Anda di halaman 1dari 3

1. Sutton, David. Textbook of Radiology And Imaging, 7th ed.Vol.2. Elsevier Science : London.

2003.
2. Asrizal, R.A. Closed Fracture 1/3 Middle Femur Dextra. Vol.2 No.3. FK UNLAM :
Lampung. 2014.
3. NOVELNDI.R. Karakteristik Penderita Fraktur Rawat Inap di RSUD Dr.Pirngadi Medan
pada tahun 2009 (Jurnal). USU Institutional Repository : Sumatera Utara. 2011.
4. Paulsen F. & J. Waschke. Sobotta Atlas Anatomi Manusia : Anatomi Umum dan Muskuloskeletal.
Penerjemah : Brahm U. Penerbit. Jakarta : EGC. 2013.
5. Sutton, David. Textbook of Radiology And Imaging, 7th ed.Vol.2. Elsevier Science : London.
2003.
6. Sylvia,Price. dkk. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Buku 2. Jakarta:EGC.
7. Paul and Juhl's. Essentials of Radiologic Imaging 7th ed. Lippincott Williams & Wilkins
Publishers : Mexico. 1998.
8. Iain H. Kalfas, M.D. , F.A.C.S Department of Neurosurgery, Section of Spinal Surgery,
Cleveland Clinical Foundation. Principle of Bone Healing Article 1 Vol. 10. Neurosurg
Focus. 2001.
9. Sjamsuhidajat R, Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi II. Jakarta: EGC.Merck Manual.
2004.
10. Skinner, Harry B. Current Diagnosis & Treatment In Orthopedics. USA: The McGraw-Hill
Companies. 2006.
11. Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makassar: Bintang Lamumpatue.
2007.
12. Stage of bone healing after fracture. http://bonesfracture.com/stages-of-bone-healing-after-
fracture/ diakses tanggal 20 Maret 2018
13. Rasad, sjahriar. Radiologi diagnostik edisi kedua. FKUI: Jakarta. 2010.
Diagnosis pasien adalah Open fracture tibia sinistra 1/3 proksimal oblique intraartikular,
yang didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan radiologis. Berdasarkan
ananmesis didapatkan riwayat kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan patah tulang pada pasien.
Pada pemeriksaan fisik tampak regio tibialis sinistra terdapat 2 luka robek sepanjang ± 4cm dan ±
3cm serta dipasangkan gips. Hasil Rontgen Regio Tibialis Sinistra AP Lateral menunjukkan kesan
Fraktur oblique 1/3 proksimal os tibia sinistra. Kemudian dilakukan tatalaksana dengan prinsip 1.
Recognition (mengenali). 2. Reduction (mengembalikan). 3. Retaining (mempertahankan). 4.
Rehabilitation. Yaitu dilakukan balut tekan, pembersihan luka dan pemasangan gips.
Selanjutnya dilakukan tindakan ORIF yang biasanya digunakan pada fraktur diafisis tibia yang
mencapai ke metafisis. Keuntungan penatalaksanaan fraktur dengan cara ini yaitu gerakan
sendinya menjadi lebih stabil. Kerugian cara ini adalah mudahnya terjadi komplikasi pada
penyembuhan luka operasi. Terdapat 5 metode fiksasi internal yang digunakan, antara lain:

1. Sekrup kompresi antar fragmen


2. Plat dan sekrup, paling sesuai untuk lengan bawah
3. Paku intermedula, untuk tulang panjang yang lebih besar
4. Paku pengikat sambungan dan sekrup, ideal untuk femur dan tibia
5. Sekrup kompresi dinamis dan plat, ideal untuk ujung proksimal dan distal femur

Tujuan utama terapi malunion adalah mengembalikan kelurusan tulang, dan pada
ektremitas bawah juga untuk mengembalikan fungsi mekanik penyangga tubuh di antara panggul
dan sendi kaki. Untuk itu diputuskan dilakukan refraktur dan traksi pada pasien ini.
Indikasi utama traksi adalah (1) fraktur pada anak-anak; (2) kontraindikasi terhadap
anestesi; dan (3) kurangnya kemampuan atau fasilitas yang memadai untuk fiksasi internal.
Merupakan pilihan yang buruk bagi pasien lanjut usia, untuk fraktur patologis dan untuk pasien
dengan cedera multipel.
Penyatuan fraktur akan terjadi dalam 2-4 minggu (sesuai dengan usia anak) untuk
melakukan pemasangan hip spica dan anak kemudian diperbolehkan bangun. Konsolidasi
biasanya terjadi dalam 6-12 minggu. Dewasa (dan remaja) membutuhkan traksi skeletal melalui
pin atau kawat Kirschner di belakang tuberkel tibia. Traksi (8-10 kg untuk dewasa) dipasang
menggunakan katrol di kaki tempat tidur. Ekstremitas biasanya didukung dengan bidai Thomas
dan bagian fleksi membiarkan adanya gerakan sendi lutut (Figure 29.22). Bagaimanapun, bidai
tidak penting, bahkan traksi skeletal tanpa bidai (traksi Perkins) memiliki keuntungan dengan
memproduksi lebih sedikit distorsi fraktur dan membiarkan pergerakan yang lebih bebas di tempat
tidur(Figure 29.23). Latihan dimulai sesegera mungkin.

Fraktur tidak dapat diprediksi kapan terjadinya dan dimana letaknya. Gejala klinis yang terjadi
pada fraktur adalah pembengkakan, deformitas, kekakuan gerak yang abnormal, krepitasi,
kehilangan fungsi dan rasa sakit. Terdapat dua penyebab utama yang menyebabkan fraktur yaitu
trauma seperti trauma langsung atau tidak langsung dan peristiwa patologis seperti stress fraktur
atau kelemahan tulang. Fraktur dapat disebabkan oleh peristiwa trauma, fraktur kelelahan atau
tekanan, dan fraktur patologik. Secara garis besar fraktur dapat dibagi menjadi fraktur komplit
dan fraktur inkomplit. Dengan dilakukannya penanganan segera dan tepat maka fraktur dapat
diatasi dan tidak menimbulkan komplikasi. Namun, apabila fraktur tidak ditangani dengan segera
atau penanganan yang salah akan dapat menimbulkan beberapa komplikasi seperti, Osteomielitis,
Nekrosis avaskular, malunion, delayed union, dan non-union. Mobilisasi yang tepat berperan
penting dalam percepatan penyembuhan dan pemulihan area yang pernah mengalami fraktur

Anda mungkin juga menyukai