PENDAHULUAN
ََّللاَ الَّذِي أَ ْنت ُ ْم بِ ِه ُمؤْ ِمنُون َّ َو ُكلُوا ِم َّما َرزَ قَ ُك ُم
َ َّللاُ َحالال
َّ طيِِّبًا َواتَّقُوا
Artinya:
“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan
kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya”.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui metode isolasi senyawa antosianin dari bunga rosella.
2. Untuk mengetahui pelarut terbaik yang digunakan untuk mengisolasi antosianin
dari kromatografi lapis tipis.
3. Untuk mengetahui jenis antosianin yang terdapat dalam bunga rosella
menggunakan spektrofotometer UV-Vis.
2.1 Rosella
Rosella (Hibiscus sabdariffa) merupakan tanaman yang berasal dari daerah tropis
Afrika, dengan spesies Hibiscus dan family Malvaceae.Tanaman perdu dari keluarga
sejenis kembang sepatu ini bisa mencapai 3 sampai 5 meter tingginya. Ciri-ciri
tanamanini bercabang banyak, bersemak-semak dan memiliki siklus hidup tahunan.
Bunga rosella berwarna cerah, kelopak bunga atau kaliksnya biasanya berwarna
merah dan lebih tebal jika dibandingkan dengan bunga sepatu (Haidar, 2016).
2.2 Antosianin
Menurut Kusumastuti (2017) antosianin merupakan pigmen tanaman yang larut
dalam air. Antosianin hanya terdapat pada tanaman dengan warna terang pada setiap
bagiannya mulai dari bunga, daun dan buah atau sayuran yang terdapat dimakan.
Antoisanin merupakan salah satu jenis senyawa flavonoid.
Antosianin yang ditemukan pada tanaman pangan umumnya dalam bentuk
glikosida dan asiglikosida dari 6 antosianidin (aglikon) utama, yaitu pelargonidin,
sianidin, delfinidin, eponidin, petunidin, dan malvidin (Castaneda-Ovando, 2009).
Antosianin banyak terkandung dalam buah-buahan. Kulit buah yang mentah
berwarna merah dan berubah menjadi ungu kehitaman pada waktu buah telah matang,
menunjukkankandungan pigmen berwarna, yaitu antosianin. Pigmen ini dapat
memberikan warna ungu, biru, violet, dan merah pada bagian tertentu pada tanaman
dan bersifat larut da lam air (Sari, 2009). Antosianin memiliki rumus struktur
sebagai berikut (Armanzah, 2016) :
Glikosida +
Cyanidin-3-glucoside Cyanidin
Kromatografi lapis tipis adalah suatu metode analisis yang digunakan untuk
memisahkan suatu campuran senyawa secara cepat dan sederhana. Pada prinsipnya
pemisahan pada KLT didasarkan atas adsorbs senyawa-senyawa pleh fasa diam dan
fasa gerak. Pemisahan dapat terjadi akibat perbedaan kepolaran antara senyawa-
senyawa dalam campuran dengan fasa diam dan fasa gerak. Perbedaan kepolaraan
inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan yang diamati melalui tampaknya
bercak atau noda dengan nilai Rf yang berbeda berdasarkan kepolaran migrasi tiap
senyawa (Leba, 2017).
Percobaan yang dilakukan Lestari (2014) fasa diam yang digunakan adalah
silica gek GF254 dan fasa gerak yang digunakan adalah campuran n-butanol:asam
asetat:air (4:1:5). Hasil KLT yang diamati dibawah lampu UV-VIS memiliki Rf
0.94;0.80;0.69;0.67 dan 0.55. Setiap noda yang terbentuk dianalisis dengan uji
penampak bercak AlCl3 dan uap ammonia. Berdasarkan hasil uji penampak bercak
terlihat bahwa yang memiliki Rf 0.94 dan 0.69 dengan uap ammonia memberikan
warna biru menyala, sedangkan terhadap AlCl3 memberikan warna biru dan kuning.
Menurut Markham dalam Lestari (2014) senyawa yang memberikan warna kuning
dan biru dengan penampak bercak AlCl3 dan memberikan warna biru menyala
dengan uap ammonia dibawah lampu UV365 merupakan flavonoid golongan
antosianin.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah bunga rosella, petroleum eter, methanol, HCl 1% ;
10% ; dna 30%, butanol, asam asetat glacial, plat silica, NaOH 0.1 M, AlCl3 ,
CH3 COONa, H3 BO3 , dan gas N2 .
3.3.2 Ekstraksi
Sampel bunga rosella yang telah halus ditimbang seberat 50 gram dan
direndam dalam 100 mL pelarut campuran methanol:HCl 1% (9:1). Dilakukan
ekstraksi sampai bahan berwarna pucat. Selanjutnya dipisahkan filtrat dari residunya
dengan penyaring Buchner. Filtrate diekstraksi 3 x 50 mL dengan petroleum eter
menggunakan corong pemisah 250 mL. Kemudian ekstrak yang didapat tersebut
dipekatkan dengan rotary evaporator.
3.3.3 Kromatografi Lapis Tipis Analisis
Dibuat tiga jenis pelarut, yaitu:
1. n-butanol, asam asetat glasial, dan air dengan perbandingan (4:1:5).
2. Asam asetat, air, HCl 30% dengan perbandingan (30:10:3).
3. n-butanol dan HCl 1% dengan perbandingan (1:1).
Ditotolkan ekstrak pekat bunga rosella pada plat KLT dengan pipa kapiler
sebanyak 7 totolan, kemudian keringkan diudara. Selanjutnya dilakukan elusi dalam
bejana pengembang yang telah dijenuhkan terlebih dahulu dengan isi tiga eluen yang
telah dibuat sebelumnya.