Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

“KERACUNAN ”

Dosen Pembimbing :Agus Wiwit, M.Kep

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 5

1. DEWI FITRIANI (201601013)


2. DIAN UMMY FRASTIKA (201601016)
3. DISA WALIYATUL F. (201601020)
4. HAMDAN MAWAFI (201601025)
5. HELMI RIA ASTUTI (201601027)
6. JAKA SULISTIYO (201601029)
7. LIDIYA RISITA (201601032)
8. MEI KRISMON (201601039)
9. SABAR ANTOMI (201601051)

Tingkat 2A

PRODI DIPLOMA III KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN PEMKAB. PONOROGO

Jl. Dr. Ciptomangunkusumo No. 82 A Ponorogo

Tahun 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “KERACUNAN“.Makalah ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas individu mata kuliahKeperawatan Gawat Darurat.

Dalam menyusun makalah ini kami banyak memperoleh bantuan serta


bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin menyampaikan
ucapan terimakasih kepada :

1. Dosen mata kuliah GAWAT DARURAT yakni Agus Wiwit , S.Kep. Ns,
M.Kep yang telah banyak meluangkan waktu guna memberikan
bimbingan kepada kami dalam penyusunan makalah ini.
2. Kedua orang tua kami yang senantiasa memberi dukungan baik secara
moril maupun materil selama proses pembuatan makalah ini.
3. Teman-teman mahasiswa tingkat 2A Program Studi DIII Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Ponorogo angkatan 2016/2017 yang selalu
memberikan dukungan dan saran serta berbagi ilmu pengetahuan demi
tersusunnya makalah ini.
Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki
banyak kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik
penulisannya.Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna sempurnanya makalah ini.Kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat, bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Ponorogo, 08Januari 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 4

1.1 Latar belakang ............................................................................................... 4

1.2 Rumusan masalah .......................................................................................... 5

1.3 Tujuan ............................................................................................................ 5

1.4 Manfaat .......................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 6

2.1 Definisi Keracunan ........................................................................................ 6

2.2 Etiologi Keracunan ........................................................................................ 6

2.3 Manifestasi Klinis Keracunan ..................................................................... 11

2.3 Patofisiologi Keracunan .............................................................................. 16

2.4 Pathway Keracunan ..................................................................................... 17

2.5 Penatalaksanaan Keracunan ........................................................................ 18

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 25

3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 25

3.2 Saran ............................................................................................................ 25

iii
BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar belakang


Keracunan atau overdosis obat dapat menyebabkan perubahan fisik dan
mental cepat pada seseorang.Saksi mata adalah seseorang yang harus
memberikan perawatan awal dan menghubungi pusat keracunan atau nomor
darurat.Keracunan atau overdosis obat yang umum dijumpai asetaminofen,
amfetamin, benzodiazepine, karbon monoksida, kokain, hidrokarbon
fluorinisasi, asam lisergik dietilamida (LSD), methanol, opiate, salisilat, dan
anti depresan trisiklik. (Morton, 2011)

Pada tahun 2001 lebih dari 2 juta pajangan terhadap berbagai obat dan
racun dilaporkan ke American association of poison control centres. Dari
semua panjanan ini, 1.074 menyebabkan kematian. Kelompok usia yang
memilikan panjanan terbanyak adalah anak anak yang berusia kurang dari 6
tahun (42,4%); namun, kelompok usia terbanyak yang berkhir kematian
adalah orang dewasa (95%). Tipe panjanan racun yang dilaporkan kepusat
pengadilan keracunan berbeda beda: jamu jamu yang dibeli ditoko makanan
kesehatan, gigitan ular dan antropoda, alcohol atau obat obatan, gas yang
dikeluarkan oleh pembakaran yang tidak bagus, tanaman yang beracun, dan
bahan berbahaya industry yang tumpah tau dibuang.

Karena pengalaman klinis dan informasi penelitian baru, terapi untuk


panjanan terhadap racun berubah dengan cepat.Petugas kesehatan
professional dapat merasakan tantangan untuk tetap menjadi yang terdepan
dalam terapi yang paling baru.Makalah ini menampilkan paduan umum untuk
pengkajian dan penatalaksanaan pasien keracunan atau overdosis.

4
5

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah
“ Bagaimana Gambaran Pengetahuan Tentang Keperawatan Gawat darurat
pada klien yang mengalami keracunan”

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah iniadalah :

1. Untuk mengetahui definisi keracunan


2. Untuk mengetahui etiologi keracunan
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis
4. Untuk mengetahui patofisiologi keracunan
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan keracunan (algoritrma)
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien keracunan.
a. Pengkajian
b. Analisa data, diagnosis keperawatan
c. Intervensi

1.4 Manfaat
1. Praktis
Menambah wacana dan informasi kepada pembaca tentang
keperawatan gawat darurat klien keracunan.
2. Teoritis
Dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat kepada pasien
keracunan.
BAB II

Pembahasan

2.1 Definisi Keracunan


Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel
pada kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil
menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia.Keracunan
melalui inhalasi dan menelan materi toksik, baik kecelakaan dan karena
kesengajaan, merupakan kondisi bahaya yang mengganggu kesehatan
bahkan dapat menimbulkan kematian.Sekitar 7% dari semua pengunjung
departemen kedaruratan datang karena masalah toksik.
Keracunan atau intoksikasi adalah keadaan patologik yang disebabkan
oleh obat, serum, alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik, dan lain-
lain.Keracunan dapat diakibatkan oleh kecelakaan atau tindakan tidak
disengaja, tindakan yang disengaja seperti usaha bunuh diri atau dengan
maksud tertentu yang merupakan tindakan kriminal.Keracunan yang tidak
disengaja dapat disebabkan oleh faktor lingkungan, baik lingkungan rumah
tangga maupun lingkungan kerja. (Morton, 2011)

2.2 Etiologi Keracunan


Keracunan dapat terjadi karena berbagai macam penyebab yang
mengandung bahan berbahaya dan potensial dapat menjadi racun.
Penyebab-penyebab tersebut antara lain:
1. Makanan
Proses pembusukan merupakan proses awal dari akibat aktivitas
mikroorganisme yang mempengaruhi langsung kepada nilai bahan
makanan tersebut untuk kepentingan manusia. Selain itu, keracunan
bahan makanan dapat juga disebabkan oleh bahan makanannya sendiri

6
7

yang beracun, terkontaminasi oleh protozoa, parasit, bakteri yang


patogen dan juga bahan kimia yang bersifat racun.
Di Indonesia ada beberapa jenis makanan yang sering mengakibatkan
keracunan, antara lain:
a. Keracunan botolinum
Clostridium botolinum adalah kuman yang hidup secara
anaerobik, yaitu di tempat-tempat yang tidak ada udaranya.Kuman
ini mampu melindungi dirinya dari suhu yang agak tinggi dengan
jalan membentuk spora. Karena cara hidupnya yang demikian itu,
kuman ini banyak dijumpai pada makanan kaleng yang diolah
secara kurang sempurna.
Gejala keracunan botolinum muncul secara mendadak, 18-
36 jam sesudah memakan makanan yang tercemar. Gejala itu
berupa lemah badan yang kemudian disusul dengan penglihatan
yang kabur dan ganda. Kelumpuhan saraf mata itu diikuti oleh
kelumpuhan saraf-saraf otak lainnya, sehingga penderita
mengalami kesulitan berbicara dan susah menelan.Pengobatan
hanya dapat diberikan di rumah sakit dengan penyuntikan serum
antitoksin yang khas untuk botulinum. Oleh karena itu dalam hal
ini yang penting ialah pencegahan.
Pencegahan: sebelum dihidangkan, makanan kaleng
dibuka dan kemudian direbus bersama kalengnya di dalam air
sampai mendidih.
b. Keracunan jamur
Gejala muncul dalam jarak bebarapa menit sampai 2 jam
sesudah makan jamur yang beracun (Amanita sp). Gejala tersebut
berupa sakit perut yang hebat, muntah, mencret, haus, berkeringat
banyak, kekacauan mental, pingsan.
c. Keracunan jengkol
Keracunan jengkol terjadi karena terbentuknya kristal asam
jengkol dalam saluran kencing. Ada beberapa hal yang diduga
8

mempengaruhi timbulnya keracunan, yaitu: jumlah yang dimakan,


cara penghidangan dan makanan penyerta lainnya.
Gejala klinisnya seperti: sakit pinggang yang disertai
dengan sakit perut, nyeri sewaktu kencing, dan kristal-kristal asam
jengkol yang berwarna putih nampak keluar bersama air kencing,
kadang-kadang disertai darah.
d. Keracunan ikan laut
Beberapa jenis ikan laut dapat menyebabkan
keracunan.Diduga racun tersebut terbawa dari ganggang yang
dimakan oleh ikan itu. Gejala-gejala keracunan berbagai binatang
laut tersebut muncul kira-kira 20 menit sesudah
memakannya.Gejala itu berupa: mual, muntah, kesemutan di
sekitar mulut, lemah badan dan susah bernafas..
2. Baygon
Baygon adalah insektisida kelas karbamat, yaitu insektisida
yang berada dalam golongan propuxur. Penanganan keracunan
Baygon dan golongan propuxur lainnya adalah sama. Contoh
golongan karbamat lain adalah carbaryl (sevin), pirimicarb (rapid,
aphox), timethacarb (landrin) dan lainnya.
Gejala keracunan sangat mudah dikenali yaitu diare,
inkontinensia urin, miosis, fasikulasi otot, cemas dan
kejang.Miosis, salvias, lakrimasi, bronkospasme, keram otot perut,
muntah, hiperperistaltik dan letargi biasanya terlihat sejak
awal.Kematian biasanya karena depresi pernafasan.
a. Efek muskarinik (parasimpatik) berupa: miosis (pinpoint),
Hipersalivasi, lakrimasi, Hipersekresi bronchial,
Bronkospasme, Hiperperistaltik : mual, muntah, diare, kram
perut., Inkontinensia urin, Pandangan kabur, Bradikardi
b. Efek nikotinik berupa: fasikulasi otot, kejang, kelumahan otot,
paralysis, ataksia, takikardi (hipertensi).
c. Efek SSP berupa: sakit kepala, bicara ngawur, bingung, kejang,
koma, dan depresi pernafasan.
9

d. Efek pada kardiovaskular bergantung pada reseptor mana yang


lebih dominan. (Fajri, 2012)
3. Bahan Kimia
Keracunan bahan kimia biasanya melibatkan bahan-bahan
kimia biasa seperti bahan kimia rumah, produk pertanian, produk
tumbuhan atau produk industri.Beberapa jenis bahan kimia yang
harus diperhatikan karena berbahaya adalah: (Fajri, 2012)
Bahan Penjelasan Potensi Bahaya Kesehatan
Kimia
AgNO3 Senyawa ini beracun dan korosif. Dapat menyebabkan luka bakar
Simpanlah dalam botol berwarna dan kulit melepuh. Gas/uapnya
dan ruang yang gelap serta jauhkan juga menebabkan hal yang sama.
dari bahan-bahan yang mudah
terbakar.
HCl Senyawa ini beracun dan bersifat Dapat menyebabkan luka bakar
korosif terutama dengan kepekatan dan kulit melepuh. Gas/uapnya
tinggi. juga menebabkan hal yang sama.
H2S Senyawa ini mudah terbakar dan Menghirup bahan ini dapat
beracun menyebabkan pingsan, gangguan
pernafasan, bahkan kematian.
H2SO4 Senyawa ini sangat korosif, Jangan menghirup uap asam sulfat
higroskopis, bersifat membakar pekat karena dapat menyebabkan
bahan organik dan dapat merusak kerusakan paru-paru, kontak
jaringan tubuh dengan kulit menyebabkan
Gunakan ruang asam untuk proses dermatitis, sedangkan kontak
pengenceran dan hidupkan kipas dengan mata menyebabkan
penghisapnya. kebutaan.
NaOH Senyawa ini bersifat higroskopis Dapat merusak jaringan tubuh.
dan menyerap gas CO2.
NH3 Senyawa ini mempunyai bau yang Menghirup senyawa ini pada
khas. konsentrasi tinggi dapat
menyebabkan pembengkakan
10

saluran pernafasan dan sesak


nafas. Terkena amonia pada
konsentrasi 0.5% (v/v) selama 30
menit dapat menyebabkan
kebutaan.
HCN Senyawa ini sangat beracun. Hindarkan kontak dengan kulit.
Jangan menghirup gas ini karena
dapat menyebabkan pingsan dan
kematian.
HF Gas/uap maupun larutannya sangat Dapat menyebabkan iritasi kulit,
beracun. mata, dan saluran pernafasan.
HNO3 Senyawa ini bersifat korosif. Dapat menyebabkan luka bakar,
menghirup uapnya dapat
menyebabkan kematian.
4. Asidosis metabolic
Disebabkan oleh:
a. peningkatan produksi asam atau mengkonsumsi makanan atau
zatyang dapat dikonversi menjadi asam
b. Hilangnya bikarbonat
c. Akumulasi Asam laktat terjadi karena tidak tersedianya cukup
oksigen untuk melakukan metabolism karbohidrat.
d. Kelainan metabolic
5. Gigitan ular berbisa
Gigitan ular yang berbisa, biasanya hanya meninggalkan
bekas gigitan yang lebih sedikit, dan yang paling menonjol adalah
bekas gigi taring yang runcing dan lebih besar dari gigi lainnya.
Sedangkan bekas gigitan ular yang tidak berbisa, biasanya
akan meninggalkan bekas gigitan berupa dua baris bekas gigi yang
kecil-kecil, tetapi tidak ada bekas gigi taring. (Kidd, 2010)
11

2.3 Manifestasi Klinis Keracunan


Ciri-ciri keracunan umumnya tidak khas dan dipengaruhi oleh cara
pemberian, apakah melalui kulit, mata, paru, lambung, atau suntikan,
karena hal ini mungkin mengubah tidak hanya kecepatan absorpsi dan
distribusi suatu bahan toksik, tetapi juga jenis dan kecepatan
metabolismenya. Pertimbangan lain meliputi perbedaan respons jaringan.
Hanya beberapa racun yang menimbulkan gambaran khas seperti
adanya bau gas batu bara (saat ini jarang), pupil sangat kecil (pinpoint),
muntah, depresi, dan hilangnya pernafasan pada keracunan akut morfin
dan alkaloidnya. Pupil pinpoint merupakan satu-satunya tanda, karena
biasanya pupil berdilatasi pada pasien keracunan akut. Kecuali pada pasien
yang sangat rendah tingkat kesadaranya, pupilnya mungkin menyempit
tetapi tidak sampai berukuran pinpoint.Kulit muka merah, banyak
berkeringat, tinitus, tuli, takikardi, dan hiperventilasi sangat mengarah
pada keracunan salisilat akut (aspirin). (Kidd, 2010)
3. Tabel 2.1 Manifestasi Klinis Keracunan
Onset (Masa Gejala Utama Jasad Renik/Toksin
Awitan)
Gejala Saluran Cerna Atas (Mual, Muntah) yang Dominan
< 1 jam Mual, muntah, rasa yang tak Garam logam
lazim di mulut, mulut terasa
panas
1-2 jam Mual, muntah, sianosis, sakit Nitrit
kepala, pusing, sesak nafas,
gemetar, lemah, pingsan.
1-6 jam (rerata 2-4) Mual, muntah, diare, nyeri perut. Staphylococcus Aureus
dan enterotoksinnya
8-16 jam (2-4 Muntah, kram perut, diare, rasa Bacillus Cereus.
muntah) mual.
6-24 jam Mual, muntah, diare, rasa haus, Jamur berjenis Amanita.
pelebaran pupil, pingsan, koma.
Radang Tengorokan Dan Gejala Saluran Napas
12

12-72 jam Radang tengorokan, demam, Streptococcus Pyogene


mual, muntah, pengeluaran
secret dari hidung, terkadang
ruam kulit.
2-5 hari Radang tengorokan dan hidung, Corynebacterium
eksudat berwarna keabuan, diphtheria
demam, mengigil, nyeri
tengorokan, lemah, sulit
menelan, pembengkakan
kelenjar getah bening leher.
Gejala Saluran Cerna Bawah (kram perut, diare) yang Dominan
2-36 jam (rerata 6- Kram perut, diare, diare yang C. perfringens; B. cereus;
12) disebabkan S; faecalis; S. faecium
Clostridiumperfringens, kadang-
kadang rasa mual dan muntah
12-72 jam (rerata 18- Kram perut, diare, muntah, Salmonella spp (termasuk
36) demam, mengigil, lemah hebat, S. Arizonae), E. coli
mual, sakit kepala, kadang- enteropatogenik, dan
kadang diare berdarah dan Enterobakteriacae, V.
berlendir, lesi kulit yang cholera (01 dan non-01),
disebabkan Vibrio vulnificuis. vulvinicus, V. fluvialis.
Yersinia enterocolitica
menyebabkan gejala yang
menyerupai flu apendisitis akut.
3-5 hari Diare, demam, muntah dengan Virus-virus enteric
nyeri perut, gejala saluran nafas
1-6 minggu Diare lengket (tinja berlemak), Giardia lamblia
sakit perut, berat badan menurun
1-beberapa minggu Sakit perut, diare, sembelit, sakit Entamoeba hystolitica
kepala, mengantuk, kadang
tanpa gejala
3-6 bulan Sulit tidur, tak ada nafsu makan, Taenia sanginata
13

berat badan menurun, sakit dan taenia solium


perut, kadang gastroenteritis
Gejala Neurologis (Gangguan Visual, Vertigo, Gell, Paralisis)
< 1 jam Gastroenteritis, cemas, Fosfat organic
penglihatan kabur, nyeri dada,
sianosis, kedutan, kejang.
Salvias berlebihan, berkeringat,
gastroenteritis, nadi tak teraratur, Jamur jenis muscaria
pupil mengecil, bernafas seperti
orang asma.
1-6 jam Rasa baal atau gatal, pusing, Tetrodotoxin
pucat, pendarahan perut,
pengelupasan kulit, mata
terfiksasi, reflek hilang, kedutan,
paralisis otot.
Rasa baal atau gatal,
gastroenteritis, pusing, mulut Ciguatoxin
kering, otot nyeri, pupil melebar,
pandangan kabur, paralisis otot.
2 jam-6 hari (12-36 Rasa mual, muntah, rasa (geli) Chlorinated hydrocarbon
jam) seperti dikaruk, pusing, lemah,
tak ada nafsu makan, berat
badan menurun, bingung.
Vertigo, pandangan kabur atau
diplobia, reflek cahaya hilang, Clostridium botulinum
sulit menelan, berbicara dan dan toksinnya.
bernafas; mulut kering, lemah,
paralisis pernafasan.
>72 jam Rasa baal, kaki lemah, paralisis, Air raksa organic
spastic, penglihatan berkurang,
buta, dan koma.
Gastroenteritis, nyeri pada kaki,
14

kaki dan tangan jatuh. Triortrocresyl phosphate.


Terjadi Gejala Alergi (Muka Memerah dan Rasa Gatal)
< 1 jam Sakit kepala, pusing, mual, Scombrotoxin (histamine)
muntah, rasa panas pada mulut,
tengorok terasa terbakar, muka
sembab dan merah, sakit perut,
gatal dikulit.
Rasa baal disekitar muluit, rasa Monosodium glutamate
seperti digaruk (geli), (MSG)
kemerahan, pusing,
sakit kepala, mual.
Kemerahan, rasa panas, gatal, Asam nikotinat
sakit perut, edema lutut dan
wajah.
Gejala Gastroenteritis Dan/atau Neurologis (Toksin Kerang)
0,5-2 jam Rasa seperti digaruk (geli), Saxitoxin (paralytic
terbakar, baal, mengantuk, shelifish poisoning: PSP)
bicara inkoheren, paralisis
pernafasan.
2-5 menit sampai 3-4 Sensasi panas dan dingin Brevetoxin (neurotoxic
jam bergantian, rasa geli; baal shelifish poisoning: NSP)
disekitar bibir, lidah dan
tengorokan; nyeri otot, pusing,
diare, muntah.
30 menit sampai 2-3 Rasa mual, muntah, diare, sakit Dinophysis toxin, okadaic
jam perut, mengigil, demam. acid, pectenotoxin,
yessotoxin (Diarrheic
shelifish poisoning:DSP)
24 Muntah, diare, sakit perut, Domoic Acid (Amnestic
jam (gastrointestinal) bingung, hilang ingatan, shelifish poisoning: ASP)
sampai 48 jam deisorientasi, kejang dan koma.
(neurologis)
15

Gejala Infeksi Umum (Demam, Mengigil, Lemah, Sakit, Pembengkakan


Kelenjar Limfe)
4-28 hari (rerata 9 Gastroenteritis, demam, edema Trichinella spiralis
hari) disekitar mata, berkeringat, nyeri
otot, mengigil, lemah, sulit
bernafas.
7-28 hari (rerata 14 Lemah yang hebat, sakit kepala, Salmonella typhi
hari) sakit kepala, demam, batuk,
mual, muntah, sembelit, sakit
perut, mengigil, bintik merah
dikulit, tinja berdarah.
10-13 hari Demam, sakit kepala, nyeri otot, Toxoplasma gondii
kemerahan.
10-50 hari (rerata 25- Demam, lemah-lesu, tak ada Mungkin virus
30) nafsu makan, mual, sakit perut,
kuning (ikterus).
Bervariasi, Demam, mengigil, sakit kepala Bacillus anthracis,
bergantung pada tipe atau sendi, lemah-lesu, bengkak brucella melitensis, B.
penyakit dikelenjar getah bening, dan abortus, B. suis, coxiella
gejala yang khas untuk penyakit bernetti, francisella
lain. tularensis, listeria
monocytogenes, M.
tuberculosis,
mycobacterium sp,
pasteurella multocida,
streptobacillus
moniliformis,
campylobacter jejuni,
leptospira SSP.
16

2.3 Patofisiologi Keracunan


Keracuanan dapat di sebabkan oleh beberapa hal di antaranya yaitu faktor
bahan kimia, mikroba, toksin dll.Dari penyebab tersebut dapat mempengaruhi
vaskuler sistemik shingga terjadi penurunan fungsi organ – organ dalam
tubuh. Biasanya akibat dari keracunan menimbulkan mual, muntah, diare,
perut kembung,gangguan pernafasan, gangguan sirkulasi darah dan kerusakan
hati ( sebagai akibat keracunan obat dan bahan kimia ).
Terjadi mual, muntah di karenakan iritasi pada lambung sehingga HCL
dalam lambung meningkat . Makanan yang mengandung bahan kimia beracun
(IFO) dapat menghambat ( inktivasi ) enzim asrtikolinesterase tubuh (KhE).
Dalam keadaan normal enzim KhE bekerja untuk menghidrolisis arakhnoid
(AKH) dengan jalan mengikat Akh – KhE yang bersifat inakttif.Bila
konsentrasi racun lebih tingggi dengan ikatan IFO-KhE lebih banyak terjadi.
Akibatnya akan terjadi penumpukan Akh di tempat – tempat tertentu,
sehingga timbul gejala – gejala rangsangan Akh yang berlebihan, yang akan
menimbulkan efek muscarinik, nikotinik, dan ssp ( menimbulakan stimulasi
kemudian depresi SSP ). (Kidd, 2010)
17

2.4 Pathway Keracunan


18

2.5 Penatalaksanaan Keracunan


1. Tujuan penatalaksanaan
Tujuan tindakan kedaruratan adalah menghilangkan atau meng-
inaktifkan racun sebelum diabsorbsi, untuk memberikan perawatan
pendukung, untuk memelihara sistem organ vital, menggunakan
antidotum spesifik untuk menetralkan racun, dan memberikan tindakan
untuk mempercepat eliminasi racun terabsorbsi. Penatalaksanaan umum
kedaruratan keracunan antara lain :
a. Dapatkan kontrol jalan panas, ventilasi, dan oksigenisasi. Pada
keadaan tidak ada kerusakan serebral atau ginjal, prognosis
pasien bergantung pada keberhasilan penatalaksanaan pernapasan
dan sistem sirkulasi.
b. Coba untuk menentukan zat yang merupakan racun, jumlah, kapan
waktu tertelan, gejala, usia, berat pasien dan riwayat kesehatan
yang tepat.
c. Tangani syok yang tepat.
d. Hilangkan atau kurangi absorbsi racun.
e. Berikan terapi spesifik atau antagonis fisiologik secepat mungkin
untuk menurunkan efek toksin.
f. Dukung pasien yang mengalami kejang. Racun mungkin memicu
sistem saraf pusat atau pasien mungkin mengalami kejang karena
oksigen tidak adekuat.
g. Bantu dalam menjalankan prosedur untuk mendukung
penghilangan zat yang ditelan, yaitu :
1) Diuresis untuk agen yang dikeluarkan lewat jalur ginjal
2) Dialisis Hemoperfusi (proses melewatkan darah melalui sirkuit
ekstrakorporeal dan cartridge containing an adsorbent [karbon
atau resin], dimana setelah detoksifikasi darah dikembalikan ke
pasien.
h. Pantau tekanan vena sentral sesuai indikasi.
i. Pantau keseimbangan cairan dan elektrolit.
j. Menurunkan peningkatan suhu.
19

k. Berikan analgesik yang sesuai untuk nyeri.


l. Bantu mendapatkan spesimen darah, urine, isi lambung dan
muntah.
m. Berikan perawatan yang konstan dan perhatian pada pasien koma.
n. Pantau dan atasi komplikasi seperti hipotensi, disritmia jantung dan
kejan
o. Jika pasien dipulangkan, berikan bahan tertulis yang menunjukkan
tanda dan gejala masalah potensial dan prosedur untuk bantuan
ulang.
2. Terapi Non Farmakologi (Pertolongan Pertama di TKP)
a. Makanan
1) Clostridium Botulinum
a) Dekontaminasi dengan memuntahkan isi lambung jika
korban masih sadar bisa juga dilakukan bilas lambung
b) Jika terdapt antitoksin botulinum pada keracunan
simptomatik (perlu dilakukan uji alergi sebelumnya)
2) Keracunan Jamur
Tindakan pertolongan: apabila tidak ada muntah-
muntah, penderita dirangsang agar muntah. Kemudian
lambungnya dibilas dengan larutan encer kalium permanganat
(1 gram dalam 2 liter air), atau dengan putih telur campur susu.
Bila perlu, berikan napas buatan dan kirim penderita ke rumah
sakit.
3) Keracunan Jengkol
Tindakan pertolongan: pada keracunan yang ringan,
penderita diberi minum air soda sebanyak-banyaknya. Obat-
obat penghilang rasa sakit dapat diberikan untuk mengurangi
sakitnya.Pada keracunan yang lebih berat, penderita harus
dirawat di rumah sakit.
4) Keracunan Ikan laut
Tindakan pertolongan: usahakan agar dimuntahkan
kembali makanan yang sudah tertelan itu. Kalau mungkin
20

lakukan pula pembilasan lambung dan pernafasan buatan.Obat


yang khas untuk keracunan binatang-binatang laut itu tidak
ada. (Kristanti, 2011)

b. Baygon
1) General Management
a) Airways: jaga jalan nafas, bersihkan dari bronchial sekresi.
b) Breathing: beri oksigen 100% , bila tidak adekuat lakukan
intubasi
c) Circulation: pasang IV line, pantau vital sign.
3. Bahan Kimia
Berikut adalah beberapa alternatif obat yang dapat anda
gunakan untuk pertolongan pertama terhadap korban keracunan bahan
kimia:

Jenis Peracun Pertolongan Pertama


Asam-asam korosif seperti asam sulfat Bila tertelan berilah bubur
(H2SO4), fluoroboric acid, hydrobromic acid aluminium hidroksida atau milk of
62%, hydrochloric acid 32%, hydrochloric magnesia diikuti dengan susu atau
acid fuming 37%, sulfur dioksida, dan lain- putih telur yang dikocok dengan air.
lain. Bila tertelan berilah bubur aluminium Jangan diberi dengan karbonat atau
hidroksida atau milk of magnesia diikuti soda kue.
dengan susu atau putih telur yang dikocok
dengan air.
Alkali (basa) seperti amonia (NH3), amonium Bila tertelan berilah asam asetat
hidroksida (NH4OH), Kalium hidroksida encer (1%), cuka (1:4), asam sitrat
(KOH), Kalsium oksida (CaO), soda abu, dan (1%), atau air jeruk. Lanjutkan
lain-lain. dengan memberi susu atau putih
telur.
Kation Logam seperti Pb, Hg, Cd, Bi, Sn, dan Berikan antidote umum, susu,
lain-lain minum air kelapa, norit, suntikan
BAL, atau putih telur.
Pestisida Minum air kelapa, susu, vegeta,
21

norit, suntikan PAM


Garam Arsen Bila tertelan usahakan pemuntahan
dan berikan milk of magnesia.

4. Gigitan bisa ular


a. Tenangkan korban jangan gerakan bagian yang terkena gigitan
b. Balut tekan dibawah dan diatas dari gigitan untuk memperlambat
aliran darah
c. Segera bawa ke dokter. Bila jauh dari fasilitas kesehatan/dokter,
lakukn sayatan pada luk gigitan baru dengan pisau yang telah bebas
kuman, kemudian hisaplah dan ludahkan secepatnya, lakukan
beberapa kali. (Syamsi, 2012)
Terapi Farmakologis (Penanganan di IGD)
a. Makanan
1) Oralit befungsi menggantikan glukosa, garam dan mineral penting
lain yang hilang akibat muntah dan diare.
b. Baygon
1) Spesifik terapi
a) Bilas lambung ( 100-200 ml ), diikuti pemberian karbon
aktif. Direkomendasikan pada kasus yang mengancam.
b) Karbon aktif . Dosis ≥ 12 tahun : 25 – 100 gr dalam 300-800
ml.
Supportif : diazepam 5-10 mg IV bila kejang dan
furosemide 40-160 mg bila ronki basah basal muncul.
c. Asidosis metabolic
Pengobatan asidosis metabolic akan tergantung pada penyebab
yang mendasarinya. Jika pH darah turun hingga dibawah 7,1,
pemberian bikarbonat secara intravena mungkin diperlukan untuk
menetralisir asam. Pada kasus berat dialysis diperlukan untuk
mengbati asidosis mtabolik.
d. Gigitan bisa ular
1) Penting menentukan diagnose patokan ular berbisa
22

2) Bila ragu observasi 24 jam


3) Kalau gejala keracunan bisa nyata perlu pemberian anti bisa
4) Pasang infuse, berikan ABU IV:
Bila alergi serum kuda:
a) adrenalin 0,5 mg SC
b) ABU IV pelan-pelan (Syamsi, 2012)
5) Bila tanda-tanda laryngospasme, bronchospasme, urtikaria
hipotensi: adrenalin 0,5 mg IM, hydrokortison 100 mg IV.

2.4 Asuhan Keperawatan Keracunan

Diagnosa :

1. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan distress pernafasan


2. Penurunan kesadaran berhubungan dengan depresi sistem saraf pusat
3. Cemas berhubungan dengan tidak efektifnya koping individu

Rencana Keperawatan

1. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan distress pernafasan


Tujuan : Mempertahankan pola nafas tetap efektif
Intervensi :
a) Observasi TTV
Rasional : untuk mengetahui keadaan pasien dalam menentukan
tindakan selanjutnya
b) Berikan O2 sesuai anjuran dokter
Rasional : terapi oksigen meningkatkan suplai ksigen ke jantung
c) Jika pernafasan depresi, berikan oksigen(ventilator) dan lakukan suction
d) Rasional : ventilator dapat memperbaiki deprsi jalan nafas
e) Berikan kenyamanan dan istirahat pada pasien dengan memberikan asuhan
keperawatan individual
Rasional : kenyamanan fisik akan memperbaiki kesejahteraan pasien dan
mengurangi kecemasan, istirahat mengurangi konsumsi miokard
23

2. Penurunan kesadaran berhubungan dengan depresi sistem saraf pusat

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan dapat


mempertahankan tingkat kesadaran klien (komposmentis)

Intervensi :
a) Monitor vital sign tiap 15 menit
Rasional : bila ada perubahan yang bermakna merupakan indikasi
penurunan kesadaran
b) Catat tingkat kesadaran pasien
Rasional : Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah
otak.
c) Kaji adanya tanda-tanda distress pernapasan,nadi cepat,sianosis dan
kolapsnya pembuluh darah
Rasional : Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada
otak, ginjal, jantung dan paru.
d) Monitor adanya perubahan tingkat kesadaran
Rasional : Tindakan umum yang bertujuan untuk keselamatan hidup,
meliputi resusitasi : Airway, breathing, sirkulasi
e) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti dotum
Rasional : Anti dotum (penawar racun) dapat membantu mengakumulasi
penumpukan racun
f) Cemas berhubungan dengan koping yang tidak efektif
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan berkurang

Intervensi :

a) Kaji tingkat kecemasan pasien


Rasional : Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi dengan
pemberian pengertian sedangkan yang berat diperlukan tindakan
medikamentosa
b) Jelaskan mekanisme pengobatan
24

Rasional : Pengetahuan terhadap mekanisme pengobatan diharapkan dapat


mengurangi kecemasan pasien
c) Tingkatkan mekanisme koping yang efektif
Rasional : Kecemasan akan dapat teratasi jika mekanisme koping yang
dimiliki efektif
d) Jika keracunan sebagai usaha untuk bunuh diri maka lakukan safety
precautions.
Rasional : Konsultasi psikiatri atau perawat psikiatri klinis dapat
membantu proses pengobatan (Morton, 2011)

.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keracunan atau intoksikasi adalah keadaan patologik yang
disebabkan oleh obat, serum, alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik,
dan lain-lain.Keracunan dapat diakibatkan oleh kecelakaan atau tindakan
tidak disengaja, tindakan yang disengaja seperti usaha bunuh diri atau
dengan maksud tertentu yang merupakan tindakan kriminal.Keracunan
yang tidak disengaja dapat disebabkan oleh faktor lingkungan, baik
lingkungan rumah tangga maupun lingkungan kerja.
Ciri-ciri keracunan umumnya tidak khas dan dipengaruhi oleh cara
pemberian, apakah melalui kulit, mata, paru, lambung, atau suntikan,
karena hal ini mungkin mengubah tidak hanya kecepatan absorpsi dan
distribusi suatu bahan toksik, tetapi juga jenis dan kecepatan
metabolismenya.
Keracunan dapat di sebabkan oleh beberapa hal di antaranya yaitu
faktor bahan kimia, mikroba, toksin dll.Dari penyebab tersebut dapat
mempengaruhi vaskuler sistemik shingga terjadi penurunan fungsi organ –
organ dalam tubuh. Dan pentalaksanaan keracunan yaitu dengan tujuan
pelaksanaan, terapi farmakologis, terapi non farmakologi.

3.2 Saran
Diharapkan setelah membaca suatu makalah ini, pembaca akan selalu
berhati-hati dalam memilih makanan, dan untuk selalu membersihkan lingkungan
sekitar. Agar terhindar dari keracunan yang bisa menyebabkan seseorang menjadi
fatal. dan diharapkan kesehatan dalam masyarakat akan meningkat.

25
26

DAFTAR PUSTAKA

Fajri. (2012). Keracunan Obat dan Bahan Kimia Berbahaya.

Kidd, P. S. (2010). Pedoman Keperawatan Emergensi Edisi 2. Jakarta: EGC.

Kristanti, d. (2011). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat . Jakarta : Trans Info


Media.

Morton, P. G. (2011). Keperawatan Kritis Pendekatan Asuhan Holistik Volume 2


Edisi 8. Jakarta : EGC.

Syamsi. (2012). Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan


Serangga.

Anda mungkin juga menyukai