x + 0,000 0,01848 0,76949 Terminal Giwangan merupakan terminal induk
Kota Yogyakarta sehingga jumlah kendaraan
Berdasarkan tabel diatas nilai suseptibilitas udara umum yang masuk ke Terminal Giwangan lebih
tidak sesuai dengan teori. Menurut teori banyak daripada jumlah kendaraan yang masuk
suseptibilitas magnetik udara adalah 0, sehingga terminal Jombor. Kondisi kendaraan yang masuk
nilai suseptibilitas masing-masing data harus terminal Giwangan sebagian besar adalah angkutan
dikonversi yaitu dengan dikurangi nilai perkotaan/angkutan dalam kota yang sudah lama
suseptibilitas magnetik udara hasil eksperimen beroprasi sehingga emisi gas buangnya lebih
yaitu -0,74305. Nilai suseptibilitas magnetik tinggi. Terminal Jombor merupakan Terminal
sampel yang telah dikonversi dapat dilihat pada persinggahan angkutan umum yang arahnya keluar
tabel 2. dari Kota Yogyakarta menuju Magelang dengan
kondisi mesin yang lebih baik karena merupakan
Tabel 2. Nilai Suseptibilitas Sampel
Sampel χm Tempat
Sampel tanah A dan B diambil dari terminal
Giwangan. Berdasarkan hasil eksperimen A -0,02295 T Giwangan permukaan atas
diperoleh bahwa nilai suseptibilitas tanah B -0,03941 T Giwangan permukaan bawah
permukaan atas m = -0,02295 sedangkan C -0,01796 T Jombor permukaan atas
suseptibilitas tanah permukaan bawah m = - D -0,02644 T Jombor permukaan bawah
angkutan antar kota.
0,03941. Sampel tanah C dan D diambil dari
terminal Jombor. Berdasarkan hasil eksperimen
KESIMPULAN
diperoleh bahwa nilai suseptibilitas tanah
permukaan atas m = -0,0179 sedangkan Dari penelitian yang telah dilakukan ini dapat
suseptibilitas tanah permukaan bawah m =
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh polusi
kendaraan bermotor terhadap watak magnetik
-0,02644. Semua nilai suseptibilitas sampel tanah permukaan Terminal yaitu dengan
bertanda negatif hal ini menunjukkan bahwa meningkatnya nilai suseptibilitas magnetik bahan.
sampel tanah permukaan Terminal Giwangan dan Dengan membadingkan nilai suseptibilitas
Terminal Jombor merupakan bahan diamagnetik. magnetik tanah permukaan dapat disimpulkan
Dengan membandingkan niali suseptibilitas bahwa tingkat pencemaran tanah di Terminal
magnetik sampel A dan B serta sampel C dan D Giwangan lebih tinggi daripada di Terminal
dapat diketahui bahwa nilai suseptibilitas magnetik Jombor.
tanah permukaan atas lebih tinggi dari permukaan
bawah hal ini memperkuat dugaan adanya polusi PUSTAKA RUJUKAN
kendaraan bermotor dari angkutan umum yang
mengendap pada permukaan tanah. Dengan [1] Arifin, Z.2009. Pengendalian Poluasi
demikian polusi kendaraan bermotor Kendaraan. Yogyakarta: Alfabeta
mempengaruhi watak magnetik bahan yaitu [2] Hoffman,V., M. Knab, dan E. Appel.1999.
meningkatkan nilai suseptibilitas bahan. Magnetic Suceptibility Mapping of Roadside
Semakin tinggi nilai suseptibilitas magnetik Pollution, Journal of geochemical exploration
sampel tanah semakin tinggi pula tingkat vol 66
pencemaran tanah akibat polusi kendaraan [3] Manik,K.E.S.2004.Pengelolaan Lingkungan
bermotor. Selisih nilai suseptibilitas magnetik hidup.Jakarta: Djembatan
tanah permukaan atas dan bawah Terminal [4] Pratiwi Hadi, Tri Novi.2012.Studi Komposisi
Giwangan adalah ∆ m = 0,01646, sedangkan dan Bentuk Bulir Mineral Magnetik serta
Intisari. Benda bergerak menggelinding maka benda tersebut telah melakukan gabungan dua gerakan langsung yaitu
berotasi dan bertranslasi, sehingga energi kinetiknya merupakan penjumlahan dari energi kinetik translasi dan energi kinetik
rotasi. Dengan persamaan energi mekanik dapat ditentukani kecepatan benda saat mulai menggelinding dan energi serap
ketika benda menggelinding pada permukaan yang kasar.Pengumpulan data dilakukan dengan perekaman video saat bola
pejal menggelinding pada bidang miring, kemudian video di import ke software Logger Pro 3.8.2.4. Dengan Logger Pro
3.8.2.4 gerak bola pejal ditracking, data hasil tracking diubah dalam bentuk data dan grafik. Dengan teknik fitting data,
diperoleh energi serap (Es) bola bekel sebesar 0,162 dan besarnya energi serap (Es)pada kelereng adalah 0,106.
Kata kunci : Logger Pro 3.8.2.4, menggelinding, energi kinetik translasi, energi kinetik rotasi
f. Jangka sorong (untuk mengukur diamater kecepatan bola pejal (v) dengan menggunakan
bola) persamaan (2). Dengan data kecepatan bola pejal
g. Handycam untuk merekam sebelum dan (v) yang kemudian memasukkan nilai tersebut ke
sesudah bola pejal menggelinding. dalam persamaan (12) maka kita dapat melihat
h. SoftwareLogger Pro 3.8.2.4 bahwa besarnya EM1 = EM2.
i. Komputer Setelah nilai kecepatan (v) diketahui dan dapat
membuktikan bahwa besarnya EM1 = EM2, maka
Prosedur Eksperimen kita kembali lagi melakukan eksperimen
Eksperimen dilaksanakan mengikuti prosedur selanjunya yaitu dengan mengubah permukaan
sebagai berikut: bidang miring tersebut dengan permukaan yang
a. Merangkai alat dan bahan sehingga kasar, yaitu melapisi papan gypsum dengan karpet.
eksperimen gerak bola menggelinding pada Kemudian percobaan kembali direkam
bidang miring dapat dilakukan. menggunakan handycam, dan datanya kembali di
b. Saat bola pejal yang berada di atas bidang fitting dengan Software Logger Pro 3.2. Dari
miring mulai dilepaskan, maka perekaman pengolahan data maka didapatkan kurva hubungan
video dilakukan antara posisi (y) dan waktu (t) sehingga nilai
c. Perekaman dilakukan selama bola pejal pecepatan kembali dapat diketahui besarnya dan
bergerak menuruni bidang miring sampai selanjutnya besarnya kecepatan (v’) pada bola pejal
bola berada pada titik henti yang telah yang menggelinding pada bidang miring dengan
ditentukan. permukaan kasar dapat diketahui. Karena
d. Setelah video siap, dilakukan tracking permukaan bidang miring yang kasar maka
gerakan bola pejal dari waktu ke waktu terdapat adanya energi serap saat bola pejal
dengan software Logger Pro 3.2 menggelinding menuruni bidang miring tersebut.
e. Menganalisis data dengan cara mem-fitting Setelah nilai kecepatan (v’) diketahui maka dengan
data sesuai dengan perilaku data. Karena persamaan (13) besarnya energi serap (Es) dapat
fenomena bola menggelinding pada bidang diketahui.
miring merupakan kejadian gerak lurus
berubah beraturan, maka pendekatan fitting HASIL DAN PEMBAHASAN
data yang dilakukan adalah menggunakan
fungsi kuadratik. Tujuan dilakukan fitting a. Bola bekel menggelinding pada bidang
data adalah untuk memperoleh nilai miring
percepatan (a).
f. Apabila a didapatkan, maka langkah Dari analisis Video Based Laboratory (VBL)
berikutnya, menentukan nilai kecepatan (v) dengan menggunakan software Loger Pro 3.8.4.2 ,
dengan menggunakan persamaan (2). maka diperoleh hasil
g. Apabila nilai (v) didapatkan, maka langkah
berikutnya adalah membuktikan bahwa
energi mekanik berlaku pada sistem ini sesuai
dengan persamaan (12).
h. Selanjutnya mengubah permukaan bidang
miring dengan permukaan yang kasar yaitu
dengan melapisi permukaan triplek dengan
karpet. Kemudian ulangi prosedur pada point
b - f.
i. Setelah nilai kecepatan (v) diperoleh, dengan
persamaan(12) dapat dilakukan perhitungan Gambar 2. Tracking bola bekel
energi serap (Es) bola pejal pada bidang
miring dengan permukaan yang kasar. Penentuan kecepatan (v)
Dengan fitting data dengan menggunakan Logger
Prosedur Analisis Data Pro 3.8.4.2 sebagaimana gambar 3, dapat diperoleh
Untuk menentukan kecepatan dan posisi bola nilai percepatan (a). Setelah nilai a diperoleh
pejal, kita dapat melihat dari kurva hubungan maka copy data pada Ms Excel untuk menentukan
antara posisi (y) dan waktu (t), karena gerakan bola kecepatan(v)dengan menggunakan persamaan (2).
pejal yang menggelinding pada bidang miring Maka diperoleh besar v = 1,47 m/s.
adalah merupakan gerakan gerak lurus berubah
beraturan,maka fittingdata yang dipilih adalah Penentuan energi mekanik (Em)
fungsi kuadratik. Setelah dilakukan fitting data, Setelah nilai v diketahui, maka energi mekanik
kita peroleh besar percepatan bola pejal (a) dari yang berlaku pada sistem ini dapat diperoleh
persamaan grafik yang telah dihasilkan saat meng- dengan menggunakan persamaan (12). Sehingga
tracking data, selanjutnya dapat diperoleh besar dapat diketahui besar Em= 0,03
KESIMPULAN
Daftar Pustaka
Intisari. Makalah ini menyajikan pemetaan kandungan CO2 di Yogyakarta ditinjau dari tingkat keramaian kendaraan
bermotor dan kondisi lingkungan. Kota Yogyakarta sebagai kota pelajar menjadikan salah satu kota yang semakain padat
jumlah populasinya. Hal ini menyebabkan bertambahya kendaraan bermotor yang mengakibatkan tingkat polusi bertambah
meningkat dan akan berpengaruh pada kadar kandungan CO2 di Yogyakarta.Penelitian pengukuran kandungan CO2
dilakukan di sepuluh tempat keramaian di kota Yogyakarta. Hasil pemetaan dari penelitian ini diperoleh uji kandungan
CO2 yang paling tinggi adalah di daerah 0 Km Yogyakarta sebesar 973,2 PPM.
DAFTAR PUSTAKA
[1] http://www.vernier.com/CO2 gas sensor.html
[2] Trismidianto. 2008. Studi Penentuan
Konsentrasi CO2 dan Gas Rumah Kaca
Lainnya di Wilayah Indonesia. Jurnal ini
dipublikasikan.
[3] http://wikipedia-indonesia/karbondioksida
Agustinasari
Intisari, Kecerdasan tidak hanya ditentukan oleh skor tunggal yang diungkap oleh tes inteligensi, yang hanya mengukur
kemampuan siswa dalam bidang verbal linguistik dan logika matematis. Pada dasarnya siswa memiliki sejumlah kecerdasan
(kecerdasan jamak) berupa keterampilan dan kemampuan yang mewakili berbagai cara siswa dalam belajar dan berinteraksi
dengan diri dan lingkungannya. Kecerdasan jamak berfungsi secara bersama-sama pada setiap individu secara unik. Oleh
karena itu semua kecerdasan yang dimiliki siswa sama pentingnya, hanya cara belajar siswa yang beragam, tergantung pada
kekuatan dan kelemahan masing-masing. Inovasi pembelajaran Number Head Together (NHT) berdasarkan teori McKenzie
merupakan kegiatan pembelajaran yang dapat menstimulasi berbagai jenis kecerdasan yang dimiliki siswa yang disesuaikan
dengan kecenderungan gaya belajar siswa sehingga seluruh kemampuan dapat berkembang secara optimal. Siswa belajar
dalam kelompok homogen berdasarkan tiga domain kecerdasan McKenzie dengan tujuan kegiatan pembelajaran terorganisir
sehingga kecerdasan-kecerdasan tersebut bekerja atau berhubungan satu sama lain.
Individu dengan kecerdasan musik yang berpikir dengan gambar dan sangat baik
menonjol senang bernyanyi, senang ketika belajar melalui presentasi visual seperti
memainkan alat musik, lebih mudah film, gambar, video, dan demonstrasi yang
menghafal dan mengingat objek jika menggunakan alat peraga. Mereka juga
dimasukkan dalam irama-irama musik dan sangat menyukai aktivitas menggambar,
suka bersenandung/bernyanyi sambil berpikir mengukir, senang membaca peta serta
atau mengerjakan tugas. diagram serta cenderung berimajinasi,
2. Kecerdasan logis-matematis adalah melamun, dan berpikir secara mendalam.
kecerdasan yang berkenaan dengan angka- 3. Kecrdasan eksistensial adalah kemampuan
angka dan penalaran. Individu dengan untuk menempatkan diri dalam hubungannya
kecerdasan logika-matematika yang menonjol dengan kosmos yang tidak terbatas dan
senang pada pelajaran matematika, pelajaran sangat kecil serta kapasitas untuk
ilmu pengetahuan, senang dengan permainan menempatkan diri dalam hubungannya
strategi seperti catur dan teka-teki silang. dengan fitur-fitur eksistensial dari suatu
melakukan eksperimen. Ciri kecerdasan ini kondisi manusia seperti makna kehidupan,
adalah kemampuan memakai penalaran arti kematian, perjalanan akhir dari dunia
induktif, deduktif, memecahkan berbagai fisik maupun psikologis, dan pengalaman
masalah abstrak, dan memahami hubungan mendalam tentang cinta kepada orang lain
sebab-akibat. atau perendaman diri secara total dalam suatu
3. Kecerdasan naturalistik adalah kemapuan karya seni.
untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasi Kecerdasan intrapersonal, visual dan
pola-pola alam, seperti tanaman dan binatang. eksistensial dikelompokkan dalam domain
Individu dengan kecerdasan naturalistika introspektif karena memerukan keterlibatan siswa
yang menonjol cenderung mempunyai untuk melihat sesuatu lebih dalam dari sekedar
ingatan yang kuat. Biasanya senang mencari memandang melainkan harus mampu membuat
tahu tentang sesuatu kemudian hubungan emosional antara yang mereka pelajari
mengelompokkannya ke dalam kategori dengan pengalaman masa lalu. Kecerdasan ini
tertentu dapat dicapai dengan komponen afektif secara
Kecerdasan musik, logika-matematika, dan ilmiah.
naturalistik memiliki ciri kemapuan menganalisi
Sembilan jenis kecerdasan mungkin saja
data dan pengetahuan. Ketiga kecerdaasan tersebut
ada pada setiap anak namun kadarnya saja yang
disebut sebagai kecerdasan analitik karena
berbeda-beda, selain itu perlu ditekankan bahwa
meskipun dapat memiliki komponen social atau
kecerdasan-kecerdasan ini tidak berdiri sendiri, ada
introspektif namun kecerdasan tersebut
beberapa kecerdasan yang memang saling
kebanyakan digunakan untuk menganalisis dan
menopang.
menggabungkan data ke dalam skema yang sudah
ada. menganalisis data dan pengetahuan.
Domain Introspektif 3. APLIKASI KECERDASAN JAMAK
Domain intrapersonal terdiri dari Proses pembelajaran yang baik jika terjadi
kecerdasan visual, intrapersonal, dan eksistensial. interaksi timbal balik antara siswa dengan siswa,
siswa dengan lingkungan kelas, serta siswa dan
1. Kecerdasan Intrapersonal merujuk pada guru. Teori kecerdasan jamak dapat membantu
kesukaan untuk menyendiri, mengatur guru dalam merancang kegiatan-kegiatan
aktivitas, dan mampu bekerja sendiri. pembelajaran yang sesuai dengan potensi
Individu yang memiliki kecerdasan kecerdasan yang dimiliki siswa sehingga siswa
intrapersonal yang dominan cenderung dapat belajar dengan sesuai dengan gaya
memiliki kesadaran diri yang tinggi di mana belajarnya. Oleh karena itu guru hendaknya
mereka mampu memproses tujuan yang jelas memandang bahwa semua kecerdasan sama
tentang segala sesuatu yang dilakukan pentingnya.
sekarang dan massa yang akan dating.
biasanya lebih suka bekerja sendirian Aplikasi pembelajaran berdasarkan
daripada bersama-sama. Ia senang membuat kecerdasan jamak dapat dikolaborasikan dengan
catatan harian atau membuat jurnal harian, model-model pembelajaran lain yang sudah ada.
senang menuliskan ide-idenya.
2. Kecerdasan visual adalah kemampuan untuk
memahami gambar-gambar dan bentuk
termasuk kemampuan untuk
menginterpretasikan dimensi ruang yang
tidak dapat dilihat. Individu yang yang
memiliki kecerdasan visual cenderung
Suhu
BESARAN PANJANG
TURUNAN
VOLUME
CM
WAKTU
Siswa dengan kecenderungan memiliki 3
M
kecerdasan interaktif senang bekerja sama dalam MASSA
memperoleh pengetahuan serta dalam proses
pembelajaran mereka cenderung terlibat secara
langsung melakukan aktivitas pembelajaran.
Contoh-contoh modia pembelajaran sebagai KILOGRAM SEKON
berikut: SEDI PANJA LUA INDA
H NG S H
Contoh Croos Word MASS GAY WAKT VOLUM
A T U P U P U K A S A A U E
H I T A M U H A S I CANTI DA SUH MANI
K YA U S
A N K H E T U A I B
ENERG MASSA JENIS SIBU
R D A I N R S S B U I ZAT K
I A W T A I C I A K 5. PENUTUP
M H P A N J A N G I Model pembelajaran sangat penting dalam
D A Y A G U N U U R proses pembelajaran. Metode pembelajaran yang
A K I M I K T H S T digunakan guru harus disesuaikan dengan keadaan
siswa agar dapat membantu siswa dalam proses
S L U A S E I U U S
memperoleh pengetahuan. Salah satu hal yang
S A I N H L K S S I perlu diperhatikan dalam merencanakan proses
A O U I N E K E U L pembelajaran yaitu gaya siswa belajar dan potensi
M A S S A J E N I S yang dimiliki siswa. Gaya belajar berkaitan dengan
K E C E P A T A N U kecerdasan yang dimiliki masing-masing siswa.
Meminta siswa untuk menggambar atau Siswa memiliki banyak kecerdasan namun hanya
menggunakan alat ukur kemudian beberapa kecerdasan yang dominan dan dapat
menjelaskan apa fungsi dari alat ukur teramati.
tersebut.
Siswa dengan kecerdasan Introspektif yang Teori kecerdasan jamak memungkinkan
dominan cenderung melihat sesuatu lebih dalam. individu manapun yang diajar dengan cara
Contoh pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu melibatkan kecerdasan yang dominan dalam
menyiapkan kumpulan kata-kata dan meminta dirinya akan bisa mempelajari, memahami, dan
siswa menentukan mana yang termasuk besaran- menerapkan pengetahuan secara lebih efektif.
besaran fisik, meminta siswa untuk memasangkan
Pembelajaran dengan melibatkan
gambar alat, ukur, besaran dan satuan yang sesuai.
kecerdasan yang dimiliki dapat diaplikasikan
Berikut contoh media pembelajaran untuk domain
dalam berbagai model pembelajaran salah satunya
introspektif:
model pembelajaran NHT yang memungkinkan
siswa untuk belajar bersama dalam satu kelompok,
6. DAFTAR PUSTAKA
Daryanto dan Muljo, R. (2012). Model
Pembelajaran Inovatif. Malang: Gava Media
English, E.W. (2012). Mengajar Dengan Empati.
Bandung: Nuansa Cendikia
Prawira, P.A. (2012). Psikologi Pendidikan dalam
Perspektif Baru. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Slavin, R.E. (2008). Psikologi Pendidikan: Teori
dan Praktik. Jakarta: PT. Indeks
Sugiarto, T, & Ismawati, E. (2008). Ilmu
Pengetahuan Alam: Kelas VII SMP/Mts.
Jakarta: Pusat pembukuan Departemen
Pendidikan Nasional
Sylwester, R. (2010). A Child’s Brain: The Need
for Nature. USA: Corwin
Yaumi, M. (2012). Pembelajaran Berbasis
Multiple Intelligences. Jakarta: Dian Rakyat
http://www.wikipedia.org/wiki/Theory_of_multipl
e_intelligences
Ucapan terimakasih kepada Bapak Dwi Sulisworo
Ekusaini Susanto
Intisari, Tujuan dilaksanakan penelitian tindakan kelas ini untuk mengetahui apakah dengan penggunaan metode
Modification of Reciprocal Teaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan pada mata pelajaran Fisika
pokok bahasan Alat-alat Optik .
Penelitian dilakukan di Kelas VIII-E SMP Negeri 1 Muntilan jumlah siswa terdiri dari 21 siswa. Penelitian dilakukan pada
bulan April tahun 2012. Adapun teknik pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi, metode tes dan metode
observasi. Dari hasil penelitian ini penulis dapat memberikan kesimpulan bahwa “Adanya peningkatan hasil belajar Fisika
yang signifikan dengan menggunakan Pendekatan Modification of Reciprocal Teaching pada pokok Bahasan Alat-alat
Optik Kelas VIII E SMP Negeri 1 Muntilan tahun pelajaran 2011/2012”.
Keberhasilan penelitian tindakan kelas ini Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian.
juga ditinjau dari persentase ketuntasan belajar Jakarta: Rineka Cipta. . 2002. Prosedur
yang makin meningkat dan mencapai tolok ukur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Bumi Aksara.
keberhasilan. Kenaikan persentase ketuntasan
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar.
belajar dapat kita lihat pada grafik 2. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar.
Pada siklus I secara keseluruhan ada 46,15% Jakarta: PT Bumi Aksara.
yang belum tuntas dalam hasil belajar dan 53,85 Mulyasa.2005. Kurikulum Tingkat Satuan
% yang telah tuntas dalam hasil belajarnya. Pendidikan, Konsep, Karekteristik,
Nilai rata-rata tes hasil belajar sebesar 6,46. Implementasi dan Inovasi. Bandung: PT
Pada siklus II secara keseluruhan ada 11,54 % Remaja Rosda Karya.
yang belum tuntas dalam hasil belajar dan 88,46 Nasution.2003. .Berbagai Pendekatan dalam
proses Belajar mengajar. Jakarta: Bumi
% yang telah tuntas dalam hasil belajarnya.
Aksara.
Nilai rata-rata tes hasil belajar yang diperoleh
sebesar 7,92.
D. KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah penulis uraikan
diatas maka dalam hal ini penulis dapat
memberikan kesimpulan sebagai berikut :
Adanya peningkatan hasil belajar Fisika yang
signifikan dengan menggunakan Pendekatan
Modification of Reciprocal Teaching pada
pokok bahasan Alat-alat Optik Kelas VIII E
SMP Negeri 1 Muntilan tahun pelajaran
2011/2012.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal. 2002. Profesionalisme Guru dalam
Pembelajaran. Cet 1. Surabaya: Insan
Cendikia.
Harijadi
Intisari. Pengajaran Fisika yang diharapkan adalah pengajaran yang santai dan menyenangkan, tetapi juga dapat membuat
siswa benar-benar memahami dan menerapkannya, bukan hanya menguasai teori belaka. Pada kenyataannya, mendengar
kata Fisika saja, siswa sudah malas dan pusing, karena fisika dikategorikan momok bagi siswa, sehingga berakibat
pemahaman konsep tentang alat optic dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari menjadi sangat rendah. Hal ini jika
dibiarkan akan membawa dampak yang fatal terhadap fisika dimata siswa. Fisika semakin jauh dari siswa. Peneliti
menganggap masalah ini sangat penting untuk segera dibenahi dengan menawarkan model pembelajaran Gallery of
Learning. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 3 siklus terdiri atas 6 pertemuan.
Tiap pertemuan terdiri atas 2 x 40 menit. Tiap siklus meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
Data diambil dengan menggunakan instrument tes, wawancara, angket dan jurnal. Tujuan dari penelitian ini adalah
meningkatkan pemahaman konsep Fisika tentang alat-alat optic dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari melalui
strategi pembelajaran Gallery of Learning siswa SMP Negeri 1 Ponorogo. Peranan model pembelajaran Gallery of Learning
dalam meningkatkan pemahaman konsep tentang alat-alat optic dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dapat
dilihat dari peningkatan rata-rata hasil belajar dan peningkatan prosentase ketuntasan belajar dari siklus satu ke siklus
berikutnya, yaitu peningkatan hasil belajar, dari siklus I sebesar 72,33; siklus II sebesar 75,33 dan siklus III sebesar 96,67.
Untuk peningkatan prosentase ketuntasan belajar dari siklus I sebesar 66,67, siklus II 76,67 dan siklus III 96,67. Dari
analisa data di atas dapat disimpulkan bahwa metode pengajaran gallery of learning mampu meningkatkan pemahaman
konsep tentang alat-alat optic dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Ponorogo
tahun pelajaran 2011-2012.
Kategori
Skor I II III
Program Study Magister Pendidikan Fisika
N0
F % F % F %
Universitas Ahmad Dahlan atas dukungan dalam
1 90-100 A 0 0 0 0 2 6,67 kegiatan ilmiah ini.
2 80-89 B 4 13,33 13 43,33 22 73,33
3 70-79 C 20 66,67 12 40,00 6 20,00
4 20-69 K 6 20,00 5 16,67 0 0
JUMLAH 30 100 30 100 30 100
REFERENSI
Dahar Ratna. 1989. Teori-Teori Belajar. Penerbit
3) Rekapitulasi tingkt ketuntasan belajar siswa Erlangga Jakarta.
Siklus Tuntas Tidak tuntas
(%) (%) Danim, Sudarwan.2002. Inovasi Pendidikan
Dalam upaya Peningkatan Profesionalisme
I 66,67 33,33
Tenaga Kependidikan. CV Pustaka Setia.
II 76,67 23,33
Bandung.
III 96,67 3,33
Djunaidi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. UIN
Berdasarkan hasil analisa data maka ada
Malang. Press Malang
peningkatan pemahaman konsep alat optic dan
penerapannya dari satu siklus ke siklus berikutnya,
Hamalik, O. 2008. Proses Belajar Mengajar.
sehingga dapat dinyatakan bahwa strategi
Jakarta: PT Bumi Aksara.
pembelajaran Gallery of Learning mampu
meningkatkan pemahaman konsep alat optic dan Hill, Winfred. Theories of Learning. 2008. Nusa
penerapannya siswa kelas VIII A SMP Negeri 1
Media. Bandung.
Ponorogo tahun pelajaran 2011-2012.
Nasution. 2008. Berbagai Pendekatan Dalam
KESIMPULAN Prose Belajar Mengajar. PT. Bumi Aksara Jakarta.
Pada siklus I, data hasil penelitian
menunjukkan bahwa aktifitas belajar siswa 13,33% Silberman, Mel. 1996. Active Learning. 101
ini berarti siswa mengalami kesulitan untuk
Strategies to Teach Any Subject. Boston: Allyn &
memahami konsep alat optic dan penerapannya
Bacon.
secara maksimal. Ketuntasan yang dicapai 66,67%
berarti menunjukkan peningkatan keuntasan yang Van Den Berg. E. 1989. Salah Konsep:
semula 60% pada pre-test. Pertentangan Antara Intuisi Siswa dengan Ilmu
Pada siklus II, ternyata data menunjukkan
Fisika. Universitas Kristen Satyawacana. Salatiga
bahwa aktifitas siswa tergolong baik dan
meningkat menjadi 43,33% yang semula hanya
13,33%. Peningkatan aktifitas siswa ini diikuti
dengan peningkatan hasil belajar siswa yang
ditunjukkan oleh kenaikan hasil belajar 76,67%
dari 60,00%.
Pada siklus III, secara umum telah terlihat bahwa
adanya peningkatan aktifitas belajar siswa
mencapai 80,00% termasuk dalam kategori baik.
Hal ini terjadi karena siswa telah dapat
menunjukkan kemampuannya dengan berusaha
semaksimal mungkin. Siswa telah memiliki
kesadaran bahwa fisika sangat berguna dalam
kehidupan sehingga mereka menunjukkan antusius
yang tinggi. Peningkatan ini diikuti oleh
peningkatan hasil belajar siswa yang mencapai
96,67%.
Dari uraian tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa strategi pembelajaran Gallery
of Learning mampu meningkatkan aktifitas belajar
siswa sehingga terbukti merupakan salah satu
strategi pembelajaran yang mampu meningkatkan
pemahaman konsep fisika pada topic alat optic dan
penerapannya pad siswa kelas VIII A SMP Negeri
1 Ponorogo tahun pelajaran 2011-2012.
1
Alumni S1 Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Ahmad Dahlan
2
Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Ahmad Dahlan
* Surel: dian_uad@yahoo.com
Intisari. Penerapan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray dalam pembelajaran fisika pada pokok
bahasan momentum dan impuls bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan pemahaman materi siswa kelas XI di
MAN Yogyakarta II. Penelitian ini dilakukan di kelas XI IPA 2 MAN Yogyakarta II yang dilakukan pada semester 1
tahun ajaran 2012/2013 tanggal 22 November 2012 - 01 Desember 2012. Teknik pengumpulan data ini berupa
observasi, dokumentasi, dan tes. Penelitian ini termasuk dalam penelitian tindakan kelas yang terdiri atas tiga siklus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pembelajaran pokok bahasan momentum dan impuls menggunakan model
pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray pada siklus I, siklus II, dan siklus III mengalami peningkatan pada kondisi
awal hasil belajar siswa kelas XI IPA 2 pada pokok bahasan momentum dan impuls adalah nilai rata-rata 44,63 dengan
ketuntasan 0%. Pada saat dilakukan tindakan siklus I presentase nilai rata-rata keaktifan didapat sebesar 41,25% dengan
kriteria keaktifan cukup aktif, dan rata-rata nilai hasil tes pemahaman materi adalah 57,50 dengan ketuntasan
belajarnya 25%. Pada siklus II ternyata presentase keaktifan siswa sebesar 70,00% dengan kriteria keaktifan siswa aktif,
dan nilai rata-rata 64,38 dan ketuntasan belajar sebesar 40,62%. Pada siklus III didapat peningkatan presentase
keaktifan siswa yaitu sebesar 90,37% dengan kriteria keaktifan siswa selama proses pembelajaran adalah sangat aktif
dan nilai rata-rata serta ketuntasan siswa juga meningkat dengan nilai rata-rata 80,31 dan ketuntasan belajar sebesar
87,5%. Dengan demikian penerapan model kooperatif Two Stay Two Stray dapat dikatakan berhasil dalam
meningkatkan keaktifan dan pemahaman materi siswa.
Kata kunci: Kooperatif, Keaktifan, Pemahaman
siswa. Salah satunya adalah pembelajaran yang
PENDAHULUAN
mengaktifkan siswa adalah pembelajaran
Fisika merupakan ilmu yang mempelajari
kooperatif, yang menurut Johnson dan Johnson
gaya-gaya alamiah dari benda-benda di alam
dalam Huda (2012: 31) pembelajaran koopertif
semesta, sifat-sifat dan saling keterkaitannya
merupakan pembelajaran yang bekerja sama untuk
sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
mencapai tujuan bersama Pembelajaran kooperatif
kesejahteraan kehidupan manusia (Toifur, 1999:
berupaya membantu siswa untuk mempelajari isi
1). Mengingat pentingnya ilmu fisika dalam
akademis dan berbagai keterampilan untuk
kehidupan, maka perlu diperhatikan mutu
mencapai berbagai sasaran dan tujuan sosial dan
pengajaran mata pelajaran fisika yang di ajarkan di
hubungan antar-manusia yang penting.
tiap jenjang dan jenis pendidikan supaya hasil
Salah satu tipe model pembelajaran
belajar siswa terhadap mata pelajaran fisika
kooperatif adalah Two Stay Two Stray (Dua
meningkat dan pemahaman ilmu fisika dapat lebih
Tinggal Dua Bertamu), dimana pemilihan model
dimanfaatkan kegunaannya dalam kehidupan.
pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray
Namun pada kenyataannya peningkatan mutu
karena model tersebut memiliki kelebihan yaitu
pendidikan khususnya pelajaran fisika sangat sulit,
keterlibatan siswa sangat besar dalam proses
hal ini dapat disebabkan oleh beberapa
pembelajaran dan dapat mendorong siswa supaya
permasalahan terutama permasalahan pada proses
aktif dan saling membantu dalam menguasai
pembelajarannya.
pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran,
Berdasarkan hasil observasi awal berupa
selain itu model pembelajaran kooperatif tipe Two
dokumentasi data nilai siswa yang diperoleh dari
Stay Two Stray dapat diterapkan dalam semua
guru fisika kelas XI IPA di MAN Yogyakarta II
mata pelajaran dan untuk semua tingkatan umur
diketahui bahwa hasil belajar siswa kelas XI IPA 2
(Huda, 2012: 140 ).
masih rendah, terlihat dari hasil nilai rata-rata
Dengan mempertimbangkan hal-hal
ulangan harian pokok bahasan momentum dan
tersebut maka penulis melakukan penelitian
impuls, kelas XI IPA 2 memiliki nilai rata-rata
dengan menerapkan model pembelajaran
44,87 dengan ketuntasan 0%. Hal ini terjadi karena
kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) pada
pembelajaran yang dilakukan tidak berjalan efektif
pokok bahasan momentum dan impuls kelas XI
disebabkan kekurangan penggunaan metode
MAN Yogyakarta II yang bertujuan untuk: (1)
penyampaian informasi atau metode pembelajaran
Mengetahui peningkatan keaktifan siswa dengan
yang kurang tepat serta kurangnya pengaktifan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two
Stay Two Stray (TSTS) pada pokok bahasan memberikan contoh, menuliskan kembali,
momentum dan impuls, (2) Mengetahui dan memperkirakan (Arikunto, 2009:
peningkatan pemahaman materi dengan penerapan 137). Dengan pemahaman, siswa diminta
model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two untuk membuktikan bahwa ia memahami
Stray (TSTS) pada pokok bahasan momentum dan hubungan yang sederhana di antara fakta
impuls[1]. – fakta atau konsep.
4. Momentum dan Impuls
KAJIAN PUSTAKA a. Momentum
1. Model Pembelajaran kooperatif Momentum didefinisikan sebagai
Watson dalam Samani (2012: 160) ukuran kesukaran menghentikan suatu
berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif benda. Momentum adalah besaran yang
adalah lingkungan belajar kelas yang merupakan perkalian massa dan
memungkinkan siswa bekerja sama untuk kecepatan, sehingga momentum termasuk
mengerjakan tugas-tugas akademiknya dalam besaran vektor. Arah momentum searah
kelompok kecil yang heterogen. Menurut dengan arah kecepatan (Kanginan, 2007:
Johnson dan Johnson dalam Huda (2012: 31), 160). Momentum biasanya diberi simbol
pembelajaran kooperatif berarti working . Satuan momentum adalah satuan
together to accomplish shared goals (bekerja massa dikalikan satuan kecepatan. Jadi,
sama untuk mencapai tujuan bersama). dalam sistem SI satuan momentum adalah
(Ruwanto, 2003: 134).
2. Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay
Two Stray (TSTS) b. Impuls
Model pembelajaran kooperatif tipe Gaya yang mengawali suatu
Two Stay Two Stray merupakan suatu teknik
percepatan dan menyebabkan benda
yang memungkinkan setiap kelompok untuk
saling berbagi informasi dengan kelompok- bergerak cepat dan makin cepat adalah
kelompok lain, hal ini dilakukan dengan cara gaya impulsif. Hasil kali gaya impulsif
saling mengunjungi atau bertamu antar rata-rata dengan selang waktu singkat
kelompok. Model pembelajaran kooperatif selama gaya impulsif bekerja disebut
tipe Two Stay Two Stray dapat diterapkan
besaran impuls. Impuls diberi lambang .
dalam semua mata pelajaran dan untuk semua
tingkatan umur (Huda, 2012: 140 ). Dengan satuan impuls adalah .
3. Keaktifan Siswa dan Pemahaman Materi
a. Keaktifan siswa
Keaktifan disini ditandai dengan METODE PENELITIAN
banyaknya respon dari siswa, banyaknya
pertanyaan atau jawaban seputar materi Penelitian dilakukan di kelas XI IPA 2
yangdipelajari atau ide-ide yang mungkin MAN Yogyakarta II yang dilakukan pada semester
1 tahun ajaran 2012/2013 tanggal 22 November
muncul berhubungan dengan konsep 2012 - 01 Desember 2012, dengan teknik
materi yang dipelajari. Menurut Hamalik pengumpulan data berupa observasi, dokumentasi,
(2001: 89-90) dalam diri masing-masing dan tes. Pada penelitian ini menggunakan
siswa terdapat „prinsip aktif‟ yakni penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan
keinginan berbuat dan bekerja sendiri. bersiklus. Langkah-langkah yang dilakukan terdiri
Siswa memiliki kebutuhan-kebutuhan dari empat langkah yaitu : Perencanaan,
pelaksanaan, Observasi, dan refleksi. Desain
jasmani dan rohani yang perlu
penelitian adalah sebagai berikut:
mendapatkan pemuasan sehingga pada
saat guru mengajar ia harus
mengusahakan agar murid-muridnya aktif,
jasmani maupun rohani.
b. Pemahaman
Pemahaman (comprehension)
adalah bagaimana seorang
mempertahankan, membedakan, menduga
(estimates), menerangkan, memperluas,
menyimpulkan, menggeneralisasikan,
4) Refleksi
a) Guru menganalisa hasil observasi yang
dilakukan pada siswa guna menentukan
langkah berikutnya.
b) Guru memberikan evaluasi pada siswa
untuk mengetahui kemampuan siswa
dalam menguasai kompetensi dasar
materi.
c) Guru menganalisis hasil evaluasi dan
mendata siswa yang telah mampu
menyelesaikan soal evaluasi dan mampu
mendapatkan nilai di atas kriteria
ketuntasan minimal (KKM).
d) Guru membuat pengelompokan siswa
didasarkan pada hasil analisis evaluasi.
Gambar 1. Rancangan Pelaksanaan PTK Model
Spiral HASIL PENELITIAN DAN
1) Perencanaan PEMBAHASAN
a) Membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP).
Hasil Penelitian
b) Membuat lembar observasi aktifitas siswa
Data Keaktifan dan Pemahaman Materi Siswa
dalam pembelajaran.
a. Perole
c) Membuat lembar kerja siswa (LKS).
han presentase nilai rata-rata keaktifan siswa
d) Membuat kunci jawaban LKS.
selama proses pembelajaran pada siklus I
e) Merancang skenario pembelajaran dengan
yaitu sebesar 41,25% dengan kriteria
menggunakan model pembelajaran tipe
keaktifan siswa selama proses pembelajaran
Two Stay Two Stray atau dua tinggal dua
adalah cukup aktif, meningkat pada siklus II
tamu.
sebesar 70,00% dengan kriteria keaktifan
2) Pelaksanaan tindakan
siswa selama proses pembelajaran adalah
a) Guru memberi penjelasan secara umum
aktif, dan meningkat pada siklus III yaitu
materi pembelajaran.
sebesar 90,37% dengan kriteria keaktifan
b) Dengan menggunakan model
siswa selama proses pembelajaran adalah
pembelajaran tipe Two Stay Two Stray,
sangat aktif.
guru membagi siswa menjadi beberapa
T
kelompok.
Siklus
a
c) Siswa bekerja sama dalam kelompok. Siklus II Siklus III
bI
d) Setelah selesai, dua orang dari masing-
e
41,25% 70,00% 90,37%
masing menjadi tamu kedua kelompok
l
yang lain.
1. Perbandingan Presentase Nilai Rata-
e) Dua orang yang tinggal dalam kelompok
Rata Keaktifan Siswa
bertugas membagikan hasil kerja dan
informasi ke tamu mereka.
f) Tamu mohon diri dan kembali ke
kelompok mereka sendiri dan melaporkan
temuan mereka dari kelompok lain.
g) Kelompok mencocokkan dan membahas
hasil kerja mereka.
h) Memberi kesempatan pada masing-
masing kelompok untuk menyajikan hasil
diskusi dan memberi kesempatan pada
kelompok lain untuk menanggapi,
sedangkan guru sebagai fasilitator.
3) Observasi
Guru dibantu observer (pengamat) untuk
mengamati dan mencatat semua kejadian
dibandingkan dengan siklus I namun masih belum dan meningkat kembali menjadi 80,31 dan
mencapai ketuntasan yang diharapkan yaitu ketuntasan belajar sebesar 87,5%.
dengan nilai rata-rata 64,38 dan ketuntasan belajar Saran
Setelah penulis melakukan penelitian
sebesar 40,62%. Hal ini disebabkan karena siswa
mengenai penerapan model pembelajaran
belum mengikuti pembelajaran secara keseluruhan, kooperatif tipe Two Stay Two Stray untuk
masih ada beberapa siswa yang tidak melakukan meningkatkan hasil belajar siswa, maka penulis
pembelajaran dengan baik disebabka kurangnya menyarankan:
ketegasan guru, guru terlalu dominan menjelaskan 1. Model pembelajaran kooperatif tipe Two stay
materi sehingga siswa tidak mandiri dalam Two Stray dapat dijadikan alternatif model
menggali informasi, setelah dilakukan refleksi pembelajaran untuk meningkatkan hasil
belajar siswa yang meliputi aspek keaktifan
pada siklus II maka segera dilakukan perbaikan
dan pemahaman belajar siswa.
untuk siklus III. 2. Sebelum menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Two stay Two Stray sebaiknya
Pada siklus III didapat peningkatan pengajar memahami serta mengerti betul
presentase keaktifan siswa yaitu sebesar 90,37% mengenai model pembelajaran kooperatif tipe
dengan kriteria keaktifan siswa selama proses Two stay Two Stray sehingga akan
pembelajaran adalah sangat aktif dan nilai rata-rata memudahkan pelaksanaannya.
serta ketuntasan siswa juga meningkat dengan nilai
rata-rata 80,31 dan ketuntasan belajar sebesar
87,5%. Suasana belajar menjadi menyenangkan REFERENSI
karena siswa-siswa termotivasi, tertarik dan senang
1. Arif, B. 2009. Penerapan Pembelajaran
dalam diskusi kelompok dengan menggunakan Kooperatif Model Two Stay Two Stray
model pembelajaran tipe Two Stay Two Stray, (TSTS) untuk Meningkatkan Aspek
karena tiap kelompok mempunyai kesempatan Kognitif dan Aspek Afktif Siswa Kelas
untuk membagikan hasil dan informasi dengan VII D SMP Negeri 1 Singosari. Skripsi.
kelompok lain. Analisis dan refleksi keseluruhan UNM.
siklus menunjukkan bahwa hasil kualitas
2. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
pembelajaran dapat dioptimalkan jika ada
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
dukungan dari berbagai aspek, selain model Jakarta: PT Rineka Cipta.
pembelajaran yang dipilih guru, kondisi siswa,
materi pelajaran, fasilitas sekolah dan yang lebih 3. __________. 2012. Penelitian Tindakan
penting adalah kesungguhan guru dalam mengajar. Kelas. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Veto Adywinata
Intisari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi pendekatan ketrampilan proses dengan menggunakan
metode discovery untuk memecahkan masalah fisika siswa. Pemecahan masalah fisika pada siswa dilihat dari hasil
posttest atau hasil tes akhir siswa pada pokok materi hokum Hooke dan elastisitas. Control Group Design. Populasi
dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMAN 1 Jatinom, Klaten. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah
siswa kelas XI IPA 1 dan XI IPA. Penentuan sampel dengan menggunakan teknik Cluster sampling. Metode yang
digunakan untuk mengumpulkan data yakni dengan menggunakan metode angket dengan instrument lembar observasi
dan metode tes dengan instrument lembar tes. Analisis data yang digunakan adalah Analisis Kovarian
(Anakova).Perhitungan analisis Kovarians (Anakova) diperoleh dari nilai tes kemampuan masalah fisika dari masing-
masing siswa yang diberi perlakuan selama proses pembelajaran fisika sedang berlangsung. Perlakuan yang dimaksud
berupa pendekatan proses dengan menggunakan metode guided discovery pada kelas eksperimen I dan pendekatan
ketrampilan proses dengan metode invitation discovery pada kelas eksperimen II. Dari perhitungan data tersebut
diperoleh nilai Fhitung = 29,144 lebih besar dari Ftabel = 4 dengan db = 1 pada taraf signifikansi. Metode penelitian
yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen (experimental research) dengan bentuk pretest-posttest 5 % Dari
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan dalam memecahkan masalah fisika siswa
melalui pendekatan ketrampilan proses dengan menggunakan metode guided discovery dibandingkan dengan metode
invitation discovery. Ternyata dengan menggunakan metode guided discovery lebih efektif digunakan untuk
ememcahkan masalah fisika siswa ditinjau dari keberhasilan produk berupa rerata skor akhir yang dicapai oleh siswa.
Pada kelompok eksperimen I rerata skor akhir yang diperoleh siswa lebih besar yakni 13,8 dan rerata skorakhir yang
diperoleh siswa pada kelompok eksperimen II sebesar 9,8.
Kata Kunci : Ketrampilan proses, guided discovery, invitation discovery, pemecahan masalah fisika
PENDAHULUAN Adapun pendekatan yang digunakan, perlu
kesiapan untuk melaksanakan kegiatan
Unsur yang terpenting dalam pembelajaran pembelajaran. Kesiapan belajar meliputi kesiapan
yang baik adalah siswa yang belajar, guru yang mental dan kesiapan pengalaman belajar sissswa.
mengajar, bahan pelajaran, hubungan antara guru Sebelum dimulai proses belajar mengajar,
dan siswa. Maka semua usaha guru harus sebaiknya guru mengetahui seberapa jauh kesiapan
diarahkan untuk membantu dan mendorong agar siswa. Bila kesiapan siswa kurang dikhawatirkan
siswa mempunyai kemauan mempelajarinya secara masalah pada materi baru kurang berkembang,
sendiri.Guru diharapkan menguasai bahan yang akibatnya siswa hanya mampu memecahkan
diajarkan, mengerti keadaan siswa, sehingga dapat persoalan fisika yang sederhanasedangkan untuk
mengajar sesuai dengan keadaan dan perosoalan yang lebih kompleks kurang mampu
perkembangan siswa, dapat menyusun bahan dan bahkan tidak bisa.
sehingga mudah ditangkap siswa. Oleh karena itu penggunaan metode penemuan
Menurut Piaget, fisika dikelompokkan sebagai (discovery) dimana siswa dapat mengamati,
pengetahuan fisis, pengetahuan fisis terjadi karena mengukur, mengumpulkan data dan
abstraksi alam. Oleh karena fisika pengetahuan menyimpulkan. Apabila siswa belum pernah
fisis maka untuk memahami fisika dan mempunyai pengalaman belajar dengan kegiatan
mempelajari fisika, diperlukan kontak langsung penemuan (discovery), maka perlu bimbingan yang
dengan hal yang ingin diketahui. lebih luas dari gurunya yang selanjutnya disebut
Kurikulum yang saat ini berlangsung dengan penemuan terbimbing (Guided Discovery).
nampaknya sudah tidak lagi sesuai dengan tuntutan Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu
jaman, perlu ada pemikiran baru yakni mengajak proses yang tidak mudah karena tidak sekedar
siswa untuk langsung ikut serta dalam menemukan menyerap informasi dari guru, tetapi melibatkan
sesuatu yang baru dan belum dipahami dengan berbagai kegiatan maupun tindakan yang harus
menekankan pada pendekatan ketrampilan proses. dilakukan terutama bila diinginkan hasil belajar
Pendekatan ketrampilan proses merupakan bentuk yang lebih baik. Oleh sebab itu maka penulis
pengajaran IPA secara umum dan fisika pada mengadakan penelitian dengan menerapkan
khususnya yang melibatkan siswa secara aktif. pendekatan ketrampilan proses dengan metode
`Instrumen yang reliabel adalah instrumen Reliabilitas soal dihitung dengan menggunakan
apabila digunakan beberapa kali untuk mengukur Spearmen-Brown dengan teknik belah dua dengan
objek yang sama, akan menghasilkan data yang taraf signifikansi 5% sebesar 0.6324 sehingga soal
sama. Pada penelitian ini penulis menggunakan tersebut memiliki tingkat keajegan yang tinggi,
rumus Spearmen-Brown . karena memiliki reliabilitas soal antara 0.600
(2) sampai dengan 0.799.
Berdasarkan hasil dan perhitungan tanggapan
siswa terhadap pendekatan ketrampilan proses
Keterangan : dengan metode Guided Discovery dari 29
r 11 = Reliabilitas Instrumen responden didapat hasil perhitungan rata-rata
Indeks korelasi antara dua belah sebesar 80 % dan untuk metode Invitation
Discovery yang didapat dari 30 responden didapat
Uji Normalitas data yang diperoleh peneliti hasil perhitungan rata-rata sebesar 57.2% hal ini
menggunakan rumus chi square, adapun rumusnya berarti tanggapan positif terhadap pendekatan
adalah sebagai berikut: ketrampilan proses dengan metode Guided
Discovery lebih besar dari metode Invitation
Discovery dalam proses pembelajaran.
(3) Uji Normalitas yang digunakan menggunakan
Keterangan: rumus Chi Kuadrat
X2=chi square/nilai normalitas
=Frekuensi observasi Tabel 3 Hasil Uji Normalitas.
Ei =Frekuensi ekspektasi Kelas Db X2hitung X2tabel Keterangan
Eksperimen I 5 2,14 11,07 X2hitung< X2tabel
Uji Homogenitas digunakan untuk mengetahui Eksperimen II 5 2,07 11,07 X2hitung< X2tabel
apakah sampel yang digunakan berasal dari
populasi yang sama (homogen) atau tidak. Untuk Dari data diatas ditunjukkan X2hitung< X2tabel ,
menguji homogenitas digunakan uji varians yaitu : maka data dpat dikatakan normal.
uji Homogenitas Varians bertujuan untuk
(4) mengetahui apakah sampel yang digunakan berasal
dari populasi varians yang sama atau tidak.
Uji Anakova, merupakan kombinasi regresi
dengan analisis varians (anava). Adapun ringkasan
rumusnya sbb:
Tabel 2 Ringkasan rumus-rumus Anakova
Sumber Residu Tabel 4 Hasil Uji Homogenitas
Variasi JK Db Rk Sumbe Fhitun Ftabe dk dk Ket
Antar K- r g l pembilan penyebu
JKA=JKT-JKd g t
(A) 1
Dalam N- X1-X2 1,78 1,85 28 29 H
(D) K- m
1
Total N- Dari table hasil uji homogenitas diatas
- menunjukkan Fhitung < Ftabel dengan taraf
(T) 2
signifikansi 5% maka data tersebut dapat dikatakan
varians yang sama atau homogeny.
(5)
Observasi dalam penelitian ini melibatkan 6
Keterangan : Observer, dengan metode Guided Discovery
JK = Jumlah Kuadrat sebagai kelas eksperimen I dan Invitation
JP = Jumlah Produk Discovery sebagai kelas eksperimen II .
Db = Derajat kebebasan
K = Jumlah Kelompok Tabel 5. hasil obsevasi ketrampilan proses.
N = Jumlah Sampel Ketrampilan Kelas Eks I Kelas Eks II
Proses 70,38% 68,23%
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa kelas
Data skor analisis keshahihan butir validitas eksperimen I lebih tinggi dibandingkan kelas
soal dari peneliti adalah sebanyak 30 butir soal . eksperimen II.
jumlah butir yang gugur adalah 10 butir soal dan Untuk menguji adanya perbedaan kemampuan
yang sahih sebanyak 20 butir soal. memecahkan masalah fisika siswa antara kelas
Intisari. Penelitian ini secara deskriptif bertujuan untuk mengetahui kecenderungan prestasi belajar fisika pokok bahasan
elastisitas dan hukum hooke siswa kelas XI semester ganjil Madrasah Aliyah Mu‟alimin Muhammadiyah Yogyakarta
Tahun Pelajaran 2010/2011 yang pembelajarannya menggunakan pendekatan konstruktivistik melalui metode eksperimen
dan pendekatan konvensional. Dan secara komparatif untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar fisika pokok bahasan
elastisitas dan hukum hooke siswa kelas XI semester ganjil di Madrasah Aliyah Mu‟alimin Muhammadiyah Yogyakarta
antara yang diajar menggunakan pendekatan konstruktivistik dan yang diajar menggunakan pendekatan konvensional.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI jurusan IPA yang terdiri dari 3 kelas dan berjumlah 88 siswa.
Sampel diambil dengan teknik random sampling untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Terpilih kelas XI
IPA 1 sebagai kelas ekaperimen dan kelas XI IPA 3 sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data menggunakan
dokumen untuk mengukur kemampuan awal dan tes untuk mengukur prestasi belajar fisika pokok bahasan elastisitas dan
hukum hooke. Validitas butir soal diuji dengan korelasi product moment diperoleh hasil 18 sahih dan 2 butir soal gugur.
Reabilitas instrumen dengan KR-20. Teknik analisis data menggunakan uji t setelah dilakukan uji prasyarat analisis yang
meliputi uji normalitas sebaran dan uji homogenitas varians. Hasil penelitian secara deskriptif menunjukkan bahwa
kecenderungan prestasi belajar fisika pokok bahasan elastisitas dan hukum hooke pada siswa yang pembelajarannya diajar
dengan pendekatan Konstuktivistik termasuk kategori tinggi, sedangkan yang pembelajarannya diajar dengan pendekatan
konvensional termasuk kategori sedang. Secara komparatif ada perbedaan yang sangat signifikan terhadap prestasi belajar
fisika pokok bahasan elastisitas dan hukum hooke pada siswa kelas XI antara yang diajar dengan pendekatan
konstruktivistik melalui metode eksperimen dan yang diajar dengan pendekatan konvensional. Hasil rerata prestasi belajar
kelompok yang diajar dengan pendekatan konstruktivistik lebih tinggi dibandingkan hasil rerata prestasi kelompok yang
diajar dengan pendekatan konvensional. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan konstruktivistik efektif
dalam pembelajaran fisika.
Kata kunci: Hukum Hooke, Pendekatan Konstruktivistik, Metode Eksperimen, Hasil Belajar.
itu guru juga jarang menggunakan media pengetahuan menjadi bermakna, mencari
pembelajaran untuk membantu siswa menemukan kejelasan, bersikap kritis dan mengadakan
konsep fisika yang sedang dipelajari, seperti LKS. justifikasi. Pada situasi itu guru tidak akan bersikap
Penyampaian materi yang bersifat informatif menggurui, guru hanya sebagai fasilisator.
menyebabkan siswa kurang aktif dalam Aktivitas kelas akan berpusat pada siswa dimana
pengembangan ide-ide yang mereka miliki siswa akan cenderung mengajukan banyak
sehingga menimbulkan kejenuhan siswa ketika pertanyaan, melakukan eksperimen, membuat
mengikuti proses belajar fisika. Siswa lebih banyak analogi-analogi baru sampai pada membuat
mendengar, mencatat, dan memperhatikan guru kesimpulan sendiri.
sehingga keaktifan siswa tergantung pada guru Dalam rangka menerapkan Kurikulum
saja. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) perlu kiranya
berikut : dipikirkan model/metode pembelajaran yang
1. Tuntutan target kurikulum yang harus menyenangkan dan kegiatan belajar mengajar
dipenuhi, sedang waktu hanya cukup berpusat pada siswa. Eksperimen merupakan
untuk penyampaian materi secara sebuah metode pembelajaran yang menuntut siswa
informatif. untuk terlibat secara langsung dan aktif dalam
2. Pembelajaran fisika dengan praktikum proses pembelajaran. Siswa diberi kesempatan
atau diskusi-diskusi memerlukan waktu seluas-luasnya untuk mengungkapkan perasaan
yang sangat lama, mulai dari persiapan dan hasil pemilihannya tanpa ada rasa tertekan
sampai pelaksanaannya sehingga guru sehingga diharapkan dapat menciptakan
merasa kerepotan untuk mempersiapkan pembelajaran yang produktif dan bermakna tanpa
secara matang. mengubah tatanan yang ada.
Dari hal tersebut di atas, kegiatan
pembelajaran IPA, khususnya fisika hendaknya
lebih diarahkan pada kegiatan yang mendorong METODE PENELITIAN
siswa belajar aktif, baik secara fisik, sosial maupun
secara psikis. Proses pembelajaran perlu dilakukan Penelitian dilakukan di Madrasah Aliayah
dengan tenang dan menyenangkan. Hal tersebut Mua‟limin Muhammadiyah Yogyakarta yang
tentu saja menuntut aktivitas dan kreativitas guru beralamat di Jl. Letjend. S. Parman No.68
dalam menciptakan lingkungan yang kondusif. Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah Quasi
Metode dan strategi belajar mengajar yang Experimental (experiment semu). Karena
kondusif untuk hal tersebut perlu dikembangkan. penelitian ini belum memenuhi persyaratan seperti
Untuk mempelajari konsep, digunakan pendekatan, cara eksperimen yang dapat dikatakan ilmiah
metode, dan evaluasi yang tepat, sehingga proses mengikuti peraturan-peraturan tertentu. (Suharsimi
menjadi bermakna bagi siswa. Arikunto,1997:83).
Sebuah solusi yang bisa ditawarkan atas Dalam penelitian ini terdapat dua variabel,
masalah di atas yaitu dengan menyiapkan siswa yaitu: Variable bebas (A), yaitu metode mengajar:
yang adaptif. Hal ini menekankan pada A1 pendekatan mengajar konstruktivistik dengan
kemampuan siswa untuk menerapkan apa yang menggunakan model Eksperimen, A2 pendekatan
telah mereka pelajari pada situasi lain yang konvensional dan Variabel terikat (Y), yaitu
beragam dalam kehidupan sehari-hari. Menurut prestasi belajar fisika pokok bahasan Elastisitas
Vernon A.Magnesen sebagaimana yang dikutip dan Hukum Hooke.
oleh Gordon dan Jeanette (2000: 100), “hakikat Dalam penelitian ini desain yang digunakan
kita belajar 10% dari apa yang kita baca, 20% dari adalah post-test.
apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, Tabel 1. Post-test
70% dari apa yang kita katakan dan 90% dari apa No Kelompok Tes Awal Tindakan Tes Akhir
yang kita katakan dan kita lakukan”. Oleh karena 1 Eksperimen T1 Xa T2
itu, kelas yang semula berpusat pada guru perlu 2 Kontrol T1 Xb T2
diubah menjadi kelas yang berpusat pada siswa
dan alternatif yang banyak ditemukan akhir-akhir Populasi dalam penelitian ini adalah semua
ini adalah melalui pendekatan konstruktivistik. siswa kelas XI jurusan IPA Madrasah Aliyah
Kegiatan pembelajaran dengan Mua‟limin Muhammadiyah Yogyakarta Tahun
pendekatan konstruktivistik bukanlah kegiatan Pelajaran 2010/2011 yang terdiri dari 3 kelas yang
yang memindahkan pengetahuan dari guru ke berjumlah 88 siswa. Teknik pengambilan sampel
siswa melainkan suatu kegiatan yang yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cluster
memungkinkan siswa aktif dalam membangun Random Sampling. Secara acak terpilih kelas XI
pengetahuannya sendiri. Yang terpenting dalam IPA 1 yang berjumlah 29 siswa sebagai kelas
pembelajaran konstruktivistik adalah siswa yang eksperimen dan kelas XI IPA 3 dengan jumlah 29
harus mendapat penekanan. Siswa dalam siswa sebagai kelas kontrol.
pembelajaran ikut berperan membentuk
Teknik pengumpulan data yang dilakukan populasi berasal dari varians yang sama dan tidak
untuk menguji uji t kemampuan awal guna menunjukkan perbedaan yang signifikan satu sama
menguji kedua kelompok kelas yang akan diteliti lain. Untuk menguji homogenitas varians sampel
memiliki kemampuan awal yang sama adalah menggunakan uji Fisher atau uji F.
menggunakan data dokumentasi berupa nilai
ulangan umum kenaikan kelas. Sedangkan tes yang Tabel 3. Tabel hasil uji homogenitas varians
digunakan untuk mengukur hasil prestasi belajar Kelompok N Varians Fhitung p Keterangan
siswa berupa soal pilihan ganda dengan 5 alternatif X 29 24,310
1,072 0,428 Homogen
jawaban. Soal dikembangkan dengan Taksonomi Y 29 22,672
Bloom dengan penilaian dalam tes ini jika jawaban Keterangan:
X = Kelompok Eksperimen
benar diberi skor 1 dan jika jawaban salah diberi
Y = Kelompok Kontrol
skor nol (0).
Dari table di atas diperoleh nilai p>0,05, maka
varians kelompok tersebut homogen.
Sesuai dengan hipotesis yang diajukan
HASIL “Ada perbedaan prestasi belajar fisika antara yang
diajar dengan pendekatan kontruktivistik melalui
Penelitian ini diawali dengan melakukan metode eksperimen dan yang diajar dengan
tanya jawab pada guru bidang studi fisika dan menggunakan metode konvensional, dimana pada
beberapa siswa di Madrasah Aliyah Mu‟alimin kelompok yang diajar dengan pendekatan
Muhammadiyah Yogyakarta kelas XI semester kontruktivistik melalui metode eksperimen lebih
ganjil tahun ajaran 2010/2011. Setelah mengetahui efektif dalam meningkatkan prestasi belajar
beberapa permasalahan yang berkaitan dengan siswa”, maka disajikan hasil pengujian hipotesis
proses balajar mengajar yang menuntut keaktifan dengan menggunakan uji t pada table berikut ini:
siswa, maka peneliti dalam melaksanakan
penelitian guna meningkatkan prestasi hasil belajar Table 4. Hasil pengujian hipotesis dengan uji t
siswa menggunakan pendekatan konstruktivistik Kelompok N Rerata SB thitung p Keterangan
melalui metode eksperimen. Proses belajar Eksperimen 29 13,103 4,931 Ada
perbedaan
mengajar ini dengan memanfaatkan alat-alat Kontrol 29 9,379 4,762
2,926 0,005
sangat
praktikum yang sudah ada di laboratorium fisika. signifikan
Proses pengumpulan data prestasi belajar Dengan melihat hasil table di atas selanjutnya
siswa dalam penelitian ini dilakukan dengan jalan ditarik penilaian bahwa thitung bernilai 2,926 dan
pelaksanaan proses kegiatan belajar mengajar. peluang galat 0,005. Selanjutnya nilai p signifikan
Perangkat pembelajaran dan instrument yang akan apabila harga p≤0,05 dan sangat signifikan jika
digunakan untuk mendapatkan hasil prestasi harga p≤0,01 maka hipotesis yang diajukan
belajar fisika dikonsultasikan terlebih dahulu pada diterima. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
guru bidang studi fisika. Instument berupa Lembar ada perbedaan yang sangat signifikan pada prestasi
Kerja Siswa (LKS) yang dikembangkan belajar fisika. Karena disini terdapat perbedaan,
berdasarkan standar kompetensi yang ada dengan dimana hasil rerata kelompok eksperimen lebih
menetapkan materi pada pokok bahasan elastisitas besar, maka dapat disimpulkan bahwa mengajar
dan hukum hooke. dengan pendekatan kontruktivistik melalui metode
Data skor analisis kesahihan butir eksperimen sangat efektif untuk dilakukan..
validitas soal dari peneliti adalah sebanyak 20 butir
soal. Jumlah butir yang gugur ada 2 butir soal dan REFERENSI
jumlah butir soal yang sahih ada 18 butir soal.
Uji normalitas sebaran dilakukan untuk 1. Anas Sudijono. 2009. Pengantar Evaluasi
mengetahui apakah data yang digunakan peneliti Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
ini berdistribusi normal atau tidak. Harga Chi
Kuadrat hitung (ᵡ2). 2. Arif Al fatah. (2010). Fisika SMA XI. Yogyakarta:
Tabel 2. Tabel hasil uji normalitas sebaran Mata Elang Media
No Variabel db χ2hitung p Keterangan
Pendektan Konstruktivistik 3. Gordon dan Jeanette Vos. (2000). Revolusi Cara
1. 9 13,208 0,153 Normal
melalui metode eksperimen Belajar (The Learning Revolution): Belajar akan
2.
Metode konvensional
9 14,375 0,110 Normal Efektif kalau Anda dalam Keadaan “Fun” Bagian
(ceramah)
I: Keajaiban Pikiran. Bandung: Kaifa.
Dari tabel diatas ditunjukkan nilai p untuk 4. Moh. Surya. (1981). Pengantar Psikologi
keleompok eksperimen 0,153 dan kelompok Pendidikan. Bandung: FIP IKIP Bandung
control 0,110 yang menyatakan bahwa sebaran
data tes prestasi belajar siswa berdistribusi normal. 5. Munjid Nur Alamsyah. (2003). Permasalahan yang
Uji homogenitas varians dilakukan untuk Dihadapi Guru dalam Upaya Meningkatkan
mengetahui apakah sampel yang diambil dari
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013 92
Ika Prasetya D Efektifitas Pembelajaran dengan….
Kualitas Pembelajaran IPA di SMU. Yogyakarta: 14. Suharsimi Arikunto. (1998). Prosedur Penelitian
UNY. (Edisi Revisi IV). Jakarta: PT Rineka Cipta.
6. Paul Suparno. (1997). Filsafat Konstruktivisme. 15. Suharsimi Arikunto. (2007). Dasar-Dasar Evaluasi
Yogyakarta: Kanisius. Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
7. Ridwan. (2001). Pendekatan Konstruktivistik
Melalui Siklus Belajar Karplus untuk 16. Sumadi Suryabrata. (1983). Proses Belajar
Meningkatkan Efektivitas Pembelajaran Fisika Mengajar di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Andi
(Laporan Penelitian). FMIPA UNY Yogyakarta. Offset.
8. Setyo Budiyono. (1999). Efektivitas Penggunaan 17. Sumadi Suryabrata. (2004). Psikologi Pendidikan.
Metode Eksperimen dan Model Mengajar Delik Jakarta: Raja Grafindo Persada.
(Dengar-Lihat-Kerja) dalam Pengajaran Fisika
Siswa SMU Muhammadiyah 4 Yogyakarta Kelas II 18. Syaiful Bahri D dan Aswan Zain. (1996). Strategi
Tahun Ajaran 1998/1999 (Laporan Penelitian). FP Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
MIPA IKIP Yogyakarta.
19. Winkel W.S. (2007). Psikologi Pengajaran.
9. Slameto. (2001). Belajar dan faktor-faktor yang Jakarta: Gramedia.
mempengaruhi. Jakarta: PT Rajawali
20. Yamidah. (2006). Penerapan Pendekatan
10. Sri Rumini, dkk. (1993). Psikologi Pendidikan. Konstruktivistik melalui metode learning cycle
Yogyakarta: FIP UNY. (siklus III) untuk meningkatkan penguasaan konsep
11. Sudirman, dkk. (1987). Ilmu Pendidikan. Bandung: fisika pokok bahasan Suhu dan Kalor pada kelas
Remaja Rosdakarya. XA SMA Negeri 11 Yogyakarta tahun ajaran
12. Sugiyono. (2001). Metode Penelitian Administrasi. 2004/2005 (Laporan Penelitian). FMIPA UNY
Bandung: CV Alfabeta. Yogyakarta.
13. Sugiyono. (2005). Statistik Untuk penelitian.
Bandung: CV Alfabeta
Peningkatan Prestasi Siswa Dalam Proses Belajar Fisika Pada Konsep Fluida Statis
Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray (TS – TS) Bervariasi
Demonstrasi Di Kelas XI IPA SMA Negeri 5 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012 – 2013
Fadiyah Suryani
Intisari - Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar fisika konsep fluida statis pada siswa kelas XI IPA SMA
N 5 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 melalui model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray (TS-TS)
bervariasi demonstrasi. Penelitian ini dilaksanakan pada kelas XI IPA2 yang berjumlah 36 siswa. Penelitian ini
menggunakan penelitian tindakan kelas (action research) sebanyak 2 siklus, dimana setiap siklus meliputi empat tahap yaitu
perencanaan, tindakan, pengamatan (obsservasi) dan refleksi. Siklus 1 Peneliti melakukan demonstrasi pada materi tekanan
kemudian siswa berdiskusi sesuai dengan kelompok dan sharing antar kelompok. Dua siswa bertamu (stray) ke kelompok
lain dan 2 siswa tetap(stay) berada di kelompok untuk menerima kedatangan dari kelompok lain.Beberapa kelompok
mempresentasikan hasil kerja kelompok dan hasil sharing dengan kelompok lain. Dari hasil tes pada siklus 1 menunjukkan
hasil yang belum memuaskan karena ada 15 siswa yang belum tuntas dan kurangnya partisipasi siswa dalam belajar
kelompok dan kurang tertib ketika pelaksanaan sharing antar kelompok. Maka diadakan siklus 2 dengan materi hukum
Archimedes, teknik pelaksanaan sama seperti siklus 1, siswa dapat lebih berpartisipasi aktif dalam kelompok dan
pelaksanaan setiap kegiatan pembelajaran berlangsung lebih tertib, siswa tampak termotivasi dalam belaja, hal ini tampak
pada saat siswa berdiskusi.. Hasil analisis data menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model two stay two stray
bervariasi demonstrasi dapat meningkatkan prestasi siswa. Tiap siklus ada peningkatan hasil belajar, yaitu siklus 1
presentasi ketuntasan42% , siklus 2 presentase ketuntasan 83% sehingga ada kenaikan hasil belajar sebesar 41%.
Kata Kunci : prestasi siswa, proses belajar fisika, konsep fluida pembelajaran two stay two stray, demonstrasi
menambah variasi dari model ini yaitu demonstrasi pendapat antarkelompok, dan (3) tahap
sehingga siswa dalam berdiskusi lebih bermakna pelaporan kelompok. Langkah (a)
karena yang di diskusikan sesuatu yang telah merupakan tahap kerja kelompok, langkah
mereka lihat dalam kehidupan sehari-hari. nomor (b) dan (c) merupakan tahap sharing
Penelitian ini dilaksanakan untuk tujuan pendapat antarkelompok, sedangkan langkah
nomor (d) dan (e) merupakan tahap pelaporan
a. Meningkatkan prestasi hasil belajar fisika kelompok.
siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 5 Dalam kelas kooperatif, para siswa
Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013 diharapkan dapat saling membantu, saling
melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe mendiskusikan dan berargumentasi, untuk
Two Stay-Two Stray bervariasi demonstrasi; mengasah pengetahuan yang mereka kuasai
b. Mengetahui respon siswa kelas XI IPA 1 saat itu dan menutup kesenjangan dalam
SMA Negeri 5 Yogyakarta tahun pelajaran pemahaman masing-masing (Slavin, 2009 :
2011/2012 terhadap pelaksanaan 4)[3]
pembelajaran dengan Model Kooperatif tipe
Two Stay-Two Stray bervariasi demonstrasi D. Demonstrasi
KAJIAN PUSTAKA Tujuan penggunaan metode demonstrasi
yaitu: mengajarkan suatu proses atau prosedur
A. Prestasi belajar yang harus dimiliki peserta didik,
Prestasi belajar siswa adalah gambaran menkonkritkan informasi
kemampuan siswa yang diperoleh dari hasil atau penjelasan kepada peserta didik dan
penilaian proses belajar siswa dalam mencapai mengembangkan kemampuan pengamatan
tujuan pengajaran. Prestasi belajar berupa pandangan dan penglihatan para peserta didik
adanya perubahan sikap dan tingkah laku secara bersama-sama. Berdasarkan pernyataan
setelah menerima pelajaran atau setelah di atas, tujuan digunakannya metode
mempelajari sesuatu. demonstrasi dalam sustu pembelajaran adalah :
Prestasi belajar menurut Bloom meliputi 3 (a) mengajarkan proses atau prosedur, (b)
aspek yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif. mengkonkritkan informasi, (c)
Dalam penelitian ini aspek yang ditinjau adalah mengembangkan kemampuan melihat melalui
kognitif yang meliputi pengetahuan, pengamatan
pemahaman dan penerapan.
E. Konsep fluida
B. Pengertian pembelajaran
Konsep fluida merupakan salah satu
Proses pembelajaran berbeda dengan proses
konsep yang terintegrasi dalam mekanika,
belajar. Proses belajar bersifat internal dan unik
diajarkan pada siswa SMA kelas XI IPA
dalam diri individu siswa, sedangkan
semester II.
pembelajaran bersifat eksternal yang sengaja
Fluida adalah zat yang dapat mengalir
direncanakan dan bersifat rekayasa perilaku.
dan memberikan sedikit hambatan terhadap
Pembelajaran pada hakikatnya untuk
perubahan bentuk ketika ditekan. Yang
mengembangkan aktivitas dan kreativitas
termasuk fluida adalah zat cair dan gas . Fluida
peserta didik melalui berbagai interaksi dan
dibagi atas dua studi yaitu fluida statis
pengalaman belajar.
(hidrostatis) mempelajari tentang fluida tak
C. Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay- bergerak (diam) dan fluida dinamis
Two Stray (hidrodinamis) mempelajari tentang fluida
Two Stay-Two Stray (TS-TS) atau Dua bergerak (mengalir) (Kanginan , 2004 : 149)[4]
Tinggal-Dua Bertamu merupakan salah satu Penerapan fluida statis dalam percobaan
tipe model pembelajaran kooperatif yang fisika sehari-hari adalah penerapan hukum
dikembangkan oleh Kagan (1992). Model Pascal, hukum Archimedes,dan persamaan
pembelajaran ini merupakan pembelajaran hidrostatis.
kooperatif dengan kelompok berempat, yaitu
kelompok yang terdiri dari empat siswa. METODE PENELITIAN
Beberapa kelebihan kelompok berempat (Lie,
2004: 47)[2] antara lain siswa mudah dipecah A. Jenis Penelitian
menjadi berpasangan, lebih banyak ide yang Penelitian ini menggunakan rancangan
muncul dan tugas yang bisa diselesaikan penelitian tindakan yang terfokus dalam
daripada kelompok berpasangan atau bertiga. kegiatan di kelas sehingga penelitiannya berupa
Model Kooperatif tipe Two Stay-Two Penelitian Tindakan Kelas.
Stray terdiri dari tiga tahap utama, yaitu (1)
tahap kerja kelompok,(2) tahap sharing
Secara umum, kerja sama kelompok Berdasarkan hasil tes yang dilaksanakan
belajar siswa pada setiap siklus berlangsung pada akhir siklus I dan II, dapat dilihat
dengan baik. Para siswa dapat saling persentase ketuntasan hasil belajar siswa ,
membantu dan bekerja sama dengan baik pada siklus 1 terdapat 42 % siswa yang tuntas
dalam kelompok. Para siswa juga ulet dalam dan pada siklus II 83% siswa yang tuntas.
menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan,
yaitu dengan bertanya kepada guru atau B. Pembahasan
teman bila mengalami kesulitan, berdiskusi Selama pelaksanaan tindakan pada setiap
dengan serius, mencari informasi tambahan siklus, peneliti sudah menerapkan Model
dari buku-buku fisika, bahkan ada beberapa Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray
kelompok yang berinisiatif untuk melakukan bervariasi demonstrasi dengan baik. Secara umum,
peragaan untuk mendapatkan gambaran pelaksanaan pembelajaran berlangsung dengan
mengenai kasus yang dihadapi. lancar walaupun terdapat beberapa kendala yang
Pada siklus I pertemuan I, diskusi menjadi keterbatasan peneliti. Pelaksanaan
siswa dalam kelompok berlangsung cukup pembelajaran dengan Model Pembelajaran
baik. Namun, rata-rata hanya satu atau dua Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray bervariasi
siswa yang aktif berpendapat dalam demonstrasi pada siklus I mengalami beberapa
kelompok, sisanya masih pasif dalam kendala, yaitu kurangnya partisipasi siswa dalam
menyampaikan pendapatnya. Diskusi belajar kelompok dan kurang tertibnya
kelompok pada pertemuan II berlangsung pelaksanaan sharing pendapat antar-kelompok. Hal
lebih baik daripada pertemuan sebelumnya. tersebut terjadi karena masih barunya Model
Keterlibatan siswa semakin terlihat pada Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray
siklus II. Para siswa terlihat antusias dalam bervariasi demonstrasi bagi siswa.
berdiskusi kelompok untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan. Bahkan ada beberapa Pada tahap kerja kelompok, pada umumnya
kelompok yang berinisiatif untuk bekerja kerja sama kelompok belajar siswa pada setiap
sama melakukan peragaan untuk siklus berlangsung dengan baik. Para siswa dapat
mendapatkan gambaran mengenai kasus yang saling membantu dan bekerja sama dengan baik
dihadapi. dalam kelompok. Para siswa juga ulet dalam
menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan, yaitu
b. Sharing pendapat antar-kelompok dengan bertanya kepada guru atau teman bila
Sharing pendapat antarkelompok pada mengalami kesulitan, berdiskusi dengan serius,
setiap siklus berlangsung dengan baik. Para mencari informasi tambahan dari buku-buku fisika,
siswa dapat menjalankan perannya masing- bahkan ada beberapa kelompok yang berinisiatif
masing dengan baik. Masalah yang peneliti untuk melakukan peragaan untuk mendapatkan
temukan dalam proses sharing pendapat pada gambaran mengenai kasus yang dihadapi. Diskusi
siklus I pertemuan I adalah ada beberapa kelompok pada siklus I berlangsung cukup baik.
“siswa tamu” kurang tertib dalam berkunjung Beberapa siswa yang pada pertemuan I cenderung
(tidak mematuhi rute kunjungan). Hal pasif mulai menjadi aktif dalam berdiskusi pada
tersebut berdampak ada kelompok yang pertemuan-pertemuan berikutnya. Keterlibatan
mengalami kekosongan (kekurangan “siswa siswa semakin terlihat pada siklus II. Para siswa
tamu”). dapat menjalankan perannya masing-masing
Pada siklus I pertemuan II, “siswa tamu” dengan baik. Masalah yang peneliti temukan dalam
dapat mematuhi rute kunjungan yang telah proses sharing pendapat pada siklus I adalah
ditentukan. Namun, pada awal proses sharing kurang disiplinnya siswa dalam berkunjung
pendapat ini ada “siswa tamu” yang terlambat sehingga proses sharing pendapat berlangsung
berkunjung karena lalai belum selesai kurang tertib. Namun demikian, proses sharing
menuliskan jawaban kelompok pada kartu pendapat pada siklus II dapat berlangsung lebih
sehingga siswa terlihat berjejal pada satu tertib daripada sebelumnya, walaupun masih ada
tempat karena “siswa tamu” dari kelompok kelompok yang berlebih “siswa tamu” akibat
lain telah datang. Hal tersebut menyebabkan perbedaan kecepatan dalam sharing yang tidak
proses kunjungan menjadi kurang tertib. dapat dihindari. Tahap selanjutnya yaitu tahap
Proses sharing pendapat pada siklus II pelaporan kelompok berlangsung dengan baik pada
berlangsung dengan lebih tertib daripada setiap siklus dan tidak mengalami kendala apapun.
sebelumnya. Para siswa dapat berdiskusi dan menyelesaikan
tugasnya dengan baik.
c. Pelaporan kelompok
Tahap pelaporan kelompok pada setiap Pelaksanaan pembelajaran fisika dengan
pertemuan berlangsung dengan baik. Para Model Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray
siswa dapat berdiskusi dan menyelesaikan bervariasi demostrasi direspon positif oleh siswa.
tugasnya dengan baik. Hasil tes akhir siklus
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013 98
Fadiyah Suryani Peningkatan Prestasi Siswa….
KESIMPULAN
Intisari - Proses pembelajaran fisika di kelas XII IPA SMAN 8 Yogyakarta menunjukkan kurang dari 65% siswa berada
dibawah KKM. Siswa agar terlibat aktif dan mendapat prestasi belajar diatas KKM terutama materi listrik statis maka
guru dituntut untuk menguasai materi dan menggunakan berbagai metode pembelajaran. Metode pembelajaran Everyone is
Teacher adalah salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dimana siswa yang
mendapat nilai tertinggi atau memiliki kemampuan yang tinggi dalam setiap kelas untuk memberikan penjelasan kepada
siswa yang mendapat nilai dibawah KKM atau yang memiliki kemampuan rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah
meningkatkan prestasi belajar siswa materi listrik statis pada pembelajaran fisika dengan penerapan model pembelajaran
everyone is teacher dikelas XII IPA SMAN 8 Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus dan tiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas XII IPA SMAN 8 Yogyakarta
yang berjumlah 30 orang. Teknik pengumpulkan data yang digunakan meliputi observasi dan tes hasil belajar pada akhir
siklus. Untuk analisis data digunakan teknik analisis kualitatif yang terdiri dari penyajian data dan penarikan kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Everyone is Teacher dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa melalui pembelajaran fisika. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat melalui hasil tes setiap siklus dan
observasi materi listrik statis. Rata-rata nilai persentase capaian hasil belajar siswa pada pra siklus sebesar 54,33%, pada
siklus I sebesar 76,46%, dan pada siklus II sebesar 81,95%. Rata-rata nilai persentase capaian setiap indikator dari
observasi partisipasi siswa pada pra siklus adalah 43,90%, pada siklus I sebesar 62,93% dan pada siklus II sebesar
78,05%. Dengan demikian model pembelajaran Everyone is Teacher dapat digunakan sebagai alternatif untuk
meningkatkan hasil belajar siswa materi listrik statis pada pembelajaran fisika di kelas XII IPA SMAN 8 Yogyakarta
Kata kunci: Listrik statis, model pembelajaran Everyone is teacher, hasil belajar
listrik statis tidak faham konsep maka materi aktivitas belajar dan komunikasi di antara siswa
selanjutya tidak faham juga. adalah strategi pembelajaran everyone is a teacher
Menurut Duxes (1996:4) dalam proses tersebut pada materi listrik statis pada pembelajaran fisika.
ditemukan sejumlah aturan atau hukum-hukum di Everyone is a teacher adalah strategi
alam yang dapat menerangkan gejala alam tersebut pembelajaran yang sangat tepat untuk
secara logis dan rasional. Berdasarkan hal tersebut mendapatkan partisipasi kelas secara keseluruhan
maka peserta didik diharapkan mampu menguasai dan secara individual. Strategi ini memberi
pelajaran fisika tidak hanya menghafal namun kesempatan kepada setiap peserta didik untuk
konsep gejala fisika yang terjadi. berperan sebagai guru bagi kawan-kawannya.
Menurut Bloom dalam (Nana Sudjana, 1995) Strategi ini juga membuat peserta didik yang
kemampuan pemahaman konsep adalah hal penting selama ini tidak mau terlibat akan ikut serta dalam
dalam kemampuan intelektual yang selalu pembelajaran secara aktif.
ditekankan di sekolah dan Perguruan Tinggi. Melalui strategi pembelajaran everyone is a
Kemampuan pemahaman konsep suatu materi teacher siswa dapat berpartisipasi aktif dengan
subjek merupakan hal terpenting dalam membuat pertanyaan, menjawab pertanyaan dan
pengembangan intelektual. menjelaskan di depan kelas, serta memberi
Berdasarkan observasi awal dikelas XII SMAN tanggapan terhadap jawaban dari siswa lain.
8 Yogyakarta dalam proses pembelajaran terutama Strategi ini mendorong siswa untuk bertanya,
materi listrik statis banyak siswa yang belum aktif mengikutsertakan semua siswa dalam
dan pasif dalam kegiatan belajar sehingga hasil mengungkapkan gagasan dan menilai gagasan
belajar yang diperoleh dari tahun ketahun banyak yang diungkapkan sesama siswa. Aktivitas siswa
yang masih dibawah KKM sehingga sering dalam pembelajaran yang dapat ditingkatkan
mengalami remidial. Kebanyakan lebih dari 60% melalui penerapan strategi everyone is a teacher
siswa hanya mengahafal materi yang diberikan adalah aktivitas melihat, berbicara, mendengarkan,
guru sehingga apabila diberi rumus dan menulis, menggambar, mental, dan aktivitas
permasalahan yang berbeda siswa merasa emosional. Bila siswa aktif dalam proses
kesulitan. Hasil observasi awal pada kegiatan pembelajaran akan memungkinkan hasil belajar
pembelajaran sebanyak rata-rata 19 siswa dari 30 siswa meningkat. Menurut Rohani (2004:178)
(63%) tidak tuntas. Padahal materi lain biasanya Hasil belajar adalah umpan balik dari apa yang
jauh lebih tinggi prosentase diatas 70% telah dilakukan dalam proses pembelajaran.
kelulusannya. Hal tersebut yang menjadi Sejalan dengan pendapat di atas Anni (2004:4)
permasalahan mengapa hanya pada materi listrik menyatakan bahwa hasil belajar merupakan
statis tidak semua siswa dapat menguasai materi perubahan yang diperoleh siswa setelah mengalami
tersebut. Berdasarkan tersebut maka timbul aktivitas belajar. Jadi hasil belajar berkaitan
beberapa pertanyaan, apakah kualitas pembelajaran dengan proses dan aktivitas belajar siswa di dalam
dikelas kurang tepat dalam menggunakan materi pembelajaran.
tersebut sehingga siswa sulit untuk memahami Melalui penerapan pembelajaran everyone is
konsep listrik statis. teacher setiap siswa dapat menjadi seorang guru
Belajar merupakan serangkaian aktivitas yang pada konsep Listrik statis ini, diharapkan dapat
dilakukan siswa yang akan menghasilkan merespon keluhan akan rendahnya pemahaman
perubahan tingkah laku dan kemampuan berpikir. konseptual siswa. Maka penelitian ini bertujuan:
Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. untuk meningkatkan prestasi belajar siswa materi
Aktivitas belajar merupakan komponen yang harus listrik statis pada pembelajaran fisika dengan
ada dalam proses pembelajaran, sehingga berperan penerapan model pembelajaran everyone is teacher
terhadap perubahan perilaku siswa (Sardiman, dikelas XII IPA SMAN 8 Yogyakarta. Dimana
2007:101). Aktivitas belajar dapat berupa interaksi setiap siswa berperan menjadi seorang guru
yang terjadi dalam proses pembelajaran, baik yang didalam proses pembelajaran dikelas.
terjadi antara pendidik dengan peserta didik
maupun antar peserta didik. Aktivitas belajar yang
rendah dapat menghambat proses perubahan METODE PENELITIAN
perilaku siswa, sedangkan aktivitas belajar yang Subjek penelitian adalah siswa kelas XII
tinggi dapat membantu proses pencapaian SMAN 8 Yogyakarta, variabel peneltian adalah
perubahan perilaku siswa. metode everone is teacher sebagai variabel bebas,
Maka dari itu guru sebagai motivator variabel terikat adalah prestasi belajar siswa.
komunikator, fasilitator, model, evaluator, sumber Tekhnik pengumpulan data dengan menggunakan
belajar dan administrator dalam belajar dikelas tes dan pengumpulan observasi partisipasi siswa
dituntut untuk kreatif dalam menentukan model pada tiap siklus.
atau metode yang tepat dalam kegiatan Penelitian yang digunakan dengan
pembelajaran. Salah satu strategi pembelajaran menggunakan metode penelitian tindakan kelas
yang dapat digunakan untuk meningkatkan (PTK) dengan tahapan sebagai berikut:
Intisari. Penelitian ini secara deduktif bertujuan untuk mengetahui kecendrungan Kebiasaan Bermain Game, Minat Belajar
Fisika dan Fasilitas Belajar Fisika dengan Prestasi Belajar Siswa sedangkan secara korelatif bertujuan untuk mengetahui
Hubungan Kebiasaan Bermain Game, Minat Belajar Fisika Dan Fasilitas Belajar Fisika dengan Prestasi Belajar Siswa.
Populasi penelitian terdiri 5 kelas berjumlah 180 siswa, di ambil sample 123 berdasarkan tabel krecje. Pengumpulan data
dilakukan dengan metode angket dan metode tes. Untuk mengetahui validitas butir angket dan tes digunakan rumus korelasi
produk moment. Untuk mengetahui reliabilitas angket digunakan rumus Alpha Cronbach, sedangkan untuk mengetahui uji
kehandalan tes prestasi belajar fisika digunakan rumus KR-20. Pengujian hipotesis dilakukan dengan rumus Regresi ganda
tiga preditor dan kolelasi parsial yang sebelumnya dilakukan uji persyaratan analisis yang meliputi uji normalitas sebaran
dan uji linieritas hubungan.
Hasil penelitian secara deskriptif menunjukan bahwa kecendrungan kebiasaan bermain game dalam katagori tinggi. Minat
belajar fisika dan prestasi belajar fisika katagori tinggi. Hasil penelitian ini secara korelatif menunjukan adanya hubungan
negatif dan sangat signifikan antara kebiasaan bermain game dengan prestasi belajar. Adanya hubungan positif dan
signifikan antara minat dan fasilitas dengan prestasi belajar fisika. Selanjutnya dengan analisis regresi ganda didapat ada
hubungan positif dan sangat signifikan antara kebiasaan bermain game, minat, fasilitas dengan prestasi belajar fisika.
Besarnya sumbangan efektif antara kebiasaan bermain game, minat belajar fisika, fasilitas belajar fisika ditunjukan dengan
uji statistik regresi ganda tiga predator diperoleh koefisien (R) sebesar 0,436 (R 2) sebesar 0,190 dan F sebesar 9,303 dengan
p sebesar 0,000. Besarnya sumbangan efektif ketiga predator adalah 18,998 % yang terdiri dari kebiasaan bermain game
sebesar 7,869 %, minat belajar fisika sebesar 5,941 % dan fasilitas belajar fisika sebesar 4,976 %.
Kata Kunci: kebiasaan bermain game, minat belajar, fasilitas belajar, prestasi belajar fisika.
perkembangan zaman mampu menciptakan fasilitas bemain tersebut bisa menganggu waktu
bermacam-macam permainan yang dibentuk dalam belajar anak. Dengan adanya sarana dan fasilitas
bentuk gambar yang dimunculkan dalam televisi, belajar fisika, maka dapat mempengaruhi semangat
HP atau juga Tablet dengan nama lain permaian belajar siswa. Siswa yang mendapat fasilitas untuk
game sebagaimana diketahui bahwa game belajar, maka akan mempunyai motivasi dan
memberikan pengaruh dalam kehidupan sosial dan semangat belajar yang meningkat.
pendidikan. Program program game pada dasarnya
dapat dijadikan sebagai sarana hiburan, namun hal TINJAUAN PUSTAKA
tersebut belum dapat dilakukan sepenuhnya
kebanyakan game sekarang lebih menyajikan Kebiasaan bermain game
tayangan berdampak sosial seperti ketangkasan,
perlombaan dan pertarungan, dari game seperti Kebiasaan merupakan suatu cara bertindak yang
Plays station 1,2, dan 3, nintendo, time zone telah dikuasai yang bersifat tahan uji (Presisten),
sampai permainan yang ada di aplikasi program seragam dan banyak sedikit otomatis (Bochori M,
komputer, Hp, Tablet hampir dimana tempat dari Education Psikologi). Jadi kebiasaan bermain
rumah kantor dipingir jalan sampai di tempat- game dan akan bersifat tahan uji dan otomastis
tempat yang menyediakan permainan. Dengan ini berhenti dengan kesadaran. Bermain adalah
permainan game membuat lupa siswa akan waktu melakukan sesuatu (dengan alat dan sebagainya),
belajar, di sebabnya banyaknya permainan yang untuk ber senang senang saja atau berbuat
akan dicoba atau dimainkan oleh siswa. Hal ini bersenang senang saja (Purwodarminto, Kamus
dapat menyebabkan prestasi belajar siswa bahasa Indonesia). Pengertian game dapat
menurun, sebab siswa cenderung bermain game dirumuskan suatu perlengkapan elektronik bahwa
dari pada mempelajari mata pelajaran khususnya pada dasarnya adalah sama dengan gambar hidup
pelajaran fisika, banyak dampak buruk dalam meiputi gambar dan suara (Oemar Hamalik, media
prestasi belajar bila seorang siswa cenderung pendidikan) Kata Game tidak lepas dari permainan
bermain. Sebagai orang tua tidak lepas dari kita mengenal game adalah menghibur tetapi jika
tanggung jawab motivasi kegiatan anak, termasuk terlalu serius dan semangkin lama kita mainkan
diantaranya bagaimana anak tersebut mengatur tersebut akan berdampak negatif bagi kita pribadi.
waktu belajarnya. Kita sering bingung ketika anak- Dari uraian kebiasaan bermain game yang
anak tampak dengan belajar, berbagai cara telah dimaksud kebiasaan bermain adalah tingkah laku
dicoba agar mereka mau berdisiplin mematuhi yang tahan uji dengan suatu tindakan atau berbuat
waktu belajar mereka, mulai dari teguran lembut, dengan sifat relatif. Kebiasaan tersebut
janji untuk memberikan hadiah jika nilai mereka berlangsung secara otomatis memlui proses.
bagus, omelan bahkan sampai hukuman, tetapi Apabila kebiasaan tersebut dicondongkan dengan
tetap saja waktu belajar mereka lebih diproritaskan bermain karena bermain bersifat bersenang-senang
untuk bermain game, menonton Tv membaca saja makaakhirnya siswa yang suka bermain game
komik. mendapat suatu akibat dari permainan itu. Dengan
Kita amani lebih lajut, anak sekarang kebiasaan bermain game berakibat siswa menjadi
memang punya kecendrungan untuk lebih nyaman malas belajar, banyak mata pelajaran disekolah
familier dengan komputer, Hp, tablet, Internet, yang ditinggal dan akan berakibat pada
game zone, Play Station dan berbagai permainan menurunnya prestasi belajar fisika.
lainnya yang mengunakan teknologi digital dimana
mereka dengan suka cita rela menghabiskan waktu Minat belajar fisika
berjam-jam untuk menikmati sarana dan fasilitas
tersebut, sedangkan waktu belajar akhirnya Minat adalah kecendrungan yang menetapkan
terampas dari mengunakan hal-hal yang lain yang dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang
lebih dinikmati. tertentu dan merasa senang berkecimpung pada
Orang tua perlu mengenal apa penyebab anak bidang itu (Winkel, Spikologi Pendidikan dan
yang kurang menunjukan minat belajar fisika, evaluasi belajar). Belajar adalah suatu proses yang
mungkin mereka tidak mau belajar pelajaran fisika kompleks dan terjadi pada diri setiap orang
dirasakan sulit karena susah berkonsentrasi, sepanjang hidupnya proses belajar ini terjadi
pelajaran terlalu berat sehingga tidak sesuai karena adanya interaksi antara seseorang dengan
kapasitas kemampuan mereka, suasana rumah lingkungan, salah satu petanda bahwa seseorang
kurang mendukung atau ada masalah disekolah. itu telah belajar adalah perubahan tingkahlaku pada
Anak-anak juga perlu tahu bahwa rumah adalah diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh
tempat yang aman mendapatkan perhatian dari terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan,
orang tua. Banyak orang tua menyediakan fasilitas keterampilan dan sikap (Ashar arsyad, Media
permainan game didalam ruma dengan harapan pembelajaran). Fisika berasal dari bahasa Yunani
anak tidak main keluar rumah. Tetapi dengan tidak yaitu Fusis yang berarti alam. Sehubungan dengan
adanya pengawasan karena orang tua sibuk bekerja itu fisika sering didefinisikan sebagai ilmu yang
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013 105
Pamuji Waskito R Hubungan Kebiasaan Bermain ….
Intisari. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Fisika Matematika 1 dengan metode
brainstroming dan tutor teman sebaya. Subyek penelitian adalah mahasiswa prodi Pendidikan Fisika UM Purworejo
semester 3 Tahun Akademik 2012/2013. Penelitian ini dilakukan di prodi Pendidikan Fisika UM Purworejo dengan desain
penelitian tindakan kelas dua siklus. Instrumen yang digunakan adalah instrumen aktivitas belajar dan instrumen prestasi
untuk mengukur hasil belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan 2 metode ini yaitu brainstorming dan tutor
teman sebaya dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar. Hal itu terlihat dari 61 mahasiswa yang diberi tindakan,
terdapat peningkatan aktivitas belajar yakni dari 37,54% menjadi 51% dan peningkatan hasil belajar yakni dari nilai rata-
rata kelas 58,7 (C-) menjadi 65,4 (B-)
Kata Kunci : Aktivitas belajar, Hasil Belajar, Brainstroming, Tutor Teman Sebaya.
kemampuan untuk membantu meningkatkan NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan, R
prestasi belajar mereka [2]. = Skor mentah yang diperoleh, SM = Skor
Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan maksimum dari test yang bersangkutan [5].
aktivitas dan hasil belajar Fisika Matematika 1 Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
dengan metode Brainstorming dan tutor teman desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Adapun
sebaya. Penelitian ini diharapkan memiliki skematis model PTK sesuai dengan Gambar 1.
manfaat, pertama, aktivitas belajar mahasiswa akan
meningkat. Kedua, dosen akan sangat terbantu
dalam melakukan kegiatan perkuliahan kepada
mahasiswa sehingga mutu perkuliahan secara
umum akan semakin meningkat mengingat mata
kuliah ini banyak digunakan sebagai penunjang
mata kuliah lain. Ketiga, meningkatnya
meningkatnya indeks prestasi belajar.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) dilaksanakan berlangsung pada bulan
September - November 2012. Dengan subyek
penelitian mahasiswa semester III Program studi
pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah
Purworeo yang berjumlah 61 orang. Teknik
Pengumpulan Data yaitu dengan Metode
Observasi (untuk mengetahui aktivitas dalam
prosess pembelajaran) dan Metode Tes untuk
memperoleh gambaran hasil belajar mahasiswa
pada setiap siklus.
Gambar 1. Spiral Penelitian Tindakan Kelas
TABEL 1. Kisi-kisi lembar Observasi Aktivitas Belajar diadaptasi dari Hopkin [4].
KESIMPULAN
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
Gambar 2. Grafik perbandingan aktivitas belajar dengan metode Brainstorming dan tutor teman
prasiklus, Siklus 1 dan Siklus 2 sebaya dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar Fisika Matematika 1. Dari siklus 1 dan
Dari observasi didapatkan bahwa aktivitas siklus 2 teramati adanya peningkatan Aktivitas
belajar mahasiswa juga cukup memuaskan yang belajar yakni dari 37,54% menjadi 51% dan
terlihat dari meningkatnya jumlah mahasiswa yang peningkatan hasil belajar yakni dari 58,7 (C-)
bertanya dan semangat ketika mengerjakan soal. menjadi 65,4 (B-)
Namun setelah dilakukan tes 1, ternyata
pencapaiannya hasil belajar masih belum REFERENSI
memuaskan. Hal ini terlihatpada distribusi nilai
mahasiswa yang disajikan pada gambar 3. Dari 1. Crippen, K.J., Archambault, L., Ford, M.S., &
gambar 3 didapatkan bahwa nilai rata-rata kelas Levitt, G.A. Curriculum Carts and Collaboration: A
yang diperoleh pada siklus 1 adalah 58,7 (C-). Model for Training Secondary Science Teachers.
Dalam tindakan ini, nilai C ditetapkan sebaga Journal of Sciences dan Education Technology.
ibatasan nilai minimal seorang mahasiswa sudah 2004. 13: 325 – 331
mencapai ketuntasan belajar. Dengan demikian, 2. Griffin, A.R., & Carter, G. Technology as a Tool:
dalam siklus 1 secara rata-rata mahasiswa belum Applying an Instruc-tional Model to Teach Middle
School Students to Use Technology as a Mediator of
mencapai ketuntasan belajar.
Learning. Journal of Science Education and
Technology. 2004. 13: 495 – 504
3. Masturi and P. Marwoto, Jurnal Pendidikan Fisika
Indonesia 6. Peningkatan Kualitas Perkuliahan solusi
deret Melalui Pendekatan Teaching Asistant. 2010.
20-25
4. R. Wakhid Akhdinirwanto dan Ida Ayu S. Cara
Mudah Mengembangkan Provesi Guru. Yogyakarta:
Sabda Media. 2009
5. Ngalim Purwanto. Prinsip-Prinsip dan Tehnik
Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja
Rosdakarya. 2002
6. Nurgayah. Strategi & Metode Pembelajaran.
Bandung Ciptapustaka. 2011.
7. http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUA
R_SEKOLAH